Jabra Hadirkan Headset Evolve2 75, Disiapkan Untuk Menunjang Sistem Kerja Hybrid

Sudah sekitar dua tahun sejak tren bekerja dari rumah dimulai. Kini setelah kondisi pandemi covid-19 terkendali, beberapa perusahaan mulai mengadopsi model kerja hybrid.

Berdasarkan survei McKinsey 2021. Diperkirakan 90% pekerja eksekutif memproyeksikan adanya adaptasi sistem bekerja secara hybrid untuk diimplementasikan secara lebih masif dalam waktu dekat.

Sementara, riset Jabra Hybrid Working Knowledge Worker Report 2021 menyebutkan bahwa 68% di antara karyawan menganggap bahwa kerja yang ideal terdiri atas perpaduan dari sistem bekerja secara remote di rumah dan juga di kantor.

Melonjaknya praktik model kerja baru ini perlu juga diimbangi dengan inovasi perangkat kerja yang mendukung. Untuk menjawab tantangan dan kebutuhan pasar Indonesia akan perangkat kerja profesional, Jabra meluncurkan headset terbaru dari lini Evolve, yang menyediakan berbagai jenis headset untuk segmen pengguna enterprise, yakni Evolve2 75 dan dibanderol Rp6 juta.

Riset Global Jabra 2021 tentang Hybrid Working juga menunjukkan bahwa 85% pekerja mengatakan bahwa mereka dapat lebih nyaman dalam bekerja ketika mereka merasa didukung dengan kualitas audio, video, dan konektivitas yang baik.

Evolve2 75 secara khusus dirancang untuk meningkatkan kemudahan bekerja secara fleksibel dan tersertifikasi pada seluruh platform UC utama. Ia mengedepankan faktor kenyamanan, kebutuhan konsentrasi, dan kolaborasi. Ketiga hal tersebut kerap menjadi tantangan terbesar dalam penerapan model kerja hybrid.

Untuk Evolve2 75, Jabra telah merancang penutup telinga secara ergonomis, dengan bahan kulit buatan, dan bantalan ganda untuk meningkatkan sirkulasi udara serta mengurangi tekanan pada telinga. Juga dioptimalkan dengan lengkungan dan lapisan ikat kepala yang membuat headset tetap berada di tempatnya dengan aman.

Desain Evolve2 75 juga ditujukan untuk meningkatkan performa fitur active noise cancellation, guna memaksimalkan kenyamanan tanpa harus berkompromi pada masalah suara. Ya, Evolve2 75 merupakan headset pertama dari lini headset Jabra Evolve yang menyematkan fitur Jabra Advanced Active Noise Cancellation (ANC) yang dapat disesuaikan.

Fitur ini memungkinkan pengguna untuk mengatur besar kecilnya noise dari lingkungan sekitar yang terdengar ketika menggunakan headset. Ada tombol ‘HearThrough’ yang memungkinkan pengguna mendengar suara di sekitar ketika dibutuhkan tanpa harus melepaskan headset.

Selain itu, fitur mute dan auto answer pada boom arm yang ada di perangkat baru ini 33 persen lebih pendek dari desain perangkat Evolve 75 terdahulu. Tangkai (arm) ini juga dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan Microsoft Open Office, ketika boom arm diputar ke posisi performance mode.

Fitur ini secara efektif dapat mengeliminasi suara sekitar di ruang terbuka atau di dalam ruangan yang bising. Boom arm dapat dengan mudah dilipat ketika diperlukan, dan untuk panggilan dengan kualitas audio yang baik ketika boom arm ‘disembunyikan’, headset dilengkapi fitur discreet mode.

Headset ini juga dibekali dengan teknologi 8-mikrofon yang bekerja dengan algoritma triple chipset Jabra. Teknologi ini mampu membedakan antara suara pengguna dengan kebisingan sekitar, memastikan suara yang dihasilkan ketika melakukan panggilan terdengar tajam.

Terakhir, jangkauan nirkabelnya mencakup 30 meter dan dibekali konektivitas ganda yang memungkinkan terhubung baik ke laptop maupun smartphone. Masa pakai baterainya hingga 25 jam waktu bicara atau 36 jam untuk mendengarkan musik, serta dilengkapi teknologi charge-and-talk dan kemampuan pengisian cepat baru.

