OnePlus Umumkan Nord N10 5G dan Nord N100 dengan Harga yang Terjangkau

Juli lalu, OnePlus mencoba mendiversifikasi lineup smartphone-nya dengan meluncurkan Nord. Hari ini, mereka memperkenalkan keluarga smartphone yang lebih baru lagi, yakni Nord N Series, yang terdiri dari dua ponsel yang berharga lebih terjangkau lagi.

Ponsel yang pertama adalah OnePlus Nord N10 5G. Di dataran Eropa, ia dihargai 350 euro (± Rp6,1 jutaan), selisih 50 euro dari Nord biasa. Apa saja yang dipangkas? Cukup banyak ternyata. Layarnya misalnya, meski tetap menawarkan resolusi 1080p dan refresh rate 90 Hz, jenis panel yang digunakan adalah IPS LCD, bukan OLED.

Alhasil, sensor sidik jarinya tidak bisa disembunyikan di balik layar dan harus ditempatkan di panel belakang. Ukuran layarnya sendiri sedikit lebih besar di angka 6,49 inci, dan bezel bawahnya juga lebih tebal ketimbang milik Nord orisinal. Lapisan kaca yang memproteksi bukanlah Gorilla Glass 5, melainkan Gorilla Glass 3.

OnePlus Nord N10 5G / OnePlus
OnePlus Nord N10 5G / OnePlus

Performa N10 juga lebih inferior. Chipset yang digunakan adalah Qualcomm Snapdragon 690, didukung oleh RAM 6 GB dan penyimpanan internal sebesar 128 GB. Beruntung dukungan Warp Charge 30T masih ada, sehingga baterai 4.300 mAh-nya bisa terisi dengan sangat cepat.

Urusan kamera, Nord N10 mengandalkan kamera utama 64 megapixel f/1.79, kamera ultra-wide 8 megapixel, kamera macro 2 megapixel, dan kamera monokrom 2 megapixel. Di depan, ada kamera selfie beresolusi 16 megapixel.

OnePlus Nord N100 / OnePlus
OnePlus Nord N100 / OnePlus

Beralih ke ponsel yang kedua, yakni OnePlus Nord N100, pemangkasan spesifikasi dan fiturnya jauh lebih kentara, sebab memang harganya jauh lebih terjangkau lagi di angka 200 euro (± Rp3,5 jutaan). Di sini layarnya tidak lagi beresolusi 1080p, melainkan cuma 720p, dan refresh rate-nya juga mentok di 60 Hz. Bentang diagonalnya sendiri mencapai angka 6,52 inci.

Kinerja N100 juga lebih loyo lagi, sebab ia hanya ditenagai oleh chipset Qualcomm Snapdragon 460 dan RAM 4 GB, dengan storage internal sebesar 64 GB. Meski begitu, saya cukup yakin ponsel ini punya baterai yang sangat awet, sebab kapasitasnya mencapai angka 5.000 mAh, dan fast charging 18 W pun masih tersedia sebagai standar.

Di bagian belakang, kita bisa melihat ada tiga kamera: kamera utama 13 megapixel f/2.2, kamera macro 2 megapixel, dan kamera portrait 2 megapixel. Tidak ada kamera ultra-wide di sini, dan perekaman videonya cuma mentok di resolusi 1080p saja, berbeda dari N10 yang sanggup merekam video 4K. Kamera depannya juga memiliki resolusi yang lebih kecil di 8 megapixel.

Kedua ponsel Nord N Series ini rencananya bakal dipasarkan di sejumlah negara di Eropa mulai bulan November mendatang. Jujur menurut saya Nord N10 terkesan nanggung karena selisih harganya tidak berbeda jauh dari Nord standar, sedangkan Nord N100 mungkin terkesan terlalu lemah jika dibandingkan dengan ponsel lain yang berada di kisaran harganya.

Sumber: OnePlus.

Fitur-Fitur Tersembunyi yang Perlu Diketahui Pengguna Samsung Galaxy Note20 Series

Saya yakin kita semua tahu bahwa menilai suatu smartphone tidak bisa dari segi hardware-nya saja. Tanpa didampingi software yang bermutu, perangkat mungkin akan terkesan sia-sia, sebab pada akhirnya kombinasi hardware dan software inilah yang selalu berperan dalam keseharian pengguna.

Ambil contoh Samsung Galaxy Note20 Series. Smartphone ini boleh datang membawa stylus yang amat canggih, akan tetapi itu tidak akan terlalu berguna kalau Samsung tidak menyematkan aplikasi yang sangat powerful seperti Samsung Notes. Dalam beberapa kesempatan, terkadang kita malah bisa menemukan fitur-fitur tersembunyi yang tersimpan dalam software milik perangkat.

Melalui sebuah workshop yang digelar via Zoom, Samsung Indonesia mengajak sejumlah media untuk mengintip fitur-fitur tersembunyi yang terdapat pada Galaxy Note20 Series. Narasumber yang diundang adalah Lucky Sebastian, sosok yang sudah dikenal di bidang per-gadget-an, dan yang kebetulan memang mengaku menggunakan Note20 Ultra sebagai daily driver-nya.

Dalam presentasinya, Lucky sempat mendemonstrasikan banyak fitur tersembunyi milik Note20 yang bisa sangat berguna dalam rutinitas sehari-hari, baik untuk urusan produktivitas maupun hiburan. Beberapa di antaranya cukup simpel, sedangkan sisanya diwujudkan dengan memanfaatkan fleksibilitas dari aplikasi Bixby Routines.

Samsung Galaxy Note20 Ultra

Kita mulai dari yang simpel, yakni memindah file dari Note20 ke laptop menggunakan fitur Link to Windows. Supaya bisa memindahkan banyak file sekaligus (apapun jenis file-nya), Lucky menyarankan untuk memakai aplikasi My Files. Sebaliknya, kalau ingin memindah file dari laptop ke Note20, cukup drag-and-drop ke mana saja di jendela aplikasi Link to Windows, maka file-nya akan otomatis masuk ke folder Downloads di Note20.

Masih seputar produktivitas, Lucky juga sempat mencontohkan bagaimana aplikasi Samsung Notes telah berevolusi menjadi pengolah PDF yang sangat powerful. Untuk keperluan seperti menandatangani surat perjanjian misalnya, pengguna bahkan bisa menyematkan file gambar meterai dan mengatur posisinya dengan bebas, tidak seperti di aplikasi PDF pada umumnya.

Selain untuk menandatangani PDF, S Pen juga bisa dipakai untuk mencorat-coret kalender bawaan Note20, sehingga pengguna bisa membuat catatan dengan menulis tangan seperti di kalender fisik. Masalahnya, menulis di kotak tanggal yang kecil mungkin agak menyulitkan, dan di sini pengguna bisa mengakalinya dengan dua cara: dengan zooming, atau dengan memakai tool lasso.

