Amartha Akuisisi Bosowa Multi Finance, Strategi Perkuat Lini Bisnis

Pelaku bisnis fintech lending terus memperluas cakupan ke sektor multifinance. Terbaru, PT Amartha Nusantara Raya (Amartha) mengumumkan akuisisinya atas PT Bosowa Multi Finance, menambah deretan aksi korporasi serupa yang telah dilakukan perusahaan fintech lainnya.

Dalam pengumuman resmi bertanggal 24 Oktober 2024, Amartha Nusantara Raya menyatakan akan mengambil alih seluruh saham PT SAM Global Kapital dan PT Bosowa Asuransi di PT Bosowa Multi Finance. Perusahaan telah mengonfirmasi rencana ini kepada media, meski belum memberikan keterangan lebih lanjut hingga berita ini dirilis.

Langkah serupa sebelumnya dilakukan pemain serupa, termasuk Modalku yang pada tahun 2022 telah melancarkan akuisisinya atas PT Buana Sejahtera Multidana, kemudian mengubahnya menjadi entitas baru di bawah grup Modalku dengan nama PT Modalku Finansial Indonesia atau Modalku Finance. Perusahaan fintech seperti Akulaku, Kredivo, hingga Fazz juga kini mulai menyeriusi bisnis ini.

Ekspansi ke industri multifinance menjadi strategi penting bagi fintech P2P lending. Bisnis multifinance menawarkan fleksibilitas lebih besar dalam mendapatkan pendanaan, termasuk pinjaman dari lembaga keuangan untuk ekspansi. Sebaliknya, pinjol hanya mengandalkan dana dari para lender yang bersedia mendanai nasabah yang dipilih.

Keunggulan ini menjadikan multifinance sebagai opsi menarik bagi pelaku bisnis fintech yang ingin memperkuat skala dan diversifikasi usaha.

Kondisi keuangan Bosowa Multi Finance

Berdasarkan laporan keuangan akhir 2023 yang tersedia di situs resmi Bosowa Multi Finance, perusahaan memiliki total aset senilai Rp106,887 miliar. Aset ini meliputi kas sebesar Rp1 miliar, piutang pembiayaan konsumen Rp6,25 miliar, piutang pihak berelasi Rp52,39 miliar, dan aset tetap Rp30,37 miliar. Sementara itu, total liabilitas perusahaan tercatat sebesar Rp16,66 miliar, dengan ekuitas mencapai Rp90,22 miliar.

Turunnya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi katalis positif bagi industri multifinance. Penurunan ini diharapkan dapat meningkatkan penyaluran kredit sekaligus membantu perusahaan multifinance mendapatkan pendanaan murah. Meski dampak signifikan baru diproyeksikan terlihat pada 2025, sinyal ini diyakini dapat mendukung kinerja jangka panjang.

Perkembangan bisnis Amartha

Hingga semester pertama 2024, Amartha berhasil menyalurkan modal sebesar Rp5 triliun, meningkat 66,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp3 triliun.  Perusahaan juga telah memperluas jangkauan layanannya ke luar Pulau Jawa, termasuk Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Ekspansi ini bertujuan memperdalam pangsa pasar dan meningkatkan akses permodalan bagi UMKM di berbagai daerah.

Dari sisi performa bisnis, selama tiga tahun terakhir Amartha mengklaim telah konsisten mencatat profitabilitas. Perusahaan juga memperkuat komitmen membangun ekosistem finansial inklusif di Asia Tenggara, dengan fokus pada inovasi teknologi dan literasi keuangan untuk memberdayakan usaha mikro.

Tahun ini, organisasi nirlaba global Accion mengumumkan pendanaan ekuitas senilai $17,5 juta atau setara Rp287 miliar ke Amartha. Investasi dikucurkan melalui Accion Digital Transformation Fund, bertujuan membantu Amartha membangun platform yang menyediakan rangkaian lengkap produk dan layanan keuangan bagi bisnis kecil yang dipimpin oleh perempuan di daerah pedesaan di seluruh Indonesia dengan memanfaatkan kekuatan data dan AI.

Application Information Will Show Up Here
Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Elevarm Dapat Tambahan Investasi Rp16 Miliar dari Amartha, Rabo Foundation, dan Scala

Startup agritech Elevarm kembali mendapatkan suntikan dana sebesar $1 juta atau setara Rp16 miliar. Putaran investasi kali ini melibatkan startup fintech Amartha, layanan keuangan asal Belanda “Rabo Foundation”, dan perusahaan teknologi informasi Jepang “Scala”.

Sebelumnya pada Mei 2024 lalu, Elevarm juga baru mengumumkan perolehan pendanaan wal $2,6 juta dipimpin oleh Insignia Ventures Partners dari Singapura ini juga melibatkan partisipasi dari 500 Global dan Gibran Huzaifah, pemimpin startup eFishery.

