Amazon Ungkap Echo dan Echo Dot Generasi ke-4, Serta Echo Show 10

Tahun demi tahun, Amazon terus memperbarui lini perangkat pintar besutannya. Di tahun pandemi ini, Amazon punya tiga perangkat Echo baru – plus layanan cloud gaming bernama Luna – dan ketiganya sudah berubah drastis jika dibandingkan dengan produk yang sama dari generasi sebelumnya.

Kita mulai dari Amazon Echo standar, yang kini sudah memasuki generasi keempat. Seperti yang bisa kita lihat, wujudnya tak lagi silindris, melainkan lebih menyerupai bola sekarang. Menariknya, tahun ini tidak ada Echo Plus, sebab fitur-fiturnya sudah diwariskan ke Echo standar, termasuk kemampuan untuk merangkap peran sebagai smart home hub.

Untuk pertama kalinya juga, Amazon menanamkan sebuah chip bikinan mereka sendiri. Chip bernama AZ1 Neural Edge ini berfungsi untuk mempercepat kinerja machine learning milik perangkat. Bukan cuma itu, kehadiran chip AZ1 juga memungkinkan Alexa untuk memahami instruksi atau pertanyaan dari pengguna dengan lebih cepat.

Sebagai sebuah speaker tradisional, Amazon Echo generasi keempat ini diklaim punya kualitas suara yang jauh lebih baik berkat sepasang tweeter, woofer 3 inci, dan teknologi pengolahan audio besutan Dolby. Lebih lanjut, Echo kini juga mampu mengadaptasikan karakteristik suaranya dengan kondisi ruangan secara otomatis. Kabar baiknya, Amazon tidak mengubah harganya, dan tetap di angka $100.

Kalau itu dirasa terlalu mahal, tentu saja masih ada Echo Dot sebagai alternatif yang lebih mungil sekaligus lebih terjangkau – $50 saja. Seperti kakaknya, Echo Dot juga membulat seperti bola, akan tetapi ia tidak bisa dijadikan smart home hub, dan yang pasti kualitas suaranya juga lebih inferior daripada Echo standar.

Amazon juga menawarkan Echo Dot dalam dua varian lain; satu yang dilengkapi indikator LED untuk menampilkan jam, satu lagi Echo Dot Kids Edition yang berwajah macan atau panda. Kedua varian ini dibanderol sedikit lebih mahal di $60.

Amazon Echo Show 10

Juga ikut diperbarui kali ini adalah lini Echo Show yang masuk kategori smart display speaker. Sesuai namanya, Echo Show 10 hadir membawa layar 10,1 inci beresolusi HD. Di ujung kanan atasnya, tertanam kamera 13 megapixel untuk keperluan video call.

Satu hal yang menarik adalah, bingkai layar dan kameranya ini dapat berputar ke kiri atau kanan. Gunanya adalah supaya kameranya bisa mengatur framing secara otomatis, memastikan pengguna selalu berada di tengah frame kamera selagi sesi video call berlangsung. Cara kerjanya kurang lebih sama seperti yang ditawarkan oleh Facebook Portal.

Amazon cukup bangga bahwa perangkat ini juga dapat dipakai untuk streaming Netflix di samping layanan streaming film besutan mereka sendiri. Kualitas suaranya juga dijamin lebih baik daripada dua generasi sebelumnya, terutama terkait bass mengingat Echo Show 10 memiliki woofer berdiameter 3 inci.

Seperti halnya Echo standar tadi, Echo Show 10 turut dibekali chip AZ1 agar Alexa bisa lebih responsif dari biasanya. Di Amerika Serikat, perangkat ini sekarang sudah dijual dengan harga $250.

Sumber: Amazon via Engadget.

Dapur Mainan untuk Anak Jadi Lebih Interaktif Berkat Keterlibatan Alexa

Amazon Echo dan Alexa, kombinasi smart speaker dan voice assistant ini tentu punya banyak sekali kegunaan. Namun siapa yang menyangka Alexa juga berguna di bidang permainan, semisal untuk membuat sebuah board game jadi lebih interaktif?

Bukan cuma sebagai teman main orang dewasa, Alexa rupanya juga bisa mendampingi anak-anak, seperti dibuktikan oleh produk terbaru dari produsen mainan anak KidKraft berikut ini. Dinamai Alexa 2-in-1 Kitchen and Market, sepintas ia tak kelihatan berbeda dari dapur mainan pada umumnya.

Juga tampak biasa adalah 100 bahan makanan mainan yang termasuk dalam paket penjualannya. Namun ternyata masing-masing mainan kecil ini telah dilengkapi chip RFID (radio-frequency identification) supaya bisa terdeteksi oleh sensor yang tertanam di balik meja kasir atau kompor mainannya.

Lalu apa peran Alexa? Well, informasi yang terdeteksi itu tadi akan diteruskan ke smart speaker via Bluetooth, dan dari situ Alexa bisa merespon. Jadi semisal anak-anak mengambil sepotong selada dan menempatkannya di meja kasir, Alexa bakal merespon: “Selada! Apakah kita akan membuat salad?”