Untuk cara yang kedua ini, pengguna tinggal menulis seperti biasa di mana saja di aplikasi kalender, lalu pilih icon lasso yang muncul di bagian bawah layar. Setelahnya, tinggal lingkari tulisannya, kecilkan ukurannya, dan pindahkan ke kotak tanggal yang dimau.

Samsung Galaxy Note20 Ultra

Beralih ke kamera, di sini kita bisa melihat contoh kegunaan Bixby Routines. Lucky menjelaskan bahwa Bixby Routines dapat dipakai untuk mematikan suara shutter kamera secara otomatis, tanpa harus mengaktifkan profil silent pada pengaturan ponsel. Jadi ketika sudah keluar dari aplikasi kamera, maka suara otomatis tidak akan di-mute.

Trik lain yang juga menarik adalah untuk perekaman video dengan jangkauan zoom paling maksimal. Secara default, Note20 memang bisa memotret dengan zoom sejauh 50x, tapi kalau untuk video, zoom-nya hanya mentok di 20x saja. Triknya adalah, ketimbang mengganti mode secara manual, pengguna bisa memperbesar hingga 50x, lalu merekam dengan menekan dan menahan tombol shutter ketika masih dalam mode Photo.

Kamera milik Note20 turut dilengkapi beragam fitur AR, dan salah satu yang menarik menurut Lucky adalah yang bernama Picture Link. Dengan fitur ini, pengguna bisa menjadikan objek sebagai pemicu (trigger) atas konten multimedia. Terakhir, Lucky tidak lupa mengingatkan bahwa fitur Face Unlock milik Note20 bisa dipercepat dengan memilih opsi “Add alternative look” setelah melakukan setup awal.

Optimasi performa Note20

Samsung Galaxy Note20 Ultra

Beralih ke topik performa, Lucky membagikan trik supaya Note20 Ultra bisa lebih efisien soal konsumsi daya tanpa mengorbankan kecanggihan layarnya. Normalnya, cara termudah untuk menghemat baterai adalah dengan mengaktifkan fitur Medium Power Saving. Sayangnya, ketika fitur ini diaktifkan, maka layar Note20 Ultra akan terkunci di refresh rate 60 Hz.

Lagi-lagi di sini ada cara untuk mengakali dengan memanfaatkan Bixby Routines. Jujur caranya agak sedikit rumit, tapi pada akhirnya Medium Power Saving bisa tetap aktif bersamaan dengan Adaptive Refresh Rate (120 Hz). Sangat disayangkan sejauh ini belum ada fitur untuk saling berbagi shortcut dalam Bixby Routines, sehingga pengguna tidak perlu repot mengutak-atik secara manual. Semoga saja ini sudah masuk dalam perencanaan Samsung selanjutnya.

Bixby Routines juga dapat dipakai untuk mengganti resolusi layar secara sementara di aplikasi-aplikasi untuk menonton video macam YouTube atau Netflix. Seperti yang kita tahu, Note20 Ultra memang bisa mendukung refresh rate 120 Hz, akan tetapi itu cuma bisa untuk resolusi 1080p saja, bukan 1440p yang merupakan resolusi asli layar Note20 Ultra.

Samsung Galaxy Note20 Ultra

120 Hz memang sangat berguna untuk gaming, tapi kalau untuk menonton video, 60 Hz saja sebenarnya sudah cukup, dan yang lebih penting adalah resolusi. Menggunakan Bixby Routines, pengguna dapat mengatur supaya resolusi layar berganti ke 1440p secara otomatis setiap kali aplikasi seperti YouTube atau Netflix dibuka, lalu turun kembali ke 1080p (tapi 120 Hz) saat keluar dari aplikasi tersebut.

Terakhir, untuk keperluan gaming, pengguna Note20 bisa melakukan kustomisasi performa dengan lebih mendetail menggunakan aplikasi bernama Game Plugins. Aplikasi ini jarang diketahui karena tempatnya bukan di Google Play Store, melainkan di Galaxy Store.

Di Game Plugins, pengguna dapat menerapkan kustomisasi yang mendetail untuk masing-masing permainan, mulai dari kualitas grafiknya secara umum, atau menentukan fps maksimumnya. Pengguna bahkan bisa melihat semacam benchmark performa dari tiap-tiap game menggunakan aplikasi ini.

5 Alasan OPPO Reno4 dan Reno4 F Patut Jadi Smartphone Pilihan

Masing-masing orang pasti memiliki kriteria tersendiri dalam menilai suatu smartphone. Namun pada umumnya, kriterianya tidak akan jauh-jauh dari lima aspek berikut: desain, layar, kamera, performa, dan baterai.

Anggap saja lima hal tersebut sebagai ‘pilar’ yang membentuk suatu smartphone. Di segmen flagship, jelas saja kelima pilar ini mampu berdiri dengan kokoh dan tanpa kompromi, karena seperti yang orang bijak katakan; ada harga, ada rupa.

Namun kalau fokusnya mulai mengarah ke smartphone kelas menengah, sering kali perangkat harus berkompromi dengan satu atau dua pilar demi menekan harga jualnya. Memang tidak semua, sebab masih ada beberapa smartphone kelas menengah yang terbukti mampu memenuhi lima kriteria tersebut dengan baik.

OPPO Reno4 dan Reno4 F adalah contohnya. Keduanya sama-sama dijual di bawah lima juta rupiah – Reno4 Rp4.999.000, Reno4 F Rp4.299.000 – akan tetapi kelima aspek tadi tidak ada yang dikorbankan. Berikut penjelasannya.

Desain

OPPO Reno4 F

Pada kenyataannya, desain adalah satu atribut yang paling dibanggakan oleh kedua ponsel ini. Keduanya sama-sama sangat tipis dan ringan; Reno4 dengan tebal 7,7 mm dan bobot 165 gram, Reno4 F dengan tebal 7,48 mm dan bobot 164 gram. Tak hanya itu, bagian samping kedua perangkat juga dibuat melengkung agar bisa terasa semakin nyaman di dalam genggaman.

Sama-sama ditargetkan untuk kaum muda, baik Reno4 maupun Reno4 F juga tampil ekspresif dengan warna-warna yang sangat memikat. Tekstur bodinya pun juga unik, kelihatan glossy tapi terasa matte, menciptakan kombinasi yang begitu menyenangkan secara visual sekaligus taktil.

Layar

OPPO Reno4 F

Seperti yang bisa kita lihat, layar Reno4 dan Reno4 F juga berpengaruh langsung terhadap tampilan yang premium, utamanya berkat pemakaian lubang kamera kecil ketimbang poni. Namun secara teknis, layar Reno4 dan Reno4 F juga unggul berkat penggunaan panel AMOLED dengan bentang diagonal 6,4 inci dan resolusi 2400 x 1080 pixel.

Hadir memproteksi layarnya adalah kaca Gorilla Glass 5 pada Reno4, dan Gorilla Glass 3+ pada Reno4 F. OPPO juga tidak lupa memastikan bahwa layar milik kedua ponsel ini telah lulus uji sertifikasi dari TÜV Rheinland demi menjamin pengaruh minimalnya terhadap kelelahan mata.