Dalam pernyataannya, Elevarm menyampaikan bahwa dana tersebut akan digunakan untuk mengembangkan produk pembiayaan pro-petani mereka. Langkah ini bertujuan untuk memudahkan para petani kecil mendapatkan input pertanian secara kredit yang aman, meningkatkan praktik budidaya untuk meningkatkan produktivitas, serta meningkatkan literasi keuangan mereka.

Selama enam bulan terakhir, lebih dari 200 petani telah merasakan manfaat dari program pembiayaan ini, dengan total dana yang disalurkan mencapai $150 ribu atau setara Rp2,4 miliar. Dengan adanya kemitraan ini, diharapkan dapat meningkatkan jumlah petani yang terbantu hingga 1.000 orang dengan total pembiayaan mencapai $1,5 juta atau Rp24,3 miliar pada akhir tahun 2024.

Co-founder & CEO Elevarm Bayu Syerli Rahmat menyatakan bahwa kemitraan ini merupakan langkah besar dalam menghubungkan keahlian global dengan akar pertanian lokal.

“Dengan model pembiayaan produktif kami, kami tidak hanya meningkatkan produktivitas dalam jangka panjang tetapi juga membantu petani melakukan apa yang mereka lakukan dengan baik: memberi makan Indonesia dan dunia,” ujar Bayu.

Elevarm juga berencana untuk meluncurkan lebih banyak produk input pertanian tahun ini, termasuk bio-stimulan dan bio-pestisida. Fokus utama perusahaan mendukung petani kecil yang masih kesulitan mengakses pembiayaan yang aman dan andal, serta kurangnya pengetahuan tentang praktik pertanian terbaik.

Selain memberikan input pertanian berkualitas, Elevarm juga akan menjamin pembelian hasil panen dari para petani di bawah program pembiayaan mereka, termasuk hasil panen yang tidak sesuai standar. Langkah ini memastikan pendapatan yang stabil dan aman bagi para petani setiap musim. Panen para petani juga akan diasuransikan oleh mitra penyedia asuransi Elevarm untuk perlindungan risiko.

Chief Risk and Sustainability Officer Amartha Aria Widyanto menambahkan bahwa kolaborasi ini adalah bagian dari komitmen Amartha untuk mendorong pertumbuhan inklusif di sektor ekonomi akar rumput, terutama di bidang pertanian.

“Dengan menggabungkan teknologi profil risiko berbasis AI kami dengan model bisnis Elevarm yang memanfaatkan data ilmiah dan teknologi operasional canggih, kami yakin kolaborasi ini dapat meningkatkan kesejahteraan petani secara berkelanjutan,” kata Aria.

Direktur Bisnis Global Scala Ryo Ishihara juga menyatakan bahwa Scala sedang merintis skema pembiayaan proyek baru yang menciptakan solusi win-win bagi petani, perusahaan manajemen pertanian, dan investor.

“Dengan pengalaman luas di bidang ini dan pemahaman mendalam tentang lanskap pertanian di Indonesia, kami memilih Elevarm sebagai mitra strategis,” kata Ryo.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Accion Umumkan Pendanaan Rp287 Miliar ke Amartha

Organisasi nirlaba global Accion mengumumkan pendanaan ekuitas senilai $17,5 juta atau setara Rp287 miliar ke Amartha. Investasi dikucurkan melalui Accion Digital Transformation Fund, bertujuan membantu Amartha membangun platform yang menyediakan rangkaian lengkap produk dan layanan keuangan bagi bisnis kecil yang dipimpin oleh perempuan di daerah pedesaan di seluruh Indonesia dengan memanfaatkan kekuatan data dan AI.

Amartha telah mengembangkan infrastruktur keuangan digital yang komprehensif yang menghubungkan bisnis mikro di kota-kota tingkat 2 dan 3 di luar Pulau Jawa. Dengan mengintegrasikan model pemberian dan pendanaan yang tersemat untuk investor institusi dan ritel, Amartha menyederhanakan solusi keuangan yang dipersonalisasi sesuai dengan kebutuhan pelanggan mereka.

Amartha juga menawarkan layanan pembayaran dan sistem penilaian kredit yang eksklusif, menyediakan opsi teknologi mikrofinansial yang sangat terintegrasi untuk mendigitalkan komunitas akar rumput di Indonesia.

Hingga saat ini, Amartha telah menyalurkan modal kerja lebih dari Rp25 triliun ($1,6 miliar) kepada lebih dari 2,5 juta bisnis yang dipimpin oleh perempuan di daerah pedesaan dan peri-urban di Jawa, Sumatra, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Kalimantan.

Platform pendanaan Amartha memberikan akses ke modal bagi bisnis akar rumput, sekaligus mewakili bisnis kecil sebagai instrumen investasi alternatif bagi investor institusi yang menguntungkan dan berdampak. Selain modal investasi, Accion Digital Transformation Fund akan memberikan dukungan strategis untuk memperkuat keterlibatan pelanggan, efisiensi operasional, dan inovasi produk menggunakan teknologi digital.