Harga Beda Sedikit, Beats Fit Pro Bisa Jadi Alternatif yang Lebih Menarik Ketimbang AirPods 3

Apple belum lama ini meluncurkan AirPods generasi ketiga dengan desain baru dan kinerja audio yang lebih superior, tapi tanpa active noise cancellation (ANC) meski harganya dipatok $179. Kalau itu terdengar mengecewakan, Anda mungkin bisa mengalihkan perhatian ke TWS baru keluaran Beats berikut ini.

Dinamai Beats Fit Pro, ia bisa dianggap sebagai versi lebih canggih dari Beats Studio Buds yang dirilis beberapa bulan lalu. Wujudnya pun sepintas kelihatan mirip seperti Studio Buds. Bedanya, Fit Pro dilengkapi semacam sirip lentur (wingtip) yang akan memastikan perangkat tidak mudah terlepas dari telinga, bahkan ketika pengguna sedang aktif mengikuti sesi Apple Fitness+ sekalipun.

Hal lain yang sangat membedakan Fit Pro adalah penggunaan chip Apple H1 (yang absen pada Studio Buds). Berkat chip ini, Fit Pro mampu menawarkan fitur-fitur andalan lini AirPods macam one-touch pairing atau auto-switching antara perangkat-perangkat yang terhubung ke satu akun iCloud.

Beats bahkan tidak lupa menyematkan sensor skin-detect yang sama seperti milik AirPods 3 sehingga Fit Pro mampu memutar atau menyetop jalannya audio secara otomatis ketika dipasang atau dilepas dari telinga.

Namun bagian yang membuatnya jauh lebih menarik ketimbang AirPods 3 adalah keberadaan ANC yang adaptif sekaligus transparency mode (yang keduanya absen di AirPods 3). Ini secara langsung menempatkan Beats Fit Pro sebagai alternatif terhadap AirPods Pro, apalagi mengingat ia juga mengusung fitur Adaptive EQ dan dynamic head tracking untuk konten spatial audio (termasuk Dolby Atmos).

Semuanya kian disempurnakan oleh daya tahan baterai yang terbilang awet; hingga 6 jam nonstop dengan ANC menyala, plus 18 jam daya ekstra yang disuplai oleh charging case-nya (total 24 jam). Fast charging pun turut didukung; pengisian selama 5 menit sudah cukup untuk menenagai perangkat selama 1 jam pemakaian. Sayang sekali case-nya tidak mendukung wireless charging.

Di Amerika Serikat, Beats Fit Pro dihargai $200, cuma $20 lebih mahal ketimbang AirPods 3. Pilihan warna yang tersedia ada empat: hitam, putih, abu-abu, dan ungu.

Sumber: Business Wire.

[Review] Huawei Freebuds 4: TWS Open-fit dengan ANC 2.0, Suara Bagus tanpa Gangguan Suara Luar

Huawei merupakan salah satu produsen AIoT yang memperkenalkan teknologi active noise cancelling pada produk True Wireless Stereo-nya di Indonesia. Berselang 2 tahun kemudian, Huawei kembali meluncurkan produk TWS-nya yang memiliki teknologi ANC yang lebih canggih lagi. Produk tersebut adalah penerus dari Huawei Freebuds 3, yaitu Huawei Freebuds 4.

Berbeda dengan Huawei Freebuds 4i yang memiliki desain in-ear, Freebuds 4 masih mengadopsi desain yang sama dengan Freebuds 3, yaitu Open-Fit. Unit review dari Huawei ini juga sudah menghampiri rumah saya semenjak bulan lalu. Dan semenjak itu, saya penasaran ingin mencoba teknologi ANC 2.0 yang dibenamkan pada TWS baru ini. Huawei juga mengatakan bahwa Freebuds 4 sudah dicoba dengan berbagai macam bentuk telinga sehingga ANC-nya lebih efektif dibandingkan seri sebelumnya.

Hal tersebut juga lah yang membuat saya sangat tertarik untuk mencobanya. Saya merupakan salah satu orang yang kurang cocok dengan TWS dengan desain Open-Fit. Hal tersebut tentu saja karena TWS jenis ini mudah tergeser ke bagian luar sehingga suara dari driver tidak sepenuhnya masuk ke rongga telinga serta noise dari luar yang mengganggu suara.

