Lima Venture Capital Indonesia yang Paling Aktif di 2019

Menjalankan sebuah usaha tidaklah semudah membalik telapak tangan. Butuh kerja keras dan modal yang cukup untuk membangun bisnis yang besar. Bicara mengenai modal, hampir semua startup di indonesia tumbuh dengan bantuan Venture Capital atau jasa penyedia modal usaha.

Dilansir dari  e-Conomy SEA 2019, ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai $130 miliar pada tahun 2025 mendatang, tahun ini angkanya sudah mencapai $40 miliar – rata-rata pertumbuhannya 49% per tahun. E-commerce dan ride-hailing menjadi pendorong utama di kawasan ini, ditambah adopsi pembayaran digital yang mendominasi semua layanan berbasis aplikasi. Pertumbuhan bisnis terkait didukung investasi yang terus mengalir. Termasuk dukungan yang diberikan pada unicorn Indonesia, nilainya mencapai $4 miliar pada tahun 2018 lalu. Melihat pertumbuhan yang signifikan, tentu sangat berpeluang bagi startup yang ingin ikut mengembangkan bisnisnya dengan perusahaan unicorn. Ada lima Venture Capital Indonesia yang paling aktif mengucurkan dana ke startup indonesia di tahun 2019.

lima perusahaan modal ventura yang paling aktif memberikan pendanaan ke startup indonesia di tahun 2019.
Lima perusahaan modal ventura yang paling aktif di tahun 2019.

East Ventures Capital

East Ventures terlibat dalam 19 pendanaan di tahun 2019
East Ventures aktif sejak tahun 2009

East Ventures berdiri sejak 2009 di Indonesia oleh Willson Cuaca, Batara Eto, dan Taiga Matsuyama. Dari 160 startup yang telah didanai, tercatat 30 startup di antaranya sudah exit. Kemudian dua startup yang lain menjadi unicorn.

East Venture sebagai salah satu venture capital Indonesia yang paling aktif memberikan pendanaan. Pihaknya juga masih memiliki rencana untuk terus memberikan pendanaan tahap awal kepada startup Indonesia. Sedikitnya sudah 30 startup yang mendapatkan pendanaan di tahun 2018. Selang setahun setelahnya berdasarkan startup report 2019, East Ventures terlibat dalam 19 pendanaan startup. Beberapa diantaranya berada di tahap Pra-Series A, Series A, dan Seed Funding. East Ventures konsisten dengan misi mereka membantu startup early stage.

Daftar Startup yang mendapat pendanaan di tahun 2019
Startup yang mendapat pendanaan oleh East Ventures

pada tahap Seed Funding adalah Komunal, Lubna, Triplogic, Wahyoo, Kedai Sayur, Cumi, Advotics, Feedloop, The Fit Company, Base.

Pada tahap Pra-Series A startup yang mendapat pendanaan dari East Ventures adalah Ekrut. Sedangkan ada 8 startup di tahap Series A yang mendapat pendanaan. Mereka adalah Stickearn, MobilKamu, Julo, Yummy Corp, Stockbit, Fore Coffee, Kedai Sayur, dan Jojonomic. 

SMDV

Sinar Mas mendirikan perusahaan modal ventura perusahaan berorientasi teknologi yang disebut Sinar Mas Digital Ventures (SMDV) pada tahun 2018. Perusahaan ini telah berinvestasi dalam startup seperti layanan grosir bahan makanan HappyFresh, startup periklanan Stickearn, dan perusahaan Software-as-a-Service logistik Waresix. Perusahaan pemodal ini menjadi pemodal aktif nomor dua berdasarkan startup report 2019.

SMDV memberikan pendanaan kepada 11 startup Indonesia di tahun 2019
SMDV merupakan singkatan dari Sinar Mas Digital Verture.

SMDV juga sudah berinvestasi di beberapa startup pada tahun 2019 yaitu StickEarn (Series A), Yummy Corp (Series A), Fore Coffee (Series A), Wahyoo (Seed Funding), Kedai Sayur (Seed Funding & Series A), Waresix (Series A), Warung Pintar (Series B), IDN Media (Series C), R Fintness (Pre-Series A).

Alpha JWC Ventures

Alpha JWC Ventures merupakan perusahaan modal ventura yang telah berinvestasi di sekitar 30 startup, termasuk Uang Teman, Kopi Kenangan, Tanihub, Modalku, dan WeWork.

Alpha JWC Ventures memberikan pendanaan kepada 9 startup Indonesia di tahun 2019
Perusahaan yang didirikan pada awal 2015 ini telah berinvestasi lebih dari 30 startup

Perusahaan yang fokus berinvestasi pada startup berbasis teknologi di Indonesia ini didirikan oleh Chandra Tjan bersama Jefrey Joe dan Will Ongkowidjaja pada awal 2015. Dalam debut awalnya di tahun 2016, Alpha JWC Ventures meluncurkan Fund 1 senilai $50 juta atau sekitar 700 miliar Rupiah. Hingga tahun 2019 Alpha JWC Ventures mengumumkan telah menutup pengumpulan dana investasi keduanya senilai $123 juta atau setara 1,7 triliun Rupiah. Dalam manajemen portofolio, pihaknya memakai pendekatan hands-on dalam berbagai lini bisnis terkait, mulai dari dukungan rekrutmen, pemasaran, dan legal.