Lalu jika anak-anak mengiyakan, Alexa bakal lanjut merespon: “Yay! Aku suka salad. Tambahkan alpukat juga ya.” Skenario lainnya, semisal anak-anak menempatkan wajan di atas kompor, Alexa akan bilang, “Sambil menunggu airnya mendidih, bisakah kamu mengambil sayur-sayuran dari kulkas?”

KidKraft Alexa 2-in-1 Kitchen and Market

Menurut KidKraft, total ada lebih dari 700 respon yang berbeda yang bisa dilontarkan Alexa. Selama berinteraksi, anak-anak tidak harus terus mengucapkan “Alexa” berkali-kali, sebab KidKraft telah merancang programnya (Alexa skill-nya) supaya Alexa hanya akan berbicara ketika anak-anak berinteraksi dengan mainannya sekaligus menyesuaikan konteksnya.

Singkat cerita, anak-anak masih akan berpura-pura berbelanja dan memasak seperti biasanya menggunakan produk ini, hanya saja sesi bermain mereka jadi lebih interaktif berkat keterlibatan Alexa. Tanpa speaker Echo dan Alexa, produk ini tentu tetap bisa dimainkan seperti mainan tradisional.

Di Amerika Serikat, KidKraft Alexa 2-in-1 Kitchen and Market kabarnya bakal dipasarkan seharga $300, tidak termasuk smart speaker Echo-nya. Salah satu skenario penggunaan Alexa yang paling populer selama ini adalah ketika memasak, dan ternyata sekarang juga ketika anak-anak yang ‘memasak’.

Sumber: CNET.

Setelah Sonos, Spotify Free Kini Juga Dapat Diakses Langsung Melalui Speaker Bikinan Amazon dan Bose

Baru seminggu yang lalu, konsumen Sonos menerima hadiah dalam bentuk akses langsung ke layanan Spotify Free. Jadi tanpa harus berlangganan Spotify Premium, pemilik speaker Sonos sudah bisa mengakses layanan streaming musik terpopuler tersebut, tapi tentu saja dengan sejumlah batasan yang memang Spotify terapkan untuk paket gratisannya.

Kabar baiknya, dukungan terhadap Spotify Free ini sekarang ikut meluas hingga merambah sejumlah speaker bikinan Bose maupun Amazon. Semuanya cukup dengan mengunduh dan meng-install firmware update terbaru untuk masing-masing speaker.

Di lineup Amazon, yang kebagian jatah bukan cuma keluarga smart speaker Echo saja, melainkan juga perangkat Fire TV. Untuk Bose, opsinya mencakup seri smart speaker beserta soundbar, tidak ketinggalan juga Bose Portable Home Speaker yang dirilis beberapa bulan lalu.

Bose smart speakers and soundbars

Semua perangkat di atas ini mengemas integrasi asisten virtual Alexa, dan kebetulan Spotify juga sudah kompatibel dengan Alexa sejak tahun lalu. Jadi selain menggunakan aplikasi Spotify di ponsel sebagai remote, konsumen juga dapat meminta bantuan Alexa guna mengakses pilihan playlist macam Discover Weekly atau Today’s Top Hits.

Timing peluncurannya boleh dibilang cukup pas. Menjelang musim liburan, konsumen umumnya banyak membeli gadget baru, termasuk halnya smart speaker, dan mereka yang selama ini enggan membeli karena tidak berlangganan Spotify Premium jadi punya pertimbangan baru berkat kehadiran dukungan Spotify Free.

Sumber: Spotify.

Mengapa Smart Speaker di Indonesia Belum Sepopuler di Amerika Serikat?

“Alexa, I’m leaving.” Seketika itu pula lampu apartemen dipadamkan, tirai jendela diturunkan, dan penghangat ruangan dimatikan. Pulang kerja dan setibanya di rumah, Alexa kembali dipanggil; “Alexa, cooking time,” dan dalam sekejap lampu dapur langsung menyala, disusul oleh alunan musik upbeat yang di-stream via Spotify.

Kira-kira seperti itulah gambaran keseharian manusia modern. Namun kalau Anda jeli, Anda bisa melihat saya menyebut “penghangat ruangan” ketimbang “AC”. Alasannya, skenario ini jauh lebih mudah dicapai apabila kita tinggal di Amerika Serikat daripada di Indonesia.

Apakah negara kita sebegitu tertinggalnya perihal teknologi sampai-sampai tren smart home yang berpusat pada smart speaker dan integrasi voice assistant sulit diwujudkan? Jelas bukan itu masalahnya, tapi lalu mengapa smart speaker di Indonesia belum sepopuler di AS?

Saya melihat setidaknya ada empat poin penting yang menghambat perkembangan tren smart speaker di tanah air, dan saya akan coba membahasnya satu per satu lewat artikel ini.

