Ancaman cyber yang selalu berkembang membuat kepercayaan pada One-Time Password (OTP) tradisional untuk keamanan akun online mulai dipertanyakan. OTP mulai dianggap tidak lagi memberikan perlindungan yang kokoh. Sehingga muncullah perlindungan lain seperti Passwordless Authentication. Passwordless Authentication, yang juga dikenal sebagai Seamless Authentication, menawarkan metode otentikasi yang lebih aman dan ramah pengguna.
Temukan potensi transformasi dari passwordless authentication, seperti Fazpass Seamless, dan mari kita buka bersama masa depan otentikasi!
Apakah Anda Yakin OTP Saja Cukup?
Walaupun One-Time Passwords (OTPs) menjadi langkah keamanan berharga, dalam situasi tertentu, kemungkinan perlu tambahan langkah-langkah keamanan. Berikut beberapa alasan mengapa OTP saja mungkin tidak cukup:
Serangan Phishing: OTP rentan terhadap serangan phishing di mana penyerang memanipulasi individu untuk mengungkapkan OTP mereka. Jika pengguna tanpa sengaja memberikan OTP pada situs web jahat atau email phishing, keamanan OTP terkompromi.
Pertukaran SIM: Dalam serangan pertukaran SIM, penyerang mengambil kendali nomor telepon pengguna dengan meyakinkan penyedia telekomunikasi untuk mentransfer nomor ke kartu SIM baru. Setelah mengendalikan nomor telepon, penyerang dapat menyadap OTP yang dikirim via SMS, mengalahkan tujuan otentikasi dua faktor.
Serangan Man-in-the-Middle: Penyerang man-in-the-middle (MitM) dapat menyadap OTP selama komunikasi antara pengguna dan layanan. Ini terjadi jika saluran komunikasi dikompromi, dan penyerang dapat membaca atau mengubah pesan yang berisi OTP.
Pencurian atau Kehilangan Perangkat: Jika perangkat pengguna dicuri atau hilang, penyerang dapat mendapatkan akses ke OTP yang tersimpan atau menyadap OTP yang dikirim ke perangkat tersebut.
Malware: Perangkat lunak berbahaya di perangkat pengguna dapat menangkap OTP, bahkan jika dihasilkan secara lokal di perangkat. Malware dapat mengompromi keamanan OTP dengan mendapatkan akses ke proses generasi.
Ketepatan Waktu: OTP bersifat waktu; jika tidak digunakan dalam jangka waktu tertentu, menjadi tidak valid. Ini dapat menimbulkan tantangan, terutama ketika terjadi keterlambatan atau gangguan.
Banyak sistem beralih ke passwordless authentication untuk meningkatkan langkah-langkah keamanan menuju sistem otentikasi multi-faktor yang lebih kuat. Ini menghilangkan ketergantungan pada kata sandi satu kali tradisional dan menambahkan lapisan perlindungan terhadap penyerang yang mencoba mengompromikan akun pengguna.
Mengenal Apa Itu Passwordless Authentication
Passwordless authentication, sering disebut sebagai Seamless Authentication, mewakili pergeseran paradigma revolusioner dalam cara pengguna mengakses akun digital mereka tanpa kata sandi tradisional. Pendekatan inovatif ini bertujuan untuk meningkatkan keamanan, pengalaman pengguna, dan kenyamanan keseluruhan dalam lanskap interaksi online yang terus berkembang.
Manfaat Passwordless Authentication
Kata sandi mungkin telah menjadi batu penjuru dalam dunia otentikasi selama bertahun-tahun, tetapi pengguna semakin berhati-hati. Passwordless authentication, khususnya Fazpass Seamless, memiliki berbagai manfaat, termasuk:
Meningkatkan Keamanan Lebih Mudah: Salah satu keuntungan kritis dari passwordless authentication adalah kemampuannya untuk memberikan pengalaman pengguna yang mulus. Karena kata sandi yang hilang, akun yang dibatasi, atau kebutuhan untuk mereset kata sandi, sistem berbasis kata sandi tradisional seringkali menyebabkan keterlambatan dan kejengkelan.
Pencegahan Penipuan Lebih Kuat: Phishing adalah jenis penipuan umum yang melibatkan menipu individu untuk memberikan informasi pribadi seperti kata sandi. Passwordless authentication menghilangkan risiko phishing karena pengguna tidak masuk menggunakan kata sandi. Sebaliknya, mereka menggunakan metode yang sulit dipalsukan, seperti biometrik atau kode satu kali pakai.
Mensederhanakan Otomatisasi Otentikasi: Dengan passwordless authentication, pengguna dapat menggunakan metode otentikasi yang lebih cepat, seperti biometrik, tanpa memerlukan pengingatan kata sandi yang rumit. Ini dapat membantu mengoptimalkan otomatisasi proses otentikasi bahkan saat pengguna tidur.
Identifikasi Biometrik untuk Peningkatan Keamanan: Identifikasi biometrik, seperti sidik jari dan pengenalan wajah, memberikan tingkat keamanan yang lebih tinggi daripada kata sandi tradisional. Ciri-ciri biometrik bersifat unik dan sulit dipalsukan, mengurangi risiko akses tanpa izin.
Otentikasi Instan dengan Magic Links: Kemudahan otentikasi instan melalui Magic Links adalah salah satu keuntungan penting dari passwordless authentication. Magic Links memungkinkan pengguna mengakses akun mereka dengan cepat melalui tautan yang aman yang dikirim melalui email atau pesan teks. Ini menghilangkan kebutuhan untuk menghafal kata sandi.
Keamanan Multilayer: Keamanan multilayer adalah keuntungan dari passwordless authentication karena menggabungkan beberapa faktor, seperti biometrik, pengenalan perangkat, dan kode satu kali pakai. Pendekatan ini meningkatkan keamanan dengan membuat penyerang harus merusak beberapa penghalang.
OTP vs. Seamless: Apa Perbedaannya?
Perbandingan OTP dan Seamless untuk metode autentikasi / Faspazz
One-time passwords (OTP) dan Seamless Authentication keduanya menawarkan akses yang aman. Tapi mana yang lebih baik? Mari kita bandingkan dan membantu Anda memutuskan keamanan digital Anda.
Keamanan
OTP: Meskipun menawarkan lapisan keamanan tambahan dibandingkan dengan kata sandi tradisional, OTP rentan terhadap serangan phishing, pertukaran SIM, dan penyadapan selama transmisi.
Seamless: Pendekatan ini menghilangkan risiko yang terkait dengan OTP dengan menggunakan pencegahan penipuan canggih, identifikasi biometrik, dan kepatuhan terhadap standar FIDO Alliance, memberikan pengalaman pengguna yang kokoh dan aman.
Tingkat Verifikasi
OTP: Tingkat verifikasi OTP dapat tidak konsisten, dengan hingga 40% OTP SMS yang tetap tidak terverifikasi.
Seamless: Dengan tingkat verifikasi yang mencapai 97%, Seamless Authentication memastikan proses login yang andal dan efisien, meminimalkan kemungkinan kegagalan verifikasi yang menjengkelkan.
Kemudahan Pengguna
OTP: Pengguna sering merasa memasukkan OTP lebih nyaman namun memakan waktu, berkontribusi pada pengalaman pengguna yang kurang ideal.
Seamless: Dengan tingkat kepuasan pengguna 93%, Seamless Authentication menghilangkan kebutuhan akan kode dan kata sandi yang kompleks, menawarkan pengalaman login yang mudah dan ramah pengguna.
Efisiensi Biaya
OTP: OTP tradisional dapat menimbulkan biaya signifikan, terutama dengan OTP SMS yang rata-rata dibandrol Rp500 dan OTP WA seharga Rp400 per pesan.
Seamless: Fazpass Seamless memperkenalkan model yang efisien secara biaya, memungkinkan bisnis mengurangi biaya OTP hingga 70%, membayar hanya per Pengguna Aktif Bulanan (MAU) dengan satu tarif untuk semua negara.
Kecepatan dan Keandalan
OTP: Masalah pengiriman, tidak adanya status pengiriman untuk OTP SMS, dan pengalaman pengguna yang kurang optimal dengan OTP WA menyebabkan otentikasi yang lebih lambat dan bermasalah.
Seamless: Dengan proses otentikasi yang cepat, andal, dan ramah pengguna, Seamless Authentication memastikan pengalaman login yang lancar di berbagai platform, termasuk Android, iPhone, dan Microsoft.
Fazpass Seamless: Cara Mudah Tingkatkan Keamanan
Sudah saatnya untuk mengakhiri era kesulitan dan risiko akun yang timbul dari perlindungan One-Time Password (OTP) yang terbatas. Sambutlah kehadiran Fazpass Seamless Authentication, solusi tanpa kata sandi yang sempurna untuk otentikasi pengguna yang bebas masalah dan aman. Dengan Fazpass Seamless, katakan selamat tinggal pada berbagai kendala dan nikmati keamanan yang terdepan serta pengalaman pengguna yang mulus.
Berbeda dengan OTP, Fazpass Seamless Authentication menawarkan pengalaman pengguna tanpa gesekan tanpa mengorbankan keamanan. Dengan perlindungan berlapis dan proses yang aman, Anda dapat percaya bahwa data Anda dan informasi pribadi pengguna terlindungi dari ancaman dunia maya.
Fazpass Seamless Authentication menawarkan pengalaman pengguna yang lebih nyaman dan memperkuat lingkungan digital Anda terhadap pengambilalihan akun, penipuan pembayaran, dan serangan rekayasa sosial. Ini beradaptasi dengan ancaman yang terus berkembang, memastikan aset digital Anda selalu terlindungi.
–
Disclaimer: Artikel ini dikembangkan oleh tim Fazpass
Password atau kata sandi kerap menjadi masalah, seringkali lemah dan terlupakan. Bahkan yang kuat pun tidak sepenuhnya aman. Manajer kata sandi mungkin membantu, tetapi juga tidak selalu sempurna. Passkey menawarkan solusi yang lebih baik setelah satu dekade pengembangan. Berbeda dengan kata sandi, passkey lebih aman dan mudah digunakan karena tidak memerlukan kombinasi yang rumit, melawan phishing, dan meningkatkan keamanan.
Sebagai alternatif yang dapat diandalkan, passkey menghilangkan risiko yang terkait dengan kata sandi tradisional dan manajer kata sandi yang tidak handal. Ini adalah masa depan yang lebih sederhana dan lebih aman untuk melindungi akun penting, menawarkan perubahan menyambut dari sistem kata sandi yang ketinggalan zaman dan tidak aman. Jadi, jika Anda ingin mengetahui lebih banyak tentang arti passkey, manfaat mereka, dan apakah mereka lebih baik dari kata sandi, baca ulasan di bawah ini:
Apa Itu Passkey?
Masa depan tanpa kata sandi semakin mendapatkan momentum sebagai respons terhadap ancaman siber yang meluas. Dengan miliaran kredensial yang dikompromikan, FIDO Alliance, Apple, dan Google Passkey memimpin solusi otentikasi tanpa kata sandi. Pergeseran ini bertujuan untuk meningkatkan keamanan di tengah seringnya pelanggaran data dan keadaan terancamnya kata sandi tradisional.
Secara sederhana, passkey adalah cara untuk masuk tanpa menggunakan kata sandi. Pendekatan modern ini mengandalkan kriptografi kunci publik untuk mengonfirmasi akses Anda ke situs web dan aplikasi.
Alih-alih membuat kata sandi, Anda memberi izin kepada “autentikator” untuk menghasilkan passkey, yang terdiri dari kunci kriptografi yang saling terhubung. Autentikator ini bisa menjadi smartphone Anda, perangkat seluler lainnya, atau manajer kata sandi yang mendukung passkey.
Autentikator masih memerlukan metode untuk mengonfirmasi identitas Anda. Ini mungkin melibatkan memasukkan kata sandi master atau menggunakan biometrik seperti Face ID atau Touch ID, menambahkan lapisan keamanan dan kemudahan. Identifikasi biometrik menghilangkan kebutuhan untuk mengingat kata sandi autentikator dan menawarkan alternatif yang lebih aman dan nyaman dibandingkan dengan kata sandi tradisional.
Passkey Anda disimpan dengan aman dalam vault, seperti keychain perangkat Anda atau manajer kata sandi. Karena dapat disinkronkan di seluruh perangkat, penggunaan passkey berjalan lancar dan nyaman, meningkatkan pengalaman pengguna secara keseluruhan dibandingkan dengan kata sandi.
Bagaimana Cara Passkey Bekerja?
Menggunakan passkey menawarkan keuntungan signifikan dalam keamanan akun dengan menghilangkan kebutuhan untuk berbagi informasi sensitif, seperti kata sandi atau pertanyaan keamanan, untuk mengakses akun.
