Paper.id Hadirkan Horizon Card, Kartu Kredit Virtual untuk Bisnis

Paper.id, platform invoicing dan pembayaran digital, meluncurkan solusi terbaru, Horizon Card, sebuah kartu kredit virtual untuk bisnis yang dirancang untuk mempermudah proses pengadaan dan pengelolaan pengeluaran perusahaan. Inovasi ini diharapkan dapat mendukung transformasi digital dan mempercepat pertumbuhan bisnis, khususnya bagi perusahaan skala menengah hingga besar di Indonesia.

Dengan Horizon Card, perusahaan dapat memanfaatkan berbagai kemudahan, termasuk pengajuan kartu secara digital dan fleksibilitas pembayaran hingga 60 hari. Kartu ini terintegrasi dengan platform Paper.id, memungkinkan pengguna mengakses layanan pembayaran kepada supplier secara praktis dengan sistem yang transparan dan terstruktur.

Menurut Co-Founder & CEO Paper.id Yosia Sugialam, peluncuran Horizon Card bertujuan untuk mendukung perusahaan dalam memaksimalkan efisiensi operasional sekaligus merespons peluang pertumbuhan ekonomi digital yang kian meningkat. “Kami sangat bangga menghadirkan Horizon Card sebagai bagian dari layanan kami yang terintegrasi. Solusi ini tidak hanya mendorong digitalisasi, tapi juga membantu pelaku usaha dalam pengelolaan arus kas dan penghematan waktu pada proses pengadaan,” ujar Yosia.

Fitur unggulan Horizon Card antara lain adalah kemampuan pembuatan kartu digital yang dapat disesuaikan dengan limit untuk berbagai divisi dalam perusahaan. Fitur ini memungkinkan pengelolaan anggaran yang lebih efisien dan pengawasan pengeluaran secara terpusat melalui satu dashboard. Selain itu, fleksibilitas tanggal cetak tagihan memberi keleluasaan bagi perusahaan dalam mengatur siklus pembayaran sesuai kebutuhan.

Dalam peluncuran Horizon Card, Paper.id didukung berbagai pihak, termasuk Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) dan CIMB Niaga, yang menyatakan pentingnya inovasi ini bagi kemajuan ekonomi digital Indonesia. Dedy Sahat, Head of Digital Economy CIMB Niaga, menyebutkan bahwa digitalisasi ekosistem pembayaran seperti Horizon Card dapat menjadi katalis utama untuk inklusi keuangan bagi pelaku bisnis di Indonesia.

Antusiasme juga datang dari pelaku industri yang telah menggunakan Horizon Card, seperti Muhammad Haykal dari PT. Erdeha Multi Niaga. “Dengan Horizon Card, kami dapat mengelola pengadaan lebih efektif, menjaga stabilitas cash flow, dan mempercepat proses pembayaran tanpa kendala likuiditas,” kata Haykal.

Momentum peluncuran ini diharapkan dapat mengoptimalkan potensi ekonomi digital Indonesia yang diproyeksikan mencapai $360 miliar pada 2030. Dengan komitmen untuk terus menghadirkan solusi digital yang memberdayakan bisnis, Paper.id siap menjadi bagian dari transformasi ekonomi digital yang kompetitif di Indonesia.

Paper.id didirikan pada tahun 2017 sebagai platform B2B untuk invoicing dan pembayaran digital yang telah membantu lebih dari 600.000 perusahaan, termasuk Kopi Kenangan dan J&T Cargo, dalam meningkatkan efisiensi dan keamanan finansial.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

INA dan Granite Asia Jalin Kerja Sama Strategis, Berinvestasi Rp18,9 Triliun untuk Transformasi Digital Indonesia

Indonesia Investment Authority (INA) dan perusahaan investasi multi-aset Granite Asia resmi mengumumkan kerja sama strategis untuk mempercepat transformasi digital di Indonesia. Kemitraan ini ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Kerangka Investasi, yang memungkinkan kedua pihak berinvestasi hingga $1,2 miliar atau setara Rp18,9 triliun dalam berbagai proyek teknologi yang relevan dengan kepentingan nasional Indonesia.

