Dying Light 2: Stay Human Ditunda Lagi Sampai 2022

Sudah 2 tahun sejak pengumumannya di E3 2018, Dying Light 2 masih belum siap untuk rilis. Game yang awalnya ditargetkan rilis pada bulan Desember 2021 ini dikabarkan akan ditunda lagi. Menurut pemberitahuan yang diunggah oleh Techland di akun Twitter resmi mereka, sekuel dari Dying Light ini diundur sampai 4 Februari 2022 mendatang.

Bukan tanpa alasan, Techland menunda perilisan Dying Light 2: Stay Human dengan maksud ingin memenuhi ekspektasi tertinggi para pemain. Techland juga menyampaikan bahwa mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk “memoles dan mengoptimisasi” game zombie open-world ini.

“Tim kami terus mengembangkan Dying Light 2 dengan produksi dan game-nya mendekati garis akhir. Game ini sudah selesai dan kami sedang menguji-cobanya. Game ini merupakan proyek terbesar dan paling ambisius yang pernah kami lakukan. Sayangnya, kami menyadari untuk membawa game ini ke level yang kami bayangkan, kami butuh waktu lebih lama untuk memoles dan mengoptimisasinya.” Ujar CEO dari Techland, Pawel Marchewka.

Di pernyataan tersebut, Pawel juga meminta maaf atas penundaan rilis Dying Light 2: Stay Human. “Kami minta maaf karena membuat Anda semua menunggu sedikit lebih lama, tetapi kami ingin game ini memenuhi ekspektasi tertinggi Anda saat dirilis dan kami tidak ingin berkompromi dalam hal ini.”

Image Credit: Techland

Kali ini bukan pertama kalinya rilis Dying Light 2: Stay Human diundur. Dying Light 2 awalnya ditargetkan untuk rilis pada musim semi 2020. Namun, pada awal tahun 2020 kemarin, Techland mengungkapkan bahwa game tembak-tembakan zombie ini diundur sampai batas waktu yang belum ditentukan. Lalu, pada bulan Mei 2021, Techland mengungkap judul baru untuk Dying Light 2 serta perilisannya di bulan Desember 2021.

Sebagai gantinya, Techland berencana untuk memberikan Dying Light 2 versi PC dan konsol ke media dan para pembuat konten. Mereka berharap para pembuat konten dan media dapat membagikan pengalaman bermainnya dengan Anda.

Di sisi lain, terdapat banyak game horror multiplayer yang akan rilis sebentar lagi dengan genre senada dengan Dying Light 2. Seperti Back 4 Blood, Redfall, dan Ghostwire: Tokyo, yang semuanya dikabarkan akan rilis di tahun 2021 sampai 2022.

Review Koodo Gecko: Keyboard Mechanical 60% Wireless Murah Meriah

Melihat trend keyboard mechanical dengan layout 60% seperti Royal Kludge RK61, Geek GK61, hingga Redragon K552, sejumlah brand lokal ternyata juga ingin menunjukkan kemampuan mereka untuk menyuguhkan keyboard mechanical yang murah meriah.

Brand-brand lokal seperti Vortex, Rexus, hingga Koodo, semuanya berjuang untuk merusak harga pasaran untuk keyboard mechanical 60%. Namun, sebelum memutuskan untuk membawa pulang keyboard dengan layout 60%, mungkin Anda harus mempertimbangkan beberapa hal ini.

Dokumentasi: Hybrid

Keyboard yang hari ini akan saya reviewadalah keyboard Gecko Series dari brand Koodo. Keyboard ini menarik perhatian saya karena memiliki fitur nirkabel menggunakan Bluetooth 5.0 dengan harga Rp450 ribu. Melihat sejumlah kompetitornya (di range harga 400 ribuan) tidak memiliki fitur ini, saya pun tertarik untuk membeli keyboard ini dan telah menggunakannya selama satu minggu.

Sebelum masuk ke review keyboard Koodo Gecko, saya harus memberi tahu Anda soal pengalaman saya di dunia keyboard mechanical — karena setiap review pasti sangat subjektif tergantung pengalaman sang reviewer. Saya membeli keyboard Koodo Gecko ini sebagai keyboard mechanical pertama yang saya miliki. Namun, saya sudah pernah mencoba beberapa keyboard mechanical seperti Rexus Legionare MX9 (TKL), Redragon K552(60%), dan Logitech G413(full-sized). Jadi, saya akan memberikan review dari sudut pandang orang yang terbilang masih awam di dunia keyboard mechanical.

Build Quality

Untuk build quality Koodo Gecko sebenarnya tidak bisa dibilang bagus, malah relatif jelek jika dibandingkan dengan kompetitornya. Mulai dari kualitas casing-nya, rubber feet, hingga keycaps bawaannya, benar-benar tidak ada yang bisa dibanggakan.

Rubber feet milik Koodo Gecko

Mari mulai dari yang paling mengganggu saya, rubber feet-nya. Rubber feet milik Koodo Gecko ini tidak simetris di bagian kiri atas dan kanan bawah, membuatnya tidak stabil alias goyang-goyang saat dipakai. Hal ini sangat mengganggu saya saat main game maupun mengetik artikel seperti ini. Entah semua unit Koodo Gecko seperti ini atau memang saya lagi sial mendapat unit yang cacat pabrik.

