Apa Itu Iklan? Pengertian, Jenis, Fungsi, dan Media yang Digunakan

Istilah iklan mungkin sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat umum. Iklan sering muncul di berbagai media baik itu televisi, radio, koran, majalah, media online, baliho jalan raya.

Apa Itu Iklan?

Definisi iklan adalah pesan yang tujuannya untuk menyajikan produk kepada publik pada platform media tertentu. Iklan adalah alat penting dalam proses pemasaran. Dalam praktiknya, periklanan menjadi bagian dari promosi pemasaran.

Seiring berkembangnya zaman ke arah yang lebih digital, terjadi perubahan dalam bentuk iklan yang lebih variatif. Misalnya, kamu dapat menemukan berbagai iklan di media sosial atau di papan reklame yang membuat iklan. Semua itu memiliki tujuan objektif, yaitu bagaimana masyarakat/audiens menjadi sadar akan iklan tersebut dan tertarik untuk membeli produk yang ditawarkan.

Selain iklan, ada proses promosi, yang mengacu pada biaya yang harus dialokasikan kepada sponsor dalam bentuk ide dan produk untuk mempromosikan tujuan. Iklan harus bersifat persuasif agar masyarakat tertarik untuk membeli produk yang ditawarkan melalui berbagai cara.

Supriyanto, dalam bukunya Meraih Untung dari Cetak Spanduk Reklame, mengatakan bahwa iklan adalah promosi barang, jasa, usaha dan gagasan yang sponsornya harus membayar sejumlah tertentu. Siapa sponsornya? Sponsor adalah perusahaan tertentu yang menjadi pelanggan.

Jenis Iklan

Iklan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu iklan komersial dan iklan nonkomersial.

1. Iklan Komersial

Tujuan dari iklan jenis ini adalah untuk menyasar orang-orang yang ingin membeli atau menggunakan layanan yang diiklankan.

2. Iklan Non Komersial

Iklan ini ditujukan kepada masyarakat untuk memberikan informasi, edukasi, himbauan dan sosialisasi program.

Sementara itu iklan juga dibagi menurut media menjadi iklan cetak dan iklan elektronik.

1. Iklan Media Cetak

Iklan ini dibuat dalam bentuk cetak. Iklan jenis ini banyak dijumpai di koran, majalah, poster, baliho, stiker, dll.

2. Iklan Media Elektronik

Iklan ini menggunakan media elektronik seperti televisi, radio atau media sosial untuk pemasarannya. Selain itu, iklan dapat berupa iklan cetak, iklan kolom, iklan kolom, dan iklan display.

Fungsi Iklan

Dari beberapa poin di atas dapat disimpulkan bahwa makna iklan selalu berkaitan dengan promosi suatu produk (barang dan jasa) kepada masyarakat. Tapi apa fungsi objektif dari iklan yang dipromosikan secara besar-besaran?

• Memberikan informasi kepada target konsumen

• Mendorong masyarakat untuk membeli produk yang ditawarkan

• Mempertahankan memori konsumen dan mengingat produk tertentu

• Membawa nilai pada produk yang dipasarkan

• Menjadi sarana bantuan daripada upaya lain perusahaan

Media untuk Mempromosikan Iklan

Media merupakan elemen penting dalam periklanan. Mengapa? Karena media merupakan wahana untuk mempromosikan dan memasarkan suatu produk atau kampanye sosial. Berikut adalah empat media periklanan:

• Media cetak, seperti koran dan majalah

• Media elektronik, seperti radio dan televisi

• Media interaktif, seperti internet yang platformnya ada media sosial

• Media alternatif, seperti iklan di video, iklan di rambu-rambu lalu lintas, dan iklan di tempat umum lain

Singkatnya, iklan adalah media yang digunakan untuk mempromosikan produk, layanan, atau target masyarakat umum.

Mengenal Google Adwords, Layanan Iklan Digital untuk Bisnis Anda

Metode periklanan digital banyak diminati di tengah maraknya digitalisasi bisnis. Hal itu sejalan dengan meningkatnya jumlah pengguna internet, media sosial dan konsumen yang berbelanja melalui platform secara online.

Google Adwords atau biasa dikenal dengan istilah Google Ads merupakan salah satu layanan iklan digital yang dapat digunakan oleh berbagai kategori usaha, mulai dari usaha skala kecil hingga skala besar.

Tidak hanya untuk meningkatkan penjualan, Google Ads bisa dimanfaatkan untuk beragam tujuan dan Anda dapat menentukan sendiri tujuan iklan tersebut pada saat pendaftaran Ads. Simak pembahasan dibawah ini untuk mengenal Google Ads lebih mendalam.

Mengenal Google Adwords

Google Adwords atau Google Ads merupakan bentuk layanan periklanan online Google. Google Ads biasa digunakan para sektor usaha untuk mempromosikan bisnisnya dengan menjangkau lebih banyak target konsumen potensial secara online, tidak terbatas jarak dan waktu seperti iklan fisik.

Layanan Google Ads merupakan layanan iklan yang tersegmentasi, Anda dapat menentukan target penerima iklan sesuai dengan target konsumen dari produk atau layanan Anda. Dengan begitu iklan akan menjangkau orang-orang yang tepat dan sesuai dengan target konsumen Anda.

Pengelolaannya yang dilakukan secara online juga akan memudahkan Anda untuk membuat atau melakukan perubahan iklan kapanpun, termasuk konten iklan, pengaturan segmentasi, maupun anggaran yang Anda keluarkan untuk iklan tersebut.

Google Ads menawarkan kemudahan dimana Anda dapat menentukan sendiri tempat iklan muncul dan mengatur pengeluaran iklan sesuai anggaran yang Anda miliki, tentunya hal itu akan berpengaruh terhadap jangkauan yang akan Anda dapatkan. Laporan hasil dari Google Ads akan membantu Anda untuk mengukur pengaruh dan keberhasilan dari iklan.

