Menyusul Yakuza 0, Yakuza Kiwami Juga Akan Hadir di PC

Melihat peluang untuk mendistribusikan game secara lebih luas, developer Jepang berbondong-bondong menyerbu Steam. Saat ini tersedia banyak sekali pilihan permainan Jepang bisa diakses lewat platform distribusi digital tersebut, dari mulai Bayonetta sampai Catherine Classic. Walaupun begitu, tak selamanya publisher atau pemegang IP dengan mudah melepas seluruh kreasinya di PC.

Salah satu franchise lawas yang bary melakukan pendaratan di Windows belum lama ini ialah Yakuza. Yakuza melakukan debutnya pada tahun 2005 di PlayStation 2, tetapi baru 12 tahun setelahnya versi port Yakuza 0 tersedia di Steam. Saat versi PC dari prekuel Yakuza itu disingkap tahun lalu, Sega juga mengungkap agenda peluncuran Yakuza Kiwami (remake dari Yakuza pertama) di Windows, namun baru di hari Senin kemarin tanggal pelepasannya ‘diketahui’.

Menariknya, Sega malah tidak melakukan pengumuman secara besar-besaran. Publisher bahkan tidak memublikasikan trailer baru. Laman Yakuza Kiwami tiba-tiba muncul di Steam, meski di sana belum ada tanggal peluncuran jelas serta daftar kebutuhan hardware. Sega hanya mencantumkan sejumlah screenshot, menuliskan dua paragraf sinopsis, plus satu paragraf lagi yang menjabarkan fitur-fitur baru secara singkat.

Tanggal rilis malah bersembunyi dalam animasi GIF bertajuk ‘Majimaaaa!’. Tentu saja Anda tidak bisa melihatnya langsung. Info hanya muncul sepersekian detik sebelum animasi diulang. Anda harus mengunduh GIF, kemudian memecahnya jadi gambar satu per satu, baru terungkap sebuah tanggal: 19 Februari 2019. Sega memang belum mengonfirmasi apapun, namun banyak orang yakin (termasuk saya) bahwa 19 Februari adalah momen tersedianya Yakuza Kiwami di PC.

Yakuza Kiwami tetap mengusung gameplay action-adventure yang dipadu elemen role-playing seperti versi orisinalnya. Dunia permainan disuguhkan secara terbuka, diadaptasi dari lokasi sesungguhnya, yaitu distrik Kabukichō di kota Tokyo. Game punya sejumlah kesamaan dengan permainan open world lain, tetapi Yakuza Kiwami difokuskan pada aksi pertarungan jarak dekat. Di sana Anda mengendalikan karakter Kazuma Kiryu dalam perspektif kamera orang ketiga.

Yakuza Kiwami PC 1

Edisi Kiwami ini turut dibekali fitur baru, salah satunya bernama Majima Everywhere. Lewat fitur ini, tokoh Goro Majima yang menjadi rival Kazuma akan muncul secara acak untuk menantang Anda, baik lewat pertarungan serta mini-game (misalnya permainan dart atau boling). Jika berhasil melewati tantangan ini, Kazuma berkesempatan untuk membuka kemampuan bertarung baru.

Di PC, Yakuza Kiwami dilengkapi berbagai upgrade terutama pada aspek grafis dan kontrol. Game siap menunjang resolusi 4K, rasio layar lebar, serta tanpa ada restriksi frame rate. Anda bisa menikmati permainan dengan menggunakan controller atau keyboard serta mouse, dan semua input-nya dapat dikustomisasi.

Via Polygon.

Bereksperimen dengan Dua Canon EOS 5DS, Storm Chaser Hasilkan Video Timelapse Beresolusi 16K

Coba Anda putar salah satu video 8K di YouTube, lalu pilih opsi resolusi tertingginya: 4320p alias 8K. Saya cukup yakin videonya akan menolak untuk berjalan. Kalaupun internet Anda sedemikian cepat sehingga dapat memutarnya tanpa buffering, kemungkinan besar videonya bakal terlihat patah-patah.

Ini dikarenakan begitu besarnya performa grafis yang dibutuhkan untuk mengolah pixel dalam jumlah luar biasa banyak itu. Maka dari itu, kreator yang menggunakan kamera 8K seperti bikinan RED misalnya sering kali hanya mengincar detail dan fleksibilitas ekstra ketika hasil akhirnya dikonversi menjadi 4K.

Singkat cerita, 8K mustahil bakal menjadi mainstream dalam waktu dekat. Namun hal itu tidak mencegah seorang storm chaser bernama Martin Lisius untuk bereksperimen, dan pada akhirnya mencoba merekam video dalam resolusi 16K. Ya, bahkan YouTube maupun Vimeo yang menjadi tempat videonya diunggah pun belum mampu menampilkannya dalam resolusi sebenarnya.

Kamera yang sanggup merekam video 16K belum eksis, akan tetapi Martin tidak kehabisan akal. Ia menjejerkan dua Canon EOS 5DS, kamera full-frame dengan sensor 50 megapixel, di atas sebuah tripod dengan dudukan khusus, lalu memosisikannya secara presisi agar hasilnya bisa di-stitch menjadi satu gambar super lebar, dengan jumlah pixel yang luar biasa banyak.