Tulisan F1-F12 yang tidak konsisten posisinya

Bagi Anda yang memiliki sifat perfeksionis seperti saya, keycaps bawaan Koodo Gecko mungkin akan mengganggu Anda. Pasalnya, beberapa cetakan tulisan F1-F12 di bawah tombol angka ini tidak konsisten, ada yang mencong ke kanan, atas, dan bawah. Namun, font keycaps yang dipakai Koodo Gecko bisa dibilang sangat clean (tidak seperti Vortex VX5 yang style-nya gamer abis…). Secara pribadi, saya lebih suka font keycaps yang clean, seperti memberikan kesan profesional dan enak dipandang. Tentu saja, keycaps sangat mudah untuk diganti sesuai selera.

Satu lagi yang menurut saya kurang di keyboard Koodo Gecko ini adalah stabilizer-nya. Meskipun sudah pre-lube dari pabrik, kawat/wire stabilizer keyboard ini masih menghasilkan suara rattle di tombol spasi, enter, serta shift kiri dan kanan. Namun, hal ini tidak menjadi masalah, mengingat harganya yang terjangkau.

Switch dan Fitur Hotswap

Nah di sinilah salah satu kelemahan Koodo Gecko, fitur hotswap-nya yang masih 3 pin dan “Outemu Only”. Jadi, jika ingin mengganti switch, keyboard ini hanya mendukung switch Outemu. Sebenarnya bisa dipaksa untuk ganti ke Gateron atau ke switch 5 pin lain. Namun, switch pengganti harus dikikir terlebih dahulu atau bahkan dipotong kakinya untuk muat di PCB. Sebagai perbandingan, Vortex VX5 Pro dan Fantech Maxfit61 yang harganya juga 400 ribuan sudah memiliki fitur hotswap 3/5 pin.

Koodo Gecko memiliki tiga pilihan switch bawaan, yaitu Outemu Blue (Clicky), Brown (Tactile), dan Red (Linear). Karena lifespan-nya yang terkenal cukup pendek, reputasi Outemu memang tidak sebagus Gateron. Namun, feel linear yang saya dapatkan di Outemu Red milik Koodo Gecko terbilang cukup smooth — membuatnya cocok untuk Anda yang ingin mencoba keyboard mechanical dengan switch linear dengan budget terbatas.

Software

Koodo Gecko memiliki software bawaan yang memiliki berbagai fungsi. Meskipun tidak selengkap Logitech G Hub atau Razer Synapse, pengaturan RGB, individual key setting, hingga macro, semuanya ada di software Koodo. Anda juga bisa menambahkan fungsi multimedia seperti volume up dan down di key yang Anda inginkan. Untuk menyimpan pengaturan, software Koodo menyediakan tiga profile penyimpanan. Namun, software ini tidak mengizinkan mengganti kombinasi Fn setelan pabrik atau menambah kombinasi Fn baru.

Tampilan software Koodo

Meskipun fungsinya yang sudah lumayan lengkap, UI (User Interface) dari software Koodo ini kurang bagus. Pertama, sepertinya resolusi software-nya tidak dioptimisasi untuk layar 900p ke bawah — karena di monitor saya yang 900p, menu drop-down untuk memilih mode RGB sedikit terpotong. Lalu, beberapa tombol di UI-nya terlihat seperti hanya text dan bukan tombol.

Hal ini masih bisa saya maklumi, mengingat brand Koodo yang masih dianggap sebagai pendatang baru. Yah.. semoga saja di masa depan akan ditingkatkan lagi kualitas UI-nya.

Layout 60%-nya Yang Ringkas

Koodo Gecko mengusung layout 60% dengan 61 tombol, membuatnya super ringkas untuk dibawa ke mana-mana. Bagi Anda yang senang kerja di luar rumah, keyboard ini cocok untuk Anda. Untuk layout 60%-nya sendiri tidak berbeda dengan keyboard 60% lainnya seperti GK61, VX5, dan banyak lagi.

Sebelum menggunakan Koodo Gecko, saya memiliki keyboard dengan layout full-sized. Jadi, saat beralih ke layout 60%, saya harus beradaptasi atas hilangnya tombol panah, F row, serta numpad. Jika Anda sudah terbiasa dengan keyboard full-sized, mungkin hilangnya tombol-tombol ini harus Anda pertimbangkan sebelum mengganti ke keyboard ini.

Fitur Lainnya

Tombol untuk mengganti Bluetooth device

Di bagian terakhir review ini, saya akan membahas fitur tambahan di Koodo Gecko ini. Pertama, keyboard ini dilengkapi dengan fitur wireless dengan menggunakan Bluetooth 5.0. Sistem Bluetooth wireless dari keyboard ini bisa mengingat tiga device sekaligus dan dapat diganti dengan tombol Fn+Q, Fn+W, dan Fn+E. Keyboard ini juga bisa dihubungkan ke ponsel Android maupun iOS. Untuk daya tahan baterai pada mode Bluetooth, pihak Koodo mengklaim bahwa keyboard ini dapat bertahan hingga 48 jam dari full charge.

LED Tombol Tab dan Fn yang belang.

