Sony a7 IV Adalah Penerus a7 III, Bisa Rekam Video 4K 60fps & Punya LCD Monitor Vari-angle

Sony a7 mark III dirilis pada Februari 2018, ia adalah kamera mirrorless full frame profesional model dasar dari Sony. Kemampuannya tak perlu dipertanyakan lagi, a7 III merupakan kamera hybrid yang dapat diandalkan oleh fotografer maupun videografer profesional.

Ketika Nikon dan Canon memperkenalkan kamera mirrorless perdana mereka dengan sistem full frame barunya, a7 III kerap kali dijadikan benchmark. Ia mampu bersaing sangat baik dengan para kompetitornya karena fiturnya cukup lengkap termasuk IBIS dan dukungan ekosistem lensa yang kuat.

Sampai saat ini, a7 III masih sangat seksi – namun seiring waktu, ada beberapa hal yang akhirnya mencapai batasnya dan berujung menjadi deal breaker bagi beberapa peminatnya. Ya, tetapi kekurangan yang ada sudah diperbaiki oleh Sony. Setelah hampir empat tahun, Sony akhirnya merilis penerus dari a7 III – selamat datang a7 mark IV.

Resolusi Lebih Tinggi

Dari a7 generasi pertama sampai ketiga, resolusi yang ditawarkan ialah 24MP. Pada a7 IV, Sony akhirnya menggunakan sensor baru BSI-CMOS beresolusi 33MP dengan prosesor gambar terbaru Bionz XR.

Sony a7 IV dapat memotret beruntun tanpa gangguan hingga 10 fps dengan AF/AE tracking dan punya buffer lebih besar. Ia juga mewarisi algoritme AF paling mutakhir dari flagship Sony a1, Real-time Tracking lebih baik dengan 759 titik phase-detection AF yang mencakup sekitar 94% area gambar.

Selain itu, fitur Real-time Eye AF pada a7 IV tak hanya dapat melacak mata manusia, tetapi juga mata burung dan hewan baik untuk still maupun video. Dibanding generasi sebelumnya, akurasi face dan eye detection untuk manusia pada a7 IV meningkat sekitar 30%.

Perekam Video

Salah satu kekurangan yang ada pada a7 III dan makin kesini hal itu semakin penting ialah ia hanya mampu merekam video 4K UHD dengan frame rate sebatas 30 fps dan mekanisme LCD monitor yang hanya bisa dimiringkan. Kini a7 IV sudah memiliki LCD monitor vari-angle yang memberikan fleksibilitas lebih saat pengambilan video, ukurannya tetap 3 inci tetapi ditopang resolusi sedikit lebih tinggi yakni 1,04 juta dot.

Perekam video a7 IV juga meningkat, ia dapat merekam video 4K UHD hingga 30 fps menggunakan lebar penuh sensornya (oversampled diambil dari 7K) atau 60 fps dalam mode Super 35mm (oversampled dari 4.6K). Sony a7 IV juga sudah dilengkapi picture profile S-Cinetone yang diadopsi dari kamera Cinema Line Sony. Semua mode video itu dapat ditangkap dalam detail 10-bit 4:2:2 atau 4:2:0, dengan pilihan kompresi H.265, H.264 Long GOP, atau H.264 All-I.

Fitur Lain

Dari segi desain, a7 IV mendapatkan beberapa pembaruan termasuk LCD monitor vari-angle, ukuran grip dan tombol-tombolnya juga lebih besar, serta memiliki antarmuka baru seperti a7S III. Resolusi jendela bidiknya juga meningkat dengan panel OLED Quad-VGA 3,69 juta dot.

Fitur 5-axis optical in-body image stabilization-nya dapat mengkompensasi getaran 5.5-step. Punya dua slot SD card yang mendukung CFexpress Type A/UHS-II SD dan UHS-II SD, serta baterai tetap sama NP-FZ100.

Untuk harganya, Sony a7 IV body only dibanderol US$2499 atau kurang lebih Rp35,3 jutaan dan rencanya akan mulai tersedia pada akhir Desember 2021. Sekedar mengatahui, a7 III body only di Indonesia saat ini dibanderol dengan harga promo Rp24.999.000.

Sumber: DPreview

Sony Umumkan Alpha ZV-E10, Versi Advanced dari ZV-1 untuk Content Creator

Sejak perkenalan Sony A6400 di awal tahun 2019, Sony mulai fokus menghadirkan perangkat yang dioptimalkan untuk para content creator. Pada tahun 2020, Sony memperkenalkan ZV-1 yang menghadirkan kemudahan dalam membuat konten.

Sony ZV-1 sendiri merupakan kamera compact premium bersensor 1 inci turunan RX100 series. Namun telah dirancang sepenuhnya untuk keperluan vlogging dengan layar vari-angle, serta dilengkapi hot shoe dan port mikrofon untuk memasang mikrofon eksternal.

Sebelumnya bila ZV-1 tidak dapat memenuhi kebutuhan Anda, maka opsi terdekat yang bisa dipilih ialah A6100, A6400, dan A6600. Kabar baiknya, Sony telah memperkenalkan perangkat baru yang posisinya di tengah antara ZV-1 dan trio A6xxx series yang disebut Alpha ZV-E10.

Bila dilihat namanya, Alpha ZV-E10 tampaknya versi yang lebih advanced dari ZV-1. Ia adalah kamera mirrorless dengan lensa yang dapat ditukar bersensor CMOS Exmor APS-C 24MP yang sama seperti A6xxx series. Kalau dilihat dari desain, menurut saya mungkin bisa disebut sebagai penerus dari A5100.

Alpha ZV-E10 juga mewarisi fitur khusus video yang telah diakui dan disukai dari ZV-1. Termasuk ‘Background Defocus‘ yang dapat beralih antara latar belakang buram (bokeh) dan tajam dengan mulus. Serta, mode ‘Product Showcase Setting‘ yang memungkinkan kamera mengalihkan fokus dari wajah subjek ke objek yang disorot secara otomatis.

Kami sangat antusias memperkenalkan Alpha ZV-E10, kamera dengan lensa yang dapat ditukar terbaru dari Sony, untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dari para kreator. Kamera terbaru Alpha ZV-E10 merupakan alat yang ideal untuk para kreator foto dan video yang ingin bertransisi ke pengaturan yang lebih canggih, karena menggabungkan keserbagunaan dan kualitas gambar luar biasa dari kamera dengan lensa yang dapat ditukar yang didukung oleh sensor lebih besar dengan fitur ramah pengguna yang dirancang khusus untuk foto dan video, ” ujar Kazuteru Makiyama, President Director PT Sony Indonesia.

Desain dan Fitur Sony Alpha ZV-E10

Alpha ZV-E10 mengusung desain video-first dalam bentuk yang ringkas dan ringan dengan bobot 343 gram. Dilihat dari panel atas, tampilannya cukup mirip terutama posisi mikrofon dan hot shoe.