Investasi ini bertujuan untuk menyediakan solusi pendanaan berbasis ekuitas dan hybrid capital solutions yang fleksibel, guna mendukung perkembangan perusahaan teknologi di Indonesia serta usaha lain yang terkait dengan pasar dalam negeri. Dengan pendekatan ini, INA dan Granite Asia berkomitmen untuk memberikan modal yang mendukung inovasi, sekaligus mendorong bisnis tradisional untuk mempercepat adopsi teknologi.

Ketua Dewan Direktur INA Ridha Wirakusumah menyatakan, “Kolaborasi dengan Granite Asia memperkuat misi kami untuk menghadirkan teknologi inovatif ke Indonesia dan mendukung transformasi digital yang menyeluruh di berbagai sektor. Ini adalah langkah penting dalam membangun ekosistem teknologi yang tangguh untuk masa depan Indonesia.”

Senior Managing Partner Granite Asia Jenny Lee menambahkan bahwa kerja sama ini memungkinkan Granite Asia memanfaatkan pengalaman globalnya dalam investasi teknologi untuk membantu pertumbuhan ekonomi digital Indonesia. “Kami sangat antusias bermitra dengan INA dalam memajukan teknologi dan inovasi di Indonesia, memberikan solusi pendanaan yang sesuai dengan kebutuhan spesifik bisnis pada setiap tahap perkembangan mereka,” jelas Lee.

Kemitraan strategis ini mencerminkan komitmen jangka panjang INA dan Granite Asia untuk meningkatkan daya saing Indonesia dalam era digitalisasi global, serta memastikan bahwa negara ini siap menyongsong masa depan berbasis teknologi yang dinamis.

Tahun ini Grantie Asia juga telah mendukung sejumlah startup berbasis di Indonesia, di antaranya Chickin dan McEasy.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Finfra Umumkan Kemitraan dengan Tyme Group; Umumkan Pendanaan Rp39,3 Miliar

Finfra, penyedia infrastruktur teknologi pinjaman di Indonesia, mengumumkan kemitraan dengan Tyme Group, kelompok perbankan digital multinasional yang mengelola TymeBank di Afrika Selatan dan GoTyme Bank di Filipina. Kemitraan ini mendukung rencana ekspansi Tyme Group di Indonesia, seiring dengan strateginya untuk memperluas jangkauan di Asia Tenggara.

Kemitraan ini diumumkan usai Finfra berhasil meraih pendanaan awal sebesar $2,5 juta atau setara Rp39,3 miliar dipimpin Cento Ventures, didukung oleh Accion Venture Lab, Z Venture Capital, serta beberapa investor sebelumnya. Dana ini akan digunakan untuk mengembangkan kemampuan integrasi pinjaman digital Finfra, yang memungkinkan platform nonkeuangan untuk menawarkan layanan kredit secara langsung melalui transaksi pelanggan.

Dorongan digitalisasi UMKM di Indonesia

Indonesia, dengan jumlah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mencapai 64 juta, menjadi target utama bagi layanan kredit berbasis digital. Seiring dengan upaya pemerintah mempercepat transformasi digital, sebanyak 24 juta UMKM telah memanfaatkan layanan digital, dan angka ini ditargetkan meningkat menjadi 30 juta pada 2025. Untuk memenuhi kebutuhan kredit yang terus bertumbuh ini, kemitraan antara Finfra dan Tyme Group memungkinkan pelaku usaha mendapatkan akses ke solusi kredit langsung dari platform digital mereka.

Co-founder & CEO Finfra Markus Prommik menyatakan bahwa kemitraan ini merupakan langkah penting bagi Finfra. “Kemitraan ini memperkuat misi kami dalam memperluas akses finansial yang inklusif di Indonesia dan membuka jalur baru bagi pertumbuhan berkelanjutan,” ujarnya. Tyme Group, dengan infrastruktur kuat Finfra, dapat memenuhi kebutuhan kredit bisnis yang selama ini kurang terlayani.