Soal bahasa

Google Assistant dalam bahasa Indonesia / Google
Google Assistant dalam bahasa Indonesia / Google

Seperti yang kita tahu, voice assistant macam Alexa, Siri maupun Google Assistant diciptakan untuk berinteraksi secara lisan. Dukungan bahasa Indonesia mungkin sudah tersedia – terutama pada Google Assistant – tapi pada prakteknya komunikasi dengan voice assistant masih lebih mudah dijalani menggunakan bahasa Inggris.

Kalau tidak percaya, silakan cari video review Amazon Echo atau Google Home berbahasa Indonesia di YouTube. Videonya memang dalam bahasa Indonesia, akan tetapi bisa saya pastikan hampir semuanya berinteraksi dengan voice assistant menggunakan bahasa Inggris. Untuk yang sepenuhnya menggunakan bahasa Indonesia, kebanyakan adalah mereka yang iseng mencoba keahlian Google Assistant dalam melawak.

Masalah bahasa ini menurut saya hanyalah masalah waktu. Ketika pertama diluncurkan beberapa tahun lalu, Google Assistant juga tidak langsung bisa berbahasa Indonesia, namun sekarang ia sudah fasih dan pandai membuat lelucon dalam bahasa ibu kita. Seiring waktu, dukungan bahasa voice assistant akan semakin lengkap dan sempurna, dan semoga saja di titik itu kita sebagai konsumen juga jadi makin terbiasa berinteraksi menggunakan bahasa Indonesia.

Bagi yang sudah lancar berbahasa Inggris, saya kira Anda tak akan menemukan kesulitan dalam menggunakan smart speaker. Namun mayoritas tidak demikian, sehingga wajar apabila faktor bahasa ini menjadi penghambat perkembangan tren smart speaker di tanah air – setidaknya untuk saat ini.

Soal perbedaan budaya

Google Home Hub / Google
Google Home Hub / Google

Permasalahan bahasa dalam banyak kesempatan akan selalu dikaitkan dengan masalah perbedaan budaya. Yang membedakan di sini adalah, orang Indonesia cenderung tidak verbal ketika bersentuhan dengan teknologi.

Saya pribadi merasakannya. Saya fasih berbahasa Inggris, akan tetapi Siri di iPhone tidak pernah aktif. Pernah saya mencoba mengaktifkannya dengan maksud supaya lebih mudah memasang alarm (tinggal menginstruksikan Siri secara lisan), tapi ternyata saya jauh lebih terbiasa membuka aplikasi alarm secara manual, atau malah meminta tolong istri saya menyetel alarm di ponsel saya seumpama saya sedang disibukkan dengan hal lain dan tiba-tiba teringat harus bangun lebih awal di keesokan harinya.

Oke lah ini semua hanya masalah kebiasaan, tapi kita semua tahu tidak mudah mengubah suatu kebiasaan, apalagi yang sudah terbentuk sejak kecil. Bagi saya pribadi, kebiasaan ini bisa diubah apabila poin selanjutnya juga sudah bisa teratasi.

Soal ekosistem smart home yang belum besar

Ilustrasi aplikasi untuk mengontrol perangkat smart home. Mengontrol beberapa sekaligus dengan satu frasa jelas lebih mudah lagi / Pixabay
Ilustrasi aplikasi untuk mengontrol perangkat smart home. Mengontrol beberapa sekaligus dengan satu frasa jelas lebih mudah lagi / Pixabay

Pada skenario yang saya singgung di awal, perangkat smart home tentu memegang peranan penting dalam mewujudkannya. Lampu, tirai jendela, dan penghangat ruangan di situ semuanya dapat berkomunikasi via jaringan Wi-Fi, dan voice assistant memegang peran sebagai perantara.

Di Amerika Serikat, ekosistem smart home sudah tergolong sangat maju. Contoh yang paling gampang adalah pintu garasi. Di sana, cukup umum menjumpai rumah-rumah dengan pintu garasi yang dapat membuka sendiri ketika pemiliknya terdeteksi sudah dekat. Di Indonesia, saya yakin populasi penjualnya cukup langka, sebab memang pasarnya kurang cocok.

Ketika ekosistem smart home sudah meluas dan konsumen dapat dengan mudah melengkapi kediamannya dengan perabot-perabot pintar, di titik itulah smart speaker beserta voice assistant di dalamnya bisa berperan secara maksimal. Satu frasa singkat seperti di awal tadi sudah cukup untuk mengoperasikan beberapa perangkat sekaligus.

Google Assistant pada Google Home adalah salah satu yang paling bisa berinteraksi secara alami / Google
Google Assistant pada Google Home adalah salah satu yang paling bisa berinteraksi secara alami / Google

Pabrikan biasa menyebut fitur ini dengan istilah “routines“, dan menurut saya pribadi, routines adalah kunci dari sinergi antara smart speaker dan perangkat smart home. Tanpa routines, sebagian besar perangkat smart home akan terasa gimmicky. Namun dengan routines, kita bisa langsung merasakan bedanya beserta kepraktisan yang ditawarkannya.