Posisi tombolnya mengalami penyesuaian, tombol on/off diganti tuas dan tombol rana berpindah ke grip yang sedikit lebih besar dari milik ZV-1. Bagian belakang terdapat layar vari-angle bukaan samping 3 inci 920k dot yang memberikan fleksibilitas saat vlogging dan pengambilan gambar dari sudut tinggi atau rendah.

Untuk perekaman videonya, Alpha ZV-E10 mendukung hingga resolusi video 4K melalui pixel readout penuh tanpa pixel binning dengan Codec XAVC S dan bitrate 100Mbps. Juga Slow Motion 1080p 120fps dan turut didukung picture style seperti hybrid Log-Gamma (HDR), S-Gamut3.Cine, S-Log3, S-Gamut3, dan S-Log3. Lengkap dengan stabilisasi gambar elektronik dengan Mode Aktif yang menghadirkan perekaman video stabil, bahkan pada saat berjalan dan pengambilan gambar dengan tangan.

Berkat Fast Hybrid AF dan Real-time Eye AF untuk video, serta Real-time Tracking, Alpha ZV-E10 dapat melacak wajah dan mata subjek untuk pemfokusan otomatis yang cepat dan tepat. Pengguna juga dapat menyesuaikan pengaturan AF kamera, seperti AF Transition Speed dan AF Subject Shift Sensitivity untuk memilih antara pemfokusan cepat atau lambat.

Soal audio, Alpha ZV-E10 juga dilengkapi Directional 3-Capsule Mic internal dan wind screen untuk mengurangi kebisingan angin secara signifikan. Didukung dengan interface audio Digital melalui Multi Interface (MI) Shoe Cap dan jack mikrofon untuk menghubungkan mikrofon eksternal.

Baterai pada Alpha ZV-E10 diklaim dapat bertahan hingga 125 menit perekaman video atau 440 jepretan. Saat pengambilan gambar di dalam ruangan, catu daya AC seperti AC-PW20AM opsional dapat mengisi daya, sehingga pengguna dapat terus merekam tanpa mengkhawatirkan konsumsi baterai. Daya juga dapat disuplai melalui konektor USB Type-C.

Sony Alpha ZV-E10 dipastikan akan tersedia di Indonesia dalam waktu dekat dengan warna hitam dan putih. Harga globalnya berkisar US$700 atau sekitar Rp10,1 jutaan untuk body only atau US$800 atau Rp11,5 jutaan dengan lensa power zoom 16-50mm F3.5-5.6.

Sony Resmikan Lensa Ultra Wide FE 14mm F1.8 G Master, Tawarkan Perpekstif Baru untuk Wide-shot dan Self-vlogging

Sony telah resmi meluncurkan lensa ultra-wide G Master terbarunya di Indonesia, yaitu FE 14mm F1.8 GM (model SEL14F18GM). Lensa full frame ini menawarkan perspektif baru dalam resolusi tinggi, terutama diperuntukkan untuk pengambilan gambar landscape, arsitektur, astrograf, interior, perekaman wide-shot, dan self-vlogging.

Sebagai lensa sudut ultra lebar, biasanya ukurannya cukup besar tetapi ukuran lensa FE 14mm F1.8 GM ini ternyata cukup ringkas. Dimensinya hanya 83mmx99,8 mm dengan berat 460 gram dan bodinya sudah tahan debu dan kelembapan sehingga dapat digunakan di kondisi yang menantang.

Sony melengkapinya dengan beberapa opsi kontrol serbaguna, termasuk focus mode switch dan focus hold button yang fungsinya bisa disesuaikan lewat pengaturan di kamera. Serta, aperture ring dan focus ring dengan Linear Response MF untuk pemfokusan manual yang presisi.

Lensa ini terdiri dari dua elemen XA (extreme aspherical) yang dapat mempertahankan resolusi yang baik di seluruh area gambar bahkan di sudut. Dua elemen kaca ED (extra-low dispersion) dan satu elemen kaca Super ED untuk menghasilkan penyempurnaan optik dengan menekan aberasi kromatik, memberikan kontras yang baik, dan rendering yang baik di semua aperture.

Saat memotret dalam kondisi pencahayaan yang menantang, teknologi Nano AR Coating II asli Sony akan memaksimalkan kejernihan dengan meredam flare dan ghosting. Elemen lensa depan memiliki lapisan fluor yang dapat menangkis air, minyak, dan kontaminan lainnya. Juga memiliki built-in petal hood yang secara efektif memblokir cahaya asing yang dapat menyebabkan flare dan bayangan.

Elemen belakang juga dilapisi fluor untuk menjaga permukaan tetap bersih saat mengganti filter belakang. Selain itu, FE 14mm F1.8 GM menyertakan dudukan filter belakang yang menerima filter tipe lembar standar untuk ND, koreksi warna, filter lembut, dan lain-lain.

Sony FE 14mm F1.8 GM tetap dapat menghasilkan bokeh latar belakang yang indah tanpa efek onion-ring, bahkan dengan panjang fokus 14mm. Berkat elemen XA, mekanisme apertur 9-blade circular, dan aberasi yang dikelola secara optimal. Jarak fokus minimumnya 0,25m yang memungkinkan pengambilan gambar still dan video secara close-up.

Menggunakan dua Motor Linear XD (extreme dynamic), fokus dapat diperoleh dan dipertahankan secara akurat bahkan saat memotret dengan depth of field yang sempit di F1.8. Juga memungkinkan AF senyap dengan getaran minimal untuk transisi fokus yang mulus, yang mana penting dalam pembuatan konten video.

Hadirnya lensa FE 14mm F1.8 GM menambah koleksi lensa E-mount Sony menjadi total 64 lensa. dan akan segera tersedia di Indonesia pada bulan Juni 2021 dengan harga Rp22.999.000. Pre-order dapat dilakukan mulai tanggal 28 Mei – 13 Juni 2021 di seluruh Sony Authorized Dealers. Pembelian lensa selama masa pre-order akan mendapatkan special gift berupa Sony Exclusive Wrapping Cloth.

[Rekomendasi] Harga Kamera Mirrorless Sony Alpha Terbaru di Indonesia

Sony merupakan salah satu perusahaan pencitraan terbesar di dunia dan kamera mirrorless-nya juga sangat populer di Indonesia. Sistem kamera Sony disebut E-mount dan terdiri dari sensor APS-C serta full frame.

Produk kamera mirrorless Sony sangat bervariasi, mencakup dari yang terjangkau untuk pemula hingga untuk para profesional fotografer dan videografer. Ekosistem lensanya juga sangat kuat, baik jumlah lensa native maupun dukungan lensa pihak ketiga.

Bagi yang tertarik dengan kamera Sony, berikut rekomendasi dan daftar harga kamera mirrorless Sony Alpha terbarunya di Indonesia.