Finfra menawarkan infrastruktur pinjaman berbasis API yang memungkinkan integrasi kredit pada berbagai platform digital, seperti e-commerce dan logistik. Dengan fitur-fitur seperti sistem manajemen pinjaman, skor kredit, analitik portofolio, dan akses ke modal utang, Finfra memberikan solusi menyeluruh bagi bisnis digital untuk menawarkan produk kredit kepada pelanggan mereka.

Executive Chairman Tyme Group, Coen Jonker, menambahkan, “Indonesia adalah pasar penting bagi strategi pertumbuhan Tyme Group di Asia Tenggara. Bersama Finfra, kami dapat menghadirkan solusi kredit inovatif dengan cepat dan menyasar segmen UMKM yang besar di Indonesia.”

Dukungan investor untuk perluasan Finfra

Selain mendapatkan dana segar, Finfra juga memperkuat timnya dengan merekrut Hadi Tanzil, mantan co-founder EmpatKali, sebagai Chief Technology Officer. Dukungan dari investor seperti Cento Ventures dan Accion Venture Lab memperkuat kepercayaan pada model bisnis Finfra yang memungkinkan platform digital menghadirkan layanan kredit secara efisien dan sesuai regulasi.

Dengan pendanaan terbaru ini, Finfra telah mengumpulkan total $4,3 juta dan siap melanjutkan ekspansi untuk menjangkau lebih banyak pelaku usaha di Indonesia. Perusahaan ini menargetkan peningkatan profitabilitas di kuartal terakhir 2024.

Chickin Dapat Seri A+ Rp315 Miliar dari Granite Asia, ADB, Integra Partners, dan Lainnya [UPDATED]

*Update 13.00: kami memperbarui total pendanaan, seperti diinformasikan nilai capaian terbaru oleh founder Chickin

Startup budidaya ayam Chickin mendapatkan pendanaan dari sejumlah investor untuk mendukung akselerasi bisnisnya. Putaran pendanaan seri A+ ini telah membukukan dana $20 juta atau setara Rp315 miliar, yang terdiri dari $15 juta pendanaan ekuitas dan $5 juta debt.

Adapun investor yang berpartisipasi meliputi Granite Asia, Integra Partners, Asian Development Bank, 500 Global, East Ventures, Aksara Ventures, dan beberapa lainnya.

Kami telah mencoba menghubungi eksekutif Chickin, pihaknya membenarkan adanya putaran pendanaan baru ini. Kendati demikian masih enggan memberikan informasi detail mengenai peruntukan dan target ke depannya.

Integra Partners juga telah mengumumkan keterlibatannya dalam pendanaan ini. Dalam pernyataannya, mereka mengatakan bangga mendukung para pendiri yang memiliki pengalaman mendalam di industri mereka dan memiliki keahlian operasional untuk mendorong dampak transformatif.

Chickin menangani berbagai tantangan yang dihadapi peternak unggas, mulai dari fluktuasi harga hingga akses modal yang terbatas. Dengan solusi inovatif seperti kontrak pertanian berbasis teknologi, manajemen peternakan dengan IoT, dan platform yang mudah digunakan, mereka memberdayakan puluhan ribu peternak di Indonesia untuk meningkatkan efisiensi, hasil produksi, dan stabilitas keuangan.

“Selain keuntungan finansial, misi Chickin sejalan dengan komitmen kami pada investasi berdampak, yang memajukan inklusi keuangan, ketahanan pangan, dan keberlanjutan. Kami antusias mendukung langkah baru dalam industri unggas yang berkembang pesat di Indonesia,” ujar perwakilan Integra Partners

Telah berdayakan lebih dari 10 ribu peternak

Chickin didirikan sejak 2018 di Klaten, Jawa Tengah oleh Ashab Al Kahfi, Tubagus Syailendra, dan Ahmad Syaifulloh. Pada 2022 lalu, mereka telah membukukan pendanaan awal dipimpin oleh East Ventures dengan dukungan 500 Global dan GK-Plug and Play.

Mengutip data di situsnya, untuk solusi Chickin Smartfarm saat ini hampir digunakan 10 ribu peternak dengan 31 juta+ populasi ayam. Sejauh ini juga sudah ada lebih dari 250 kandang yang diberdayakan dengan teknologi IoT untuk meningkatkan produktivitas. Sementara produk Chickin Fresh, telah mendistribusikan 7,9 juta kilogram ayam ke berbagai wilayah di Indonesia.

