Daniel Tumiwa Dirikan Adsvokat, Startup Adtech dengan Skema Online-to-Offline

Nama Daniel Tumiwa sudah tidak asing lagi di dunia startup Indonesia. Sempat menjabat sebagai CEO OLX Indonesia, akhir bulan Mei 2017 lalu Daniel hengkang dari platform iklan baris tersebut. Kini Daniel membangun sebuah startup baru yang menyasar sektor teknologi periklanan, Adsvokat.

Kepada DailySocial, Daniel mengungkapkan alasan dibalik didirikannya Adsvokat, model bisnis yang dimiliki, dan skema O2O (online-to-offline) bagi dunia periklanan di Indonesia.

Sempat kapok membangun startup

Sebelumnya, sekitar tahun 2008, Daniel sempat membangun startup yang menyasar industri musik. Namun setelah berjalan selama dua tahun, ia tidak bisa membawa perusahaan ke pertumbuhan yang baik dan harus gulung tikar. Pengalaman buruk tersebut yang membuat Daniel enggan untuk membangun startup kembali dan memilih bekerja di perusahaan yang lebih mapan, di antaranya PT Djarum, Multiply, Garuda Indonesia, lalu ke OLX Indonesia.

“Usai saya keluar dari OLX Indonesia, ada beberapa perusahaan yang menawarkan saya untuk bergabung bersama mereka. Namun setelah melakukan diskusi dengan keluarga, saya akhirnya memutuskan untuk membangun startup lagi,” kata Daniel.

Di tahun 2018 ini Daniel melihat, masyarakat Indonesia sudah cukup “mature” menerima perubahan teknologi dan makin semaraknya skema sharing economy yang sukses diperkenalkan Go-Jek. Memanfaatkan teknologi, Go-Jek tidak hanya memberikan lapangan pekerjaan baru bagi mitra pengemudi, namun juga kebiasaan baru menggunakan smartphone untuk berbagai kebutuhan.

“Saat ini inovasi, yang sebelumnya sulit untuk dikembangkan, menjadi mungkin dengan kehadiran teknologi, sekaligus kesiapan masyarakat yang tentunya menjadi target pasar,” kata Daniel.

Inspirasi dari lingkungan sekitar

Melihat tren dan perkembangan di ibukota, Daniel mendapatkan inspirasi mengembangkan memberdayakan medium tradisional dengan memanfaatkan teknologi. Lahirlah ide Adsvokat yang memanfaatkan teknologi dan kebiasaan masyarakat saat ini.

“Penambahan huruf ‘s’ sendiri sengaja kami sematkan untuk mempertegas posisi kami yang menyasar sektor advertising [ads]. Adsvokat ingin mengangkat advertising tradisional ke media digital,” kata Daniel

Berbeda dengan layanan yang dihadirkan perusahaan atau startup adtech yang ada saat ini, Adsvokat justru memanfaatkan peluang offline yang mulai ditinggalkan perusahaan adtech. Kebanyakan saat ini fokus ke segmen digital.

“Cara ini mulai ditinggalkan karena semua perhatian sekarang ke digital, padahal medium advertising tradisional dari dulu hingga ke depannya masih efektif. Salah satu alasan ditinggalkannya cara-cara offline karena belum ada pengukurnya, saya percaya saat ini teknologi memungkinkan untuk mengukur cara ini,” kata Daniel

Memanfaatkan medium tradisional seperti stiker di mobil, helm, kaos, luggage tag, di balik laptop, bahkan di belakang smartphone, Adsvokat ingin mengajak kalangan millennial mempromosikan brand yang disukai secara sukarela dengan rewards berupa penghasilan tambahan.

Pemanfaatan selfie dan penerapan gamification

Secara khusus Adsvokat menyaring ambassador Adsvokat dari kalangan mahasiswa. Nantinya, untuk memperluas kampanye yang ada, ambassador tersebut diminta untuk mengajak 10 orang temannya untuk ikut mempromosikan brand yang dipilih.

“Jadi siapa pun bisa memilih brand yang disuka, kemudian bisa mengadvokasi brand melalui medium pilihan mereka. Sepuluh orang memberikan komentar positif untuk brand tentunya akan menjadi berharga,” kata Daniel.

Cara kerjanya terbilang mudah. Usai melakukan pendaftaran, pengguna diminta memilih kampanye iklan yang masih berjalan di aplikasi Adsvokat. Jika profil pengguna tersebut disetujui, ia bisa memilih jenis medium yang ingin dipromosikan. Lakukan foto selfie sebagai pengukur keberhasilan kampanye tersebut pada setiap pengguna.