APS-C Pemula

  • Sony A5100 Rp6,5 juta dengan lensa kit 16-50mm
  • Sony A6000 Rp7,5 dengan lensa kit 16-50mm
  • Sony A6100 Rp11 juta dengan lensa kit 16-50mm

Kemampuan kamera smartphone memang terus meningkat, tetapi pengalaman memotretnya jelas berbeda. Bagi yang gemar foto-foto dan ingin belajar fotografi lebih serius, kamera mirrorless Sony yang cocok untuk pemula adalah Sony A5100, Sony A6000, dan penerusnya A6100.

Sony-A5100

Sony A5100 ini memiliki bodi yang sangat ringkas dan kontrol yang sederhana, itu menjadi kelebihan sekaligus kekurangannya tergantung dari sisi mana Anda melihatnya. Namun yang pasti, sensor APS-C 24,3MP dapat menghasilkan jepretan yang berkualitas.

Sementara, Sony A6000 masih menjadi kamera pemula yang sangat populer bahkan setelah penerusnya hadir masih tetap dijual. Sebetulnya peningkatan yang dibawa oleh Sony A6100 sangat banyak dibanding A6000, sebut saja layar yang bisa diputar 180 derajat, jack mikrofon eksternal, sistem autofocus terbaru, hingga perekam video 4K.

Meski Sony A6100 kaya fitur, posisi kamera ini sendiri bisa dibilang ‘kentang’. Harganya mencapai Rp11 jutaan dengan lensa kit, di segmen pemula harga kamera sangat sensitif. Di sisi lain, Sony A6100 terlalu dekat dengan Sony A6400 yang menawarkan fitur video lebih komplit dan bisa didapat Rp15 juta dengan lensa kit.

APS-C Hybrid Menengah

  • Sony A6400 Rp13 juta body only
  • Sony A6400 Rp15 juta dengan lensa kit 16-50mm
  • Sony A6600 Rp19 juta body only
  • Sony A6600 Rp25 juta dengan lensa kit 18-135mm

Di kelas menengah, Sony juga memiliki kamera mirrorless yang sangat powerful, baik untuk para enthusiast fotografer maupun content creator. Ya, apalagi kalau bukan Sony A6400 dan A6600, keduanya bisa dibilang merupakan kamera hybrid karena mengemas fitur video yang terbilang cukup lengkap.

Sony-A6400-1

Kemampuan para pendahulunya yakni A6300 dan A6500 juga sebetulnya tidak boleh diremehkan, hanya saja ketersediaannya sangat langka di pasaran. Adapun perbedaan utama antara Sony A6400 dan A6600 terletak pada fitur-fitur seperti IBIS, baterai baru tipe NP-FZ1000, dan jack headphone untuk monitor audio yang hanya dimiliki A6600.

Fitur-fitur lainnya identik, termasuk sistem autofocus terbaru dengan real-time tracking dan real-time Eye AF dan layar sentuh yang bisa diputar 180 derajat ke depan untuk kemudahan membuat konten. Serta, kemampuan perekam video 4K yang mendukung S-Log dan HLG untuk fleksibilitas post processing.

Full Frame Profesional

  • Sony A7 Rp13 juta dengan lensa FE 50mm F1.8
  • Sony A7 II Rp18 juta body only
  • Sony A7 III Rp25 juta body only
  • Sony A7C Rp27 juta body only
  • Sony A7R IV Rp42 juta body only
  • Sony A7R III Rp34 juta body only
  • Sony A7S III Rp51 juta body only
  • Sony A9 II Rp63,5 juta body only

Untuk kebutuhan para fotografer dan videografer profesional, Sony memiliki kamera mirrorless full frame yang terbagi menjadi empat kategori yaitu basic, foto, video, dan speed. Mari mulai dari yang basic, bila Anda ingin mencicipi full frame, Sony masih menjual A7 original keluaran tahun 2013 dengan harga Rp13 juta dengan lensa FE 50mm F1.8 dan beberapa waktu yang lalu sempat dijual promo Rp10 juta.

Sony-A7-III

Juga ada Sony A7 mark II keluaran 2014, fitur pembeda utama dari generasi pertama ialah 5-axis in-body image stabilization alias IBIS, sisanya masih identik. Soal kebutuhan foto, keduanya masih sangat dapat diandalkan bahkan untuk keperluan wedding photography, kelemahan kedua kamera ini adalah fitur videonya sangat minim.

Sony A7 mark III keluaran 2018 menjadi pilihan paling ideal untuk kebutuhan profesional secara umum, karena menawarkan peningkatan kualitas foto dan video yang sangat signifikan. Resolusinya tetap 24MP, namun menggunakan sensor BSI (backside-illuminated), sistem autofocus-nya cepat, baterai baru, dan mendukung perekam video 4K.

Sony-A7C

Kini juga ada Sony A7C keluaran 2020, yang membawa bodi seringkas kamera APS-C seri Alpha 6xxx dengan kemampuan yang sama seperti A7 III. Pembeda lain, Sony A7C sudah dilengkapi LCD dengan mekanisme vari-angle yang bisa ditarik ke samping dan diputar 180 derajat untuk keleluasaan mencari angle dan kemudahan membuat konten vlog.

Beralih ke kategori foto, Sony memiliki A7R yang mengunggulkan resolusi tinggi. Model terbaru Sony A7R IV keluaran 2019 menawarkan resolusi 61MP, terbesar di kelasnya. Generasi sebelumnya, A7R III keluaran 2017 membawa resolusi 42MP. Sekedar pembanding, Canon EOS R5 mengusung 45MP, Nikon Z7 II 46MP, dan Panasonic Lumix S1R 47MP.

Lanjut di kategori video, Sony mengandalkan seri A7S. Berbanding terbalik dengan seri A7R yang mengusung resolusi tinggi, seri A7S hanya beresolusi 12MP. Namun justru itu kuncinya, resolusi yang lebih kecil berarti ukuran per pikselnya lebih besar dan lebih sensitif terhadap cahaya.

Nah yang terbaru, Sony A7S III dirilis tahun 2020 dengan fitur utamanya antara lain kemampuan perekaman video 4K hingga 120fps dengan kedalaman 10-bit dan pengambilan sampel warna 4:2:2. Serta, Full HD hingga 240fps dengan full-pixel readout tanpa pixel binning dan mendukung ISO sampai 409.600.

Kategori kamera full frame premium dari Sony mengandalkan kecepatan yaitu seri A9 dan A1. Untuk Sony A9 II, resolusi yang ditawarkan 24MP dan keunggulannya ialah ia mampu menjepret foto tanpa henti. Kecepatan burst shooting A9 II  mencapai 20fps menggunakan shutter elektronik dan 10fps menggunakan shutter mekanisnya.

Sementara, Sony A1 adalah lini baru kamera mirrorless Sony yang sangat spesial, karena merupakan kombinasi terbaik dari lini yang ada mencakup A9, A7R, dan A7S. Resolusinya 50MP, namun Sony A1 dapat memotret beruntun (continuous shooting) tanpa blackout atau jeda hingga 30fps dan mendukung perekaman video 8K yang ditangkap hingga 10-bit 4:2:0 menggunakan format XAVC HS.

