Chickin Dapat Seri A+ Rp315 Miliar dari Granite Asia, ADB, Integra Partners, dan Lainnya [UPDATED]

*Update 13.00: kami memperbarui total pendanaan, seperti diinformasikan nilai capaian terbaru oleh founder Chickin

Startup budidaya ayam Chickin mendapatkan pendanaan dari sejumlah investor untuk mendukung akselerasi bisnisnya. Putaran pendanaan seri A+ ini telah membukukan dana $20 juta atau setara Rp315 miliar, yang terdiri dari $15 juta pendanaan ekuitas dan $5 juta debt.

Adapun investor yang berpartisipasi meliputi Granite Asia, Integra Partners, Asian Development Bank, 500 Global, East Ventures, Aksara Ventures, dan beberapa lainnya.

Kami telah mencoba menghubungi eksekutif Chickin, pihaknya membenarkan adanya putaran pendanaan baru ini. Kendati demikian masih enggan memberikan informasi detail mengenai peruntukan dan target ke depannya.

Integra Partners juga telah mengumumkan keterlibatannya dalam pendanaan ini. Dalam pernyataannya, mereka mengatakan bangga mendukung para pendiri yang memiliki pengalaman mendalam di industri mereka dan memiliki keahlian operasional untuk mendorong dampak transformatif.

Chickin menangani berbagai tantangan yang dihadapi peternak unggas, mulai dari fluktuasi harga hingga akses modal yang terbatas. Dengan solusi inovatif seperti kontrak pertanian berbasis teknologi, manajemen peternakan dengan IoT, dan platform yang mudah digunakan, mereka memberdayakan puluhan ribu peternak di Indonesia untuk meningkatkan efisiensi, hasil produksi, dan stabilitas keuangan.

“Selain keuntungan finansial, misi Chickin sejalan dengan komitmen kami pada investasi berdampak, yang memajukan inklusi keuangan, ketahanan pangan, dan keberlanjutan. Kami antusias mendukung langkah baru dalam industri unggas yang berkembang pesat di Indonesia,” ujar perwakilan Integra Partners

Telah berdayakan lebih dari 10 ribu peternak

Chickin didirikan sejak 2018 di Klaten, Jawa Tengah oleh Ashab Al Kahfi, Tubagus Syailendra, dan Ahmad Syaifulloh. Pada 2022 lalu, mereka telah membukukan pendanaan awal dipimpin oleh East Ventures dengan dukungan 500 Global dan GK-Plug and Play.

Mengutip data di situsnya, untuk solusi Chickin Smartfarm saat ini hampir digunakan 10 ribu peternak dengan 31 juta+ populasi ayam. Sejauh ini juga sudah ada lebih dari 250 kandang yang diberdayakan dengan teknologi IoT untuk meningkatkan produktivitas. Sementara produk Chickin Fresh, telah mendistribusikan 7,9 juta kilogram ayam ke berbagai wilayah di Indonesia.

Menurut Pusat Studi Kebijakan Indonesia, industri unggas di Indonesia mempekerjakan lebih dari 10% angkatan kerja dan menyediakan 65% dari semua protein hewani di negara ini. Meskipun konsumsi terus meningkat, konsumsi ayam per kapita di Indonesia masih relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya.

Hal ini menunjukkan potensi pertumbuhan yang besar, didorong oleh faktor seperti munculnya jaringan makanan cepat saji dan inisiatif pemerintah untuk meningkatkan konsumsi protein guna mengatasi stunting.

Atas dasar ini, sejumlah startup mencoba untuk mendemokratisasi sektor ini. Sebelumnya juga ada Pitik yang sempat mendapatkan pendanaan dari Alpha JWC Ventures, MDI Ventures, dan beberapa lainnya — namun baru-baru ini tersiar kabar bahwa bisnis mereka tidak berjalan baik dan dikabarkan Tengah mempertimbangkan pivot.

Startup lain yang fokus pada budidaya ayam adalah BroilerX, yang didukung Inisignia Ventures Partners ,Saison Capital, dan sejumlah investor lain. Sama dengan Chickin, debut awal mereka difokuskan di area Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Application Information Will Show Up Here

Lokatani Raih Pendanaan Pre-Seed dari Asiapay Capital dan Jakarta Ventura

Lokatani, startup agritech yang fokus pada pengembangan sayuran hidroponik, berhasil mendapatkan pendanaan pre-seed dari Asiapay Capital dan Jakarta Ventura (Jakvent). Pendanaan ini akan digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi, mengembangkan teknologi pertanian berbasis internet, serta memperluas jaringan distribusi dan pemasaran.