Sebaliknya, saat membuat akun, seorang autentikator, seperti manajer kata sandi yang mendukung passkey atau perangkat seluler, membuat dua kunci kriptografi. Satu kunci, kunci publik, disimpan di situs web tempat akun dibuat, sementara yang lain, kunci pribadi, disimpan dengan aman dalam autentikator Anda.
Pada percobaan login selanjutnya, autentikator Anda dan situs web terlibat dalam komunikasi untuk memverifikasi identitas Anda tanpa pertukaran informasi sensitif yang dapat dieksploitasi oleh peretas. Proses ini memastikan login yang aman tanpa kerentanan yang terkait dengan metode berbagi kata sandi tradisional.
Passkey, melalui desain kriptografisnya, meningkatkan perlindungan akun dengan menggunakan sistem yang mengotentikasi pengguna tanpa mengungkapkan rahasia apa pun, dengan demikian mengurangi risiko akses tanpa izin dan potensi pelanggaran keamanan.
Manfaat Menggunakan Passkey
Passkey berfungsi sebagai pengganti kata sandi dalam teknologi otentikasi, dan ada beberapa keuntungan menggunakan passkey dibandingkan dengan kata sandi tradisional. Berikut beberapa manfaat mengadopsi passkey:
Login Account Lebih Gampang
Keuntungan menggunakan passkey terletak pada memudahkannya proses login, menawarkan alternatif yang lebih ramah pengguna dibandingkan dengan kata sandi tradisional. Passkey memberikan solusi praktis karena pengguna terbebas dari beban mengingat kata sandi yang panjang dan rumit.
Transisi ini memungkinkan akses ke akun lebih cepat dan lebih mudah, menghemat waktu dan meminimalkan frustrasi, terutama untuk individu yang mengelola banyak akun online. Keberagaman penggunaan passkey melampaui login akun; mereka juga dapat digunakan untuk mengenkripsi email atau menandatangani dokumen digital, menunjukkan fleksibilitasnya sebagai alat keamanan online yang komprehensif.
Selain itu, penekanan pada kesederhanaan dan efisiensi dalam proses login, bersama dengan kegunaan yang lebih luas dari passkey, membuatnya menjadi pilihan yang diutamakan dan berpusat pada pengguna untuk meningkatkan keamanan online dan manajemen akses.
Kompatibilitas Cross-Platform
Penggunaan passkey menawarkan keuntungan berharga yang dikenal sebagai kompatibilitas cross-platform, memastikan pengalaman yang lancar di berbagai perangkat dan sistem. Passkey berfungsi sebagai kunci universal, memberikan akses ke akun dan sumber daya Anda tanpa mengalami masalah kompatibilitas di platform yang berbeda.
Ini sangat menguntungkan karena menyederhanakan proses otentikasi, memungkinkan Anda menggunakan passkey yang sama di komputer, ponsel pintar, atau tablet Anda. Dengan pendekatan yang terpadu ini, tidak perlu mengingat beberapa kata sandi untuk perangkat yang berbeda, menyederhanakan proses login dan meningkatkan kenyamanan pengguna.
Passkey berfungsi sebagai alat yang serbaguna, meruntuhkan batasan antar platform dan memberikan pengalaman yang konsisten dan mudah diakses, akhirnya membuat interaksi digital menjadi lebih sederhana dan ramah pengguna.
Tidak Repot Menghapal Kata Sandi
Menghapal kata sandi sering menjadi masalah bagi banyak orang, belum lagi jika setiap akun memiliki sandi berbeda. Ini adalah salah satu keuntungan menggunakan passkey karena mereka menawarkan kemudahan dan keamanan dalam otentikasi pengguna. Di lanskap digital saat ini, individu mengelola banyak akun dengan berbagai bisnis, menghadirkan tantangan mengingat beberapa kata sandi kompleks.
Pengguna lupa kata sandi seringkali harus mengganti sandi, sehingga menciptakan pengalaman pengguna yang tidak menyenangkan. Passkey mengatasi masalah ini dengan memungkinkan pengguna masuk tanpa bergantung pada kata sandi tradisional.
Selain itu, kebutuhan akan pembuatan dan mengingat kata sandi kompleks digantikan oleh kemudahan otentikasi melalui metode yang sudah dikenal seperti perangkat seluler, email, atau biometrik. Proses login yang disederhanakan ini tidak hanya meningkatkan keamanan, tetapi juga secara signifikan meningkatkan pengalaman pengguna secara keseluruhan dengan mengurangi beban mengingat dan mengelola beberapa kata sandi, sehingga menghilangkan kelelahan kata sandi.
Passkey vs. Kata Sandi: Mana yang Lebih Baik?
Anda telah memahami bagaimana passkey bekerja, dan dalam proses ini, tidak ada pertukaran rahasia antara server dan autentikator Anda. Ini berbeda dari otentikasi berbasis kata sandi, di mana detail tentang kata sandi rahasia dipertukarkan untuk mengonfirmasi keakuratannya.
Passkey, berdasarkan kriptografi kunci publik, juga tidak bergantung pada penyimpanan rahasia bersama di server. Jadi, berbicara tentang passkey vs kata sandi, ada 3 alasan utama mengapa passkey menawarkan keamanan lebih dari kata sandi:
Tidak Mudah Ditebak atau Digunakan Kembali
Passkey tidak mudah ditebak atau digunakan kembali, menambahkan lapisan keamanan yang signifikan. Ini mengurangi risiko akses tanpa izin karena passkey dihasilkan secara unik untuk aplikasi atau situs web tertentu.
Tahan Terhadap Upaya Phishing
Passkey, yang terikat secara unik dengan aplikasi atau situs web tertentu, membuat sulit bagi pelaku jahat untuk menipu pengguna agar menggunakannya di situs palsu atau yang tidak sah.
Tidak Tersimpan di Server Pihak Ketiga
Karena passkey hanya disimpan di perangkat Anda, peretas tidak dapat mencurinya dengan meretas server atau database penyedia layanan. Faktor-faktor ini secara kolektif berkontribusi pada peningkatan keamanan passkey dibandingkan dengan kata sandi tradisional.
Passkey x Fazpass Seamless: Dapatkan Perlindungan Ganda!
Anda perlu tahu bahwa Passkey x Fazpass Seamless memberikan solusi yang kokoh untuk keamanan otentikasi dengan menghilangkan kebutuhan akan kata sandi. Kombinasi ini menjamin keamanan yang ditingkatkan melalui fitur-fitur seperti biometrik atau PIN, meminimalkan risiko serangan phishing.
Passkey berkontribusi pada peningkatan keamanan, login yang lebih cepat, dan peningkatan kenyamanan pengguna dengan menghilangkan kebutuhan untuk mengingat kata sandi yang kompleks. Dengan tambahan lapisan otentikasi modular end-to-end yang mulus yang ditawarkan oleh Fazpass, bisnis dapat mencapai tingkat keamanan yang lebih tinggi.
Pendekatan komprehensif ini tidak hanya menangani kekhawatiran keamanan, tetapi juga menyederhanakan proses autentikasi, membuatnya efisien dan ramah pengguna. Dengan mengadopsi Passkey x Fazpass Seamless, bisnis dapat mendapatkan perlindungan ganda, memperkuat langkah-langkah keamanan mereka dan melindungi informasi sensitif dengan efektif.
–
Disclosure: Artikel ini dikembangkan oleh tim Fazpass
The digital revolution has reshaped the way we shop, with e-commerce and social commerce taking center stage. Indonesia, with its burgeoning online population and rapid digitalization, has emerged as a hotspot for e-commerce growth. In particular, the rise of social commerce, epitomized by platforms like TikTok Shop, has been a game-changer in the Indonesian market.
However, recent regulatory developments have cast a shadow over this thriving sector. In this article, we will delve into the growth of e-commerce and social commerce in Indonesia, the prominence of TikTok Shop, and the implications of the ban regulation on this innovative marketplace.
The explosive growth of e-commerce and social commerce
Source: We Are Social
According to We are Social (January 2023), Indonesia boasts a total population of 276.4 million, with a significant digital presence as 77% of its populace, totaling 212.9 million individuals, are internet users. Among these, a remarkable 60.4% or 167 million people are active on social media platforms. What’s striking is the level of engagement, with the average Indonesian spending an impressive 3 hours and 18 minutes per day on social media through various devices. These statistics underscore the nation’s substantial online presence and its robust social media culture, making it a key player in the digital landscape.
E-commerce in Indonesia
Indonesia’s e-commerce landscape is on a meteoric rise. According to predictions by experts, the Gross Merchandise Value (GMV) of the e-commerce industry in Indonesia is set to soar to $104 billion by 2025. This growth is fueled by a staggering 158.6 million e-commerce users, representing 57.9% of the total population, as per the Social Commerce Report 2022 by DSInnovate.
Social Commerce in Indonesia
With 60.4% of the population being active on social media platforms, this colossal user base has provided fertile ground for the emergence of social commerce, where buyers and sellers can interact freely and transact directly on social media platforms. This novel approach to shopping has attracted a massive following, with social commerce transactions contributing approximately $3 billion to Indonesia’s total of $8 billion GMV in 2020, as stated by Digitalpreneur Diatce G. Harahap , as stated by the Digitalpreneur Diatce G. Harahap on the Spire Insights article by technobusiness.id.
E-commerce vs Social Commerce
In line with a report titled “E-commerce in Southeast Asia 2023” released by Momentum, the cumulative sales value of TikTok Shop in 2022 did not achieve the top spot in Indonesia. According to this data, the GMV in Indonesia, encompassing six e-commerce platforms, reached USD 51.9 billion or IDR 803.7 trillion. The report disclosed that sales on TikTok Shop only contributed to 5 percent, which equates to approximately IDR 40.1 trillion in 2022.
TikTok Shop still trails behind Shopee, which maintains a dominant position in e-commerce revenue within Indonesia. Shopee managed to amass a total revenue of 36 percent or IDR 289.3 trillion from the sale of goods. Following closely are Tokopedia, Lazada, and Bukalapak.
Interestingly, sales on TikTok are on a steady upward trajectory despite not leading the pack. Shoplus, an analytics tool for TikTok, reported an upswing in supply and demand within the TikTok e-commerce sphere during the fourth quarter of 2022. In December 2022, the number of creators on TikTok Shop surged by 92 percent in comparison to October, and during the same timeframe, e-commerce-related videos registered an impressive increase of 127 percent.
It is worth noting that the proliferation of influencer-based e-commerce activities, as per the report, played a pivotal role in broadening TikTok Shop’s content and expanding its reach. Consequently, the proportion of e-commerce influencers in total sales revenue in Indonesia has seen a substantial surge. The count of TikTok Shop influencers reached its zenith in December 2022, which subsequently sparked fierce competition in Indonesia.
In the fourth quarter of 2022, sales generated by TikTok Shop influencers constituted 34 percent of the total sales in TikTok Shop Indonesia, making Indonesia the leader among other countries. Shoplus, in general, indicated that 8.4 percent of TikTok Shop influencers accounted for a significant 86.9 percent of the market share during the same period. In Indonesia, influencers in professional services, finance and investment, fashion, vlogs, and other niches rapidly garnered followers.
To provide context, according to CNBC Indonesia, the Gross Merchandise Value (GMV) on TikTok Shop in Indonesia over the past year tallied at US$ 2.5 billion. This figure formed the majority of the total GMV in Southeast Asia, which amounted to US$ 4.4 billion. This implies that TikTok has set its sights on transactions worth over US$ 5 billion (IDR 75 trillion) in Indonesia for 2023. This information stems from credible sources familiar with the matter. On a broader scale, the GMV of TikTok Shop for all of Southeast Asia is projected to exceed US$ 15 billion, marking a remarkable triple-fold increase from the previous year.
The emphasis on Indonesia is not without reason. Insider Intelligence’s research firm reported that by Q1 2023, active TikTok users in Southeast Asia had reached a staggering 135 million, with Indonesia contributing a significant chunk, boasting 113 million users. The potential of TikTok Shop has not escaped the attention of established e-commerce giants like Shopee, Tokopedia, and Lazada, despite TikTok Shop’s relatively recent introduction to Southeast Asia in 2021.
According to a survey by Cube Asia, users’ spending habits have shifted away from platforms like Shopee and Lazada in favor of TikTok Shop. User spending on Shopee, Lazada, and offline stores in Indonesia, Thailand, and the Philippines witnessed declines of 51 percent, 45 percent, and 38 percent, respectively. Nevertheless, it’s crucial to note that Shopee still maintains a significantly higher GMV than TikTok Shop, with Shopee’s Southeast Asia GMV reaching US$ 73.5 billion in 2022, while Lazada achieved a GMV of US$ 21 billion.
