Tidak Lagi Sekadar “Travel Aggregator”, Koperansel Kini Layani Pembelian Tiket

Koperansel yang dulu memperkenalkan diri ke khalayak sebagai startup travel search, atau semacam situs aggregator, untuk membantu masyarakat mencarikan tiket perjalanan, kini bertransformasi menjadi travel meta-book. Transformasi ini dilakukan setelah layanan tersebut dapat digunakan untuk memesan tiket di lebih dari 200 online travel agent (OTA) yang menjadi partner.

“Tidak hanya sebatas pencarian antar OTA, situs airlines dan hotel; namun pengguna di Indonesia memerlukan sebuah travel search yang mampu beradaptasi dengan perferensi pengguna,” terang CEO Koperansel Dwi Pradito.

Dwi lebih jauh menjelaskan bahwa kerja sama dengan ratusan OTA diwujudkan dalam bentuk kontrak atau persetujuan yang menyatakan bahwa Koperansel memiliki kewenangan untuk mendistribusikan data inventory penerbangan dan hotel lengkap berserta harga yang tercantum. Setiap OTA disebut memiliki bentuk kerja sama yang berbeda-beda.

Berbeda dengan konsep Koperansel sebelumnya, saat ini seluruh proses termasuk pemesanan dan pembayaran, bisa dilakukan melalui situs Koperansel.

“Dapat disimpulkan bahwa kerja sama ini berbeda dengan kerja sama pada poin travel search, karena Koperansel menjadi platform yang dipercaya untuk memfasilitasi proses booking dan bayar produk OTA tersebut. Memang ada sebagian OTA lainnya, yang sedang dalam tahap integrasi dan finalisasi kerja sama, pembayarannya masih memakai payment gateway mereka, namun interface seluruhnya berada di Koepransel. Ke depannya, seluruh pembayaran yang akan diterima, akan ditujukan ke alamat pembayaran Koperansel,” terang Dwi.

Saat ini Koperansel telah mampu menampilkan data penerbangan dari setiap OTA dan membandingkan harga hingga mendapatkan yang termurah. Koperansel akan menampilkan 200 hingga 300 pilihan tiket termurah di tiap pencarian dalam hitungan detik.

Fitur pembelian di situs Koperansel bisa dilakukan melalui tab Instant Book yang ada di situs Koperansel. Dijelaskan Dwi saat ini sebagian besar OTA masih diakses dengan pencarian dan diarahkan ke situs OTA masing-masing. Namun ada beberapa yang sudah mendukung Instant Booking di Koperansel.

Selain Koperansel ada juga Trivago yang menyajikan layanan serupa. Keduanya sama-sama memposisikan diri sebagai travel aggregator yang memudahkan pengguna mencari tiket di satu tempat dari berbagai OTA.

Menanggapi head to head ini Dwi mengklaim bahwa Koperansel unggul di beberapa aspek, seperti lebih banyak didukung OTA lokal dan fitur instan booking yang belum ada di Trivago.

Untuk rencana selanjutnya Dwi menjelaskan, untuk saat ini Koperansel masih akan fokus pada pengembangan meningkatkan pengalaman pengguna dalam mencari dan memesan. Termasuk merencanakan meluncurkan aplikasi mobile pada pertengahan tahun 2019.

“Kami menargetkan untuk meningkatkan produktivitas tersebut hingga 30% lebih tinggi di 2019. Efisiensi dengan jaminan harga terbaik kapanpun dan kemanapun didukung oleh kenyamanan dan keamanan adalah hal yang kami prioritaskan bagi pengguna, karena preferensi masing-masing pengguna di travel sangat luas,” pungkas Dwi.

Datanest Hadirkan Platform Data-Science-as-a-Services

Mencoba menghadirkan layanan bisnis yang mengedepankan pendekatan berbasis data-drive, startup bernama Datanest dihadirkan. Di debut awalnya, startup ini melakukan proses bisnis melalui dua pendekatan, pengembangan produk dan menjual layanan berbasis data. Datanest ingin menjadikan dirinya sebagai platform Data-Science-as-a-Services yang dapat diterapkan bisnis untuk memberikan dampak pada penggunaan data. Solusi yang ditawarkan mencakup dari hulu ke hilir, mulai dari pengelolaan data hingga penyelarasan data untuk analisis prediktif.