Didirikan pada tahun 2019 dan mulai memonetisasi bisnis pada tahun 2020, Lokatani telah membangun ekosistem rantai pasok yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Hal ini bertujuan agar petani sayuran hidroponik binaannya dapat memenuhi standar produksi yang tinggi.

Produk utama Lokatani meliputi Loka Fresh yang menyediakan sayuran segar berkualitas tinggi secara on-demand, Loka Grow yang berfokus pada pemberdayaan komunitas petani melalui skema co-farming, serta Loka Tech yang merupakan aplikasi terintegrasi dengan teknologi IoT untuk pemantauan otomatisasi proses pertanian dan manajemen inventori.

Co-Founder & CEO Lokatani Abdul Choliq menjelaskan bahwa pendanaan ini akan memperkuat berbagai aspek operasional Lokatani. “Pendanaan kali ini ditujukan untuk peningkatan kapasitas produksi, pengembangan teknologi pertanian berbasis internet, perluasan jaringan distribusi, pemasaran, dan pengembangan sumber daya manusia. Dukungan ini memungkinkan Lokatani untuk terus menyelaraskan produksi tanaman secara real-time dengan permintaan pelanggan menggunakan aplikasi terintegrasi,” ujarnya.

Pendekatan “On-Demand Order” yang diusung Lokatani memungkinkan produksi yang lebih efisien dan sesuai dengan permintaan pelanggan. Selain itu, sistem “Scheduled Planting” yang diterapkan menjadi kunci dalam menjaga stabilitas pasokan baik dari segi kualitas maupun kuantitas, dengan dukungan teknologi IoT.

Rizki Maarif, Venture Investor Team & Research Lead Asiapay Capital, mengungkapkan bahwa investasi ini sejalan dengan misi Asiapay untuk mendorong inklusi keuangan di sektor pertanian. “Value-chain yang dibangun oleh Lokatani membantu menyelesaikan masalah fragmentasi dalam rantai pasok pertanian, khususnya di sektor hidroponik. Kami berharap dapat membawa keahlian kami dalam infrastruktur pembayaran untuk memberikan dampak positif bagi petani hidroponik,” kata Rizki.

Direktur Utama Jakarta Ventura Chrisantina Lunaryati, menambahkan bahwa Lokatani memiliki peran penting dalam mendukung komunitas petani. “Lokatani tidak hanya berfungsi sebagai agregator, tetapi juga membimbing dan mendukung komunitas petani, khususnya petani sayuran hidroponik. Kami berharap komunitas ini dapat terus berkembang dan maju bersama Lokatani,” ungkapnya.

Pendanaan ini diharapkan menciptakan dampak positif yang signifikan bagi sektor pertanian hidroponik di Indonesia, serta mendukung visi Lokatani dalam membangun ekosistem pertanian yang lebih efisien, berkelanjutan, dan menguntungkan.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Startup Agritech Beleaf Dikabarkan Terima Pendanaan Tambahan dari Norinchukin

Startup agritech Beleaf dikabarkan menerima pendanaan tambahan untuk putaran seri A mereka. Menurut data yang dilaporkan ke regulator, seperti dikutip Alternative.pe, perbankan asal Jepang yakni Norinchukin masuk memberikan tambahan dana $1 juta atau sekitar Rp15,5 miliar.

Sebelumnya pada pertengahan 2023 lalu, Beleaf mengumumkan perolehan pendanaan seri A $6,85 juta atau lebih dari Rp103 miliar dipimpin oleh Alpha JWC Ventures. Putaran ini melanjutkan pendanaan tahap awal yang berhasil diraih pada akhir 2022 lalu. Turut berpartisipasi dalam putaran ini investor baru Openspace Ventures dan beberapa angel investor.

Fokus pada layanan Farming as a Services (FaaS), Beleaf mengajak mitra petani untuk mengimplementasikan sistem pertanian modern seperti dengan konsep hidroponik. Kepada mitranya, Beleaf memberikan dukungan berupa supai benih berkualitas tinggi, bimbingan penanaman, teknologi IoT, hingga layanan penjualan hasil panen. Mengutip data di situsnya, saat ini ada 97 mitra FaaS dengan total lahan mencapai 12 hektar.

Untuk konsumen akhir dan bisnis, Beleaf Farms menyediakan produk makanan segar seperti sayuran hijau, buah-buahan, bahkan paket penanaman sayur rumahan. Produk Beleaf juga disalurkan lewat sejumlah platform seperti Sayurbox, Astro, GrabMart, hingga supermarket seperti Hypermart, HERO, Papaya, SuperIndo, dan sebagainya.