Manfaat dan kegunaan Google Adwords

  • Membantu meningkatkan penjualan produk atau layanan dengan mencantumkan link online store Anda
  • Meningkatkan brand awareness
  • Meningkatkan traffic ke situs dengan cara mencantumkan tautan atau link website pada iklan
  • Meningkatkan kunjungan toko dengan cara mencantumkan alamat perusahaan pada iklan

Keuntungan menggunakan Google Ads

  • Mencapai target konsumen yang spesifik

Pengiklan dapat memilih target iklan secara spesifik seperti usia target yang ingin dijangkau, minat mereka, lokasi, serta bahasa. Pengiklan juga dapat memilih jenis situs dimana iklan akan ditampilan dan mengatur jadwal tayang iklan.

Selain itu, pengiklan dapat menentukan kata kunci yang akan membantu iklan untuk mencapai targetnya sehingga iklan akan muncul kepada orang yang menelusuri kata kunci tersebut. Dengan begitu, iklan akan menjangkau target yang spesifik sesuai dengan target konsumen dari produk atau layanan Anda.

  • Mencapai target pemasaran

Pengiklan dapat mengatur target atau tujuan dari iklan dengan memanfaatkan fitur yang disediakan oleh Google Ads. Google Ads memiliki fitur tombol telepon untuk mengarahkan penonton iklan melakukan panggilan dengan produk atau layanan yang diiklankan, fitur iklan format video yang akan memungkinkan Anda memamerkan produk atau layanan dalam format video, fitur download aplikasi jika tujuan iklan Anda adalah agar pelanggan mengunduh aplikasi, dan fitur link yang akan mengarahkan pelanggan menuju situs web sehingga akan menaikkan traffic web Anda.

  • Anggaran atau budget dapat disesuaikan

Pengiklan dapat mengatur iklan sesuai dengan anggaran yang dimiliki. Meski begitu, iklan akan tetap bisa menjangkau target konsumen yang spesifik, hanya saja anggaran ini akan berpengaruh pada jangkauan yang didapatkan.

Google Ads juga memungkinkan pengiklan untuk membayar sesuai hasil, dimana pengiklan hanya membayar ketika penonton iklan berinteraksi dengan iklan yang disajikan, seperti mengklik tautan/link atau menonton video iklan sampai selesai.

  • Memperluas pasar dan menjangkau lebih banyak target konsumen potensial

Bagi Anda yang ingin memperluas pasar secara online, maka Google Ads adalah jawabannya. Melalui layanan iklan digital Google Ads memungkinkan Anda menjangkau lebih banyak target konsumen potensial sehingga akan memperluas pasar Anda.

  • Terkoneksi dengan seluruh platfrom

Melalui Google Ads, Anda dapat terhubung dengan seluruh pelanggan potensial di berbagai platform, mulai dari komputer, seluler, maupun aplikasi.

  • Dapat mengukur performa iklan

Beriklan dengan Google Ads akan memudahkan Anda untuk mengukur performa iklan karena Google Ads menyediakan laporan hasil iklan. Melalui data tersebut, Anda dapat melihat apakah iklan Anda memiliki performa yang baik atau tidak. Jika tidak, Anda juga memiliki opsi untuk melakukan perubahan pengaturan iklan dengan mudah di Google Ads.

Super-App Gencar Eksplorasi Bisnis “Adtech”

Pemilik platform super-app di Indonesia semakin gencar mendalami bisnis advertising technology atau adtech. Setelah Gojek, Tokopedia, dan Grab, kini Traveloka juga menghadirkan layanan serupa dengan nama Traveloka Ads.

Dipantau dari situs resminya, Traveloka Ads menawarkan layanan iklan bagi targeted audience dengan pilihan slot beragam dan biaya yang fleksibel. Brand dapat membidik audiens berdasarkan sejumlah kriteria, seperti kawasan/kota, aktivitas terkini, level pengguna, produk yang dibeli, dan metode pembayaran.

Traveloka Ads juga menghadirkan berbagai pilihan slot placement mulai dari halaman utama aplikasi, m-web, dan desktop; halaman pembayaran, points, dan promo; serta live stream.

Layanan Traveloka Ads juga diklaim telah membuahkan hasil optimal bagi pengiklan/pemilik brand. Klien perbankan tercatat mendapatkan 13 juta impresi dari lima slot iklan kartu kredit selama tiga bulan. Kemudian, klien video on-demand juga mengantongi 1,2 juta impresi dan 1.000 daily visit dari tiga slot iklan aplikasi selama 15 hari di platform Traveloka.

Langkah Traveloka menyeriusi bisnis adtech tak lepas dari potensi periklanan digital yang diproyeksi terus bertumbuh di tanah air. Selain itu, super-app telah memiliki basis pengguna besar dengan dukungan layanan beragam dan rekam jejak transaksi. Adapun, Traveloka memiliki lebih dari 50 juta pengguna aktif bulanan (iOS, Android, desktop) serta lebih dari 15 produk travel dan lifestyle.

Riset Statista menunjukkan bujet digital advertising di Indonesia diproyeksi mencapai $2,55 miliar di 2023, di mana 62% dari total bujet tersebut bakal dialokasikan untuk mobile, sedangkan sisanya 38% untuk desktop. Adapun, riset lain oleh Industry Research memperkirakan pasar adtech global di 2021 sekitar $20,3 miliar, dan naik 13% menjadi $42,08 miliar di 2027.

Layanan sejenis

Grab telah lebih dulu masuk ke bisnis periklanan melalui GrabAds (2018) kendati model bisnis yang diperkenalkan saat itu bermain di ranah online-to-offline (O2O). Ada tiga kategori iklan yang ditawarkan, yaitu mobile billboards, in-car engagement, dan in-app engagement.

Tahun lalu, GoTo Group melalui Gojek dan Tokopedia juga mengumumkan komitmennya masuk ke bisnis periklanan. Dalam menjalankan bisnis ini, keduanya berjalan dengan brand dan unit bisnis terpisah. Gojek menggandeng perusahaan adtech asal Taiwan, TenMax, untuk menghadirkan Gojek Ads Network (GoGAN), sedangkan Tokopedia meluncur dengan layanan “Tokopedia Marketing Solutions“.

