Weird West, Immersive Sim Baru Ciptaan Kreator Dishonored, Ditunda Perilisannya Hingga Maret 2022

2022 punya banyak game yang sangat layak untuk dinantikan, belum lagi yang diumumkan di ajang The Game Awards 2021 kemarin. Salah satu yang paling saya tunggu-tunggu adalah Weird West, sebuah immersive sim karya WolfEye Studios. Awalnya dijadwalkan hadir di bulan Januari, sayang perilisannya terpaksa diundur sampai 31 Maret 2022.

Lewat Twitter, Devolver Digital selaku publisher-nya mengumumkan bahwa berdasarkan masukan dari para beta tester, Weird West masih perlu dipoles lebih lanjut agar bisa menjadi sesuatu yang benar-benar spesial untuk dimainkan. Pengumuman ini menerima banyak sambutan positif, menunjukkan bahwa gamer sebetulnya tidak keberatan menunggu lebih lama ketimbang disuguhi game yang belum matang seperti Cyberpunk 2077 maupun remaster GTA Trilogy.

Game development bukanlah pekerjaan yang mudah, apalagi kalau yang digarap adalah immersive sim yang terkenal sangat kompleks. Pendiri WolfEye Studios sekaligus creative director Weird West, Raphaël Colantonio, menjelaskan bahwa ada banyak sekali yang bisa terjadi dalam sebuah immersive sim, dan terkadang itu bisa menimbulkan sejumlah problem.

WolfEye memang baru berdiri sejak tahun 2019, namun Raphaël dan timnya sudah tidak asing lagi dengan genre immersive sim. Buat yang tidak tahu, Raphaël merupakan pendiri sekaligus pimpinan Arkane Studios selama 18 tahun. Selama di Arkane, Raphaël memimpin pengembangan game-game seperti Arx Fatalis, Dark Messiah, Dishonored, dan Prey, yang semuanya merupakan immersive sim.

Pada umumnya, immersive sim disajikan dalam perspektif orang pertama (first-person). Namun Weird West rupanya tidak demikian dan justru mengadopsi tampilan isometrik, membuatnya kelihatan mirip seperti RPG klasik macam Fallout. Namanya immersive sim, Weird West bakal membebaskan pemain melakukan apa saja dalam menjalankan misinya, sebab memang hampir tidak ada yang benar atau salah di kategori game semacam ini.

Juga unik adalah adanya lima playable character di Weird West, masing-masing dengan jalan ceritanya sendiri, akan tetapi konsekuensinya berkesinambungan. Buat yang penasaran dengan gameplay-nya, silakan tonton trailer-nya di bawah ini.

Sumber: PC Gamer.

Blizzard: Tidak Ada Diablo IV dan Overwatch 2 Tahun Ini

Di industri video game, nama Blizzard jelas sudah bisa dikategorikan sangat senior. Namun meski sudah berdiri selama tiga dekade, jumlah game yang digarap dan dirilisnya boleh dibilang masih bisa dihitung jari. Tentu saja, segelintir game itu terbukti sukses besar.

Sejarah menunjukkan kalau Blizzard memang tidak pernah mau terburu-buru dalam berkarya. Ambil contoh franchise StarCraft. Game StarCraft pertama dirilis di tahun 1998, dan sekuelnya, StarCraft II: Wings of Liberty, baru tiba sekitar 12 tahun setelahnya. Contoh lain adalah Diablo II dan Diablo III, yang jaraknya juga terpaut 12 tahun.

IP terbaru mereka, Overwatch, dirilis di tahun 2016. Game tersebut digarap menggunakan aset dari proyek berjudul Titan yang batal dirilis. Titan sendiri mulai dikembangkan sekitar tahun 2007, sebelum akhirnya pengembangannya dihentikan pada tahun 2013. Maka dari itu, bisa dibilang cikal-bakal Overwatch sudah terbentuk sejak sembilan tahun sebelum perilisannya.

Diablo IV

Jadi jangan heran kalau ke depannya Blizzard masih menerapkan filosofi yang sama. Dua game anyar yang sedang dikerjakannya, Diablo IV dan Overwatch 2, hingga kini masih belum punya jadwal rilis sama sekali, padahal keduanya sama-sama sudah diumumkan sejak tahun 2019 lalu. Dalam laporan finansial terbarunya, Blizzard bahkan memastikan bahwa mereka tidak akan merilis Diablo IV dan Overwatch 2 tahun ini.

Kedengarannya memang mengecewakan, tapi sebagai penggemar kedua franchise tersebut, saya pribadi sama sekali tidak keberatan menunggu lebih lama. Saya lebih memilih developer memanfaatkan waktunya sebaik mungkin guna menciptakan game yang benar-benar matang daripada terburu-buru dan hasilnya mengecewakan seperti Cyberpunk 2077.

Dalam kasus Diablo IV, meski Blizzard sendiri pernah bilang bahwa perilisannya masih lama, mereka rupanya cukup rajin membagikan update mengenai pengerjaannya. Update terakhirnya di bulan Desember 2020 kemarin membahas banyak detail mengenai penyempurnaan substansial yang mereka terapkan pada aspek itemization, aspek yang bisa dibilang menjadi kekuatan utama seri Diablo selama ini. Sebelumnya lagi, Blizzard juga sempat membahas secara merinci mengenai sistem skill dan talent pada Diablo IV.

Overwatch 2

Untuk Overwatch 2, Blizzard memang belum berbicara banyak. Namun kita tahu bahwa game ini pada dasarnya adalah Overwatch yang sama yang selama ini kita kenal, tapi yang digarap menggunakan engine baru, dan yang menaruh fokus ekstra pada konten PvE. Kalau butuh gambaran lebih jelas, Anda bisa tonton demonstrasi gameplay-nya dari dua tahun lalu.