Awal mula Beleaf

Beleaf didirikan sejak 2019 oleh Amrit Lakhiani. Mereka mengawali bisnis sebagai merek hidroponik premium yang menawarkan berbagai jenis sayuran dan buah-buahan. Seiring pertumbuhan bisnis dan pengalaman mengelola pertanian mereka sendiri, perusahaan mulai mengembangkan produknya ke manajemen pertanian yang didukung teknologi.

Beleaf meluncurkan program Farming as a Service pada tahun 2022, melibatkan petani di Puncak dan Bandung dengan manajemen pertanian yang dimungkinkan oleh teknologi. FaaS sudah dengan cepat menyelesaikan beberapa tantangan mendesak di sektor ini. Meskipun merupakan negara agraris, potensi Indonesia masih belum teroptimalkan dan ketergantungannya pada impor hasil pertanian masih tinggi.

Amrit mengaku pihaknya menyadari bahwa alih-alih membangun lebih banyak pertanian sendiri, mereka memiliki sesuatu yang dapat diterapkan secara luas dan lebih kuat. Didukung oleh big data dan IoT, solusi Beleaf menawarkan layanan end-to-end  mulai dari operasional, distribusi, dan offtaking – menghubungkan pertanian, distributor, dan pengecer dalam satu ekosistem terintegrasi. Hal ini memungkinkan petani untuk meningkatkan produktivitas, kualitas, dan profitabilitas mereka.

Fokus bisnis saat ini adalah mengendalikan dan meningkatkan hasil pertanian mitra hingga 15%. Platform mereka memantau cuaca, pembibitan, aktivitas penanaman, dosis nutrisi, perencanaan pertanian, dan panen. Semua data yang dikumpulkan dari proses ini kemudian akan memperkuat pembelajaran mesinnya untuk peningkatan berkelanjutan pertanian, serta penelitian dan pengembangan solusi agribisnis di masa depan.

Elevarm Dapat Tambahan Investasi Rp16 Miliar dari Amartha, Rabo Foundation, dan Scala

Startup agritech Elevarm kembali mendapatkan suntikan dana sebesar $1 juta atau setara Rp16 miliar. Putaran investasi kali ini melibatkan startup fintech Amartha, layanan keuangan asal Belanda “Rabo Foundation”, dan perusahaan teknologi informasi Jepang “Scala”.

Sebelumnya pada Mei 2024 lalu, Elevarm juga baru mengumumkan perolehan pendanaan wal $2,6 juta dipimpin oleh Insignia Ventures Partners dari Singapura ini juga melibatkan partisipasi dari 500 Global dan Gibran Huzaifah, pemimpin startup eFishery.

Dalam pernyataannya, Elevarm menyampaikan bahwa dana tersebut akan digunakan untuk mengembangkan produk pembiayaan pro-petani mereka. Langkah ini bertujuan untuk memudahkan para petani kecil mendapatkan input pertanian secara kredit yang aman, meningkatkan praktik budidaya untuk meningkatkan produktivitas, serta meningkatkan literasi keuangan mereka.

Selama enam bulan terakhir, lebih dari 200 petani telah merasakan manfaat dari program pembiayaan ini, dengan total dana yang disalurkan mencapai $150 ribu atau setara Rp2,4 miliar. Dengan adanya kemitraan ini, diharapkan dapat meningkatkan jumlah petani yang terbantu hingga 1.000 orang dengan total pembiayaan mencapai $1,5 juta atau Rp24,3 miliar pada akhir tahun 2024.

Co-founder & CEO Elevarm Bayu Syerli Rahmat menyatakan bahwa kemitraan ini merupakan langkah besar dalam menghubungkan keahlian global dengan akar pertanian lokal.

“Dengan model pembiayaan produktif kami, kami tidak hanya meningkatkan produktivitas dalam jangka panjang tetapi juga membantu petani melakukan apa yang mereka lakukan dengan baik: memberi makan Indonesia dan dunia,” ujar Bayu.

Elevarm juga berencana untuk meluncurkan lebih banyak produk input pertanian tahun ini, termasuk bio-stimulan dan bio-pestisida. Fokus utama perusahaan mendukung petani kecil yang masih kesulitan mengakses pembiayaan yang aman dan andal, serta kurangnya pengetahuan tentang praktik pertanian terbaik.

Selain memberikan input pertanian berkualitas, Elevarm juga akan menjamin pembelian hasil panen dari para petani di bawah program pembiayaan mereka, termasuk hasil panen yang tidak sesuai standar. Langkah ini memastikan pendapatan yang stabil dan aman bagi para petani setiap musim. Panen para petani juga akan diasuransikan oleh mitra penyedia asuransi Elevarm untuk perlindungan risiko.