Huawei Freebuds 4 sendiri memiliki spesifikasi sebagai berikut

Bobot 4,1 gram per earbuds, 38 gram case
Versi Bluetooth 5.2
Ukuran Driver ⌀14,3 mm dynamic
Dimensi 41,4 x 16,8 x 18,5 mm (earbud), ⌀58 x 21,2 mm (case)
Kapasitas Baterai 30 mAh (per earbud), 410 mah (case)

Seperti pendahulunya, Huawei Freebuds 4 masih menggunakan driver besar dengan dimensi 14,3 mm. Driver berukuran besar ini memang cocok untuk melepaskan suara dengan lebih kuat ke rongga telinga pada model Open-fit. Huawei juga menjanjikan latensi rendah, yaitu 150ms pada smartphone EMUI serta 90 ms pada sistem operasi HarmonyOS. Sayangnya, saya sedang tidak memegang perangkat HarmonyOS pada saat pengujian.

Unboxing

Pada paket penjualan dari Huawei Freebuds 4 hanya akan ditemukan sebuah kabel USB-C untuk mengisi daya. Bagi pengguna yang memakai smartphone dengan port USB-C tentunya tidak perlu menggunakan kabel ini dan bisa memakai bawaan dari smartphone-nya.

Desain

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Huawei Freebuds 4 menggunakan model Open ear atau Open fit. Model ini sendiri akan digantung pada celah yang ada di telinga bagian bawah. Oleh karena itu, model Open fit tentu tidak akan masuk rapat ke rongga telinga dan seringkali tergeser ke luar. Dengan begitu, suara dari luar akan masuk ke rongga telinga sehingga suara dari driver kerap terganggu dan tidak penuh dan di sinilah ANC 2.0 dari Huawei berfungsi.

Sama seperti TWS yang beredar di pasaran, Huawei Freebuds 4 masih menggunakan bahan plastik polikarbonat yang tebal. Saat dipegang, TWS ini memang terasa kokoh sehingga saya tidak terlalu khawatir jika perangkat ini jatuh dari telinga. Charging case-nya pun juga dibuat sangat kokoh oleh Huawei sehingga tidak perlu khawatir untuk menaruhnya pada kantong belakang celana Anda.

Pada setiap earbuds-nya terdapat sebuah speaker, microphone, serta beberapa sensor. Pada bagian batang setiap earbuds-nya terdapat sensor sentuh yang bisa dikonfigurasi fungsinya dari aplikasi AI Life. Sensor tersebut memiliki 3 jenis gesture, yaitu sentuh 1x, sentuh 2x, dan menggeser dari atas ke bawah atau sebaliknya. Dan pada bagian bawah dari TWS ini terdapat konektor untuk mengisi ulang baterai dari case-nya.

Pada charging case-nya sendiri terdapat sebuah LED pada bagian depannya. Saat case ini terbuka, earpiece-nya akan langsung mencari perangkat bluetooth lainnya untuk melakukan pairing atau langsung terhubung. Pada bagian kanannya terdapat sebuah tombol untuk melakukan pairing dengan perangkat lainnya.

Huawei telah membenamkan driver berukuran besar ke dalam TWS Open-fit ini. Dengan dimensi yang sedikit lebih besar dibandingkan sang pendahulunya, Freebuds 4 pun memiliki driver 14,3 mm. Penggunaan driver yang lebih besar sendiri juga membuat suara pada bagian bass menjadi lebih baik. Hal ini pula lah yang dibutuhkan pada sebuah TWS dengan model ini.

Baterai yang ditanamkan pada kedua buah earpiece ini memiliki kapasitas 30 mAh. Dengan kapasitas ini, Huawei menjanjikan pemakaian hingga 4 jam tanpa ANC dan 2,5 jam dengan ANC. Untuk Charging case-nya sendiri sudah ditanamkan baterai 410 mAh yang membuat total pemakaian bisa mencapai 22 jam atau seharian penuh. Pengisian baterai charging case-nya sendiri menggunakan USB-C yang sudah umum digunakan saat ini.