Dalam pemberitaan sebelumnya, Tokopedia menyebutkan bahwa layanan ini mengincar pelaku bisnis dari berbagai skala untuk memaksimalkan platform e-commerce dalam strategi pemasarannya. Sementara, GoGAN memungkinkan pelaku bisnis menjalankan kampanye promosi maupun iklan dengan menghilangkan beberapa friksi dan memudahkan pemasangan iklan di berbagai media yang berbeda.

Merangkum sejumlah sumber, istilah adtech kerap dikaitkan pada pemanfaatan software dan tools yang memungkinkan agensi, brand, dan platform untuk membidik targeted audience dan mengukur kampanye iklan digital mereka. Sejumlah solusi adtech yang banyak digunakan terdiri dari Demand Side Platform (DSP), Supply Side Platform (SSP), dan data management platform.

Di skala global, ada raksasa e-commerce Amazon yang menggarap bisnis advertising melalui Amazon Ads. Bagi Amazon, aktivitas jual-beli iklan digital menjadi lebih kompleks sehingga solusi adtech mengambil peran untuk merampingkan prosesnya. Pada intinya, adtech dapat memberikan nilai tambah bagi pemilik brand dan agensi untuk mengelola kampanye terintegrasi secara efektif, menggunakan bujet lebih efisien, dan memaksimalkan ROI mereka.

Application Information Will Show Up Here

Cara untuk Memilih Jenis Iklan yang Efektif, Penting Diketahui sebelum Beriklan

Kini terdapat beragam pilihan untuk beriklan. Mulai dari cara tradisional hingga modern, dengan berbagai media. Tiap bisnis bagai berlomba-lomba untuk melakukan promosi, misalnya melalui iklan, untuk menjangkau audiens yang lebih besar dan mencapai tujuannya.

Iklan bukan hanya harus menarik, tetapi juga harus berhasil menyampaikan pesan kepada audiens. Melalui iklan, sebuah merek bukan hanya bisa mendapatkan brand awareness namun juga conversion. Artinya, penggunaan iklan akan sangat membantu pertumbuhan sebuah bisnis.

Namun, tahukah Anda bahwa tidak semua iklan efektif untuk digunakan? Jenis iklan yang dipilih bergantung pada tujuan dari iklan itu sendiri.

Apa saja? simak pembahasan berikut ini, ya!

Out of Home (OOH)

Image by Steven London from Pixabay

Iklan Out of Home (OOH) atau outdoor advertising merupakan segala bentuk iklan yang ada di luar ruangan, seperti billboardneon boxbaliho, kendaraan umum, sarana umum, dan lainnya.

Iklan jenis ini cocok dipilih bila tujuan iklan adalah untuk memunculkan respon dari target audiens sebelum mereka sampai ke rumah. Kelebihannya, iklan OOH dapat menimbulkan efek offline ke online. Misalnya, setelah melihat iklan, orang dapat melakukan pemesanan produk secara online di marketplace.

Selain itu, iklan OOH juga baik untuk dipilih oleh produk atau merek yang tidak memiliki target pasar khusus. Karena iklan OOH dapat dilihat oleh siapa saja dan tidak dapat ditentukan, sehingga iklan OOH memiliki jangkauan yang luas. Sebaliknya, untuk produk atau merek yang memiliki target pasar spesifik, kurang cocok untuk memilih iklan jenis ini.

Native Ads

Image by Hannes Edinger from Pixabay

Native ads merupaka bentuk iklan yang dibuat agar terlihat seorganik mungkin. Native ads disajikan dalam tampilan yang disesuaikan dengan platform di mana ia ditempatkan, dengan harapan audiens tidak menyadari bahwa itu adalah iklan.

Lalu, kapan native ads tepat dipilih? Native ads cocok untuk pengiklan yang berupaya untuk terhubung dengan audiensnya dengan gaya natural, soft-selling, dan menimbulkan gangguan minimal. Iklan jenis ini adalah solusi untuk menghindari audiens memblokir atau menutup iklan.

Social Media Ads

Image by Adelmo Donis from Pixabay

Sesuai dengan namanya, social media ads merupakan iklan yang ditempatkan di media sosial, baik itu Instagram, Facebook, Tiktok, atau media sosial apapun.

Iklan jenis ini sangat cocok digunakan oleh produk atau merek yang memiliki target pasar berupa masyarakat yang melek digital, akrab dengan teknologi, dan pengguna aktif media sosial.

Secara garis besar, umumnya iklan jenis ini paling efektif untuk menyasar Milenial atau Gen Z, yang akrab dengan media sosial. Sebaliknya, iklan ini sangat tidak sesuai bila audiens yang dituju adalah Baby Boomers, yang cenderung tidak familar dengan penggunaan media sosial.

Namun, Anda juga perlu memperhatikan platform media sosial yang Anda pilih. Hal tersebut dikarenakan tiap platform tentunya memiliki karakteristik pengguna yang berbeda-beda.

Printed Media

Image by Steve Buissinne from Pixabay

Printed media atau iklan di media media massa dalam bentuk cetak dapat dilakukan di koran ataupun majalah. Walau kini masyarakat mulai beralih dari media cetak ke media digital, namun iklan jenis ini masih diminati.

Pastinya, media cetak memiliki keuntungan khusus dibanding dengan media lainnya. Pertama, media cetak dianggap lebih kredibel. Oleh karena itu, iklan di media cetak menjadi pilihan tepat bila pengiklan membutuhkan kepercayaan besar dari audiens.

Kedua, media cetak memiliki “sensory presence“, yakni dapat dirasakan oleh indera tubuh. Pada majalah misalnya, pembaca dapat meraba tekstur kertas, mencium bau kertas yang khas, mendengar suara lembar per lembar yang dibalik. Dengan begitu, iklan di media cetak lebih meninggalkan kesan dibanding media lainnya.

Ketiga, media cetak memiliki audiens spesifik. Pada majalah musik, pembacanya secara spesifik adalah seorang penggemar musik atau orang-orang yang bergelut di industri musik. Hal ini memudahkan bila Anda ingin menempatkan iklan dengan target audiens spesifik.