Untuk indikator mode wired/wireless, Koodo menempatkannya di lampu tombol TAB. Dan untuk indikator baterai, ada di tombol Fn. Ini membuat RGB keyboard ini kurang sedap untuk dipandang. Kelihatannya seperti ada yang belang di RGB keyboard ini. Pengaturan di software-pun tidak bisa mengganti warna lampu tombol TAB atau Fn ini.

Kedua, ada rubber feet-nya. Rubber feet ini cukup bagus, karena membuat bodi keyboard tidak licin saat digunakan. Apalagi jika menggunakan deskpad, pastinya akan lengket di posisinya. Namun, seperti yang sudah saya bilang di atas, kualitas dari rubber feet ini sangat kurang.

Kesimpulan

Pendatang baru di dunia keyboard mechanical ini memang menawarkan fitur wireless yang tidak dimiliki oleh para kompetitornya di harga 400 ribuan. Namun, dengan build quality-nya yang seperti itu, mungkin keyboard ini harus lebih dipertimbangkan untuk dibeli. Memang, soal rubber feet-nya bisa diganjal sesuatu agar tidak goyang-goyang, namun rasa kesal tidak hilang dari pikiran saya mengetahui keyboard ini ada cacat tersebut.

Terlepas dari semua itu, konklusi akhirnya adalah jika Anda memang membutuhkan fitur wireless, keyboard ini sangat layak untuk dibeli. Namun, jika Anda cenderung lebih sering memakai wired, saya sarankan untuk membeli salah satu kompetitornya saja seperti Vortex VX5 Pro atau Fantech Maxfit61. Jika Anda sudah membeli keyboard mechanical dan tidak puas dengan performanya, Anda bisa membaca artikel kami tentang beberapa hal mudah untuk mengupgrade keyboard mechanical Anda.

Bocoran Gameplay Redfall Muncul di Internet, Mirip Left 4 Dead Campur Borderlands?

Beberapa waktu lalu, Bethesda Softworks mengungkap game terbaru mereka berjudul Redfall beserta cuplikan trailer-nya pada E3 2021. Dikembangkan oleh Arkane Studios, game FPS open-world co-op ini ditargetkan rilis pada musim panas 2022 mendatang di platform PC dan Xbox Series X/S.

Sekitar satu bulan setelah pengumumannya, kini beredar sejumlah bocoran tampilan gameplay Redfall di Reddit dan Twitter. Bocoran ini menampilkan beberapa hal yang tidak disebutkan dalam pengumuman resminya.


Di bocoran tersebut terdapat beberapa menu loadout yang memberikan kesan gameplay mirip dengan Borderlands. Menariknya, sang pembocor juga mengklaim akan ada enam karakter yang dapat dimainkan (di pengumuman resminya hanya 4). Bocoran tersebut juga menunjukkan tampilan third-person yang tidak disebutkan oleh pihak Bethesda.

Image Credit: Twitter @gersix123

Untuk aspek open-world-nya, Redfall disebut-sebut mirip dengan Fallout 76 atau Ghost of Tsushima dengan Side Quest dan pertarungan bosnya. Menurut saya, map open-world game ini juga mirip dengan Dying Light. Mereka juga mengklaim satu lagi kesamaan dengan Borderlands, yaitu jika Anda bermain sendiri, NPC tidak akan menemani Anda seperti di Left 4 Dead.

Kabarnya, gambar-gambar hasil screenshot itu diambil melalui playtest. Jadi, beberapa grafik yang ditampilkan masih belum sepenuhnya matang. Tampilan menu, HUD, senjata, map, dan beberapa aspek lainnya masih dapat berubah saat perilisan resminya.

Bagi yang belum tahu, Redfall menceritakan tentang suatu kota bernama Redfall, Massachusetts yang telah dikuasai oleh vampir. Gawatnya, vampir di Redfall merupakan hasil eksperimen ilmiah yang gagal dan memiliki kemampuan untuk terus berkembang. Para vampir ini menutupi sinar matahari dan memotong akses keluar masuk kota Redfall dari dunia luar.

Image Credit: Bethesda Softworks

Nah, untuk melawan vampir-vampir ini, terdapat empat karakter yang memiliki kekuatan dan ability unik. Empat karakter ini bernama Devinder Crousley, Layla Ellison, Remi De La Rosa, dan Jacob Boyer. Anda dan teman-teman Anda akan mengambil peran 4 orang yang akan melawan para vampir tersebut.

Sebagai penggemar game horror multiplayersaya sangat tertarik untuk mencoba game ini. Namun, Bethseda Softworks belum membocorkan tanggal rilis resmi maupun informasi lebih lengkap untuk Redfall.

Jika dilihat dari genre, Redfall akan menyaingi Back 4 Blood dan Aliens: Fireteam Elite. Namun, Back 4 Blood kemungkinan akan susah untuk disaingi, mengingat saat open-beta game tersebut langsung menembus hampir 100 ribu pemain.

Sony Akan Rilis Marvel’s Spider-Man 2 dan Wolverine Eksklusif Untuk PS5

Ajang PlayStation Showcase 2021 kemarin mengungkap sejumlah game baru yang akan datang ke konsol PS5 dan PS4. Namun, ada dua judul yang menarik perhatian, yaitu Marvel’s Spider-Man 2 dan Marvel’s Wolverine. Kedua game ini dikabarkan akan rilis secara eksklusif di PlayStation 5 pada tahun 2023 mendatang.