Tentang Accion Digital Transformation Fund

Dikelola oleh Accion Impact Management, Accion Digital Transformation Fund didasarkan pada pengalaman Accion dalam mendukung bank dan perusahaan keuangan di seluruh dunia untuk menghubungkan jutaan orang dan bisnis kecil ke ekonomi digital. Investasi dari dana sebesar $152.5 juta ini fokus pada perusahaan yang melayani usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Asia Selatan dan Tenggara, Amerika Latin, dan Afrika, memberikan modal pertumbuhan dan dukungan strategis untuk transformasi digital.

Managing Partner Accion Transformation Capital Njord Andrewes, yanag kini menjadi anggota Dewan Komisaris Amartha mengatakan, “Melalui model bisnis unik dan platform pasar, kami percaya Amartha berada dalam posisi yang tepat untuk menghubungkan banyak bisnis kecil yang dipimpin oleh perempuan di seluruh Indonesia dengan layanan keuangan yang bertanggung jawab untuk pertama kalinya. Kami bermitra dengan Amartha untuk menyediakan dukungan strategis dan modal pertumbuhan, saat mereka bekerja untuk menjangkau pelanggan baru di daerah yang kurang terlayani menggunakan teknologi digital.”

Investasi terbaru ini memposisikan Amartha untuk meningkatkan penawaran produknya di sektor UMKM, memperkuat sistem analitik audiens yang canggih, dan mendorong adopsi layanan digitalnya, menghubungkan lebih banyak orang dan bisnis kecil ke layanan keuangan yang bertanggung jawab.

CFO Amartha Ramdhan Anggakaradibrata mengatakan “Amartha dan Accion memiliki tujuan yang sama — mengurangi ketidaksetaraan dalam akses ke layanan keuangan. Pendanaan terbaru dari Accion Digital Transformation Fund akan membantu memperkuat kemampuan kami untuk memanfaatkan kekuatan data dan AI. Kami tidak hanya akan memenuhi kebutuhan pelanggan saat ini, tetapi juga mengantisipasi tren dan tantangan di masa depan. Pendekatan ini akan membantu kami tetap berada di garis depan inovasi fintech, terus berkembang untuk menyediakan solusi keuangan mutakhir yang memberdayakan pelanggan kami dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.”

Application Information Will Show Up Here
Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Amartha Catat Profit, Dorong Pertumbuhan Ekonomi Mikro di Asia Tenggara

Amartha mengklaim telah mencatatkan profitabilitas selama 3 tahun berturut-turut. Hal ini diungkapkan dalam partisipasinya di konferensi Money 20/20 yang berlangsung di Bangkok, Thailand.

Founder & CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra menekankan bahwa inovasi teknologi dan peningkatan literasi keuangan adalah kunci untuk meningkatkan daya saing usaha mikro di Asia Tenggara.

“Kami berfokus pada penyediaan akses modal yang lebih merata, terutama di luar pulau Jawa, untuk mendukung usaha mikro yang menjadi tulang punggung ekonomi regional,” kata Andi.

Menurut Andi, Amartha telah berinvestasi dalam infrastruktur keuangan digital yang memungkinkan integrasi layanan finansial bagi bisnis mikro di kota-kota tier dua dan tiga di Indonesia. Hal ini mencakup pelayanan pinjaman, sistem pembayaran, dan pembangunan skor kredit internal untuk memudahkan akses ke modal kerja.

Selain itu, Amartha juga mengambil peran aktif dalam trend impact investing yang sedang tumbuh, dengan komitmen investasi yang signifikan dari lembaga-lembaga global yang mencapai total $285 juta dalam periode tiga tahun terakhir.

“Keberhasilan kami dalam mengelola investasi berdampak ini tidak hanya menunjukkan profitabilitas, tetapi juga komitmen kami untuk membangun ekosistem finansial yang inklusif di Asia Tenggara,” jelas Andi.

Komitmen Amartha untuk mempromosikan inklusivitas finansial ini diharapkan dapat membantu lebih banyak pelaku usaha mikro di Indonesia dan Asia Tenggara untuk mengakses layanan finansial yang dibutuhkan, mendukung pertumbuhan ekonomi regional yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Application Information Will Show Up Here
Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

IFC Gandeng Amartha Menyalurkan Pinjaman Modal Rp3 Triliun ke Pengusaha Ultra Mikro Perempuan

International Finance Corporation (IFC) mengumumkan komitmennya untuk menyalurkan modal produktif melalui jaringan pengusaha ultra mikro di Amartha. Dana yang digelontorkan oleh institusi keuangan anggota Bank Dunia tersebut senilai $206 juta atau sekitar 3 triliun Rupiah. Nilai ini lebih besar dari yang diajukan pada Maret 2023 lalu, yakni senilai $175 juta.

Dalam prospektus pengajuan dana debt Maret lalu, IFC berkomitmen memberikan dana $25 juta dan membuka tambahan dana bersama dari para mitra senilai $150 juta. Investasi yang diusulkan adalah tahap senior sekuritas beragun aset (senior tranche of asset backed securities) yang dibentuk untuk mengumpulkan piutang pinjaman, nantinya digunakan untuk meningkatkan akses ke keuangan bagi pengusaha ultra mikro, terutama pengusaha perempuan.