“Melalui cara selfie ini nantinya proses pengukuran impresi dari kampanye tersebut didapatkan. Cara yang sangat mudah namun terbilang efektif untuk menjalankan kampanye promosi secara offline,” ujarnya.

Selfie diklaim bisa mengukur impresi, misalnya promosi melalui stiker helm yang ditentukan berdasarkan waktu hingga lokasi. Semua bisa dihasilkan impresinya untuk penentuan rewards.

Dengan metode ini, Daniel mengklaim brand akan memiliki channel yang jelas, bisa diukur, dan memiliki relasi langsung dengan konsumen. Diharapkan hal ini bisa dimanfaatkan menyuarakan kebaikan brand dengan memanfaatkan ambassador Adsvokat.

Jika ambassador tersebut telah mampu menjalankan tugasnya selama 3 bulan dengan beberapa brand, ia akan mendapatkan “kenaikan pangkat” dan berhak untuk mengikuti Adsvokat Youth Conference. Dalam kegiatan ini ambassador akan mendapatkan pengetahuan seputar cara tepat membangun bisnis, digital marketing, dan pengetahuan lainnya langsung dari pakarnya.

“Di sinilah korporasi bisa terlibat langsung untuk memberikan peluang kepada ambassador dari Adsvokat mendapatkan pengetahuan seputar brand, bahkan merekrut tenaga magang dari ambassador Adsvokat tersebut,” kata Daniel.

Untuk menambah jumlah poin, ambassador tersebut juga bisa menikmati gamification berupa tugas-tugas yang harus diikuti dengan pendekatan permainan ala Pokemon Go.

Skema O2O

Dengan model bisnis yang terbilang sangat sederhana namun diklaim mampu memberikan hasil pengukuran yang akurat, Adsvokat diharapkan bisa menjadi tolar ukur penerapan skema O2O bagi sektor periklanan di Indonesia. Saat ini, menurut Daniel, belum ada startup atau platform adtech yang menerapkan cara ini.

“Setelah melakukan pertemuan dengan investor dan pelaku adtech di Indonesia, saya belum melihat ada yang menerapkan cara ini. Model bisnis ini merupakan jalur baru tersendiri yang diharapkan bisa membuka peluang offline di dunia adtech, sesuai dengan standarisasi, impresi dan berapa bayak yang dihasilkan untuk pajak iklan,” kata Daniel.

Application Information Will Show Up Here

Mengenal AyoSlide, Aplikasi Lock Screen yang Tawarkan Reward bagi Penggunanya

Banyaknya pengguna perangkat mobile membuka peluang untuk beriklan langsung ke genggaman masyarakat. Tidak sedikit aplikasi yang menjembatani hal ini. Membantu para pengiklan untuk hadir di langsung di perangkat mobile masyarakat. Salah satunya adalah AyoSlide. Aplikasi yang memungkinkan penempatan iklan di lock screen penggunanya dan menawarkan reward berupa pulsa, baik listrik maupun operator seluler, dan voucher game bagi semua orang yang memasang AyoSlide di perangkat mobile mereka.

Founder dan CEO Rizki Fitriana Sari kepada DailySocial mengungkapkan bahwa AyoSlide mencoba membantu para pengguna mereka untuk me-monetize perangkat mobile mereka dengan memanfaatkan waktu luang dengan cara yang mudah dan sederhana.

Dari segi bisnis, AyoSlide memiliki misi untuk bisa membantu para pengiklan mengkomunikasikan produk mereka langsung ke layar perangkat mobile pengguna. Tak hanya itu, AyoSlide juga menawarkan bantuan untuk mengoptimalkan setiap kampanye yang dijalankan dengan sistem targeting user yang dilengkapi pelaporan sehingga kampanye yang dijalankan dapat terukur dengan data yang akurat.

“Ayoslide menawarkan keuntungan men-download aplikasi kami. Pengguna akan mendapatkan informasi dan penawaran terbaru melalui lock screen mereka tanpa click bait dan false ads. Pengguna dapat berpartisipasi dalam penawaran dengan menggeser layar ke kiri, namun juga dapat membuka lock screen seperti biasa hanya dengan menggeser ke kanan,” terang Rizki.

AyoSlide hadir sejak tahun lalu, tapi aplikasi Android mereka baru resmi dirilis pada April tahun ini. AyoSlide juga tergabung dalam Ideabox Alpha Accelerator Program yang diselenggarakan oleh Indosat Ooredoo, Kejora Ventures, dan Mountain Partner.