Beberapa startup yang mendapat pendanaan dari Alpha JWC adalah Zuzu (Series A), Carro (Series B), Evermos (Series A), Ajaib (Seed Funding), Bobobox (Pre-Series A), Goola (Seed Funding), Verikool (Seed Funding), Style Theory (Series B). 

Agaeti Ventures

Agaeti Venture memberikan pendanaan kepada delapan startup Indonesia di tahun 2019.
Agaeti Venture masuk ke dalam 5 besar pemodal paling aktif di tahun 2019.

Siapa yang tak mengenal Fore? Kopi susu yang sering menemani dikala penat ini, lahir dari dana investasi Agaeti Ventures. Perusahaan pemodal ini, juga mendonorkan dana pada Wahyoo, Akseleran, CoHive dan Yummy Corp.

Tahun 2019 beberapa startup mendapat pendanaan dari Agaeti Ventures, mereka adalah StickEarn (Series A), Yummu Corp (Series A), Warung Pintar (Series B), R Fintness (Pre-Series A), Alami (Seed Funding), Bobobox (Seed Funding) dan Kargo Technologies (Seed Funding). 

Agaeti Ventures berfokus pada perusahaan baru yang mendukung teknologi Pra-Seri A dan Seri A, atau yang baru berkembang di Indonesia dan fokus ekspansi ke Asia Tenggara. Dengan dipercayanya, perusahaan pemodal ini, Agaeti Venture masuk ke dalam 4 besar pemodal paling aktif di tahun 2019.

Lalu, di tahun 2020 dua perusahaan modal ventura (venture capital) lokal, Agaeti Ventures dan Convergence Ventures resmi mengumumkan merger dan kini bernama AC Ventures (ACV). Para Partner kedua perusahaan menjadi Partner perusahaan baru ini, yaitu Adrian Li, Michael Soerijadji, Donald Wihardja, dan Pandu Sjahrir.

Golden Gate Ventures

Golden Gate Venture merupakan perusahaan modal ventura tahap awal yang berdiri sejak 2011. Salah satu venture venture capital Indonesia paling aktif ini telah berinvestasi di lebih dari 30 perusahaan di lebih dari 7 negara di Asia. Perusahaan berinvestasi dalam startup internet & seluler di banyak sektor, termasuk e-commerce, pembayaran, pasar, aplikasi mobile, dan platform SaaS.

Golden Gate Ventures memberikan pendanaan kepada delapan startup Indonesia di tahun 2019
Berdiri sejak tahun 2011 dan telah berinvestasi lebih dari 30 perusahaan

Dengan menggandeng startup yang ingin berkembang pesat dengan memanfaatkan teknologi dan internet, Golden Gate Venture mampu melahirkan Startup hebat seperti, Gojek, Carousell, Alodokter, Tanihub, dan lain sebagainya.

Pada tahun 2019 beberapa startup seperti Alami (Seed Funding), Jojonomic (Series A), TaniGroup (Series A), Alodokter (Series C), Zuzu (Series A), Sampingan (Pre-Series A), Ritase (Series A) dan Paper.id (Series A) oleh Golden Gate Ventures 

 

.

 

Soul Parking Secures Seed Funding, Developing Smart Parking Infrastructure

Smart parking startup developer Soul Parking announced seed funding led by AC Ventures and Agaeti Ventures. Some angel investors are involved without further details mentioned, the nominal received is also undisclosed.

“We are very pleased to have partnered with AC Ventures, Agaeti Ventures, and angel investors; and we have the same vision to revolutionize conventional motorcycle parking in Indonesia,” Soul Parking’s Founder & CEO Ilham Akbar said.

Soul Parking was founded by five co-founders, consisting of Ilham Akbar (CEO), Andru Wijaya (CPO), Riza Aulya (COO), Unggul Depririanto (CTO), and Kenneth Darmansjah (CFO). They have developed solutions for parking management since 10 years ago.

Offering solutions

Soul Parking developed a smart parking solution called Compact Motorcycle Storage (CMS), a portable parking bag for bicycles. It is designed to get around the narrow land and the high demand for proper parking in strategic locations. The developed parking infrastructure is equipped with a digital application, which is able to facilitate the preparation, monitoring, and payment of vehicle parking, as well as facilitate the reporting of parking transactions to landowners.

“By only using around 60 square meters area, one CMS module can serve up to 240 motorbikes, which means one CMS module is able to increase 8 times the conventional parking capacity,” Co-Founder & CFO Kenneth Darmansjah added.

Parking space developed by Soul Parking
Parking space developed by Soul Parking

The business model applied is of two kinds. First, they sell CMS packages to anyone in need. With this option, the parking lot owner will manage the system independently. In the sale, Soul Parking also provides training on the use of the system. Second, they work together with land owners or parking areas in certain places. The management is carried out by Soul Parking team with profit sharing system.

Future plans

The company plans to build 10 new CMS through capital funds obtained from investors this year while developing user applications with features such as parking search, parking reservations, and payment. The first version of the application will be launched at the end of June 2020.

