Zhiyun Weebill 2 Adalah Handheld Gimbal Komplet dengan Layar Sentuh Terintegrasi

Nama Zhiyun tentu sudah tidak asing lagi di telinga kalangan videografer. Tidak hanya di kalangan pengguna amatir saja, deretan handheld gimbal bikinan Zhiyun juga populer di kalangan pengguna profesional. Yang terbaru, mereka punya gimbal menarik bernama Zhiyun Weebill 2.

Perangkat ini merupakan penerus dari Weebill-S yang diluncurkan di tahun 2019. Keduanya tentu memiliki sejumlah kemiripan, utamanya desain ringkas yang serupa, dengan rangka seberat 1,5 kilogram saja. Bobot itu tergolong ringan untuk sebuah gimbal yang mampu membopong kamera sekelas Canon EOS 5D Mark IV dengan mudah, lengkap beserta lensa Canon EF 24-70mm f/2.8 yang terpasang.

Selain DSLR, Weebill 2 tentu juga ideal disandingkan bersama kamera mirrorless, seperti misalnya Sony a7 III yang dipasangkan dengan lensa Sony FE 24-70mm f/2.8 GM. Berkat penggunaan sensor baru dan torsi motor yang telah disempurnakan, kinerjanya diklaim lebih responsif, lebih stabil, sekaligus lebih minim getaran dibanding pendahulunya.

Seperti pendahulunya, Weebill 2 juga menawarkan kemudahan untuk berganti mode menggenggam tanpa harus mengubah struktur rangkanya secara keseluruhan. Satu perbedaan terbesarnya adalah, Weebill 2 dibekali sebuah layar sentuh 2,88 inci terintegrasi yang dapat dilipat dan diputar. Selain untuk memudahkan pengaturan parameter, layar ini tentu juga dapat dimanfaatkan untuk memonitor hasil tangkapan kamera tanpa menginterupsi proses syuting.

Semua fitur yang ditawarkan Weebill 2, mulai dari one-touch smart follow, timelapse, sampai kendali gestur, dapat diakses melalui layar flip-out ini. Dengan kata lain, pengguna Weebill 2 tak lagi memerlukan bantuan aplikasi pendamping di smartphone seperti pada gimbal Zhiyun lainnya.

Sayang keberadaan layar sentuh dan peningkatan kinerja ini harus dibayar dengan penurunan daya tahan baterai. Dalam sekali charge, Weebill 2 bisa beroperasi sampai 9 jam nonstop. Bandingkan dengan pendahulunya yang memiliki daya tahan baterai sekitar 14 jam. Untungnya, waktu charging yang dibutuhkan Weebill 2 lebih singkat, dan ia juga dapat tetap berfungsi selagi dicolokkan ke power bank.

Zhiyun saat ini sudah memasarkan Weebill 2 dalam empat variasi bundel: Weebill 2 Standard seharga $549, Weebill 2 Combo seharga $649, Weebill 2 Pro seharga $899, dan Weebill 2 Pro+ seharga $1.099. Bundel termahalnya itu mencakup dua aksesori tambahan berupa Zhiyun MasterEye Visual Controller dan TransMount Image Transmitter AI.

Sumber: PetaPixel.

CamRanger 2 Tawarkan Fitur yang Lebih Lengkap Ketimbang Fitur Remote Shooting Bawaan Kamera

Dewasa ini, konektivitas Wi-Fi dan kendali jarak jauh sudah tergolong sebagai fitur standar di industri kamera. Kendati demikian, fakta ini tidak menutup peluang aksesori seperti CamRanger untuk bersinar. Meski premis utama yang ditawarkan adalah menghadirkan konektivitas wireless pada kamera-kamera lama, CamRanger juga diciptakan untuk memaksimalkan pengoperasian jarak jauh pada kamera-kamera baru.

Buktinya bisa kita lihat lewat CamRanger 2, yang menawarkan upgrade signifikan terhadap suksesornya dari tujuh tahun silam. Yang paling gampang, CamRanger 2 kini mendukung Wi-Fi 5 GHz guna mewujudkan peningkatan kecepatan dan performa secara signifikan (khususnya saat memotret dalam format RAW), dan jarak sambungannya pun bertambah dua kali lipat menjadi 150 meter.