 

Sony Umumkan A7S III, Tawarkan 4K 120p dan 1080p 240p 10-bit 4:2:2

Setelah berselang lima tahun, Sony akhirnya mengumumkan kamera mirrorless full frame video-centric penerus A7S II yang dirilis tahun 2015 silam. Adalah Sony A7S III yang seluruhnya dirancang ulang, termasuk sensor dan prosesor gambar baru.

Sensor baru ini tetap beresolusi 12,1MP, tapi dengan struktur back-illuminated. Kenapa resolusinya hanya 12,1MP? Tujuannya ialah untuk menghasilkan ukuran per piksel yang besar.

sony-umumkan-a7s-iii-2

Semakin besar pikselnya, maka semakin banyak cahaya yang masuk sehingga meningkatkan sensitivitas terhadap cahaya dan minim noise saat menggunakan ISO tinggi. Sebagai informasi, tambahan ‘S’ sendiri punya dua arti yaitu sensitivity dan speed.

Selain itu, penggunaan struktur back-illuminated juga meningkatkan kecepatan pembacaan data 2x. Dengan kombinasi prosesor gambar baru Bionz XR yang terdiri dari dua gabungan prosesor, membuat kinerja pemrosesan meningkat hingga 8x lebih tinggi dibandingkan dengan sistem konvensional.

Kemampuan Perekam Video

Sony A7S III dapat merekam video 4K hingga 120 fps dan Full HD 240 fps dengan full-pixel readout tanpa pixel binning dan mendukung ISO sampai 409.600. Dengan S-Log3 yang menawarkan dynamic range 15+ stop dan punya ISO minimum 160 sehingga lebih fleksibel saat pengambilan gambar maupun saat post-production.

Sony menambah kemampuan perekaman video All-Intra 10-bit depth yang memiliki gradasi 4x lebih kaya dibandingkan dengan 8-bit. Serta, 4:2:2 color sampling pada semua format dan frame rate, baik resolusi 4K maupun Full HD langsung ke SD card. Video dapat disimpan dalam format H.264 atau format baru XAVC HS dengan codec H.265 HEVC yang menawarkan kompresi 2x lebih tinggi.

sony-umumkan-a7s-iii-5

Sistem fast hybrid AF-nya memiliki  759 point phase-detection, mencakup 92 persen area sensor, dan dapat bekerja di semua mode termasuk saat merekam video 4K 120p. Punya real-time tracking dan real-time Eye AF berbasis AI yang performanya diklaim meningkat 30 persen.

Untuk pertama kalinya, Sony A7S III kini mendukung perekaman video Raw pada 4K 60p menggunakan external recorder lewat port HDMI. Sony juga berhasil mengurangi efek rolling shutter tiga kali lebih baik dibanding A7S II.

Sementara, bagi yang butuh workflow cepat, A7S III dapat merekam video 10-bit HLG (HDR). Juga tersedia creative look, ada 10 jenis preset yang bisa digunakan untuk foto maupun film.

sony-umumkan-a7s-iii-3

Fitur lainnya, Sony A7S III memiliki 5-axis image stabilization dengan Active Mode yang sangat membantu saat syuting secara handheld. Bahkan ketika menggunakan lensa wide angle native dari Sony, maka hasilnya sangat halus dan stabil seperti pakai gimbal.

Video berkualitas tinggi, tentu menggunakan banyak data dan panas pun tidak bisa dihindari. Untuk itu, Sony mengembangkan mekanisme pembuangan panas baru yang memungkinkan merekam video 4K 60p 10-bit 4:2:2 lebih dari satu jam hingga baterai habis.

Fitur yang dinantikan lain, A7S III punya memiliki layar vari-angle yang berarti dapat berputar ke samping dan memberikan kebebasan saat syuting. Sistem menu pada kamera ini juga didesain ulang sepenuhnya dan dapat dioperasikan melalui layar sentuh. Ketika mode video dipilih, menu akan berubah dan menampilkan konfigurasi khusus video.

sony-umumkan-a7s-iii-4

Selain untuk videografi, A7S III juga andal untuk fotografi minim cahaya. Dengan ISO dari 80-102.400 yang bisa diekspansi 40 ke 409.600. Yang juga istimewa ialah electronic viewfinder-nya yang punya resolusi sangat tinggi 9,44 juta titik yang pertama di dunia.

Untuk menampung file, kamera ini punya dual slot untuk UHS-II SD card dan CFexpress Type-A. Lalu, berapa harga Sony A7S III dan kapan tersedia? Rencananya Sony A7S akan mulai tersedia pada akhir bulan Septermber 2020 mendatang dengan harga mulai dari US$3499 atau sekitar Rp51 jutaan.

Perkuat Lini APS-C, Sony Resmi Merilis A6100 dan A6600 di Indonesia

Kalau ada pertanyaan, rekomendasi kamera mirrorless buat pemula dari Sony untuk belajar fotografi – maka pasti jawabannya setidaknya Alpha 6000. Sementara, bila mencari kamera mirrorless APS-C Sony dengan fitur-fitur videografi yang lengkap akan diarahkan ke A6300 atau A6500.

Sebelumnya Sony telah lebih dulu merilis A6400 dan di Indonesia penerus A6300 ini dibanderol Rp13 juta untuk body only. Sedangkan, A6300 sempat dijual Rp9 juta sebelum menghilang. Kini Sony juga telah merilis suksesor A6000 dan A6500 ke Tanah Air, adalah A6100 dan A6600.

PSX_20191118_213920

Keduanya mengandalkan sensor gambar 24,2MP Exmor CMOS, prosesor gambar terbaru BIONZ X, dan LSI front-end seperti yang diimplementasikan pada kamera full frame Sony. Gabungan ketiganya diklaim mampu menyuguhkan peningkatan menyeluruh terhadap kualitas gambar dan performa di segala area pengambilan foto dan video.

A6100 dan A6600 menawarkan kecepatan autofocus yang hanya membutuhkan waktu 0,02 detik. Dilengkapi dengan sistem AF yang memiliki 425 titik phase-detection yang mencakup 84 persen frame dan 425 titik contrast-detection.

Keduanya mengemas ‘Real-Time Tracking‘ dengan algoritma terbaru termasuk pengenalan objek berbasis AI, serta ‘Real-Time Eye AF‘ dengan pengenalan objek berbasis AI untuk mendeteksi dan memproses data secara real-time untuk manusia maupun fauna.

Sony A6100 Vs. A6000

PSX_20191118_211831

Harus diakui, sampai saat ini A6000 masih cukup mumpuni untuk kegiatan fotografi. Harga barunya juga semakin terjangkau, Rp7,5 juta dengan lensa kit.

Meski begitu, fitur-fitur videografinya memang seadanya. Bisa dimaklumi mengingat A6000 merupakan kamera keluaran tahun 2014. Lalu, peningkatan apa saja yang dibawa oleh A6100 dibanding pendahulunya?