Prairie Wind 16K

Hasil stitching-nya adalah foto berukuran 15.985 x 5.792 pixel. Foto-foto ini kemudian digabung lagi menjadi video timelapse, dan prosesnya jelas sangat memakan waktu. 700 foto yang digabung menjadi klip berdurasi 23 detik memakan waktu pengerjaan sekitar dua hari.

Sama seperti fleksibilitas penyuntingan yang ditawarkan rekaman 8K yang diedit menjadi 4K, rekaman 16K pun juga demikian ketika diedit menjadi video 8K berdasarkan pengakuan Martin. Detail ekstra menurutnya juga kelihatan pada hasil akhir video beresolusi 8K-nya.

Seperti yang saya bilang, videonya masih belum bisa kita tonton dalam resolusi penuh 16K. Di Vimeo, videonya dapat diputar dalam resolusi 8K, tapi di YouTube rupanya hanya dalam resolusi full-HD saja.

Sumber: Digital Trends.

5 Kamera Mirrorless Basic dengan Kemampuan Perekam Video 4K

Anda sedang mencari kamera mirrorless dan salah satu kriterianya punya kemampuan merekam video 4K? Tidak perlu bingung, karena saya telah memiliki rekomendasi lima kamera mirrorless basic yang bisa Anda pertimbangkan.

Perlu dicatat, di segmen ini fitur perekam video 4K-nya anggap saja hanya sebagai pelengkap. Misalnya untuk mengambil footage di kondisi tertentu dan produksi video utamanya pada resolusi 1080p.

Bila ingin memproduksi video sepenuhnya di resolusi 4K, Anda akan membutuhkan kamera lebih mahal, kartu memori kapasitas besar dengan read speed tinggi, dan juga komputer kelas atas untuk meng-edit hasil videonya. Mari mulai:

1. Panasonic Lumix DMC-G7 – Rp7,5 Jutaan

Panasonic-Lumix-DMC-G7

Panasonic Lumix DMC-G7 menggunakan sensor Micro Four Thirds dengan resolusi 16-megapixel. Bisa rekam video 4K pada 30 fps, 25 fps, 24 fps, dan 20 fps. Serta, video Full HD pada 60 fps, 50 fps, 30 fps, dan 25 fps.

Kamera ini cocok untuk Anda yang baru mulai menjadi video content creator di YouTube, tapi punya budget yang sangat ‘mepet’. Layar 3 inci yang fully articulated bisa buat aktivitas vlog, sangat membantu bila Anda memproduksi video seorang diri.

Dibanderol dengan harga Rp7,5 jutaan, Anda sudah mendapatkan lensa kit 14-42mm f/3.5-5.6 OIS yang serba guna. Koleksi lensa lainnya harganya juga cukup terjangkau.

2. Fujifilm X-T100 – Rp10,5 Juta

Fujifilm X-T100

Fujifilm X-T100 menggunakan sensor APS-C dengan resolusi 24-megapixel. Perekaman video 4K-nya hanya sebatas 15 fps saja dan video Full HD pada 60 fps, 24 fps, dan 23,98 fps.

Bagian paling menarik pada Fujifilm X-T100 adalah desain retro yang keren banget, feel-nya juga premium. Layar 3 incinya bisa tilt up, tilt down, dan di flip ke samping hingga 180 derajat – jadi asyik untuk aktivitas foto maupun video.

Harga body only Fujifilm X Rp9 juta dan Rp10,5 juta dengan lensa kit 15-45mm f/3.5-5.6 OIS.

3. Canon EOS M50 – Rp11 Juta

Canon-EOS-M50

Canon EOS M50 menggunakan sensor APS-C dengan resolusi 24-megapixel. Bisa merekam video 4K pada 23,98 fps hingga bit rate 120 Mbps dan video Full HD pada 60 fps, 30 fps, dan 23,98 fps.

Layar 3 inci full touchscreen dan full articulated yang hampir bisa diputar ke segala arah dan bisa ditutup saat tidak digunakan. Berkat penggunaan prosesor terbaru Digic 8, kamera ini memiliki performa Dual Pixel AF yang kencang.

Harga Canon EOS M50 dibanderol Rp11 juta dengan lensa kit 15-45mm f/3.5-6.3 IS, serta tersedia dalam pilihan warna white dan black.

4. Panasonic Lumix DMC-G85 – Rp11 Juta

Panasonic-Lumix-DMC-G85

Panasonic Lumix DMC-G85 menggunakan sensor Micro Four Thirds, dengan resolusi 16-megapixel. Mampu merekam video 4K pada 30 fps dan 24 fps dengan bit rate 100 Mbps, serta video Full HD pada 60 fps, 30 fps, dan 24 fps.