CamRanger 2

Kompatibel dengan kamera-kamera bikinan Canon, Nikon, Sony maupun Fujifilm, CamRanger 2 datang membawa sambungan tripod standar sehingga skenario penggunaannya cukup bervariasi. Dimensinya memang sedikit lebih besar ketimbang CamRanger orisinal, akan tetapi kapasitas baterainya juga ikut meningkat. Meski begitu, daya tahannya rupanya turun sedikit dari 6 jam menjadi 5 jam, dan ini disebabkan oleh segudang fitur baru yang ditawarkannya.

Satu fitur CamRanger 2 yang cukup dibanggakan oleh pengembangnya adalah menu bracketing yang lebih advanced ketimbang fungsi bawaan kamera. Menggunakannya sebagai intervalometer untuk pengambilan time lapse juga dimungkinkan, dan selama proses pengambilan gambar berlangsung, aplikasi pendampingnya di ponsel atau tablet tidak harus terus tersambung (cukup setup inisialnya saja).

CamRanger 2

CamRanger 2 dibekali slot SD card-nya sendiri, berguna untuk menjadi backup, terutama pada kamera-kamera yang tidak mengemas slot memory card ganda. Foto-foto yang diambil dapat langsung disunting jika perlu, semuanya tanpa harus menyentuh kamera sama sekali.

CamRanger 2 saat ini sudah dipasarkan dengan harga $350. Harganya memang tidak murah, tapi menurut saya cukup esensial buat fotografer yang hampir setiap harinya selalu berhadapan dengan skenario pengendalian jarak jauh.

Sumber: PetaPixel.

DJI Ronin-SC Diciptakan untuk Memaksimalkan Peran Kamera Mirrorless dalam Videografi

Selain dikenal sebagai produsen drone nomor satu, DJI juga memiliki reputasi bagus di bidang handheld gimbal alias stabilizer untuk kamera. Lini produk mereka mencakup seri Ronin di segmen profesional, lalu seri Osmo di segmen mobile. Untuk seri Ronin, DJI punya persembahan baru dalam wujud Ronin-SC.

Ronin-SC pada dasarnya merupakan versi lebih ringkas dari Ronin-S. Kalau Ronin-S dirancang untuk menggotong kamera DSLR atau mirrorless, Ronin-SC hanya bisa mengakomodasi kamera mirrorless saja. Namun sebagai gantinya, bobot perangkat dapat disusutkan hingga mencapai 1,1 kg, atau sekitar 41% lebih ringan ketimbang Ronin-S.

DJI Ronin-SC

Ronin-SC terbuat dari perpaduan material magnesium, baja, aluminium, dan plastik komposit. Gimbal 3-axis-nya siap menampung sejumlah kamera mirrorless populer dari Sony, Nikon, Canon, Panasonic maupun Fujifilm, dengan bobot maksimum hingga 2 kg. Saat sedang tidak digunakan, gimbal-nya dapat dilepas dari gagangnya agar memudahkan penyimpanannya di dalam tas berukuran normal.

Di samping lebih ringkas, Ronin-SC juga mengemas mekanisme penguncian pada ketiga poros gimbal-nya, sehingga proses menyeimbangkan kamera di awal dapat dijalani dengan lebih mudah ketimbang menggunakan Ronin-S. Pengoperasiannya sendiri masih mengandalkan sejumlah tombol dan joystick pada bagian gagang, dan baterainya diklaim bisa bertahan sampai 11 jam dalam satu kali pengisian.

DJI Ronin-SC

Ronin-SC boleh lebih terbatas soal kargo, tapi ia menyimpan dua fitur pintar yang absen pada kakaknya yang berukuran lebih besar. Yang pertama adalah fitur ActiveTrack 3.0, yang memungkinkan pengguna untuk menetapkan subjek yang harus diikuti pergerakannya oleh sang gimbal melalui smartphone yang tersambung.

Fitur yang kedua adalah Force Mobile, di mana pengguna dapat mengendalikan pergerakan gimbal hanya dengan menggerakkan smartphone-nya. Ini sangat berguna ketika pengguna harus mengoperasikan Ronin-SC dari kejauhan, dan jarak maksimum yang didukung adalah 25 meter dengan memanfaatkan koneksi Bluetooth 5.0.

DJI Ronin-SC rencananya bakal segera dipasarkan dengan harga $439. Bundel dengan embel-embel “Pro” juga akan tersedia seharga $539, yang mencakup aksesori seperti focus wheel, external focus motor, beserta Remote Start Stop (RSS) Splitter.