Radio

Image by chunchun from Pixabay

Beriklan di radio hingga kini masih digandrungi. Bagaimana tidak, radio memiliki keunikan sebagai media yang berbasis lokalitas, walau memungkinkan untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Nah, bila Anda sebagai pengiklan membutuhkan target audiens yang spesifik dalam hal geografis, radio bisa jadi pilihan tepat.

Selain itu, iklan di radio dianggap mampu menarik perhatian pendengarnya. Radio umumnya didengarkan saat orang-orang sedang berkendara dalam perjalanan, di mana tidak terdapat banyak distraksi. Pendengar hanya terfokus pada jalanan sembari mendengar siaran dari radio.

Oleh karena itu, iklan di radio efektif dalam mengiklankan produk atau layanan yang tidak mengedepankan visual, namun menekankan pada aspek audio saja.

 

Apakah Anda sudah bisa menentukan iklan yang ingin Anda gunakan? Sebelum Anda memilih iklan untuk merek Anda, penting untuk mengetahui aspek apa yang perlu ditonjolkan dan jenis iklan apa yang mendukung aspek tersebut.

Semoga bermanfaat.

Mengenal “Iklan Pintar”, Salah Satu Model Bisnis yang Coba Dioptimalkan Warung Pintar

Setelah resmi diakuisisi SIRCLO Group, Warung Pintar semakin gencar mengembangkan solusi bagi jutaan UMKM ritel, khususnya warung. Pada bulan Juli 2021 lalu, perusahaan menghadirkan layanan baru yang diberi nama “Iklan Pintar”, layanan ini berfokus pada solusi promosi terintegrasi yang membantu brand mengakses ratusan ribu pemilik warung dan jutaan konsumen, serta memungkinkan pemilik warung meraih pendapatan tambahan.

Hasil riset internal Warung Pintar menunjukkan lebih dari 80% dana pemasaran brand difokuskan pada pasar modern sehingga menyisakan hanya 20% dana pemasaran untuk pasar ritel tradisional seperti warung. Pasalnya, ekosistem tradisional yang berlapis menimbulkan berbagai keterbatasan dalam proses monitoring program pemasaran sehingga mayoritas brand enggan untuk memanfaatkan warung sebagai kanal pemasaran yang efektif.

Sementara dari sisi pemilik warung, program pemasaran brand kerap dinilai tidak memberikan kompensasi yang adil karena minimnya transparansi. Berangkat dari data tersebut, Warung Pintar memutuskan untuk mulai menggarap solusi Iklan Pintar dalam rangka mendorong pemanfaatan warung sebagai pilihan kanal pemasaran bagi berbagai jenis brand di Indonesia, mulai dari multinasional hingga produk lokal.

Pada dasarnya, praktik pemasangan iklan di warung telah dimanfaatkan oleh brand sejak puluhan tahun lalu. Akan tetapi, pada prosesnya, tim lapangan masih harus berkeliling dari warung ke warung untuk menawarkan program dan melakukan monitoring hasil program secara manual. Dengan jumlah warung yang tidak sedikit serta tenaga dan biaya yang harus dikeluarkan untuk proses monitoring manual, konsep ini menjadi tidak efisien dan efektif.

Berusaha menjawab tantangan tersebut, Warung Pintar, melalui produk iklannya berupaya menawarkan efisiensi bagi brand dalam menjangkau target pasarnya mulai dari pemilik warung hingga konsumer akhir. Melalui platform yang lebih efektif dan terukur, Iklan Pintar menawarkan dua format pemasangan iklan, baik offline maupun online (in-app).

Format online advertising dan in-app activation ditargetkan untuk pemilik warung, brand dapat melakukan promosi secara daring di aplikasi Warung Pintar dan platform lain yang tersedia. Sementara, offline placement memungkinkan brand untuk langsung menjangkau konsumer akhir lewat aset promosi offline di warung-warung yang telah bergabung dengan Warung Pintar, Bentuk pemasaran bisa melalui pemasangan aset brand, penempatan produk, offline activation dan berbagai bentuk promosi offline lainnya.

Untuk bisa menikmati layanan ini, biaya yang ditagihkan ke brand adalah senilai Ro5.000 – Rp10.000 per data konsumer/warung. Tersedia dasbor terpisah untuk memantau program yang sedang berjalan. Selain itu, platform ini juga memfasilitasi diskusi konstruktif antara brand dan Warung Pintar dalam perencanaan program dan target segmen termasuk demografi, jenis warung, dan area/lokasi sekitar warung.

Co-Founder & CEO Warung Pintar Agung Bezharie Hadinegoro mengatakan, “Iklan Pintar hadir tidak hanya untuk membangun loyalty pemilik warung ke brand tertentu, namun juga menghasilkan dampak sosial yang nyata dengan memberikan insentif yang adil dan lebih transparan bagi pemilik warung. Kami harap, layanan Iklan Pintar dapat menjadi solusi terpercaya bagi brand untuk mentransformasi kanal pemasaran agar lebih efektif dan efisien.”

Hingga saat ini, layanan Iklan Pintar telah memungkinkan belasan brand ternama seperti AXE, Kimbo, Sariwangi, Kopi ABC, Good Day, Kopiko, Danone, Bango, Coca Cola, dan lainnya untuk terhubung dengan ekosistem warung di Indonesia.

Partisipasi brand dalam Iklan Pintar ini juga turut membantu dalam memberikan dampak nyata bagi lebih dari 500.000 warung dalam ekosistem Warung Pintar di lebih dari 200 kota. Inisiatif ini juga diklaim telah memberikan insentif bagi pemilik warung mencapai Rp300.000,00+, sekitar 7,5% lebih tinggi dibandingkan kanal pemasaran lainnya.

Iklan Pintar diimplementasikan secara inklusif dengan memanfaatkan ekosistem warung yang tergabung. Penetrasi Iklan Pintar disebut mencapai 400%, lebih tinggi daripada platform lain. Meskipun begitu, menilai operasional layanan yang masih terbilang baru dengan beberapa  fitur masih dalam tahap uji coba, ada beberapa hal yang masih bisa dikembangkan seperti kecepatan manajemen akun, biaya operasional yang dianggap cukup mahal, serta skema literasi teknis di lapangan (mengubah dari offline ke online).