Kamera ini juga sudah dipersenjatai 5-axis image stabilization dengan Dual I.S. 2, fitur video Cinelike V profile, dan layar 3 inci full articulated. Bila sebagian besar kebutuhan Anda adalah video, maka kamera ini sangat cocok untuk Anda.

Harga body only Panasonic Lumix DMC-G85 dibanderol Rp9 juta dan Rp11 juta dengan lensa kit 14-42mm f/3.5-5.6 OIS.

5. Sony Alpha A6300 – Rp13 Juta

Sony-Alpha-A6300

Sony Alpha A6300 menggunakan sensor APS-C, resolusi 24-megapixel. Dengan kemampuan merekam video 4K pada 30 fps dan 24 fps, serta video Full HD pada 120 fps, 60 fps, 30 fps, dan 24 fps.

Keunggulan kamera ini memang terletak pada videonya, di mana video 4K direkam pada format Super 35. Kamera menggunakan area 20-megapixel dari sensor, full pixel readout tanpa pixel binning. Sony A6300 juga dilengkapi fitur mewah S-log gamma 3 yang membuatnya bisa digunakan untuk membuat konten video lebih serius.

Cocok juga bagi Anda yang memiliki kebutuhan foto dan video berimbang yang lebih serius. Harga body only Sony Alpha A6300 ini dibanderol Rp11 juta dan Rp13 juta dengan lensa kit 16-50mm f/3.5-5.6.

Verdict

Dari lima rekomendasikan di atas, ada dua yang bisa digunakan untuk produksi konten video cukup serius yakni Panasonic Lumix DMC-G85 dan Sony Alpha A6300. Tetapi, bila kebutuhan Anda berimbang antara foto dan video, Sony Alpha A6300 dengan sensor APS-C resolusi 24-megapixel menawarkan kualitas gambar lebih baik. Pilihan tetap di tangan Anda.

LG Demonstrasikan Keunggulan 55B8, TV OLED 4K HDR yang Kaya Fitur dan ‘Terjangkau’

Kiprah LG memproduksi televisi OLED dimulai di 2010, dan dalam waktu hanya beberapa tahun, perusahaan asal Korea Selatan itu diakui para pemain di industri eletronik sebagai pionir. Terjaminnya mutu produk mereka mendorong sejumlah brand lain memutuskan untuk menggunakan panel OLED buatan LG, di antaranya Panasonic, Sony, Toshiba, Philips dan Loewe.

Sudah menjadi karakteristik perangkat teknologi untuk menjadi terjangkau seiring berjalannya waktu. Hal ini juga berlaku pada OLED. Dahulu, kita harus mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk bisa memiliki TV berpanel organic light-emitting diode. Tapi pelan-pelan, harganya mulai menurun. Dan lewat acara pers hari Rabu kemarin, LG mendemonstrasikan kecanggihan produk OLED ‘entry-level‘ andalan mereka, 55B8.

LG 55B8 adalah televisi OLED pintar beresolusi 4K yang dibekali integrasi Google dan kecerdasan buatan ThinQ. Sang produsen meramunya untuk jadi solusi hiburan all-in-one di ruang keluarga, menjanjikan gambar berkualitas, sistem audio mumpuni tanpa mengharuskan kita memasang speaker eksternal, serta proses pengoperasian yang intuitif berbasis gesture (via remote) serta perintah suara.

 

‘Picture quality’

Begitu banyaknya istilah seperti 4K, UHD, LED, OLED, dan HDR memang membingungkan bagi konsumen awam. Sederhananya, OLED ialah teknologi panel high-end saat ini. Tidak seperti panel LCD dengan backlight LED yang digunakan oleh TV generasi tahun 2000-an, tiap pixel di televisi OLED mampu mengatur tingkat kecerahan secara mandiri tanpa perlu mengandalkan pencahayaan latar.

LG 55B8 5

Ketiadaan backlight atau pencahayaan latar memastikan panel OLED dapat  mereproduksi gambar lebih presisi, menyuguhkan rasio kontras tinggi, dan menghasilkan warna-warni memukau serta dramatis. Kapabiltas tersebut sangat berkaitan dengan kemampuan panel menyajikan warna hitam pekat berkat absennya backlight – yang OLED hanya perlu lakukan ialah ‘menonaktifkan’ pixel.

LG 55B8 3

LG 55B8 adalah televisi 55-inci beresolusi 3840x2160p, dan merupakan varian TV OLED paling ekonomis. Ia siap mendukung beragam format HDR, dari mulai HLG, HDR10, Advanved HDR oleh Technicolor serta Dolby Vision. Kompatibilitas tinggi ini sulit ditemukan di produk lain. Menjelaskan HDR secara tertulis tidaklah mudah, namun bayangkan saja, kehadirannya memungkinkan layar menjaga detail di gambar dengan tingkat kontras tinggi, baik pada area gelap maupun terang.

LG 55B8 10

Ada dua fitur pelengkap menarik yang dimiliki oleh televisi OLED ini. Pertama adalah upscale 4K yang bertugas untuk meningkatkan kualitas gambar via metode upscaling ke UHD, walaupun sumber film belum berformat 4K. Dan kedua ada HDR effect. Ketika dinyalakan, konten-konten tanpa dukungan high-dynamic range dapat dinikmati dengan visual ala HDR, sehingga warna-warninya lebih dramatis.