Founder & CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra menjelaskan, “Pendanaan dari IFC tidak hanya membantu Amartha untuk memperluas basis investor berskala internasional saja, tetapi juga memperluas layanan keuangan digital ke berbagai wilayah pelosok di Indonesia. Amartha meyakini kolaborasi ini akan menciptakan dampak yang berkelanjutan.”

Taufan turut menjelaskan, saat ini ada lebih dari 20 ribu UMKM yang menerima penyaluran modal dari Amartha. Mereka juga memiliki komitmen khusus untuk menjangkau para pengusaha di luar Jawa (70% dari permodalan tersalur berada di luar Jawa). Secara akumulatif, Amartha telah menyalurkan modal lebih dari 12 triliun Rupiah kepada 1,7 UMKM dari 42 ribu desa di Indonesia.

Dalam penyaluran pendanaan, Amartha turut menyertakan tim terdedikasi untuk turut membantu mereka dalam memaksimalkan bisnis melalui berbagai pendampingan dan pelatihan. Amartha menerapkan sistem tanggung renteng untuk mengantisipasi dan meminimalisir terjadinya gagal bayar. Secara khusus mereka mengembangkan sistem penilaian kredit sendiri, menyesuaikan dengan demografi para peminjamnya.

Regional Vice President IFC APAC Riccardo Puliti menyampaikan, “Kesenjangan akses permodalan yang dihadapi oleh perempuan pengusaha ultra mikro di Indonesia – yang sangat penting bagi perekonomian secara keseluruhan – semakin melebar karena adanya COVID-19 yang menyebabkan perempuan harus menanggung beban rumah tangga dan tekanan pengasuhan anak yang semakin besar selama pandemi. Kerja sama ini merupakan kemenangan bagi perempuan dan kemenangan bagi perekonomian.”

IFC sendiri bukan kali pertama berpartisipasi dalam pendanaan (baik ekuitas maupun debt) ke perusahaan digital di Indonesia. Sebelumnya mereka juga turut menyuntik dana ke induk AnterAja, Evermos, Kitabisa, AwanTunai, eFishery, dan PasarPolis. IFC juga menjadi salah satu LP untuk dana kelolaan AC Ventures.

Tahun ini, tepatnya pada Juni 2023 lalu, Amartha juga baru mengumumkan fasilitas kredit serupa untuk disalurkan ke UMKM. Nilainya $100 juta (lebih dari 1,4 triliun Rupiah), bersumber dari Community Investment Management yang merupakan firma keuangan berorientasi pada dampak sosial asal San Fransisco.

Application Information Will Show Up Here

Dukung Pemberdayaan Pengusaha Perempuan, Superbank Jalin Kemitraan dengan Amartha

Tak lama setelah berganti nama, Superbank melakukan manuver untuk menunjukkan komitmennya dalam memperluas akses ke pembiayaan inklusif bagi masyarakat underbanked di Indonesia. Baru-baru ini, Superbank mengumumkan kerjasama kemitraan strategis dengan platform teknologi pembiayaan mikro PT Amartha Mikro Fintek (Amartha).

Secara khusus misi kerja sama ini adalah memberikan akses ke lebih dari 1 juta perempuan pengusaha mikro yang saat ini tergabung dalam layanan Amartha. Tujuannya adalah menyediakan pinjaman modal kerja yang dibutuhkan agar bisnis mereka dapat tumbuh dan berkembang.

Dalam rilis pers yang diterima Dailysocial, Sukiwan selaku Chief Business Officer Superbank, mengatakan, “Sebagai bank yang baru bertransformasi dengan fokus pada digital dan didukung oleh salah satu ekosistem terluas di Asia Tenggara, kami berkomitmen menjembatani kesenjangan finansial bagi masyarakat underbanked untuk meningkatkan kesejahteraan lebih banyak masyarakat Indonesia. Kemitraan strategis dengan Amartha ini secara khusus dirancang untuk memberdayakan perempuan pengusaha mikro. Dengan menyediakan akses ke solusi pembiayaan yang aman dan terpercaya, kami percaya dapat memajukan usaha-usaha yang dijalankan perempuan pengusaha mikro guna mencapai potensi mereka sepenuhnya.”

Lebih dari 64 juta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) secara aktif beroperasi di Indonesia, berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah serta Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. UMKM tersebut memberikan kontribusi sebesar 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Pentingnya peran perempuan dalam mendorong pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional ditekankan, dengan 52,9% usaha mikro dan 50,6% usaha kecil dijalankan oleh pengusaha perempuan.

Data Kementerian Keuangan mendukung pentingnya mengakomodasi segmen ini dengan menunjukkan bahwa pengusaha perempuan menyumbang lebih dari 95% atau lebih dari 6,4 juta debitur program pembiayaan ultra mikro (UMi) pemerintah.