Mari mulai dari Marvel’s Spider-Man 2. Sekuel Spider-Man terbaru ini mempertemukan kedua tokoh utama dari prekuel sebelumnya, Peter Parker dan Miles Morales. Untuk tokoh antagonis dari sekuel Spider-Man ini, Sony membawa Venom sebagai lawan utama Peter dan Miles. Sony juga telah mengungkap cuplikan trailer singkat Marvel’s Spider-Man 2.

Trailer singkat yang diunggah Sony memperlihatkan kedua Spider-Man yang bahu-membahu melawan penjahat di jalanan kota. Sepanjang cuplikan trailer itu dinarasi oleh suara Venom yang muncul di gang kecil. Semua cuplikan dengan grafik apik itu disebut-sebut merupakan hasil rekaman dari PlayStation 5.

Image Credit: Sony

Namun, ada kabar buruk untuk Anda yang ingin memainkan Marvel’s Spider-Man 2 dengan mode co-op bersama teman. Pasalnya, meskipun memiliki dua karakter utama, Insomniac Games telah mengonfirmasi bahwa Marvel’s Spider-Man 2 hanya fokus ke jalan cerita singleplayer dan tidak akan memiliki mode co-op multiplayer.

“Kami sangat antusias untuk melanjutkan perjalanan Peter Parker dan Miles Morales dalam game pertualangan single-player paling apik mereka, rilis secara eksklusif ke konsol PlayStation 5 pada 2023.” Dikutip langsung dari blog resmi Sony.

Masih dalam dunia Marvel, Sony juga mengumumkan Marvel’s Wolverine pada ajang PlayStation Showcase 2021 kemarin. Marvel’s Wolverine besutan Insomniac Games juga mendapatkan cuplikan teaser trailer yang sangat singkat. Di trailer yang hanya berdurasi 53 detik itu memperlihatkan Wolverine yang duduk di sebuah bar setelah terlibat dalam perkelahian.

Image Credit: Sony

Menariknya, kedua game Marvel ini dikabarkan akan berada di universe yang sama. Jadi, ada kemungkinan nantinya tokoh-tokoh dari Marvel’s Spider-Man 2 dan Wolverine akan tampil di satu layar bersama-sama. Namun, belum ada informasi lebih lengkap dari Sony tentang kedua game Marvel ini.

Belum lama ini, Marvel menggandeng Firaxis Games untuk mengembangkan Marvel’s Midnight Suns. Ber-genre Turn-Based RPG, Marvel’s Midnight Suns direncanakan akan rilis pada bulan Maret 2022 mendatang. Anda dapat membaca lebih lengkap tentang ini di sini.

The Pegasus Dream Tour adalah Mobile MMORPG tentang Paralimpiade Pertama Di Dunia

Tokyo 2020 Paralympics memang telah usai pada 5 September kemarin. Para atlet kita berhasil mengharumkan nama Indonesia dengan meraih dua medali emas, tiga medali perak, dan empat medali perunggu. Meskipun ajang Tokyo 2020 Paralympics telah usai, dunia gaming kedatangan game MMORPG tentang paralimpiade berjudul The Pegasus Dream Tour.

Dikembangkan oleh JP Games, The Pegasus Dream Tour merupakan game pertama di dunia yang mengangkat tema paralimpiade. Di sisi lain, game tentang olimpiade sudah banyak rilis sejak tahun 90-an. Lantas, mengapa paralimpiade baru mendapat video game-nya sekarang? Berikut jawaban dari pihak JP Games.

“Meskipun banyak orang yang mengetahui tentang paralimpiade, jumlah penggemar paralimpiade tidak sebesar ajang lainnya seperti olimpiade atau Piala Dunia sepak bola,” ucap Taeko Yoshimoto, selaku public relation manager dari JP Games, dikutip dari gameindustry.biz

“Meskipun hal ini hanya sebuah hipotesis, kami berpikir bahwa bagi banyak perusahaan, ini (game tentang paralimpiade) bukanlah sesuatu yang dapat dilakukan dengan mudah dan berhasil, terutama dalam hal penjualan, tetapi kami merasa kami memiliki proposisi yang sangat unik untuk menggarap game seperti ini.” Lanjut Taeko.

Image Credit: JP Games

Bukan seperti game olahraga pada umumnya, The Pegasus Dream Tour mengusung tipe game MMO (Massively Multiplayer Online) dengan komunitas untuk terlibat dalam acara in-game seperti konser-konser serta upacara penutupan.

Bahkan, bertepatan dengan usainya Tokyo 2020 Paralympics pada 5 September kemarin, The Pegasus Dream Tour mengadakan konser virtual sebagai upacara penutupan. Konser ini dinamakan “Virtual DREAMS COME TRUE”.

Kontrol untuk game ini juga terbilang simple. Tidak seperti Wii Sports atau seri Mario & Sonic yang membutuhkan gerakan refleks cepat, sebagian besar kontol The Pegasus Dream Tour dilakukan secara otomatis. Jadi, pemain bisa fokus meraih medali emas. Pemain dapat melatih karakter mereka melalui workout dan diet nutrisi untuk mendapatkan lebih banyak energi.