LG 55B8 7

Televisi OLED LG 55B8 juga ditopang teknologi high refresh rate, mampu menjalankan konten hingga 120 gambar per detik. Julius selaku product marketing LG Electronics menjelaskan pada saya bahwa sistem ini bekerja dengan menyisipkan satu frame hitam di tiap gambar yang dihasilkan panel, sehingga gerakan tampil lebih mulus. LG 55B8 sendiri kabarnya mempunyai refresh rate ‘sejati’ di 100Hz.

 

Desain

Berkat penggunaan teknologi OLED, LG 55B8 mampu mengusung desain yang begitu minimalis. Bingkainya sangat ramping, namun aspek yang paling menakjubkan ialah ketika Anda melihat TV dari samping dan menyaksikan betapa tipisnya bagian panel 55B8. Hal ini tercapai berkat tidak adanya kebutuhan terhadap backlight. Di bagian bawahnya, produsen mencantumkan modul berisi unit prosesor, sistem audio serta sejumlah konektivitas fisik.

LG 55B8 8

Pendekatan desain yang simpel dan elegan tersebut membuat LG 55B8 dapat serasi dengan berbagai tipe interior rumah.

LG 55B8 9

 

Sistem audio

Untuk menangani audio, televisi OLED anyar ini dilengkapi oleh sistem speaker 2.2 dengan kekuatan output 20W serta ditunjang teknologi Dolby Atmos. Dolby Atmos mampu ‘mensimulasikan’ efek suara surround atau tiga dimensi tanpa memerlukan setup speaker eksternal. Anda akan tahu dari mana arah datangnya suara raungan monster atau bunyi baling-baling helikopter yang melintas di atas kepala. Sistem tersebut mendukungan hingga 128 sumber suara berbeda.

LG 55B8 2

 

Kecerdasan buatan

LG berkolaborasi bersama Google untuk mengintegrasikan AI ThinQ dan Google Assistant ke dalam 55B8. Berbekal suara, Anda bisa mengatur segala macam setting, menyuruhnya mengaktifkan fungsi unik, serta melakukan pencarian mengenai hal yang ingin Anda ketahui. Kecerdasan buatan mempersilakan kita mengatur volume ke tingkat yang diinginkan hingga menyuruh televisi untuk mati secara otomatis setelah film selesai.

LG 55B8 4

Google Assistant memang baru bisa bekerja optimal jika layanan ini sudah tersedia resmi di Indonesia. Dengannya, Anda dapat mencari tahu tentang segala hal: aktor pemeran tokoh utama di film favorit Anda, informasi cuaca hari ini, sampai posisi gerai kopi favorit terdekat (karena film yang sedang ditonton mungkin membuat Anda ngantuk). Product marketing supervisor Gloria Mariawaty menyampaikan bahwa dukungan Google Assistant di 55B8 menandai kesiapan LG menyongsong masa depan.

 

Harga dan ketersediaan

Berdasarkan keterangan LG Electronics, televisi OLED 4K 55B8 telah mulai dipasarkan di Indonesia sejak bulan September 2018, didistribusikan baik ke pasar modern serta channel tradisional. Produk dijajakan di kisaran harga Rp 25 juta. LG juga menyediakan tiga model TV OLED lagi, dengan versi paling high-end mencapai harga Rp 120 juta.

Mampukah PC Anda Menjalankan Assassin’s Creed Odyssey?

Walaupun belum bisa dikatakan sempurna, Assassin’s Creed Origin merupakan salah satu permainan open world terbaik di tahun 2017. Kecanggihan teknis dan kesuksesan Ubisoft menciptakan ulang peradaban Mesir Kuno patut diacungi jempol, dan saya cukup yakin Origin tak akan kesulitan mengumpulkan fans tanpa perlu mengusung kata ‘Assassin’s Creed’ di judulnya.

Hal tersebut membuat sekuelnya juga sangat diantisipasi gamer. Dan di Assassin’s Creed Odyssey, tim Ubisoft Quebec memutuskan untuk menonjolkan lebih banyak elemen role-playing dibanding game-game Assassin’s Creed sebelumnya. Di sana Anda dipersilakan memilih karakter utama, menentukan opsi dialog, hingga membangun hubungan dengan tokoh-tokoh NPC ala RPG. Odyssey rencananya akan memeriahkan pelepasan game di bulan Oktober 2018; bersama RDR2, Forza Horizon 4 dan Mega Man 11.

Dan sebulan sebelum pelepasannya, Ubisoft mengumumkan daftar hardware yang dibutuhkan untuk menjalankan versi Windows PC dari Assassin’s Creed Odyssey, disiapkan buat mereka yang ingin menikmati game dengan grafis terbaik. Developer membagi daftarnya dalam tiga kategori, yakni minimal, rekomendasi, dan konfigurasi optimal buat ber-gaming di 4K. Berikut detailnya.