Tahun lalu, saya mulai melihat banyak iklan-iklan properti yang mencantumkan “gratis perangkat smart home” sebagai salah satu nilai jual utamanya. Ini bisa menjadi pertanda bahwa ekosistem smart home di negara kita tidak stagnan, meski mungkin progress-nya masih tergolong lambat jika dibandingkan dengan di negara lain.

Kesimpulannya, masih ada harapan terkait perluasan ekosistem smart home di tanah air. Lalu ketika itu sudah terwujud, barulah kita bisa melihat peran esensial smart speaker, dan pada akhirnya kebiasaan kita yang kurang verbal perlahan juga bisa diubah saat sudah merasakan faedahnya.

Soal ketersediaan smart speaker yang terbatas

Apple HomePod / Apple
Apple HomePod / Apple

Poin yang terakhir ini adalah yang paling bisa dimaklumi, sebab perangkat elektronik dari kategori lain pun masih banyak yang serba terbatas ketersediaannya di tanah air. Sebagai produk baru dari kategori yang baru pula, wajar apabila pemasaran smart speaker di Indonesia belum gencar.

Sejauh ini yang saya tahu baru JBL yang sudah memasarkan lini speaker Link-nya di Indonesia. Google Home belum tersedia via jalur resmi, demikian pula Amazon Echo. Bahkan HomePod yang semestinya mudah diboyong ke tanah air – karena iBox yang berada di bawah Erajaya Group memegang hak distribusi eksklusif atas produk Apple – juga belum kunjung tersedia.

Tebakan saya, selain karena kategorinya masih baru, alasan lainnya menyambung poin sebelumnya mengenai ekosistem smart home. Karena ekosistemnya belum luas, peran smart speaker belum bisa maksimal, sehingga pada akhirnya pabrikan maupun distributor masih enggan membawa produk smart speaker-nya ke pasar Indonesia.

Kalau kita lihat, keempat masalah ini sebenarnya dapat teratasi dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Itulah mengapa saya mencantumkan kata “belum” pada judul ketimbang “tidak”, sebab memang saatnya masih belum tiba buat smart speaker untuk bersinar di pasar Indonesia.

Saya sama sekali tidak bermaksud mencegah Anda yang tertarik membeli, atau malah menjatuhkan yang sudah terlanjur membeli smart speaker. Beli sekarang atau nanti, smart speaker tetap sangatlah bermanfaat, hanya saja manfaatnya nanti (ketika tantangan-tantangan di atas sudah terlewati) akan lebih terasa lagi daripada sekarang.

Lebih dari Satu Skill Amazon Alexa Kini Bisa Bekerja Bersama dalam Satu Kesempatan

Salah satu nilai jual utama Alexa adalah integrasinya dengan segudang aplikasi dan layanan, yang Amazon sebut dengan istilah “Skills” (“Actions” untuk Google Assistant). Selama ini, Alexa hanya bisa menjalankan satu skill dalam satu kesempatan, tapi ke depannya ini bakal berubah.

Kepada para developer, Amazon baru saja mengumumkan Skill Connections, yang pada dasarnya memungkinkan lebih dari satu skill untuk bekerja bersama-sama. Amazon mencontohkan seperti ini: skill Allrecipes dapat bekerja bersama skill HP Printer untuk mencetak resep masakan buat pengguna.

Premis yang ditawarkan Amazon adalah, pengguna tidak perlu mengaktifkan beberapa skill secara terpisah untuk menyelesaikan satu tugas. Kalau dari contoh di atas, tugasnya adalah mencetak resep masakan, tapi sebelumnya pengguna harus mencarinya lebih dulu dari Allrecipes. Berkat fitur baru ini, semuanya bisa diselesaikan dengan satu perintah suara.

HP Tango, printer dengan integrasi Alexa secara langsung / HP
HP Tango, printer dengan integrasi Alexa secara langsung / HP

Contoh lainnya, semisal pengguna menggunakan skill untuk membeli tiket konser di hari H, selanjutnya skill untuk memesan taksi online bakal otomatis aktif, dan pengguna tidak perlu lagi menentukan alamat tujuannya (karena datanya sudah disediakan oleh skill pembeli tiket itu tadi).

Meski kedengarannya potensial, di masa percobaan ini Amazon baru membatasinya untuk tiga jenis tugas saja, yaitu mencetak, membuat reservasi, dan memesan kendaraan. Tiga tugas itu untuk sementara diwakili oleh skill HP Printer, skill OpenTable dan skill Uber.

Berhubung masih uji coba, Amazon pun belum membuka aksesnya ke semua developer. Developer yang tertarik harus merincikan terlebih dulu ‘kolaborasi’ seperti apa yang mungkin diwujudkan oleh skill-nya masing-masing dengan ketiga skill di atas.

Sumber: TechCrunch dan Amazon.