The Rise of TikTok Shop
Source: Populix
Among the array of social commerce platforms in Indonesia, TikTok Shop stands out as a frontrunner. Alongside Facebook Shops and Instagram Shopping, TikTok Shop offers a unique blend of social media engagement and direct shopping. A Populix survey conducted in 2022 revealed that TikTok Shop is the preferred platform for the majority of Indonesian respondents who have shopped via social media. This thriving marketplace caters to a diverse range of products, with clothing, beauty products, food and beverages, and cellphones and accessories topping the list of items frequently purchased.
Challenges for TikTok Shop in Indonesia
Despite its rapid growth, TikTok Shop faces formidable challenges in its quest for sustained success. According to experts at Cube Asia, TikTok must operate flawlessly to achieve its GMV target of US$ 15 billion in Southeast Asia. Recent challenges include regulatory scrutiny, such as the Vietnamese government’s investigation into TikTok for disseminating negative content, and the Indonesian Ministry of Communication and Information blocking content related to “online begging.”
Jianggang Li, CEO of Momentum Works research firm, underscores that regulatory challenges aren’t confined to TikTok in the United States and Europe. TikTok must convince governments in Southeast Asia that its service benefits the local population and SMEs.
Additionally, TikTok Shop faces challenges related to product pricing and limited logistics. Products on TikTok tend to be lower-cost, leading to impulsive purchases. For pricier items like electronic devices, TikTok has yet to gain preference. Moreover, TikTok Shop relies on third-party courier services, and Indonesia’s archipelagic nature often poses logistical challenges, particularly for deliveries to remote islands.
Roshan Raj, Head of Research at Redseer, notes that customers outside Java may feel underserved by TikTok Shop, as established e-commerce platforms possess stronger internal logistics capabilities. Consequently, TikTok’s delivery ratings still trail behind those of established players.
Looming Competition
These challenges present opportunities for established players like Shopee, Tokopedia, and Lazada to solidify their positions. The Financial Times reports that Lazada, led by Jiang Fan, has secured additional funds from Alibaba to bolster its competitive strategy. Shopee, on the other hand, is anticipated to intensify competition after two consecutive profitable quarters. The e-commerce landscape in Southeast Asia, particularly in Indonesia, is set to witness intriguing developments in the coming year.
An In-Depth Look at the Ban Regulation
In an unexpected turn of events on September 25, 2023, the Indonesian government unveiled a significant policy shift by implementing a comprehensive ban on e-commerce transactions conducted through social media platforms, as outlined in Regulation of the Minister of Trade (Permendag) No. 31 of 2023. Trade Minister Zulkifli Hasan, in a statement to the press, highlighted that the primary objectives of this regulation are to foster “fair and just” business competition while also safeguarding the data protection rights of users. This multifaceted approach aims to address a variety of pressing issues affecting Indonesia’s business landscape.
Impact on Local Business
One prominent concern that led to this ban was the adverse impact of social media-based e-commerce on the local small and medium-sized enterprises (SMEs). The rapid influx of imported goods, particularly from China, through platforms like TikTok Shop disrupted the equilibrium of the market. Traders in Tanah Abang, Southeast Asia’s largest wholesale center, voiced their grievances, reporting a staggering profit loss of over 50 percent due to their inability to compete with imported products offered at significantly lower prices on TikTok Shop.
In a recent interview with Temmy Satya Permana at tvOneNews, Assistant Deputy of Financing and Investment for Small and Medium Enterprises (SMEs) at the Ministry of Cooperatives and SMEs in Indonesia, it was revealed that Indonesia ranks as the world’s second-largest TikTok user base, with users spending an average of 3.5 hours per day on the platform. TikTok had already become a widespread habit among Indonesians even before it received official permission in May 2023. Surprisingly, he added that within just one year, TikTok’s revenue matched that of Alibaba’s 10-year earnings in China. However, concerns about pricing have emerged, as some items, such as shoes and hijabs, were sold at extremely low prices, with a majority being imports. The World Economic Forum reported that Indonesia is the largest buyer of hijabs globally, with 75% of these products being imported.
Impact on Offline Business
Moreover, the “live” feature on TikTok, enabling individuals to directly sell goods, was deemed detrimental to local MSMEs that predominantly operate offline. Iyal Suryadi, a textile seller, expressed frustration over the situation, highlighting that the prices of items sold on TikTok Shop “do not make sense.” This is because goods are sold directly to consumers at factory prices, bypassing distributors or resellers, disrupting the traditional business model.
Misuse of Personal Data
Another factor that drove the Indonesian government’s decision to prohibit e-commerce transactions via social media channels, including TikTok Shop, was the need to prevent the misuse of personal data. Trade Minister Zulkifli Hasan (often referred to as Zulhas) shed light on the necessity of this move, emphasizing the clear distinction between social media and social commerce. He asserted that social commerce should serve as a platform for promoting and directly selling goods and services, separate from the broader realm of social media.
The amalgamation of social media and social commerce raised concerns about a potential monopoly over algorithms, which could be exploited to misuse consumer personal data for business purposes. Minister Zulhas underlined the importance of segregating these realms to prevent such misuse. By implementing the ban, the Indonesian government sought to maintain a clear boundary between the two and safeguard the integrity of consumer data.
No PMSE Permit
Furthermore, another significant reason for TikTok Shop’s closure was the absence of a necessary Trading Through Electronic Systems (PMSE) license. TikTok, despite being a widely used social media platform in Indonesia, was registered as an Electronic System Provider (PSE) with the Ministry of Communication and Information Technology (Kominfo). However, it lacked the requisite PMSE license, a critical permit for conducting e-commerce transactions through electronic devices or procedures.
The distinction between PSE and PMSE licenses is essential. PSE licenses encompass the use of electronic systems for both public and non-public services by state administrators, individuals, businesses, and the general public. In contrast, PMSE licenses are specifically tailored for online trading activities carried out through electronic means, essentially enabling companies to engage in e-commerce.
Tragically, TikTok Shop’s absence of a PMSE license rendered it incapable of facilitating direct buying and selling transactions on the TikTok platform. In light of these regulatory and compliance issues, the Indonesian government’s decision to ban TikTok Shop aligns with its commitment to upholding legal and data protection standards while fostering a fair and competitive business environment within the country.
Impact on Merchants and Affiliates
Unsurprisingly, this ban has sparked mixed reactions among stakeholders. TikTok Indonesia expressed its commitment to adhering to the new regulations while highlighting concerns for the millions of local sellers and creator affiliates who rely on TikTok Shop for their livelihoods. The platform reportedly said that it has received complaints from local sellers and has sought clarification from authorities regarding the ban’s implementation.
Proponents of the TikTok Shop ban argue that it levels the playing field for traditional merchants and curtails the onslaught of online businesses that undercut prices. Market Promotion Manager Herry Supriatna from Tanah Abang Market welcomed the ban, foreseeing healthier price competition and the potential for increased turnover for traditional traders.
Similarly, textile seller Iyal Suryadi and seller Mr. Raden from Tanah Abang Market have welcomed the move, emphasizing the adverse impact of cheap online prices on their businesses. They propose restrictions on the sale of items through social media rather than an outright ban to accommodate those who have adopted TikTok Shop as a selling channel.
Conversely, some argue that TikTok Shop has been a lifeline for businesses, especially during the challenges posed by the COVID-19 pandemic. Sellers like Fahmi Ridho believe that online platforms offer a way for stores to recover and adapt in a changing landscape.
Andre Oktavianus, a children’s clothing business owner, credits TikTok Shop for a dramatic increase in income and nationwide reach. He highlights how the platform’s social media features enable improved product quality and consumer engagement.
Content creator Wenny Wijaya echoes this sentiment, stating that TikTok Shop has provided her with an opportunity to increase her income, transcending her role as a housewife.
Public Dilemma on the TikTok Shop Ban
During a recent interview with Raymond Chin at tvOneNews, a business consultant, several critical points regarding the state of TikTok Shop and its impact on the Indonesian market were discussed. Chin highlighted the remarkable strength of China’s manufacturing capabilities and supply chains, which have allowed products imported from China to flood the Indonesian market at exceptionally low prices. This phenomenon has raised concerns of predatory pricing, as local businesses in Indonesia struggle to compete with the cost-effective manufacturing power of China.
Despite TikTok Shop achieving a Gross Merchandise Value (GMV) of 2.5 billion dollars last year, it still lags far behind other e-commerce giants with GMVs of around 50 billion dollars. However, Chin predicts a significant upswing in TikTok Shop’s performance, potentially growing four to five times its current value in the coming year.
The dilemma lies in balancing the desire for consumers to access affordable and high-quality products with the need to create a fair competitive landscape for local Small and Medium-sized Enterprises (SMEs). Chin emphasized the pivotal role that SMEs play as the backbone of the Indonesian economy and suggested that policies and regulations should be put in place to support their growth and competitiveness.
On a more positive note, Chin acknowledged the positive impacts of TikTok Shop, which has emerged as a new marketing platform. This development has led to the rise of content creators and local sellers, with some indigenous brands achieving remarkable success, with up to 80-90% of their sales coming from TikTok.
In conclusion, Chin believes that social commerce, exemplified by TikTok Shop, represents an innovative frontier in the market. Rather than advocating for its closure, he suggests that the platform should be subject to proper regulation to ensure fair competition and equal opportunities for all players in the market.
In conclusion
The ban on e-commerce transactions through social media platforms, particularly affecting TikTok Shop, represents a significant regulatory shift in Indonesia. As the first Southeast Asian country to implement such a ban, Indonesia’s decision has sparked debates and discussions among stakeholders. While the ban aims to protect traditional businesses and curb predatory pricing, it also disrupts the livelihoods of millions of sellers and creator affiliates who rely on TikTok Shop.
The long-term impact of this ban remains uncertain. Some argue that it will drive businesses back to established e-commerce platforms like Shopee, Lazada, and Tokopedia, which offer more trusted options for online purchases. Meanwhile, others contend that the ban may stifle innovation and economic growth by limiting opportunities for small entrepreneurs and content creators.
In this ever-evolving landscape, Indonesia’s approach to regulating social commerce will continue to shape the future of e-commerce in the country and serve as a case study for other nations grappling with similar challenges.
How Orderfaz can help enable Social Commerce on TikTok
As TikTok continues to evolve as a platform for social commerce, with features like FYP, Live Stream, and TikTok Ads, Orderfaz emerges as a compelling solution for Tiktok Shop Merchants. Our platform offers a range of features designed to empower users and enhance their success in the realm of social commerce:
Checkout Link; Every product listed by our users is equipped with a unique checkout link. This checkout link can be seamlessly integrated into livestreams or advertisements, enabling customers to complete their purchases with a single click. This technology streamlines the shopping experience, as buyers only need to fill out their information the first time they use an Orderfaz link.
WhatsApp Keyboard; For sellers who prefer to finalize transactions through WhatsApp, our platform provides a smart keyboard compatible with both Android and iOS devices. This keyboard simplifies the customer service process, offering features such as AutoText, Send Checkout Link, Send Invoice, Send Shipping Rates, and Order List.
Landing Page Builder; To captivate potential buyers and provide them with comprehensive information about products, Orderfaz offers a versatile landing page builder. Sellers can create customized landing pages to showcase their products, explain their unique features, usage instructions, and the positive impact their products can have on customers.
Storefront; Our Storefront feature empowers users to establish their own online shops effortlessly, without the need for coding skills. Sellers can share their storefront links on their social media profiles, allowing potential customers to explore their offerings. Additionally, these links can be conveniently shared via messaging apps like WhatsApp, serving as a convenient “Catalog” for potential buyers.
With these powerful features, Orderfaz is poised to transform the social commerce landscape on TikTok, enabling sellers to provide a seamless shopping experience, streamline customer interactions, and effectively showcase their products to a wider audience. Embrace Orderfaz to thrive in the dynamic world of social commerce on TikTok.
–
Disclosure: This writing was entirely composed by Reynaldi Gandawidjaja with minor formatting edits. The content does not necessarily reflect the views of the DailySocial.id editorial team.
Dalam programmatic advertising, DMP (Data Management Platform) adalah platform yang mengumpulkan, mengelola, dan menganalisis data pelanggan serta data lainnya untuk meningkatkan efektivitas kampanye iklan digital.
DMP memungkinkan pengiklan untuk menggabungkan data dari berbagai sumber termasuk data pihak pertama maupun data pihak ketiga, seperti data perilaku pengguna, data demografis, dan data transaksi, untuk membuat segmentasi yang lebih akurat dan strategi penargetan yang lebih efisien. Dengan menggunakan DMP, pengiklan dapat memahami audiens mereka dengan lebih baik, mengoptimalkan penayangan iklan, dan mengukur hasil kampanye secara lebih detail.
Singkatnya, DMP dalam programmatic advertising adalah platform untuk mengelola dan memanfaatkan data guna meningkatkan hasil kampanye iklan digital.