 

Kebutuhan minimal:

  • Sistem operasi: Windows 7 SP1, Windows 8.1, Windows 10 (64-bit)
  • Prosesor: AMD FX 6300 3,8GHz, Ryzen 3 1200, Intel Core i5 2400 3,1GHz
  • Kartu grafis: AMD Radeon R9 285 atau Nvidia GeForce GTX 660 (2GB VRAM, Shader Model 5.0)
  • Memori: 8GB RAM
  • Resolusi: 720p
  • Framerate: 30 FPS
  • Preset grafis: Low
  • Ruang penyimpanan: 46GB
  • DirectX: DirectX June 2010 Redistributable
  • Suara: kartu suara DirectX 9.0c compatible

 

Rekomendasi:

  • Sistem operasi: Windows 7 SP1, Windows 8.1, Windows 10 (64-bit)
  • Prosesor: AMD FX-8350 4GHz, Ryzen 5 – 1400, Intel Core i7-3770 3,5GHz
  • Kartu grafis: AMD Radeon R9 290 atau Nvidia GeForce GTX 970 (4GB VRAM, Shader Model 5.0) atau lebih baik
  • Memori: 8GB RAM
  • Resolusi: 1080p
  • Framerate: 30 FPS
  • Preset grafis: High
  • Ruang penyimpanan: 46GB
  • DirectX: DirectX June 2010 Redistributable
  • Suara: kartu suara DirectX 9.0c compatible

 

Konfigurasi 4K

  • Sistem operasi: Windows 10 (64-bit)
  • Prosesor: AMD Ryzen 1700X 3,8GHz, Intel Core i7 7700 4,2GHz
  • Kartu grafis: AMD Vega 64, Nvidia GeForce GTX 1080 (8GB VRAM, Shader Model 5.0)
  • Memori: 16GB RAM
  • Resolusi: 4K
  • Framerate: 30 FPS
  • Preset grafis: High
  • Ruang penyimpanan: 46GB
  • DirectX: DirectX June 2010 Redistributable
  • Suara: kartu suara DirectX 9.0c compatible

Berdasarkan jadwal Ubisoft, Assassin’s Creed Odyssey akan meluncur pada tanggal 5 Oktober di PC, PlayStation 4 dan Xbox One. Baik Sony maupun Microsoft juga telah mengonfirmasi dukungan versi high-end console current-gen mereka dalam menangani game. Grafis versi console Odyssey akan tersaji lebih baik jika dijalankan dari PS4 Pro dan Xbox One X.

Lenovo ThinkPad Baru Hidangkan Panel 4K HDR dan GPU Nvidia GeForce

Prakarsa Ultrabook dicetus Intel sebagai respons dari melambungnya kepopuleran MacBook Air, dan sekarang, produk jenis ini hadir dalam beragam merek. Konsep laptop ultra-thin memang tak lagi baru, namun varian itu belakangan kembali jadi perhatian karena upaya meminimalkan desain terbantu oleh penggunaan bezel layar yang kian tipis.

Di IFA Berlin 2018, kita bisa melihat bagaimana kompetisi ultrabook kembali memanas: Asus lewat ZenBook baru, Acer menyingkap Swift 5 dan 7, bahkan MSI pun ikut bermain di kelas produktivitas lewat P65 Creator. Mereka semua mempunyai bingkai panel minimalis. Namun sejumlah pendekatan berbeda sengaja Lenovo ambil dalam meramu ThinkPad ultra-thin yang mereka namai X1 Extreme.

Lenovo ThinkPad X1 Extreme 1

ThinkPad X1 Extreme merupakan laptop dengan form-factor 15-inci pertama di keluarga ini yang dipersenjatai kartu grafis discrete Nvidia. Produk dirancang baik untuk konsumen biasa maupun kalangan profesional yang membutuhkan laptop Windows 10 berpenampilan ramping tanpa ada kompromi pada performa. Melihat penyajiannya, produk disiapkan buat berkompetisi dengan Dell XPS 15 dan Apple MacBook Pro.

Lenovo ThinkPad X1 Extreme 3

Dalam tubuh berkonstruksi serat karbon berketebalan 18,7-milimete-nya, ThinkPad X1 Extreme mengusung GPU GeForce GTX 1050 Ti Max-Q. Komposisi hardware lainnya juga tidak mengecewakan. Di sana ada prosesor Intel Core  i7 generasi kedelapan, RAM DDR4 hingga 64GB, serta penyimpanan berbasis SSD sampai 1TB. Dan jika Anda masih belum puas, Lenovo sedang menyiapkan varian berotak Intel Core i9.

Lenovo ThinkPad X1 Extreme 2

Lenovo yakin, konfigurasi hardware ini memungkinkan ThinkPad X1 Extreme mampu mengerjakan beragam jenis tugas intensif, dari mulai edit foto, rendering, hingga menopang pemakaian perangkat virtual ataupun mixed reality. Melalui cross reality, tentu saja laptop dapat membantu bidang beragam bidang, misalnya edukasi, pelatihan, kesehatan dan perancangan model. Dan berkat kehadiran GTX 1050Ti Max-Q, Anda dipersilakan menikmati game-game baru untuk melepas kepenatan.