Di awal debutnya, Datanest tengah mematangkan produk berbasis lending fintech agregator MisterPinjaman. Untuk merealisasikan sistem tersebut, pihaknya bersinergi dengan beberapa marketplace dan data partners untuk menjembatani merchant atau pengguna personal mendapatkan komparasi produk finansial berbasis pinjaman. Di MisterPinjaman, sistem mengolah dan menganalisis perilaku transaksi untuk menghasilkan merchant score, default prediction, dan business forecast. Tujuannya termasuk menghasilkan penilaian terhadap kemampuan peminjam untuk melunasi komitmen hutangnya.

Untuk layanan pengembangan Datanest menyediakan tiga opsi, yakni Data Acquisition, Data Visualization dan Audience Targeting. Layanan pertama ditujukan untuk membantu perusahaan dalam membangun jembatan dari sumber data yang dimiliki, termasuk mengupayakan data tersebut menjadi lebih terstruktur sehingga lebih mudah dipahami. Layanan kedua mengupayakan teknik visualisasi, untuk mentransformasikan data sehingga menjadi informasi yang berguna untuk bisnis. Untuk layanan ketiga memfokuskan pada pemanfaatan data secara lebih riil, membantu bisnis menargetkan analisis target konsumen berdasarkan data karakteristik pengguna yang dimiliki.

Lahan bisnis startup berbasis data cerah

Banyak yang mengatakan bahwa “Data is the New Currency” atau “Today’s Gold is Data”, pun demikian transformasi digital yang banyak dilakukan oleh bisnis, salah satunya mengarahkan pada optimasi data untuk analisis yang lebih baik. Menurut Co-Founder dan CEO Datanes Manggala D. Ratulangie, proses tersebut belum sematang yang dibayangkan.

“Sebagian besar pelaku bisnis saat ini berlomba-lomba untuk mengumpulkan data sebanyak mungkin. Tetapi, tidak banyak yang bisa memanfaatkan ataupun meramu data yang tepat untuk berbagai kebutuhannya. Kalau dianalogikan menambang emas, diperlukan keahlian khusus melalui berbagai proses pemurnian, sampai akhirnya bisa menjadi emas. Begitu pula yang terjadi dengan data,” ujar Manggala.

Manggala melanjutkan, “Dalam suatu bisnis, yang mengetahui data terbaik mana yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan seseorang pastinya orang yang berpengalaman dalam bisnis tersebut. Sehingga kami percaya bahwa mengolah data bukan hanya ranah para Data Analyst/Scientist, tetapi pekerjaan semua orang yang terlibat di dalamnya.”

Datanes menyediakan custom solution bagi bisnis untuk memulai transformasi berbasis data. Manggala menceritakan dari proses yang pernah dijalani. Umumnya akan dimulai dengan mendefinisikan masalah yang dihadapi dan hasil seperti apa yang diinginkan. Dari uraian tersebut, tim Datanest akan melakukan analisis kebutuhan dan mempersiapkan proses integrasi secara bisnis dan teknis.

Di proses integrasi, sebuah tunnel khusus akan dibuat dan disambungkan ke infrastruktur klien, hal ini dilakukan agar biaya integrasi dapat ditekan dan hampir tidak ada perubahan di sisi klien. Datanest Engine sendiri menggunakan teknologi cloud sehingga lebih fleksibel dan lebih fokus ke kebutuhan bisnis.

Setelah proses di atas berhasil dijalankan, tim Data Scientist Datanest akan mengembangkan pemodelan berbasis Machine Learning sesuai spesifikasi masalah yang dibutuhkan klien. Lalu penyajian data akan disiapkan melalui dasbor internal yang didesain khusus untuk klien dilengkapi dengan fitur berbasis Business Intelligence. Hasil data tersebut dapat dihubungkan ke aplikasi bisnis melalui API yang disediakan oleh Datanest.

Di sisi lain, solusi seperti ini rentan dengan keamanan data dan privasi. Manggala menangkap kekhawatiran tersebut. Ia menjelaskan, “Privasi data merupakan bagian terpenting yang menjadi perhatian kami. Untuk itu data yang masuk ke data pool kami sudah pasti dalam bentuk anonim dan terenkripsi, sehingga privasi dan kerahasiaan data klien akan terjamin. Sistem kami juga dapat diintegrasikan secara hybrid, data pool ini juga dapat diimplementasikan di internal sistem milik klien untuk meyakinkan bahwa akses terhadap data hanya berasal dari engine yang dimiliki Datanest.”