Mengubah cara berbisnis startup dengan DMP
DMP (Data Management Platform) mengubah cara berbisnis startup ke depannya dengan memberikan dampak signifikan dalam pengelolaan data, pengambilan keputusan, dan strategi pemasaran. Berikut adalah beberapa alasan mengapa DMP akan mengubah cara berbisnis startup ke depannya:
Personalisasi yang lebih baik: DMP memungkinkan perusahaan untuk melakukan personalisasi yang lebih baik dalam komunikasi dan penawaran produk kepada pelanggan. Hal ini membantu membangun hubungan yang erat, meningkatkan loyalitas, dan meningkatkan tingkat konversi.
Pengambilan keputusan yang lebih cerdas: DMP menyediakan wawasan mendalam tentang kinerja kampanye pemasaran dan perilaku pelanggan. Perusahaan dapat menggunakan data ini untuk mengambil keputusan yang lebih cerdas dalam strategi pemasaran, pengembangan produk, dan alokasi anggaran.
Penargetan iklan yang lebih efektif: DMP memungkinkan perusahaan untuk melakukan penargetan iklan yang lebih presisi kepada audiens yang relevan. Hal ini mengurangi pemborosan anggaran iklan dan meningkatkan tingkat konversi.
Meningkatkan pengalaman pelanggan: DMP membantu perusahaan memahami pelanggan secara holistik, termasuk preferensi dan riwayat pembelian. Dengan pemahaman ini, perusahaan dapat memberikan pengalaman yang lebih personal dan relevan kepada pelanggan.
Inovasi dan pertumbuhan: DMP membuka peluang baru dalam penggunaan data dan analisis. Perusahaan dapat menggali wawasan baru, mengidentifikasi tren pasar, dan meluncurkan produk atau layanan baru. DMP juga membantu perusahaan dalam mengelola pertumbuhan bisnis dengan skala yang lebih besar dan mencapai keunggulan kompetitif.
Dengan DMP, perusahaan dapat menjadi lebih fokus pada pelanggan, lebih responsif terhadap kebutuhan pasar, dan lebih efektif dalam strategi pemasaran. DMP memainkan peran penting dalam menghadapi tantangan dan peluang terkait penggunaan data dalam bisnis masa depan.
Tiga alasan DMP efektif membantu startup
Berikut adalah tiga alasan mengapa DMP efektif membantu startup mendorong cara pemasaran yang lebih baik secara digital:
Segmen target yang lebih tepat: DMP memungkinkan startup untuk menggabungkan dan menganalisis berbagai sumber data untuk mengidentifikasi segmen target yang lebih tepat. Dengan informasi yang lebih kaya tentang perilaku, preferensi, dan demografi audiens, startup dapat membuat segmentasi yang lebih akurat dan menyampaikan pesan yang relevan kepada setiap segmen. Hal ini menghasilkan kampanye pemasaran yang lebih efektif dengan tingkat konversi yang lebih tinggi.
Personalisasi yang lebih baik: DMP memungkinkan startup untuk menyampaikan pesan dan penawaran yang lebih personal kepada pelanggan. Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang preferensi dan kebutuhan pelanggan, startup dapat memanfaatkan DMP untuk membuat pengalaman yang disesuaikan. Misalnya, mereka dapat mengirimkan konten yang relevan melalui email, menyesuaikan situs web berdasarkan riwayat pembelian, atau menampilkan iklan yang sesuai dengan minat pelanggan. Personalisasi yang lebih baik meningkatkan keterlibatan pelanggan dan memperkuat ikatan dengan merek.
Pengukuran dan pengoptimalan yang akurat: DMP memungkinkan startup untuk mengumpulkan dan menganalisis data kinerja kampanye pemasaran secara mendalam. Startup dapat melacak perilaku pengguna, tingkat konversi, dan metrik lainnya untuk memahami efektivitas kampanye mereka. Dengan wawasan ini, startup dapat mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dan melakukan optimasi yang tepat. DMP juga memfasilitasi pengujian A/B dan pengukuran multikanal, memungkinkan startup untuk menguji strategi pemasaran baru dan mengoptimalkan pengeluaran mereka berdasarkan hasil yang terukur.
Secara keseluruhan, DMP membantu startup memanfaatkan data pelanggan secara lebih efisien, mendorong personalisasi yang lebih baik, dan memperbaiki pengukuran serta pengoptimalan kampanye pemasaran mereka. Dengan pendekatan yang lebih terfokus dan informasi yang lebih mendalam tentang audiens target, startup dapat meningkatkan tingkat konversi, membangun loyalitas pelanggan, dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dalam lingkungan pemasaran digital yang kompetitif.
Contoh use case DMP
Indonesia adalah pasar yang berkembang pesat dalam industri pariwisata, dengan populasi yang terus bertambah dan pendapatan yang terus meningkat, semakin banyak orang yang ingin berwisata. Akibatnya, banyak Online Travel Agent (OTA) telah memasuki pasar untuk memanfaatkan kesempatan ini
Kini, setelah pandemi COVID-19 terkendali dan perbatasan di seluruh dunia telah dibuka, Indonesia mengharapkan pertumbuhan baru di sektor pariwisata. Bekerja sama dengan Indosat Ooredoo Hutchison (IOH), MI-DMP™ dapat memberikan wawasan tentang pasar OTA untuk tiga pemain besar di Indonesia: Traveloka, Agoda, dan Booking.com.
Market share OTA Indonesia di Q1 2023
Pasar OTA Indonesia telah didominasi oleh Traveloka, Agoda, dan Booking.com selama beberapa tahun terakhir. Dalam menganalisis pengguna aktif untuk kuartal pertama tahun 2023, Agoda mengalami peningkatan sebesar 17,7% dibandingkan dengan Booking.com yang hanya mengalami peningkatan sebesar 5,6%. Sebaliknya, Market share Traveloka menunjukkan penurunan drastis sebesar 21,8% dalam satu kuartal. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk upaya pemasaran dari masing-masing perusahaan.
Tren trafik pasar OTA Indonesia di Q1 2023
Menurut data MI-DMP™, tren pada kuartal terakhir menunjukkan bahwa semua OTA mencapai puncaknya selama musim Natal dan menurun setelahnya. Dibandingkan dengan yang lain, Booking.com tetap cukup konsisten dalam jumlah pengguna, sementara Traveloka mencapai puncaknya dan menurun di beberapa titik dalam empat bulan terakhir. Salah satu kemungkinan untuk hal ini adalah bahwa Traveloka berfokus pada pasar perjalanan domestik yang memungkinkan mereka untuk menyesuaikan jasa mereka dengan kebutuhan dan preferensi wisatawan Indonesia.
Demografi audiens
MI-DMP™ menampilkan informasi yang bermanfaat bagi Pengiklan dan Agensi untuk menemukan target audiens mereka dari berbagai dimensi termasuk lokasi dan data demografis.
Dalam hal distribusi usia, kita dapat melihat perbedaan yang lebih jelas. Generasi milenial berusia 25-34 tahun lebih gemar menggunakan Traveloka. Hal ini dapat dikaitkan dengan strateginya yang berfokus pada pemasaran digital, menggunakan platform media sosial seperti Instagram untuk menargetkan wisatawan milenial dan Gen Z. Audiens Agoda dan Booking.com di Indonesia sedikit lebih tua, dengan persentase pengguna berusia 35-54 tahun yang lebih besar. Mereka cenderung memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengguna Traveloka, dengan banyak di antaranya berada di bawah kelompok pendapatan kelas menengah ke atas.
Platform Overlap
Hal yang juga menarik untuk dicatat adalah bahwa pengguna tidak hanya menggunakan satu platform saja. Traveloka, Agoda, dan Booking.com telah mampu menunjukkan tumpang tindih yang relatif kecil di antara basis pengguna mereka. Fakta bahwa hanya sekitar 5% pengguna OTA di Indonesia yang menggunakan ketiga platform tersebut dalam satu kuartal terakhir mungkin cukup mengejutkan, yang berarti hanya 18,5% pengguna yang cenderung membandingkan harga di berbagai platform sebelum melakukan pemesanan.
Komparasi heavy users vs normal users
berat berusia 35-44 tahun dari Booking.com juga 1% lebih tinggi dari pengguna normal, ini menunjukkan rentang usia yang lebih luas untuk pengguna berat, dibandingkan dengan platform lainnya.
Top Interested Apps
Dikenal karena kumpulan data yang komprehensif di seluruh dunia digital, MI-DMP™ juga menyediakan analisis trafik bagi klien untuk tetap berada di jajaran terdepan dalam kompetisi. Tidak mengherankan jika pengguna ketiga platform tersebut memiliki minat yang sama dalam hal perilaku online.
Secara spesifik mengamati aplikasi-aplikasi dalam kategori teratas, kita dapat menyimpulkan bahwa pengguna dari ketiga platform tersebut mungkin memiliki preferensi yang berbeda untuk aplikasi media sosial dan e-commerce. Pengguna Traveloka lebih suka menggunakan Shopee daripada yang lain, sementara pengguna Agoda tampaknya lebih suka menggunakan Tik Tok daripada yang lain.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, pasar OTA masih terus dibentuk oleh para pemain yang dominan. Dengan menganalisis demografi, minat, dan pola perilaku audiens mereka dengan DMP, platform ini tidak hanya dapat memberikan pengalaman pemesanan yang dipersonalisasi dan tanpa hambatan, tetapi juga dapat meningkatkan bisnis mereka ke target audiens yang lebih tepat. Seiring dengan pertumbuhan industri online travel agent di Indonesia, memahami audiens akan menjadi kunci untuk tetap kompetitif dan relevan di pasar.
Vlad Ayukaev, CEO PVG (Pintar Ventura Group), perusahaan startup builder yang berbasis di Jakarta, datang ke Indonesia lebih dari 2 tahun yang lalu dengan ide untuk mendirikan produk teknologi finansial atau fintech baru untuk pasar terbesar di Asia Tenggara.
Sejak saat itu, Vlad dan timnya sukses meluncurkan beberapa layanan dan membantu startup lain untuk mewujudkan ide-ide mereka. membentuk komunitas yang berguna bagi para pendiri usaha, mitra di bidang fintech, serta investor ventura dan perusahaan di Indonesia.
Saat ini PVG menjalankan 2 proyek utama. Proyek pertama adalah sistem pembayaran Klikoo, yang menghubungkan lebih dari 12.000 klien bisnis dalam satu platform. Yang kedua adalah aplikasi kasir online Posy, yang sejak diluncurkannya pada kuartal keempat 2021 telah digunakan oleh lebih dari 5000 pengusaha.
Dengan pengalaman yang sangat luas dalam bisnis ventura di Indonesia dan luar negeri, Vlad membagikan pengalamannya dalam artikel ini kepada DailySocial tentang apa yang perlu diketahui sebelum mendirikan perusahaan startup di Indonesia dan apa yang perlu dipertimbangkan untuk membangun kepercayaan para calon investor.
Jangan berjalan sendiri
10-15 tahun yang lalu di Indonesia ada kriteria usia tertentu yang tidak memungkinkan para spesialis muda untuk berkembang cepat di dalam profesinya. Sekarang tren berubah dan diskriminasi usia berangsur-angsur hilang. Semua orang memahami bahwa generasi muda jauh lebih mudah beradaptasi terhadap teknologi dan kondisi kehidupan yang semakin kompleks daripada yang usia lebih tua.
Namun, investor profesional masih ragu untuk berinvestasi di startup yang tidak berpengalaman, meskipun pendirinya cekatan, fleksibel, dan yang paling berani di generasinya. Di situasi seperti itu kehadiran pendiri lain, co-founder, atau konsultan yang lebih berpengalaman dapat membantu – kehadiran orang yang percaya pada ide proyek dan memutuskan untuk bekerja berdampingan dengan mitra muda mempengaruhi keberhasilan dalam pitching perusahaan startup.
Jika ada co-founder atau konsultan, berarti si pendirinya sudah berhasil menjual produk atau idenya setidaknya kepada satu orang. Tetapi jika hanya ada 1 pendiri, berarti hanya ada 2 penjelasan untuk itu, entah itu dia seorang jenius atau seorang yang terlalu percaya diri.
Orang yang bergabung dengan struktur ventura apa pun mengetahui akan keuntungan unik sebuah startup.
Jangan takut membagi informasi tentang pengalaman burukmu
Cap kesuksesan telah beredar di venture market selama bertahun-tahun. Para pendiri menceritakan pengalaman di media sosialnya tentang pencapaian mereka yang tidak ada habisnya, tentang investasi yang meningkat, tentang kemitraan dengan perusahaan besar. Pola ini kemudian direplikasi dalam presentasi, konferensi, dan pada berbagai kesempatan demo para pengembangnya. Keadaan ini membuat jebakan yang diciptakan pendirinya sendiri, apalagi ketika harus membahas hasil kerja yang kurang baik atau kegagalan.