Solusi adtech di Indonesia

Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi pergeseran dalam industri periklanan ke arah penggunaan teknologi periklanan (adtech) baik secara online maupun dalam pengaturan yang lebih tradisional. Startup adtech Indonesia memanfaatkan pertumbuhan populasi negara dan meningkatnya penggunaan internet dan ponsel untuk memasarkan produk dan layanan.

Berdasarkan data dari Statista, total nilai pasar periklanan di Indonesia pada tahun 2018 adalah sekitar $2,57 miliar dan diproyeksikan meningkat menjadi $5,3 miliar pada tahun 2024. Teknologi telah mengubah lanskap dengan menghadirkan efisiensi yang lebih besar pada cara perusahaan membelanjakan iklan mereka.

Meskipun begitu, startup adtech di Asia Tenggara masih menghadapi beberapa tantangan, seperti investasi yang tidak mencukupi, kecenderungan konsumen beralih ke kanal baru, dan persaingan yang meningkat akibat teknologi yang semakin canggih. Ditambah lagi situasi pandemi yang menciptakan banyak ketidakpastian namun juga peluang dalam dunia bisnis saat ini.

Seiring perkembangan bisnis yang ada, solusi adtech turut didesain secara “embedded” ke dalam platform yang memiliki basis pengguna besar. Misalnya, di platform online marketplace Tokopedia, para merchant bisa mengiklankan produknya kepada target pengguna spesifik. Trennya, akan semakin banyak aplikasi dengan ekosistem pengguna besar menjadikan model iklan digital ini sebagai salah satu model bisnisnya.

Application Information Will Show Up Here

Lewat Akuisisinya Terhadap Promogo, Gojek Luncurkan Layanan Iklan GoScreen

Setelah diakuisisi tahun 2018 lalu oleh Gojek, startup pemasang iklan kendaraan Promogo memperkenalkan produk terbarunya yang merupakan integrasi dengan ekosistem di Gojek yaitu “GoScreen”. Direktur Promogo Kiranjeet Purba mengungkapkan, melalui GoScreen yang menggunakan konsep Digital Out Of Home (OOH) diharapkan bisa dimanfaatkan oleh brand besar hingga pelaku UKM dan merchant Gojek untuk melancarkan kegiatan pemasaran.

Memanfaatkan mitra pengemudi Gojek, nantinya iklan OOH ini akan dihadirkan oleh GoScreen dengan beberapa fitur unggulan. Di antaranya adalah teknologi iklan terprogram (programmatic ads) untuk personalisasi konten sesuai waktu dan lokasi audiens, pengukuran impresi secara real-time, memanfaatkan armada roda dua Gojek yang memiliki mobilitas tinggi.

“Bukan hanya memberikan produk yang bermanfaat untuk semua, melalui GoScreen kami juga ingin memberikan penghasilan tambahan kepada mitra pengemudi Gojek hingga 20% dari pendapatan normalnya,” kata Kiranjeet.

Memanfaatkan data yang terkumpul dari tiga aplikasi utama di ekosistem Gojek, yaitu aplikasi untuk konsumen, merchant dan mitra pengemudi; diharapkan bisa memberikan data yang relevan yang tentunya bisa dimanfaatkan oleh brand hingga UKM yang ingin memasarkan produk mereka. Bukan hanya untuk awareness, melalui GoScreen diharapkan bisa menjadi channel pemasaran baru brand dan UKM.

“Saat ini GoScreen masih terbatas di wilayah Jakarta saja. Namun kami memiliki target teknologi ini bisa dinikmati oleh mereka di kota tier 2 hingga 3 juga. Targetnya ada 20 ribu screen di Indonesia melalui GoScreen hingga akhir tahun 2021 mendatang,” kata Kiranjeet.

Disinggung apakah layanan GO-ICE dan GO-VEND yang diluncurkan oleh Promogo tahun 2018 lalu masih berjalan, Kiranjeet menyebutkan kedua layanan tersebut tidak aktif lagi, dan saat ini Promogo fokus kepada GoScreen.

Di pasaran sudah ada beberapa platform serupa yang menawarkan teknologi OOH untuk brand, di antaranya adalah IDN Programmatic Out-of-Home (IDN POOH) dan StickEarn. GoScreen baru akan resmi dikomersialisasikan pada bulan Januari 2021 mendatang.

Kegiatan pemasaran OOH saat pandemi

Meskipun kondisi pandemi, namun menurut Kiranjeet tidak menurunkan minat brand untuk melancarkan kegiatan pemasaran secara offline. Inovasi terbaru dari Promogo ini diklaim mendapat antusiasme tinggi dari pengiklan, mengingat inovasi ini termasuk salah satu dari 12 tren teknologi periklanan yang telah dan akan terus berkembang.

“Saat pandemi ini justru mendorong kami dari Promogo dan Gojek untuk menciptakan solusi baru yang bisa dimanfaatkan mitra pengemudi untuk menambah penghasilan. Harapannya GoScreen bisa memberikan social impact yang membantu bukan hanya mitra tapi merchant mempromosikan bisnis,” kata Kiranjeet.

GoScreen dilengkapi kamera serta teknologi berbasis suar (beacon technology) untuk menghitung tingkat impresi iklan, sehingga brand bisa secara transparan memantau tingkat eksposur, jumlah kendaraan yang aktif maupun jarak tempuh yang dicapai oleh para mitra. Solusi teknologi periklanan inovatif GoScreen ini juga telah mendapatkan sertifikasi Open Measurement SDK (OM SDK) dari lembaga internasional IAB Tech Lab (Interactive Advertising Bureau Tech Lab).

“Layanan yang kami tawarkan ini memberikan brand solusi periklanan yang lebih terukur secara data, dengan harga kompetitif. Brand dapat mengoptimalkan iklan mereka secara real-time, serta memonitor performanya melalui online dashboard khusus yang transparan dan jelas,” kata Kiranjeet.

Efektivitas GoScreen telah dirasakan oleh Publicis Media, salah satu mitra bisnis pertama yang telah merasakan GoScreen dalam fase uji coba selama dua bulan di Jabodetabek, saat mempromosikan Disney+ Hostar di Indonesia.