Fokus ke MasterPinjaman, memaksimalkan momentum fintech

Startup ini didirikan oleh dua orang Co-Founder, yakni Manggala dan rekannya Thibaud Plaquet (Chief Business Officer). Manggala sendiri sebelumnya seorang data analis profesional yang memfokuskan keahliannya dalam sistem ERP, Big Data dan analisis bisnis perusahaan. Sedangkan Thibaud merupakan mantan seorang engineer, sebelumnya menjalani karier profesional di beberapa perusahaan termasuk Philips Healthcare dan Sony Professional Solution.

Operasional Datanest saat ini didukung oleh suntikan data angel investor. Tahun ini pihaknya juga tengah mempersiapkan untuk seed funding melalui kegiatan akselerasi Plug and Play Indonesia. Rencananya pendanaan tersebut akan mendukung objektif binsis Datanest di tahun 2018, yakni meningkatkan kemampuan produk MasterPinjam dari sisi teknologi, model machine learning, dan targeting engine. Upaya ini turut memaksimalkan momentum fintech yang masih terus bertumbuh di Indonesia.

Cermati Optimis Platform E-Commerce Mampu Tingkatkan Penetrasi Produk Finansial

Demi memantapkan diri sebagai platform e-commerce produk keuangan, Cermati terus berusaha menghadirkan ragam layanan di dalamnya. Yang terbaru adalah layanan online untuk pendaftaran asuransi mobil sebagai hasil kemitraan dengan beberapa perusahaan, termasuk Simasnet, Adira Insurance, MNC Insurance dan beberapa lainnya. Tidak hanya berhenti di situ, menurut pemaparan Co-Founder & CEO Cermati Andhy Koesnandar pelebaran sayap bisnis masih akan terus digencarkan.

“Tujuan Cermati adalah menjadi portal e-commerce produk keuangan yang lengkap. Asuransi online adalah langkah kita untuk expand di luar produk perbankan. Kami sangat positif dengan market Indonesia di tahun 2017,” ujar Andhy penuh rasa optimis.

Memaparkan tentang capaiannya, Andhy turut menceritakan, bahwa saat ini situs Cermati rata-rata mendapat kunjungan 3 juta konsumen setiap bulannya. Di tahun 2016 Cermati telah memfasilitasi produk keuangan dengan kisaran nilai hingga 100 miliar rupiah, dan angka tersebut diyakini akan berkembang pesat di tahun 2017. Produk yang menjadi primadona saat ini adalah kartu kredit dan pinjaman. Kedua produk tersebut juga yang menjadi portofolio awal Cermati.

Dari survei yang pernah dilakukan DailySocial untuk lanskap fintech Indonesia di tahun 2016, platform agregator (13%) menempati urutan terpopuler ketiga setelah payment (43%) dan peer-to-peer lending (17%). Selain Cermati ada beberapa pemain lainnya, misalnya CekAja, PasarPolis, AturDuit, Bareksa dan sebagainya. Banyaknya pemain di sektor tersebut tak lain karena pangsa pasar yang sudah mulai aware dengan layanan tersebut.

[Unduh Selengkapnya: Indonesia’s Fintech Report 2016]

Menanggapi potensi pasar untuk produk finansial yang didapat secara online, Cermati sangar percaya diri bahwa penggunanya di Indonesia akan terus meningkat.

“Pasti (terus meningkat), layanan online seperti Cermati menawarkan kemudahan untuk mendapatkan informasi produk keuangan yang lebih transparan dan lengkap, jadi lebih convenient untuk masyarakat Indonesia yang ingin mendapatkan produk keuangan yang terbaik untuk mereka,” papar Andhy.

Salah satu alasannya, menurut Andhy, karena produk keuangan adalah produk yang kompleks dan susah dimengerti. Selain itu produk keuangan adalah produk yang dibutuhkan sejalan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat Indonesia. Dengan pendapatan rata-rata masyarakat Indonesia yang mendekat ke USD5000 per tahun dan penetrasi teknologi finansial yang semakin luas, Cermati percaya bahwa finansial inklusi akan berakselerasi di beberapa tahun ke depan.