Menurut Pusat Studi Kebijakan Indonesia, industri unggas di Indonesia mempekerjakan lebih dari 10% angkatan kerja dan menyediakan 65% dari semua protein hewani di negara ini. Meskipun konsumsi terus meningkat, konsumsi ayam per kapita di Indonesia masih relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya.

Hal ini menunjukkan potensi pertumbuhan yang besar, didorong oleh faktor seperti munculnya jaringan makanan cepat saji dan inisiatif pemerintah untuk meningkatkan konsumsi protein guna mengatasi stunting.

Atas dasar ini, sejumlah startup mencoba untuk mendemokratisasi sektor ini. Sebelumnya juga ada Pitik yang sempat mendapatkan pendanaan dari Alpha JWC Ventures, MDI Ventures, dan beberapa lainnya — namun baru-baru ini tersiar kabar bahwa bisnis mereka tidak berjalan baik dan dikabarkan Tengah mempertimbangkan pivot.

Startup lain yang fokus pada budidaya ayam adalah BroilerX, yang didukung Inisignia Ventures Partners ,Saison Capital, dan sejumlah investor lain. Sama dengan Chickin, debut awal mereka difokuskan di area Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Application Information Will Show Up Here

Clime Capital Berinvestasi Rp156 Miliar ke Hijau, Pengembang Layanan Energi Surya

Clime Capital, manajer dana asal Singapura yang berfokus pada transisi karbon rendah, mengumumkan investasi senilai $10 juta atau setara Rp156 miliar melalui South East Clean Energy Fund II (SEACEF II) kepada PT Investasi Hijau Selaras (Hijau), pengembang solar terdistribusi di Indonesia.

Didirikan pada 2017, Hijau telah menjadi salah pelopor dalam layanan energi surya Indonesia yang masih berkembang. Hijau memiliki rekam jejak dalam menyediakan solusi energi surya untuk sektor Komersial dan Industri (C&I) dan saat ini tengah memperluas proyek untuk memenuhi permintaan energi berkelanjutan yang semakin meningkat.

Investasi dari SEACEF II ini diharapkan dapat mempercepat pembangunan portofolio proyek Hijau, sekaligus membuka peluang pendanaan utang untuk pertumbuhan jangka panjang.

Founder & CEO Hijau Victor Samuel menyatakan, “Kami sangat antusias menyambut Clime Capital sebagai mitra. Dukungan mereka akan membantu kami memperluas solusi energi hijau di seluruh Indonesia, dengan tetap mempertahankan fokus kami pada kualitas, keselamatan, dan keberlanjutan.”

Country Manager Indonesia Clime Capital John Colombo menambahkan, “Kami sangat senang bisa mendukung Hijau, pelopor di sektor solar terdistribusi di Indonesia. Investasi awal kami bertujuan membantu bisnis-bisnis Indonesia mengurangi pengeluaran energi sekaligus mendukung transisi ke energi bersih.”

Hijau berkomitmen untuk memberikan proyek energi surya yang memenuhi standar tertinggi di bidang kesehatan, keselamatan, dan lingkungan. Selain itu, perusahaan juga memprioritaskan kepatuhan terhadap regulasi hukum dan lingkungan, sehingga pelanggan dapat menikmati energi berkelanjutan dengan tenang.

Investasi ini merupakan bagian dari upaya Clime Capital dalam mempercepat transisi energi bersih di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia yang memiliki potensi besar dalam pengembangan energi surya terdistribusi.

Di tengah transisi ke energi yang lebih ramah lingkungan, solusi berbasis solar panel memang tengah naik daun, khususnya untuk implementasi di kawasan industri. Selain Hijau, sejumlah pemain telah bermanuver di pasar ini, termasuk salah satunya SUN Energy yang awal tahun ini juga baru mendapatkan pendanaan debt dari PermataBank senilai Rp500 miliar. Selain itu ada juga Suryanesia, SolarKita, Xurya, dan beberapa pemain lainnya yang juga sudah mendapatkan dukungan dana dari pemodal.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Perkuat Lini B2C, Startup Insurtech Igloo Luncurkan Platform D2C di Indonesia

Igloo, perusahaan insurtech regional, resmi meluncurkan platform direct-to-consumer (D2C) bernama igloo.co.id di Indonesia. Platform ini memberikan fleksibilitas bagi masyarakat untuk memilih asuransi yang sesuai dengan kebutuhan gaya hidup mereka, mulai dari asuransi hewan peliharaan hingga kendaraan listrik.