Lenovo ThinkPad X1 Extreme 4

Aspek andalan lain di ThinkPad X1 Extreme terletak pada layar berukuran 15,6-incinya. Laptop menghidangkan panel 4K yang ditunjang teknologi HDR dan Dolby Vision. High-dynamic range memungkinkan display menampilkan detail lebih tinggi baik pada area gelap maupun terang – sangat ideal untuk menonton video. Sebagai alternatif, produsen tetap menyediakan pilihan layar FHD jika Anda merasa belum memerlukan resolusi UHD.

ThinkPad X1 Extreme tak lupa disertai sensor sidik jari serta kamera Windows Hello sebagai cara alternatif untuk membuka laptop. Kamera juga dilengkapi ThinkShutter buat menutup bagian lensanya.

Produk rencananya akan dipasarkan di bulan September ini, dibanderol seharga mulai dari US$ 1.860. ThinkPad X1 Extreme berprosesor Intel Core i9 baru akan menyusul di bulan Desember nanti.

Sumber: Lenovo.

Tersedia Opsi 4K, Tapi Sanggupkah PC Anda Menjalankan Far Cry 5?

Dengan memegang franchise-franchise blockbuster seperti Assassin’s Creed, Tom Clancy dan Far Cry, Ubisoft merupakan salah satu pengembang game open world paling produktif. Setelah pelepasan Assassin’s Creed Origins yang cukup sukses, kini perhatian gamer tertuju pada permainan shooter terbaru garapan tim Ubisoft Montreal yang akan tiba sebentar lagi, Far Cry 5.

Permainan akan kembali menghidangkan gameplay khas seri Far Cry, mengedepankan aspek penjelajahan di dunia yang terbuka luas, dan menyajikan perspektif orang pertama. Namun ada satu aspek berbeda yang membuat game kelima ini lebih unik: untuk pertama kalinya Anda dipersilakan menciptakan karakter dari nol, termasuk memilih gender, warna kulit dan mengustomisasi penampilannya.

Tertarik? Jangan buru-buru mem-pre-order. Sebelum terbawa suasana, pastikan dulu PC Anda mampu menjalankannya, terutama jika Anda ingin menikmati Far Cry 5 versi Windows. Lewat blog resmi, Ubisoft mengumumkan daftar kebutuhan hardware Far Cry 5 dari mulai minimal, rekomendasi, hingga konfigurasi buat menjalankan game di 4K. Silakan simak detailnya di bawah.

 

Minimal, memungkinkan game berjalan di resolusi 720p dengan preset visual low:

  • Sistem operasi: Windows 7 SP1, Windows 8.1, Windows 10 64-bit
  • Prosesor: Intel Core i5-2400 3,1GHz atau AMD FX-6300 3,5GHz atau setara
  • Kartu grafis: Nvidia GeForce GTX 670 atau AMD Radeon R9 270 (menyimpan VRAM 2GB dengan Shader Model 5.0)
  • Memori RAM: 8GB

 

Rekomendasi, permainan menyajikan resolusi 1080p di setting high:

  • Sistem operasi: Windows 7 SP1, Windows 8.1, Windows 10 64-bit
  • Prosesor: Intel Core i7-4770 3,4GHz atau AMD Ryzen 5 1600 3,2GHz atau sekelas
  • Kartu grafis: Nvidia GeForce GTX 970 atau AMD Radeon R9 290X (dengan VRAM 4GB, Shader Model 5.0)
  • Memori RAM: 8GB

 

Konfigurasi resolusi 4K (2160p) di 30-frame rate per detik, dengan preset high:

  • Sistem operasi: Windows 10 64-bit
  • Prosesor: Intel Core i7-6700 3,4GHz atau AMD Ryzen 5 1600X 3,6GHz atau setara
  • Kartu grafis: Nvidia GeForce GTX atau AMD RX Vega 56 (VRAM 4GB, Shader Model 5.0)
  • Memori RAM: 16GB

 

Untuk menyuguhkan 4K dengan 60-frame rate per detik di setting high sampai ultra:

  • Sistem operasi: Windows 10 64-bit
  • Prosesor: Intel Core i7-6700K 4GHz atau AMD Ryzen 5 1700X 3,4GHz atau yang lebih baik
  • Kartu grafis: Nvidia GeForce GTX 1080 SLI atau AMD RX Vega 56 CFX (VRAM 8 GB, Shader Model 5.0)
  • Memori RAM: 16GB

 

Berikut adalah daftar kartu grafis yang didukung Far Cry 5:

Nvidia: GeForce GTX670, GeForce GTX760, GeForce GTX950, GeForce GTX1050, serta varian yang lebih canggih.

AMD: Radeon R9 270, Radeon R7 370, Radeon RX 460 dan versi yang lebih high-end, serta semua model Radeon Vega.