Kamera

ed41fb71605252878223cae8a33233d7_oppo-reno4-01

Kita mulai dari sisi depan dulu. Reno4 mengemas kamera selfie 32 megapixel plus kamera tambahan yang berfungsi sebagai sensor untuk mewujudkan fitur-fitur pintar seperti Smart Spying Prevention, Smart Air Control, Smart Rotation, dan Smart Always On. Reno4 F di sisi lain mengusung kamera selfie 16 megapixel plus sebuah depth sensor.

Beralih ke belakang, kedua ponsel sama-sama mengusung empat kamera dengan spesifikasi yang cukup identik meski penempatannya agak berbeda. Dua di antaranya adalah kamera utama 48 megapixel dan ultra-wide 8 megapixel, sedangkan dua sisanya agak sedikit berbeda satu dengan yang lain; Reno4 dengan kamera macro dan monokrom, Reno4 F dengan sepasang kamera monokrom.

OPPO Reno4 F

Namun yang tidak kalah penting adalah bagaimana OPPO menyempurnakan kinerja kamera kedua ponsel ini dengan fitur-fitur berbasis AI. Salah satu yang paling populer adalah AI Color Portrait, yang memungkinkan pengguna untuk mengisolasi warna pada subjek foto, membiarkannya kelihatan semakin mencolok di tengah-tengah latar belakang yang hitam-putih.

Tidak kalah menarik adalah fitur AI Night Flare Portrait, yang bakal sangat membantu dalam menciptakan foto portrait yang dramatis di kondisi minim cahaya, terutama jika subjek membelakangi pemandangan kota di malam hari.

Untuk merekam video pun kedua ponsel ini sudah dilengkapi fitur Ultra Steady Video 3.0 yang sangat efektif dalam meredam guncangan. Istimewanya, fitur ini juga bisa dipakai saat sedang merekam menggunakan kamera depan.

Performa

OPPO Reno4

Urusan performa, Reno4 didukung oleh chipset Qualcomm Snapdragon 720G, RAM 8 GB, dan kapasitas penyimpanan internal sebesar 128 GB. Reno4 F di sisi lain mengandalkan chipset MediaTek Helio P95, chipset yang sama persis seperti yang digunakan pada Reno3 Pro sebelumnya, yang juga dipadukan bersama RAM 8 GB dan storage internal 128 GB. Tentu saja keduanya juga punya slot untuk diisi kartu microSD.

Dari sisi perangkat lunak, Reno4 dan Reno4 F sama-sama menjalankan sistem operasi ColorOS 7.2, yang sendirinya menawarkan berbagai fitur pintar sekaligus yang berdampak langsung terhadap performa, seperti AI App Preloading misalnya.

Baterai

OPPO Reno4 F

Sepintas mungkin agak sulit dipercaya, akan tetapi OPPO berhasil menjejalkan baterai yang cukup besar di balik rangka tipis milik Reno4 dan Reno4 F; 4.015 mAh pada Reno4, 4.000 mAh pada Reno4 F.

Bukan cuma itu, fast charging juga menjadi fitur standar pada keduanya. Di sini konsumen Reno4 yang membayar lebih mahal bisa lebih dimanjakan oleh pengisian daya dengan output 30 W, yang berarti mereka cuma perlu waktu selama 20 menit untuk mengisi dari 0-50%, atau 57 menit dari 0-100%.

Untuk Reno4 F, output yang didukung memang lebih kecil di angka 18 W, tapi ini pun sebenarnya sudah bisa mengisi penuh baterainya dalam waktu satu jam lebih sedikit.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh OPPO.

Huawei Mate 40 Series Resmi Meluncur dengan Chipset 5 nm dan Kamera Bersensor Masif

Huawei baru saja memperkenalkan Mate 40 Series yang terdiri dari tiga model: Mate 40, Mate 40 Pro, dan Mate 40 Pro+. Meski sama-sama masuk kategori flagship, trio Mate 40 Series ini rupanya punya sejumlah kelebihan jika dibandingkan dengan P40 Series.

Keunggulan yang pertama adalah dari segi prosesor. Trio Mate 40 ini dibekali chipset Kirin 9000 Series yang dibuat dengan proses pabrikasi 5 nanometer, yang menjanjikan peningkatan performa sekaligus efisiensi daya yang signifikan. GPU Mali-G78 24-core yang tertanam di Mate 40 Pro dan Mate 40 Pro+ disebut sebagai chip grafis terkuat yang pernah ada di perangkat Huawei.

Selanjutnya, duo Mate 40 Pro ini juga lebih unggul soal baterai. Bukan perkara kapasitasnya (4.400 mAh), melainkan kecepatan teknologi fast charging yang didukungnya: 66 W menggunakan kabel, atau 50 W secara wireless. Ya, waktu yang dibutuhkan untuk mengisi baterai duo Mate 40 Pro secara nirkabel bahkan lebih singkat daripada waktu charging P40 Pro menggunakan kabel.

Huawei Mate 40 / Huawei
Huawei Mate 40 / Huawei

Beralih ke layar, bisa kita lihat bahwa Mate 40 Series tak lagi menggunakan poni, melainkan lubang kecil yang dihuni oleh kamera 13 megapixel (plus depth sensor pada Mate 40 Pro dan Mate 40 Pro+). Layarnya sendiri mengandalkan panel OLED 6,76 inci beresolusi 2772 x 1344 pixel, lengkap dengan refresh rate 90 Hz.

Khusus Mate 40, layarnya sedikit lebih kecil di angka 6,5 inci, dengan resolusi 2376 x 1080 pixel. Lengkungan di bagian sampingnya juga tidak seekstrem milik kedua kakaknya.

Huawei Mate 40 Pro / Huawei
Huawei Mate 40 Pro / Huawei

Lalu di bagian belakang, perhatian kita akan langsung tertuju pada modul kameranya yang melingkar membentuk cincin. Tidak seperti Mate 30 Series yang kameranya terletak di lingkaran bagian dalam, Huawei justru memosisikannya di lingkaran bagian luar pada Mate 40 Series.

Baik Mate 40, Mate 40 Pro maupun Mate 40 Pro+ sama-sama mengemas kamera utama 50 megapixel f/1.9 dengan ukuran sensor sebesar 1/1,28 inci. Pada Mate 40, kamera utamanya ditemani kamera ultra-wide 16 megapixel dan kamera telephoto 8 megapixel dengan 3x optical zoom.

Untuk Mate 40 Pro dan Mate 40 Pro+, resolusi kamera ultra-wide-nya sedikit lebih tinggi di angka 20 megapixel, dan kamera telephoto-nya menang banyak; 12 megapixel dengan 5x optical zoom pada Mate 40 Pro, 10x pada Mate 40 Pro+. Khusus pada Mate 40 Pro+, panel belakangnya paling beda sendiri berkat penggunaan bahan keramik.