Sejauh ini AyoSlide mencoba menjaring banyak pengiklan untuk masuk ke dalam layanan AyoSlide. AyoSlide membuka layanan untuk membantu siapa pun yang memiliki produk untuk diiklankan baik produk riil atau digital, selama produk tersebut tidak menggandung SARA dan pornografi.

Hampir dua bulan dirilis, pengguna AyoSlide sekarang didominasi pengguna dari pulau Jawa dengan rata-rata usia 15 – 34 tahun. Tahun ini AyoSlide berusaha membantu pengiklan menampilkan iklannya ke satu juta pengguna AyoSlide

Application Information Will Show Up Here

Platform Iklan Video SpotX Resmi Meluncur di Indonesia

Penetrasi pengguna internet di Indonesia yang terus tumbuh sehingga pangsa pasar iklan digital makin menjanjikan, membuat platform iklan video SpotX yang berbasis di Colorado, Amerika Serikat, resmikan kehadirannya di Indonesia. SpotX pun menunjukkan komitmennya dengan menempatkan tim lokal.

SpotX didirikan pada 2007 dan memiliki lebih dari 350 karyawan di seluruh dunia. Kantor perwakilan SpotX di kawasan Asia Pasifik, di antaranya terletak di Singapura, Jepang, Tiongkok, Vietnam, Thailand, dan Filipina.

SpotX memberi layanan kepada pemilik media (publisher) sebagai sasaran klien utama untuk monetisasi inventaris iklan video. Setelah pemilik media mengintegrasikan situs mereka dengan platform SpotX akan tersedia iklan-iklan dari para pengiklan yang ditampilkan dalam dua bentuk, in stream dan in content.

Pemilik media dan pengiklan diberi kontrol penuh untuk setiap monetisasi konten iklan video mereka. Mereka juga dapat menerima transparansi dan insight yang dibutuhkan saat mengatasi kecurangan dalam beriklan, serta permasalahan mengenai kualitas di pasar.

Di pasar global, diklaim saat ini SpotX telah menangani lebih dari 9 miliar permintaan iklan per hari, mencapai 600 juta lebih unique visit setiap bulan dan memberi impresi di lebih dari 190 negara.

“Industri iklan video di Indonesia sangat siap untuk mengalami ledakan pertumbuhan, namun hal tersebut masih ditahan oleh isu kontrol kualitas dan kurangnya transparansi. SpotX diharapkan dapat membantu para pengiklan dan pemilik media untuk menggaet target konsumennya dan secara perlahan menambah porsi belanja iklannya ke digital,” terang VP International dan Current Interim MD SpotX JAPAC Alex Merwin, Kamis (4/5).

Peluang dan tantangan iklan video

Berbicara potensi iklan video di Indonesia, menurut Director of Demand Facilitation SpotX Indonesia Ade Parulian S, dari penetrasi pengguna internet yang terus bertambah menjadikan potensi iklan video makin menjanjikan.

Hanya saja, belum ada platform yang memberikan akses kepada pemilik media untuk mengukur keefektifan iklan video. Pada akhirnya, berdampak pada potensi tindakan curang dalam menghadirkan total views.

Namun di sisi lain, anggaran belanja iklan digital di Indonesia semakin lama porsinya makin meningkat. Ade mengatakan sejak tiga tahun lalu porsi iklan belanja digital sekitar 2%-5%. Kemudian, pada tahun lalu meningkat jadi 5%-7% dan diperkirakan tahun ini jadi 10%-12%.

“Meningkatnya porsi anggaran belanja digital memperlihatkan pengiklan mulai aware dengan efektivitasnya. Sekarang ini mereka mulai memainkan budget anggarannya dari tv konvensional ke digital,” kata Ade.

Saat ini SpotX sudah bekerja sama dengan beberapa pemilik media besar di Indonesia, di antaranya Kapan Lagi Network, KMK Online, Kompas, Liputan 6. Ditargetkan tahun ini setidaknya SpotX dapat menggaet tambahan lima media besar lainnya.

Bidik Pengguna Baru, Platform Iklan Seluler Cashtree Lakukan Peluncuran Ulang

Menginjak usia ke-2 beroperasi di Indonesia, platform iklan seluler Cashtree melakukan inisiatif peluncuran ulang layanannya dengan tampilan yang lebih segar dengan penambahan beberapa fitur baru. Harapannya strategi ini dapat mendongkrak pengguna dan perusahaan pengiklan baru.