Chief Risk and Sustainability Officer Amartha Aria Widyanto menambahkan bahwa kolaborasi ini adalah bagian dari komitmen Amartha untuk mendorong pertumbuhan inklusif di sektor ekonomi akar rumput, terutama di bidang pertanian.

“Dengan menggabungkan teknologi profil risiko berbasis AI kami dengan model bisnis Elevarm yang memanfaatkan data ilmiah dan teknologi operasional canggih, kami yakin kolaborasi ini dapat meningkatkan kesejahteraan petani secara berkelanjutan,” kata Aria.

Direktur Bisnis Global Scala Ryo Ishihara juga menyatakan bahwa Scala sedang merintis skema pembiayaan proyek baru yang menciptakan solusi win-win bagi petani, perusahaan manajemen pertanian, dan investor.

“Dengan pengalaman luas di bidang ini dan pemahaman mendalam tentang lanskap pertanian di Indonesia, kami memilih Elevarm sebagai mitra strategis,” kata Ryo.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Startup Pertanian Agri Sparta Gandeng Bulog untuk Mitra Pembiayaan dan Penyerapan Panen

Agri Sparta mengumumkan kemitraan strategis dengan Badan Urusan Logistik Nasional Indonesia (Bulog), dalam upaya mendukung petani kecil dan meningkatkan ketahanan pangan nasional. Kerja sama ini diharapkan dapat secara signifikan meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani padi kecil di Indonesia.

Dalam kemitraan ini, Bulog akan menyediakan pembiayaan dan jaminan pembelian hasil panen. Pembiayaan tersebut akan dialokasikan untuk menyediakan input berkualitas tinggi dan layanan pertanian modern, seperti penggunaan transplanter, input presisi melalui drone pertanian, dan combine harvester. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertanian, sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap pendapatan petani.

Agri Sparta berperan menyediakan benih unggul tahan kekeringan serta input pertanian penting lainnya. Selain itu, Agri Sparta akan menerapkan AgriPlan, sistem Enterprise Resource Planning (ERP) yang dirancang khusus untuk kebutuhan petani padi. Penggunaan teknologi biologis dan digital ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas secara signifikan dan mencapai jutaan petani kecil di Indonesia.

Nganjuk, Jawa Timur dan Klaten, Jawa Tengah telah dipilih sebagai lokasi awal untuk implementasi program ini. Target jangka panjang dari kemitraan ini adalah mencapai cakupan lahan seluas 500.000 hektar pada tahun 2030, yang mencakup lebih dari 10% total luas lahan padi di Indonesia.

Co-founder dan CEO Galang Ramadhan Agri Sparta menyatakan antusiasmenya terhadap kemitraan ini. “Kami memiliki misi yang sama untuk menjaga ketahanan pangan di tengah perubahan iklim, sambil meningkatkan kesejahteraan petani kecil,” ujarnya.

Agri Sparta, sebagai startup agritech, berkomitmen untuk mendukung petani kecil melalui teknologi dan inovasi. Mereka telah mengembangkan benih unggul, input pertanian, dan alat digital yang dirancang untuk meningkatkan produktivitas, kualitas panen, dan ketahanan hasil. Dengan dukungan dari Bulog, Agri Sparta berharap dapat memperluas dampaknya dan memberikan kontribusi nyata terhadap ketahanan pangan dan kesejahteraan petani di Indonesia.

Co-Founder Agri Sparta CEO Galang, CTO Yasser, dan COO Barok / Agri Sparta
Co-Founder Agri Sparta CEO Galang, CTO Yasser, dan COO Barok / Agri Sparta

Kolaborasi ini juga diharapkan dapat menjadi model bagi inisiatif serupa di masa depan, baik di Indonesia maupun di negara lain yang menghadapi tantangan serupa. Dengan menggabungkan sumber daya dan keahlian dari kedua belah pihak, kemitraan ini diharapkan dapat menciptakan perubahan yang berkelanjutan dan signifikan dalam sektor pertanian Indonesia.

Dengan dukungan dari investor regional dan global terkemuka seperti Antler, WV, Seedstars, dan Hustle, Agri Sparta siap untuk menghadapi tantangan dan peluang yang ada di depan. Kemitraan dengan Bulog ini menandai langkah penting dalam perjalanan mereka untuk menciptakan pertanian yang lebih produktif dan berkelanjutan.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Startup Agritech MSMB Terapkan IoT untuk Tujuh Greenhouse di Temanggung

PT Mitra Sejahtera Membangun Bangsa (MSMB), perusahaan rintisan agritech dari Sleman, Yogyakarta, telah berhasil mengimplementasikan teknologi berbasis IoT (Internet of Things) untuk tujuh greenhouse di Desa Bansari, Temanggung, Jawa Tengah. Teknologi ini berupa sistem pintar irigasi dan fertigasi presisi yang dikenal dengan nama “Amerta”.