Huawei Mate 40 Pro+ / Huawei
Huawei Mate 40 Pro+ / Huawei

Terkait software, sayang sekali Huawei Mate 40 Series masih harus hadir tanpa dukungan Google Mobile Services. Kendati demikian, belakangan ini fitur-fitur yang ditawarkan Huawei Mobile Services sebagai penggantinya terbukti semakin lengkap, terutama berkat adanya fitur Petal Search yang memudahkan pencarian sekaligus instalasi aplikasi.

Di dataran Eropa, rencananya Huawei bakal memasarkan Mate 40 Series dengan rincian sebagai berikut:

  • Huawei Mate 40 8 GB/128 GB = 899 euro
  • Huawei Mate 40 Pro 8 GB/256 GB = 1.199 euro
  • Huawei Mate 40 Pro+ 12 GB/256 GB = 1.399 euro

OPPO Hadirkan Varian Baru A92 dengan Harga yang Lebih Terjangkau

Di titik ini, sebagian besar dari kita mungkin sudah sangat terbiasa beraktivitas dari kediaman masing-masing. Baik itu bekerja atau belajar, semuanya masih harus kita jalani secara online. Pada akhirnya, sebagian dari kita juga semakin bergantung terhadap smartphone.

Agar dapat menunjang berbagai kegiatan yang dilakukan secara online, tentunya dibutuhkan smartphone dengan spesifikasi yang cukup mumpuni, terutama yang memiliki kapasitas RAM yang besar demi memperlancar multitasking. Di saat yang sama, harganya juga tidak boleh kelewat mahal kalau ingin dilirik oleh masyarakat tanah air.

Dari situ OPPO pun melihat adanya peluang untuk memperbarui salah satu perangkatnya yang cukup laris di pasaran, yakni OPPO A92. Diluncurkan pertama kali pada bulan Mei 2020, OPPO A92 kini hadir dalam varian baru yang lebih terjangkau dengan tetap membawa sederet keunggulannya.

Kalau Anda masih ingat, saat pertama dirilis, A92 dibanderol Rp4.199.000. Varian barunya ini dihargai cuma Rp3.599.000, dan yang dipangkas hanya sebatas kapasitas RAM-nya, dari 8GB menjadi 6GB, tapi masih berjenis LPDDR4X. Sisanya benar-benar tidak disentuh, termasuk kapasitas penyimpanan internal sebesar 128GB, yang pastinya sangat esensial buat target pasar utama ponsel ini, yakni konsumen muda yang aktif membuat konten di media sosial.

Kinerjanya sendiri dijamin oleh penggunaan chipset Qualcomm Snapdragon 665, lengkap beserta sistem operasi ColorOS 7.1. Baterai berdaya 5.000 mAh tentu juga merupakan sebuah nilai plus, apalagi mengingat baterai ini mendukung teknologi pengisian daya cepat 18W.

OPPO A92 6GB

Di sektor layar, OPPO A92 6GB mengusung panel 6,5 inci dengan resolusi 2400 x 1080 pixel. Rasio layar ke bodinya cukup besar di angka 90,5%, dan OPPO tidak lupa memproteksinya dengan kaca Gorilla Glass 3. Sensor sidik jarinya sendiri menyatu dengan tombol power di bagian samping kanan perangkat.

Juga tidak kalah penting adalah, layar ini sudah mengantongi sertifikasi perlindungan mata dari TÜV Rheinland, yang artinya ia dapat secara efektif menyaring cahaya biru, sehingga dapat mengurangi risiko mata lelah secara signifikan. Tentunya ini sangat relevan jika penggunaan utamanya adalah untuk mengikuti rapat atau belajar online dalam waktu yang lama.

Seperti yang bisa kita lihat, ujung kiri atas layar A92 6GB juga masih dihuni oleh lubang kecil yang berisikan kamera 16 megapixel f/2.0. Beralih ke belakang, pengguna akan menjumpai kamera utama 48 megapixel f/1.7 dengan sensor sebesar 1/2 inci, kamera ultra-wide 8 megapixel, kamera monokrom 2 megapixel, dan kamera portrait 2 megapixel.

Buat yang tertarik, OPPO A92 6GB bisa dipesan mulai 24-31 Oktober 2020 secara eksklusif melalui Tokopedia. Selama periode tersebut, konsumen bisa mendapatkan sejumlah benefit seperti cashback 10% hingga 500 ribu rupiah untuk tukar tambah dengan perangkat lama, dan juga cashback voucher 3% hingga 100 ribu rupiah berupa OVO point. Pilihan warna yang tersedia ada dua, yaitu Twilight Black dan Aurora Purple.

Selanjutnya, OPPO A92 6GB akan dijual secara luas mulai 1 November 2020 dengan harga Rp3.599.000.

Bukan Lagi Smartphone Android Go, Nokia C3 Resmi Hadir di Indonesia

Melalui sebuah konferensi pers yang digelar via Zoom, HMD Global hari ini meresmikan kehadiran Nokia C3 di pasar tanah air. Smartphone kelas budget ini merupakan penerus langsung dari Nokia C1, dan di pasar Indonesia, HMD rupanya memutuskan untuk melewatkan Nokia C2 sepenuhnya.

Tidak ada yang salah dari keputusan tersebut, sebab Nokia C3 benar-benar menawarkan peningkatan yang signifikan, utamanya karena ia merupakan ponsel pertama dari lini Nokia C-Series yang menjalankan sistem operasi Android versi penuh, bukan lagi versi Go Edition.

Secara teknis, Nokia C3 ditenagai oleh chipset Unisoc SC9863A dengan prosesor octa-core 1,6 GHz, RAM 2 GB, kapasitas penyimpanan internal 16 GB (plus slot microSD), dan baterai 3.040 mAh.

Nokia C3

Spesifikasinya sepintas mungkin terdengar biasa saja, namun seperti yang Karel Holub (General Manager HMD Global Indonesia) katakan, yang diutamakan di sini bukanlah spesifikasi di atas kertas, melainkan satu paket menyeluruh yang ditujukan untuk konsumen yang baru menggunakan smartphone untuk pertama kalinya, dan itu mereka wujudkan lewat penggunaan OS Android 10 versi murni tanpa skin ataupun bloatware lainnya.

Bukan cuma itu, HMD juga memastikan bahwa praktik ketat yang mereka terapkan selama ini untuk melindungi data konsumen tetap berlaku buat konsumen Nokia C3 sekalipun. Ponsel yang digunakan boleh murah, tapi keamanan data di dalamnya harus tetap terjamin setiap saat, kira-kira begitu cara HMD mempromosikan ponsel ini.

Karel menambahkan bahwa aspek privasi ini kian relevan di masa pandemi, di mana konsumen semakin bergantung pada ponselnya, termasuk untuk bertransaksi secara cashless. Seperti yang bisa kita ekspektasikan dari HMD Global, Nokia C3 dipastikan bakal terus menerima security update secara berkala hingga dua tahun ke depan.