“Hasilnya, lebih dari empat juta tayangan dengan 40% Share of Voice, menjangkau lebih dari 850 ribu orang melalui 2 ribu jam pemutaran iklan dengan waktu dan lokasi yang tepat sebagai kuncinya,” kata General Manager Publicis Media Saravanan Mudaliar.

Application Information Will Show Up Here

Ketum IDA, Dian Gemiano Berbicara tentang Lanskap, Disrupsi, dan Masa Depan Industri Media Digital

Senin (07/9) lalu, Indonesia Digital Association (IDA) mengadakan proses pemilihan ketua umum baru untuk periode 2020-2023. CMO KG Media Dian Gemiano (Gemi) resmi terpilih, melalui proses voting yang diikuti perwakilan 22 perusahaan media digital di Indonesia secara online. IDA didirikan untuk menjadi salah satu payung industri digital, khususnya di bidang media, periklanan, dan pemasaran. Tugas besarnya, membantu perusahaan meningkatkan “kue iklan”.

DailySocial berkesempatan untuk mewawancara Gemi, menggali perspektifnya tentang industri media saat ini, di tengah gempuran pandemi Covid-19; dan mendalami visi asosiasi yang kini di bawah kepemimpinannya.

“Industri media digital pada periode pandemi ini pada umumnya diuntungkan dari sisi volume traffic atau keterbacaan, namun sayangnya peningkatan volume tersebut tidak merefleksikan peningkatan revenue iklan yang biasanya kedua parameter tersebut bergerak beriringan,” ujar Gemi.

Lebih lanjut ia menjelaskan, pendapatan iklan yang cenderung stagnan (bahkan turun) disebabkan karena dua hal. Pertama, banyak pengiklan yang menahan belanja ikan dikarenakan situasi ekonomi yang tidak pasti (wait and see), terlebih sepanjang Q1 dan Q2. Kedua, naiknya volume keterbacaan menekan turun harga programmatic ads, dikarenakan over-supply inventory.

“Tekanan kedua cukup berat karena di beberapa media proporsi pendapatan dari programmatic ini cukup besar. Covid-19 ini harus menjadi wake up call untuk para pelaku bisnis media digital karena makin terasa bahwa kontrol kita terhadap pendapatan iklan semakin lama semakin mengecil. Perlu ada upaya-upaya strategis dari pengelola media untuk meng-assess praktik bisnis yang selama ini dijalankan dan mengambil kembali kontrol yang hilang tadi,” imbuh pria lulusan ITB tersebut.

Disrupsi dan tantangan industri media

Banyak survei menunjukkan tingginya penetrasi pengguna media sosial di Indonesia. Salah satunya dirangkum dalam laporan terbaru WeAreSocial, sekurangnya tahun ini ada 130 juta pengguna Facebook di Indonesia dan 63 juta pengguna Instagram. Twitter, YouTube, Tik Tok, dan platform lainnya juga makin digemari. Secara tidak langsung, layanan tersebut mengubah cara orang dalam mengonsumsi konten digital seperti berita, pun bagi bisnis untuk menempatkan iklannya.

Kondisi ini memaksa bisnis media untuk berbenah, menyusun ulang strategi mereka agar tetap relevan bagi pembacanya. Gemi pun setuju bahwa media sosial menjadi salah satu tantangan eksternal yang dihadapi industri media digital. Karena sudah menjadi sebuah keniscayaan, di setiap ekosistem bisnis akan ada kompetitor yang sifatnya disruptif. Namun ia menekankan, idealnya kompetitor bisa membuat iklan bisnis menjadi lebih sehat, karena mendorong inovasi agar industri tetap bertumbuh.

“Untuk mencapai kondisi (ideal) tersebut, seluruh pemain harus berada di playing field yang setara sehingga keuntungan mutualisme terjadi dengan netral. Jadi menurut saya bukan keberadaan media sosial atau platform lain yang menjadi isu, tetapi apakah hubungan antarpemain sehat dan setara?,” terang Gemi.

Ia melanjutkan, “Suka atau tidak keberadaan media sosial untuk para publisher digital pun memberikan keuntungan, setidaknya di area distribusi konten dan consumer engagement. Namun pengelola media juga harus mampu menganalisis dengan cermat apakah keuntungan tersebut sudah adil dan setara? Jika belum maka harus diperjuangkan, dan jika merasa kurang memiliki kekuatan untuk fight, berarti harus diperjuangkan bersama-sama. Banyak sekali parameter yang harus dilihat dalam hal ini, mulai dari kebijakan, praktik bisnis, pengelolaan konsumen hingga masalah etika,” imbuhnya.

Ia juga menyoroti, selain di eksternal juga ada tantangan terbesar di sisi internal yang perlu diselesaikan bersama, yakni kompetensi. Misalnya terkait kompetensi pengelolaan data. Sejak lama banyak digembor-gemborkan tentang optimasi data dan peran data untuk peningkatan bisnis media, juga jargon-jargon seperti “data is the next oil”. Menurut pengamatannya, sampai saat ini belum terlihat pebisnis media di Indonesia yang berhasil mengelola data audiens dengan baik dan scaling up bisnis dari situ.

“Salah satu tantangan pengelolaan data ini adalah volume yang dimiliki masing-masing media. Jika dibandingkan dengan kompetitor global, maka volume individual tadi jadi tidak signifikan,” ujar Gemi.

Yang akan diupayakan IDA

Indonesia Digital Association

Visi terkait peningkatan kue iklan sudah sangat jelas dan dibutuhkan oleh seluruh pelaku di industri media. Namun tentunya visi tersebut harus mampu diperinci dengan langkah-langkah strategis yang dapat memberikan dampak nyata. Merurut Gemi, ada dua hal utama yang akan diperjuangkan: peningkatan kompetensi dan mendorong keberpihakan kebijakan pemerintah pada perusahaan lokal.