Amazon Umumkan Seabrek Perangkat Baru Berintegrasi Alexa

Asisten virtual Alexa pertama hadir bersama smart speaker Amazon Echo di bulan November 2014. Dalam kurun waktu hampir tiga tahun, keluarga Echo sudah bertambah besar hingga mencakup enam perangkat yang berbeda (per September 2017): Echo, Echo Dot, Echo Plus, Echo Look, Echo Show, dan Echo Spot. Apakah Amazon sudah puas? Rupanya belum.

Perusahaan ritel senilai satu triliun dolar itu baru saja memperkenalkan sejumlah anggota baru dari keluarga Echo, di samping generasi baru dari perangkat yang sudah ada. Tanpa berlama-lama, mari kita bahas satu per satu rumah baru Alexa ini.

Amazon Echo Dot (3rd Gen)

Amazon Echo Dot (3rd Gen) / Amazon
Amazon Echo Dot (3rd Gen) / Amazon

Echo Dot generasi ketiga punya penampilan yang jauh lebih manis. Sisi luarnya sekarang dilapis fabric bermotif jaring-jaring ala Google Home Mini, dan dimensinya ternyata agak membesar dibandingkan generasi sebelumnya. Kabar baiknya, unit driver-nya juga ikut membesar (dari 1,1 inci menjadi 1,6 inci), volumenya diklaim 70% lebih keras, dan harganya tidak berubah: $50.

Amazon Echo Plus (2nd Gen)

Amazon Echo Plus (2nd Gen) / Amazon
Amazon Echo Plus (2nd Gen) / Amazon

Sama seperti Echo Dot, Echo Plus generasi baru turut menganut bahasa desain yang melibatkan fabric bermotif jaring-jaring, membuatnya sepintas tampak mirip seperti Apple HomePod. Amazon mengklaim kualitas bass-nya lebih mantap berkat woofer yang lebih besar (3 inci), demikian pula untuk kualitas suaranya secara menyeluruh.

Kelebihan Plus masih sama, yaitu peran keduanya sebagai smart home hub. Yang unik dari generasi keduanya ini adalah, beberapa instruksi untuk perangkat smart home dapat berjalan secara lokal, alias tanpa bergantung koneksi internet, misalnya saja “Alexa, turn on the lights.” Harganya? Masih sama seperti generasi pertamanya: $150.

Amazon Echo Show (2nd Gen)

Amazon Echo Show (2nd Gen) / Amazon
Amazon Echo Show (2nd Gen) / Amazon

Perubahan yang langsung kelihatan dari Amazon Echo Show generasi kedua adalah layar sentuhnya, yang kini membesar ukurannya menjadi 10 inci (sebelumnya cuma 7 inci), dengan resolusi HD. Seperti Echo Plus, Echo Show juga dapat difungsikan sebagai smart home hub.

Amazon mengklaim Echo Show baru yang mengemas sepasang driver 2 inci dan sebuah passive bass radiator ini lebih superior kualitas suaranya, apalagi dengan bantuan algoritma processing dari Dolby. Namun yang lebih penting, Echo Show kini dilengkapi browser, sehingga jenis konten yang ditampilkan tentu bisa lebih banyak.

Harganya? Lagi-lagi masih sama seperti generasi pertamanya: $230.

Amazon Echo Auto

Amazon Echo Auto / Amazon
Amazon Echo Auto / Amazon

Satu-satunya yang belum dipasarkan secara luas, melainkan baru dalam jumlah terbatas, Echo Auto siap menyulap dashboard mobil menjadi rumah baru buat Alexa. Namun perlu dicatat, Echo Auto memerlukan smartphone sebagai perantaranya dengan Alexa.

Maksudnya begini: usai disambungkan ke port USB atau colokan 12V pada dashboard, Echo Auto perlu dihubungkan ke ponsel via Bluetooth agar pengguna bisa berinteraksi dengan Alexa. Bluetooth juga dipakai untuk menyambungkan Echo Auto ke sistem audio mobil, atau bisa juga via jack 3,5 mm standar.

Lalu kenapa tidak pakai smartphone saja kalau begitu caranya? Well, Echo Auto mengemas 8 mikrofon, sehingga ia tentu lebih jago dalam menangkap perintah suara secara akurat. Saat sudah dilepas ke publik secara luas nanti, harganya dipatok $50.

Amazon Echo Input, Echo Link dan Echo Link Amp

Amazon Echo Input / Amazon
Amazon Echo Input / Amazon

Anda ingat Chromecast Audio? Echo Input bisa dianggapi sebagai versi lebih canggih dari perangkat tersebut. Tugasnya mengubah speaker biasa menjadi smart speaker, memungkinkan pengguna untuk berinteraksi langsung dengan Alexa berkat empat buah mikrofon yang tertanam pada badan tipisnya. Harganya $35 saja.