Dibandingkan Nokia C1 maupun C2, layar IPS milik Nokia C3 jauh lebih besar dengan bentang diagonal 5,99 inci dan resolusi HD+. Desainnya simpel dan tidak neko-neko, tapi jujur saya lebih suka bagian depan yang simetris seperti ini ketimbang mayoritas ponsel kelas budget yang kelihatan kurang proporsional karena bezel bawahnya tebal selagi porsi atasnya digantikan oleh poni (notch).

Nokia C3 mengemas sepasang kamera: kamera depan 5 megapixel, dan kamera belakang 8 megapixel dengan dukungan HDR dan kemampuan perekaman video 1080p. Di bawah kamera belakangnya, tampak sebuah sensor sidik jari, satu komponen yang absen pada Nokia C1 maupun C2. Melengkapi semua fiturnya adalah integrasi Google Assistant, yang dapat dipanggil dengan mudah menggunakan sebuah tombol khusus.

Bagi yang tertarik, Nokia C3 akan dijual dengan harga Rp1.599.000, dan konsumen bisa memilih antara warna Nordic Blue atau sand. Rencananya, program pre-order Nokia C3 akan dimulai pada tanggal 23 Oktober melalui official store Nokia di Tokopedia, lalu menyusul pada tanggal 25 Oktober di eraspace.com dan Erafone. Mulai tanggal 2 November, pre-order juga dapat dilakukan melalui jaringan Cantik Group, Sentraponsel, dan Telering.

Semua program pre-order bakal berakhir pada tanggal 8 November 2020, dan bagi yang memesan selama periode pre-order, mereka berhak mendapat sejumlah benefit seperti paket data Telkomsel TAU 30 GB dan potongan harga hingga Rp500.000. Program cicilan dengan harga paling murah mulai Rp200.000 juga tersedia selama periode pre-order berlangsung.

Dalam kesempatan yang sama, HMD turut memperkenalkan TWS baru bernama Nokia Power Earbuds Lite. Perangkat yang bodinya tahan air dengan sertifikasi IPX7 ini dilengkapi driver berdiameter 6 mm serta total daya tahan baterai hingga 35 jam jika dipadukan bersama charging case-nya.

Harga jualnya di Indonesia masih belum diungkap, tapi yang pasti TWS ini bakal tersedia di pada kuartal keempat tahun ini juga melalui official store Nokia di beberapa situs ecommerce.

Xiaomi Ungkap Teknologi Wireless Charging 80 W

Agustus lalu, Xiaomi menyingkap Mi 10 Ultra yang benar-benar tidak mau berkompromi soal spesifikasi. Namun yang lebih mencuri perhatian dari smartphone tersebut kalau menurut saya adalah kapabilitas charging-nya: 120 W menggunakan kabel, atau 50 W menggunakan wireless charger.

Output 50 W itu pada dasarnya lebih tinggi daripada output yang didukung sebagian besar smartphone menggunakan kabel. Jadi untuk mengisi dari kosong hingga penuh menggunakan wireless charger, Mi 10 Ultra hanya butuh waktu sekitar 40 menit. Padahal, kapasitas baterainya cukup besar di angka 4.500 mAh.

Namun Xiaomi rupanya masih belum puas dengan pencapaian tersebut. Tahun belum berganti dan pandemi belum berakhir, Xiaomi sudah memperkenalkan teknologi wireless charging yang lebih baru dan lebih ngebut lagi, dengan output maksimum mencapai 80 W.

Lewat video demonstrasi singkat di atas, Xiaomi menunjukkan betapa cepatnya baterai berkapasitas 4.000 mAh milik Mi 10 Pro (yang sudah dimodifikasi) dapat terisi secara wireless: 10% dalam 1 menit, 50% dalam 8 menit, dan 100% dalam waktu 19 menit saja.

Xiaomi sejauh ini belum bilang apa-apa soal efek jangka panjang teknologi pengisian daya cepat secara nirkabel ini terhadap baterai perangkat, tapi saat mengumumkan Mi 10 Ultra kemarin, Xiaomi turut memastikan bahwa umur baterainya tidak akan jadi lebih singkat hanya karena proses pengisiannya berkali-kali lipat lebih cepat dari biasanya.

Di atas kertas, 80 W jelas terdengar sangat mengesankan, apa lagi untuk konteks wireless charging. Di saat pabrikan seperti OnePlus baru saja menawarkan smartphone dengan dukungan fast charging 65 W, Xiaomi malah sudah bersiap untuk menyajikan yang lebih cepat sekaligus lebih praktis (karena wireless).

Belum diketahui kapan smartphone yang mendukung wireless charging 80 W ini bakal hadir. Xiaomi juga bukan satu-satunya pabrikan yang terus menyempurnakan teknologi pengisian daya cepatnya. Di kubu lain, OPPO juga sempat memperkenalkan teknologi wireless charging 65 W beberapa bulan lalu.

Sumber: Xiaomi.

5 Tips Memaksimalkan Kamera Milik OPPO Reno4 F

Hanya dalam rentang waktu sekitar tiga bulan, keluarga OPPO Reno4 kini telah berisikan tiga smartphone yang berbeda. Yang terbaru, OPPO Reno4 F hadir belum lama ini dengan banderol yang paling terjangkau di angka Rp4.299.000 saja.

Namun harga rupanya tidak menjadi penghalang Reno4 F untuk tetap berpegang pada tema “creative and innovation” yang sudah menjadi DNA seri Reno sejak generasi pertamanya. Seperti kakak-kakaknya yang sudah hadir lebih dulu, Reno4 F turut mengemas kemampuan fotografi dan videografi yang sangat mumpuni.

Dari segi hardware, Reno4 F datang membawa kamera utama 48 megapixel f/1.8 dengan sensor sebesar 1/2 inci, kamera ultra-wide 8 megapixel f/2.2, dan sepasang kamera monokrom 2 megapixel, sedangkan di bagian depan, ada kamera selfie 16 megapixel dan depth sensor 2 megapixel.

Lalu dari segi software, Reno4 F juga dilengkapi sederet fitur fotografi berbasis AI seperti Reno4 maupun Reno4 Pro, beberapa di antaranya bahkan baru tersedia di Reno4 F. Namun yang mungkin jadi pertanyaan para konsumen adalah, bagaimana semua itu bisa membantu menghasilkan foto dan video yang apik? Berikut lima tips yang bisa Anda coba terapkan.

Jangan segan mengaktifkan fitur AI Super Clear Portrait

AI Super Clear Portrait

Dari namanya sudah kelihatan jelas bahwa fitur ini diciptakan untuk menghasilkan foto portrait yang jernih, jadi jangan segan mengaktifkannya saat memang sedang memotret wajah seseorang dari jarak yang cukup dekat.