Julie Fauzie, Chief Funding Officer Amartha, menegaskan, “Amartha menyadari bahwa penyediaan akses keuangan inklusif yang merata membutuhkan banyak kolaborasi, salah satunya seperti yang kami lakukan dengan Superbank. Melalui kerja sama ini, kami dapat menggabungkan aset-aset teknologi dan kompetensi untuk menyederhanakan proses pengajuan pinjaman supaya lebih efisien dan mudah diakses bagi para pengusaha ultra mikro di Indonesia. Amartha optimis, kerjasama ini dapat memberi dampak yang berkelanjutan bagi UMKM akar rumput, dan menjadi inspirasi bagi institusi lainnya untuk bersama-sama mendorong ekonomi akar rumput lewat akses keuangan yang inklusif.”

Kemitraan Strategis Amartha

Selain Superbank, baru-baru ini Amartha juga melakukan kerjasama kemitraan dengan Bank Nobu untuk mendukung permodalan para pelaku usaha ultra mikro di pedesaan di berbagai lokasi di Indonesia.

Amartha dan Nobu Bank berkomitmen untuk turut mempercepat penyediaan modal usaha produktif bagi lebih dari 30.000 mitra binaan Amartha. Mitra tersebut terdiri dari berbagai sektor, terutama di Pulau Jawa, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan. Komitmen tahap awal permodalan mencapai 100 miliar rupiah.

Amartha mengklaim telah menyalurkan permodalan senilai lebih dari Rp12 triliun kepada lebih dari 1,6 juta UMKM di Indonesia. Suntikan fasilitas kredit sebesar $100 juta (lebih dari 1,4 triliun Rupiah) dari institusi penyedia permodalan asal San Fransisco, Community Investment Management (CIM) belum lama ini akan membantu perusahaan dalam mengembangkan ekosistem produk yang transparan.

Amartha Resmi Jalin Kemitraan dengan Nobu Bank, Salurkan Modal Usaha 100 Miliar Rupiah

PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) resmi menjalin kolaborasi dengan PT Bank Nationalnobu Tbk (Nobu Bank). Kerja sama tersebut untuk mendukung permodalan para pelaku usaha ultra mikro di pedesaan di berbagai lokasi di Indonesia. Penandatanganan perjanjian kerja sama dilakukan pada tanggal 27 Juli 2023, di kantor Nobu Bank, Gajah Mada Tower, Jakarta Pusat.

Amartha dan Nobu Bank berkomitmen untuk turut mempercepat penyediaan modal usaha produktif bagi lebih dari 30.000 mitra binaan Amartha. Mitra tersebut terdiri dari berbagai sektor, terutama di Pulau Jawa, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan. Komitmen tahap awal permodalan mencapai 100 miliar rupiah.

Di balik Kolaborasi Amartha dan Nobu Bank

Julie Fauzie, Chief Funding Officer Amartha, menekankan pentingnya akselerasi modal usaha produktif bagi UMKM di Indonesia. Menurutnya, akselerasi modal bagi UMKM yang menjadi tulang punggung ekonomi nasional itu tidak dapat dicapai oleh Amartha sendiri.

“Amartha menyambut baik kolaborasi sinergis dengan Nobu Bank yang telah memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun di industri keuangan serta memiliki kesamaan visi-misi dalam mendukung segmen UMKM dan ultra mikro yang merupakan penopang perekonomian nasional yang menjadi fondasi dari langkah kolaborasi ini. Semoga kolaborasi ini dapat secara langsung memberikan dampak nyata bagi peningkatan ekonomi dan taraf hidup pelaku UMKM sehingga bisa menimbulkan efek domino yang signifikan bagi keluarga serta komunitasnya,” ujar Julie.

Di sisi lain, Nobu Bank memilih Amartha sebagai mitra kolaborasi karena keduanya memiliki konsep bisnis dan visi misi yang sejalan. Keduanya berkomitmen memberikan kontribusi positif bagi perekonomian dengan memprioritaskan layanan untuk bisnis UMKM.

Dalam kesempatan tersebut, Direktur Nobu Bank, Andrian Meirawan Saputra, menjelaskan bahwa penandatanganan kerja sama dengan Amartha adalah wujud komitmen Nobu Bank dalam mendukung pertumbuhan UMKM di Indonesia.

“Kami melihat semangat dan komitmen yang sama dari Amartha yang selama ini secara konsisten memberikan pendampingan dan dukungan permodalan bagi UMKM, khususnya pelaku usaha ultra mikro,” ungkap Andrian.

Lebih lanjut, Andrian menambahkan bahwa kerja sama kolaboratif ini juga menjadi salah satu tonggak penting bagi Nobu Bank. Pasalnya, Nobu Bank kini tengah fokus mengembangkan segmen kredit mikro, selain segmen konsumer dan UKM yang telah menjadi kompetensi utamanya.