Amerta diterapkan pada tujuh kelompok tani, yaitu Kelompok Tani Bhumi Asih Agro, Kelompok Tani Gemah Ripah, Kelompok Tani Agrosari II, Kelompok Tani Rahayu Makmur, Kelompok Tani Manunggal Jaya, Kelompok Tani Margo Rahayu, dan Kelompok Tani Berkah Karya. Implementasi ini merupakan bagian dari kerja sama MSMB dengan Kominfo.

Direktur Telekomunikasi Direktorat Jenderal Penyelenggara Pos dan Informatika Aju Widya Sari menyatakan bahwa kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan ekonomi melalui pemanfaatan teknologi canggih. “Kolaborasi ini membuka peluang usaha baru dan meningkatkan efisiensi serta kualitas hasil produksi pertanian,” ujarnya.

CTO MSMB Didi Widjanarko, menjelaskan bahwa Amerta dilengkapi dengan sensor kelembaban dan suhu yang terintegrasi dengan dashboard RiTx Smart Farming.

“Amerta membantu petani mengatur jadwal pengairan dan pemupukan tanaman dengan lebih efisien,” jelas Didi.

Dengan implementasi teknologi IoT ini, produktivitas dan efisiensi dalam budidaya pertanian diharapkan meningkat, sehingga kesejahteraan petani pun dapat terangkat. Sri Haryati, Koordinator Tanaman Buah Sepanjang Tahun dan Semusim Kementerian Pertanian Republik Indonesia, yang hadir dalam acara serah terima bantuan ini, berharap teknologi ini bisa menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia.

MSMB terus menunjukkan komitmennya untuk membantu petani menjadi #jadipetanipintar melalui kolaborasi dengan berbagai pihak dalam penerapan teknologi IoT ini.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Elevarm Dapat Pendanaan Awal Rp41,7 Miliar dari Insignia, 500 Global, dan Gibran Huzaifah

Elevarm, platform yang mengintegrasikan berbagai layanan dan produk hortikultura, baru-baru ini mengumumkan keberhasilan dalam mendapatkan pendanaan awal sebesar $2,6 juta atau setara Rp41,7 miliar. Pendanaan ini diharapkan dapat meningkatkan produksi bibit dan pupuk organik guna mendukung petani kecil di Indonesia.

Putaran ini sebenarnya sudah mulai bergulir sejak tahun 2022 lalu. Pendanaan yang dipimpin oleh Insignia Ventures Partners dari Singapura ini juga melibatkan partisipasi dari 500 Global dan Gibran Huzaifah, pemimpin startup eFishery.

“Kami berkomitmen untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh petani kecil dengan menyediakan akses yang lebih baik ke bibit dan pupuk berkualitas tinggi,” ujar Co-founder & CEO Elevarm Bayu Syerli Rachmat.

Selain itu, Elevarm juga akan fokus pada pengembangan NextBio, divisi penelitian dan pengembangan yang bertujuan untuk menciptakan produk pertanian organik yang inovatif. Pendanaan ini juga akan dimanfaatkan untuk meningkatkan kapasitas produksi dengan pembangunan fasilitas pabrik baru yang dilengkapi dengan teknologi manufaktur canggih.

“Kami menyadari pentingnya solusi hortikultura yang terjangkau dan berbasis teknologi untuk mengatasi berbagai tantangan lokal di setiap tahap perjalanan bertani,” tambah Bayu.

Dengan lebih dari 13,000 mitra pertanian dan 5,000 petani aktif sebagai pelanggan, Elevarm telah mencatat pertumbuhan pendapatan yang signifikan, meningkat tujuh kali lipat dari tahun sebelumnya. Perusahaan ini berharap dapat terus memberikan dampak positif tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh kawasan dengan memperluas jangkauan produk organik dan solusi pertanian berkelanjutan.

Melalui inisiatif ini, Elevarm menunjukkan komitmennya dalam mendukung pertumbuhan berkelanjutan dan meningkatkan kualitas hidup para petani kecil di Indonesia, sejalan dengan visi mereka untuk memajukan industri pertanian melalui inovasi dan teknologi.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Startup Agri-biotech Hyoshii Farm Umumkan Pendanaan Awal dari Konsorsium Angel Investor

Startup agri-biotech Hyoshii Farm mengumumkan telah mendapatkan pendanaan awal dari konsorsium angel investor dengan nominal dirahasiakan. Disampaikan dalam putaran ini terlibat sederet perusahaan swasta konglomerasi di berbagai industri, serta investasi mandiri tambahan dari para pendiri.