“We hope this breakthrough can help revolutionize motorcycle parking in Indonesia. By increasing efficiency and maximizing land capacity, especially in crowded cities, this will help reduce traffic congestion in very crowded areas,” Managing Partner of AC Ventures and Agaeti Ventures, Michael Soerijadji said.

In late February, Soul Parking established its first three CMS modules at Jl. Kebon Kacang Jakarta, in front of Plaza Indonesia Mall, and the Keraton Hotel. Every day, there are thousands of motorbikes parked in public areas at that location, causing incredible traffic jams. This solution is expected to minimize illegal parking and traffic congestion in Indonesia.

One of CMS module applied in the Jakarta area / Soul Parking
One of CMS module applied in the Jakarta area / Soul Parking

With around 120 million motorbikes in Indonesia, the founders believe this business has great potential. Out of the number, 15% are in Jakarta, making this region one of the most densely populated motorcycle populations in the world. Based on the latest data from BPS, motorcycle growth in Indonesia is 7% per year while road surface growth is less than 0.1% per year.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Soul Parking Bukukan Pendanaan Awal, Kembangkan Infrastruktur Parkir Sepeda Motor yang Dilengkapi Teknologi

Startup pengembang aplikasi penataan parkir sepeda motor Soul Parking mengumumkan perolehan pendanaan awal yang dipimpin AC Ventures dan Agaeti Ventures. Beberapa angel investor juga terlibat, kendati tidak disebutkan detailnya, pun terkait nominal yang diterima startup.

“Kami sangat senang telah bermitra dengan AC Ventures, Agaeti Ventures dan para angel investor; dan kami memiliki visi yang sama untuk merevolusi parkir sepeda motor konvensional di Indonesia” sambut Founder & CEO Soul Parking Kemas Ilham Akbar.

Soul Parking didirikan oleh lima orang co-founder, yang terdiri dari Ilham Akbar (CEO), Andru Wijaya (CPO), Riza Aulya (COO), Unggul Depririanto (CTO), dan Kenneth Darmansjah (CFO). Mereka mengembangkan solusi untuk pengelolaan tempat parkir sejak 10 tahun lalu.

Solusi yang dihadirkan

Soul Parking mengembangkan solusi yang motor dinamakan Compact Motorcycle Storage (CMS), sebuah kantong parkir portabel untuk sepeda. Didesain untuk menyiasati sempitnya lahan dan tingginya kebutuhan tepat parkir di lokasi-lokasi strategis. Infrastruktur parkir yang dikembangkan dilengkapi dengan aplikasi digital, yang mampu memudahkan dalam penyusunan, pengawasan, dan pembayaran parkir kendaraan, serta memudahkan dalam pelaporan transaksi parkir kepada pemilik lahan.

“Dengan hanya menggunakan luas lahan sekitar 60 meter persegi, satu modul CMS dapat melayani hingga 240 sepeda motor, yang artinya 1 modul CMS mampu meningkatkan 8 kali kapasitas parkir konvensional,” ujar Co-Founder & CFO Kenneth Darmansjah.

Gambaran infrastruktur tempat parkir yang dikembangkan Soul Parking / Soul Parking
Gambaran infrastruktur tempat parkir yang dikembangkan Soul Parking / Soul Parking

Model bisnis yang diterapkan ada dua macam. Pertama, mereka menjual paket CMS kepada siapa pun yang membutuhkan. Dengan opsi ini, pemilik tempat parkir akan mengelola sistem secara mandiri. Dalam penjualannya, Soul Parking turut menyediakan pelatihan penggunaan sistem. Kedua, mereka bekerja sama dengan pemilik lahan atau area parkir di tempat tertentu. Pengelolaan dilakukan tim Soul Parking dengan sistem bagi hasil.

Rencana berikutnya

Melalui dana modal yang diperoleh dari investor, perusahaan berencana untuk membangun 10 CMS baru pada tahun ini, sekaligus mengembangkan aplikasi pengguna dengan fitur seperti pencarian parkir, pemesanan parkir, serta pembayaran. Adapun aplikasi versi awal akan segera diluncurkan pada akhir Juni 2020.

“Kami berharap terobosan ini dapat membantu merevolusi parkir sepeda motor di Indonesia. Dengan meningkatkan efisiensi dan memaksimalkan kapasitas lahan, terutama di kota-kota yang padat, ini akan membantu mengurangi kemacetan lalu lintas di daerah yang sangat padat,” imbuh Managing Partner AC Ventures dan Agaeti Ventures, Michael Soerijadji.

Pada akhir bulan Februari yang lalu, Soul Parking mendirikan tiga modul CMS pertamanya di lokasi Jl. Kebon Kacang Jakarta, di seberang Mall Plaza Indonesia, dan Hotel Keraton. Setiap harinya, di lokasi tersebut terdapat ribuan sepeda motor yang terparkir di area publik sehingga menyebabkan kemacetan yang luar biasa. Harapannya dengan solusi yang dihadirkan dapat meminimalkan parkir ilegal dan kemacetan lalu lintas di Indonesia.