Bertepatan dengan hari jadinya yang ke-13, Amartha mencatat performa total penyaluran modal usaha produktif mereka yang mengalami peningkatan. Hingga akhir kuartal I tahun 2023 terjadi peningkatan dua kali lipat di Pulau Sumatra, Jawa, dan Sulawesi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Komitmen Mendukung Pertumbuhan Perekonomian Lokal

Diketahui hingga saat ini, Amartha telah menjalin kolaborasi dengan lebih dari 30 institusi di sektor keuangan. Beberapa diantaranya; PT Bank Permata Tbk (BNLI), BPR BJA, Flip, BCA Digital, dan berbagai mitra lainnya. Sebelumnya, Amartha juga berkolaborasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dalam pelaksanaan program Adopsi Teknologi Digital dan Inkubasi Bisnis UMKM.

Tidak hanya melalui modal kerja, Amartha juga mendukung UMKM dengan literasi keuangan dan digital. Hal tersebut menunjukkan konsistensi Amartha dalam mendukung UMKM untuk meningkatkan daya saing di pasar

” Amartha terbuka terhadap setiap peluang kolaborasi dengan berbagai institusi dalam memberikan produk dan layanan yang terbaik bagi para pelaku UMKM yang ada di seluruh Indonesia. Lewat kolaborasi yang terus digalakkan ini, Amartha optimis mampu mengakselerasi pertumbuhan kredit produktif dan memperluas inklusi keuangan secara merata,” tutup Julie.

Amartha Peroleh Fasilitas Kredit 1,4 Triliun Rupiah untuk Modal UMKM

Startup fintech lending Amartha mengumumkan perolehan fasilitas kredit (loan channeling) dari institusi penyedia permodalan asal San Fransisco, Community Investment Management (CIM), senilai $100 juta (lebih dari 1,4 triliun Rupiah). Dana tersebut akan kembali disalurkan oleh Amartha sebagai permodalan produktif bagi UMKM di Indonesia.

Dalam keterangan resmi, CIM memilih Amartha sebagai mitranya karena punya kesamaan nilai dalam menghadirkan layanan keuangan inklusif yang berbasis prinsip keberlanjutan. CIM berperan sebagai investor social impact, yang berkomitmen dalam memenuhi European Sustainable Finance Disclosure Regulation (SFDR), yakni peraturan yang berlaku di Eropa untuk bidang penyediaan layanan keuangan berkelanjutan.

CFO Amartha Ramdhan Anggakaradibrata menyampaikan, “[..] Amartha dan CIM memiliki kesamaan nilai yang melihat teknologi dan penyediaan layanan keuangan inklusif dapat mewujudkan kesejahteraan merata yang berkelanjutan bagi ekonomi akar rumput. Kolaborasi ini diharapkan dapat menggerakkan institusi lainnya, untuk bergabung bersama Amartha dalam memajukan UMKM Indonesia melalui akses keuangan.”

Head of Emerging Market Strategy CIM Bernhard Eikenberg menambahkan, kerja sama ini menandai tonggak penting kiprah CIM di Asia Tenggara. Pihaknya percaya bahwa UMKM adalah tulang punggung bagi berbagai sektor ekonomi dan merupakan segmen yang mengalami kesenjangan paling besar di sektor finansial.

“Kemitraan CIM dengan Amartha akan menumbuhkan ekosistem produk yang bertanggung jawab dan transparan yang memajukan inklusi keuangan serta meningkatkan kesehatan keuangan masyarakat di Indonesia,” ujarnya.

Dipaparkan, secara kumulatif, Amartha telah menyalurkan permodalan senilai lebih dari Rp12 triliun kepada lebih dari 1,6 juta UMKM di Indonesia. Diklaim pula, telah cetak laba sejak tiga tahun terakhir.

Ramdhan menjelaskan, perusahaan menerapkan prinsip ethical lending dalam menjalankan operasional bisnis, yakni memastikan setiap pelayanan bagi mitra UMKM dilakukan dengan etika yang baik dan trasparan. Prinsip ini menjadi alasan CIM menunjuk Amartha karena CIM mematuhi peraturan Social Loan Principles yang mengutamakan integritas dan transparansi layanan keuangan.

CIM bukanlah mitra pertama yang memberikan fasilitas kredit ke Amartha. Kerja sama serupa sebelumnya juga dilakukan perusahaan dengan Lendable dan International Finance Corporation (IFC). Lendable menyalurkan pinjaman sebesar $50 juta pada Februari 2021, sementara IFC memberikan $25 juta pada Maret 2023.

Pinjaman kredit di Indonesia

Lendable sudah beberapa kali menggelontorkan fasilitas pinjamannya ke startup fintech di Indonesia seperti KoinWorks dan ALAMI. Selain Lendable, ada beberapa lembaga lainnya yang juga memberikan dana serupa bagi fintech lending di Indonesia, misalnya Accial Capital untuk Pintek, Awan Tunai, dan Investree. Selain itu, ada GMO Payament Gateway (Investree), Partners for Growth (Kredivo), dan lainnya.

Sebenarnya, ada dua skema yang banyak diaplikasikan untuk menyalurkan dana dari institusi, yakni loan channeling dan venture debt. Skema pertama memang ditujukan bagi institusi seperti perbankan untuk menyalurkan dana kreditnya kepada UMKM melalui fintech lending. Banyak perbankan lokal yang mulai mengumumkan masuk ke ekosistem startup fintech lewat kerja sama ini.