Pada kenyataannya, pendiri proyek adalah orang yang paling berharga bagi ekosistem ventura. Dia jelas memahami semua kesalahan yang telah dibuat dan tahu dari pengalamannya sendiri bagaimana menyelesaikannya.
Dalam bahasa Rusia, ada satu peribahasa yang sangat bagus yang dengan senang hati saya bagikan ke para pembaca DailySocial:
“Satu orang yang dipukul setara dua orang yang tidak pernah dipukul.” (orang yang berpengalaman dua kali lebih baik daripada orang yang tidak punya pengalaman).
Oleh karena itu, menurut saya, sangat berharga untuk memilih founder yang telah gagal dalam beberapa proyek mereka, yang kehilangan tim dan investasinya, yang melewati segala macam situasi stres dan mampu keluar darinya.
Saran saya: “jangan malu beritahu timmu, calon investor, dan rekan-rekan kerja tentang kegagalanmu.”
KISS – Keep it simple, stupid
Agar startup di Indonesia memiliki potensi untuk bertumbuh, tidak perlu memaksakan kewajiban ekstra pada bisnis dalam bentuk pinjaman, kantor besar, dan karyawan tetap yang gajinya besar. Saya menyarankan untuk mengingat salah satu prinsip utama penyelam profesional – Keep It Simple, Stupid – KISS.
Prinsip KISS ini dengan tepat mengasumsikan bahwa sistem kerja menjadi sangat baik jika dibuat sederhana, bukan dibuat rumit. Misalnya, proses pendirian perusahaan di Indonesia sangat mudah, tetapi proses penutupan sebuah perusahaan jauh lebih sulit dan memakan waktu beberapa bulan hingga satu tahun atau lebih.
Untuk apa melakukan hal ini jika masih belum jelas akan adanya kesempatan bisnis. Begitu juga dengan adanya kantor. Sebenarnya, kita dapat bekerja dari rumah atau dari tempat coworking. Untungnya sekarang semua orang sudah terbiasa dengan cara kerja ini dan sudah ada infrastruktur yang bagus.
Daripada mempekerjakan orang untuk posisi permanen, pengusaha dapat membuat kontrak sementara, menggunakan konsultan atau perusahaan agensi. Vlad menyarankan untuk mencoba mencari skema afiliasi tanpa pembayaran di muka, lebih baik jika bisa bekerja dengan sistem bagi hasil.
Secara umum, jika berhasil mengikuti aturan KISS, sebuah startup dapat benar-benar melindungi dirinya dari banyak masalah yang tidak penting, mengurangi biaya negatif dan memperpanjang operasionalnya.
Sayangnya, banyak pengusaha muda tidak mengetahui atau tidak memahami hal ini, dan mereka sering menghabiskan terlalu banyak waktu untuk memecahkan masalah yang tidak penting atau bahkan masalah yang dibuat-buat sendiri, daripada fokus pada penjualan dan pengembangan produk.
Fokuslah pada pembentukan tim yang kuat
Sudah pasti komponen penting untuk pengembangan setiap perusahaan adalah timnya. Berdasarkan pengalaman saya di Indonesia, ada banyak karyawan yang tidak siap mengambil tanggung jawab lebih. Mereka berusaha mengurangi lingkup tanggung jawabnya.
Kita hidup di negara yang sangat bersosial, di mana sangat banyak keputusan diambil oleh grup atau kumpulan orang, oleh seluruh tim, di mana pengalaman seringkali lebih penting daripada kompetensi. Ini dapat diaplikasikan di sektor ekonomi sederhana, tetapi membangun perusahaan berteknologi dan modern berdasarkan prinsip ini sangat sulit, dan yang paling penting, mahal.
Ditambah, kita juga bisa melihat banyak pelamar, bahkan di Jakarta, yang tidak sepenuhnya memahami cara kerja sebuah startup secara spesifik. Terkadang kita harus menjadi ahli dalam banyak hal dan dapat membuat keputusan dengan cepat.
Di PVG, kami mencoba menghindari jebakan ini dengan memilih karyawan secara cermat pada fase penyaringan dan wawancara.
Pertama-tama, kami mencari profesional muda yang belum dimanjakan struktur korporat atau yang pernah bekerja di lingkungan yang serba cepat.
Catatan penting kedua adalah kehadiran teknisi yang kuat di tim pendiri. Sangat disarankan untuk bermitra dengan layanan pemeliharaan teknis (maintenance system) atau pengembang teknis.
Masalah yang sudah umum adalah saat sebagian besar perusahaan mempekerjakan spesialis teknis dari luar, dan dia hanya mencari keuntungan finansial pribadinya. Ini bisa menjadi bom waktu dalam proyek. Memberi contoh bahwa dia dapat memilih arsitektur yang salah yang hanya nyaman baginya daripada skalabilitas dan tujuan bisnis. Contoh kecil, ia dapat memilih aplikasi sistem yang salah bagi perusahaan dengan hanya mengutamakan kenyamannya saja dan bukan untuk kepentingan perusahaan. Apalagi tim teknis sering mengalami masalah rekrutmen.
Selain di Indonesia, permintaan pasar teknisi pengembang atau IT secara global juga tinggi. Oleh karena itu kandidat teknisi berbakat biasanya menetapkan persyaratan tinggi mereka dan lebih memilih unicorn besar atau perusahaan asing yang dapat membayar lebih.
Jika kita memulai tanpa co-founder teknis, maka kita harus memperkirakan adanya permintaan gaji yang tinggi untuk karyawan, tenaga perekrut yang mahal, dan proses perekrutan yang sangat lambat. Kita tidak akan memiliki jaringan untuk perekrutan yang biasanya ada pada tim maintenance system. Tanpa sistem network, kita juga harus mengimplementasikan sistem motivasi khusus bagi karyawan yang dipekerjakan.
Kita harus memahami target pasar dan menjalin komunikasi dengan klien
Di Indonesia metode pemasaran sedikit beda dari Eropa atau Amerika Serikat. Dibanding dengan negara-negara Barat, Indonesia memiliki traffic yang relatif murah tetapi konversinya mahal.
Konten mudah dikonsumsi di sini. Rata-rata waktu pengguna di depan layar atau screen time di Indonesia jauh lebih tinggi daripada di Eropa dan Amerika. Namun, orang Indonesia sangat selektif ketika berbelanja, sehingga dengan konversi klik dan tontonan yang tersedia, konversi pembelian di pasar menjadi mahal.
Menurut saya, ketika meluncurkan produk B2C (dan bahkan B2B) di Indonesia, penting untuk meyakinkan klien tentang dua hal: bahwa mereka membutuhkan produk tersebut, dan bahwa mereka akan puas dengan produk tersebut. Penjualan seperti ini bisa disebut penjualan “ganda”.
Selain kebutuhan, perlu juga menciptakan rasa manfaat pada pelanggan dan menawarkan promosi. Hal ini juga mempengaruhi loyalitas pengguna yang harus terus dijaga. Di sini juga tidak ada metode serba guna yang menjadi tolak ukurnya. Setiap segmen memiliki ekonomi sendiri, proses penjualan dan tingkat konversi tertentu. Untuk memahami semua ini, kita perlu secepat mungkin memulai startup, berkomunikasi dengan klien, dan menjalankan penjualan manual, terutama di B2B.
Untuk menggarisbawahi semua informasi di atas ini, saya ingin memberi tiga saran paling berguna bagi pendiri usaha baru:
Membangun bisnis sesuai dengan aturan KISS (keep it simple, stupid) agar tidak mengalami kesulitan yang tidak perlu dan melindungi diri kita dari masalah yang bisa muncul.
Mulailah komunikasi dengan klien atau pengguna secepat mungkin. Untuk memahami mengapa dan dalam kondisi apa mereka bersedia membeli produk kita. Selain itu, kenapa mereka tidak membelinya.
Jangan menjalankan usaha sendiri. Gandakan tim dan rekrut teknisi untuk menjadi co-founder.
Bagaimana mendirikan startup di Indonesia dari pandangan orang asing
Berbagai keuntungan mendirikan bisnis di Indonesia bagi orang asing
Indonesia merupakan pasar terbesar di Asia Tenggara. Populasinya mencapai 270 juta orang, dan ekonomi negara ini telah tumbuh sekitar 5% per tahun selama dua dekade. Hal ini menawarkan peluang besar untuk perkembangan bisnis, termasuk bisnis dengan modal asing.
Ukuran dan kapasitas pasar yang dihitung dengan mempertimbangkan jumlah calon pengguna adalah salah satu nilai pengukur utama untuk penganalisaan dan pengambilan keputusan dalam memulai bisnis di suatu negara tertentu. Dari sudut pandang ini, Indonesia memiliki indikator teratas.
Poin penting lainnya adalah ketersediaan dana dari calon pengguna. Penggerak utama pembangunan ekonomi di Indonesia, seperti yang terjadi di negara-negara kapitalis lainnya, adalah masyarakat ekonomi menengah. Konsumsi tahunan Kelas Menengah tersebut telah tumbuh sebesar 12% setiap tahunnya selama dua dekade.
Menurut perkiraan Bank Dunia, pada tahun 2030 kelompok masyarakat Indonesia ini akan meningkat dari 52 juta menjadi 118 juta orang. Artinya, sepertiga populasi negara ini akan memiliki kondisi ekonomi yang lebih mapan dan akan mampu membeli kebutuhan lainnya seperti rumah, mobil, gadget, serta membayar untuk berlangganan layanan digital atau pendidikan online.
Kenaikan dua kali lipat masyarakat ekonomi menengah adalah tanda yang baik akan adanya pertumbuhan pesat berbagai bisnis digital (dan bukan hanya itu).
Ada banyak peluang bisnis yang menjanjikan di Indonesia, seperti Edtech, Fintech, HRtech, Medtech, E-commerce dan transportasi logistik. Selama beberapa tahun terakhir, Indonesia memiliki banyak startup unicorn. Misalnya, startup OVO di sektor e-payment diperkirakan mencapai US$2,9 miliar. Startup fintech Xendit bergabung dengan unicorn pada September 2021 diperkirakan mencapai US$1 miliar setelah mendapatkan dana investasi sebesar US$150 juta. Atau, misalnya, J&T Express yang memberikan jasa pengiriman paket dengan mobil, telah menjadi unicorn senilai US$20 miliar.
Pada umumnya, “semangat berwirausaha” sangat berkembang di Indonesia. Hubungan kemitraan dan reputasi lebih dihargai di sini jika dibandingkan di negara lain dan merupakan kelebihan utama pasar ini. Investor dan pengusaha lokal membuka diri akan adanya pengalaman dan teknologi baru, terutama dari mitra asing.
Menurut saya, memiliki partner lokal yang tepat di Indonesia dapat memberikan kemudahan dan jangkauan lebih luas daripada, misalnya, di negara-negara Eropa. Jika orang asing dapat menyampaikan ide bisnisnya kepada penduduk setempat dengan jelas, memahami cara kerja masyarakat Indonesia dan ingin membuat kehidupan masyarakat di negara ini lebih baik — mereka pasti akan menghargainya di sini.
Jenis perusahaan di Indonesia dan perbedaannya
Bagi orang asing yang ingin memulai startup di Indonesia, saya akan memberitahumu tentang spesifikasi mendirikan usaha bagi para pengusaha asing.
Ada dua jenis usaha di Indonesia: untuk penduduk dan untuk orang asing.
LLC (Limited liability company) di Indonesia disebut PT (Perseroan Terbatas). Untuk mendirikan perusahaan dengan tingkatan PT, modal dasar minimum yang diperlukan adalah Rp 50 juta atau sekitar US$3.500. Ini adalah PT dengan pemegang saham. Dalam banyak hal, PT memberikan kebijakan yang luas, namun ada satu keterbatasan yang penting – modalnya harus lokal.
Jika suatu perusahaan memiliki modal asing, maka pada nama PT akan tercantum PMA (Penanaman Modal Asing, yang berarti didanai oleh pihak luar), contohnya PT PMA. Untuk perusahaan tersebut (perusahaan dengan partisipasi asing), ambang batas minimum untuk modal dasar adalah Rp 10 miliar atau sekitar US$700.000.
Jenis selanjutnya adalah KPPA (Kantor Perwakilan Perusahaan Asing). Perusahaan semacam itu dapat menjalankan fungsi sebagai pengamat, koordinator, atau penghubung yang mewakili kepentingan perusahaan induk yang merupakan perusahaan di luar Indonesia. Jika perusahaan dapat menerima pembayaran lintas batas, jenis perusahaan ini akan sangat nyaman dijalankan pengusaha asing.
Adanya perbedaan berganda untuk perusahaan dengan modal asing bertujuan untuk membantu melindungi para pengusaha lokal dari persaingan yang berlebihan serta para investor kecil. Pemerintah Indonesia tertarik untuk memikat para pemain tingkat menengah dan atas.