Didirikan sejak 2021 oleh William Rayawan, James Rayawan, dan Anthony Lee; Hyoshii Farm memiliki visi menjadi penghasil buah terbaik di Indonesia melalui kolaborasi dengan petani lokal, meningkatkan kualitas produksi lokal untuk bersaing dengan buah-buahan premium yang kebanyakan diimpor. Dengan teknologi, SDM, dan sumber daya yang tepat, startup ini ingin menjadi pionir perombakan kualitas dan pengalaman membeli buah-buahan lokal.

“Misi kami membawa kebahagiaan bagi masyarakat Indonesia melalui buah-buahan lokal berkualitas tinggi. Dengan prioritas terhadap proses perkebunan yang baik dan bertanggung jawab terhadap lingkungan, kami berharap lebih banyak orang menikmati manfaat kesehatan dari hasil perkebunan segar dari negeri sendiri. Hyoshii Farm pun ingin menginspirasi dan memberdayakan generasi muda untuk bergabung bersama kami untuk menjawab tantangan dan mengambil peluang di dalam sektor agrikultur Indonesia,” ujar Co-Founder & CEO Hyoshii Farm James Rayawan.

Dimulai dari stroberi

Varian produk stroberi Hatsu Hana yang dibudidayakan Hyoshii Farm / Hyoshii Farm
Varian produk stroberi Hatsu Hana yang dibudidayakan Hyoshii Farm / Hyoshii Farm

Saat ini Hyoshii Farm menjual stroberi dan aneka produk turunannya. Selain di jual ke konsumen akhir melalui berbagai supermarket (Rach Market, Papaya, dan sebagainya), mereka turut menjual produk ke rekanan B2B. Di fase sekarang ini fokus utama distribusinya masih di area Jakarta, Bandung, dan Surabaya — dan terus diperlebar.

Terkait budidaya stroberi, Hyoshii Farm turut menggandeng sejumlah petani, salah satunya berbasis di Lembang, Jawa Barat. Salah satu varian yang dibudidayakan adalah stroberi bernama Hatsu Hana, diklaim memiliki kualitas premium, rasa manis, aroma kuat, dan terlihat berkilau kemerahan.

Kendati bukan komoditas buah endemik dari sini, sejumlah area perkebunan di Indonesia (khususnya di dataran tinggi) cukup cocok digunakan untuk pembibitan stroberi. Namun demikian, ada tantangan tersendiri dalam membudidayakan buah berkualitas. Penanaman yang asal-asalan berujung pada kualitas buah yang buruk — mulai dari bentuknya mungil, rasa asam, hingga warna kusam.

Diketahui pasar lokal memiliki ketertarikan cukup besar, dibuktikan dengan Indonesia sebagai negara pengimpor stroberi Korea ke-7 di dunia. Namun menurut data BPS, stroberi adalah buah yang paling sedikit diproduksi pada 2021, dengan total 9.860 ton, yang mana 6.458 ton datang dari Jawa Barat. Perbandingannya cukup jauh dengan produksi pisang yang berada pada 8,7 juta ton.

Rencana berikutnya

Dana segar yang didapatkan akan dimanfaatkan Hyoshii Farm utamanya untuk ekspansi fasilitas produksi, termasuk pembangunan rumah kaca yang canggih dan juga investasi lebih besar dalam upaya riset dan pengembangan. Dengan mengedepankan inovasi dan penanaman stroberi yang lebih ideal untuk iklim tropis secara produktif, Hyoshii berkomitmen untuk menyuburkan benih revolusi lanskap agrikultur Indonesia. Dana segar juga akan digunakan meningkatkan area produksi 3x lipat.

Turut disampaikan juga, selama tiga tahun awal beroperasi, startup ini mengklaim margin operasional yang sudah menguntungkan, dan perusahaan tidak akan mengalokasikan pendanaan awal untuk menanggung biaya operasional. Hyoshii telah mencatat kenaikan permintaan produk lebih dari 10x lipat dalam satu tahun terakhir, kendati buah-buah beri impor membanjiri pasar Indonesia.

Hyoshii juga mendirikan unit bisnis baru di tahun ini sebagai bagian dari langkah strategis lebih lanjut untuk menjawab pertumbuhan permintaan. Unit baru ini akan menjangkau pelanggan dan petani tertentu untuk menyalurkan bibit-bibit unggul, pupuk serta obat-obatan, pelatihan, dan distribusi hasil kualitas panen di bawah merek Hyoshii.

Eratani Kembangkan IoT untuk Adopsi Smart Farming

Startup agritech Eratani mengumumkan perolehan pendanaan usaha dari Bank BRI untuk pengadaan perangkat IoT Smart Fertilizing Recommendation System buat para petani. Tidak disebutkan fasilitas kredit yang didapat, namun diyakini kolaborasi kedua belah pihak dapat membawa dampak positif untuk industri pertanian di Indonesia.

Perangkat IoT ini merupakan sistem cerdas untuk pemupukan berimbang, yang membantu petani binaan Eratani mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan meningkatkan hasil panen. Perangkat digunakan untuk mengukur kandungan unsur hara tanah, seperti nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), tingkat keasaman (pH), serta dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan pupuk berdasarkan kondisi tanah yang spesifik secara cepat dan aktual.

Selain itu, perangkat tersebut juga dilengkapi dengan sensor yang dapat menyesuaikan kebutuhan unsur hara tanah berdasarkan target panen yang ingin dicapai, sehingga dapat mengoptimalkan kebutuhan dalam penyerapan unsur hara serta meningkatkan hasil panen bagi petani di lapangan.

“Dengan demikian, para petani tidak perlu membeli pupuk dengan jumlah yang berlebihan, sehingga dapat meminimalisir beban biaya pemupukan yang tinggi serta pemberian pupuk yang tidak efektif dan efisien,” ucap CFO Eratani Bambang Cahyo Susilo dihubungi secara terpisah oleh DailySocial.id.

Menurutnya, kerja sama dengan BRI ini termasuk ke dalam tiga pilar utama di Eratani. Yakni, membantu petani untuk mendapatkan akses pembiayaan yang lebih terjangkau (access to smart working capital), mendapatkan penyuluhan dan pendampingan (access to knowledge and technology), serta memberikan harga jual gabah layak/fair trade (access to market).

“Sebagai upaya untuk terus meningkatkan hasil produksi pertanian dan mengurangi biaya operasional para petani, Eratani secara terus menerus mengimplementasikan berbagai metode terbaik (agriculture best practices) dan mengoptimalkan penggunaan teknologi dalam proses budidaya padi, termasuk melalui pengadaan IoT,” imbuhnya.

Berdasarkan data USDA (United States Department of Agriculture), Indonesia menduduki peringkat keempat dalam hal konsumsi beras global, dengan total konsumsi rata-rata mencapai 35,367 juta ton sepanjang tahun. Permintaan yang tinggi akan beras ini berasal dari kecenderungan masyarakat untuk mengonsumsi nasi dalam asupan harian.

Sampai saat ini, upaya untuk memenuhi kebutuhan pangan masih harus terus dioptimalkan karena dihadapi dengan berbagai tantangan, termasuk alih fungsi lahan. Data Kementerian Pertanian menunjukkan alih fungsi lahan pertanian Indonesia mencapai 90.000 hingga 100.000 hektar setiap tahun.

Tergerusnya lahan pertanian membuat petani harus fokus untuk memaksimalkan potensi lahan yang tersedia. Praktik pertanian berkelanjutan dapat menjadi solusi dari tantangan tersebut, salah satunya adalah melalui pemanfaatan IoT.

IoT adalah perangkat teknologi portabel yang terhubung melalui internet dan memiliki kemampuan untuk mendeteksi berbagai parameter secara cepat dan aktual. Sensor IoT di sektor pertanian memiliki kemampuan alternatif untuk memantau penyakit pada tanaman, serangan hama, dan analisis kesuburan tanah.

“[..] misi Eratani untuk menjadi mitra terbaik bagi petani dengan cara memberikan dukungan dalam keseluruhan proses pertanian, dari hulu hingga hilir, melalui penerapan smart farming. Kami berharap langkah ini dapat menjadi gebrakan baru bagi petani untuk mengetahui kebutuhan selama masa tanam secara aktual dan tepat sasaran. [..],” tambah VP Operations Eratani Adwin Pratama Anas dalam keterangan resmi.

Sub-Branch Office BRI Kementrans Fauzan Rahman turut menyampaikan, “Kami antusias untuk bermitra dengan Eratani sebagai perusahaan agritech karena kami juga menyadari bahwa Agronomis Eratani di lapangan tentu membutuhkan dukungan dari berbagai pihak agar dapat melaksanakan tugas dengan lebih efektif [..].”