Sementara itu, venture debt sebenarnya sifatnya lebih strategis seperti untuk membiayai operasional dan growth, umumnya masuk berbarengan dengan pendanaan ekuitas dari pemodal ventura. Tapi, tidak sedikit yang menggunakan dana yang diberikan untuk kembali disalurkan.

IFC Akan Beri “Debt Funding” 379 Miliar Rupiah ke Amartha

Startup p2p lending Amartha dilaporkan akan memperoleh fasilitas pinjaman (debt funding) dari International Finance Corporation (IFC). Nominal yang diperoleh Amartha dalam kesepakatan tersebut adalah $25 juta (lebih dari 379 miliar Rupiah) dan membuka tambahan dana bersama para mitranya dengan besaran komitmen hingga $150 juta.

Mengutip dari situs IFC, disampaikan bahwa investasi yang diusulkan ini adalah tahap senior sekuritas beragun aset (senior tranche of asset backed securities) yang akan dibentuk untuk mengumpulkan piutang pinjaman, nantinya digunakan untuk meningkatkan akses ke keuangan bagi pengusaha mikro, terutama pengusaha perempuan.

Hingga artikel ini diturunkan, Co-Founder & CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra belum memberikan tanggapannya.

Amartha bukanlah satu-satunya portofolio asal Indonesia yang bergabung di IFC —dalam bentuk ekuitas dan debt. Sebelumnya, sudah ada beberapa startup di antaranya Kitabisa, AwanTunai, eFishery, PasarPolis, dan Adi Sarana Armada selaku induk dari AnterAja.

Sejak awal berdiri di 2010, Amartha fokus memberikan akses permodalan, khusus untuk pengusaha perempuan yang selama ini masuk ke dalam golongan unbanked dan underbanked.

Menurut data internal Amartha, secara kumulatif telah menyalurkan modal usaha senilai lebih dari Rp10 triliun. Modal usaha disalurkan kepada lebih dari 1,4 juta pelaku usaha ultra mikro yang tersebar di seluruh wilayah operasional Amartha.

Adapun sepanjang 2022 saja, mencapai lebih dari Rp4,7 triliun, tumbuh 93% (YoY) atau hampir dua kali lipat dari yang sebelumnya mencapai Rp2,4 triliun. Penyaluran modal ini didominasi oleh dukungan pendanaan dari 24 mitra perbankan dengan total penyaluran sekitar Rp3 triliun atau 60% lebih dari total sumber dana.

Pada September 2022, perusahaan membuat unit usaha baru yang fokus pada alternatif skoring kredit Ascore.ai. Platform ini dibangun di atas lebih dari 1 juta database mitra pengusaha ultra mikro Amartha selama tujuh tahun terakhir untuk mengukur risiko dalam menyalurkan pinjaman bagi segmen yang belum terlayani.

Solusi ini diharapkan dapat menghasilkan output berupa nilai risiko, perhitungan bunga pinjaman, pengolahan data, serta keputusan-keputusan yang berpengaruh pada bisnis. Dengan begitu, bisa mendorong lebih banyak bisnis untuk memahami pangsa pasarnya, serta memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih bijak.

Solusi Ascore.ai dapat digunakan baik oleh institusi maupun individu. Bagi segmen institusi, tersedia layanan berupa verifikasi risiko, credit underwriting, advance credit analysis, dan pengecekan kredit nasabah. Layanan dapat menjangkau sektor fintech, microfinance/lembaga pembiayaan, perbankan seperti BPR dan BPD, koperasi, agrikultur, hingga marketplace dengan opsi produk paylater dan pinjaman.

Application Information Will Show Up Here

Resep Amartha dan Kopi Kenangan Jaga Pertumbuhan Bisnis Selama Pandemi

Dalam sesi diskusi di acara #BUMNStartupDay2022, turut dihadirkan Co-Founder & CMO Kopi Kenangan Cynthia Chaerunnisa dan Founder & CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra. Keduanya sepakat bahwa pandemi telah mengakselerasi pertumbuhan bisnis mereka, di sisi lain juga turut menjaga dan meningkatkan produktivitas pegawai.

Untuk bisa terus tumbuh pasca-pandemi, masing-masing pimpinan tersebut juga mengungkapkan strategi dan keunggulan produk yang dimiliki, dan rencana ke depannya agar bisa menghadirkan produk yang relevan dan bermanfaat untuk target pengguna mereka.

Menerapkan konsep hybrid untuk pegawai

Topik yang dibahas dalam sesi tersebut adalah bagaimana perusahaan bisa mengelola produktivitas kerja pegawai  untuk bisa mendapatkan pertumbuhan bisnis yang positif. Salah satu cara yang kemudian diterapkan oleh Amartha  memberlakukan bekerja WFH kepada pegawai saat pandemi. Menurut Taufan, jika diterapkan dengan benar, konsep bekerja di rumah atau bekerja di kantor, bisa menumbuhkan produktivitas pegawai, jika sejak awal sudah ditentukan goals atau target yang ingin dicapai.