Cashtree adalah platform iklan ponsel yang mengubah lock screen ponsel menjadi billboard untuk iklan dan konten berita. Pengguna Cashtree mendapat keuntungan berupa poin yang dapat dikumpulkan dan ditukar dengan pulsa hingga Rp40.000 tiap bulannya. Layanan ini membuka peluang bagi pengiklan untuk menjangkau target konsumen menjadi lebih efektif dan efisien.

Cashtree sudah diluncurkan sejak November 2015. Jumlah basis penggunanya telah mencapai 7 juta orang dengan pengiklan sebanyak 97 perusahaan per tahun lalu. Meliputi agen iklan, media online, media sosial, e-commerce, pasar online, aplikasi games, fintech, penjual ritel, hingga operator telekomunikasi.

Untuk peluncuran ulangnya, Cashtree memperkenalkan model bisnis tambahan yang dapat memberi keuntungan bagi pengguna dan pengiklan. Pertama, online to offline, sebuah pop-up iklan offline berbasis lokasi dengan notifikasi yang dapat dengan mudah di-klik. Diharapkan fitur ini memberikan nilai tambah bagi pengiklan daripada sekedar iklan berbentuk teks SMS.

Kedua, fitur referral berupa iklan viral yang merupakan sebuah mesin yang dapat menjangkau lebih banyak pengguna dan memberi lebih banyak manfaat. Fitur ini terinspirasi dari model pemasaran dari mulut ke mulut.

Terakhir, fitur permainan yang menarik dan menyenangkan dengan tujuan konsumen tetap setia menggunakan aplikasi Cashtree.

Fitur tersebut membuat mesin Cashtree dari front end sampai back end jadi lebih cepat, terutama untuk pengguna yang mengalami gangguan internet. Cashtree akan terus mengembangan mesinnya tersebut dengan teknologi mutakhir untuk mempelajari penggunanya berdasarkan jenis kelamin, usia, lokasi, kebiasaan, dan tipe perangkat.

“Cashtree telah dilengkapi dengan mesin baru pada back end dan front end. Kami memperkenalkan mesin baru yang dapat memberikan layanan tambahan, sehingga kami dapat selangkah lebih maju menuju visi Cashtree,” terang Chief Business Officer Cashtree Seyoung Jung.

Cashtree Launching - Seyoung Jung, CBO Cashtree / Cashtree
Cashtree Launching – Seyoung Jung, CBO Cashtree / Cashtree

Seyoung melanjutkan, iklan lock screen ponsel merupakan konsep baru bagi para pengiklan di Indonesia. Dengan sistem iklan Cashtree yang kompeten, khususnya untuk sistem iklan yang berbasis performa, diharapkan Cashtree dapat meningkatkan kinerja para pengiklan karena format iklan yang ditampilan disesuaikan dengan kebiasaan target pasar.

Khusus untuk pengiklan, Cashtree diklaim memiliki kemampuan memicu para penggunanya untuk melakukan berbagai kegiatan, seperti mengunduh aplikasi, menonton video secara keseluruhan, mendaftar untuk layanan, mengisi survei, bahkan mencoba suatu permainan.

“Cashtree tidak hanya memberi keuntungan bagi pelaku industri periklanan seluler, namun jangkauannya dapat meluas ke seluruh pelaku dalam ekosistem seluler. Sebab kami memainkan peran strategis di sana. Cashtree akan terus menambah jumlah pengiklan baru agar model bisnis ini terus berkelanjutan,” pungkasnya.

Path Gandeng Adplus untuk Pemasaran Inventori Iklan

Layanan media sosial Path menggandeng Adplus sebagai mitra eksklusif untuk pemasaran inventori iklan di platform-nya. Penunjukkan ini disebutkan karena pengalaman Adplus di sektor periklanan digital. Yang menarik, Adplus dan Path kini sama-sama dimiliki perusahaan Korea Selatan. Path diakuisisi Kakao, sementara Adplus oleh Yello Mobile.

Tidak mudah memang bagi perusahaan media sosial untuk mendulang iklan di tengah dominasi Facebook dan Google. Twitter saja keteteran dalam persaingan ini. Path berusaha memanfaatkan keunggulannya di sisi engagement sebagai media sosial tertutup, khususnya untuk konsumen Indonesia. Indonesia kini memiliki jumlah pengguna Path terbesar di dunia dengan jumlah pengguna di Indonesia lebih dari 10 juta.