Peluncuran ini dilatarbelakangi oleh penetrasi asuransi di Indonesia yang masih rendah, hanya 2,7% menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Melalui platform baru ini, Igloo berharap dapat meningkatkan inklusi dan literasi asuransi di kalangan masyarakat, terutama generasi muda yang semakin sadar akan pentingnya perlindungan finansial.

Pada platform igloo.co.id, pengguna dapat memilih berbagai produk asuransi dari penyedia terkemuka seperti Zurich, Sompo, Sinar Mas, dan Oona. Produk-produk ini mencakup asuransi hewan peliharaan, perjalanan, mobil, sepeda motor, dan kendaraan listrik. Selain itu, Igloo juga berencana menambahkan asuransi kecelakaan pribadi pada akhir bulan Oktober.

“Platform ini memberikan kebebasan bagi konsumen untuk menjelajahi, mempelajari, dan memilih produk asuransi yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka. Kami berkomitmen untuk mengatasi tantangan aksesibilitas dan keterjangkauan dalam adopsi asuransi di Indonesia,” ujar Co-founder dan CEO Igloo Raunak Mehta.

Utamakan pengalaman pengguna

Lewat platform D2C ini, Igloo menghadirkan fitur-fitur unggulan yang dirancang untuk memudahkan pengguna, seperti Fast Quotes untuk mendapatkan penawaran asuransi cepat, Buy-Now-Upload-Later untuk pengajuan dokumen yang fleksibel, serta Claims Support yang siap membantu pelanggan selama proses klaim. Dukungan pelanggan juga tersedia melalui WhatsApp dan saluran digital lainnya.

Sejak soft launch pada Mei lalu, platform ini telah menarik hampir 20.000 pengunjung setiap bulan. “Kami terus menyempurnakan layanan berdasarkan umpan balik pelanggan untuk memastikan pengalaman yang optimal,” ungkap Head of D2C Igloo Indonesia Delta Andreansyah.

Dengan peluncuran igloo.co.id, Igloo memperluas jangkauannya di pasar Indonesia dan semakin mendekatkan asuransi ke masyarakat, sesuai dengan misinya untuk mendemokratisasi asuransi melalui teknologi.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

PasarPolis Perdalam Kerja Sama Strategis dengan Gojek

PasarPolis mengumumkan perluasan kemitraan strategis dengan Gojek. Kolaborasi ini bertujuan untuk mendemokratisasi asuransi dengan membuat produk yang lebih mudah diakses oleh jutaan orang di Indonesia melalui ekosistem digital GoTo.

GoTo sendiri, melalui Argor (Go-Ventures) dan Tokopedia, punya kepemilikan saham PasarPolis. Mereka masuk dalam putaran investasi seri A sejak tahun 2018.

Dalam kerja sama ini, PasarPolis akan menyediakan berbagai solusi asuransi yang terintegrasi langsung dengan layanan sehari-hari seperti transportasi, pengiriman, dan logistik. Produk asuransi yang ditawarkan termasuk SafeTrip untuk pengguna layanan transportasi Gojek, asuransi pengiriman paket untuk GoSend, asuransi pengiriman barang skala besar untuk GoBox, dan asuransi pengiriman B2B2C untuk GoKilat.

“Kami senang dapat bermitra dengan PasarPolis untuk memberikan pengalaman yang aman dan tanpa hambatan bagi konsumen serta mitra driver kami. Ini merupakan bukti komitmen kami untuk memastikan keselamatan dan kepuasan konsumen,” kata Head of Transport and Logistics Gojek Steven Halim.