– Tulisan tamu ini adalah hasil kerja sama DailySocial dan Pintar Ventura Group (PVG). PVG bekerja dengan banyak orang yang memiliki tujuan utama yang sangat penting untuk seluruh perekonomian Indonesia – digitalisasi dan percepatan pertumbuhan UMKM.
Tak lama setelah lulus kuliah, saya sudah bekerja di industri musik, terlibat dengan awal-awal layanan musik digital dalam bentuk ringtone dan ringbacktone (RBT). Petualangan pertama saya sebagai wiraswastawan, Ohdio.FM, adalah upaya memperkaya ekosistem musik. Bahkan perusahaan saya yang sekarang, KaryaKarsa, bermula dari menerapkan konsep direct-to-fans untuk musisi, walaupun kini KaryaKarsa bisa digunakan oleh kreator apapun. Jadi, karier saya sudah lama dekat dengan teknologi dan musik.
Salah satu topik paling ramai dibicarakan di tahun 2021 adalah NFT. Berbasis blockchain, NFT memberikan musisi alternatif dalam berpenghasilan dari kegiatan berkarya yang pada dasarnya mengurangi atau menghilangkan porsi pekerjaan (dan porsi bagi hasil) oleh penengah seperti distributor, bahkan label. Sehingga, NFT digadang-gadangkan sebagai teknologi yang akan pada akhirnya membawa kesejahteraan yang lebih merata pada produsen inti industri musik, yaitu musisi, karena musisi akan dapat mengatur sendiri harga dan royaltinya.
Secara umum, ketertarikan dunia ke NFT – lengkap dengan penolakannya – semakin meninggi sepanjang 2021. Jadi kalau dilihat secara anekdotal, potensi dampak teknologi NFT untuk industri musik, Indonesia maupun global, cukup besar.
Yang menarik dari NFT itu adalah bagian non-fungible, sehingga mendekatkan rilisan karya (misalnya musik) seperti yang sudah lama terjadi sebelum era internet dimulai, saat jumlah fisik sebuah karya itu terbatas (atau dibatasi).
Teknologi NFT memberikan verifikasi yang tak dapat dibantah soal kepemilikan terhadap sebuah aset digital dengan transparansi sampai ke transaksi awalnya, sebuah antitesis terhadap perbanyakan file digital tanpa batas dan tanpa rekam jejak jelas yang terjadi semenjak internet berdiri. Memang, filenya sendiri tetap dapat diperbanyak, tapi peneguhan hak akan karya tersebut tercatat di blockchain.
Keunggulan dari teknologi ini, digabungkan dengan semakin mudahnya memproduksi karya digital apapun dari komputer maupun HP, memberikan kendali dan kekuatan yang cukup besar kembali ke kreator seperti musisi.
Karena produksi toh sebenarnya bisa dilakukan sendiri semua, kini distribusi pun bisa dilakukan sendiri dengan bantuan situs-situs seperti Nifty Gateway atau Audius, tanpa harus adanya perusahaan rekaman maupun publisher (terlepas dari perlu atau tidak ya).
Nah, sebenarnya produksi dan distribusi mandiri, atau sering disebut indie, ini bukan sesuatu yang baru. Musisi sudah melakukan distribusi mandiri melalui situs seperti Bandcamp [atau KaryaKarsa], atau dibantu oleh layanan seperti Distrokid atua CDBaby.
Akan tetapi, untuk mengakses pendengar yang banyak, memang akhirnya akan berujung di layanan-layanan seperti Spotify dan Apple Music, yang model bisnisnya lebih menguntungkan siapapun label (atau agregator musik, seperti Believe) yang memiliki market share besar berdasarkan jumlah pendengar.
Perputaran uang music streaming belakangan ini bahkan didominasi oleh pemilik katalog lagu lama, yang notabene kebanyakan ada di para major label Universal Music, Sony Music Entertainment dan Warner Music.
Di sisi lain, kebanyakan pendengar musik masih enggan keluar uang jika yang ditawarkan “hanya” lagu. Dari pengamatan, konsumen musik – yang mau keluar uang – memilih untuk membayar untuk langganan layanan musik untuk mendapatkan lagu yang diinginkan, dan akan keluar uang lebih untuk hal-hal “unik” dari artis/musisi yang disukai, seperti merchandise, limited edition CD, dan sebagainya.
Preferensi konsumsi seperti ini, tentunya membuka lebar kemungkinan NFT musik menjadi salah satu cara fans seorang artis/musisi memberi dukungan.
Namun ada faktor lain yang sangat mempengaruhi kemungkinan seorang artis atau musisi mendapatkan penghasilan dari karyanya melalui merchandise sampai NFT, bahkan mendapatkan pemasukan lebih dari layanan music streaming. Faktor itu adalah basis pendengar atau fans.
Perlu diingat bahwa NFT dan merchandise, misalnya, adalah “barang jualan”. Kalau barang jualannya tidak ada potensi massa yang berminat membeli, akan menjadi masalah. Sehingga, pembentukan massa pendengar, penikmat dan fans ini tetap menjadi unsur penting dalam membangun karier seorang musisi komersial.
Di era sebelumnya, peranan membentuk massa pendengar ini banyak dilakukan oleh perusahaan rekaman. Mereka menemukan sebuah pola bisnis di mana mereka bisa benar-benar “mengorbitkan” seorang artis/musisi melalui usaha promosi yang gencar via media, memastikan lagunya terpasang cukup sering di TV dan radio, dan membentuk persepsi di media dan publik bahwa “lagunya enak dan artisnya keren”.
Di zaman media sosial ini, keadaan praktis berbalik saat seringkali artis sudah memiliki massa yang sudah terbangun sebelum melakukan perjanjian dengan perusahaan rekaman. Artis atau musisi yang sudah cukup sukses pun tidak tergantung pada pemasukan yang bisa dihasilkan via perusahaan rekaman, karena bisa “menyewakan” massa fansnya ke brand secara langsung dengan melakukan brand endorsement.
Dan kini, ada NFT.
Meskipun karier seorang artis atau musisi kini tidak melulu tergantung pada penjualan rekaman musik, komponen membangun massa ini tetap penting untuk memastikan ada yang membeli barang jualannya. Di sisi lain, industri NFT masih tergolong sangat spekulatif, seperti halnya cryptocurrencies yang digunakan untuk mencetak dan membelinya.
Meskipun saya yakin kolektor NFT memiliki keinginan tulus untuk mendukung kreator yang NFTnya mereka beli, tetap saja ada sisi spekulatif yang berharap nilai NFTnya akan mengalami apresiasi; ini bukan sesuatu yang buruk, karena hal yang sama juga terjadi di pasar seni yang lebih “tradisional” melalui seniman, kolektor dan galeri. Apresiasi terhadap seni tentu ada, namun spekulasi investasinya pastinya tetap ada. Ini realita yang perlu dihadapi saja.
Pada akhirnya, setidaknya buat saya, yang penting itu seberapa banyak seorang artis/musisi dapat menghasilkan uang untuk terus berkarya. Industri hiburan secara makro selama bertahun-tahun condong pada karya-karya yang dapat dijual ke massa yang besar, karena modal yang diperlukan untuk membuat karya tersebut – seperti film – juga besar, dipengaruhi juga oleh biaya yang diperlukan untuk pemasaran dan distribusi.
Dengan skala yang lebih kecil, dan pengeluaran biaya yang lebih rendah untuk pemasaran dan distribusi, harusnya ada tempat untuk kreator-kreator yang memiliki massa tak lebih dari 1000 followers sekalipun.
Untuk saya, NFT ataupun teknologi apapun yang akan datang untuk meramaikan pengalaman hiburan kita, hanya sebagian dari strategi atau produk yang perlu dipikirkan untuk karier berkarya yang berkesinambungan.
– Disclosure: tulisan tamu ini dibuat oleh Ario Tamat. Ario adalah Co-Founder dan CEO Karyakarsa, platform apresiasi kreator Indonesia. Ia bisa dikontak di ario [at] karyakarsa [dot] com.
Pada masanya, desas desus mengenai debut Grab di Nasdaq diproyeksi akan berjalan lancar bagi investor. Di bulan April 2021, Grab mengumumkan rencananya untuk go public melalui merger SPAC dengan Altimeter Growth Corp dalam kesepakatan yang bernilai hampir $40 miliar.
Bagi yang mengikuti perkembangan isu IPO Grab yang akan datang — bahkan mungkin siap untuk membeli saham saat pasar dibuka. Ada beberapa hal yang perlu dipahami terkait situasi perusahaan saat ini.
Meskipun Grab memulai bisnis sebagai aplikasi transportasi online pada tahun 2012, perusahaan telah berkembang menjadi super-app yang bonafide, serta memiliki berbagai diversifikasi penawaran di dalam aplikasi untuk menargetkan sektor ekonomi digital yang tengah berkembang, seperti logistik, pengiriman makanan, dan layanan keuangan.
Inisiatif ini sepertinya berhasil, melihat model super-app yang terbukti solid. Coba bayangkan, seorang pekerja independen (gig worker) hanya membutuhkan modal tubuh yang lengkap serta moda transportasi untuk menjalankan tugas dan mendapatkan penghasilan.
Pengemudi ojek Grab di Indonesia, misalnya, bisa mengantar orang (ride-hailing), mengantarkan makanan (GrabFood), mengantarkan sembako (GrabMart), mengambil titipan dari pengguna aplikasi (GrabJastip), bahkan membantu pelanggan melakukan top-up (GrabKios), semua dalam satu hari.
Ketika pengemudi lebih produktif, unit ekonomi dalam platform akan jadi lebih baik. Sebanyak 59 persen armada pengemudi roda dua Grab melayani pengantaran penumpang dan pengiriman di seluruh Asia Tenggara.
Waktu kerja yang optimal serta kesempatan untuk memperoleh penghasilan yang lebih tinggi menjadi keuntungan tersendiri bagi para pengemudi, maka dari itu, akan lebih mudah untuk mempertahankan mereka dalam jaringan Grab.
Status sebagai super-app
Lain halnya di belahan bumi bagian Barat, model super-app berjalan relatif lancar di Asia Tenggara. Para pengguna di kawasan ini sebagian besar sudah terpapar digital, dan kebanyakan dari mereka menggunakan ponsel Android dengan kapasitas rendah, bukan iPhone. Oleh karena itu, penting bagi mereka untuk memiliki satu aplikasi yang bisa melakukan semuanya daripada banyak aplikasi dengan manfaat masing-masing.
Hal ini juga terjadi di China, meskipun hanya memiliki satu perbedaan fungsi mendasar, menunjukkan kekurangan sistem pengiriman pesan dalam super-app di Asia Tenggara. Penggunaan WhatsApp milik Facebook di Indonesia sudah terlalu kuat, dibandingkan dengan WeChat sebagai super-app di China.
Mungkin ada alasan lain mengapa satu super-app bisa cocok dengan pasar yang terfragmentasi ini, salah satunya adalah industri teknologi yang masih relatif dini. Bukanlah perkara mudah untuk memperbaiki dan menyempurnakan satu layanan, apalagi enam atau tujuh.
Perusahaan dengan keunggulan pasar di satu vertikal (misalnya, ride-hailing) dapat kembali berinvestasi dengan pendapatan mereka untuk menembus vertikal lain (pengiriman makanan dan pembayaran digital) serta membuka skala ekonomi bergulir.
Menariknya, hal itu membuat pengguna jauh lebih nyaman. Dengan menautkan akun kartu kredit ke Grab atau aplikasi dompet digital untuk membayar perjalanan pulang, detail secara otomatis akan terisi ketika Anda ingin memesan makan malam.
Selain itu, Anda juga dapat menggunakan dompet digital yang sudah ada, tidak perlu lagi membawa dompet fisik kemana pun. Dengan integrasi yang sukses seperti ini, pengalaman bagi konsumen yang paham digital (bukan sebuah masalah di Asia Tenggara) akan nyaris sempurna.
Meski masih merugi, Grab memiliki rekam jejak yang kuat dalam hal eksekusi. Seperti pada saat pertama kali masuk ke Indonesia di tahun 2014 sebagai underdog, perusahaan tertinggal jauh dengan rival lokalnya, Gojek, yang sudah unggul empat tahun. Nyatanya, saat ini Grab berhasil memimpin pasar perjalanan dan pengiriman makanan di negara ini. Aplikasi ini telah menyumbang $5,45 miliar untuk ekonomi lokal pada tahun 2019.
Fakta bahwa banyak konglomerat terkemuka di Indonesia memilih untuk berinvestasi di Grab merupakan bukti pengakuan mereka atas kemampuan Grab dalam navigasi lingkungan yang kompleks dengan kinerja yang lebih baik daripada pesaing.
Jejak regional startup ini menjadi pembeda utama di kawasan yang saling terhubung namun terfragmentasi seperti Asia Tenggara. Grab adalah satu-satunya pemain yang berhasil mengoperasikan model super-app sejati di berbagai pasar.