Dari desain, baik A6000 maupun A6100 masih tampak identik dan body-nya masih terbuat dari plastik. Bedanya layar 3 inci sudah touchscreen dan bisa di flip 360 derajat ke depan untuk memudahkan aktivitas nge-vlog, sama seperti A6400 dan A6600.

Selain kecepatan autofocus-nya lebih kencang, kemampuan perekam video A6100 juga meningkat signifikan. Kini mampu merekam video 4K 30p/24p dan 1080 pada 120p, 60p, 30p, dan 24p. Sudah dilengkapi port microphone, tapi tanpa dukungan picture profile.

Sony A6600 Vs. A6500

A6600 mengambil gelar flagship milik A6500, body-nya terbuat dari magnesium alloy yang tahan terhadap kelembaban dan debu, serta mewarisi fitur IBIS (5-axis image stabilization). Peningkatan terbesar A6600 dibanding pendahulunya ialah penggunaan jenis baterai baru NP-FZ1000 seperti yang dimiliki kamera full frame A7 III.

Daya tahan baterainya sekitar dua kali lebih lama dibanding NP-FW50. Mampu menembak hingga 720 foto menggunakan viewfinder atau hingga 810 foto menggunakan monitor LCD.

PSX_20191118_211850

Selain itu, layar sentuh 3 incinya juga dapat di-flip ke depan. Karena penggunaan baterai baru, ukuran grip A6600 menjadi sedikit lebih besar dan justru menambah kenyamanan saat digunakan.

Tiga lagi, A6600 kini punya port headphone yang memungkinkan kita untuk monitoring audio dan fitur Real-Time Eye bekerja di pengambilan video. Serta, dilengkapi dengan profile picture HLG (Hybrid Log-Gamma) yang mendukung alur kerja HDR yang instan. Bagi yang ingin memberi warna saat pasca-produksi, profil S-Log3 dan S-Log2 juga tersedia.

Harga Sony A6100 dan A6600

PSX_20191118_211845

Selain dua kamera, Sony juga merilis dua lensa yakni E 16-55mm F2.8 G dan E 70-350mm F4.5-6.3 G OSS. Dengan dua lensa ini, Sony memiliki total 54 lensa untuk sistem E-Mount. Sony juga mengumumkan ketersediaan kamera mirrorless full frame flagship mereka yakni Sony A9 II yang rencananya akan tersedia pada bulan Februari 2020.

Sony A6100 dengan lensa kit 16-50mm dibanderol dengan harga Rp12.499.000 Sementara, Sony A6600 body only dibanderol Rp20.999.000 dan Rp26.999.000 dengan lensa 18-135mm. Pre-oder A6600 dimulai dari tanggal 18 November sampai 1 Desember dengan paket spesial berisi baterai NP-FZ100 (senilai Rp1.199.000) dan Battery Charger BC-QZ1 (senilai Rp1.299.000).

[Alpha Festival 2019] Sony Umumkan A7R IV dan RX100 VII

Buat kalian yang punya hobi fotografi atau videografi dan sedang berada di Jakarta, maka bisa merapat ke Ciputra Artpreneur (Kuningan Jakarta) untuk mengikuti Sony Alpha Festival 2019 yang dibuka untuk umum pada hari Sabtu-Minggu, 24-25 Agustus 2019.

Pada ajang ini, para pengunjung bisa berpartisipasi dalam beragam workshop bersama fotografer profesional selama dua hari. Meliputi Daniel Tjongari, David Soong, Fajar Kristiono, Sandi Wijaya, Upie Guava, hingga Celebrity Portrait Photographer Sony Artisans – Brian Smith, dan banyak lagi. Anda dapat menemui mereka dan berbincang langsung dengan para fotografer profesional yang hadir di sana.

Selain itu, Anda juga bisa mencoba langsung rangkaian lengkap produk digital imaging Sony. Termasuk lensa terbaru Sony seperti FE 35mm F1.8, FE 600mm F4 GM OSS super-telephoto, dan FE 200-600mm F5.6-6.3 G OSS super-telephoto zoom.

Ada sembilan experience zone yang bisa di-explore, jangan lupa untuk membawa SD card karena Anda bisa menyisipkannya agar bisa mencoba langsung kamera dan lensa Sony terbaru. Merasakan sendiri fitur-fitur canggih seperti real-time tracking dan eye autofocus-nya.

Selain itu, Anda juga dapat bertanya seputar produk-produk yang tersedia. Serta, dapat langsung membeli produk digital imaging Sony. Ada promo eksklusif selama Alpha Festival 2019.

Namun kejutan terbesar di ajang Alpha Festival ke dua ini ialah, Sony meluncurkan kamera mirrorless full frame terbaru mereka yakni Sony Alpha 7R IV dan juga kamera compact advanced Sony RX100 VII ke Indonesia.

“Sony ingin memberikan kesempatan kepada para penggemar fotografi untuk melihat dan mencoba langsung rangkaian lengkap produk digital imaging Sony, termasuk A7R IV dan RX100 VII. Kami mempersembahkan kamera Sony bagi semua tipe fotografer di berbagai experience zone. Para pengunjung juga dapat mempelajari lebih dalam mengenai fotografi dari para fotografer profesional yang hadir untuk memandu workshop dengan beragam topik selama dua hari,” ujar Kazuteru Makiyama, President Director, PT Sony Indonesia.

Sony A7R IV dengan Resolusi 61-megapixel

Bila Sony A7R III mengusung 42-megapixel, seri A7R generasi keempat ini dikemas dengan sensor gambar baru back-illuminated CMOS beresolusi 61-megapixel. Bahkan pada mode APS-C, A7R IV masih menawarkan resolusi 26,2-megapixel – masih sedikit lebih tinggi dibanding jajaran A6xxx series.

Sony mengklaim A7R IV mampu menyuguhkan dynamic range hingga 15 stop. Bila resolusi 61-megapixel masih kurang, A7R IV memiliki mode pixel shift multi shooting. Di mana kamera akan menggabungkan 16 gambar untuk menghasilkan foto beresolusi sebesar 240-megapixel.

Lalu, bagaimana dengan performa pengambilan gambar dan kecepatan autofocus-nya? Meski mengusung resolusi sangat tinggi, performa pengambilan gambar dan sistem autofocus A7R IV ini sangat cepat. Kamera ini mampu menembak beruntun hingga 10fps dengan full AF/AE tracking selama 7 detik dengan buffer yang telah ditingkatkan.

Sistem autofocus-nya terdiri dari 567 titik AF focal-plane phase-detection yang mencakup sekitar 74 persen dari area gambar. A7R IV juga mendukung real-time Eye AF berbasis kecerdasan buatan. Fitur ini tersedia untuk subyek manusia maupun hewan dan real-time Eye AF juga bekerja di mode video.