Salah satu modul CMS yang diaplikasikan di wilayah Jakarta / Soul Parking
Salah satu modul CMS yang diaplikasikan di wilayah Jakarta / Soul Parking

Dengan sekitar 120 juta sepeda motor di Indonesia, para founder meyakini bisnis ini memiliki potensi yang besar. Dari jumlah tersebut, 15% di antaranya berada di Jakarta, menjadikan wilayah ini sebagai salah satu kota dengan populasi sepeda motor terpadat di dunia. Berdasarkan data terbaru dari BPS, pertumbuhan sepeda motor di Indonesia sebesar 7% per tahunnya sedangkan pertumbuhan permukaan jalan kurang dari 0,1% per tahunnya.

AC Ventures is Agaeti Ventures and Convergence Ventures’ New Identity

The two local venture capitals, Agaeti Ventures and Convergence Ventures, has officially merged and took a new name as AC Ventures (ACV). Both company’s partners are joining the new entity. They are Adrian Li, Michael Soerijadji, Donald Wihardja, and Pandu Sjahrir.

The four partners to lead the joint team consist of 6 investment professionals and the operational team. No team member are laid off because of this merger.

AC Ventures to invest in 35 early-stage startups within the next three years. Its preferred focus are e-commerce, digital content enabled service, financial technology, and MSME enabled technology.

“From key business development to C level recruiting and follow on fund raising, we have the knowhow, experience, and network to support our founders closely,” Wihardja said.

AC Ventures

ACV is said to have formally established since Q3 2019. They have started investing with the new entity, through Partners’ capital, since the last 6 months, but yet to announce the current portfolios and the amount of managed funds.

Soerijadji and Wihardja told DailySocial that the current fund–the third for Agaeti, Convergence, and ACV–is yet to be closed. They said majority of LPs are foreign investors. They are regional digital corporates, local conglomerates, and venture capitalists from the U.S. and China.

Soerijadji and Wihardja also said that the ticket size for the current fund will be bigger than the previous one- the usual hundred of thousands to millions of dollars.

AC Ventures board of partners
AC Ventures board of partners

Soerijadji said, “The first wave of investments has accelerated technological adoption on online shopping, ride hailing, travel and fintech. However, Indonesia is still relatively early along the adoption curve and the next wave will continue to follow more developed markets and see disruption happen in many more traditional spaces as well as new opportunities.”

In total ACV has invested in 70 startups. Convergence has 5 exits and Agaeti with 1. Each fund is fully deployed.

Following the merger, each portfolio will still be managed separately. Nonetheless, startup portfolios will have access to this new partnership to support their startup’s growth.

One of the partnerships is the follow-on funding capability through Indies Capital because Pandu Sjahrir is also a Managing Partner at Indies Capital.

“Our objective was to consolidate our resources to create a platform of exponential value that can provide significant support to our portfolio Founders as they build and scale successful businesses across Indonesia – the largest market in Southeast Asia,” Adrian said.

Consolidation trend

ACV is the first consolidated VC firm to be officially announced in Indonesia. After the first wave of investment in the past decade, some venture capitals are said to start a consolidation to raise the next round of fund.

After Arya Setiadharma joined as a Partner for MDI Ventures, Prasetia Dwidharma is said to have joint management with Everhaus under Prasetia Everhaus Ventures label. Another word in the street says that Singapore’s Koru Ventures now manages the Venturra Capital portfolio.

This trend is expected to continue, given the uncertain global conditions due to the Covid-19 pandemic. However, investors agree that Indonesia has tremendous potential and they are committed to supporting the growth of local startups.

“Indonesia already has an established track record of creating billion dollar valuations for tech-enabled businesses. Given that Indonesia is forecast to be the fourth largest country in terms of GDP by 2030, we are still only at the early stages of potential future value creation through technology,” Sjahrir said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

AC Ventures Jadi Entitas Baru Agaeti Ventures dan Convergence Ventures

Dua perusahaan modal ventura (venture capital) lokal, Agaeti Ventures dan Convergence Ventures, hari ini resmi mengumumkan merger dan kini bernama AC Ventures (ACV). Para Partner kedua perusahaan menjadi Partner perusahaan baru ini, yaitu Adrian Li, Michael Soerijadji, Donald Wihardja, dan Pandu Sjahrir.

Empat partner ini akan memimpin tim gabungan yang terdiri 6 profesional di bidang investasi dan tim operasional. Perusahaan memastikan tidak ada pegawai yang di-lay off terkait penggabungan bisnis ini.

Fokus AC Ventures adalah berinvestasi ke 35 startup tahap awal dalam 3 tahun mendatang. Prioritas pendanaan adalah startup di sektor e-commerce, layanan berbasis konten digital, fintech, dan teknologi untuk UKM.

“Dari pembangunan bisnis kunci ke perekrutan C-level dan pendanaan lanjutan, kami memiliki pengetahuan, pengalaman, dan jaringan untuk mendukung para pendiri secara dekat,” ujar Donald.

AC Ventures

ACV disebut telah diformalisasi sejak Q3 2019. Mereka mengklaim telah mulai berinvestasi dengan entitas baru, melalui dana Partner, selama 6 bulan terakhir, tetapi belum bersedia mengumumkan siapa portofolio barunya dan berapa dana kelolaannya sekarang.

Kepada DailySocial, Michael dan Donald mengungkap dana  saat ini–dana kelolaan ketiga bagi Agaeti, Convergence, dan ACV–masih belum fully close. Mereka menyebut persentase terbesar LP-nya adalah pihak asing. Termasuk dalam jajaran LP untuk dana kali ini adalah korporasi digital regional, konglomerat lokal, dan para pendiri dana ventura di Amerika Serikat dan Tiongkok.