Amazon Echo Link / Amazon
Amazon Echo Link / Amazon

Echo Link punya fungsi yang sama seperti Input, tapi ditujukan buat sistem hi-fi stereo. Sisi depannya cuma dihuni satu kenop volume berukuran besar, sedangkan di belakangnya ada sederet input seperti yang umum kita jumpai pada sistem audio rumahan, plus port Ethernet.

Amazon Echo Link Amp / Amazon
Amazon Echo Link Amp / Amazon

Echo Link Amp, sesuai namanya, adalah perangkat yang sama tapi dengan amplifier 2-channel berdaya 60 watt, ideal untuk disambungkan ke speaker pasif. Echo Link dan Link Amp dipasarkan masing-masing seharga $200 dan $300.

Amazon Echo Sub dan Echo Wall Clock

Amazon Echo Sub / Amazon
Amazon Echo Sub / Amazon

Dua perangkat ini saya pisahkan karena tidak memiliki peran langsung sebagai rumah bagi Alexa. Echo Sub merupakan subwoofer wireless yang dapat disambungkan ke speaker dari lini Echo guna menambah intensitas bass-nya. Pengaturannya pun dapat dilakukan menggunakan perintah suara. Harganya? $130.

Amazon Echo Wall Clock / Amazon
Amazon Echo Wall Clock / Amazon

Echo Wall Clock, terlepas dari namanya, jelas bukan jam dinding biasa. Ia dapat dihubungkan ke speaker Echo via Bluetooth untuk menjadi representasi visual dari fungsi timer Alexa. Sepele, tapi ada beberapa kesempatan ia bisa sangat berguna. Harganya $30 saja.

AmazonBasics Microwave dan Amazon Smart Plug

AmazonBasics Microwave / Amazon
AmazonBasics Microwave / Amazon

Meski bukan bagian langsung dari keluarga Echo, kedua perangkat ini masih diciptakan untuk ekosistem smart home. AmazonBasics Microwave misalnya, meskipun jauh dari kata istimewa, masih tergolong unik karena dapat dioperasikan dengan perintah suara (menyambung ke speaker Echo untuk berkomunikasi dengan Alexa).

Amazon Smart Plug / Amazon
Amazon Smart Plug / Amazon

Amazon Smart Plug di sisi lain diciptakan supaya pengguna dapat mengontrol lampu, kipas angin, coffee maker dan lain sebagainya menggunakan perintah suara (lagi-lagi dengan bantuan speaker Echo yang dilengkapi integrasi Alexa). Kedua perangkat ini sudah dipasarkan masing-masing seharga $60 dan $25.

Sumber: 1, 2, 3, 4.

When in Rome Ialah Board Game Keluarga Pertama yang Didukung Alexa

Transformasi digital memang mengubah karakteristik konsumen dan kadang efeknya sulit diterka, tapi tak selamanya perubahan buruk bagi bisnis. Ambil contohnya kehadiran internet di awal 90-an. Berkatnya, industri board game mengalami perkembangan signifikan karena mencari permainan jadi lebih gampang serta memudahkan pemain bergabung dalam komunitas.

Hampir tiga dekade setelah momen itu, keberadaan game tabletop tetap tidak tergantikan oleh permainan digital. Inkarnasinya sangat banyak (cek saja Kickstarter dan lihat bagaimana board game menjamur di sana), dan para developer juga mulai mengintegrasikan teknologi digital sebagai elemen permainan. Dan kini, tim Sensible Object membenamkan kecerdasan buatan Alexa dalam board game berjudul When in Rome.

When in Rome adalah permainan berbasis board untuk keluarga pertama yang memperoleh dukungan penuh asisten digital Amazon Alexa. Game ini mengangkat tema perjalanan keliling dunia, dan dengan berbekal perintah suara, pemain bisa meminta Alexa membawa mereka mengunjungi kota-kota terkenal di planet Bumi. Di When in Rome, Alexa berperan sebagai pilot sekaligus pemandu wisata.

When in Rome 4

Formula permainannya cukup sederhana. When in Rome mengadu dua tim untuk berlomba mengelilingi dunia. Bundel game terdiri dari papan, mainan, kartu dan suvenir. Tentu saja, Alexa merupakan primadona di sana. Berkatnya, pemain tak perlu lagi membaca lembar-lembar petunjuk dan aturan bermain karena Alexa siap memandu kita. Game bisa dimulai cukup dengan berkata, “Hey Alexa, play When in Rome.”

When in Rome.

Tidak ada batasan tempat yang bisa Anda datangi. Tinggal meminta Alexa untuk ‘terbang ke London’, kemudian game segera membawa Anda ke sana. Di masing-masing kota, Anda segera disambut oleh warga setempat – suaranya diisi oleh penduduk daerah itu dengan aksen yang khas. Warga di tiap kota punya kuis, dan Anda akan mendapatkan poin jika menjawabnya dengan benar.