Kontruksi body dan sistem kontrol fisik kamera juga turut ditingkatkan. Kamera ini dibuat menggunakan magnesium alloy yang ringan dan kuat, serta memiliki mount six screw ekstra kuat. Untuk meningkatkan durabilitas terhadap ketahanan debu dan kelembaban, seluruh body kamera dilapisi dengan sealing tambahan, termasuk pada penutup slot baterai dan slot media.

Peningkatan lainnya seperti viewfinder dengan panel OLED bereolusi 5.76 juta titik dengan opsi refresh rate 60fps atau 120fps, grip yang telah diperbarui, pembesaran diameter dan feedback pada tombol ‘AF-ON’, desain multi-selector joystick baru, tombol dial lock untuk exposure compensation, serta bentuk dan posisi baru untuk dial belakang.

Masih ada banyak hal lagi yang ingin saya bahas pada Sony A7R IV, tapi kita tunggu dulu sampai unit review-nya tiba di meja redaksi DailySocial. Sony juga turut merilis aksesori terbaru untuk A7R IV, seperti VG-C4EM Vertical Grip, ECM-B1M Shotgun Microphone, dan XLR-K3M XLR Adaptor Kit.

Soal harga, Sony Alpha 7R IV akan segera tersedia di Indonesia mulai bulan Oktober 2019 dengan harga Rp49.999.000 untuk body only. Anda bisa mendapatkan paket khusus seharga Rp49.999.000 bila mengikuti pre-order dari tanggal 24 Agustus – 8 September 2019. Seperti bonus memory card SF-G64T senilai Rp2.400.000, exclusive peak design camera strap senilai Rp1.175.000, pelindung layar PCK-LG1 senilai Rp 499.000.

Aksesoris Alpha 7R IV akan tersedia di Indonesia mulai bulan Oktober 2019 dengan harga eceran sebagai berikut:

  • Shotgun Microphone ECM-B1M: Rp4.999.000
  • Adaptor Kit XLR-K3M XLR: Rp7.799.000
  • Vertical Grip VG-C4EM: Rp5.999.000

Sony RX100 VII aka Versi Compact A9?

PSX_20190824_162042

Rasanya belum lama saat Sony merilis kamera compact premium RX100 VI tahun lalu, sekarang penerusnya telah tiba dan diklaim Sony sebagai versi compact dari A9. Kamera ini memiliki 357 titik focal-plane phase detection AF dan 425 titik contrast-detection AF.

RX100 VII bisa menembak tanpa henti hingga 20fps dan punya mode drive baru yang disebut single burst shooting. Di mana kamera akan mengambil tujuh foto berkecepatan tinggi hingga 90fps yang memungkinkan menangkap momen dengan tepat.

Resolusi kameranya memang masih 20-megapixel dengan lensa 24-200mm F2.8-4.5 yang sama seperti pendahulunya. Bedanya, kini RX100 VII memiliki real-time tracking dan real-time Eye AF.

PSX_20190824_162051

Selain itu, RX100 VII juga sudah memiliki port audio 3.5mm sehingga bisa menjadi solusi untuk kegiatan vlogging yang ringkas tapi kualitas tetap terjaga. Dengan perekaman video 4K durasi 5 menit, dukungan picture profile, dan layarnya juga masih dapat ditekuk 180 derajat ke depan.

Untuk harga, RX100 VII akan tersedia di Indonesia mulai bulan Oktober 2019 dengan harga Rp17.999.000 (camera only). Ada juga LCJ-RXK case yang akan tersedia di Indonesia mulai bulan Oktober 2019 dengan harga Rp999.000.

Tersedia juga RX100 VII vlogging package (termasuk baterai NP-BX1 + shooting grip VCT-SGR1 + RX bracket) akan tersedia di Indonesia mulai bulan Oktober 2019 Rp19.999.000. Anda juga akan menjadi mendapatkan paket khusus seharga Rp18.999.000 untuk pembelian RX100 VII vlogging package secara pre-order dari tanggal 24 Agustus – 8 September 2019. RX100 VII vlogging package (termasuk baterai NP-BX1 + shooting grip VCT-SGR1 + RX bracket) + LCJ-RXK case senilai Rp 999.000 + mikrofon ECM-XYSTIM senilai Rp1.699.000.

Program Insider Game Microsoft Flight Simulator 2020 Siap Lepas Landas

Microsoft Flight Simulator adalah salah satu seri permainan simulasi penerbangan tertua di Bumi. Perjalanannya dimulai hampir empat dekade silam dan penggarapannya dilakukan oleh developer berbeda. Judul terbaru Flight Simulator dilepas lima tahun lalu, dirilis Dovetail Games di Steam setelah mendapatkan restu dari Microsoft – menggantikan peran Aces Game Studio yang tutup di 2009.

Dan di ajang E3 2019 bulan Juni kemarin, Microsoft mengumumkan agenda peluncuran judul terbaru Flight Simulator tahun depan. Pengerjaannya dilakukan oleh tim mereka sendiri tanpa melibatkan pihak ketiga – seperti Flight Simulator X (2006) dan Microsoft Flight (2012, sebuah spin-off free-to-play). Menariknya, Microsoft Flight Simulator edisi 2020 akan jadi permainan Flight Simulator pertama yang tidak disediakan secara eksklusif buat PC, karena nantinya game juga dapat dinikmati dari Xbox One.

Namun meski Microsoft Flight Simulator rencananya baru akan mengudara di tahun 2020, program ‘pengembangan kolaboratif’ serta uji coba siap lepas landas di bulan Agustus ini. Lewat situs FlightSimulator.com, Microsoft mempersilakan kita untuk mandaftarkan diri dalam Insider Program. Sesi tersebut ditujukan khusus bagi mereka yang antusias terhadap dunia penerbangan dan ingin turut serta menggarap permainan.

Microsoft Flight Simulator 2020 2

Dengan berpartisipasi di Insider Program, kita akan menerima update langsung dari developer dan partner, serta berkesempatan buat memperoleh akses ke versi preview dan beragam pembaruan sebelum pemain lain. Tentu saja peserta diperkenankan pula untuk memberikan masukan dan saran pada developer – pada dasarnya mereka akan menjadi bagian dari proses pengembangan. Para insider bisa mengisi survei, berdiskusi dalam forum eksklusif dan mendapatkan newsletter mingguan.

Microsoft Flight Simulator 2020 1

Satu hal perlu digarisbawahi: menjadi insider Microsoft Flight Simulator tidak menjamin kita untuk bisa mengikuti seluruh sesi tes alpha atau beta ‘Preview Program’.

Microsoft Flight Simulator 2020 3

Tiap versi preview yang nanti disajikan punya tujuan berbeda dan difokuskan ke area tertentu, lalu periode tes berlangsung dalam waktu terbatas. Itu artinya, Microsoft akan mempertimbangkan secara cermat siapa saja insider yang akan ambil bagian di sana, dan jumlahnya pun dibatasi. Setelah itu, mereka diminta untuk mengutarakan pendapat dan memberikan saran.