“Produk iklan harus atraktif. Dalam konteks iklan digital, attractiveness meningkat jika performa iklan juga baik. Agar performa iklan baik salah satu aspek utamanya adalah pemanfaatan data. IDA akan memfasilitasi dan mendorong pengelola media agar memiliki kompetensi yang baik di bidang data dengan pelatihan talenta atau menghubungkan dengan rekanan teknologi yang tepat. Ide lain yang perlu di eksplorasi adalah memfasilitasi data scale up antar media agar volume data yang dimiliki media lokal bisa bersaing dengan pemain global,” jelas Gemi.

Sementara itu, terkait kebijakan, IDA akan aktif memberikan edukasi kepada pembuat kebijakan terkait praktik bisnis periklanan digital — sejauh ini memang kompleks dan kadang tidak mudah dipahami orang di luar industri. IDA akan mengadakan diskusi reguler dengan pembuat kebijakan dalam lingkup kemitraan sehingga harapannya IDA dapat menjadi salah satu sumber referensi utama dalam penentuan kebijakan terkait industri digital.

Sebagai asosiasi yang menaungi banyak pemain industri, IDA juga mengharapkan adanya partisipasi dan kesepakatan untuk tumbuh bersama.

“Terdengar klise, tetapi untuk melakukan hal tersebut diperlukan investasi dan transparansi antar perusahaan media digital. Harapan ke depannya IDA dapat menjadi fasilitator yang efektif untuk inisiatif-inisiatif seperti itu. Komunitas ini juga harus bersepakat untuk mengedukasi pasar agar bergerak ke satu arah yang sama yaitu arah yang memberikan manfaat yang adil untuk semua stakeholder industri ini,” tuturnya.

Industri media digital masih terus bertumbuh

Perubahan industri sangat cepat, sehingga sulit untuk memprediksikan apa yang akan terjadi di tahun-tahun mendatang. Namun ia cukup yakin, bahwa industri media digital di Indonesia masih akan tumbuh karena ruang pertumbuhan pengguna internet pun masih sangat lebar.

“Pertumbuhan penetrasi internet Indonesia akan terakselerasi ke luar Jawa. Karena hal tersebut kapabilitas hyperlocal media jadi sangat penting untuk dimiliki. Dalam waktu dekat juga kita akan mengalami ‘cookie-less internet’ yang akan mengubah lanskap digital advertising kita dengan signifikan (KG Media memprediksikan penurunan revenue programatic sekitar 16% akibat kondisi ini). Pemilik media harus mampu memetakan lanskap baru ini dengan rinci agar bisa memosisikan dirinya dengan baik ketika hal itu terjadi,” tutup Gemi.

TikTok for Business Hadir di Indonesia, Ingin Rangkul Pengguna di Kalangan UKM

TikTok, platform video singkat yang cukup booming di Indonesia memperkenalkan platform self-service TikTok for Business. Platform yang diklaim bisa digunakan untuk segala ukuran bisnis ini dihadirkan dengan harapan bisa membantu UKM di seluruh dunia, termasuk Indonesia

“Format video singkat dan komunitas TikTok yang terkenal akan kreativitas memberikan peluang bagi berbagai bisnis dan usaha, termasuk UKM, untuk menggaet pasar yang lebih dinamis serta pemasarannya yang lebih efektif dan interaktif,” terang Direct Sales Leader TikTok Indonesia Pandu Wiguna.

Pandu lebih jauh menjelaskan bahwa platform self-service yang diluncurkan TikTok ini merupakan evolusi dari TikTok sebagai solusi periklanan kekinian. TikTok menawarkan akses yang mudah fleksibel sehingga memungkinkan UKM bisa bangkit lagi di masa new normal.

TikTok sendiri saat ini tengah menjadi fenomena di Indonesia. Kehadirannya disambut baik masyarakat di Asia Tenggara. Dari data internal TikTok, mereka berhasil mendapatkan 30 miliar views per bulan dengan rata-rata 100 konten dilihat per hari oleh tiap pengguna di Indonesia. Sementara secara global setiap pengguna TikTok membuka aplikasi lima kai sehari dan secara global pengguna membuka aplikasi TikTok lima kali sehari.

TikTok sendiri mengenalkan TikTok for Business secara global pada akhir Juni lalu. Belum genap sebulan TikTok kemudian memboyongnya masuk ke Indonesia, memanfaatkan momen di mana TikTok mengalami lonjakan yang signifikan di Indonesia dalam beberapa bulan terakhir.

TikTok dan UKM di Indonesia

Sebagai salah satu aplikasi yang popularitasnya sedang meroket TikTok cukup percaya diri menghadirkan layanan iklan mereka di Indonesia. Pemilik bisnis kecil dan menengah segala sektor menjadi sasarannya. TikTok juga optimis dengan komunitas penggunanya yang semakin berkembang kehadiran layanan pengiklan ini bisa dimanfaatkan untuk pemilik bisnis menjangkau lebih banyak penggunanya.

“TikTok for Business merupakan platform yang diperbarukan dari yang sebelumnya bernama TikTok Ads Manager, tentu dengan solusi dan produk yang lebih baru dan optimal. TikTok Ads ini memanfaatkan berbagai kemudahan, seperti creative tools, flexible budgets, performance targeting, dan business account,” terang Pandu.

Pandu juga menambahkan bahwa TikTok menyediakan serangkaian teknologi dan metode yang bisa membantu bisnis menemukan audiens baru. Di dalamnya termasuk kemungkinan melakukan kustomisasi target audiens dengan pilihan demografi, perangkat, dan beberapa pilihan lainnya. Platform iklan TikTok ini secara langsung akan berhadapan dengan layanan iklan sejenis dari layanan sosial media lainnya, seperti Facebook, Instagram, atau bahkan Google.

Tantangan TikTok di Indonesia tidak hanya hadir dari para penyedia layanan iklan serupa tetapi juga isu-isu negatif yang menerpa TikTok, salah satunya isu keamanan atau privasi data.

Menanggapi hal ini pihak TikTok Indonesia menjelaskan, “TikTok berkomitmen untuk menghormati privasi pengguna dan bersikap transparan terhadap komunitas serta ahli keamanan tentang bagaimana aplikasi ini bekerja. Kami terus berusaha untuk menjadi yang terdepan dalam menghadapi tantangan keamanan apa pun, dan kami mendorong para pengguna untuk menggunakan versi terbaru dari TikTok, sehingga mereka dapat menikmati pengalaman terbaik.”