Secara teknis, AI Super Clear Portrait memanfaatkan teknik rekonstruksi wajah sekaligus deep learning untuk membuat detail-detail pada wajah, macam alis atau bulu mata misalnya, jadi lebih jelas lagi daripada biasanya. Seperti yang kita tahu, foto portrait yang baik adalah yang bagian matanya terlihat detail, jadi jangan lupa untuk memanfaatkan fitur ini.

Jangan ragu mengambil selfie di malam hari

AI Super Night Portrait

Sering kali minimnya penerangan saat malam sudah tiba membuat kita jadi mengurungkan niat untuk mengambil selfie. Pada Reno4 F, kita bisa mengandalkan fitur AI Super Night Portrait yang secara spesifik dirancang untuk keperluan ini.

Cara kerja fitur ini cukup mirip dengan HDR, di mana kamera akan mengambil beberapa gambar dengan pengaturan exposure yang berbeda, sebelum akhirnya digabungkan menjadi satu gambar yang paling optimal. Pada praktiknya, fitur ini memungkinkan tampilan wajah kelihatan lebih terang di kondisi cahaya yang redup, tapi di saat yang sama tanpa mencerahkan latar belakangnya secara berlebihan (overexposure).

Cari background dengan lampu warna-warni

AI Night Flare Portrait

Seperti Reno4 dan Reno4 Pro, Reno4 F turut dibekali fitur AI Night Flare Portrait. Untuk mendapatkan hasil yang paling maksimal, Anda bisa mencari lokasi dengan latar belakang yang menampilkan banyak pancaran cahaya dari lampu, terutama yang warna-warni jika ada.

Dengan begitu, efek bokeh yang dihasilkan oleh fitur ini bakal terlihat jauh lebih dramatis. Tidak perlu jauh-jauh ke kafe atau naik ke jembatan penyeberangan, di komplek rumah pun juga oke selama bisa menemukan latar belakang yang dihiasi banyak sumber pencahayaan.

Kenakan pakaian warna-warni

AI Color Portrait

Masih seputar warna-warni, baju warna-warni bakal jadi properti yang sangat pas untuk sesi fotografi menggunakan Reno4 F. Pasalnya, ada fitur AI Color Portrait yang memungkinkan kita untuk mengisolasi warna pada subjek foto dan membuat latar belakangnya jadi hitam putih.

Fitur ini sudah menjadi favorit konsumen semenjak Reno4 diperkenalkan, dan hasil tangkapan terbaik dari konsumen kebanyakan memang melibatkan subjek yang sedang mengenakan pakaian warna-warni.

Isi waktu dengan vlogging

OPPO Reno4 F

Selagi waktu luang berlimpah selama pandemi, kenapa tidak kita manfaatkan saja untuk memulai hobi vlogging? Hitung-hitung sebagai diari selama menjalani masa sulit. Perangkat yang dibutuhkan tidak lebih dari Reno4 F itu sendiri, sebab fitur Ultra Steady Video pada perangkat ini juga berlaku untuk kamera depannya.

Singkat cerita, hasil perekaman menggunakan kamera depannya bakal terlihat cukup stabil berkat fitur ini, dan Anda juga tidak perlu mengandalkan alat bantu seperti gimbal kalau sesi vlogging-nya dilakukan selagi sebatas jalan-jalan di komplek sekitar rumah.

OPPO Reno4 F saat ini sudah bisa dibeli melalui jaringan toko fisik dan toko online OPPO, serta berbagai situs ecommerce dengan banderol resmi Rp4.299.000. Pilihan warna yang tersedia ada dua, yakni Matte Black dan Metallic White.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh OPPO.

OnePlus 8T Diumumkan, Jadi yang Pertama yang Menawarkan Fast Charging 65 W

Tepat setengah tahun setelah OnePlus 8 dan OnePlus 8 Pro diumumkan, sekarang giliran OnePlus 8T yang mencuri panggung. Posisinya berada tepat di tengah-tengah OnePlus 8 dan 8 Pro, tapi di saat yang sama ia juga menawarkan sesuatu yang benar-benar baru.

Bukan, yang saya maksud bukan bentuk modul kameranya, melainkan baterai yang mendukung teknologi Warp Charge 65, teknologi pengisian daya cepat yang mampu mengisi penuh baterai perangkat dalam waktu 39 menit saja. Cukup mengesankan mengingat kapasitas baterainya tercatat di angka 4.500 mAh.

Sebagai perbandingan, OnePlus 8 Pro hanya mendukung charging dengan output maksimum sebesar 30 W saja. Pun begitu, OnePlus 8T tidak dilengkapi dukungan wireless charging sama sekali, sedangkan OnePlus 8 Pro malah menawarkan fast wireless charging yang sama cepatnya seperti charging biasanya.

Perihal layar, OnePlus 8T mengusung panel AMOLED 6,55 inci dengan resolusi 2400 x 1080 pixel, lengkap dengan sensor sidik jari terintegrasi. Ukuran dan resolusinya ini sama persis seperti milik OnePlus 8, akan tetapi di sini refresh rate-nya sudah ditingkatkan dari 90 Hz menjadi 120 Hz.

Resolusi layarnya memang belum setinggi milik OnePlus 8 Pro, akan tetapi setidaknya layar 8T sangatlah terang dengan tingkat kecerahan maksimum hingga 1.100 nit. Secara fisik, layar OnePlus 8T juga mengadopsi desain yang datar ketimbang yang melengkung di bagian samping seperti milik OnePlus 8 Pro.

Mengenai kamera, tampak bahwa OnePlus 8T jauh lebih mirip OnePlus 8 ketimbang OnePlus 8 Pro, utamanya karena ia tidak dibekali kamera telephoto. Setup kameranya sendiri terdiri dari kamera utama 48 megapixel (Sony IMX586) f/1.7, kamera ultra-wide 16 megapixel f/2.2, kamera macro 5 megapixel, dan kamera monokrom 2 megapixel. Untuk kamera depannya, OnePlus 8T menggunakan sensor 16 megapixel (Sony IMX471) dan lensa f/2.4

Kalau soal performa, OnePlus 8T bisa dibilang tidak berbeda dari OnePlus 8 maupun 8 Pro. Ia ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 865, lengkap beserta RAM 12 GB LPDDR4X dan storage 256 GB tipe UFS 3.1. Seandainya ada perbedaan hasil benchmark kinerja di antara ketiga perangkat ini, penyebabnya adalah perbedaan jenis RAM dan storage yang digunakan.

Di Amerika Serikat, OnePlus 8T saat ini sudah dipasarkan dengan harga $749. Pilihan warna yang tersedia untuknya ada dua, yakni Lunar Silver dan Aquamarine Green.

OnePlus Buds Z

Dalam kesempatan yang sama, OnePlus turut menyingkap TWS kedua mereka, OnePlus Buds Z. Perangkat ini bisa dibilang agak aneh, sebab meskipun ia lebih murah daripada OnePlus Buds, secara desain ia malah bisa dibilang lebih unggul berkat kehadiran eartip silikon.