Michael dan Donald menyebutkan ticket size per startup dari dana kelolaan baru akan lebih besar dibanding ticket size mereka terdahulu, yang berkisar antara ratusan ribu dollar hingga jutaan dollar.

Jajaran Partner AC Ventures
Jajaran Partner AC Ventures

Michael mengatakan, “Gelombang pertama investasi [di Indonesia] telah mengakselerasi adopsi teknologi di belanja online, transportasi, travel, dan fintech. Meskipun demikian, Indonesia masih cukup muda di kurva adopsi [teknologi] dan gelombang berikutnya akan melihat disrupsi di lebih banyak ruang tradisional dan [menciptakan] peluang baru.”

Dari dana terdahulu, ACV secara total telah berinvestasi ke 70 startup, dengan Convergence telah memiliki 5 exit dan Agaeti memiliki 1 exit. Dana kelolaan yang dimiliki masing-masing disebut telah sepenuhnya dialokasikan.

Pasca merger ini, masing-masing portofolio akan tetap dikelola secara terpisah. Meskipun demikian, startup portofolio akan mendapatkan akses ke kemitraan baru ini untuk mendukung pertumbuhan startup mereka.

Salah satu kemitraan yang tercipta adalah potensi pendanaan tahap lanjut melalui Indies Capital, karena Pandu Sjahrir juga merupakan Managing Partner di Indies Capital.

“Tujuan kami adalah mengonsolidasi sumberdaya kami untuk menciptakan platform dengan nilai eksponensial yang dapat memberikan dukungan signifikan bagi para Pendiri startup portofolio kami untuk membangun dan meningkatkan bisnisnya di seluruh Indonesia–pasar terbesar di Asia Tenggara,” ujar Adrian.

Tren konsolidasi

Pendirian ACV merupakan konsolidasi perusahaan VC pertama yang resmi diumumkan di Indonesia. Setelah gelombang investasi tahap pertama dalam 10 tahun terakhir, beberapa perusahaan modal ventura disebut-sebut mulai melakukan konsolidasi agar bisa mengumpulkan dana kelolaan tahap berikutnya.

Pasca bergabungnya Arya Setiadharma ke jajaran Partner MDI Ventures, Prasetia Dwidharma disebut memiliki manajemen bersama dengan Everhaus dengan entitas Prasetia Everhaus Ventures. Rumor lain menyebut Koru Ventures Singapura kini ikut mengelola portofolio Venturra Capital.

Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut, mengingat kondisi global yang tidak menentu akibat pandemi Covid-19. Meskipun demikian, para investor tetap sepakat bahwa Indonesia memiliki potensi yang luar biasa dan mereka berkomitmen mendukung pertumbuhan startup lokal.

“Indonesia telah memiliki track record yang jelas untuk menciptakan valuasi miliaran dollar bagi bisnis berbasis teknologi. Dengan Indonesia diperkirakan menjadi salah satu ekonomi terbesar dunia, berdasarkan GDP di tahun 2030, kita masih berada di fase awal dalam menciptakan nilai-nilai masa depan melalui teknologi,” ujar Pandu.

ProSpark Provides Edtech Solution in B2B Segment

Founded in 2018, ProSpark offers a Learning Management System (LMS) that allows companies to train, certify, transfer knowledge, and collaborate. In particular targeting B2B segment by providing a learning management system to improve staff comprehension.

ProSpark’s CEO and Co-founder, Alfa Bumhira, told DailySocial that the platform was designed to provide access and medium to help educate and empower people with necessary skill sets in support of their careers. Aside from Indonesia, ProSpark is also present in Singapore and the Philippines.

“Our vision and mission are rooted in helping people. The ProSpark Founders have both lived in the United States for a long time, and we have witnessed what positive investments in human resources can do towards a company and a country’s development.”

ProSpark business in Indonesia

ProSpark platform
ProSpark platform

Today, ProSpark has served several corporate clients, among which are Bank Sahabat Sampoerna & SLU Insurance. The company also has 3 key partners and currently in the process of finalizing 2 new strategic partnerships that will help expand its market footprint in Indonesia (to be announced soon).

ProSpark targets multiple industries across varying sectors, seeing the increasingly high demand in the digital learning space. They also have a local team and partnership network in Surabaya, Bogor, and Bandung with a plan for further expansions into other cities.

The implemented business model is subscription-based on user license and content fee. In terms of LMS license, it is based on a yearly or multiple-year subscription B2B model, and the content fee is based on the module types. ProSpark claims to have a unique value proposition and leading features as their core strengths in terms of LMS simplicity, easy integration, flexible customization that are user-friendly and learner centric.

“We believe in Indonesia’s social and economic future, and we are positive that ProSpark can play a significant role to support positive transformation that is happening in every sector,” Bumhira said.

In Indonesia, there are also other edutech startups targeting business sectors. A similar example to ProSpark is HarukaEdu’s product, CorporateEDU. There are also other platforms in the market that focuses on supporting employees’ individual capacity building, including Skill Academy from Ruangguru and also Vokraf.