PasarPolis Insurance Broker, yang berperan sebagai perantara dalam kerja sama ini, memanfaatkan platform teknologi canggih untuk mengelola proses penerbitan polis dan klaim secara otomatis. Dengan kapasitas penerbitan hingga 100 polis per detik, sistem ini menjamin kecepatan dan kemudahan bagi pengguna dalam mendapatkan perlindungan asuransi.

Presiden PasarPolis Peter Van Zyl mengungkapkan, “Kami sangat bangga atas kepercayaan yang diberikan oleh GoTo. Melalui kolaborasi ini, kami berkomitmen untuk menyediakan solusi asuransi inovatif, terjangkau, dan mudah diakses bagi semua segmen pasar di Indonesia.”

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Startup Telemedis Good Doctor Diakuisisi WhiteCoat Global

WhiteCoat Global, penyedia layanan kesehatan digital berbasis di Singapura, telah mengumumkan akuisisi platform telemedicine Indonesia, Good Doctor. Akuisisi ini diklaim sebagai merger dan akuisisi terbesar yang melibatkan dua perusahaan telehealth di Asia Tenggara.

Dalam pernyataan resmi yang dirilis pada Jumat (11/10), WhiteCoat juga mengungkapkan telah memperoleh pendanaan baru yang dipimpin oleh Raffles Family Office. Selain itu, MDI Ventures dan SoftBank Vision Fund juga akan bergabung sebagai investor baru seiring dengan akuisisi Good Doctor.

Tahun lalu, MDI Ventures baru memberikan pendanaan $10 juta kepada Good Doctor bersama dengan Grab.

Meskipun nilai akuisisi dan jumlah pendanaan tidak diungkapkan, aksi korporasi ini diharapkan akan memperkuat kehadiran WhiteCoat di pasar Indonesia, yang merupakan ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Good Doctor selama ini dikenal sebagai penyedia layanan kesehatan primer dan spesialis, serta melayani konsumen melalui produk ritel, layanan farmasi, dan program kesehatan.

WhiteCoat menyatakan bahwa akuisisi ini akan menciptakan grup layanan kesehatan digital terbesar dan terlengkap di kawasan tersebut. Grup ini akan bekerja sama dengan lebih dari 130 perusahaan asuransi dan 7.500 mitra korporat untuk melayani lebih dari 6,8 juta klien.

Founder & CEO WhiteCoat Bryan Koh, menyebutkan bahwa akuisisi ini mempertegas komitmen perusahaan untuk menghadirkan layanan kesehatan inovatif berbasis teknologi. “Kami berupaya meningkatkan akses layanan kesehatan, tidak hanya bagi anggota yang diasuransikan, tetapi juga bagi populasi lebih luas yang mencakup lebih dari 650 juta orang di seluruh Asia Tenggara,” ujarnya.

Ke depan, WhiteCoat berencana untuk menggalang pendanaan pada saat yang tepat guna mendukung fase pertumbuhan berikutnya, termasuk memperluas layanan omnichannel melalui integrasi kecerdasan buatan generatif mutakhir.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Emtek Kembali Borong Saham Bukalapak Senilai Rp1,1 Triliun

Di tengah volatilitas saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) mengumumkan penambahan kepemilikan saham Bukalapak, dari sebelumnya 850 juta saham (0,82%) menjadi 10,6 juta saham (10,36%). Hal ini sesuai disampaikan dalam keterbukaan perusahaan.

Jumlah saham baru yang dibeli sebanyak 9,8 miliar saham atau setara 9,54%. Transaksi ini menggunakan harga per saham Rp120, sehingga menghasilkan nilai pembelian Rp1,1 triliun. Emtek mengatakan bahwa tujuan transaksi ini adalah untuk investasi jangka panjang.

Sebelumnya kemarin (09/10) sempat santer beredar kabar bahwa Bukalapak mencatatkan crossing sekitar Rp2,08 triliun pada sesi perdagangan sahamnya dengan harga rata-rata Rp155,- (di atas harga rata-rata perdagangan Rp132-Rp150 per saham).

Berdasarkan struktur kepemilikan terakhir per September 2024, pemegang saham terbesar setelah Ant Financial 9,7 miliar saham atau setara 9,4%. Adapun Emtek menjadi pemegang saham terbesar dengan 25,4 miliar saham atau 24,6% kepemilikan.