Far Cry 5 akan dirilis pada tanggal 27 Maret 2018 secara serempak di PC, PlayStation 4 dan Xbox One.

Far Cry 5 1

Tidak muluk-muluk, saya sudah cukup bahagia jika game ini bisa berjalan mulus di full-HD dengan opsi visual ultra. Secara pribadi, saya lebih suka memperoleh ratusan frame rate per detik via panel dengan refresh rate tinggi, khususnya buat permainan-permainan first-person shooter.

Nvidia Singkap BFGD, Layar Gaming 4K Raksasa 120Hz

Gamer PC diberikan keleluasaan untuk menikmati hobinya itu di berbagai tempat: permainan bisa diakses secara tradisional di atas meja, dalam perjalanan, atau dari ruang kelarga. Tapi begitu Anda mencicipi lezatnya bermain di refresh rate tinggi, kembali ke 60Hz mungkin membuat kepala jadi pusing. Sayangnya belum ada HDTV yang didesain khusus buat gaming.

Nvidia sudah lama berupaya memperluas pengalaman gaming PC ke seluruh penjuru rumah dan secara portable lewat Grid serta Shield. Dan di ajang CES kali ini, perusahaan teknologi grafis asal Santa Clara itu menyingkap perangkat yang tidak kalah unik: Big Format Gaming Display, disingkat BFGD, yaitu layar berukuran raksasa yang dispesialisasikan buat menangani permainan video, menjanjikan kualitas 4K mutakhir.

Bagi gamer veteran, penamaan produk ini sangat menarik karena segera mengingatkan kita pada BFG9000, senjata pamungkas di permainan Doom. Seperti senjata legendaris itu, Big Format Gaming Display mempunyai ukuran sangat besar, mencapai 65-inci. Nvidia juga tak lupa membubuhkan berbagai teknologi yang memastikannya layak jadi perangkat gaming, dari mulai HDR, refresh rate 120Hz, G-Sync, hingga menanamkan fungsi Nvidia Shield.

BFGD 2

BFGD kabarnya dikerjakan secara kolaboratif oleh Nvidia dan AU Optronics selama lebih dari dua tahun. Layar ini menyuguhkan resolusi 4K ‘sempurna’ 3440x1440p dengan tingkat kecerahan maksimal di 1000-nit, ditunjang teknologi Quantum Dot Enhancement Films, color gamut berkualitas sinema DCI-P3, dan HDR yang dioptimalkan untuk PC. Semua ini dimanfaatkan agar BFGD dapat merespons input dengan sigap, menyajikan gambar yang tajam dan jernih, bebas dari blur, tearing dan stuttering.

Lalu saat fitur HDR-nya diaktifkan, teknologi grafis Nvidia di dalam diklaim sanggup menghidangkan kualitas visual high-dynamic range yang super-cerah senyata aslinya. Dan seperti monitor gaming high-end, BFGD juga ditopang teknologi rendah latency sehingga gerakan di permainan tersuguh mulus.

BFGD 1

Ketika tidak sedang bermain game PC, Anda bisa menggunakan fitur Shield built-in di sana untuk menonton video 4K HDR. Shield siap mendukung konten dari Amazon, HBO, Hulu, Netflix, serta YouTube, serta mengakses game-game Android dan kompatibel ke sistem rumah pintar. Tak cuma itu, BFGD turut menyimpan teknologi GeForce Now, GameStream, dan memungkinkan kita melakukan input via Google Assistant.

Proses produksi sepertinya tidak dilakukan oleh Nvidia sendirian. Produk gelombang pertama kabarnya akan dipasok oleh sejumlah perusahaan teknologi terkenal semisal Acer, Asus dan HP.

Nvidia belum mengungkap kapan BFGD akan dirilis dan berapa harga harganya, tapi kita boleh berasumsi angkanya berada di atas HDTV 65-inci standar.

Sumber: GeForce.

Pitta Ialah Drone Selfie 4K yang Bisa Berubah Jadi Action Cam

Meski berbeda kegunaan serta cara pengoperasian, drone dan action cam punya satu karak-teristik serupa. Umumnya, mereka didesain agar tahan banting serta sanggup menahan elemen alam yang berpeluang merusak komponen elektroniknya. Tim Eyedea punya ide menarik dalam mengembangkan produk barunya: mereka menggabungkan dua konsep distingtif itu jadi satu perangkat unik.

Lewat Kickstarter, Eyedea memperkenalkan Pitta, sebuah drone selfie yang juga bisa berubah menjadi kamera action serta kamera pengawas. Selain mampu terbang, kita dapat memanfaatkannya sebagai device wearable ataupun mountable. Untuk mendukung mode pemakaian berbeda itu, Pitta mengusung tubuh berukuran mungil serta konstruksi semi modular.

Pitta 3

Pitta mempunyai penampilan seperti bola. Diameternya sebesar 170-milimeter dan bobot hanya 200-gram – kurang lebih seberat smartphone. Di mode ini, ia dapat bekerja layaknya kamera action biasa serta ditaruh di docking charge agar selalu aktif dan bisa dimanfaatkan jadi kamera pengawas rumah. Pitta juga mempunyai tiga lubang mount universal, sehingga mudah untuk dipasangkan ke tripod, sepeda, atau aksesori lain.