Image Credit: JP Games

Pemain juga dapat bebas mengustomisasi karakter sesuai keinginan. Tidak hanya gaya rambut dan pakaian, pemain juga bisa memilih berbagai kustomisasi lainnya. Menariknya, pemain dapat menggunakan selfie untuk membuat wajah karakter mirip dengan wajah asli mereka. Di game ini, Anda bisa menjelajahi kota Pegasus dan berinteraksi dengan pemain lain maupun NPC.

The Pegasus Dream Tour telah diluncurkan pada 24 Juni lalu dan dapat dimainkan pada platform Android serta iOS secara gratis.

Berbicara tentang olimpiade, beberapa waktu lalu kami telah membuat studi komparasi keuntungan antara olimpiade dan kompetisi esports. Anda bisa membaca tentang itu di sini.

5 Serial Bertema Esports yang Cocok Ditonton Gamer

Tidak bisa dipungkiri, pertumbuhan gaming dan esports di seluruh dunia belakangan ini memang sangat pesat. Bahkan, tidak lagi ingin menjadi pilot atau dokter, kini banyak remaja yang memiliki cita-cita menjadi pemain esports professionalApalagi mengingat gaji pemain esports bisa mencapai angka yang fantastis.

Jika Anda memiliki cita-cita menjadi pemain professional esports, pastinya jam bermain game kompetitif Anda sudah tinggi. Nah, untuk beristirahat sejenak, kami akan memberikan beberapa rekomendasi drama asal Tiongkok atau biasa disebut dengan C-drama yang memiliki tema tidak jauh dari hobi Anda, yaitu gaming dan esports.

Sebagai gamer, pastinya juga akan sangat menarik jika Anda menonton serial drama dengan unsur gaming dan esports. Tidak hanya berfokus di esports, beberapa judul berikut juga dibumbui dengan romance dan comedy. Nah, tanpa basa-basi lagi, berikut adalah beberapa rekomendasi C-drama ber-genre esports untuk mengisi waktu luang Anda.

1. Falling Into Your Smile (2021)

Di drama Falling Into Your Smile ini, Anda akan mengikuti perjalanan pertandingan esports tim ZGDX serta asmara antara kedua tokoh utama. Drama ini juga memperlihatkan jatuh bangunnya pemain professional esports

Diadopsi dari novel “You’re Beautiful When You Smile” besutan Qing Mei, drama Tiongkok satu ini menceritakan tim esports laki-laki terkenal bernama ZGDX yang akan bersaing di OPL (Onmyoji Premier League). Tim ZGDX ini memiliki kapten bernama Lu Si Cheng yang terkenal akan sifat arogan dan perfeksionisnya.

Konflik dimulai saat salah satu anggota tim mengalami cedera tangan. Hal ini membuat tim kalang kabut mencari penggantinya. Di sisi lain, manager dari tim ZGDX menemukan seorang pemain amatir yang memiliki skill yang menjanjikan bernama Tong Yao.

Image Credit: Falling Into Your Smile

Tong Yao adalah seorang gadis gamer yang terobsesi dengan OPL. Keahlian bermain game-nya bisa dibilang luar biasa. Awalnya, Lu Si Cheng dengan sifat arogan dan perfeksionisnya ragu-ragu mengizinkan Tong Yao masuk ke tim mereka. Namun karena satu dan lain hal, akhirnya ia pun mengubah keputusannya.

Tentu saja, selain gaming dan esports, banyak adegan romantis dengan percikan komedi di drama ini yang bisa membuat jiwa jomlo Anda bergetar (tidak berlaku kepada yang sudah punya pasangan hehe…).

2. You Are My Glory (2021)

You Are My Glory membawa Anda mengikuti kisah seorang artis perempuan bernama Qiao Jing Jing yang berjuang untuk membuktikan skill-nya di game melalui pertandingan esports.

Semua dimulai dari Jing Jing yang mendapat sebuah pekerjaan menjadi brand ambassador game mobile berjudul Honor of Kings. Masalah muncul ketika satu video terunggah di internet yang menampilkan buruknya performa bermain Jing Jing di game.

Karena video itu, ia terancam kehilangan pekerjaan menjadi brand ambassador game. Jing Jing putus asa mencari cara untuk mempertahankan pekerjaannya. Sampai ia menemukan satu solusi, yaitu mengikuti turnamen untuk membuktikan keahliannya bermain game.

Image Credit: You Are My Glory

Memiliki ambisi yang kuat, Qiao Jing Jing memutuskan untuk menggunakan semua waktu luangnya untuk berlatih. Namun, itu saja tidak cukup, ia juga meminta bantuan teman sekelasnya saat SMA, Yu Tu.

Yu Tu adalah siswa yang populer saat masih sekolah. Mulai dari segi akademis sampai non-akademis, Yu Tu lihai dalam segala hal. Kini, Yu Tu menjadi seorang insinyur aerospace dan juga pemain game yang lihai. Karena itu, Jing Jing meminta Yu Tu menjadi pelatihnya. Dan dari sini, kapal cinta mulai berlayar. Kya ~

Drama ini mengandung banyak adegan tentang gaming dan aerospace dengan unsur romantis, membuatnya cocok untuk para gamer yang ingin merasakan bagaimana rasanya PDKT. Atau mungkin saja Anda bisa terinspirasi dari drama ini.