Business plans after pre-seed funding

(left-right) Adi Wibowo Adisaputro Angel Investor, Subash Gopinathan COO & Co-Founder ProSpark, Maria Natashia Investment Manager @ Prasetia Dwidharma, Alfa Bumhira CEO & Co-Founder ProSpark, Michael Soerijadji Agaeti Ventures Partner, Gregorius Arya Sena Agaeti Ventures
(left-right) Adi Wibowo Adisaputro (Angel Investor), Subash Gopinathan (COO & Co-Founder of ProSpark), Maria Natashia (Investment Manager at Prasetia Dwidharma), Alfa Bumhira (CEO & Co-Founder at ProSpark), Michael Soerijadji (Partner at Agaeti Ventures Partner), Gregorius Arya Sena (Agaeti Ventures)

In order to accelerate business development, ProSpark has secured pre-seed funding led by Agaeti Ventures. Prasetia Dwidharma and angel investor, Adi Adisaputro, also participated in this round.

ProSpark plans to use the funds to expand its commercial footprint and strengthen its position in the market. The company is also working on plans for regional expansion across SE Asia in the future.

“Funding will be channeled to develop our technology infrastructure for both our team in the Philippines and Indonesia. We also to invest some of it to expand commercial coverage in our key market, Indonesia,” he added.

As the demand increased while COVID-19 quarantine period and Work From Home (WFH) system announced by the government, ProSpark offers digital learning solution for companies to provide their employees.

“During the COVID-19 outbreak, a lot of direct training has been canceled, and the companies and organizations have been looking for cheaper and more efficient ways to train people for a long time. Thus, ProSpark provides a ready-made experience that allows companies to train their employees anywhere, anytime through the ProSpark website and application,” Bumhira concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

ProSpark Hadirkan Solusi Edutech di Segmen B2B

Didirikan pada tahun 2018, ProSpark dikembangkan menjadi Learning Management System (LMS) yang memungkinkan perusahaan untuk melatih, melakukan sertifikasi, transfer pengetahuan, dan berkolaboras;  baik di lingkup internal maupun eksternal. Secara khusus menargetkan segmen B2B, dengan memberikan sistem manajemen pembelajaran untuk peningkatan kompetensi staf.

Kepada DailySocial CEO & Co-Founder ProSpark Alfa Bumhira mengungkapkan, platformnya didirikan atas dasar memberikan akses dan sarana untuk membantu mendidik dan memberdayakan orang-orang dengan keterampilan yang dibutuhkan agar bisa meningkatkan karier mereka. Selain di Indonesia, ProSpark juga telah hadir di Singapura dan Filipina.

“Visi dan misi kami berakar pada membantu orang. Para Pendiri ProSpark keduanya tinggal di Amerika Serikat dalam waktu yang lama, dan kami telah menyaksikan apa yang dapat dilakukan investasi positif kepada sumber daya manusia terhadap pengembangan perusahaan atau negara.”

Bisnis ProSpark di Indonesia

Platform ProSpark
Platform ProSpark

Saat ini ProSpark telah memiliki beberapa klien dari kalangan korporasi, di antaranya adalah Bank Sahabat Sampoerna & Asuransi SLU. Perusahaan juga telah menjalin kemitraan dengan 3 mitra kunci, dan saat ini sedang dalam proses untuk menyelesaikan 2 kemitraan strategis baru, yang nantinya akan membantu memperluas langkah perusahaan di Indonesia (kesepakatan akan segera diumumkan).

ProSpark menargetkan banyak sektor industri, dilihat dari besarnya permintaan yang meningkat di ruang pembelajaran digital. Mereka juga telah memiliki tim lokal dan juga jaringan kemitraan yang juga mencakup Surabaya, Bogor, dan Bandung dengan tujuan memperluas ke kota-kota lain.

Model bisnis yang diterapkan didasarkan pada lisensi dan biaya konten. Untuk lisensi LMS, model berbasis langganan tahunan B2B atau multi-tahun, dan untuk kontennya didasarkan pada jenis modul. ProSpark mengklaim memiliki nilai proposisi yang unik yang menjadi kekuatan mereka terutama dalam kesederhanaan LMS, integrasi yang mudah, peningkatan fleksibel yang memenuhi inti dari kebutuhan pengguna.

“Kami sangat percaya (positif) tentang masa depan Indonesia secara ekonomi dan sosial, dan kami percaya ProSpark dapat berperan untuk mendukung transformasi positif yang sedang berlangsung di berbagai sektor,” kata Alfa.

Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa layanan edutech yang menargetkan kalangan bisnis. Misalnya yang serupa ProSpark ada HarukaEdu melalui produk CorporateEDU. Sementara untuk pengembangan kompetensi staf secara mandiri, banyak juga platform yang sudah beredar di pasaran, termasuk Skill Academy dari Ruangguru dan juga Vokraf.