Sumber: DJI.

SwitchPod Adalah Kombo Monopod + Tripod yang Wajib Dimiliki Para Vlogger

Awalnya hanya bermodalkan smartphone, seiring waktu para vlogger biasanya akan meng-upgrade ‘perlengkapan perang’ yang dimilikinya. Kamera adalah yang biasanya diganti pertama kali, namun terlepas dari apa kamera yang digunakan, aksesori pendukung macam monopod dan tripod tidak kalah krusial dalam keseharian seorang vlogger.

Monopod untuk dipegang dan dibawa-bawa, sedangkan tripod untuk diletakkan di atas meja atau permukaan rata lainnya. Porsi penggunaan keduanya tidak tentu, sehingga biasanya seorang vlogger punya keduanya. Namun sekarang ada alternatif menarik yang bisa merangkap keduanya.

Namanya SwitchPod, dan ia merupakan kombo monopod + tripod dengan penampilan sekaligus mekanisme penggunaan yang simpel. Berpindah dari mode handheld ke mode tripod bisa dilakukan dalam hitungan detik, demikian pula sebaliknya. Ini jelas berbeda dari perangkat siluman lainnya, macam Joby Gorillapod misalnya, yang memerlukan waktu untuk diatur sedemikian rupa terlepas dari fleksibilitasnya.

SwitchPod

Jangan tertipu oleh ketiga kakinya yang tipis. Bahan aluminium merupakan jaminan atas ketangguhannya, dan pengembangnya mengklaim SwitchPod sanggup menopang beban hingga seberat 45 kg. Mount tripod yang digunakan sendiri standar, dan kompatibel dengan kamera apapun, mulai dari DSLR sampai kamera pocket dan smartphone.

Kata-kata saya mungkin kurang bisa menggambarkan potensi asli dari SwitchPod. Maka dari itu, silakan tonton video perkenalan dari pengembangnya di bawah ini. Perangkat ini sekarang sedang dipasarkan melalui situs crowdfunding Kickstarter seharga $79 ($20 lebih murah dari estimasi harga ritelnya).

Sumber: DPReview.

CamRanger Mini Hadirkan Fitur Pengendalian Jarak Jauh pada Kamera Lama

Hampir semua kamera baru, baik mirrorless maupun DSLR, dilengkapi Wi-Fi agar dapat dikendalikan dari jauh secara wireless. Namun tentu fitur ini tidak bisa dijadikan satu-satunya alasan untuk mengganti kamera lama kita. Kamera-kamera yang masih sangat kapabel, semisal Canon 5D Mark II, tak perlu dipensiunkan hanya karena Wi-Fi absen darinya, sebab problem ini bisa ditangani cukup dengan bantuan aksesori adaptor Wi-Fi.

Salah satu adaptor yang cukup populer adalah CamRanger. Produk tersebut dirilis di tahun 2012, dan fungsinya adalah menciptakan jaringan Wi-Fi agar kamera bisa berkomunikasi dengan smartphone atau tablet. Pengembangnya kini tengah menyiapkan dua penerusnya sekaligus: CamRanger 2 untuk tahun depan dan CamRanger Mini yang sudah tersedia sekarang juga.

CamRanger Mini ini sangat menarik karena dimensinya jauh lebih ringkas ketimbang CamRanger lawas. Kendati demikian, cakupan Wi-Fi yang diciptakannya malah lebih luas, tepatnya hingga 120 meter. Apapun kebutuhan Anda, fotografi makro, alam liar, dan lain sebagainya, pasti akan diuntungkan oleh jangkauan yang lebih luas ini.

CamRanger Mini app

Cara kerjanya masih sama, yakni mengandalkan sambungan kabel USB ke kamera, kemudian pengguna tinggal mengoperasikan kamera dari aplikasi di perangkat Android maupun iOS. Dari aplikasinya ini mereka tidak sebatas bisa menjepret foto saja, tapi juga mengatur parameter seperti shutter speed, aperture, ISO, dan masih banyak lagi.

CamRanger Mini kompatibel dengan beragam model kamera Canon maupun Nikon, tapi kalau kamera yang Anda pakai bermerek Sony atau Fujifilm, Anda harus menunggu CamRanger 2 dirilis tahun depan. Dengan banderol $200, CamRanger Mini memang tergolong mahal, akan tetapi fitur yang ditawarkannya memang jauh lebih komplet ketimbang bawaan kamera pada umumnya.

Sumber: DPReview.

Flash Terbaru Canon Dapat Mengatur Posisinya Secara Otomatis

Selama tiga tahun menulis seputar kamera untuk DailySocial, ternyata baru satu kali saya membahas tentang flash eksternal, itu pun yang ditujukan buat smartphone. Namun untuk flash besutan Canon yang satu ini, saya tidak rela melewatkan pembahasannya, sebab fitur pintarnya bakal sangat berguna terutama buat fotografer pemula.

Nama lengkapnya Canon Speedlite 470EX-AI, dan fitur unggulannya adalah pengoperasian secara otomatis, spesifiknya untuk teknik bounce flash (bukan langsung ke arah subjek, tapi dipantulkan ke langit-langit atau dinding). Dengan flash yang memiliki guide number 47 ini, sudut pantulannya dipastikan akan selalu optimal.

Ini dimungkinkan berkat kemampuan flash mengalkulasi jaraknya ke subjek dan ke langit-langit. Caranya dengan pertama-tama ‘menembakkan’ flash terlebih dulu ke subjek dan langit-langit, sebelum akhirnya bergerak ke posisi finalnya. Semuanya berlangsung dalam hitungan detik, dan dari situ pengguna tinggal asal menjepret saja.

Canon Speedlite 470EX-AI

Semisal hendak berganti orientasi (dari landscape ke portrait, atau sebaliknya), 470EX-AI rupanya juga bisa menyesuaikan dengan sendirinya. Cukup tekan separuh tombol shutter sebanyak dua kali setelah memutar orientasi kamera, maka flash-nya pun juga akan menyesuaikan posisinya.

Fitur ini membuat 470EX-AI sangat berguna di tangan fotografer berpengalaman (yang sudah bisa dengan cepat mengatur sudut pantulan flash sendiri), sebab perangkat turut dibekali mode semi-otomatis, di mana ia mampu mengingat-ingat posisi flash yang ditetapkan sang fotografer. Jadi saat berganti orientasi, cukup tekan dua kali tombol shutter agar flash bisa kembali mengarah ke posisi sebelumnya.

Lebih jelasnya Anda bisa tonton sendiri video perkenalannya di bawah. Canon berencana memasarkannya pada bulan April seharga $400.

Sumber: DPReview.

CamFi Pro Janjikan Kecepatan Transfer Foto Tiga Kali Lebih Cepat dari Wi-Fi Bawaan Kamera

Hampir semua kamera mirrorless maupun DSLR terkini mengemas konektivitas Wi-Fi untuk memudahkan pengguna memindah foto yang diambil tanpa perlu melepas memory card-nya sama sekali. Pada prakteknya, fitur ini terbukti amat praktis, akan tetapi masalahnya sejauh ini adalah kecepatan transfernya masih terbilang lambat.

Pabrikan asal Tiongkok, CamFi, percaya bahwa mereka punya solusi yang cukup efektif dalam wujud sebuah wireless adapter eksternal. Dijuluki CamFi Pro, perangkat ini menyambung ke kamera via sambungan USB, serta bisa didudukkan di atas hot shoe agar tidak mengganggu sesi pemotretan.

CamFi Pro

Keunggulan utama CamFi Pro terletak pada penggunaan Wi-Fi AC yang beroperasi di frekuensi 5,8 GHz. Hasilnya adalah peningkatan kecepatan transfer data dari kamera ke perangkat seperti smartphone atau laptop yang cukup pesat: mencapai angka 10 Mbps, atau sekitar dua sampai tiga kali lebih kencang dari Wi-Fi bawaan kamera pada umumnya.

Saking cepatnya, CamFi Pro juga bisa dimanfaatkan untuk melihat live stream video yang sedang direkam oleh kamera. Untuk memindahkan foto berformat RAW dengan ukuran sebesar 20 MB, CamFi Pro diklaim hanya butuh waktu dua sampai tiga detik saja. Ini jelas sangat menarik bagi fotografer profesional yang selama ini mengandalkan koneksi via kabel pada sesi pemotretan.

Tidak kalah menarik adalah opsi untuk mengirimkan foto dalam format RAW dan JPEG secara bersamaan. Kalau perlu, pengguna juga bisa memilih untuk mengirimkan foto RAW ke laptop, lalu menyimpan versi JPEG-nya di memory card milik kamera.

CamFi Pro

Fitur lain mencakup kontrol manual atas kamera, bracketing untuk menciptakan gambar HDR, focus stacking, video time lapse dan fitur untuk mengendalikan beberapa kamera sekaligus secara bersamaan. Lebih lanjut, CamFi Pro turut mengemas fitur Auto Print untuk mengirim gambar langsung ke printer yang mendukung konektivitas Wi-Fi.

Saat ini CamFi Pro sedang ditawarkan melalui situs crowdfunding Indiegogo seharga $199, lebih murah $100 dari estimasi harga retail-nya. Perangkat ini kompatibel dengan banyak kamera dari Canon, Nikon maupun Sony.

Sumber: DPReview.

InMotion Slider Adalah Motorized Slider Otomatis untuk Smartphone, GoPro atau Kamera Mirrorless

Dalam videografi, terkadang alat bantu sesederhana slider bisa sangat berperan dalam memberikan efek sinematik pada video yang direkam. Bagi pengguna awam, mengoperasikan slider secara manual mungkin terkesan sulit. Itulah mengapa perangkat seperti InMotion Slider berikut ini eksis.

Perangkat ini sederhananya merupakan sebuah motorized slider yang dapat beroperasi secara otomatis. Pengguna tinggal memilih mode yang diinginkan pada aplikasi pendampingnya, maka kamera akan otomatis digeser dan diputar (panning) demi menghasilkan video yang lebih menarik.

InMotion Slider

InMotion kompatibel dengan banyak kamera sekaligus, mulai dari GoPro atau action cam lain, kamera mirrorless, sampai smartphone Android atau iPhone. Dudukannya bisa mengakomodasi bobot maksimum 2,2 kilogram, sedangkan rel sepanjang 38 sentimeternya dapat diatur panjang-pendeknya sesuai kebutuhan.

Pada prakteknya, InMotion Slider sangat ideal untuk pengambilan video produk, wawancara, atau apapun yang memerlukan sentuhan sinematik. Aplikasinya bahkan dilengkapi fitur Face Following, sehingga perangkat bakal bergeser secara otomatis guna memastikan kamera smartphone tetap tertuju pada wajah subjek video.

Slider juga kerap digunakan untuk mengambil video time-lapse, dan tentu saja aplikasi InMotion memiliki mode khusus untuk itu. Bicara soal time-lapse, pasti harus bicara soal daya tahan baterai perangkat. InMotion diklaim sanggup beroperasi sampai sekitar 6 jam.

InMotion Slider

Bagaimana dengan baterai smartphone yang digunakan? Well, pengguna dapat memanfaatkan dudukan InMotion yang dilengkapi port USB sebagai charger dadakan. Menurut pengembangnya, InMotion masih sanggup beroperasi selama 2,5 jam nonstop selagi menyuplai tenaga pada smartphone sebanyak dua kali charge cycle.

Pengembangnya saat ini sedang menawarkan InMotion Slider melalui situs crowdfunding Kickstarter seharga $247. Harga retail-nya sendiri diestimasikan berkisar $449.

Lukilink Ubah Smartphone Menjadi Display Eksternal untuk DSLR maupun Kamera Mirrorless

Smartphone adalah perangkat dengan perkembangan teknologi display tercepat, bahkan jauh lebih cepat ketimbang televisi itu sendiri. Melihat betapa canggihnya display yang dimiliki smartphone masa kini, sebuah startup asal Jerman menilai sudah saatnya untuk memanfaatkan display hebat itu lebih dari sekadar memperhatikan Instagram Story milik mantan.

Buah pemikiran mereka adalah Lukilink, sebuah dongle kecil yang bertugas menyulap smartphone menjadi display eksternal untuk kamera, baik DSLR maupun mirrorless. Lukilink mengambil gambar dari kamera melalui port HDMI, lalu meneruskannya ke ponsel via USB dan bantuan aplikasi pendamping (Android dan iOS).

Lukilink

Dari situ pengguna bisa memonitor apa yang sedang direkam kamera dalam resolusi maksimum 1080p 60 fps di smartphone, yang tentunya akan terlihat jauh lebih mendetail di layar ponsel ketimbang LCD milik kamera. Teknik seperti ini pastinya tidak luput dari problem latency, tapi pengembangnya bilang kalau latency Lukilink hanya berkisar 200 – 300 milidetik, dan ini bergantung pada spesifikasi ponsel yang digunakan.

Selain untuk memonitor perekaman, Lukilink juga siap mengubah DSLR maupun kamera mirrorless Anda menjadi senjata vlogging, terutama jika kamera yang Anda gunakan tidak dilengkapi layar yang bisa dilipat hingga menghadap ke depan. Live streaming pun juga dimungkinkan, sebab aplikasi Lukilink telah mendukung platform seperti Facebook, YouTube maupun Twitch.

Lukilink

Terakhir, Lukilink juga berperan untuk mengubah smartphone menjadi external recorder untuk kamera, dengan dukungan resolusi maksimum 1080p 30 fps. Semua ini jelas jauh lebih praktis ketimbang memakai external recorder atau display terpisah yang seringkali membutuhkan unit baterainya sendiri.

Konsumen yang tertarik saat ini sudah bisa memesan Lukilink lewat Kickstarter seharga €89, lebih murah €40 ketimbang perkiraan harga retail-nya nanti.

Sumber: DPReview.

Berbekal AI Canggih, Arsenal Akan Bantu Anda Memaksimalkan Potensi Kamera Mirrorless Maupun DSLR

Hampir semua kamera modern, baik itu DSLR maupun mirrorless, menawarkan mode pemotretan otomatis. Hasilnya boleh dibilang oke, akan tetapi seorang fotografer pasti akan bilang kalau Anda tidak memaksimalkan potensi asli yang dimiliki kamera Anda.

Memang benar, dengan latihan dan jam terbang yang cukup, Anda bisa menghasilkan foto yang jauh lebih menarik menggunakan mode manual. Namun tentu saja tidak semua orang punya cukup waktu atau ketertarikan untuk belajar fotografi. Mereka mungkin cuma punya budget yang cukup untuk membeli kamera mirrorless demi mendapatkan foto yang lebih baik ketimbang memakai smartphone.

Buat orang-orang seperti ini, mungkin perangkat bernama Arsenal berikut bisa menjadi alternatif yang menarik. Secara prinsip ia merupakan artificial intelligence (AI) yang dirancang secara spesifik untuk membantu Anda menciptakan foto yang lebih baik, tanpa harus merepotkan Anda dengan mode manual atau malah mengandalkan mode otomatis.

Arsenal AI

Arsenal mempunyai wujud seperti modem Wi-Fi portable yang dapat diselipkan ke hot shoe, lalu menyambung ke port USB milik kamera via kabel. Ia dapat dikendalikan secara wireless melalui aplikasi pendamping untuk perangkatiOS maupun Android.

Anda bisa menganggap Arsenal sebagai mode pemotretan otomatis milik kamera pada umumnya yang telah disuntik steroid. AI di dalamnya telah dilatih menggunakan ribuan gambar untuk bisa memahami beragam kondisi pencahayaan dan lingkungan di sekitarnya, sebelum akhirnya menetapkan parameter yang tepat pada kamera.

Yang perlu Anda lakukan hanyalah mengatur framing-nya saja, kemudian Arsenal yang akan mengatur setting seperti ISO, shutter speed, aperture, dan masih banyak lagi dengan memperhatikan total hingga 18 faktor.

Arsenal AI

Lebih lanjut, Arsenal juga menawarkan fitur pemotretan HDR, long exposure maupun focus stacking, semuanya dengan menggabungkan beberapa foto dalam setting exposure yang berbeda menjadi satu foto yang menawan tanpa perlu melewati tahap editing.

Fitur lain yang tak kalah menarik adalah time lapse, dimana Arsenal akan mengatur exposure secara otomatis seiring berjalannya waktu dan bergantinya kondisi pencahayaan. Semua foto yang diambil akan otomatis disimpan ke smartphone dalam resolusi penuh, dan siap untuk dibagikan ke media sosial pilihan Anda.

Arsenal kompatibel dengan berbagai model DSLR maupun mirrorless keluaran Canon, Nikon, Sony dan Fujifilm. Ia saat ini sedang dipasarkan melalui Kickstarter seharga $150, sedangkan harga retail-nya diperkirakan berkisar $210.