3. Gank Your Heart (2019)

Mirip TenZ dan Kyedae, Gank Your Heart mengisahkan kisah asmara seorang pemain esports professional bernama Ji Xiang Kong dengan streamer perempuan, Qiu Ying. Qiu Ying memiliki cita-cita menjadi komentator turnamen esports professional. Tentu saja, drama ini dipenuhi dengan turnamen, persaingan, dan percintaan.

Hubungan Qiu Ying dan Ji Xiang Kong dimulai pada pertemuannya di suatu turnamen internasional. Namun, beberapa saat setelah pertemuannya dengan Qiu Ying, reputasi Xiang Kong memburuk. Ia dituduh memukuli lawannya, membocorkan rencana permainan sebelum turnamen, dan terlibat dalam cinta segitiga.

Di sisi lain, Qiu Ying mendapatkan kesempatan untuk menjadi komentator turnamen esports. Kisah ini terbilang menarik untuk ditonton, karena Anda akan mengikuti perjalanan kedua tokoh utama dengan karir yang berbeda. Karir yang dimiliki oleh kedua tokoh ini juga sangat berhubungan dengan esports.

4. Love O2O (2016)

Memiliki 30 episode, Love 020 merupakan salah satu drama terpopuler yang rilis di tahun 2016 dengan lebih dari 25 miliar kali ditonton. Mengadopsi cerita dari novel “One Smile is Very Alluring” besutan Gu Man, drama ini menceritakan kisah seorang mahasiswi jurusan teknik informatika (IT) bernama Bei Wei Wei dan senior kampusnya, Xiao Nai.

Xiao Nai diceritakan sebagai seorang gamer dan juga sangat populer di kampus. Memiliki skill gaming di atas rata-rata, Xiao Nai menjadi pemain nomor 1 di game MMORPG berjudul “A Chinese Ghost Story”. Dipertemukan oleh game, Bei Wei Wei ternyata juga memainkan game MMORPG tersebut.

Dengan kemampuannya yang lihai, nama Wei Wei tercatat di daftar 10 pemain terbaik. Ia juga merupakan satu-satunya perempuan yang berada di daftar tersebut. Mengetahui hal ini, Xiao Nai menjadi penasaran dan memutuskan untuk berkenalan dengan Wei Wei melalui game A Chinese Ghost Story ini. Nah, di sinilah awal mula perjalanan cinta pasangan ini.

Drama ini sangat mungkin dapat terjadi di dunia nyata. Mengingat jaman sekarang banyak kisah cinta yang berawal dari kenalan di game (asal jangan ketemu hode aja wkwkwk). Apakah Anda juga tertarik untuk mencari pasangan di game? 

5. Go Go Squid! (2019)

Go Go Squid merupakan salah satu drama terbaik dengan ceritanya yang mengangkat tema gaming dan romance. Tayang di tahun 2019 lalu, Go Go Squid memiliki 41 episode.

Drama ini menceritakan tentang mahasiswi ilmu komputer, Tong Nian, yang juga seorang penyanyi cover ternama. Suatu hari, Tong Nian bertemu dengan Han Shang Yan di sebuah warnet. Han Shang Yan juga seorang mahasiswa ilmu komputer yang jenius serta merupakan pemain game professional. Saat itu, Tong Nian langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.

Cerita drama ini terfokus di kisah cinta Tong Nian dan Han Shang Yan. Tidak hanya kisah asmara, beberapa adegan juga menunjukkan esensi gaming dan esports.

Penutup

Nah, itu tadi adalah beberapa rekomendasi drama bertema gaming dan esports untuk Anda. Meskipun drama-drama ini tidak sepenuhnya esportstema romantis dan komedi juga membantu jalan cerita menjadi menarik. Semoga beberapa drama ini memotivasi Anda mencari pasangan lewat game, ya! Wkwkwkwk…

Roblox Tambahkan Voice Chat Realistis di Gamenya

Bagi sebagian besar gamer, bermain multiplayer pasti akan lebih seru jika dapat berkomunikasi dengan teman atau orang lain. Karena itu, sejumlah game multiplayer populer memiliki fitur voice chat yang tertanam di dalamnya.

Menariknya, Roblox dikabarkan akan mendapat fitur voice chat yang dinamakan “Spatial Voice”. Spatial Voice milik Roblox dirancang untuk memberikan pengalaman komunikasi semirip mungkin dengan dunia nyata. Hal ini diumumkan langsung oleh Roblox Corporation melalui blog resminya.

“Kemampuan komunikasi di Roblox harus berdasar pada cara kita berkomunikasi di dunia nyata, terutama saat berada dalam pengalaman 3D. Misalnya, kita meninggikan suara saat ingin memanggil seseorang yang berada jauh dari kita, berbisik ketika diperlukan, mengubah gaya komunikasi saat kita sendirian atau bersama orang lain, serta menggunakan gerak tubuh dan ekspresi wajah untuk menambahkan nuansa dan emosi pada kata-kata kita.” Dikutip dari blog resmi Roblox.

Image Credit: PCGamerN

Artinya, sistem voice chat milik Roblox bukan seperti yang kita temukan di VALORANT atau CS:GO. Saat berbicara di Roblox, suara Anda hanya akan terdengar pada pemain yang posisinya dekat dengan Anda. Fitur ini sangat menarik, apalagi selama pandemi banyak remaja yang menggunakan Roblox untuk berkomunikasi.