Di saat yang sama, ukuran driver yang tertanam justru lebih kecil; cuma 10 mm dibanding milik OnePlus Buds yang berdiameter 13,4 mm. Beruntung masih ada dukungan teknologi Dolby Atmos yang tersematkan, demikian pula konektivitas Bluetooth 5.0 dan sertifikasi ketahanan air IP55.

Baterai juga merupakan aspek lain yang harus dikorbankan demi menekan harga jual Buds Z. Dalam sekali pengisian, ia sanggup beroperasi hingga 5 jam, atau sampai 20 jam kalau digabungkan dengan charging case-nya. Semua itu ditawarkan seharga $50 saja, selisih cukup jauh jika dibandingkan dengan banderol $79 milik OnePlus Buds.

Sumber: OnePlus.

Kuartet iPhone 12 Resmi Diperkenalkan, Usung Desain Baru tapi Tanpa Charger dalam Boks

Entah berapa kali kata “5G” disebut dalam acara peluncuran iPhone 12 semalam. Di saat pabrikan smartphone lain sudah menawarkan dukungan 5G sejak lama, Apple malah tidak segan menekankan 5G sebagai fitur unggulan meski mereka datang terlambat.

Namun Apple memang demikian. Berkat pangsa pasar iPhone yang begitu besar, mereka pada dasarnya bebas berbuat apa saja, termasuk halnya menumbuhkan opini bahwa 5G bakal mulai menjadi mainstream tidak lama lagi karena iPhone pun akhirnya sudah menawarkannya.

Apapun itu, setidaknya untuk sekarang kita tidak perlu membahas iPhone 12 dari sudut pandang yang sama seperti Apple, sebab 5G memang belum relevan di Indonesia. Pertanyaan yang lebih tepat terkait iPhone 12 mungkin adalah, apa saja hal baru yang tidak ada pada iPhone 11?

Seperti yang mungkin sudah Anda ketahui, Apple semalam memperkenalkan empat model iPhone 12 sekaligus: iPhone 12, iPhone 12 Mini, iPhone 12 Pro, dan iPhone 12 Pro Max. Kuartet iPhone 12 ini memiliki banyak kesamaan, terutama dari sisi performa berkat pemakaian chipset A14 Bionic, yang sebelumnya sudah hadir lebih dulu pada iPad Air generasi keempat.

A14 Bionic

Apple cukup berbangga menyebut A14 sebagai chipset smartphone pertama yang dibuat dengan proses pabrikasi 5 nanometer. Sederhananya, ini berarti ukuran tiap-tiap transistor yang tertanam di A14 lebih kecil dari sebelumnya, dan otomatis Apple bisa menyematkan lebih banyak lagi transistor di dalam satu unit chipset.

Secara total ada 11,8 miliar transistor di A14, hampir 40% lebih banyak ketimbang yang terdapat pada A13, dan semua itu berarti A14 mampu menyuguhkan kinerja yang lebih baik sekaligus lebih efisien perihal konsumsi daya. Seberapa jauh selisih performa A14 jika dibandingkan dengan A13 belum diketahui, tapi kalau dibandingkan dengan A12, Apple mengklaim peningkatan kinerja CPU hingga 40% dan GPU hingga 30%.

Secara teknis, chipset A14 ini terdiri dari prosesor 6-core, chip grafis 6-core, dan Neural Engine 16-core yang menawarkan performa machine learning sampai dua kali lebih kencang daripada sebelumnya. Di pasar smartphone sekarang, iPhone 11 sejatinya sudah memimpin perihal performa, dan iPhone 12 sejatinya bakal menetapkan standar performa yang jauh lebih tinggi lagi.

Desain baru setelah tiga tahun

Oke, performanya lebih ngebut, lalu apa lagi? Khusus iPhone 12 dan iPhone 12 Mini, kualitas layarnya benar-benar meningkat drastis jika dibandingkan dengan milik iPhone 11. Ini dikarenakan iPhone 12 dan 12 Mini sudah mengemas panel OLED dengan rasio kontras 2.000.000:1, dan tentu saja yang berbeda pada keduanya hanyalah ukurannya.

iPhone 12 datang membawa layar 6,1 inci beresolusi 2532 x 1170 pixel, sedangkan iPhone 12 Mini dengan layar 5,4 inci beresolusi 2340 x 1080 pixel. Bezel yang mengitari layarnya juga lebih tipis, sehingga pada akhirnya dimensi iPhone 12 juga sedikit lebih ringkas meski ukuran layarnya sama persis seperti iPhone 11.

Sangat disayangkan memang refresh rate layarnya masih 60 Hz, dan ukuran poninya juga tidak berubah sedikit pun. Namun setidaknya Apple akhirnya sudah menerapkan desain yang lebih gres pada iPhone 12 setelah hampir tiga tahun tidak mengubahnya. Seperti yang bisa dilihat, bagian samping-sampingnya benar-benar menyiku dan rata, mirip seperti desain iPhone 5 dulu.

Kemiripannya dengan iPhone 5 bahkan semakin terasa pada iPhone 12 Mini, sebab ukurannya memang lebih ringkas daripada iPhone SE edisi 2020 yang masih mengadopsi desain lawas. Bahkan tebal bodinya pun mirip; iPhone 12 Mini 7,4 mm, sedangkan iPhone 5 7,6 mm. Selain iPhone 12 Mini, angka tebal bodi itu juga berlaku untuk tiga model iPhone 12 lainnya.

Pembaruan lain yang tidak kalah signifikan juga Apple terapkan pada kameranya, meski sepintas kelihatannya tidak ada yang berubah. iPhone 12 dan iPhone 12 Mini sama-sama mengusung dua kamera belakang 12 megapixel, salah satunya dengan lensa ultra-wide. Lensa wide-nya sendiri sudah di-upgrade dan kini memiliki bukaan sebesar f/1.6 sehingga mampu menangkap cahaya 27% lebih banyak.

Di depan, iPhone 12 dan 12 Mini masih mengandalkan kamera 12 megapixel, namun kamera selfie tersebut sekarang juga sudah mendukung fitur Night Mode. Pada kenyataannya, Night Mode bisa diaktifkan pada semua kamera milik iPhone 12 dan 12 Mini, termasuk kamera ultra-wide-nya. Bahkan time-lapse pun juga bisa diambil selagi mengaktifkan Night Mode.

Kualitas kamera terbaik hanya pada iPhone 12 Pro Max

Seperti sebelumnya, kamera adalah faktor pembeda yang paling utama di antara lini iPhone 12 dan iPhone 12 Pro. Seperti yang bisa dilihat, baik iPhone 12 Pro maupun Pro Max sama-sama mengemas kamera belakang ketiga dengan lensa telephoto. Namun ternyata kedua model Pro ini sendiri berbeda satu dengan yang lainnya.

Singkat cerita, kalau Anda mendambakan kualitas kamera terbaik dari semua iPhone, maka Anda harus meminang iPhone 12 Pro Max. Pasalnya, ia merupakan satu-satunya model yang mengemas kamera utama dengan sensor yang berukuran lebih besar. 47% lebih besar kalau kata Apple, dengan ukuran pixel individual 1,7 μm dan kemampuan menangkap cahaya hingga 87% lebih banyak di kondisi low-light.