UKM sendiri merupakan kelompok bisnis yang cukup besar di Indonesia, jumlahnya mencapai 60 juta bisnis. Dengan potensi yang cukup besar kategori ini mulai dilirik banyak pihak, tidak hanya TikTok tetapi juga penyedia layanan lain.

Application Information Will Show Up Here

IDN Media Rambah Bisnis Iklan Luar Ruangan

Setelah sebelumnya meluncurkan aplikasi baru, hari ini (24/6) IDN Media meluncurkan produk IDN Programmatic Out-of-Home (IDN POOH). IDN POOH merupakan sebuah platform media luar ruangan atau out-of-home yang terkoneksi dengan internet. Pihaknya mengklaim menggunakan teknologi khusus yang telah dipatenkan untuk bisa menampilkan iklan secara real-time dan terukur.

IDN POOH hadir untuk memberikan solusi bagi keterbatasan yang selama ini dimiliki OOH tradisional. Contohnya, harga yang tinggi per lokasi pemasangan, terbatasnya exposure, tidak adanya laporan performa iklan, durasi pemasangan yang tidak fleksibel, lokasi OOH yang ilegal, hingga pengaturan konten yang tidak dapat diubah.

IDN POOH menawarkan beragam output iklan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk fase pertama, IDN POOH akan fokus kepada format layar LED yang terkoneksi dengan internet dan terpasang di bagian atas mobil.

“Menggunakan teknologi terkini, IDN POOH menghadirkan layanan iklan OOH yang optimal serta terukur secara online dan real-time. Kami percaya IDN POOH akan menjadi game-changer di industri iklan out-of home,” kata CEO IDN Media Winston Utomo.

Telah diperkenalkan sebelum pandemi

Sejak bulan Februari produk ini sudah diluncurkan oleh IDN Media, namun baru diresmikan akhir bulan Juni 2020. Menurut Winston kepada DailySocial, melihat kondisi saat pandemi berlangsung, menunda IDN Media untuk meresmikan produk terbaru tersebut.

Saat liputan #DStour awal bulan Februari 2020 lalu, Winston mengklaim, produk tersebut merupakan “the first real-time” out-of-home advertising. Fungsinya sebagai LED Advertising yang bisa diaplikasikan di manapun. Tidak hanya di mobil, namun juga atas mobil, ada juga yang ditempatkan di warung tradisional yang disebut Retail LED.

“Yang membedakan produk IDN POOH dengan produk lainnya adalah, semua ditayangkan secara real-time. Jadi bisa langsung diganti tanpa harus menggunakan USB, dengan menggunakan dasbor semuanya dikontrol secara online. Untuk monitoring juga bisa dilakukan secara real-time via dasbor, contohnya iklan akan berubah jika mobil berada di kawasan tertentu. Semua bisa dilakukan dan dikontrol secara langsung.”

Selain menghadirkan inovasi dalam iklan out-of-home, IDN POOH juga memiliki visi untuk berperan dalam pembangunan smart city. Data yang terkumpul melalui teknologi IDN POOH dapat menjadi sumber informasi penting bagi pemerintah lokal dalam membangun kotanya.

“Kami sudah mengembangkan teknologi ini selama bertahun-tahun. Pemasang iklan tidak hanya dapat mengubah atau mengoptimasi iklan mereka secara real-time, namun juga dapat memonitor performa iklan mereka melalui sebuah dasbor online khusus yang transparan dan jelas. Kami sangat bersemangat untuk membantu brand dalam iklan mereka melalui IDN POOH,” kata Head of IDN Programmatic OOH Alfian Lumanto.

Application Information Will Show Up Here

StickEarn Announces Series A Worth of 77.6 Billion Rupiah

StickEarn startup known with its advertising solution on the vehicle, today (10/15) announced series A funding closed at $5.5 million or around 77.6 billion Rupiah. This round led by East Ventures and SMDV, followed by Grab, Ovo, and Agaeti Ventures.

The fresh money is to be used to explore new opportunities and services. It also to improve data analytics for a better advertising business. StickEarn offers various out-of-home advertising platforms, such as StickMob (car), StickMotor (motorcycle), StickBus (bus), StickAngkot (Angkot), StickPlane (plane), dan StickMart (retail in-car).

Since 2017, there are more than 300 brands are helped by StickEarn service. Mostly has income growth up to 300% of the awareness. The company has been operating in 31 cities in Indonesia.

“We have this commitment to developing ads platform which brings significant impact, easy access, and smart product for our clients. Through this round, we tried to recruit the best talents in the industry to improve our service in order to meet the client’s demand, to develop new products, and tighten up our partnership among agencies,” StickEarn’s Co-Founder, Archie Carlson said.

Last month, StickEarn has introduced StickTron, a new model of advertising using moving LED on trucks. This is still on trial around Jakarta. They’re targeting 10 units of LED trucks by early 2020.

“We’ll keep developing various ad services to support campaigns in the integrated and multi-platform. This is to allow StickEarn clients to experience the whole advertising to integrate offline marketing strategy online. We’ll provide more data-based campaign report ad tech updates, therefore, to help clients make better decisions,” StickEarn’s Co-Founder, Garry Limanata said.

StickEarn first received seed funding in 2007 from East Ventures. Along the journey, they’ve made some strategic partnerships, such as GrabAds with Grab.

“As StickEarn’s early investor, East Venture has seen how the pioneers prove their point to develop this kind-of-new business model, in vertical or horizontal. Within only two years, their solution keeps making positive impact either for advertisers or brands. The investment is our commitment to StickEarn can work on its vision to make industrial revolution of out-of-home (OOH) advertising in Indonesia,” East Ventures’ Managing Partner, Willson Cuaca said.

In addition to StickEarn, Indonesia also has StiCar, Ubiklan, Adroady, and some other players that provide similar services. Promogo, a startup that offers advertisement on vehicles, has acquired by Gojek.

Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here