Terkait dengan tantangan di industri tersebut Andhy juga menyampaikan pendapatnya, “Rendahnya penetrasi produk keuangan adalah tantangan dan kesempatan untuk Cermati. Tantangan karena kami harus membantu menjelaskan produk keuangan yang relatif kompleks dan kesempatan karena masyarakat yang bisa dijangkau masih luas.”

Sebagai salah satu well-funded startup di Indonesia –terakhir pendanaan didapat dari Orange Growth Capital, menyusul pendanaan sebelumnya oleh East Ventures dan Beenos Plaza—Cermati terus berambisi melengkapi platformnya dengan ragam layanan keuangan yang dibutuhkan masyarakat. Di lain sisi, pihaknya juga mengaku akan mengikuti regulasi yang ada, pasalnya produk keuangan seperti yang disajikan Cermati memang cukup “peka” dan butuh payung hukum yang jelas.

“Sejauh ini OJK baru mengeluarkan peraturan yang mengatur fintech di bidang peer-to-peer lending. OJK masih menggodok peraturan untuk pemain fintech dengan jenis yang lain. Cermati sebagai salah satu perusahaan fintech dengan jenis bisnis agregator siap untuk mengikuti peraturan yang dibuat oleh OJK, karena peraturan dari OJK akan membantu industri fintech untuk berkembang secara sustainable,” pungkas Andhy.

Rencana Portal Asuransi Online Cek Premi Tahun Ini

Portal asuransi online CekPremi membeberkan sejumlah rencana agresif pada tahun ini demi meningkatkan eksistensinya sebagai pemain fintech asuransi di Tanah Air. Beberapa rencana di antaranya menambah rekanan produk dan layanan baru, serta meluncurkan aplikasi khusus pengajuan klaim asuransi.

Untuk melancarkan seluruh strategi tersebut, perusahaan berencana untuk mencari dana segar dari investor. Aksi ini merupakan perdana dilakukan CekPremi sejak pertama kali diluncurkan pada September 2014, selama ini perusahaan menggunakan dana dari kantung sendiri untuk operasionalnya.

“Kondisi kami terkini masih memiliki dana yang cukup untuk terus ekspansi. Namun untuk mencapai pertumbuhan yang lebih agresif, tentu saja butuh tambahan funding. Kami masih memproses dengan bertemu calon investor potensial,” terang Business Development Manager CekPremi Ivan Sunandar kepada DailySocial, Senin (15/5).

Saat ini CekPremi sudah bermitra dengan lebih dari 20 perusahaan asuransi umum di Indonesia. Adapun jumlah nasabah aktif yang sudah dihimpun CekPremi sekitar 12 ribu hingga 15 ribu orang, dengan total premi sekitar Rp46 miliar. Lokasi nasabah saat ini masih terpusat di Pulau Jawa, namun telah menyebar ke Papua, Medan, Kalimantan, dan Bali.

Beberapa perusahaan asuransi yang sudah menjadi rekanan CekPremi diantaranya, Asuransi MAG, Jasindo, Adira Insurance, Bess Central Insurance, dan lainnya. Adapun produk asuransi yang paling diminati adalah asuransi kesehatan dan mobil.

“Asuransi kesehatan dan mobil jadi produk yang paling laku, faktornya dikarenakan awareness masyarakat terhadap asuransi mulai meningkat sebagai sesuatu yang diperlukan. Kehadiran BPJS juga menjadi pemicu kesadaran masyarakat.”

Siap tunduk aturan OJK

Seperti diketahui, OJK saat ini tengah mewacanakan rencana untuk mengatur pemasaran asuransi secara digital. Pengaturan akan dilakukan secara bertahap, langkah awal akan diatur soal pemasaran asuransi lewat situs masing-masing asuransi berbentuk surat edaran. Berikutnya, regulator akan mengatur soal pemasaran produk asuransi lewat lembaga lain yang bertindak sebagai agregator.

Terkait hal ini, Ivan mengatakan bahwa pihaknya siap untuk tunduk dengan aturan tersebut meski saat ini belum ada aturan yang mengatur mekanisme asuransi online di Indonesia.

Secara model bisnis, pihaknya menolak disebut sebagai agregator, broker, ataupun agen asuransi. Sebab ketiganya memiliki kelemahan masing-masing.