When in Rome 2

Poin yang Anda dapatkan bisa digunakan buat meng-upgrade kartu untuk memberikan keunggulan dalam tamasya virtual itu. Lalu dengan berkunjung ke tiap lokasi, kita juga bisa mengumpulkan suvenir.

Konten audio When in Rome sangat melimpah. Anda disuguhkan dialog interaktif berdurasi lebih dari 20 jam dan tentu saja Alexa bisa mengingat jawaban Anda dari sesi permainan sebelumnya sehingga pengalaman menikmati When in Rome selalu berbeda.

When in Rome 1

When in Rome kompatibel dengan speaker pintar Amazon Echo dan Echo Dot, serta siap mendukung aplikasi mobile Alexa. Kit mainan ini dijual seharga US$ 30, dapat dinikmati oleh pemain berusia 13 tahun ke atas, dan kabarnya bisa dikapalkan ke Indonesia.

Via TechCrunch.

Bethesda Tidak Bergurau, Game Skyrim Hadir di Toilet Pintar Seharga $ 6.000

Dirilis perdana di tahun 2011, upaya Bethesda Softworks untuk mengadirkan permainan The Elder Scrolls V: Skyrim di seluruh platform membuatnya jadi objek gurauan gamer. Setelah tersedia di PC, Xbox 360 dan PS3, publisher berambisi buat membawanya ke platform game current-gen. Inkarnasi terakhir dari RPG open world fenomenal itu adalah edisi VR dan Switch.

Bethesda tentu saja menyadari hal tersebut. Sebagai respons candaan serta meme yang beredar, mereka mengumumkan Skyrim: Very Special Edition di E3 2018. Versi ini dipresentasikan dalam video yang dibintangi komedian Keegan Michael-Key, di mana Skyrim bisa diakses Amazon Echo. Selanjutnya, sang narator mengungkap ‘rencana’ Betheda untuk melepasnya pula di Etch A Sketch, pager Motorola, sampai kulkas pintar Samsung.

Banyak orang mengira ini hanyalah cara publisher mengapresiasi guruan fans, hingga mereka sadar Bethesda ternyata betul-betul menggarapnya. Betul sekali, Skyrim bisa Anda mainkan dengan bantuan Amazon Alexa. Tapi berbeda dari versi PC/console-nya, ‘Very Special Edition’ disuguhkan seperti permainan petualangan berbasis teks, namun disuguhkan dalam bentuk audio – seperti sesi menikmati game tabletop berbekal AI.

Anda bisa segera mencobanya jika kebetulan mempunyai Echo atau Echo Dot. Bahkan berdasarkan laporan Polygon, Anda tak memerlukan speaker pintar Amazon itu, cukup perlu mengunduh aplikasi Amazon di iDevice atau menginstal Alexa di perangkat Android. Sesudah itu silakan buka app, tap icon Alexa, kemudian bilang: “Alexa, open Skyrim.

Skyrim 1

Dan kebetulan, seorang pengguna Reddit menemukan bahwa unit toilet pintar baru buatan Kohler ternyata kompatibel dengan AI Alexa. Toilet high-end bernama Numi itu bisa mendengar perintah suara Anda dan melakukan sejumlah hal, seperti mengangkat dudukan toilet hingga memutar musik. Dan dengan adanya Skyrim di sana, Anda bisa bertualang secara imajinatif sembari mengosongkan usus besar.

Dibanderol seharga US$ 6.000, Kohler Numi merupakan perangkat paling mahal yang bisa Anda beli untuk memainkan Skyrim. Dengannya, Anda tidak perlu bingung jika lupa membawa smartphone ke toilet: Anda bisa berburu naga, bertarung melawan raskasa, atau menjelajahi reruntuhan Dwemer.

Saya belum mengetahui seberapa besar isi konten Skyrim di Alexa, namun kapabilitas ini mengindikasikan bahwa game secara teori dapat berjalan di perangkat apapun yang mempunyai sirkuit elektronik. Mungkin Skyrim di smart refrigerator Samsung bukan sekadar gurauan. Dan coba Anda bayangkan rasanya sensasi bermain Skyrim di oven pintar…

Via GamesRadar.

Si Buyung Nantinya Bisa Mengakses Spotify Dari Amazon Echo Dot Kids

Semakin instensnya penggunaan perangkat teknologi di kalangan anak-anak menyadarkan produsen bahwa ada banyak hal bisa digarap untuk segmen ini. Inkarnasinya hadir dalam berbagai wujud: laptop, smartwatch, hingga produk-produk audio semisal headphone dan speaker pintar. Setidaknya ada dua hal yang menjadi perhatian dalam menggarap perangkat khusus si kecil: akses dan keamanan.

Di bulan April kemarin, Amazon memperkenalkan versi anak-anak dari speaker Echo Dot. Seperti penjelasan Glenn di artikelnya, Echo Dot Kids Edition mempunyai penampilan yang identik dengan varian standar; hanya saja, bundel pembelian telah dibekali case pelindung dan juga disertai garansi dua tahun yang terdiri dari layanan perbaikan hingga penukaran unit jika terjadi kerusakan.