Rencana ProSpark usai mengantongi pendanaan

(ki-ka) Adi Wibowo Adisaputro Angel Investor, Subash Gopinathan COO & Co-Founder ProSpark, Maria Natashia Investment Manager @ Prasetia Dwidharma, Alfa Bumhira CEO & Co-Founder ProSpark, Michael Soerijadji Agaeti Ventures Partner, Gregorius Arya Sena Agaeti Ventures
(ki-ka) Adi Wibowo Adisaputro Angel Investor, Subash Gopinathan COO & Co-Founder ProSpark, Maria Natashia Investment Manager @ Prasetia Dwidharma, Alfa Bumhira CEO & Co-Founder ProSpark, Michael Soerijadji Agaeti Ventures Partner, Gregorius Arya Sena Agaeti Ventures

Untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, ProSpark telah mengantongi pendanaan tahapan pre-seed yang dipimpin oleh Agaeti Ventures. Prasetia Dwidharma dan angel investor Adi Adisaputro juga terlibat dalam tahapan pendanaan ini.

ProSpark berencana untuk menggunakan dana tersebut untuk memperluas jejak komersialnya dan memperkuat posisinya di pasar. Perusahaan juga sedang menyiapkan rencana masa depan untuk ekspansi regional di seluruh Asia Tenggara.

“Dana akan digunakan untuk memperluas infrastruktur teknologi kami karena kedua tim teknologi kami berada di Filipina dan Indonesia. Kami akan menginvestasikan sebagian dana untuk memperluas jejak komersial kami di target pasar utama kami, Indonesia,” kata Alfa.

Melihat besarnya permintaan selama masa karantina penyebaran virus COVID-19 dan Work From Home (WFH) yang dianjurkan oleh pemerintah, ProSpark menawarkan solusi belajar secara digital kepada perusahaan agar bisa dimanfaatkan oleh pegawai.

“Saat ini dengan kondisi penyebaran virus COVID-19, banyak pelatihan langsung dibatalkan, dan juga untuk waktu yang lama perusahaan dan organisasi telah mencari cara yang lebih murah dan lebih efisien untuk melatih orang. Jadi ProSpark menyediakan pengalaman siap pakai yang memungkinkan perusahaan untuk melatih pegawai mereka di mana saja, kapan saja melalui situs dan aplikasi ProSpark,” kata Alfa.

Application Information Will Show Up Here

Startup Fintech Syariah Alami Bukukan Pendanaan 20 Miliar Rupiah

PT Alami Teknologi Sharia Group (Alami) berhasil mengantongi pendanaan terbaru dalam putaran seed. Investasi dipimpin oleh Golden Gate Ventures dengan keterlibatan RHL Ventures, Agaeti Ventures, dan Aamir Rahim melalui Zelda Crown.

“Karena ini masih MoU kami belum bisa disclose jumlahnya, tapi nilainya di atas 20 miliar Rupiah,” ujar Founder & CEO Alami Dima Djani dalam acara 6th Indonesia Sharia Economic Festival.

Dima mengatakan, dana segar tersebut seluruhnya akan dipakai untuk pengembangan teknologi, optimasi operasional, dan pemasaran produk. Seperti yang diketahui, Alami menyediakan produk keuangan berbasis syariah.

Alami sendiri fokus sebagai platform p2p lending untuk pelaku usaha kecil menengah (UKM) sebagai pasarnya. Namun dengan pendanaan baru ini, Alami membuka kemungkinan untuk merambah permodalan bagi pelaku usaha yang lebih kecil.

“Saat ini kita masih fokus di UKM tapi justru dengan pendanaan ini akan eksplorasi produk-produk baru salah satunya mungkin masuk ke pendanaan mikro,” imbuh Dima.

Langkah lain yang akan diambil oleh Alami adalah mengembangkan kembali layanan agregator mereka. Dalam riwayat Alami, layanan agregator diperkenalkan lebih dulu dengan tujuan memudahkan UKM mendapatkan pinjaman dari institusi keuangan syariah.

Selain itu Dima juga menuturkan, seluruh proses pendanaan dilakukan secara syariah, sehingga diklaim sebagai kesepakatan pendanaan berbasis syariah dengan modal ventura yang pertama di Asia Tenggara.

Dima melihat faktor keterbukaan masih luput sebagai pertimbangan para pelaku bisnis syariah di dalam negeri. Ia mencontohkan bagaimana bisnis syariah sulit berkembang karena begitu selektif dengan investor yang ingin bekerja sama.

“Karena pada akhirnya Islam itu kan untuk semuanya. Siapa saja yang mau, asalkan ikut struktur syariah kita OK,” tutur Dima.

Alami mengklaim sudah menyalurkan pembiayaan sekitar Rp50 miliar di periode Mei-Oktober 2019. Jumlah pemberi dana yang bergabung dengan sekitar 1.500 orang. Dengan pendanaan baru ini, Alami berharap dapat mengembangkan layanannya untuk setahun ke depan.

StickEarn Announces Series A Worth of 77.6 Billion Rupiah

StickEarn startup known with its advertising solution on the vehicle, today (10/15) announced series A funding closed at $5.5 million or around 77.6 billion Rupiah. This round led by East Ventures and SMDV, followed by Grab, Ovo, and Agaeti Ventures.

The fresh money is to be used to explore new opportunities and services. It also to improve data analytics for a better advertising business. StickEarn offers various out-of-home advertising platforms, such as StickMob (car), StickMotor (motorcycle), StickBus (bus), StickAngkot (Angkot), StickPlane (plane), dan StickMart (retail in-car).

Since 2017, there are more than 300 brands are helped by StickEarn service. Mostly has income growth up to 300% of the awareness. The company has been operating in 31 cities in Indonesia.