Pitta 1

Untuk mengubahnya jadi drone, Anda hanya perlu melepas bagian atasnya (bisa dipasang via gerakan ‘twist-to-lock‘), dan menyambungkan modul rotor-nya. Pitta terbang menggunakan empat baling-baling, dan sesudah memasang rotor, Anda dapat mengendalikan drone melalui aplikasi mobile atau memerintahkannya mengikuti operator. Eyedea membekalinya bersama banyak fitur: auto-follow, mengambil foto panorama, hingga kemampuan mengorbit.

Pitta 4

Proses pengendalian Pitta dijanjikan sangat mudah, bahkan jika Anda belum pernah menerbangkan drone sekalipun. Contohnya saja ketika ingin menggunakan auto-follow, Anda hanya tinggal mengunci target dengan menggambar (drag-and-draw) di app. Setelah itu, Pitta akan mengikuti sasaran dan merekam secara otomatis.

Pitta 3

Sebagai drone, Pitta mengetahui kondisi medan di sekitarnya, bisa Anda suruh melayang di satu area, mendarat secara otomatis, hingga pulang ke lokasi awal berkat dukungan GPS. Pitta mampu merekam video di resolusi 4K atau slow motion dengan 60fps, mengambil foto burst serta time lapse, dan Anda juga dapat melakukan live stream. Berbekal baterai internalnya, Pitta bisa terbang selama 15 menit. Jika daya baterai mulai menipis, app segera memberikan peringatan.

Pitta 2

Pitta sudah bisa Anda pesan sekarang di situs crowdfunding Kickstarter. Versi basic-nya (kamera, modul drone, cradle, adaptor, gift box dan manual) dijajakan seharga mulai dari US$ 270, sedangkan bundel lengkap (plus pelindung baling-baling) dibaderol mulai dari US$ 300.

The Witcher 3 Resmi Mendapatkan Dukungan Xbox One X

Dirilis di pertengahan 2016, expansion pack Blood and Wine untuk The Witcher 3: Wild Hunt menutup petualangan Geralt of Rivia di medium video game yang dimulai kurang lebih sepuluh tahun silam. Tim CD Projekt Red pelan-pelan mengalihkan perhatian mereka ke proyek selanjutnya, yaitu game berjudul Cyberpunk 2077. Meski begitu, mereka tetap tidak melepaskan dukungan pada The Witcher 3.

Developer memang sempat mengungkapkan keengganan mereka menyiapkan versi enhanced baik buat PS4 Pro dan Xbox One X karena ingin segera fokus pada Cyberpunk 2077. Namun melihat tingginya permintaan para gamer, CD Projekt Red akhirnya memutuskan buat menyiapkan versi ‘ultimate’ The Witcher 3, dan baru meluncurkannya kemarin untuk pemilik Xbox One X lewat patch 1.6.

Melalui update tersebut, game akan memaksimalkan hardware berperforma tinggi di dalam console – pendekatannya sama seperti patch buat PlayStation 4 Pro yang dilepas beberapa minggu lalu. Patch ini dibekali sejumlah penyempurnaan pada visual serta fitur-fitur grafis baru, mempersilakan pemain memilih dua mode: 4K atau Performance Mode.

Di mode 4K, tentu saja The Witcher 3 akan berjalan di resolusi UHD 3840x2160p di 30-frame rate per detik. Pengalamannya dijanjikan stabil dan mulus. Jika unit display Anda belum menunjang 4K, maka game akan mengaktifkan fitur supersampling. Efeknya, objek dan karakter permainan terlihat lebih halus, dengan efek jaggy yang lebih minimal. Performance Mode sendiri akan mengaktifkan fitur dynamic resolution scaling (dari 1080p hingga 4K) sembari menargetkan 60-frame rate per detik. Kedua mode ini sudah ditunjang HDR.

Mengganti mode visual sangat sederhana. Anda hanya perlu masuk ke menu Options, memilih Display, kemudian Advanced, lalu mengubah Graphics Mode via slider. Melengkapi dua mode 4K dan Performance ini, CD Projekt Red juga membubuhkan efek bayangan yang lebih baik, texture filtering, ambient occlusion, serta tak lupa meng-upgrade resolusi tekstur permainan.

Selain untuk Xbox One X, CD Projekt Red kabarnya juga berencana buat memberikan sedikit update tambahan buat versi PlayStation 4 Pro, akan diimplementasikan ‘dalam waktu dekat’.

Berkaitan dengan proyek baru CD Projekt Red, developer asal Polandia itu belum lama membuka lowongan untuk sedang mencari Concept Artist game Cyberpunk 2077. Jika diterima, pelamar akan ditempatkan di studio mereka di Warsawa. Kabarnya, pengembangan Cyberpunk 2077 berjalan lancar, namun waktu peluncurannya masih lama.

Sumber: TheWitcher.com. Tambahan: GamingBolt.