Namun, menambahkan fitur voice chat ke Roblox memunculkan kekhawatiran tentang kata-kata kasar, mengingat sebagian besar penggemar Roblox adalah anak kecil. Namun, Roblox ternyata telah memikirkan hal tersebut dan mempunyai solusi untuk memoderasi percakapan.

Roblox akan merilis Spatial Voice beserta dengan sistem self-report. Jadi, Anda dapat melaporkan pemain yang berbicara kata kasar atau bertingkah toxic. Pemain itu dapat menerima konsekuensi berupa ditendang dari permainan atau kehilangan akses untuk berbicara.

Image Credit: Roblox

Saat ini, Spatial Voice milik Roblox sedang dalam tahap uji coba. Menurut TechCrunch, Roblox mengundang lima ribu kreator yang semuanya di atas umur 13 tahun untuk mencoba fitur terbaru ini. Fitur ini juga akan dirilis perlahan, mulai dari kelompok pengembang lebih dahulu sampai ke pemain.

Dengan fitur voice chat ini, Roblox kemungkinan akan menjadi tempat nongkrong yang asyik. Bagaimana menurut Anda? Apakah fitur ini akan berfungsi sebagaimana mestinya?

Berbicara mengenai voice chat, Riot Games beberapa waktu lalu mulai merekam voice chat di VALORANT. Menurut Riot Games, hal ini dilakukan untuk menjaga kenyamanan di game. Anda bisa membaca lebih lengkap tentang ini di sini.

Mojang Studios Umumkan Minecraft Live 2021

Sebagai game yang populer, Minecraft memiliki komunitas yang ramai dan solid. Karena itu, tiap tahunnya Mojang Studios menyelenggarakan acara atau bisa dibilang tradisi untuk Minecraft yang dulunya dinamakan “MineCon” (Minecraft Convention). Di acara tahunan ini terdapat banyak informasi tentang update serta konten baru yang akan dirilis.

Suasana Minecon 2015 di London. (Image Credit: c-mw.net)

Sedikit penjelasan, MineCon sejatinya merupakan acara konvensi tatap muka. Namun, sejak tahun 2017, MineCon berubah menjadi acara daring yang bisa ditonton melalui livestream di website resmi MineCon, YouTube, hingga Twitch.

Melihat popularitas Minecraft yang kembali meledak, Mojang akhirnya merencanakan untuk mengembalikan acara tatap muka dengan nama “Minecraft Festival” di tahun 2020 lalu. Rencananya, Minecraft Festival akan diselenggarakan di Orlando, Florida.

Sayangnya, karena pandemi COVID-19, acara ini terpaksa diundur ke tahun 2022. Sebagai gantinya, Mojang membuat acara daring bernama “Minecraft Live” yang tayang pada bulan Oktober tahun lalu.

Beberapa hari lalu, Mojang mengumumkan bahwa Minecraft Live akan kembali tayang untuk tahun 2021. Pihak Mojang menjanjikan acara tahunan kali ini akan berisi berita Minecraft yang menarik, obrolan dengan content creator, serta mengadakan voting di komunitas untuk menambahkan konten (mob baru) di Minecraft.

“Daftar tamu Minecraft Live berisi wajah-wajah baru serta yang familiar dari Mojang Studios, komunitas yang luar biasa, dan sejumlah tamu kejutan. Di acara ini, Anda akan menemukan wawancara mendalam, berita menarik, pemungutkan suara yang menegangkan, dan puns yang berlimpah!” Dikutip langsung dari blog Minecraft.

Image Credit: MOJANG

Tahun lalu, Minecraft Live mengungkap update Caves & Cliffs bagian pertama. Untuk tahun ini, lanjutan dari Caves & Cliffs adalah salah satu konten yang diperkirakan akan diumumkan pada Minecraft Live. Update Caves & Cliffs Part 2 kemungkinan akan debut di versi 1.18 terbaru.

Tayang secara live pada tanggal 16 Oktober mendatang, Minecraft Live dapat disaksikan melalui akun Facebook Minecraft, YouTube, Twitch, serta di website Minecraft.net.

Pandemi COVID-19 memang memberikan dampak yang cukup besar pada dunia gaming. Game Minecraft versi augmented reality, Minecraft Earth, juga terkena dampak dari pandemi yang tidak kunjung usai ini. Minecraft Earth dikabarkan telah disuntik mati oleh Mojang Studios. Lebih lengkapnya, Anda bisa membacanya di sini.

Overwatch 2 Akan Muncul Perdana Di OWL Season 5

Overwatch 2 dikabarkan akan memulai debutnya pada Overwatch World League Season 5 di tahun 2022. Hal ini disampaikan secara langsung oleh pihak Blizzard, selaku pengembang sekaligus penerbit seri game Overwatch. Kabarnya, Overwatch 2 yang akan digunakan pada OWL 2022 merupakan versi awal atau early build.

Menurut cuitan Twitter Wakil Presiden Overwatch League, Jon Spector, OWL Season 5 akan diselenggarakan pada bulan April 2022 serta beberapa informasi tambahan tentang OWL akan menyusul. Spector juga menyinggung soal versi awal dari Overwatch 2 akan tampil perdana di Overwatch League.