Dua game tersebut adalah yang paling dinanti dari Blizzard, tapi penggemar sejatinya pasti tahu bahwa Blizzard juga sedang menggarap Diablo untuk perangkat mobile. Kabar baiknya, ada kemungkinan game berjudul Diablo Immortal itu bakal dirilis di tahun 2021 ini. Pastinya kapan belum diketahui, tapi semestinya Blizzard bakal membahasnya lebih jauh di event BlizzConline pada tanggal 19 – 20 Februari mendatang.

Sumber: PC Gamer.

Assassin’s Creed Valhalla Diumumkan, Lebih RPG daripada Seri-Seri Sebelumnya

Dua judul Assassin’s Creed terakhir, yakni Origins dan Odyssey digarap dengan arahan yang agak berbeda dari seri-seri sebelumnya. Singkat cerita, kesan assassin pada karakter di kedua game tersebut lebih memudar ketimbang di gamegame sebelumnya, akan tetapi di saat yang sama combat-nya juga terasa semakin memuaskan.

Seandainya kedua game itu sama sekali tidak menerapkan elemen stealth dan tidak mencoba memperlakukan lakonnya sebagai seorang assassin, saya pribadi tidak akan keberatan. Namun apa daya branding “Assassin’s Creed” sudah terlalu kuat dan sayang untuk ditinggalkan. Mustahil Ubisoft membuang salah satu franchise terpopulernya begitu saja.

Pada seri terbaru Assassin’s Creed yang bakal dirilis di musim liburan tahun ini, Valhalla, kesan assassin itu boleh dibilang sudah hampir tak terasa lagi. Bagaimana tidak, lakonnya merupakan seorang prajurit Viking yang sangat jago bertarung. Viking dan stealth sepintas terdengar bertolak belakang, dan itu membuat saya jadi makin penasaran dengannya.

Assassin's Creed Valhalla

Setelah menonton trailer sinematiknya, kita langsung tahu bahwa game mengambil setting abad ke-9. Sang lakon, Eivor, sedang berupaya memimpin clan-nya untuk kabur dari kampung halamannya, Norwegia, menuju ke dataran Inggris. Kondisi Inggris sendiri kala itu jauh dari kata ideal, dengan satu per satu kerajaan Anglo-Saxon berjatuhan.

Lalu bagaimana Ubisoft menyisipkan elemen assassin ke Eivor? Lewat senjata Hidden Blade tentu saja, meski sekarang wujudnya tak lagi tersembunyi seperti di seri-seri sebelumnya. Pun demikian, senjata ini tetap berguna di saat-saat darurat dan tetap bisa mengejutkan lawan-lawannya, seperti yang ditunjukkan oleh trailer-nya.

Yang lebih menarik menurut saya adalah bagaimana combat di Assassin’s Creed Valhalla bakal semakin dimatangkan lebih jauh lagi. Hampir semua senjata dapat dipakai sepasang oleh Eivor (dual-wield), termasuk kapak, pedang, dan bahkan perisai. Valhalla sejatinya ingin menunjukkan betapa serba bisanya pejuang Viking dalam bertarung.

Assassin's Creed Valhalla

Combat di Valhalla dipastikan bakal terkesan lebih brutal. Kendati demikian, diplomasi masih menjadi aspek penting yang perlu diperhatikan. Sejak Odyssey, seri Assassin’s Creed memang sudah memberikan bobot ekstra terhadap variasi dialog, dan ini bakal pemain jumpai lagi di Valhalla. Keputusan-keputusan yang pemain ambil bakal berdampak besar terhadap progress permainan.

Seperti di Origins dan Odyssey, mitologi kembali dipakai sebagai bumbu penyedap narasi dalam Valhalla; spesifiknya mitologi Norse dengan dewa-dewa familier seperti Odin, Thor, Loki, Freya, Heimdall, dan masih banyak lagi. Juga tidak kalah menarik adalah, pemain bebas memilih memainkan Eivor sebagai karakter laki-laki atau perempuan.

Valhalla juga bakal memperkenalkan fitur baru, yakni fitur Settlement, yang bakal mengajak pemain untuk memperkuat teritorinya dengan membangun barak, merekrut prajurit, dan lain sebagainya. Settlement juga bakal menjadi gerbang kustomisasi karakter, semisal untuk menambahkan tato pada Eivor.

Assassin's Creed Valhalla

Assassin’s Creed Valhalla bakal menjadi salah satu judul debutan Xbox Series X dan PlayStation 5, akan tetapi Ubisoft tetap akan merilisnya di Xbox One, PS4, PC maupun Google Stadia. Di PC, Valhalla pada awalnya akan dijajakan secara eksklusif melalui Uplay Store dan Epic Games Store.

Ya, Steam lagi-lagi tidak menjadi pilihan salah satu judul AAA. Beberapa game blockbuster sebelumnya sudah mengambil rute serupa; dirilis eksklusif melalui Epic Games Store selama beberapa bulan, sebelum akhirnya didistribusikan lewat Steam.

Sumber: Ubisoft dan Gamespot.

Tadinya Eksklusif di PS4, Horizon Zero Dawn Akan Hadir di PC Pertengahan Tahun Ini

Microsoft bisa dikatakan sebagai produsen console pertama yang (pada akhirnya) mempromososikan keterbukaan platform. Tapi hal ini tidak begitu mengherankan mengingat pada dasarnya mereka juga merupakan pemilik Windows – ‘rumah’ bagi lebih dari satu miliar gamer PC. Menariknya, belakangan Sony pelan-pelan membuntuti langkah Microsoft dan mulai melepas game-game eksklusifnya di PC.

Tak lama setelah membiarkan Quantic Dream merilis deretan permainannya di Windows, dikonfirmasi pula eksistensi versi PC dari remake Final Fantasy VII dan Death Stranding. Menyusul rumor dan spekulasi, pihak Sony sendiri yang mengabarkan agenda peluncuran satu game eksklusif PlayStation 4 kreasi studio first-party Guerrilla Games di Windows: Horizon Zero Dawn. Pengumuman ini dibarengi oleh munculnya laman Horizon Zero Dawn di Steam.

IMG_11032020_113536_(1000_x_650_pixel)

Horizon Zero Dawn rencananya akan mendarat di PC di tahun ini. Developer belum menyingkap secara spesifik jadwal rilisnya, namun sepertinya kita tak perlu menunggu terlalu lama. Menurut keterangan Hermen Hulst selaku head of worldwide studios baru Sony Interactive Entertainment, game dijadwalkan buat dilepas di ‘musim panas’. Sebelum menduduki jabatan penting tersebut, Hulst bertanggung jawab sebagai managing director di Guerrilla Games.

Gamer PC akan mendapatkan Horizon Zero Dawn Complete Edition. Melengkapi permainan utama, Complete Edition dibundel bersama expansion pack The Frozen Wilds serta bermacam-macam bonus in-game yang sempat disediakan di PS4 (misalnya Carja, Banuk serta Nora Pack). Sejauh ini, developer masih belum mengungkap detail teknis game – misalnya fitur baru yang mereka bubuhkan di sana serta perbedaan antara edisi PC dan PlayStation 4. Bahkan screenshot di Steam masih menggunakan versi PS4 Pro.

IMG_11032020_113610_(1000_x_650_pixel)

Pengumuman Horizon Zero Dawn versi PC secara langsung oleh Sony mungkin ‘mengusik’ fans fanatik PlayStation. Bagaimana pun juga, game eksklusif ialah hal yang sangat dibangga-banggakan gamer-nya dan alasan mengapa Sony bisa mengungguli Microsoft dalam penjualan console. Lewat edisi Windows tersebut, perusahaan bermaksud untuk mengenalkan salah satu franchise andalannya ke konsumen yang tak sempat menikmatinya.

Namun Hulst juga menekankan bahwa gamer PlayStation tidak perlu cemas. Tak semua permainan first-party PlayStation 4 akan di-port ke PC. Perusahaan berjanji untuk terus memegang komitmen mereka mendukung hardware dan ekosistem gaming-nya.

IMG_11032020_113634_(1000_x_650_pixel)

Saya pribadi melihat penyediaan Horizon Zero Dawn di Windows sebagai sebuah langkah strategis. Horizon Zero Dawn adalah game berusia tiga tahun. Alasan mengapa ada pemilik PlayStation 4 yang belum menikmatinya bisa jadi karena masalah anggaran (sudah dialokasikan buat judul lain) atau memang mereka tidak berminat dengan permainan ini. Itu berarti, menghadirkan Horizon Zero Dawn di PC berpotensi untuk menambah jumlah gamer dan fans  franchise tersebut.

Torchlight Frontiers Berubah Jadi Torchlight III, Siap Sajikan Gameplay ARPG yang Lebih Tradisional

Pembuatan Torchlight berawal dari keinginan mantan developer Diablo, Max Schaefer dan kawan-kawan sesama pengembang veteran menciptakan MMO. Saat itu, Runic Games yang baru mereka dirikan hanya diperkuat oleh belasan orang developer. Sebelum memulai proyek besar itu, Runic memutuskan untuk melakukan sedikit pemanasan, yaitu lewat pengerjaan game berskala kecil dengan formula action-RPG.

Torchlight memperoleh respons positif dari gamer dan mendorong penggarapan Torchlight II. Di tengah pengerjaan sekuel tersebut, studio diakuisisi oleh Perfect World Entertainment. Meski sukses secara komersial dan merangkul jutaan fans, Schaefer ternyata masih berambisi menciptakan MMO. Pada akhirnya, ia mengundurkan diri dari Runic dan mendirikan studio Echtra Games. Karena ditinggalkan begitu banyak staf inti, Runic Games akhirnya ditutup.

Proyek pertama Echtra Games ialah Torchlight Frontiers, permainan shared world yang dibangun berlandaskan franchise Torchlight. Selain berbasis MMORPG dan menyuguhkan gameplay hack and slash, Frontiers rencananya akan disajikan sebagai judul free-to-play seperti banyak permainan Perfect World lain. Namun arahan tersebut tiba-tiba dirombak total. Baru saja, developer mengumumkan transisi Torchlight Frontiers menjadi Torchlight III.

Bergantinya judul tentu saja menandai perubahan pada desain permainan. Torchlight III dihidangkan layaknya judul premium, dan developer berupaya mengembalikan game ke akarnya, membangunnya sebagai sekuel sejati dari Torchlight I dan II. Permainan akan dilepas di PC lebih dulu lewat Steam. Via platform tersebut, Echtra Games juga berencana buat melangsungkan uji coba beta – fase tes alpha-nya sendiri telah dilangsungkan sejak game masih bertajuk Frontiers.

Dengan begini, konten Torchlight III diracik secara lebih tradisional. Petualangan Anda dimulai di sebuah tempat bernama Imperial Outpost yang diserbu oleh gerombolan goblin. Pemain ditugaskan untuk menyelidiki dan menghentikan sumber serangan ini. Saat menciptakan karakter, Anda bisa memilih mode offline dan online. Anda dipersilakan bermain sendirian di mode offline, tapi juga dapat menggunakan karakter itu di multiplayer online.

Banyak elemen di Frontiers yang dibongkar. Sistem progres di Torchlight III dibuat lebih familier dan sederhana (tak lagi bersifat horisontal berdasarkan item), kemudian mayoritas zona dirancang secara ‘tertutup’ sehingga pengalaman bermain jadi lebih baik. Kita tetap bisa bertemu pemain lain di wilayah kota jika Anda memilih mode online. Selanjutnya, Echtra Games turut menghapus store in-game yang transaksinya menggunakan uang sungguhan.

Torchlight III dijadwalkan untuk meluncur di tahun ini, namun developer belum memberikan tanggal pastinya. Konten yang sudah ada di versi closed alpha; seperti fitur, item-item koleksi dan pilihan kelas tetap dipertahankan. Belakangan, panggung action-RPG kembali memanas karena selain Torchlight III, kita tahu Diablo IV dan Path of Exile II juga akan hadir.

Sumber: Torchlight3.com.

Diablo IV Tidak Mempunyai Mode Offline, Harus Selalu Online

Judul-judul seperti remake Resident Evil 2, Sekiro, Devil May Cry 5, Disco Elysium dan The Outer Worlds memperlihatkan kita bahwa permainan single-player masih jadi favorit para gamer di tahun 2019. Itu berarti, jalan cerita dan gameplay merupakan faktor pertimbangan penting banyak orang dalam memilih game ketimbang aspek lain, misalnya kehadiran komponen online dan multiplayer.

Namun bagi sejumlah developer serta publisher, komponen online ialah bagian yang tak lagi bisa dipisahkan dari platform atau layanan mereka. Ambil contohnya Blizzard Entertainment. Sejak StarCraft II meluncur, kita harus terdaftar dan log-in di Battle.net untuk dapat menikmati game RTS tersebut. Kewajiban untuk selalu online menjadi hal yang paling dikritik gamer dan media di permainan Diablo III. Dan Blizzard sepertinya tidak berniat untuk menghadirkan dukungan mode offline di sekuelnya, Diablo IV.

Di sesi diskusi panel BlizzCon 2019 kemarin, lead designer Angela Del Priore mengonfirmasi ketiadaan mode offline di Diablo IV. Alasannya adalah karena developer mencoba membangun dunia permainan berukuran besar yang tersambung dan ‘terbagi’; sehingga transisi saat Anda pergi menelusuri ruang-ruang bawah tanah, bertualang bersama kawan, menikmati PvP dan berdagang dapat berlangsung mulus. Artinya mau tak mau, sistem online dibutuhkan.

Metode shared open world yang diusung Diablo IV sejatinya membuat permainan jadi menyerupai MMO. Dengannya, game siap menyajikan fitur world events, social hub dan zona kompetitif PvP. Di dunia permainan, tak jarang kita bertemu pemain lain, kecuali jika Anda (dan kawan co-op) memasuki area campaign atau dungeon. Intinya, Diablo IV memperkenankan kita bermain sendiri tapi tidak secara offline.

Berdasarkan info yang dirangkum oleh PC Gamer, Diablo IV tidak mempunyai pilihan tingkat kesulitan. Level musuh akan disesuaikan dengan kemampuan karakter Anda, sehingga kita bisa selalu bermain bersama kawan meski berbeda level. Meski demikian, terdapat area-area yang lebih berbahaya dari lokasi lain, cocok jika Anda menginginkan tantangan lebih besar. Kabarnya, Diablo IV turut dibekali mode Hardcore beserta sistem permadeath (kematian bersifat permanen).

Absennya mode offline di Diablo IV akan mengingatkan pemain veteran pada insiden memalukan yang menimpa Diablo III di momen peluncurannya. Saat itu, banyak gamer sama sekali tidak bisa mengakses game hingga berhari-hari. Ketika mencoba masuk, mereka hanya mendapatkan pesan ‘Error 37’. Kemudian mungkin Anda masih ingat dengan kontroversi real money auction house yang akhirnya dihapus Blizzard di tahun 2014.

Waktu peluncuran Diablo IV juga masih sangat jauh. Saya menduga Blizzard baru akan melepasnya setelah merilis Diablo Immortal di perangkat bergerak.

Via Gamespot.

Trailer Terbaru The Outer Worlds Semakin Tonjolkan Prinsip Kebebasan dalam Bermain

Fallout: New Vegas punya tempat spesial di hati para penggemar seri Fallout. Selain memperbaiki sejumlah mekanisme buruk Fallout 3 (utamanya mekanisme dalam membidikkan senjata), New Vegas juga menunjukkan bahwa keputusan yang diambil masing-masing pemain bisa banyak berpengaruh terhadap progress permainan, dan ini juga yang pada akhirnya menjadi salah satu elemen unggulan Fallout 4.

New Vegas merupakan karya Obsidian Entertainment, perusahaan yang didirikan oleh eks tim Black Isle Studios, yang sendirinya merupakan pencipta Fallout dan Fallout 2, sebelum franchise tersebut akhirnya dibeli oleh Bethesda. Itulah mengapa ketika Obsidian mengumumkan sebuah RPG baru berdasarkan IP (intellectual property) yang benar-benar gres di akhir tahun kemarin, banyak gamer yang melompat kegirangan.

The Outer Worlds

RPG yang dimaksud adalah The Outer Worlds, yang kalau dilihat dari announcement trailer-nya, terkesan seperti Fallout: New Vegas dengan engine baru (Unreal 4) dan setting antariksa. Juga ditonjolkan pada trailer-nya adalah bagaimana pemain bakal dibebaskan untuk menentukan arah permainannya sendiri.

Prinsip kebebasan ini semakin menguat setelah menonton trailer terbarunya di bawah. Pemain pada dasarnya diberi kebebasan untuk menentukan peran karakternya di dunia The Outer Worlds. Peran baik atau jahat semuanya tergantung masing-masing pemain, dan game ini akan berusaha sebisa mungkin untuk tidak menilai kita benar atau salah.

The Outer Worlds

The Outer Worlds pada dasarnya bisa kita anggap sebagai hasil kawin silang antara Fallout dan Mass Effect. Mereka yang pernah memainkan seri Mass Effect pasti tahu bagaimana game tersebut banyak bergantung pada pilihan para pemain berikut konsekuensinya, dan di game ini pun juga bakal demikian. Di sisi lain, banyaknya unsur komedi di setting luar angkasa juga mengingatkan saya terhadap seri Borderlands.

Game ini akan dirilis tidak lama lagi, 25 Oktober 2019 di platform PlayStation 4, Xbox One, dan PC, kemudian menyusul ke Nintendo Switch pada tanggal yang belum ditentukan. Di PC, spesifikasi yang dibutuhkan adalah sebagai berikut.

Minimum

  • CPU: Intel Core i3-3225 atau AMD Phenom II X6 1100T
  • RAM: 4 GB
  • GPU: Nvidia GeForce GTX 650 Ti atau AMD Radeon HD 7850
  • HDD: 40 GB
  • OS: Windows 7 (SP1) 64-bit

Recommended

  • CPU: Intel Core i7-7700K atau AMD Ryzen 5 1600
  • RAM: 8 GB
  • GPU: Nvidia GeForce GTX 1060 6 GB atau AMD Radeon RX 470
  • HDD: 40 GB
  • OS: Windows 10 64-bit

Sumber: GamesRadar.

Blizzard Akan Mengumumkan Beberapa Game Diablo Tahun Depan?

Blizzard mungkin tak menduga pengungkapan Diablo Immortal disambut dengan begitu negatif, tetapi melakukan pengumuman permainan mobile di acara berbayar yang didominasi oleh gamer PC memang bukanlah langkah pintar. Kekecewaan fans kian menjadi setelah sebelumnya beredar rumor yang menyatakan akan ada penyingkapan sekuel sejati Diablo di sana.

Developer sempat menampik desas-desus melalui blog resminya, namun mereka juga bilang bahwa beberapa tim berbeda memang tengah menggarap sejumlah proyek Diablo dan akan menginformasikannya ‘di waktu yang tepat’. Dengan begitu, yang bisa kita kerjakan sekarang adalah menunggu. Kali ini lewat forum Battle.net, Blizzard akhirnya memberikan petunjuk mengenai kapan mereka akan melangsungkan pengumuman game Diablo baru.

Tim menjelaskan bagaimana mereka terus-menerus mengumpulkan masukan dan melakukan diskusi internal. Khusus buat franchise Diablo, Blizzard sedang menggodok beberapa proyek sekaligus. Rencananya, sebagian atau mungkin seluruh kreasi baru tersebut akan diungkap di tahun depan. Blizzard bilang mereka tak mau ‘sekadar menyampaikan informasi, tapi ingin menunjukkannya’.

“Memang membutuhkan waktu agar pengerjaannya sesuai dengan standar kami, tapi saat ini, lebih dari sebelumnya, kami berkomitmen untuk menghidangkan pengalaman Diablo yang bisa dibanggakan pada seisi komunitas,” tulis tim pengembang.

Penuturan tersebut sekali lagi mengonfirmasi bahwa ada lebih dari satu proyek Diablo yang sedang jadi fokus Blizzard Entertainment. Dari kabar yang beradar, sudah ada dua pejelmaan purwarupa Diablo 4, dan pengerjaannya diarahkan oleh dua sutradara berbeda. Di inkarnasi awal, game punya kesamaan formula dengan seri Dark Souls, disajikan dalam perspektif orang ketiga ‘over-the-shoulder‘ (premisnya menarik, apalagi saya sangat menyukai Dark Souls), namun developer mengembalikannya lagi menjadi tampilan isometrik tradisional khas Diablo.

Untuk temanya sendiri, Diablo 4 katanya akan mengusung latar belakang yang lebih gelap dan menakutkan dibanding Diablo 3, lebih menyerupai Diablo II. Dari info yang beredar, tadinya Blizzard punya agenda untuk mengungkap permainan keempat seri Diablo itu di BlizzCon 2018, namun karena alasan tertentu, tim memutuskan buat menunda pengumuman ke lain waktu sehingga hanya menyisakan Diablo Immortal.

Untuk seri permainan berumur lebih dari dua dekade dengan jumlah fans sangat banyak, saya bisa membayangkan dilema yang dihadapi developer: Apakah sebaiknya mereka mempertahankan elemen gameplay tradisional yang berarti mempersempit ruang buat berinovasi, atau malah bereksperimen dengan formula baru, yang beresiko membuat para pemain veteran merasa terasingkan?

Via Digital Trends.

[Review] Assassin’s Creed Odyssey, Lembaran Baru Bagi Seri Action Berusia 11 Tahun

Assassin’s Creed Origins yang diramu menjadi pembuka saga ini merupakan game open world papan atas paling ambisius di 2017. Hasil kerja keras developer selama bertahun-tahun bisa kita lihat dari bagaimana detailnya tim Montreal menciptakan dunia Mesir Kuno di akhir era Ptolemaic sebagai medium untuk mengombinasikan kejadian bersejarah dan event fiksi.

Meluncur satu tahun kurang beberapa minggu dari Origins, Assassin’s Creed Odyssey mengusung konsep gameplay yang lebih berani dan mungkin bisa dikatakan sedikit radikal. Meski tetap mempertahankan sejumlah tradisi Assassin’s Creed, Odyssey dari awal sengaja diarahkan sebagai permainan action role-playing, untuk pertama kalinya membiarkan Anda memilih karakter utama dan menentukan dialog.

Langkah ini kemungkinan ialah cara buat menyegarkan kembali formula Assassin’s Creed. Tapi boleh jadi, transisi dari action-adventure ke formula role-playing belum bisa diterima semua fans dengan tangan terbuka. Kabar gembiranya, Ubisoft Quebec telah bersiap mengantisipasi hal tersebut melalui penambahan fitur baru dan penggunaan arahan unik.

AC Odyssey 13

 

Eagle-Bearer

Assassin’s Creed Odyssey menawarkan Anda untuk bermain menjadi salah satu dari cucu Raja Leonidas, antara Alexios atau Kassandra. Tidak ada perbedaan pada aspek gameplay dari keduanya kecuali pengisi suara dan siapa saudara tertuanya. Saya mencoba keduanya, dan secara pribadi lebih menyukai Kassandra karena perannya lebih natural dan sejauh ini hanya ada sedikit pilihan karakter utama wanita di seri utama Assassin’s Creed.

AC Odyssey 5

Meski demikian, Alexios sendiri bukanlah pilihan yang buruk dan mengingatkan saya pada Bayek of Siwa. Tentu saja, dua opsi tokoh utama mengharuskan Ubisoft melakukan prosedur pengisian suara sebanyak dua kali. Dan mengingat Odyssey merupakan game role-playing, jumlah dialognya tidaklah sedikit. Kesediaan developer buat melakukan hal tersebut perlu diapresiasi.

Diracik sebagai sebuah lembaran baru, hal positif lain dari Odyssey adalah ceritanya tidak membingungkan. Sesi Layla Hassan tetap ada, tapi porsinya telah dikurangi dan disederhanakan sehingga kita hanya cukup tahu siapa dia serta perannya di kisah ini. Dan tak seperti Origins, narasi Odyssey juga tidak lompat-lompat. Di sesi pembuka, Anda akan segera tahu siapa Alexios dan Kassandra, serta apa hubungan mereka dengan Leonidas.

AC Odyssey 7

Ketika Bayek of Siwa di Assassin’s Creed Origins merupakan seorang penegak hukum, Alexios atau Kassandra adalah Misthios, atau tentara bayaran. Ini artinya, sang tokoh tidak selalu berpihak dengan hukum. Beberapa kontrak yang diterima Kassandra sering kali mengharuskannya ‘membungkam’ individu tertentu, mencuri, atau membersihkan satu perkemahan berisi bandit. Dan demi menunjang desain gameplay seperti ini, Ubisoft Quebec mengimplementasikan sistem bounty.

 

Grand Theft Auto Greece

Assassin’s Creed Odyssey membawa pemain ke puncak Perang Peloponnesian, konflik militer yang dimulai di tahun 431 sebelum Masehi antara bangsa Sparta dan Athena. Di sana, Kassandra dan tim prajurit bayarannya tidak dituntut untuk mendukung salah satu faksi, bahkan dipersilakan bekerja buat keduanya. Ia bisa menghabiskan waktunya menyelesaikan kontrak, mengumpulkan kru, serta meng-upgrade peralatan dan perahu perangnya.

AC Odyssey 12

Satu Aspek menarik dari Odyssey adalah sensasai ala ‘GTA’. Memang tidak ada kendaraan ‘otomotif’ yang Anda bisa bajak, tapi Kassandra dapat mencuri kuda atau menyerbu perahu bajak laut, konvoi militer, serta kapal pedagang. Di dunia game, tersebar pula banyak benda-benda yang semestinya tidak boleh diambil (namun sayang buat dilewatkan).

AC Odyssey 10

Kekuatan Athena dan Sparta di satu daerah bersifat fluktuatif. Serangan yang Anda lakukan di lokasi tertentu akan melemahkan satu faksi, sehingga memungkinkan rivalnya mengambil alih. Menariknya lagi, kita bahkan bisa berpartisipasi dalam perang berskala besar, dan hasilnya akan memengaruhi siapa yang menguasai daerah tersebut.

Yunani masa perang Perang Peloponnesian versi Assassin’s Creed belum memiliki sistem penegakan hukum yang konkret. Aktivitas sosial di sana diawasi oleh pihak militer Sparta maupun Athena, namun jika tindakan kriminal Anda melewati batas, tentara bayaran lain akan mencoba menghentikan Anda. Semakin buruk perilaku Anda, maka level bounty jadi kian tinggi dan bertambah banyak pula individu-individu berbahaya yang datang mencari. Sebagai jalan keluarnya, Anda bisa bersembunyi atau membayar bounty.

AC Odyssey 6

Di sini, permainan mengadopsi pendekatan ala Nemesis System di Middle-earth: Shadow of Mordor walaupun tidak seekstensi game Warner Bros. itu. Odyssey hanya menunjukkan tentara-tentara bayaran yang sudah Anda kalahkan, peringkat Kassandra atau Alexios di sana, serta prajurit-prajurit berbahaya lain yang bisa jadi ancaman. Dan seiring keberhasilan Anda mengalahkan para kompetitor satu per satu, Anda dapat mendaki ranking Misthios terkuat.

 

Exploration Mode

Dengan begitu banyaknya game Assassin’s Creed serta sejumlah seri Ubisoft lain yang mengadopsi elemen gameplay permainan ini, gamer mungkin tidak kesulitan untuk menebak pola penyajian permainan. Umumnya, peta game Assassin’s Creed dipenuhi legenda dan lokasi menarik – penyuguhan yang informatif tapi menghilangkan misteri serta mengurangi serunya berjelajah.

AC Odyssey 9

Untuk mengubah status quo tersebut, Ubisoft Quebec menghadirkan fitur bernama Exploration Mode. Mode ini dirancang buat memandu pemain menemui hal-hal menarik sendiri tanpa memperlakukan kita seperti anak kecil. Dengan memilih Exploration Mode, kita perlu mengikuti petunjuk saat mengerjakan suatu quest. Contohnya, lokasi hewan buruan yang Anda cari berada di sebelah utara Sacred Lands of Apollo, biasanya terlihat di daerah dataran tinggi.

AC Odyssey 16

Setelah tiba di tempat tersebut, pencarian dapat dipermudah dengan memanggil Ikaros – burung elang peliharaan yang bisa membantu Anda mengunci posisi musuh dan menemukan objek, termasuk apapun yang Anda cari. Penyajian dan pengendaliannya sangat identik dengan Senu milik Bayek. Buat saya pribadi, kehadirannya masih terasa seperti metode curang yang memberikan pemain keunggulan tanpa efek samping; menghilangkan efek kejutan dan serunya ketidakpasian.

AC Odyssey 11

Banyak gamer mungkin menyukai kemudahan ini, namun buat saya, fitur Ikaros terasa mengganjal. Bagaimana bisa Kassandra mengetahui apa yang dilihat peliharaannya terus-menerus?

 

Action role-playing

Mengombinasikan tradisi Assassin’s Creed sebagai permainan action-adventure bertema stealth dengan prinsip role-playing memang tidak mudah. Ada banyak yang harus dikompromi oleh Ubisoft Quebec melalui penyingkiran beberapa elemen.

AC Odyssey 4

Bersembunyi di tempat tinggi atau di tengah-tengah lebatnya semak pepohonan, membuat pengalihan perhatian, dan menyerang tiba-tiba tetap menjadi gameplay inti Odyssey. Namun objek-objek ‘persembunyian instan’ seperti lemari atau tumpukan daun pohon tak lagi ada atau dapat dimanfaatkan, menuntut Anda buat mengendap-endap dan menghindari arah pandang lawan secara natural.

Pemain veteran juga segera merasakan kontrasnya sistem pertempuran antara seri Assassin’s Creed klasik dengan Odyssey. Ketika Ezio di Assassin’s Creed II bisa mudah mengungguli lawan yang mengepungnya, Kassandra harus mengalahkan musuh secara cermat dan sistematis. Anda perlu mengesksekusi gerakan dengan sigap, mengetahui kapan perlu menangkis dan menghindar, serta menentukan apakah fokus ke satu lawan merupakan strategi jitu atau tidak. Hal tersebut pada dasarnya tidak sulit, namun jadi sangat menantang jika kita menghadapi lebih dari dua lawan sekaligus.

AC Odyssey 14

Kassandra juga tak cuma berhadapan dengan manusia. Ada banyak fauna berbahaya yang menghadang dalam petualangan di Odyssey: kawanan serigala bisa menjatuhkan Anda dari kuda, lalu upaya mengendap-endap bisa berubah menjadi perjuangan bertahan hidup jika ternyata kita masuk ke wilayah kekuasaan beruang. Dan seperti menghadapi musuh lain di Odyssey, perlu strategi khusus buat mengalahkan hewan-hewan ini.

Selain musuh-musuh ‘biasa’, Anda juga akan bertemu dengan makhluk-makhluk mitos Yunani Kuno. Kehadiran mereka bertolak belakang dari game-game Assassin’s Creed lawas yang ‘berkomitmen’ pada keakuratan sejarah. Tapi kita tahu, arahan Assassin’s Creed mulai berubah sejak Origins.

AC Odyssey 2

Elemen role-playing yang paling menonjol di Odyssey tentu saja adalah opsi dialog. Dengannya, Anda bisa membangun karakter utamanya buat jadi individu yang terhormat atau brutal, serta memilih untuk menyelamatkan atau mengakhiri nyawa. Apapun keputusan Anda, efek dan konsekuensinya akan selalu menanti.

AC Odyssey 200

 

A bit desynchronized

Sebagai metode progres karakter, Odyssey memberikan kita pilihan untuk mengembangkan tiga aspek – terbagi dalam kategori hunter, warrior dan assassin. Hunter berkaitan dengan panah-memanah dan serangan jarak jauh; warrior memengaruhi kemampuan Kassandra/Alexios dalam bertempur; lalu assassin berperan dalam efektivitas serangan secara sembunyi-sembunyi.

AC Odyssey 3

Menariknya, apapun pilihannya, Anda tetap bisa mengubah dan memodifikasi ‘skill tree‘ kapan pun dengan mudah. Poin yang ditaruh di sana dapat di-reset, sehingga memberikan kita kesempatan untuk bereksperimen tanpa harus mengulang sesi permainan atau mengeluarkan credit dalam game. Beberapa pilihan Anda akan membuka ‘skill aktif’. Bagi pemain baru, proses pemakaiannya mungkin butuh adaptasi karena memerlukan kombinasi beberapa tombol.

AC Odyssey 15

Pemakaian skill aktif akan mengonsumsi poin adrenalin, yang akan bertambah secara otomatis ketika Anda bersembunyi atau sukses menumbangkan lawan tanpa ketahuan. Gamer casual juga mungkin akan mengapresiasi sistem regenerasi health otomatis, bisa bertambah sendiri jika Kassandra berada di luar konflik. Itu artinya, Assassin’s Creed Odyssey ialah RPG tanpa sistem consumable serta potion.

AC Odyssey 18

Layaknya permainan open world role-playing modern, Assassin’s Creed Odyssey mempersilakan Anda menjelajahi kepulauan Mediterania dan melupakan ceritanya setelah Kassandra atau Alexios mendapatkan perahu trireme-nya, Adrestia. Sebagaimana perlengkapan dan persenjataan yang dimiliki sang tokoh utama, pemain dipersilakan untuk meng-upgrade Adrestia serta menyewa kru yang lebih berpengalaman.

AC Odyssey 8

Bagi saya, satu hal mengganjal dari kombinasi antara open world dan penyajian narasi video game tradisional ialah tidak relevannya aspek urgensi di cerita. Misalnya: seorang anak diculik bandit dan Kassandra harus menyelamatkannya, tapi ia tetap bisa mengerjakan tugas lain serta berbelanja senjata tanpa beban. Di situasi lain, seorang pria meminta Kassandra membebaskan kakaknya yang ditangkap perampok, dan saya baru melakukannya berhari-hari sesudahnya tanpa efek samping.

Beberapa tugas yang bisa diterima Kassandra memang punya batasan waktu, namun dampak negatif yang Anda peroleh jika melewatinya hanyalah kehilangan kesempatan untuk mendapatkan poin XP atau Orichalcum Ore – berguna buat membeli item-item langka/legendaris.

AC Odyssey 17

 

Verdict

Dijalankan dari sistem berprosesor Intel i7-6700HQ bersenjata kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1070, Assassin’s Creed Odyssey berjalan mulus di opsi ultra high 1080p, mampu mengamankan frame rate di atas 50 per detik. Odyssey merupakan salah satu game bergrafis paling cantik yang bisa Anda nikmati saat ini, dengan kualitas visual jauh di atas Red Dead Redemption 2 via PlayStation 4 Pro.

Berbicara soal desain game, Odyssey sesungguhnya tidak membutuhkan kepopuleran nama Assassin’s Creed untuk bersinar. Ia memang belum bisa disandingkan dengan RPG-RPG legendaris semisal The Witcher 3 atau Divinity Original Sin II, dan memang sejumlah elemen gameplay terasa sederhana. Tapi yang terpenting, Assassin’s Creed Odyssey sangat menyenangkan dan mudah dinikmati oleh siapa pun – baik mereka yang sudah lama mengikuti seri ini serta pendatang baru.

AC Odyssey 19

Permainan menyuguhkan konten yang begitu kaya, dan mungkin membuat pemula merasa kewalahan dan kehilangan fokus. Tapi saran saya, anggap saja semua hal di sana sebagai pilihan: Anda ingin menjelajahi daratan yang belum terjamah? Silakan. Mau jadi tentara bayaran paling disegani? Mengapa tidak. Berambisi menaklukkan lautan? Adrestia siap berlayar. Dan kapan pun Anda menghendakinya, cerita petualangan Kassandra dan Alexios siap dinikmati.

 

Sparks

  • Tidak rumit dan mudah dinikmati
  • Explorer Mode membuat gameplay Assassin’s Creed jadi lebih segar
  • Konten yang melimpah dipadu formula role-playing
  • Grafis sangat cantik

Slacks

  • Gameplay RPG-nya masih terasa sangat ringan dan kasual
  • Fans veteran mungkin tidak menyukai arahan baru ini
  • Ada microtransaction
  • Harga season pass sangat mahal

Mojang Umumkan Game Minecraft Baru, Kali Ini Sajikan Sensasi ala Diablo

Minecraft merupakan salah satu fenomena besar di sepanjang sejarah industri gaming. Kepopulerannya mendorong sang raksasa Microsoft untuk mengakusisinya, kemudian mencetus pengembangan franchise ini lebih jauh. Minecraft sempat diadopsi jadi game petualangan oleh Telltale Games, bahkan dijadikan platform pendidikan bertajuk Minecraft: Education Edition.

Demam Minecraft saat ini mungkin sudah mereda, digantikan oleh populernya permainan mobile dan battle royale, namun tampaknya Mojang masih melihat potensi besar tersimpan di franchise kreasi Markus Persson itu. Dalam acara Minecon Earth 2018, tim developer resmi mengumumkan Minecraft: Dungeons, yaitu spin-off Minecraft yang menjanjikan gameplay ala Diablo.

Mojang menjelaskan bahwa Minecraft: Dungeons terinspirasi dari game-game action adventure dungeon crawler klasik. Layaknya di judul-judul lawas tersebut, pemain dipersilakan buat mengumpulkan beragam senjata dan item-item baru buat membantu mereka menumpas gerombolan musuh yang kian banyak dan ganas. Dungeons akan membawa Anda ke lokasi berbeda, tak cuma ‘ruang bawah tanah’ saja, misalnya seperti daerah lembah serta rawa.

Lewat Dungeons, developer juga mencoba menonjolkan aspek kooperatif. Seperti Diablo, game anyar ini bisa dimainkan sendiri. Meski demikian, Minecraft: Dungeons akan lebih seru jika dinikmati bersama kawan. Mojang telah menyiapkan dukungan mode kooperatif empat pemain ‘dalam misi menyelamatkan penduduk desa serta mengalahkan Arch-Illager’.

Minecraft: Dungeons dikerjakan oleh tim kecil yang berlokasi di Stockholm, Swedia. Kabarnya, penggarapan permainan sudah dilakukan cukup lama dan tim susah payah untuk menjaga kerahasiaannya demi mengejutkan para fans.

Mojang memang belum mengungkap banyak detail terkait Minecraft: Dungeons, namun berdasarkan dari apa yang telah mereka singkap, game tetap menyuguhkan visual ‘blocky‘ khas Minecraft dipadu gameplay ala action-RPG, kemungkinan disajikan melalui perspektif kamera isometrik. Sejauh ini, Minecraft: Dungeons baru dikonfirmasi untuk meluncur di PC tahun depan, dan Mojang belum menyebutkan tanggal perilisannya secara spesifik. Tapi tentu masih ada peluang bagi permainan buat dilepas di console atau bahkan mobile, terutama jika versi PC-nya sukses.

Informasi menarik lainnya adalah, Minecraft: Dungeons bukanlah satu-satunya spin-off yang jadi fokus developer. Mojang juga menginformasikan bahwa timnya tengah mengembangkan beberapa proyek Minecraft standalone dengan pendekatan genre berbeda untuk memperluas jagat fiksinya. Game-game tersebut tidak dimaksudkan sebagai sekuel, dan itu berarti kita boleh mencoret ‘Minecraft 2’ dari daftar ‘upcoming‘.

Sumber: Minecraft.net.