Sebelumnya Path meluncurkan platform periklanan Path Track, tapi kemitraan dengan Adplus menunjukkan mereka membutuhkan bantuan agensi digital di sektor ini.

Selain melalui iklan, sumber monetisasi Path adalah penjualan gimmick digital dalam bentuk filter foto dan stiker. Meskipun populer, pendapatan digital Path belum signifikan. Berdasarkan data Top Grossing App Store di Indonesia, Path hanya berada di posisi ke-99, sangat jauh jika dibandingkan LINE dan Bigo Live.

Application Information Will Show Up Here

Facebook, Bukalapak Launch Advertising Service

Aiming to support local micro, small and medium enterprises (MSMEs), Facebook and online marketplace Bukalapak have teamed up to launch an advertising service called BukaIklan.

This new service has attracted 200 subscribers within a month, mostly from the fashion and automotive industries.

“Currently, Bukalapak has a total of one million sellers, nine million users and 70 products. The partnership aims to optimize local MSMEs’ sales and marketing,” said Bukalapak COO Willix Halim.

BukaIklan works similarly to Facebook ads. Depending on their budget, users can subscribe to services costing between Rp 250,000 (US$18.44) and Rp 2,500,000. Before subscribing, however, users need to ensure they have adequate funds in the e-commerce’s e-wallet service BukaDompet.

The advertisements will be automatically shown in Facebook’s newsfeed, based on the budget set by BukaIklan users. Facebook users will be able to see the ad details in the product’s page. BukaIklan’s subscribers can check the promotion activity through a dashboard provided by Bukalapak.

For each subscriber in BukaIklan, Bukalapak will obtain a 10 percent management fee until December. From December onwards, the share will increase to 20 percent.

“We realize that local customers have frequently purchased products from their mobile devices. BukaIklan aims to create a new opportunity for MSMEs,” said Facebook Indonesia SMB market development head Waizly Darwin.

Bukalapak is targeting to attract 88 million Facebook users through this collaboration. In the future, if there’s a significant contribution from BukaIklan, the online store plans to expand the partnership with other advertising channels or brands.


Disclosure: The original article is in Indonesian and syndicated in English by The Jakarta Post

Path Track, Jalan Monetisasi Baru Media Sosial Path

Seminggu yang lalu, 20 Oktober 2016, Path meluncurkan advertising platform bernama Track yang memungkinkan brand untuk memasang iklan dan tampil di timeline pengguna Path. Meski meluncur dalam senyap dan bisa dikatakan terlambat, namun Path optimis Track bisa diterima di tengah masyarakat, terutama di Indonesia yang menjadi pasar paling penting bagi Path.

Path lahir dari tangan Shawn Fanning dan Dave Morin pada 2010 dan sempat menjadi hype di Sillicon Valley karena mengedepankan nilai-nilai “simplicity, quality, dan privacy”. Seiring berjalannya waktu, Path ternyata tak begitu diterima di rumahnya sendiri dan sambutan hangat justru datang dari negeri yang jauh dari rumah, yaitu Indonesia. Hal ini pula yang menjadi salah satu alasan Path menerima pinangan Daum Kakao pada tahun lalu dan Dave pun mulai fokus dengan lembaran barunya.

[Baca juga: Apa Itu Path, Sejarah dan Fitur-fitur Utamanya?]

Pun begitu, tidak ada banyak perubahan yang berarti setelah hampir satu tahun Path menerima pinangan Daum. Memang ada beberapa pembaruan dari sisi tampilan dan fitur, tapi di luar Path Premium dan berjualan item virtual secara eceran, praktis belum ada inovasi monetisasi yang baru. Akhirnya pertengahan Oktober kemarin Path memutuskan untuk meluncurkan secara resmi ads platform mereka yang bernama Track.

Screenshot sponsored content di Path / DailySocial
Screenshot sponsored content di Path / DailySocial

Perkara memonetisasi layanan Path melalui iklan sebenarnya bukan barang baru. Ketika Dave masih menakhodai Path, dia menyatakan kemungkinan untuk mendapat revenue dari iklan memang ada. Meskipun demikian, Dave menegaskan bahwa iklan tersebut harus dapat terpasang dengan pas dalam etos jaringan pengguna yang berarti konten iklan harus berkaitan dengan konten pengguna atau menggunakan model opt-in.

[Baca juga: Pelajaran yang Dapat Dipetik dari Pengakuisisian Path]

Dalam keterangan yang kami terima, pihak Path sendiri mengakui bahwa ada banyak orang yang concern terhadap iklan yang akan tampil. Namun, mereka berjanji untuk tetap memberikan pengalaman terbaik dalam penggunaan Path dengan menampilkan iklan layaknya posting-an teman dalam jaringan.