Bukan hanya itu, kamera utama ini juga didampingi sistem OIS yang berbeda sendiri. Kalau biasanya yang bergerak mengompensasi getaran adalah lensanya, di sini yang bergerak justru sensornya, yang dipercaya mampu menghasilkan rekaman video yang lebih mulus lagi ketimbang mengandalkan OIS tradisional. Pada iPhone 12 Pro Max, kamera telephoto-nya juga agak berbeda, dengan jangkauan yang sedikit lebih jauh; 2,5x dibanding 2x pada iPhone 12 Pro.

Selain kamera telephoto, yang membedakan lini iPhone 12 dan iPhone 12 Pro adalah LiDAR. Apple menjelaskan bahwa kehadiran LiDAR pada iPhone 12 Pro dan Pro Max tak hanya bermanfaat untuk aplikasi augmented reality saja, tapi juga untuk meningkatkan kualitas kameranya.

Yang paling kentara adalah kinerja autofocus-nya, yang diklaim lebih cepat hingga 6x pada kondisi minim cahaya berkat bantuan LiDAR. Lebih lanjut, iPhone 12 Pro dan Pro Max juga mampu memadukan Portrait Mode dan Night Mode dengan adanya informasi kedalaman (depth) ekstra yang ditangkap oleh sensor LiDAR-nya ini.

Untuk video, satu keistimewaan iPhone 12 Pro dan Pro Max adalah kemampuan merekam video 4K 60 fps dalam format HDR Dolby Vision. iPhone 12 dan 12 Mini sebenarnya juga bisa, tapi cuma dalam resolusi 4K 30 fps saja. Oh ya, nantinya melalui sebuah software update, iPhone 12 Pro dan Pro Max juga dapat menjepret foto dalam format Apple ProRAW.

Secara desain, hampir tidak ada yang berbeda dari iPhone 12 Pro dan Pro Max selain pilihan warna beserta material yang digunakan. Tidak seperti iPhone 12 dan 12 Mini yang memakai bahan aluminium, rangka iPhone 12 Pro dan Pro Max terbuat dari bahan stainless steel yang jelas lebih tangguh. Ketahanan air dan debunya sendiri sama persis di antara keempat model iPhone 12, dan ternyata sedikit lebih baik dibanding iPhone 11: IP68 dengan tingkat kedalaman maksimum 6 meter dan durasi 30 menit.

Lalu kalau dibandingkan dengan duo iPhone 11 Pro, duo iPhone 12 Pro ini ternyata punya ukuran layar yang sedikit lebih besar: 6,1 inci 2532 x 1170 pixel pada iPhone 12 Pro, 6,7 inci 2778 x 1284 pixel pada iPhone 12 Pro Max. Keduanya juga dilapisi jenis kaca baru besutan Corning yang disebut Ceramic Shield, yang diklaim 4x lebih kokoh daripada lapisan kaca milik iPhone 11.

Lapisan Ceramic Shield ini sebenarnya juga tersedia pada iPhone 12 dan 12 Mini. Namun masih ada lagi satu perbedaan terkait layarnya: layar iPhone 12 Pro dan Pro Max bisa menyala lebih terang ketika menampilkan konten non-HDR, 800 nit dibanding 625 nit pada iPhone 12 dan 12 Mini.

Siapkan budget ekstra untuk membeli charger

iPhone 12 box

Rencananya, iPhone 12 dan iPhone 12 Mini akan dipasarkan masing-masing dengan harga mulai $799 dan $699. Pilihan kapasitas penyimpanannya sama seperti sebelumnya: 64, 128, dan 256 GB.

Untuk iPhone 12 Pro dan iPhone 12 Pro Max, harganya dimulai di angka $999 dan $1.099; dengan pilihan kapasitas 128, 256, dan 512 GB. Pemasaran perdananya dijadwalkan berlangsung pada 23 Oktober untuk iPhone 12 dan iPhone 12 Pro, sedangkan iPhone 12 Mini dan iPhone 12 Pro Max baru akan menyusul pada tanggal 13 November.

Belum diketahui kapan kuartet iPhone 12 ini bakal resmi mendatangi Indonesia, tapi kalau melihat tahun lalu, tidak salah jika ada yang memprediksi awal bulan Desember. Harganya sendiri kemungkinan bakal dimulai di angka 13 jutaan rupiah untuk model yang paling murah, yakni iPhone 12 Mini.

Namun saya cukup yakin pada praktiknya konsumen bakal mengucurkan dana lebih dari banderol harga yang ditetapkan untuk masing-masing model, sebab paket penjualannya sama sekali tidak meliputi charger. Jadi yang ada di dalam boks semua iPhone 12 hanyalah kabel Lightning ke USB-C, bahkan earphone berkabelnya pun sudah dieliminasi.

Apple bilang semua ini demi menekan emisi karbon. Mereka berasumsi sebagian besar konsumen sudah mempunyai charger-nya sendiri, dan mereka pada dasarnya melihat ini sebagai peluang untuk meningkatkan kontribusinya terhadap pengurangan sampah elektronik. Sebagai bonus, packaging iPhone 12 pun bisa lebih tipis daripada sebelumnya.

Seperti yang saya bilang di awal, Apple bebas melakukan apa saja, termasuk halnya meniadakan charger dari paket penjualan seluruh model iPhone 12. Dalam presentasinya, Apple bahkan mengajak pabrikan smartphone lain untuk mengambil langkah serupa.

Sebagian konsumen mungkin melihat ini sebagai ajang cari untung ekstra. Tanpa ada maksud membela Apple, semua menurut saya tergantung perspektif, dan lagi Apple sebenarnya masih punya cara lain untuk mencari untung, yakni dengan berjualan aksesori yang tergabung dalam ekosistem MagSafe.

Ya, MagSafe yang sebelumnya merupakan nama konektor charger MacBook sekarang sudah beralih fungsi menjadi standar aksesori baru untuk iPhone. Idenya adalah, semua model iPhone 12 kini dilengkapi magnet yang mengitari koil wireless charging-nya, sehingga ketika menggunakan charger MagSafe, iPhone 12 akan langsung menempel pada posisi yang paling tepat.

Kompatibilitas dengan Qi wireless charging tetap dipertahankan, tapi konsumen juga bisa menikmati kecepatan pengisian yang lebih cepat kalau menggunakan charger MagSafe yang menawarkan output sebesar 15 W. Selain charger, nantinya juga akan ada casing atau dompet kartu MagSafe yang bisa menempel dengan mudah ke punggung iPhone 12.

Untungnya Apple tidak egois dan mau mengambil untung sendiri, sebab ke depannya juga bakal ada beragam aksesori MagSafe dari produsen aksesori pihak ketiga.

Sumber: Apple 1, 2.