Penambahan saham Emtek ini sekaligus menggerus saham yang dipegang oleh Ant Financial.

Ini adalah kali kedua grup Emtek mengumumkan “borong” saham Bukalapak. Sebelumnya mereka juga mengumumkan aksi korporasi serupa pada Juni 2022. Melalui anak usahanya PT Kreatif Media Karya (KMK), perseroan membeli 724,30 juta saham atau setara 0,7%. EMTEK pertama kali berinvestasi di Bukalapak dengan memberikan pendanaan seri B pada Februari 2015.

Dinamika Bukalapak

Bukalapak baru-baru ini banyak menjadi buah-bibir, setelah adanya rumor akan diakuisisi oleh raksasa e-commerce asal Tingkok, TEMU. Kendati demikian melalui pernyataan resminya perusahaan mengatakan tidak mengetahui adanya rencana akuisisi tersebut. Rumor ini pun membuat pasar berspekulasi, menjadikan harga saham Bukalapak sempat terseret naik dalam beberapa hari ke belakang.

Di luar isu tersebut, Bukalapak juga baru tinggal salah satu petingginya Teddy Oetomo yang mengundurkan diri dengan alasan personal. Mundurnya Teddy sebagai Direktur/Presiden Bukalapak menjadikan puncak kepemimpinan perseroan kini hanya dinakhodai 3 orang direktur, yakni Willix Halim (CEO), Natalia Firmansyah (CFO), dan Victor Lesmana (Direktur).

Application Information Will Show Up Here

Imajin Resmikan Pusat Manufaktur di BSD, Dorong Pengembangan Teknologi Biomedical Lokal

Imajin, startup yang berfokus pada transformasi digital di sektor manufaktur, meresmikan Imajin Advanced Manufacturing Center (IAMC) di Biomedical Campus, BSD City. Pusat manufaktur ini diharapkan mampu menjadi pendorong inovasi lokal, khususnya dalam pengembangan teknologi biomedical dan produk-produk massal di Indonesia.

Menurut Chendy Jaya, CEO dan Co-Founder Imajin, kehadiran IAMC memungkinkan pelaku industri di Indonesia untuk mengakses teknologi manufaktur canggih, termasuk CNC 5-Axis Machines yang dapat memproduksi produk berpresisi tinggi.

“Ini adalah langkah penting untuk membantu UMKM dan startup lokal agar lebih kompetitif di pasar global melalui teknologi dan dukungan R&D yang kuat,” ujarnya.

Selain itu, IAMC juga dirancang sebagai wadah kolaborasi antara perusahaan, institusi pendidikan, dan pemerintah, yang bertujuan memperkuat ekosistem inovasi di Indonesia. Irawan Harahap, CEO Digital Tech Ecosystem & Development Sinar Mas Land, menambahkan bahwa fasilitas ini tidak hanya mendukung transformasi digital di bidang manufaktur, tetapi juga berpotensi membawa dampak positif pada perkembangan ekonomi digital Indonesia secara keseluruhan.

Imajin melalui IAMC berkomitmen untuk terus mendukung pertumbuhan industri manufaktur lokal, mengurangi ketergantungan pada impor, dan memperkuat daya saing produk Indonesia di pasar global. Ini sejalan dengan visi Imajin untuk membangun ekosistem manufaktur kreatif berbasis digital di Indonesia.

Imajin adalah platform yang memfasilitasi kolaborasi antara pelaku industri dan UMKM dalam menciptakan solusi manufaktur inovatif. Imajin menyediakan layanan pembuatan mold & dies, produksi massal part logam dan plastik, serta pengembangan produk dari prototipe hingga siap produksi. Dengan lebih dari 750 UMKM yang bergabung, Imajin terus memperluas akses teknologi dan menciptakan peluang kerja melalui platform digitalnya.

Imajin telah didukung sejumlah investor dalam pendanaan awal mereka. Para investor tersebut meliputi East Ventures, 500 Southeast Asia, Init-6, dan sejumlah angel investor.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten