Razer Luncurkan Kipas Pendingin untuk Smartphone, Ada Versi iPhone (MagSafe) dan Universal

Agar suatu perangkat gaming bisa konsisten kinerjanya, dibutuhkan sistem pendingin yang efektif, tidak terkecuali untuk smartphone. Problemnya, ponsel tidak punya cukup ruang untuk mengemas kipas yang bisa membantu membuang panas yang dihasilkan. Solusinya, kita butuh bantuan aksesori eksternal.

Kipas pendingin untuk smartphone sepintas mungkin terdengar konyol, tapi kategori produk ini sebenarnya sudah eksis sejak lama, dan sekarang Razer pun juga tidak ingin ketinggalan. Dijuluki Razer Phone Cooler Chroma, ini merupakan solusi pendingin yang dirancang untuk menemani smartphone selama sesi gaming berlangsung secara intensif.

Untuk menjalankan tugasnya, perangkat ini mengandalkan sistem pendingin termoelektrik, heat sink aluminium, dan kipas dengan tujuh bilah yang mampu berputar dalam kecepatan maksimum 6.400 RPM. Selagi bekerja, suara yang dihasilkan oleh kipasnya diklaim tidak akan lebih dari 30 dB. Tentu saja, sebuah aksesori gaming tidak akan lengkap tanpa adanya sistem pencahayaan RGB yang bisa diprogram.

Meski dirancang untuk perangkat mobile, aksesori ini tidak bisa dibilang portabel. Pasalnya, ia tidak memiliki modul baterai, dan harus selalu dicolokkan ke sumber listrik via kabel USB-C.

Mungkin Razer memang sengaja menargetkan produk ini untuk konsumen yang terbiasa bermain sambil ponselnya di-charge. Seperti yang kita tahu, skenario seperti ini sering kali berujung pada panas berlebih di bodi ponsel, terutama ketika harus menjalankan game-game yang berat macam Genshin Impact, dan itulah problem yang hendak diatasi oleh kipas pendingin smartphone besutan Razer ini.

Razer Phone Cooler Chroma hadir dalam dua versi; satu yang bisa menempel secara magnetis ke punggung seri iPhone 12 ataupun 13 (MagSafe), satu lagi yang dilengkapi penjepit universal untuk ponsel Android maupun iPhone yang tidak mendukung MagSafe. Keduanya sama-sama dijual seharga $60, atau kurang lebih sekitar 860 ribu rupiah.

Bukan, ini bukan aksesori smartphone teraneh yang pernah Razer buat, sebab mereka juga punya sarung jempol untuk gaming. Namun kembali lagi, kecil kemungkinan produsen menciptakan produk jika tidak ada pasarnya.

Sumber: The Verge.

DJI Osmo Mobile 4 Andalkan Magnet Ketimbang Mekanisme Penjepit Tradisional

DJI baru saja meluncurkan Osmo Mobile 4 (OM 4), gimbal smartphone generasi terbaru yang membawa perubahan minor tapi cukup signifikan. Secara fisik, ia kelihatan nyaris identik dengan Osmo Mobile 3, dan perbedaan yang paling kentara terletak pada komponen penjepitnya.

Seperti yang bisa kita lihat, OM 4 tak lagi dibekali penjepit seperti pendahulunya. Sebagai gantinya, ia memanfaatkan magnet untuk menggotong smartphone. Untuk memasangkan smartphone ke OM 4, pengguna punya dua opsi. Opsi yang pertama mungkin adalah yang paling fleksibel, yakni dengan memakai aksesori penjepit yang porsi tengahnya dilengkapi magnet.

Opsi kedua adalah yang bersifat semi-permanen dan melibatkan aksesori ring holder, lagi-lagi dengan bantuan magnet di tengahnya. Kedua aksesori ini sudah termasuk dalam paket penjualan standar DJI OM 4. Kedengarannya memang sepele, akan tetapi mekanisme mounting baru ini bisa dipastikan jauh lebih memudahkan daripada model sebelumnya.

Selebihnya, OM 4 cukup mirip seperti OM 3. Desain foldable yang diperkenalkan tahun lalu tetap dipertahankan, malahan DJI mengklaim OM 4 sedikit lebih kecil dan lebih ringan lagi ketimbang pendahulunya, dan di saat yang sama punya komponen motor yang lebih baik.

Layout tombol beserta joystick-nya tidak diubah, dan daya tahan baterainya pun tetap hingga 15 jam pemakaian. Di saat darurat, OM 4 juga dapat dialihfungsikan menjadi power bank dadakan.

Beberapa fitur pintar yang bisa diakses melalui aplikasi DJI Mimo juga telah disempurnakan, dan DJI tidak lupa untuk menambahkan sejumlah fitur baru pula. Salah satu yang mungkin menarik untuk dicoba adalah mode CloneMe Panorama, yang memungkinkan pengguna untuk menggandakan subjek foto (atau dirinya sendiri) dalam satu tangkapan gambar.

Di samping itu, DJI juga mengklaim bahwa OM 4 lebih cekatan soal tracking dibanding sebelumnya, terutama ketika diletakkan di atas permukaan datar – dengan bantuan tripod tentu saja, yang ternyata juga sudah masuk dalam paket penjualan. Membedakan subjek antara orang dewasa, anak-anak, maupun binatang peliharaan juga bisa dilakukan secara lebih baik oleh OM 4.

Di Amerika Serikat, DJI OM 4 saat ini sudah resmi dipasarkan seharga $149. Memang sedikit lebih mahal daripada harga OM 3 saat pertama kali dipasarkan, tapi sekali lagi aksesori-aksesori yang disertakan memang jauh lebih lengkap.

Sumber: DJI dan The Verge.

Samsung Ikut Ramaikan Tren Perangkat UV Sterilizer Sekaligus Wireless Charger

Meski sudah eksis sejak lama, perangkat UV sterilizer atau sanitizer bisa dibilang merupakan salah satu “gadget new normal“. Belakangan ini mulai banyak yang menciptakannya khusus untuk smartphone, dan di media sosial saya ramai yang membicarakan mengenai produk serupa dari beragam merek.

Bahkan brand sekelas Samsung pun juga ikut meramaikan tren ini. Mereka baru saja memperkenalkan sebuah wireless charger yang juga merangkap peran sebagai UV sterilizer. Tentunya kategori perangkat seperti ini juga bukan barang baru, apalagi mengingat saya belum lama ini juga menuliskan perangkat serupa besutan Mophie.

Namun yang membedakan punya Samsung ini adalah, proses sterilisasi dan wireless charging-nya dapat berlangsung secara bersamaan. Cukup masukkan smartphone yang mendukung Qi wireless charging ke dalamnya, maka ia akan dibersihkan sekaligus diisi ulang baterainya. Tidak seperti bikinan Mophie, yang ternyata hanya bisa mengisi ulang baterai perangkat yang diletakkan di atasnya, bukan di dalam.

Menggunakan UV sterilizer buatan Samsung ini, smartphone akan dibersihkan selama 10 menit, lalu setelahnya proses sterilisasinya akan berhenti sendiri dan wireless charging masih terus dilanjutkan. Samsung bilang perangkat ini mampu mengakomodasi ponsel hingga yang sebesar Galaxy S20 Ultra, dengan volume bilik persisnya di angka 196 x 96 x 33 mm.

Samsung UV Sterilizer with Wireless Charging

Selain smartphone, tentu saja konsumen juga dapat meletakkan perangkat lain seperti kacamata atau TWS. Sepasang bohlam ultraviolet di dalam kompartemennya diklaim mampu membersihkan baik permukaan atas maupun bawah perangkat yang diletakkan.

Sama seperti Mophie, Samsung memang tidak punya bukti bahwa perangkat ini efektif membunuh virus SARS-CoV-2, tapi setidaknya ia efektif membasmi hingga 99% kuman dan bakteri yang melekat di permukaan macam E. coli, Staphylococcus aureus, dan Candida albicans berdasarkan tes yang dilakukan badan pengujian independen Intertek dan SGS.

Samsung berniat memasarkannya melalui sejumlah toko fisik dan online-nya, namun sejauh ini belum ada kepastian negara mana saja yang bakal kebagian. Harganya sendiri juga belum diketahui, akan tetapi Samsung Thailand menjualnya seharga 1.590 baht, atau setara dengan Rp 700 ribuan.

Sumber: Samsung.

ShiftCam ProGrip Siap Hadirkan Kenyamanan ala Kamera Tradisional pada Smartphone

Apa kelebihan kamera tradisional yang sampai saat ini masih sulit kita dapatkan dari smartphone? Kualitas gambar tentu sudah terbilang sangat mendekati, sedangkan yang masih berbeda jauh adalah aspek ergonomi alias kenyamanan. Saya yakin sebagian besar dari kita bakal merasa lebih mantap menggenggam grip besar pada kamera mirrorless ketimbang memegang rangka smartphone.

Berhubung fungsi smartphone bukan untuk memotret atau merekam video semata, mustahil pabrikan merilis model yang dilengkapi hand grip layaknya sebuah kamera tradisional. Yang dapat memberikan solusi terkait hal ini adalah produsen aksesori, dan itulah yang ingin ditawarkan oleh startup asal Hong Kong bernama ShiftCam.

ShiftCam ProGrip

Produk terbaru mereka, ShiftCam ProGrip, dirancang untuk mengemulasikan keunggulan kamera mirrorless maupun DSLR dari sisi ergonomi pada smartphone. Seperti yang bisa kita lihat dari gambarnya, produk ini dibekali grip yang cukup gemuk baik di sisi luar maupun dalam, dan ia turut dilengkapi tombol shutter Bluetooth yang mudah dijangkau menggunakan jari telunjuk.

Selain untuk meningkatkan kenyamanan selama memotret maupun merekam video, ProGrip juga bermaksud untuk meningkatkan daya tahan baterai smartphone. Ya, ProGrip pada dasarnya merupakan sebuah battery case berkapasitas 5.200 mAh yang kompatibel dengan banyak smartphone yang mendukung wireless charging.

ShiftCam ProGrip

Juga istimewa dari ProGrip adalah bagaimana ponsel yang terpasang bisa diubah-ubah orientasinya (landscape atau portrait), namun cara pengguna menggenggamnya sama sekali tidak berubah. Selagi ponsel terpasang, bagian kameranya juga sama sekali tidak terganggu, yang berarti pengguna masih bisa memasangkan lensa tambahan jika perlu. Hal ini tidak mengejutkan mengingat ShiftCam sendiri juga menjual beberapa lensa smartphone.

Fitur-fitur pemanis lainnya mencakup dudukan cold shoe yang dapat dipasangi flash maupun mikrofon eksternal, serta dudukan tripod 1/4 inci. Bicara soal tripod, ProGrip sendiri sebenarnya juga bisa merangkap peran sebagai mini tripod, dan mengingat bahannya terbuat dari sejenis karet, ia juga tidak akan mudah tergeser selagi diletakkan di atas meja ataupun permukaan datar lainnya.

ShiftCam ProGrip

Tepat di sebelah dudukan tripod-nya adalah port USB-C yang mendukung input sekaligus output. Itu berarti ia juga bisa dimanfaatkan sebagai power bank darurat buat perangkat seperti true wireless earphone.

ShiftCam ProGrip saat ini sudah ditawarkan lewat Kickstarter dengan harga paling murah $99, atau $50 lebih murah daripada harga retailnya nanti. ProGrip merupakan produk keenam ShiftCam yang dipasarkan melalui platform crowdfunding, jadi calon backer semestinya tidak perlu terlalu meragukan reputasinya.

Sumber: DPReview.

Diveroid Ubah Ponsel Anda Menjadi Sebuah Dive Computer Sekaligus Kamera Bawah Air

Fotografi bawah air merupakan hobi yang cukup mahal. Beberapa komponen esensial yang dibutuhkan mencakup kameranya itu sendiri, housing khusus untuk memproteksinya di bawah air, serta sebuah dive computer untuk memantau informasi-informasi penting seperti tingkat kedalaman maupun durasi.

Alternatif murahnya adalah produk bernama Diveroid berikut ini. Pengembangnya mendeskripsikan Diveroid sebagai solusi all-in-one untuk fotografi bawah air, dan seperti yang sudah bisa Anda tebak dari gambarnya, yang dijadikan kamera di sini adalah smartphone.

Diveroid pada dasarnya merupakan sebuah underwater housing untuk smartphone, lengkap dengan sebuah modul dive computer terintegrasi. Ia siap membawa ponsel Anda menyelam hingga kedalaman 60 meter, dan selagi menyelam, aplikasi pendampingnya di ponsel akan menampilkan data menyelam yang diterima dari modul dive computer secara real-time.

Diveroid

Untuk mengoperasikannya, Diveroid mengemas tiga tombol fisik yang menempel langsung ke layar sentuh smartphone, dan tentu saja tampilan aplikasinya sudah dioptimalkan untuk ini. Daftar ponsel yang kompatibel pun cukup lengkap. Beberapa model yang populer mencakup iPhone 11, Samsung Galaxy Note 10, Galaxy S10 dan Google Pixel 4.

Fitur pemotretan yang ditawarkan aplikasi Diveroid pun cukup melimpah. Selain dapat memilih sejumlah focal length, pengguna pun juga dapat mengaktifkan kamera depannya. Juga menarik adalah fitur real-time color correction, yang pada dasarnya merupakan filter warna merah untuk ‘menetralkan’ gambar yang didominasi warna hijau atau biru selagi pengguna terus menyelam lebih dalam.

Diveroid

Terakhir, aplikasi Diveroid turut mengemas fitur logbook. Foto maupun video yang pengguna ambil selama menyelam telah disinkronisasikan secara otomatis dengan data-data yang relevan, sehingga pengguna bisa memantau di kedalaman berapa saja mereka berhasil mengabadikan lanskap laut yang indah.

Buat yang tertarik, saat ini Diveroid sedang ditawarkan melalui platform crowdfunding Kickstarter. Harga paling murah yang bisa didapat selama masa kampanyenya saat ini adalah $249, sekitar 40% lebih terjangkau dibanding estimasi harga ritelnya.

Sumber: DPReview.

Ramaikan Tren Smartphone dengan Kamera Ultra-Wide, Moment Luncurkan Lensa Fisheye 14mm

Kamera ultra-wide di smartphone bukanlah barang baru, akan tetapi popularitasnya belakangan meningkat pesat berkat iPhone 11 dan iPhone 11 Pro yang hadir mengusung kamera dengan sudut pandang amat lebar tersebut. Maka dari itu, tidak heran apabila produsen lensa smartphone macam Moment langsung bergerak cepat.

Mereka baru saja merilis lensa anyar bernama Moment Fisheye 14mm. Dari namanya sudah kelihatan bahwa lensa ini punya sudut pandang yang luas, tepatnya seluas 170°, atau sekitar 40% lebih lebar ketimbang sudut pandang kamera ultra-wide bawaan iPhone 11.

Perlu dicatat, lensa fisheye umumnya harus berkompromi dengan distorsi, terutama pada garis-garis lurus. Untungnya aplikasi pendamping Moment di iOS sudah dirancang agar dapat mengoreksi distorsi secara otomatis ketika menggunakan lensa ini.

Moment Fisheye 14mm Lens

Selain punya sudut pandang lebih luas, lensa ini juga diklaim bisa menangkap gambar yang lebih tajam. Ini cukup wajar mengingat ada lebih banyak ruang ekstra untuk menempatkan elemen-elemen lensa, dan kebetulan di sini Moment telah menerapkan desain bi-aspheric, yang diyakini sangat optimal untuk smartphone.

Kalau melihat komparasi hasil jepretan menggunakan lensa ini dan kamera ultra-wide iPhone 11, perbedaannya langsung tampak signifikan. Satu hal yang membuatnya jauh lebih superior adalah fakta bahwa lensa ini duduk di atas kamera utama iPhone 11, bukan kamera ultra-wide-nya. Ini berarti hasil fotonya sudah pasti lebih baik karena memang sensor yang digunakan berbeda, dan pengguna juga bisa memakainya bersama fitur Night Mode.

Contoh hasil jepretan menggunakan lensa Moment Fisheye 14mm / Moment
Contoh hasil jepretan menggunakan lensa Moment Fisheye 14mm / Moment

Namun lensa ini akan jauh lebih menarik lagi apabila dipasangkan ke smartphone seperti Google Pixel 4, yang dinilai ketinggalan karena hanya mengemas kamera standar dan telephoto. Kapabilitas fotografi Pixel 4 yang luar biasa bakal semakin maksimal berkat bantuan satu focal length tambahan yang disuguhkan lensa ini.

Moment Fisheye 14mm Lens saat ini telah dipasarkan seharga $120. Untuk dapat menggunakannya, ponselnya tentu harus dibalut casing bikinan Moment terlebih dulu. Selain iPhone dan Pixel, kombo lensa dan casing ini juga kompatibel dengan sejumlah ponsel terbaru dari Samsung maupun OnePlus.

Sumber: PetaPixel.

PhoneBook Bisa Ubah Segala Macam Smartphone Jadi Laptop

Beberapa dekade lalu, mungkin kita akan sulit menjelaskan bahwa di masa depan akan ada perangkat kecil serbaguna yang mampu mengakses informasi dari mana saja, kapan pun kita menginginkannya. Saat ini, alat bernama smartphone tersebut sulit dilepaskan dari kehidupan sehari-hari manusia modern. Kita menggunakannya buat bekerja, berkomunikasi, serta menghibur diri.

Dahulu, banyak orang memprediksi bahwa smartphone dan tablet akan menggantikan peran PC tradisional. Nyatanya, mereka malah saling melengkapi. Saat ini laptop masih jadi perangkat penunjang kegiatan produktif utama, namun di situasi-situasi darurat, banyak pula pengguna yang tak keberatan untuk bekerja dengan smartphone. Dan pengalaman bekerja lewat smartphone bisa jadi lebih praktis berkat bantuan aksesori bernama PhoneBook.

PhoneBook adalah perangkat plug-and-play unik yang mampu mengubah smartphone menjadi notebook berlayar 15,6-inci. PhoneBook berperan sebagai ‘cangkang’ berwujud PC laptop. Untuk menggunakannya, kita hanya perlu menyambungkan ponsel pintar via kabel ke PhoneBook. Segala macam proses pengolahan data dilakukan sepenuhnya oleh CPU di smartphone, jadi performanya bergantung dari jenis ponsel yang Anda miliki.

Tim pengembang menjelaskan bahwa smartphone merupakan perangkat portable yang bertenaga. Dengannya, kita dapat melakukan banyak hal: chatting, browsing hingga bermain game. Meski begitu, jarang sekali orang memanfaatkannya buat mengetik berlembar-lembar laporan atau menonton film berdurasi dua jam lebih. Produktivitas dan pengalaman penggunaan smartphone umumnya dibatasi oleh kecilnya layar dan kurang efisiennya keyboard berbasis touchscreen.

PhoneBook dirancang untuk menampilkan konten di smartphone ke layar yang lebih lebar. Panel berjenis IPS di sana menyuguhkan resolusi full-HD dan bisa membaca sentuhan jari. Dan layaknya laptop, PhoneBook menyuguhkan keyboard full-size lengkap dengan numpad serta touchpad. Perangkat juga memiliki speaker, menyimpan baterai internal (berdaya tahan hingga delapan jam) yang akan men-charge smartphone ketika terkoneksi, serta dibekali port-port fisik penting seperti USB, audio, HDMI, USB type-C – memperkenankan kita menyambungkan mouse.

Tim Anyware menjelaskan bahwa PhoneBook mempunyai banyak keunggulan dibandingkan solusi yang ditawarkan kompetitor, terutama dari sisi kompatibilitas. Contohnya: Samsung DeX hanya mendukung beberapa smartphone saja, sedangkan PhoneBook siap merangkul hampir seluruh perangkat Android dan iOS (termasuk model baru semisal iPhone 11). Perlu dicatat bahwa PhoneBook belum dapat bekerja dengan smartphone ber-SOC MediaTek.

Lewat kampanye crowdfunding di situs Kickstarter, sang produsen asal Shenzhen berhasil mengumpulkan modal berkali-kali lipat dari target awal mereka. PhoneBook rencananya bakal didistribusikan di bulan Desember 2019, diprioritaskan ke para backer. Produk bisa dipesan sekarang seharga mulai dari US$ 170.

Adonit Photogrip Adalah Aksesori Multifungsi untuk Fotografer Smartphone

Adonit, pabrikan yang dikenal akan variasi stylus-nya, baru saja meluncurkan produk anyar. Produk tersebut bukanlah sebuah stylus, melainkan aksesori multifungsi yang ditujukan bagi para fotografer smartphone.

Dinamai Adonit Photogrip, fungsi utamanya adalah untuk memantapkan genggaman selama smartphone dipakai untuk memotret atau merekam video. Cukup selipkan ponsel ke dalamnya (minimal yang berlayar 4,5 inci), lalu sambungkan via Bluetooth, maka tombolnya siap digunakan untuk mengambil gambar.

Adonit Photogrip

Yang unik, tombolnya ini ternyata merupakan sebuah remote yang dapat dilepas-pasang. Lepaskan remote ini dari ‘rumahnya’, maka pengguna siap mengambil gambar dari kejauhan. Cocok untuk keperluan mengambil foto grup.

Tidak ada permukaan datar untuk menegakkan ponsel? Tak perlu bingung, Photogrip datang bersama sebuah tripod mini yang dapat dipasangkan langsung ke unit utamanya. Tanpa tripod, Photogrip sebenarnya bisa diberdirikan, tapi hanya dalam orientasi portrait, sehingga mungkin lebih cocok untuk dipakai selagi dalam percakapan video.

Adonit Photogrip

Di samping remote, masih ada kejutan lain Photogrip dalam bentuk stylus kecil yang bisa dipakai untuk corat-coret maupun mengedit foto secara lebih presisi. Paket pembeliannya juga mencakup sebuah neck strap dan carrying pouch.

Photogrip menggunakan baterai rechargeable. Dalam satu kali pengisian selama 40 menit, ia dapat digunakan hingga 20 jam nonstop, atau kira-kira untuk menjepret 72.000 foto.

Adonit Photogrip

Adonit saat ini sudah memasarkan Photogrip seharga $40, cukup terjangkau untuk sebuah aksesori yang multifungsi.

Sumber: DPReview.

Pictar Pro Hadirkan Kontrol ala DSLR pada Smartphone

Kita semua tahu betapa pesatnya peningkatan kualitas kamera smartphone dari tahun ke tahun. Namun sejak dulu yang tidak bisa diberikan adalah kemudahan pengoperasian menggunakan tuas dan kenop fisik, mengingat semuanya harus lewat sentuhan pada layar.

Untuk urusan itu, kita harus meminta bantuan aksesori. Salah satu yang cukup menarik adalah Pictar Pro, yang saat ini sedang ditawarkan melalui situs crowdfunding Kickstarter. Pictar Pro pada dasarnya bertujuan untuk mempermudah kontrol kamera smartphone, baik iPhone ataupun Android.

Pictar Pro

Misi tersebut diwujudkan lewat sepasang kenop putar, satu untuk mengatur exposure compensation, satu untuk mengubah mode pemotretan. Tombol shutter dua langkah seperti di kamera biasa juga hadir, demikian pula tuas untuk mengatur zoom secara mulus, serta grip bertekstur untuk memantapkan genggaman.

Untuk menggunakannya, kita tinggal menyelipkan smartphone, lalu membuka aplikasi pendampingnya yang menawarkan pengaturan lengkap. Koneksi Bluetooth maupun USB tidak dibutuhkan, pengembangnya mengklaim Pictar Pro menggunakan teknologi gelombang suara untuk berkomunikasi dengan ponsel.

Pictar Pro

Pictar Pro dibekali baterai berkapasitas 1.400 mAh, dan ia rupanya bisa menyalurkan daya tersebut ke smartphone yang mendukung wireless charging. Saat terpasang pada Pictar Pro, smartphone bisa kita dudukkan di atas tripod, dan kita juga bisa menambahkan aksesori seperti flash maupun mikrofon eksternal via dudukan cold shoe.

Juga unik adalah aksesori opsional berupa viewfinder yang bisa dikempiskan ketika sedang tidak dipakai. Viewfinder ini akan menampilkan persis seperti yang tampak pada layar smartphone, namun karena harus membidik, pengguna jadi bisa melihat dengan lebih jelas di bawah terik sinar matahari.

Pictar Pro

Di Kickstarter, harga early bird yang ditawarkan untuk Pictar Pro adalah $129. Bundel bersama aksesori lain juga tersedia dalam banderol yang lebih mahal.

Sumber: PetaPixel.

Lemuro Kawinkan Desain ala Itali dan Teknik Presisi ala Jerman dalam Meracik Lensa untuk Smartphone

Pilihan lensa tambahan untuk smartphone ada banyak di pasaran, namun yang masuk kategori premium terbilang sedikit, semisal besutan Olloclip, Moment dan Zeiss. Dari ketiga brand itu, sejatinya cuma satu (Zeiss) yang punya pengalaman panjang di bidang pengembangan teknologi optik.

Namun Olloclip dan Moment sudah membuktikan bahwa startup pun juga bisa menelurkan lensa smartphone premium, dan itu sepertinya yang menjadi inspirasi bagi startup asal Jerman bernama Lemuro. Lewat Kickstarter, mereka memperkenalkan lineup lensa smartphone racikannya.

Pendekatan yang diambil Lemuro cukup unik, yakni mengawinkan desain elegan ala Itali dengan teknik pembuatan yang presisi ala Jerman. Hasilnya, lensa buatan Lemuro tak hanya manis di mata, tapi juga diyakini mampu menghasilkan foto yang berkualitas superior.

Lemuro Lens

Total ada empat jenis lensa yang ditawarkan: fisheye 8mm (238°), wide-angle 18mm (110°), macro 10x 25mm, dan tele 60mm (2x zoom) untuk mengambil foto portrait. Keempat lensa berbodi aluminium ini datang bersama casing kulit elegan yang dilengkapi dudukan lensa yang juga berbahan aluminium. Ini penting karena kalau sampai drat untuk memasangkan lensa rusak, sama saja lensanya sia-sia.

Untuk sekarang, kombinasi lensa dan casing ini baru kompatibel dengan iPhone 7, 7 Plus, 8, 8 Plus dan X. Lemuro sudah punya rencana untuk membuatkan versi tersendiri yang kompatibel dengan sejumlah smartphone Android populer, tapi itu baru akan menyusul dalam beberapa bulan mendatang.

Selama masa kampanyenya di Kickstarter masih berlangsung, starter kit Lemuro (case + 1 lensa) bisa dipesan seharga €75. Untuk paket kompletnya yang berisi empat lensa, para backer harus menyiapkan dana sebesar €225.

Sumber: DPReview.