Hal ini menjadi penting. Model super-app Grab telah menunjukkan ketahanannya. Layanan ini tidak bergantung pada pasar tunggal atau vertikal mana pun, yang terbukti penting untuk melindungi perusahaan kendati periode krisis seperti pandemi. Hal ini mengantar perusahaan pada posisi yang solid untuk menjaring peluang pertumbuhan di seluruh wilayah.
Menurut laporan e-Conomy SEA 2021, pasar inti di Asia Tenggara diperkirakan akan mengalami pertumbuhan dua digit terhitung saat ini hingga 2025, dipimpin oleh Filipina dan Vietnam. Dengan sejarah keberhasilan lokalisasi Grab yang sudah terbukti, perusahaan juga diharapkan bisa memenangkan pasar Filipina dan Vietnam.
Kompleksitas Asia Tenggara juga menyebar ke dalam politik dan lingkungan bisnis yang lebih luas. Grab juga menunjukkan kemampuannya dalam menanggulangi hal ini dengan menjalin kemitraan yang kuat dengan pihak regulator, seperti Grab Tech Center di Jakarta.
Semua ini merupakan sinyal yang jelas dari Grab dengan kapasitasnya untuk memenangkan hati regulator dan memupuk hubungan kerja yang kuat dengan negara, sesuatu yang esensial di kawasan dengan politik beragam seperti Asia Tenggara.
Tidak ada bumbu rahasia untuk hidangan ini, jika Anda penasaran. Grab menggunakan formula sederhana dengan mencoba hadir di mana pun dan kapan pun untuk membantu pemerintah menyelesaikan masalah. Misalnya, perusahaan membantu mendirikan pusat vaksinasi di 54 kota di seluruh Indonesia, bahkan meluncurkan layanan vaksinasi drive-through untuk memberikan 5.000 suntikan per minggu.
Intisari dari setiap kisah sukses startup adalah kepemimpinan. Dari interaksi saya dengan anggota pendiri Grab, saya bisa mengatakan bahwa Anthony Tan memegang teguh keyakinannya dalam membangun tim lokal yang kuat dan intens. Para pemimpin Grab memiliki semangat yang nyata dan tulus untuk melayani komunitas tempat mereka berada.
Grab memiliki fundamental yang solid. Dengan misi penting, c-level yang mumpuni, dan rekam jejak yang terbukti, perusahaan siap untuk berkembang, terlebih dengan target pasar yang didominasi populasi muda dan kelas menengah yang masih bertumbuh.
Menjelang rencana Grab yang diperkirakan akan terdaftar pada 2 Desember, dengan kemungkinan menjadi perusahaan terbesar dari Asia Tenggara yang terdaftar di bursa AS hingga saat ini, semua mata akan tertuju pada kawasan ini. Di antara padatnya daftar perusahaan Asia Tenggara yang merencanakan IPO – ini akan menjadi kabar baik.
Di Indonesia, debut pasar Grab tidak diragukan lagi akan mendorong kepercayaan unicorn lokal dalam pemetaan rencana IPO mereka. Saya percaya era baru investasi teknologi akhirnya tiba, ketika raksasa lokal bersiap untuk go public di Bursa Efek Indonesia.
Teruntuk investor global yang ingin masuk pada tahap pra-IPO Grab, bentuk aliansi dengan perusahaan modal ventura lokal yang kuat, idealnya yang memiliki porsi di sektor publik dan swasta.
– Disclosure: Artikel ini ditulis oleh CEO BRI Ventures Nicko Widjaja dan pertama kali dirilis oleh e27. Dirilis ulang dalam bahasa Indonesia sebagai bagian kerja sama dengan DailySocial
Pandemi Covid-19 banyak mengubah pola kehidupan masyarakat yang mulai beralih ke digital. Peluang ini dimanfaatkan beberapa perusahaan asuransi untuk semakin gencar memasuki ekosistem digital.
Meski ekonomi digital Indonesia masih didominasi industri transportasi, travel, e-commerce, dan teknologi finansial (tekfin), insurance technology (insurtech) alias bisnis industri asuransi secara radikal dan positif melalui inovasi teknologi digital sudah mulai banyak penggunanya.
Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2019 terhadap 1.418 responden yang telah menggunakan jasa tekfin, pengguna insurtech sebanyak 9,9% atau berada di urutan ketiga setelah tekfin pembayaran (66,6%) dan P2P lending (27,4%).
Marketplace asuransi Lifepal.co.id hadir sebagai insurtech yang memberikan layanan untuk membantu membandingkan, membeli, dan menggunakan produk asuransi sesuai dengan kebutuhan dan anggaran setiap calon nasabahnya. Adapun produk yang ditawarkan mulai dari asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi kendaraan, asuransi perjalanan, dan sebagainya.
“Kita adalah marketplace asuransi yang mendistribusikan produk asuransi untuk menghubungkan kembali antara asuransi ke konsumen. Kami bermitra dengan 40 brand asuransi. Kami menawarkan banyak produk asuransi secara transparan agar nasabah bisa membandingkan membeli asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi mobil dan lain sebagainya. Semuanya disuguhkan secara transparan, masyarakat tinggal membandingkan sendiri. Mirip ketika orang mencari tiket atau hotel dari traveloka, serupa,” kata Co-founder dan CMO Lifepal Benny Fajarai dalam wawancara bersama DailySocial.id.
Sebagai bagian dari insurtech, Lifepal mendigitalkan manajemen produk asuransi dalam kanal informasi dan perbandingan produk, pemesanan layanan, hingga klaim asuransi.
“Kita seperti marketplace lain yang memanfaatkan teknologi. Dengan teknologi ini, dapat melakukan perbandingan produk, harga, orientasi, dan semua pengalaman untuk membantu konsumen,” ungkap Benny.
Fokus untuk konsumen
Sebagai marketplace asuransi, Lifepal memberikan transparansi pilihan kepada nasabah atau masyarakat yang ingin membeli asuransi. Hal itu dilakukan agar nasabah bisa memberikan persektif yang objektif.
“Posisi marketplace itu kan distributor partner, jadi kita challenge-nya selalu bagaimana berhubungan dengan pelanggan, dan meningkatkan antara pelanggan dan asuransi. Jadi kita perlu memainkan peran dengan objektif serta transparan dan efektif,” jelas Benny.
Dengan tagline ‘Teman Andalanmu’, Lifepal memiliki cara kerja secara objektif agar konsumen bisa memberikan personal perspective yang terbaik.
“Dari perspektif asuransi untuk mengalihkan produk ke orang yang tepat, membimbing audiens untuk mendapatkannya. Dari perspektif pelanggan kita mau bantu mereka dan kasih the best product, very personalize. Personal perspective dari konsumen itu yang penting,” sambungnya.
Dampak Covid-19
Menurut Benny, industri asuransi di Indonesia justru diuntungkan oleh situasi pandemi Covid-19 berkat meningkatnya kesadaran konsumen mengenai risiko hidup dan kesehatan.
“Industri asuransi merupakan salah satu industri yang saat ini sedang berkembang sebagai dampak dari pandemi. Di Q2, Q3, penjualan asuransi jelas lebih kuat. Dampak dari pandemi, produk asuransi benar-benar cepat dijual. Dalam poin ini, masih 3% populasi di Indonesia yang punya asuransi, so worthed buat semakin menaikkan penjualan asuransi di Indonesia,” ungkapnya.
Dengan bantuan perkembangan teknologi di era digital seperti saat ini, masyarakat juga jadi lebih mendapat kemudahan untuk memiliki produk asuransi.
“Sama seperti awalnya ketika kita ingin membeli tiket di agen perjalanan online, banyak dari kita yang bingung dengan transparansi, perilaku pelanggan berubah dari situ. Semakin banyak masyarakat bertransaksi secara online di masa pandemi seperti sekarang.
Lebih lanjut, Benny juga memaparkan, pendistribusian transaksi produk asuransi offline ke online saat ini sangat diharapkan berhubungan dengan 3 bagian. Yaitu:
Pelaku asuransi harus mengubah model produknya. Didistribusikan secara offline ke online.
Transparansi.
Regulator, dari pemerintah harus mengesahkan produk keuangan.
Asuransi Mikro
Saat ini, penjualan produk asuransi sudah mulai menyasar masyarakat ekonomi menengah ke bawah lewat asuransi mikro di luar perlindungan BPJS Kesehatan.
Yaitu, produk asuransi yang diperuntukkan bagi masyarakat yang memiliki penghasilan rendah alias masyarakat yang penghasilannya tidak lebih dari Rp2,5 juta setiap bulannya.
Asuransi mikro ini dikemas secara sederhana fitur dan proses administrasinya, mudah didapat, dengan harga yang ekonomis serta mampu memberikan penyelesaian pemberian santunan secepat mungkin.
Lantas, apakah Lifepal juga membidik konsumen ekonomi menengah ke bawah lewat asuransi mikro?
“Penetrasi asuransi mikro saat ini populer, mereka memasarkan produk asuransi. Jika melihat total volume industri asuransi, asuransi mikro sangat kecil. Lifepal sendiri kami tidak menargetkan pada asuransi mikro, kami menargetkan audiens menengah untuk produk lengkap,” imbuh alumni Universitas Bina Nusantara.
–
Artikel ini ditulis oleh Co-Founder dan CMO Lifepal Benny Fajarai, sebagai bagian dari kolaborasi antara DailySocial.id dan Lifepal
Saat ini kebanyakan bisnis sudah sangat paham dengan konsekuensi dari pandemi global COVID-19: penjualan offline goyah, opsi bekerja dari mana saja, fluktuasi foot traffic karena adanya mandat lockdown, dan ecommerce menjadi kanal yang banyak brand harapkan infrastrukturnya mereka bangun lebih cepat.
Sebagaimana konsumen di Asia Tenggara berpindah dari mal ke Shopee, Lazada, Tiki dan Tokopedia dengan rekor menjulang, biaya periklanan secara natural mengikuti. Media ritel di pasar berkembang akhirnya lahir.
Amazon mengawali ini di Amerika Utara pada tahun 2018 dengan meluncurkan Amazon Advertising, marketplace bid-and-buy pertama. BCG memperkirakan, ada $100 triliun peluang bisnis yang bisa diraih oleh para retailer – jika mereka mampu mengejarnya.
Alat Pemasaran Lama
Untuk mengerti mengapa retailer dapat mencapai belanja iklan lebih besar, penting untuk sebelumnya mengevaluasi perkembangan dunia pemasaran saat ini.
Apakah iklan di halte bis? Bidding pada Google keywords atau sesi Clubhouse? Atau video TikTok yang viral? Seiring dunia menjadi semakin terhubung dan batas antara online dan offline jadi semakin “cair,” dunia pemasaran masa kini adalah gabungan dari berbagai kanal yang terikat dalam metrik performa kunci (key performance metrics).
Tujuan utama dari pemasaran, apapun mediumnya, adalah untuk menyoroti sebuah bisnis atau produk kepada konsumen yang tepat untuk meningkatkan potensi barang/jasa tersebut terjual. Dan seperti kebanyakan hal pada umumnya, ada cara yang buruk, baik, dan jauh lebih baik untuk melakukan sesuatu.
Kanal pemasaran tradisional terdiri dari TV linear, radio, dan cetak, karena medium-medium ini pernah populer pada masanya. Namun dengan kelahiran internet, lahir juga platform seperti situs web, streaming, dan email, disusul dengan munculnya media sosial dan aplikasi yang mengguncang lansekap periklanan. Pergeseran ini tetap menunjukkan sesuatu yang konstan: bisnis akan terus bergerak, mengikuti di mana konsumennya berada.
Jadi ketika sumber trafik dan pendapatan untuk kesekian kalinya berubah, katakanlah karena pandemi, bauran pemasaran (marketing mix) juga akan mengikuti. Bahkan dalam 12 bulan ke depan saja, banyak pemasar yang sudah berencana untuk mengurangi iklan di bioskop, cetak, dan out of home (OOH) dan meningkatkan budget di media sosial dan pencarian. Uang akan mengalir di mana konsumen berada.
Sumber: 2021 Nielsen Marketing Report: Era of Adoption
Pencarian kanal periklanan yang tepat
Seiring dengan menurunnya pengeluaran iklan pada kanal-kanal yang sudah tidak relevan, kanal mana yang kini meraup keuntungan? Jawabannya dapat kita temukan pada tren pendapatan iklan di pasar yang sudah “matang” seperti Amerika Serikat. Sementara Google dan Facebook masih menjadi pemain yang dominan, Amazon mulai memecah duopoli ini dan memperbesar porsinya dari 7.8% ke 10.3% dalam satu tahun.
Bagaimana bisa?
Karena kanal periklanan yang paling berharga adalah kanal yang memiliki paling banyak touchpoint atau jalur komunikasi dengan konsumen yang terukur.