Image Credit: Blizzard

Beberapa bulan terakhir ini, Activision Blizzard memang tertimpa sejumlah berita buruk. Semua dimulai dari kasus pelecehan seksual dan diskiriminasi yang mengakibatkan banyak karyawan Blizzard mengecam perusahaannya sendiri dan memutuskan untuk mogok kerja. Game-game besutan Blizzard bahkan dikabarkan kehilangan sejumlah pemain aktifnya.

Karena kasus-kasus yang menimpa Activision Blizzard, beberapa sponsor Overwatch League bahkan tidak segan untuk mundur. Namun, apakah hadirnya Overwatch 2 akan menyelamatkan reputasi Activision Blizzard dan Overwatch League?

Image Credit: Blizzard

Diumumkan pada Blizzcon 2019 lalu, Overwatch 2 disebut sebagai penyegaran dari pendahulunya dengan mode PvE baru, grafis yang lebih apik, map, karakter, serta beberapa konten baru. Hal yang paling menarik adalah perubahan sistem PvP pada Overwatch 2 menjadi 5v5 (tadinya 6v6 di Overwatch). Perubahan ini dicapai dengan menghilangkan satu peran tank per tim. Karena ini, para pemain harus beradaptasi dengan perubahan ini dalam pertandingan.

Sayangnya, belum ada kabar dari Blizzard tentang tanggal rilis resmi Overwatch 2. Namun, munculnya Overwatch 2 di OWL mengartikan rilisnya tidak jauh dari pertengahan 2022. Menurut kabar dari Dexerto, pihak Blizzard mengatakan bahwa sekuel dari Overwatch ini akan rilis sebelum musim panas tahun 2022.

“Kami sadar bahwa kami perlu merilisnya (Overwatch 2) segera. Jadi, tim pengembang telah diberi tahu untuk memastikan fitur yang dimiliki game ini, memperbaikinya, dan merilisnya. Kami merencanakan untuk merilisnya sebelum musim panas tahun 2022.” Dikutip langsung dari Dexerto.

Untuk perbedaan antara Overwatch dan Overwatch 2 serta informasi tambahan lainnya, Anda bisa melihatnya di artikel kami yang terbit beberapa waktu lalu. Apakah Anda tertarik untuk memainkannya?

Windows 11 Akan Rilis Resmi Pada Bulan Oktober Mendatang

Setelah berbulan-bulan, kabar baik datang untuk Anda yang menunggu Windows 11. Di blog resminya, Microsoft telah mengumumkan tanggal rilis resmi untuk sistem operasi (OS) terbaru mereka itu. Windows 11 dikabarkan akan rilis untuk publik pada 5 Oktober 2021 mendatang.

“Hari ini, kami sangat antusias mengumumkan bahwa Windows 11 akan mulai tersedia pada 5 Oktober 2021. Mulai hari itu, upgrade gratis ke Windows 11 akan diluncurkan untuk PC ber-OS Windows 10 yang memenuhi syarat serta PC baru dengan OS bawaan Windows 11 akan mulai tersedia untuk dibeli. Sebuah pengalaman Windows baru, Windows 11 didesain untuk membawa Anda lebih dekat dengan yang Anda sukai.” Dikutip langsung dari blog resmi Microsoft.

Image Credit: Microsoft

Sayangnya, saat debutnya di bulan Oktober, ada satu fitur Windows 11 yang belum dapat dinikmati, yaitu dukungan aplikasi Android. Menurut Microsoft, fitur hasil kolaborasi dengan Amazon dan Intel yang akan membawa aplikasi Android ke Windows 11 ini baru bisa digunakan beberapa bulan setelah perilisan resminya.

Untuk para pemain game, penerus dari Windows 10 ini memiliki beberapa fitur baru seperti DirectX 12 Ultimate, DirectStorage, serta AutoHDR. Dengan biaya bulanan, Xbox Game Pass juga hadir untuk menyediakan lebih dari 100 game untuk dimainkan. Karena fitur-fitur ini, Windows 11 diklaim sebagai “versi Windows terbaik untuk gaming”.

Image Credit: Microsoft

Dimulai pada 5 Oktober, upgrade gratis dari Windows 10 ke 11 ini akan dilakukan secara bertahap. Artinya, perangkat-perangkat baru akan mendapat upgrade Windows 11 lebih dahulu. Sementara perangkat lainnya akan ditentukan berdasarkan kelayakan spesifikasi hardware, usia perangkat, dan beberapa faktor lain yang mempengaruhi pengalaman upgrade.

Image Credit: Microsoft

Untuk pengguna Windows 10, fitur Windows Update akan memberi tau pengguna saat upgrade ke Windows 11 telah tersedia. Atau jika Anda tidak sabar, Anda dapat membuka menu Windows Update lalu pilih “Check for updates” untuk memeriksa secara manual. Untuk spesifikasi minimum serta penjelasan fitur Windows 11 lebih lengkap, kami telah membahasnya di artikel yang terbit beberapa waktu lalu.

Di blog resminya, Microsoft juga menyebutkan beberapa perangkat baru yang akan lebih dahulu mendapat upgrade ke Windows 11. Beberapa brand itu meliputi Acer, ASUS, Dell, HP, Lenovo, Samsung, serta laptop Surface besutan Microsoft sendiri. Lebih lengkapnya, Anda dapat melihat beberapa model perangkat ini di sini.