Microsoft Flight Simulator 2020 2

Microsoft mempersilakan siapapun yang berusia 18 tahun ke atas buat ikut serta dalam Insider Program. Mengapa minimal 18 tahun? Developer menjelaskan bahwa program ini mengharuskan para insider membagikan data diri mereka dan Microsoft hanya mau menerima partisipan yang bisa memberikan persetujuan secara legal – sebagai wujud komitmen perusahaan menjaga privasi konsumennya.

Rp13 Juta, Kamera Mirrorless Vlogging Sony A6400 Resmi Hadir di Indonesia

Tepat dua bulan setelah peluncuran globalnya, Sony akhirnya membawa masuk secara resmi kamera mirrorless APS-C A6400 ke Indonesia. Sesuai namanya, posisi kamera ini berada di tengah-tengah antara A6300 dan A6500.

Sebelum lanjut membahas fitur-fiturnya, saya ingin sedikit memberikan gambaran mengenai persaingan kamera mirrorless. Menurut saya, tahun ini Sony mungkin akan sibuk karena harus menghadapi lawan-lawan tangguh dari Nikon, Canon, dan Panasonic yang kini terjun ke ranah full frame.

Di sisi lain, Sony juga tidak boleh kendor di ranah APS-C. Saya melihat Sony mendapatkan persaingan yang sengit dari Fujifilm. Belum lagi kamera Micro Four Thirds besutan Panasonic dan Olympus.

Sejauh ini, Sony A6300 dan A6500 sudah melakukan tugasnya dengan sangat baik di kelas menengah. Keduanya diakui punya kemampuan perekam video yang mumpuni.

Kehadiran A6400 dengan layar sentuh yang bisa di lipat ke atas dan sistem autofocus canggih menjadikannya kamera yang nyaris sempurna untuk para videografer dan content creator (vlogger).

Inovasi autofocus tersebut menggunakan teknologi kecerdasan buatan, Sony menyebutnya ‘Speed X AI’ dengan fitur Real-time Tracking, Real-time Eye AF, dan Real-time Eye AF for Animals. Kecepatan autofocus-nya hanya 0,02 detik, meliputi 425 titik phase-detection AF dan 425 titik contrast-detection AF yang mencakup sekitar 84% dari area frame.

Hands-on Sony A6400

Sony-A6400

Garis besarnya, kamera ini masih mengusung desain yang identik dengan seri A6XXX. Namun, alih-alih menggunakan mekanisme fully articulated yang bisa ditarik ke samping dan putar ke segala arah, layar A6400 hanya bisa dimiringkan hingga 180 derajat ke atas.

Sony-A6400

Artinya, sangat memudahkan aktivitas vlogging. Namun layar tersebut sedikit terhalangi oleh cup mata EVF dan akan tertutupi saat kita memasang mikrofon eksternal di hot shoe. Solusinya kita memang bisa memasang aksesori cold shoe, tapi memasangnya di bagian bawah melalui soket tripod sehingga tidak menghalangi layar.

Pilihan kamera mirrorless dengan layar yang bisa dihadapkan ke depan ini memang tidak banyak. Di rentang harga Rp10 jutaan setidaknya ada tiga yang menjadi pesaing utama A6400 yaitu Panasonic Lumix G85, Canon EOS M50, dan Fujifilm X-T100.

Sony-A6400

Layar A6400 berukuran 3 inci dengan resolusi 921,6 ribu dot dan sudah touchscreen. Jadi, bisa digunakan untuk touch pad, touch focus, touch shutter, dan touch tracking dengan cepat melalui layar. Sementara, electronic viewfinder (EVF) memiliki panel OLED resolusi 2,36 juta dot.

Body A6400 ini dibungkus dengan material magnesium alloy yang tahan debu dan kelembaban. Saat pertama kali memegangnya, konstruksinya terasa begitu kokoh. Build quality yang baik itu sangat penting, karena mirrorless juga bagian dari gaya hidup dan prestise.

Sony A6400 sendiri hadir dalam warna black dan silver. Warna silver-nya terlihat cukup manis, para vlogger cewek mungkin akan menyukainya – dengan kombinasi grip dan cup mata EVF berwarna hitam. Berikut beberapa hasil foto dari Sony A6400:

Kamera Hybrid Foto dan Video

Sony-A6400

Di jantung Sony A6400 tertanam sensor CMOS berukuran APS-C resolusi 24,2-megapixel dengan enhanced skin tone. Kualitas fotonya mungkin tidak akan berbeda signifikan dengan A6500 dan A6300.

Dipadu image processor Bionz X, rentang sensitivitasnya mencapai ISO 100 hingga ISO 32.000 dan bisa diperluas sampai 102.800. Kecepatan foto berturut-turut 11 fps dan 8 fps pada silent mode dengan buffer hingga 116 jepretan.

Sony-A6400

Soal video, A6400 memang tergolong istimewa. Kamera ini mampu merekam video 4K full pixel readout dan tanpa pixel binning pada 24 fps dan 30 fps, video Full HD pada 30 fps, 60 fps, dan 120 fps dengan bit rate maksimal 100 Mbps. Serta, mendukung profil gambar HLG (Hybrig Log-Gamma) S&Q, perekaman Proxy, S-Log2, dan S-Log3 untuk fleksibilitas color grading.

Hasil foto maupun video 4K yang diambil bisa langsung ditransfer ke smartphone lewat konektivitas WiFi menggunakan aplikasi Imaging Edge Mobile (pengganti Sony PlayMemories Mobile). Ada NFC untuk menghubungkan kamera dan smartphone secara instan.

Harga dan Ketersediaan

Sony-A6400

Sony A6400 akan tersedia di Indonesia mulai tanggal 6 April 2019 dengan harga Rp12.999.000 untuk body only dan Rp14.999.000 dengan lensa kit SELP1650. Anda juga bisa mendapatkan paket khusus untuk pembelian kamera A6400 secara pre-order dari tanggal 15-31 Maret 2019 dengan bonus sebagai berikut:

  • Camera bag
  • Camera screen protector
  • Leather camera strap
  • 64GB Sony SD Card

Dapatkan juga promo Purchase with Purchase (PWP) berikut:

Cashback senilai Rp500.000 untuk pembelian:

  • ILCE-6400 body only + shooting grip GP-VPT1
  • ILCE-6400 + lensa SELP1650 + shooting grip GP-VPT1.

Cashback senilai Rp2.000.000 untuk pembelian:

  • ILCE-6400 body only + lensa SELP18105G
  • ILCE-6400 + lensa SELP1650 + lensa SELP18105G

Cashback senilai Rp3.500.000 untuk pembelian:

  • ILCE-6400 body only + lensa SEL1670Z
  • ILCE-6400 + lensa SELP1650 + lensa SEL1670Z

Sony-A6400

Selain mirrorless A6400, Sony juga mengumumkan lensa telephoto prime full frame dengan aparture besar seri G Master 135mm f1.8 (model SEL135F18GM). Lensa FE 135mm F1.8 GM akan tersedia di Indonesia pada bulan April 2019 dengan harga Rp26.999.000.