“We have this commitment to developing ads platform which brings significant impact, easy access, and smart product for our clients. Through this round, we tried to recruit the best talents in the industry to improve our service in order to meet the client’s demand, to develop new products, and tighten up our partnership among agencies,” StickEarn’s Co-Founder, Archie Carlson said.

Last month, StickEarn has introduced StickTron, a new model of advertising using moving LED on trucks. This is still on trial around Jakarta. They’re targeting 10 units of LED trucks by early 2020.

“We’ll keep developing various ad services to support campaigns in the integrated and multi-platform. This is to allow StickEarn clients to experience the whole advertising to integrate offline marketing strategy online. We’ll provide more data-based campaign report ad tech updates, therefore, to help clients make better decisions,” StickEarn’s Co-Founder, Garry Limanata said.

StickEarn first received seed funding in 2007 from East Ventures. Along the journey, they’ve made some strategic partnerships, such as GrabAds with Grab.

“As StickEarn’s early investor, East Venture has seen how the pioneers prove their point to develop this kind-of-new business model, in vertical or horizontal. Within only two years, their solution keeps making positive impact either for advertisers or brands. The investment is our commitment to StickEarn can work on its vision to make industrial revolution of out-of-home (OOH) advertising in Indonesia,” East Ventures’ Managing Partner, Willson Cuaca said.

In addition to StickEarn, Indonesia also has StiCar, Ubiklan, Adroady, and some other players that provide similar services. Promogo, a startup that offers advertisement on vehicles, has acquired by Gojek.

Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

 

StickEarn Umumkan Perolehan Pendanaan Seri A Senilai 77,6 Miliar Rupiah

StickEarn startup yang dikenal dengan solusi periklanan di kendaraan, hari ini (15/10) mengumumkan penutupan pendanaan seri A dengan nilai mencapai $5,5 juta atau setara 77,6 miliar Rupiah. Putaran investasi ini dipimpin oleh East Ventures dan SMDV, turut berpartisipasi di dalamnya Grab, Ovo, dan Agaeti Ventures.

Dana segar ini akan dimanfaatkan perusahaan untuk mengeksplorasi peluang dan layanan baru. Termasuk meningkatkan kemampuan analisis data untuk mendukung bisnis periklanan yang dijalankan. StickEarn menawarkan beragam pilihan platform beriklan luar ruangan seperti StickMob (mobil), StickMotor (sepeda motor), StickBus (bus), StickAngkot (angkutan perkotaan), StickPlane (pesawat), dan StickMart (ritel di dalam mobil).

Sejak debut pada tahun 2017, saat ini sudah lebih dari 300 brand dibantu dengan layanan iklan StickEarn. Rata-rata mengalami peningkatan pendapatan hingga 300% dari awareness yang dihasilkan. Perusahaan juga sudah  beroperasi di 31 kota di Indonesia.

“Kami berkomitmen untuk terus mengembangkan platform iklan yang membawa dampak besar, mudah diakses, dan cerdas untuk klien kami. Melalui putaran pendanaan ini, kami berupaya untuk merekrut talenta terbaik di industri guna meningkatkan layanan kami dalam memenuhi kebutuhan klien, mengembangkan produk-produk terbaru, serta memperkuat kemitraan antara agensi dan StickEarn lebih,” ujar Co-founder StickEarn Archie Carlson.

Awal bulan lalu StickEarn baru memperkenalkan StickTron, yakni model layanan beriklan melalui layar LED bergerak yang ditempelkan pada kendaraan truk. Saat ini masih diuji coba di kawasan Jakarta. Targetnya akan ada 10 unit LED Truck di awal 2020 mendatang.

“Kami akan terus mengembangkan berbagai layanan beriklan yang dapat mendukung kampanye di multi-platform dan terintegrasi. Hal ini agar memungkinkan klien StickEarn dapat merasakan pengalaman beriklan yang lebih menyeluruh dan mengintegrasikan strategi pemasaran offline ke online. Kami juga akan menyediakan lebih banyak laporan kampanye berbasis data, serta pembaharuan teknologi, sehingga dapat membantu klien membuat keputusan yang lebih baik,” lanjut Co-founder StickEarn Garry Limanata.

StickEarn mendapatkan pendanaan awal pada tahun 2017 dari East Ventures. Dalam perjalanannya, mereka juga menggandeng berbagai mitra strategis, salah satunya Grab untuk inisiatif GrabAds.

“Sebagai pendukung pertama StickEarn, East Ventures melihat bagaimana para pengagas membuktikan kemampuan mereka untuk mengembangkan model bisnis baru ini, baik secara horizontal maupun vertikal. Hanya dalam dua setengah tahun, solusi mereka terus memberikan dampak positif baik bagi pengiklan dan brand. Investasi ini adalah bukti kepercayaan kami bahwa StickEarn akan dapat memenuhi visinya dalam merevolusi industri periklanan luar ruang (OOH) di Indonesia,” sambut Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Selain StickEarn, di Indonesia juga ada StiCar, Ubiklan, Adroady, dan beberapa pemain lainnya yang menyajikan layanan serupa. Promogo juga memiliki layanan periklanan di kendaraan serupa, saat ini sudah diakuisisi oleh Gojek.

Application Information Will Show Up Here