Perusahaan juga tidak membatasi kebebasan pegawai bekerja saat pandemi dan saat ini ketika kondisi sudah mulai pulih. Perusahaan sepakat bahwa konsep hybrid masih menjadi relevan dan ternyata terbukti mampu menumbuhkan produktivitas pegawai. Saat ini Amartha telah memiliki sekitar 5 ribu pegawai.

“Saat pandemi kami memberlakukan WFH semua, namun karena sejak awal goals sudah ditetapkan apa yang ingin dicapai dipastikan semua sejalan dengan misi perusahaan. Fokus kami adalah lebih mendorong kepada akuntabilitas dan kolaborasi dengan tim yang lainnya,” kata Taufan.

Hal senada juga diterapkan oleh manajemen dari Kopi Kenangan. Meskipun pegawai mereka terdiri dari para pegawai di outlet dan di kantor, namun untuk menjaga produktivitas bekerja semua, fleksibilitas dan pengawasan yang sesuai dengan SOP perusahaan terus diterapkan oleh perusahaan. Saat ini Kopi Kenangan telah memiliki sekitar 400an pegawai.

Fokus pada inovasi

Sejak awal berdiri tahun 2010 lalu, Amartha masih konsisten dengan misi awal mereka yaitu memberikan akses pembiayaan kepada kalangan yang masih belum mendapatkan akses tersebut. Kini di tahun 2022, perusahaan ingin mendigitalkan lebih banyak kawasan pedesaan, sekaligus membantu lebih banyak pelaku UMKM di pedesaan mendapatkan akses pembiayaan.

“Misi Amartha saat ini adalah bagaimana kita dapat membantu orang-orang yang masih underserved untuk bisa mendapatkan pembiayaan dan meningkatkan kesejahteraan. Di mulai dari tahun 2010 di Bogor, saat ini sudah 12 tahun Amartha berjalan,” kata Taufan.

Jika awalnya mereka belum fokus untuk mengembangkan teknologi, namun sejak tahun 2015 lalu perusahaan mulai fokus menjadi layanan microfinancing yang menghubungkan investor mulai dari kalangan institusi, perbankan, hingga individu sebagai mitra untuk bisa memberikan akses pembiayaan kepada UMKM.

Saat ini perusahaan mengklaim terus mengalami pertumbuhan di kawasan pedesaan, dan telah menjangkau sekitar 35 ribu desa. Ke depannya perusahaan memiliki target untuk bisa terus memberikan investasi ke lebih banyak lagi kawasan pedesaan di seluruh Indonesia, agar akses keuangan dan permodalan menjadi lebih merata.

“Harapannya nanti mereka yang tinggal di pedesaan juga bisa berpartisipasi di ekonomi digital. Sesuai dengan misi kami adalah selain memberikan akses finansial juga mendigitalkan pedesaan dan ekonomi informal,” kata Taufan.

Serupa dengan Amartha, Kopi Kenangan juga memiliki rencana untuk meningkatkan layanan mereka dengan menghadirkan varian produk yang lebih beragam. Bukan cuma fokus kepada minuman saja, namun perusahaan juga ingin menambah varian produk makanan dan produk lainnya. Selain produk minuman saat ini Kopi Kenangan telah memiliki produk makanan seperti Cerita Roti, Chigo dan Kenangan Manis.

“Waktu awal membuka Kopi Kenangan ibaratnya kita hanya sebagai ritel kopi biasa. Kemudian kita juga memiliki misi bagaimana untuk bisa menjadi tech enable company,” kata Cynthia.

Di tahun 2019 perusahaan telah meluncurkan aplikasi Kopi Kenangan. Melalui aplikasi tersebut pengguna bisa mendapatkan penawaran khusus yang hanya bisa dinikmati jika melakukan pemesanan melalui aplikasi. Meskipun masih memanfaatkan marketplace untuk layanan pemesanan dan delivery, namun saat ini perusahaan memiliki rencana untuk mendorong penggunaan aplikasi kepada target pengguna.

“Selain menawarkan promosi memanfaatkan aplikasi kita juga bisa melihat kebiasaan pengguna. Apakah mereka melakukan pembelian di pagi hari atau sore hari. Dari situ kita bisa melakukan targeting,  apa yang bisa di berikan kepada pengguna,” kata Cynthia.

Setelah menyandang status unicorn tahun 2021 lalu, perusahaan masih memiliki rencana untuk menambah beberapa lokasi baru di Indonesia dan juga melakukan ekspansi di luar negeri. Malaysia kemudian menjadi negara yang rencananya akan disasar oleh Kopi Kenangan.

Tahun ini, Kopi Kenangan juga masuk ke sektor FMCG dengan produk pertamanya Kopi Kenangan Hanya Untukmu. Adapun, Kopi Kenangan telah menjual sebanyak 40 juta cangkir di sepanjang 2021. Kini, perusahaan memiliki 672 outlet yang tersebar di 45 kota di Indonesia.