Untuk agregator, perusahaan memiliki keterbatasan tidak bisa melayani nasabah untuk pemrosesan klaim. Kalau broker, kebanyakan segmen broker adalah nasabah institusi, biasa menangani asuransi dengan risiko yang besar. Hal ini berbeda dengan fokus CekPremi yang fokus menyasar nasabah ritel.

Sementara agen memiliki keterbatasan dalam melayani nasabah. Berdasarkan aturan yang berlaku, seorang agen tidak bisa merepresentasikan diri sebagai agen dari berbagai perusahaan asuransi.

“Sedangkan ranah model bisnis kami adalah di antara broker dan agen. Kami ini end-to-end service, juga bukan disebut agregator karena kami memiliki petugas yang melayani setiap klaim yang diajukan nasabah. Kami juga punya tim bengkel khusus untuk menangani asuransi mobil dan pelayanan klaimnya,” pungkas Ivan.

UCWeb Luncurkan Program We-Media Reward Plan 2.0

Sejak diluncurkan bulan Agustus 2016 lalu, platform distribusi konten milik UCWeb “UC News” kini telah memiliki sekitar 20 juta pengguna aktif setiap bulannya di Indonesia. Komitmen UCWeb untuk menjadi lebih dari sekedar user generated content juga dibuktikan dengan meluncurkan We-Media pada awal tahun 2017 lalu, dan kini program yang memberikan keuntungan lebih untuk penulis lepas, blogger dan komunitas serupa lainnya kembali diperkuat dengan We-Media Reward Plan 2.0.

Program terbaru We-Media Reward Plan versi 2.0 di antaranya adalah, menghadirkan “Super 1000”, ditujukan untuk membuka kesempatan bagi penulis di Indonesia, dengan direkrutnya 1000 penulis We-Media di Indonesia yang berpeluang untuk memiliki penghasilan Rp10 juta tiap bulan melalui platform UC News. Seperti yang ditegaskan oleh Bruce Zuo selaku Kepala UC News We-Media.

“UCWeb akan mempertajam fokus pada agregasi dan distribusi konten di Indonesia, dengan kekuatan kami pada teknologi seperti Big Data AI dan pengalaman yang luas di berbagai pasar seperti Tiongkok, di mana WeMedia telah menemukan model bisnis yang terintegrasi bagi seluruh rantai dari produser konten, pengguna, pengiklan dan monetisasi konten. Kami berkeinginan untuk membuat UC News menjadi platform distribusi dan layanan konten nomor 1 di Indonesia.”

Sebagai distributor konten yang didukung oleh big data dan investasi awal sebesar Rp10 miliar, UC ingin mendukung penulis konten Indonesia untuk menghasilkan konten yang original, menarik dan memiliki pesan yang positif untuk pembaca.

Hadirkan konten video berdurasi singkat

Selain pembaruan pada model pendapatan iklan kepada penulis, UCWeb juga memperbaharui portofolio konten dan layanannya dengan menambah lebih banyak konten video berdurasi singkat. Video singkat juga ini diklaim menjadi salah satu konten yang paling populer untuk dikonsumsi di Tiongkok dan UCWeb melihat potensi yang sangat besar untuk konsep serupa di Indonesia.

“Data terkini dari UC News menunjukkan bahwa kami memiliki lebih dari 1300 juta pengunjung pada bulan Februari saja, yang menunjukkan adanya lebih dari 45 juta kunjungan setiap harinya. Selain itu, kami juga melihat peningkatan yang signifikan pada rata-rata waktu konsumsi pada UC News,” kata General Manager, UCWeb Indonesia, Alibaba Mobile Business Group Donald Ru.

Application Information Will Show Up Here

Musikator Hadirkan Layanan Agregator Lagu Untuk Distribusi Digital

Dunia musik, terutama dari sisi industri dan bisnis, memiliki banyak tantangan, bahkan ada yang sampai disebut dengan musuh, mulai dari kreativitas yang mandek hingga plagiarisme. Tetapi mungkin hampir semua orang sepakat bahwa musuh utama dunia musik (dan juga industri kreatif lain seperti buku dan film) adalah pembajakan. Dengan perkembangan teknologi, pembajakan menjadi semakin mudah dan bisnis musik membutuhkan penyesuaian yang cepat untuk dapat mengalahkan para pembajak.