Sumber: eMarketer Maret 2021
TV, radio, dan cetak akan kehilangan konsumen setelah kontak pertama, sementara situs web dan email dapat mengikuti jejak klik Anda, walau hilang setelah Anda keluar dari medium tersebut.
Jaringan periklanan (ad networks) dan media sosial menjadi raksasa industri karena mereka tidak saja memonitor minat dan pergerakan konsumen dalam berbagai medium, tapi mampu menargetkan ulang (retarget) konsumen tersebut dengan beragam konten iklan yang dipersonalisasi untuk mengejar konversi.
Walau banyak dari tool periklanan efektif yang tersedia untuk menjangkau pembeli, banyak juga yang melakukannya melalui cookies pihak ketiga, yang kini semakin punah karena semakin ketatnya pengawasan digital. Terpuruknya sistem tracking berbasis cookie mengakibatkan kemampuan pengiklan untuk melakukan penargetan ulang, membangun audiens serupa, dan membuat iklan yang terpersonalisasi semakin terbatas.
Seiring dengan meningkatnya kompetisi dan performance marketing yang menjadi kian lazim, kemampuan untuk melacak return on ad spend (ROAS) sangat penting agar bisnis dapat tumbuh dan meraih keuntungan. Di 2021, hampir 50% pemasar di dunia masih tidak percaya diri dalam mengukur ROI karena 1) mereka melihat metrik seperti awareness dan reach atau 2) konversi terjadi di luar kanal periklanan, sehingga membuat atribusi akurat jadi sebuah oxymoron.
Sumber: 2021 Nielsen Annual Marketing Survey
Apapun alasannya, kurangnya transparansi ROI mengakibatkan pengambilan keputusan eksekutif yang lebih lambat, pengeluaran iklan terbuang percuma, dan potensi terjadinya kerugian.
Raksasa periklanan baru
Munculnya Amazon sebagai pemain ecommerce yang dominan bukan suatu hal yang baru, namun kemunculannya sebagai raksasa periklanan telah tertutupi oleh bayang-bayang kesuksesan Amazon sebagai perusahaan logistik dan cloud. Ecommerce sebagai kanal periklanan terhitung unik karena ia menjangkau keseluruhan konsumen dari awal hingga akhir, mulai dari minat hingga pembelian dalam satu platform, terutama karena kini marketplace terus mencuri porsi pencarian dari search engine.
Sumber: Wunderman Thompson Commerce 2020 Survey
Marketplace tahu apa yang pembeli inginkan, seberapa sering produk tersebut dibeli, pengeluaran rata-rata per kategori, lokasi, dan dapat dengan reguler berkomunikasi dengan end user melalui email, notifikasi, games, chat, live stream, dan update pengiriman. Retailer digital sangat kaya akan data pihak pertama.
Dengan alat pemasaran on-site, sebuah brand dapat menempatkan produknya satu langkah sebelum check out kepada profil konsumen yang ditargetkan. Dari feedback yang didapatkan, brand tersebut juga dapat menentukan kata kunci yang paling efektif untuk mendorong penjualan, pada price point berapa, di hari-hari apa setiap bulannya, dan thumbnail produk apa yang membuat click-through rate (CTR) meningkat.
Ini mengapa bahkan platform streaming seperti Netflix baru-baru ini meluncurkan toko online. Semakin banyak touchpoints dengan konsumen yang tersedia, kanal tersebut akan menjadi semakin berharga.
Tantangan untuk menyukseskan ritel
Tekanan bagi para pebisnis di Asia Tenggara untuk mengadopsi ecommerce baru meningkat ketika pandemi COVID-19 ini terjadi, yang kemudian menciptakan peningkatan rekrutmen digital talent. Regulasi lockdown yang diterapkan di Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Indonesia lebih dari satu tahun kemudian membuat kemampuan first-mover advantage dalam dunia pemasaran ritel menjadi semakin dibutuhkan untuk mengakselerasi kesuksesan online.
Seiring dengan terbentuknya ecommerce menjadi kanal pemasaran impian, meraup keuntungan dari pemasaran ritel hanya bisa dicapai bila marketplace membekali brand dengan tool dan data yang tepat. Di Asia Tenggara, Shopee, Lazada dan Tokopedia sudah membuat solusi pemasaran (Marketing Solutions) seperti keyword bidding dan produk sponsor untuk penjual (contoh: MyAds dan Sponsored Search), namun semua solusi ini masih dalam tahap perkembangan.
Sumber: Epsilo Research July 2021
Para penjual di Asia Tenggara juga kesulitan untuk tumbuh, tidak seperti rekan Amazon mereka di Barat. Ini karena wilayah ini memiliki sembilan top marketplace dengan yang kuat di pasar lokal masing-masing. Untuk memenangkan ecommerce di Asia Tenggara, penjual harus ada di semua retailer.
“Kami mengerti tantangan yang dihadapi para pemilik toko di kawasan ini. Tidak seperti pasar-pasar lainnya di mana Amazon mendominasi, para merchant di sini [Asia Tenggara] berjualan di lebih dari tiga atau empat marketplace di enam pasar besar yang berbeda. Dengan portofolio yang besar, kalender kampanye yang sibuk, namun fitur tool yang kurang memadai, klien sering menginformasikan kepada kami bahwa marketer mereka kewalahan,” kata Quang Tran, Founder & CEO dari Epsilo, sebuah penyedia solusi SaaS ecommerce marketing yang didanai Surge Accelerator dari Sequoia India.
Sumber: Webretailer, 2021
“Kami membangun Epsilo untuk memberikan kendali pada pemilik toko untuk bertumbuh. Klien kami mungkin beragam, mulai dari Unilever sampai UKM, namun teknologi kami memungkinkan penjual dengan skala bisnis apapun untuk mengelola toko mereka dan menumbuhkan GMV mereka di berbagai marketplace besar, melintasi beragam geografi dan pengguna.”
Pada pasar yang didominasi Amazon seperti Eropa dan Amerika, bisnis seperti Epsilo – Helium10, Stackline, Jungle Scout – umumnya diadopsi oleh perusahaan untuk mengotomasi periklanan, meningkatkan ROAS, memperoleh competitive intelligence, dan menyatukan data analitik ecommerce di bawah satu platform. Para perusahaan SaaS ini telah meraih pendanaan lebih dari $300 juta karena VC mengakui popularitas dan potensi mereka di pasar global.
Untuk dapat memasuki gelombang pemasaran berikutnya di Asia Tenggara, ada tiga bahan kunci yang dibutuhkan untuk memanfaatkan media ritel:
Teknologi – tool seperti apa yang dapat membantu bisnis tereksekusi lebih cepat dan menyediakan laporan terkostumisasi berisi metrik yang bisa membuat keputusan lebih cepat diambil? Sementara banyak teknologi di luar sana yang menyediakan layanan yang sama, carilah piranti lunak yang dapat dikostumisasi dan kaya akan fitur.
Data – data apa yang bisa didapatkan dari marketplace? Apakah KPI yang tepat sudah diukur untuk terus mengerti bagaimana cara meningkatkan performa kampanye, atau KPI diukur hanya karena indeks-indeks itu yang selama ini selalu diukur? GMV dan ROAS memang penting, namun CVR (conversion), CTR, IS (items sold), dan lain-lain juga sama pentingnya.
Talenta – adalah orang-orang yang tepat di tempat yang tepat untuk menilai insight dan membuat perubahan jika performa tidak sesuai standar yang diinginkan? Jika talenta terlalu mahal atau terlalu sulit untuk direkrut, dapatkah teknologi digunakan mengotomasi pekerjaan-pekerjaan manual?
Pandemi COVID-19 menyalakan kembali api ecommerce seiring toko dan mal terpaksa tutup, memaksa mereka yang tidak percaya untuk pindah ke platform online. Tapi hanya para pemain yang dapat beradaptasi pada teknologi dan data dengan cepatlah yang mampu membuat dunia media ritel senilai $100 triliun menjadi nyata.
– Disclosure: artikel ini dibuat oleh Cynthia Luo, Head of Marketing Epsilo.
Epsilo adalah penyedia solusi SaaS ecommerce marketing terkemuka yang menyatukan kampanye online dari seluruh SKU, marketplace, dan negara untuk mengoptimasi penjualan, pemasaran, dan kegiatan operasional. Teknologi Epsilo menumbuhkan GMV dan return-on-ad-spend (ROAS) melalui otomasi onsite marketing untuk keyword bidding dan penargetan yang efektif.
Berbelanja melalui platform marketplace sudah tidak asing lagi di Indonesia. Pandemi yang berjalan setahun terakhir mendorong akselerasi yang lebih masif untuk pemanfaatan platform ini ketika bertransaksi, baik oleh penjual maupun pembeli.
Kondisi ini membuat persaingan menjadi semakin ketat. Untuk meningkatkan daya saing sebuah merchant, social commerce dan conversational commerce menjadi dua strategi alternatif saat berjualan secara online.
Perbedaan pengertian
Social commerce adalah kegiatan jual-beli yang dilakukan media sosial. Ini berbeda dengan social media marketing ketika penjual hanya mempromosikan produk mereka di media sosial tetapi transaksi pembelian tetap terjadi di online marketplace. Adanya social commerce memudahkan konsumen untuk tidak perlu berpindah-pindah platform.
Conversational commerce adalah interaksi antara penjual dan pembeli melalui pesan/chatting. Strategi ini digunakan untuk membangun hubungan yang kuat dengan konsumen sehingga bisnis dapat memiliki loyalitas konsumen yang lebih tinggi. Strategi ini masih belum diimplementasikan dengan baik di Indonesia, padahal dilansir dari survei Trends 2.0 yang dilakukan Crowd DNA, 69% Gen Z ingin dapat berkomunikasi dengan lebih banyak brand melalui aplikasi pesan.
Penggunaan conversational commerce
Conversational commerce dapat digunakan untuk menunjang kegiatan jual beli di platform marketplace. Bisnis dapat memberikan informasi tentang keluaran produk terbaru atau diskon melalui aplikasi pesan instan.
Di Indonesia sendiri, menurut data IndonesiaDigital 2021, tingkat penetrasi penggunaan WhatsApp mencapai 87%. Jika perusahaan memanfaatkan WhatsApp dengan baik, mereka bisa membangun customer relationship dengan mudah karena menggunakan media komunikasi yang sesuai dengan apa yang konsumen gunakan. Fitur Mass Notification Messages di WhatsApp Business API memudahkan penyebaran material promosi ke banyak konsumen.
Untuk memberikan nilai lebih terhadap strategi conversational commerce, bisnis bisa melakukan pendakatan personal melalui pesan yang disebarkan.
Personalisasi yang paling mudah dilakukan adalah dengan menyebutkan nama konsumen di setiap pesan promosi. Melalui WhatsApp Business API, perusahaan dapat menjadwalkan mass notifications menggunakan template pesan seperti:
Halo, {{nama konsumen}}!. Kami punya yang baru, nih! Untuk menyambut hari libur sekolah, kami mengadakan sale untuk semua produk!
Penggunaan social commerce
Berdasarkan studi yang dilakukan Accenture berjudul Beauty Customer Journey Study, 97% pembeli make up dan skincare menggunakan Instagram untuk mencari brand baru hingga informasi tentang tips dan trik. Untuk memberikan pelayanan terhadap pasar seperti ini, perusahaan dapat reach out dan bertransaksi via Direct Message (DM) menggunakan Messenger API for Instagram.
Social commerce di Instagram sangat menguntungkan untuk membangun branding, karena perusahaan mempunyai situs sendiri (menggunakan platform ini) dalam bentuk feeds yang cantik dan rapi. Konsumen akan langsung melihat katalog yang dijual dan saat ingin membeli hanya perlu mengirimkan pesan agar langsung ditangani.
Keuntungan lain menggunakan Messenger API for Instagram adalah integrasi dengan sistem chatbot. Chatbot menjadi seperti salesperson untuk menjawab semua pertanyaan konsumen hingga menerima transaksi. Dengan menggabungkan kedua sistem ini, sangat mudah untuk konsumen untuk bertanya mengenai produk tanpa harus menunggu lama. Selain menciptakan experience yang lebih baik untuk konsumen, chatbot diklaim juga meningkatkan produktivitas dan efisiensi karena akan mengotomasi semua transaksi masuk.
Baik social commerce maupun conversational commerce memberikan added value bagi merchant dibandingkan jika hanya berjualan di marketplace. Kombinasi marketplace + conversational commerce + social commerce membantu bisnis memberikan pelayanan yang lebih menyeluruh dan menjangkau konsumen yang lebih luas.
– Disclosure: artikel tamu ini ditulis oleh 3Dolphins, business solution provider yang memudahkan akses untuk WhatsApp Business API dan Messenger API for Instagram. Kontak lebih lanjut bisa melalui email ke [email protected].