Verdict

Sony-A6400

Sony A6400 adalah penerus dari A6300 yang dirilis sejak tiga tahun lalu. Dengan semua fitur yang disebutkan di atas, A6400 adalah kamera mirrorless yang nyaris sempurna untuk aktivitas vlogging maupun videografer untuk membuat konten video yang cukup series.

Nyaris ya, karena ada satu fitur yang sangat disayangkan tidak hadir pada A6400 dan juga ini yang membedakannya dengan A6500 yakni tanpa 5-axis in-body image stabilization.

Terus terang, harga A6300 body only sekarang Rp9 juta juga sangatlah menarik. Bedanya Rp4 juta dengan A6400 body only yang dijual Rp13 juta. Dengan budget Rp13 juta sendiri kita juga bisa mendapatkan kamera mirrorless full frame Sony A7 dengan lensa fix 50mm f1.8. Kalau nambah Rp3 juta lagi dapat Sony A6500 body only.

Mengenal Kamera Mirrorless Sony dengan Sensor Full Frame

Saat ini kebanyakan perusahaan pembuat kamera mirrorless menggunakan sistem kamera dengan sensor APS-C. Sejauh ini baru Sony yang menyediakan kamera tanpa cermin dalam dua format.

Format APS-C yang bisa ditemui pada A6000 series atau di bawahnya yang ideal untuk kebutuhan hobi dan semi pro. Serta, full frame yang ada pada A7 dan A9 series untuk profesional.

Kelebihan kamera full frame adalah ukuran sensor yang lebih besar dibanding APS-C. Dampaknya hasil foto umumnya lebih baik, dan punya jangkauan fokal lensa yang lebih lebar. Namun, harga perangkat kamera full frame dan lensa-lensa FE dari Sony terbilang mahal.

Setelah sebelumnya membahas kamera mirrorless Sony dengan sensor APS-C, sekarang mari kita lanjutkan mengulas kamera mirrorless Sony dengan sensor full frame.

Sony Alpha A7 Series

Sony-Alpha-A7
Foto: Sony.co.id

Sony meluncurkan kamera full frame pertama yakni Alpha A7 generasi ke-1 pada tahun 2013. Ada tiga varian dengan kemampuan yang berbeda.

Pertama Alpha A7 itu sendiri dengan sensor CMOS 24,3-megapixel yang ideal untuk foto dan video. Saat ini harganya semakin terjangkau, A7 dengan paket lensa FE 50mm f/1.8 bisa ditebus seharga Rp13 juta – harga yang sama dengan Alpha A6300.

Sony-Alpha-A7R
Foto: Sony.co.id

Kedua Alpha A7R dengan sensor CMOS beresolusi tinggi 36,4-megapixel, kamera ini dirancang untuk fotografer profesional. Ideal untuk memotret landscape, produk, fashion, dan kebutuhan lainnya. Saat ini, harga A7R body only berkisar di Rp20 jutaan.

Sony-Alpha-A7S
Foto: Sony.co.id

Ketiga Alpha A7S dengan sensor CMOS 12,2-megapixel dengan sensitivitas ultra tinggi hingga ISO 409.600. Kamera ini sangat piawai mengambil foto dan video di kondisi low-light, sangat ideal untuk fotografi panggung dan malam. Harga A7S untuk body only saat ini masih Rp24 juta.

Sony Alpha A7 II Series

Sony-Alpha-A7-II
Foto: Sony.co.id

Seperti generasi pertama, Sony juga merilis tiga varian. Kita mulai dari Alpha A7 II, kamera full frame pertama dengan fitur peredam getar 5-axis image stabilization dan autofocus lebih cepat dibanding pendahulunya. Sensor gambar yang digunakan masih sama, CMOS 24,3-megapixel. Harga A7 II sekarang Rp18 juta dengan pilihan lensa FE 50mm f/1.8 atau lensa Kit FE 28-70mm.

Sony-Alpha-A7R-II
Foto: Sony.co.id

Berikutnya Alpha A7R II, dibekali resolusi lebih tinggi yakni sensor BSI-CMOS 42,4-megapixel yang tentunya mampu menghasilkan foto sangat tajam karena tidak ada low pass filter. Fitur 5-axis image stabilization juga dibenamkan, harga A7R II body only saat ini pada Rp30 juta.

Sony-Alpha-A7S-II
Foto: Sony.co.id

Kemudian Alpha A7S II, kamera ini dirancang untuk videografer profesional. Mampu merekam video 4K dalam format full frame dalam kondisi temaram sekalipun. Fitur baru seperti 5-axis image stabilization juga dibenamkan, sementara sensor gambarnya masih sama CMOS 12-megapixel. Kalau untuk harga A7S II, saat ini masih sekitar Rp40 jutaan.

Sony Alpha A7 III Series

Sony-Alpha-A7-III
Foto: Sony.co.id

Pada Alpha A7 series generasi ke-3 atau yang teranyar, baru muncul Alpha A7 III dan A7R III. Sementara untuk A7S III masih belum diluncurkan, tapi rumornya bakal dirilis tahun ini.

Alpha A7 III tentu membawa banyak peningkatan, tapi yang baru adalah dual slot SD dan daya tahan baterai yang lebih lama hingga 700 jepretan. Sensor gambarnya masih sama, CMOS 24,2-megapixel dan fitur 5-axis image stabilization di body-nya. Harga A7 III untuk body only berkisar Rp28 jutaan.

Sony-Alpha-A7R-III
Foto: Sony.co.id

Beralih ke Alpha A7R III, kamera ini masih menggunakan sensor gambar seperti pendahulunya, CMOS 42,4-megapixel. Namun dengan pemrosesan gambar LSI dan BIONZ X yang lebih cepat. Harga A7R III tembus sampai Rp45 juta.

Sony Alpha A9 Series

Sony-Alpha-A9
Foto: Sony.co.id

Alpha A9 dirancang untuk fotografer profesional terutama photojournalistic, misalnya fotografer olahraga. Sony mengklaim, Alpha A9 sanggup menyuguhkan performa setara atau melampaui DSLR.

Rahasinya adalah sensor CMOS full-frame Exmor RS baru bertipe stacked 24,2-megapixel dan prosesor BIONZ X baru. Alpha A9 sanggup menjepret hingga 362 gambar JPEG atau 241 gambar RAW tanpa henti dalam kecepatan 20 fps. Saat ini harga Alpha A9 body only tembus Rp60 jutaan.

Itulah kamera mirrorless Sony dengan sensor full frame, paling terjangkau adalah A7 generasi pertama Rp13 juta dengan paket lensa prime serbaguna FE 50mm f/1.8. Namun, yang paling saya rekomendasikan adalah A7 generasi ke-2, harganya tidak jauh yakni Rp18 juta dan sudah memiliki fitur 5-axis image stabilization serta autofocus lebih cepat.

Referensi: Infofotografi