Continue reading Musikator Hadirkan Layanan Agregator Lagu Untuk Distribusi Digital

DealGoing Klaim Sebagai Situs Social Commerce Terbesar di Asia, Luncurkan Layanan Untuk Indonesia

Bisnis apa yang paling nikmat selain bisnis daily deals? Tentu saja bisnis agregasi daily deals.

DealGoing adalah sebuah situs agregator daily deals yang, menurut profile akun Twitter-nya, berbasis di Jakarta. Dan menurut Whois record-nya, domain ini baru diciptakan bulan Mei 2011 lalu, jadi masih relatif baru. Namun meskipun baru diluncurkan dan masih berbasis di Jakarta, DealGoing ini sudah mengklaim sebagai “meta social commerce” terbesar di Asia dan jujur saja, kalau ada yang tahu apa itu “meta social commerce” tolong beritahu saya.

Continue reading DealGoing Klaim Sebagai Situs Social Commerce Terbesar di Asia, Luncurkan Layanan Untuk Indonesia

Dskon.com Mengagregasi 6 Situs Group Buying Lokal

Tidak hanya layanan group buying, daily deals atau penyedia kupon diskon yang bertumbuh pesat, layanan aggregatornya juga sepertinya mulai bertumbuh, SuperBestDeal adalah salah satu pemain di segmen ini, saya sendiri juga mendengar beberapa teman sedang mempersiapkan layanan serupa.

Dskon.com adalah juga layanan yang menyediakan fasilitas agregasi untuk berbagai layanan pembelian secara grup atau daily deals di Indonesia, Dskon menyediakan daftar dari 6 layanan group buying / daily deals yang mereka agregasi penawaran kupon diskonnya.

Continue reading Dskon.com Mengagregasi 6 Situs Group Buying Lokal

KreativeFeeds : Agregator Untuk Pekerja Kreatif

Bagi anda yang suka membaca blog, alias blogwalking ke banyak situs maka feed (rss) reader dan situs-situs agregator menjadi hal yang sangat mempermudah anda. Situs-situs agregator berkonsep majalah seperti Alltop menjadi sangat populer karena mampu memfasilitasi tiap-tiap topik dengan agregasi blog-blog yang memang sangat relevan dengan topik tersebut.

Kreativefeeds, sebuah situs yang juga melakukan hal yang sama dengan Alltop namun dikhususkan untuk materi2 khusus topik seputar design dan bidang kreatif lainnya. Di situsnya ini Kreativefeeds mengagregat konten milik SixRevisions, Web Designer Depot, PSD Tuts, Hongkiat, dan banyak situs – situs lainnya.

Karena situs ini ditujukan untuk designer (dan mengincar pasar global), maka tentunya tampilan menjadi isu yang sangat kritikal disini. Untungnya dari segi tampilan, situs ini sama sekali tidak kalah dari situs – situs luar dengan paduan warna hijau dan putih yang tegas. Di situs ini juga diberikan fasilitas “Tweet this”, karena memang banyak para designer cukup aktif di Twitter dan suka sekali berbagi link-link menarik di Twitter.

Sayangnya, (i hate this section) situs ini masih belum memiliki nilai lebih dibandingkan dengan Alltop, Popurl, dan situs-situs agregator lainnya. Apakah terlalu keras jika saya bandingkan dengan Alltop dan Popurl? Tentu tidak, mengingat mereka mengincar pasar pengunjung yang sama. Bahkan Alltop dan Popurl masih memiliki kelebihan yaitu mengijinkan pengguna meng-customize tampilan dan feed yang ingin dilihatnya, mirip seperti Netvibes dan iGoogle.

Alangkah kerennya jika KreativeFeeds mampu memfasilitasi hal ini. Dari sebuah artikel di Center Networks, customization merupakan salah satu fitur yang diharapkan orang (berbayar). Jadi bukan tidak mungkin KreativeFeeds bisa me-monetize fitur customization ini, tentunya dengan banyak fitur tambahan lainnya. Ya, itu hanya sekedar ide kecil dari saya.

Apa pendapat anda mengenai KreativeFeeds? Sampaikan pendapat anda di kolom komentar.

disclosure:DS memiliki hubungan partnership dengan beberapa orang yang berada di belakang kreativefeeds. Namun postingan ini tetap ditulis secara obyektif.