Pencapaian bisnis

Bambang mengklaim sejumlah pencapaiannya hingga kini. Berikut rinciannya:

  • Eratani telah menggandeng lebih dari 22.000 petani yang tersebar di 410 desa di 32 kabupaten di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Sebagai ecosystem builder di sektor pertanian, Eratani tidak hanya membina para petani (small holder farmers), tetapi juga menjalin kemitraan dengan lebih dari 500 kios pertanian dan 70 penggilingan padi (rice milling units).
  • Dalam perjalanan untuk menyejahterakan para petani Indonesia, Eratani telah membantu petani meningkatkan hasil produksi pertanian sebesar 29% dan meningkatkan pendapatan petani sebesar 25%. Di sisi lain, Eratani juga telah membantu 100% petani binaan mempunyai akses pembiayaan (bankable farmers), serta meningkatkan transaksi kios yang dibina sebesar 3x lipat.
  • Dari sudut pandang pemberdayaan perempuan, saat ini 30% dari Petani Binaan Eratani adalah perempuan dan terus berkomitmen untuk berpartisipasi aktif dalam pemberdayaan petani perempuan Indonesia. Ke depannya Eratani akan membentuk program yang dikhususkan untuk membantu memaksimalkan potensi yang mereka miliki.
  • Keberadaan Eratani juga menciptakan peluang kerja bagi anak-anak muda Indonesia untuk berpartisipasi aktif di sektor pertanian demi terciptanya petani-petani muda Indonesia. Saat ini Eratani telah memperkerjakan lulusan-lulusan sekolah pertanian (universitas dan SMK) di wilayah-wilayah operasional Eratani.

“Melalui solusi yang komprehensif, Eratani berharap dapat terus memberikan kontribusi berkelanjutan baik dalam meningkatakan taraf hidup para petani, ketahanan pangan, dan pertanian yang berkelanjutan (sustainable agriculture),” kata Bambang.

Pencapaian di atas akan dilanjutkan pada tahun ini. Bambang bilang, pihaknya ingin memperkuat posisinya sebagai ecosystem builder dan thought leader di sektor pertanian melalui value creation (information value, community value, and social value) kepada berbagai pemangku kepentingan, termasuk mengembangkan program-program pengembang. Bekerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah, swasta, organisasi nirlaba, dan sektor pendidikan.

“Ke depannya Eratani akan terus berkontribusi untuk menjawab tantangan ketahanan dan keberlanjutan pangan melalui inovasi, efisiensi, peningkatan produktivitas, dan penerapan sistem keberlanjutan di sektor pertanian melalui pendekatan teknologi dan operasional yang efektif serta efisien,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

EdenFarm Dilaporkan Kembali PHK Karyawan

Startup agritech EdenFarm dilaporkan kembali melakukan PHK kepada sejumlah karyawannya. Menurut informasi yang kami peroleh dari salah satu yang terdampak, aksi PHK telah dilakukan sejak Desember 2023 dan hingga kini belum mendapat hak pesangon.

DailySocial.id telah mengontak Founder & CEO EdenFarm David Setyadi Gunawan, termasuk manajemen untuk mengonfirmasi kabar tersebut, tetapi belum ada respons hingga berita ini diturunkan.

Sebelum kabar ini, EdenFarm sempat merumahkan sekitar 300 orang pada September 2023 buntut dari penurunan bisnis intinya. Dalam wawancara dengan DailySocial.id saat itu, David mengungkap bahwa permintaan distribusi sayur di luar Jabodetabek terus mengalami penurunan.

EdenFarm pun memutuskan untuk pivot ke produk bumbu TuangTuang yang diluncurkan ke pasar awal September 2023. Peralihan bisnis ini juga menjadi strategi EdenFarm untuk keluar dari lingkaran fluktuasi harga komoditas dan mencapai profitabilitas. Selain itu, biaya pengembangan dan pemasaran TuangTuang juga dinilai lebih efisien dibandingkan dengan bisnis intinya,

EdenFarm adalah startup rantai pasok untuk bahan pangan segar di segmen B2B yang didirikan pada 2017. Perusahaan terakhir kali memperoleh pendanaan pra-seri B pada akhir 2022, dipimpin oleh Telkomsel Mitra Inovasi (TMI). Beberapa investor partisipan lainnya adalah AC Ventures, AppWorks, Y Combinator, hingga Investible.

Terlepas tingginya minat investor terhadap agritech Indonesia, startup di sektor ini juga mengalami penurunan bisnis, berujung pada PHK atau penutupan perusahaan dalam dua tahun terakhir. Beberapa di antaranya adalah Sayurbox, TaniHub, dan Brambang (tutup).

Application Information Will Show Up Here