Amazon Echo Dot Kids Edition 1

Perbedaan signifikan bisa kita lihat dari fiturnya. Echo Dot Kids Edition dibekali fitur pembatas waktu pemakaian, parental control, lalu orang tua dapat  menonaktifkan fungsi transaksi via suara. Kemampuan edukasi turut menjadi andalan Amazon di sana. Dengan membeli Echo Dot Kids Edition, Anda memperoleh akses ke layanan FreeTime Unlimited selama setahun, berisi ratusan jam konten edukasi dan audio book. Alexa di sana lebih dispesialisasikan ke DJ-DJ, komedian dan ‘pendongeng’ yang akrab buat anak-anak.

Namun mungkin Anda melihat satu kekurangan dalam penyajiannya: absennya dukungan layanan streaming musik Spotify. Spotify merupakan salah satu platform hiburan terpopuler di Bumi. Di Indonesia, kehadirannya mulai menggantikan peran music player dedicated (setidaknya di kalangan awam). Tapi di momen perilisannya, Echo Dot Kids Edition baru dibekali Amazon Music dan iHeartRadio – layanan yang boleh jadi jarang kita sentuh.

Amazon Echo Dot Kids Edition 2

Kabar gembiranya, keterbatasan ini akan berubah di waktu dekat. TechCrunch menginformasikan bahwa dukungan Spotify siap mendarat di Echo Dot Kids Edition minggu ini. Saat Spotify dibuka nanti, fitur filter ‘konten eksplisit’ secara otomatis menyala. Kemudian pengguna Spotify yang tidak berlangganan FreeTime tetap bisa menyaring lirik-lirik lagu yang tidak sesuai seperti ketika menggunakan Amazon dan Pandora.

Terhitung minggu lalu, Amazon mulai meluncurkan konten-konten baru dari Disney. Sebelumnya, Echo Dot Kids Edition telah mendapatkan Disney Dailies – berisi lelucon dan komedi sketsa berbasis jagat Zootopia. Nantinya, smart speaker Amazon itu akan kedatangan update Daily Stories dari Incredibles 2, Doc McStuffins, Wall-E, serta ‘alarm karakter’ dari film Coco dan Moana.

Amazon Echo Dot Kids Edition 3

Echo Dot Kids Edition sudah dipasarkan di Amazon, dibanderol US$ 30 lebih mahal dari varian standar, yakni US$ 80. Berdasarkan keterangan di situs eCommerce raksasa itu, produk tersebut siap dikirimkan ke Indonesia.

Lego Ingin Sesi Bermain Duplo Jadi Lebih Interaktif dengan Bantuan Alexa

Kegunaan asisten virtual Amazon Alexa ada banyak sekali. Namun dari sekian banyak, sebelumnya mungkin belum terbayang skenario di mana Alexa bisa menjadi pendamping bermain anak-anak. Tak usah dibayangkan, sebab Lego sudah mewujudkannya lewat skill Alexa baru bernama Lego Duplo Stories.

Sesuai namanya, skill Alexa yang satu ini dimaksudkan untuk menjadi pelengkap sesi bermain Lego Duplo, yang ditujukan buat anak-anak berusia 2 – 5 tahun. Lego Duplo Stories pada dasarnya bisa dilihat sebagai pengalaman interaktif yang memadukan aspek storytelling dan permainan fisik dengan balok-balok Lego Duplo.

Total ada 10 tema yang diangkat Duplo Stories; lima seputar binatang, dan lima sisanya seputar alat transportasi. Masing-masing tema sengaja dicocokkan dengan varian Lego Duplo yang ada, sehingga orang tua tidak perlu membeli set Duplo baru apabila hendak mengajak anaknya menikmati sesi interaktif ini.

Lego Duplo Stories

Cara kerjanya sederhananya begini: instruksikan Alexa untuk membuka Duplo Stories, lalu pilih tema cerita yang diinginkan. Dari situ Alexa akan mulai bercerita, dan anak-anak akan diajak untuk menyusun balok-balok Duplo seiring berjalannya cerita. Arah ceritanya pun tidak linear, melainkan ditentukan oleh pilihan sang anak.

Lego percaya bahwa Duplo Stories bisa membantu anak-anak mengasah sejumlah bakatnya, baik yang bersifat konstruktif, eksploratif maupun yang menyangkut roleplaying. Anak-anak akan diajak bermain sambil belajar angka, warna, artikulasi maupun tantangan menyusun balok-balok Duplo.

Lego Duplo Stories bisa diakses lewat perangkat apapun yang mengemas integrasi Alexa, termasuk halnya speaker kecil Echo Dot, yang baru-baru ini kedatangan versi khusus untuk anak-anak. Mengingat lini Amazon Echo sendiri belum tersedia di banyak negara, Lego untuk sekarang baru merilis Duplo Stories di Amerika Serikat dan Inggris Raya saja.

Sumber: Lego.