Pada kenyataannya, sejauh ini memang seperti itu. Iklan yang tampil dalam Path termasuk dalam model native ads – tampil tersamar layaknya konten umum. Dari sisi UI/UX tidak jauh berbeda dengan Instagram Ads, Twitter Ads, atau Facebook Ads. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah konsep iklan Path ini akan bekerja dengan baik memberikan pendapatan signifikan bagi perusahaan?

Saya memang tidak bisa memberikan jawaban pasti, seperti “ya” atau “tidak, karena masa depan itu dinamis dan selalu berubah. Namun jika dilihat dari sisi potensi, kemungkinan itu ada – terutama untuk pasar Indonesia.

Dalam survei terbaru yang diterbitkan JakPat tentang tren media sosial di Indonesia, Path mampu keluar sebagai salah satu media sosial populer di tanah air. Ia menempati posisi empat dengan persentase 26 persen, tidak terpaut jauh dari Twitter yang ada di posisi tiga dengan persentase 28 persen.

Di sisi lain, Path sendiri mengklaim saat ini pihaknya memiliki 10 juta pengguna aktif di Indonesia yang terdiri dari profesional muda perkotaan dengan kecenderungan konsumsi yang tinggi. Sebagian besar penggunanya pun (59%) berada di usia 20-an.

Statistik pengguna Path di Indonesia / Path
Statistik pengguna Path di Indonesia / Path

Jangkauan segmen konsumen yang luas dan memiliki kemampuan untuk menjadi platform rekomendasi yang kuat bagi jaringan pertemanan untuk berbagi selera yang asli inilah yang menjadi salah satu alasan Path untuk meluncurkan Track.

Sejauh ini, yang saya rasakan Path adalah platform media sosial yang sangat tertutup dan terbatas untuk kenalan dekat saja. Alasanya sederhana, bila di media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter pengguna bisa mengikuti akun official suatu brand dan bisa menjadi referensi mesin untuk menampilkan iklan, di Path ceritanya akan lain.

Tidak ada akun official dari suatu brand yang dapat diikuti pengguna di Path. Jadi, pertanyaan mengenai bagaimana iklan akan tepat sasaran pun masih menggantung di kepala.

Terlepas dari keraguan yang ada, potensi ads platform dalam media sosial memang menggiurkan. Dalam survei beberapa waktu lalu, terbukti iklan Facebook dan Instagram mampu memberikan dampak yang signifikan mendorong keputusan penggunanya untuk berbelanja online.

Path sendiri menggantungkan harapannya ke Track sebagai jalan baru dalam memonetisasi layanan agar bisa financially-sustainable di masa depan. Pun demikian, pelaksanaannya tetap menjaga nilai-nilai inti Path agar bisa terus tumbuh beriringan bersama pengguna dan rekan bisnisnya.

Application Information Will Show Up Here

 

Adplus dan Wisebirds Kolaborasi Tawarkan Platform Adwitt untuk Beriklan di Facebook

Adplus dan Wisebirds Tawarkan Platform Adwitt untuk Beriklan di Facebook / Shutterstock

Sebagai tindak lanjut akuisisi Yello Mobile Korea Selatan terhadap Adplus, Adplus mengumumkan kerja samanya dengan Wisebirds, yang juga adalah anak perusahaan Yello Mobile, untuk menawarkan platform Adwitt untuk solusi beriklan di Facebook. Wisebirds adalah salah satu Facebook Marketing Partner yang paling dikenal di Korea Selatan.

Continue reading Adplus dan Wisebirds Kolaborasi Tawarkan Platform Adwitt untuk Beriklan di Facebook

Adskom Buka Kantor di Silicon Valley untuk Kembangkan Teknologi Terdepan

004

Adskom, perusahaan penyedia platform digital advertising Supply Side Platform (SSP), dan Data Management Platform (DMP), mengumumkan melalui siaran persnya tentang pembukaan kantor di Palo Alto, Amerika Serikat. Kantor  Adskom di AS akan berfungsi sebagai laboratorium utama bagi pengembangan teknologi, terutama aspek penciptaan formula logaritma dan serta pengembangan arsitektur teknis. David Lu. mantan senior engineer Yahoo, didapuk sebagai Managing Director Adskom di Amerika Serikat.

Continue reading Adskom Buka Kantor di Silicon Valley untuk Kembangkan Teknologi Terdepan