Untuk orang yang sering berkeringat seperti saya, tidak perlu lagi khawatir TWS-nya akan rusak. Huawei Freebuds 4 sudah memiliki sertifikasi IP4X yang tahan terhadap percikan air. Jadi, perangkat ini juga cocok dijadikan perangkat penghilang kebosanan saat sedang berolah raga sendirian.

Huawei Freebuds 4 menggunakan sebuah aplikasi yang bernama AI Life. Aplikasi ini akan memperlihatkan informasi mengenai Huawei Freebuds 4, seperti sisa baterai. Selain itu, aplikasi ini juga bisa mengubah setting seperti gesture dan mengkonfigurasi ANC yang ada. Tentunya, aplikasi ini juga bisa melakukan upgrade firmware.

Menggunakan selama sebulan

TWS dengan model Open-ear memang tidak cocok untuk orang dengan telinga seperti saya. Setiap kali memasangkannya pada telinga, selalu saja ujung eartips menjauh dari rongga telinga. Hal tersebut tentu saja membuat suara yang dihantarkan dari driver ke telinga berkurang dan menjadi tidak lengkap. Oleh karena itu, saya sangat tertarik untuk mencoba ANC yang ada pada TWS ini.

Setelah membuka paket penjualannya, saya langsung menghubungkannya ke smartphone yang digunakan. Perangkat ini sudah mendukung codec SBC dan AAC dalam mentransfer suara. Aplikasi AI Life juga langsung mendeteksi perangkat yang satu ini. Setelah itu, sebuah firmware pun juga terdeteksi setelah terhubung dengan aplikasi tersebut, sehingga ada beberapa peningkatan pada Huawei Freebuds 4 yang saya gunakan.

 

Sekarang waktunya memasangkan perangkat ini pada kedua telinga saya. Tentunya saat memasangkan kedua earpiece tersebut, tidak ada yang berbeda dengan TWS Open-fit pada umumnya. Ujung dari earpiece lagi-lagi tidak mencapai rongga telinga sehingga saya cukup jelas mendengar semua suara di sekitar saya.

Kemampuan ANC 2.0 pada TWS ini pun saya uji kebenarannya. Saat menyalakannya, suara yang ada dari luar memang terdengar lebih kecil dibandingkan biasanya. Suara kipas PC yang biasanya cukup terdengar, sekarang terdengar sekitar 30-40%-nya saja. Apalagi suara ketikan dari sebuah keyboard mechanical yang menjadi hampir tidak mengganggu.

Setelah itu, saya langsung mendengarkan sebuah lagu dari aplikasi Spotify. Dengan menggunakan bitrate tertinggi (Vorbis 320 Kbps), saya mencoba pada volume sekitar 80% saja. Ternyata, suara yang ada dari luar menjadi sangat kecil sehingga suara dari lagu yang dimainkan menjadi dominan. Hal ini tentunya menambah kenyamanan pemakainya dalam mendengarkan musik.

Sayangnya, karena terdapat celah antara earpiece dan rongga telinga, membuat saya harus menaikkan volume suara menjadi 90%-100%. Pada tingkat ini, suara dari luar sudah hampir tidak terdengar sama sekali. Selain itu, menaikkan volume dari TWS ini juga diperlukan karena memang suara yang dihasilkan terdengar kurang kuat.

Satu hal yang pasti pada perangkat TWS ini adalah suara vokal yang dihasilkan terdengar jernih. Untuk channel high dan low, akan cukup menyenangkan mereka yang menyukai profil balanced. Untuk saya, TWS memberikan bass yang kurang dominan sehingga harus menyalakan fungsi bass boost pada aplikasi AI Life. Setelah itu, baru TWS ini terasa pas suaranya.

Mendengarkan lagu dengan format FLAC bahkan menjadi lebih enak untuk ukuran TWS Open-fit. Saya bisa mendengar petikan senar gitar dengan cukup jelas pada lagu Tears in Heaven. Tentunya suara dari Eric Clapton sendiri terdengar jelas dan tidak mendominasi. Untuk urusan mendengar musik, TWS ini berhasil memikat hati saya.

Dengan menyalakan ANC-nya, saya juga mencoba menonton film-film yang ada di Netflix. Hasilnya memang cukup menyenangkan. Suara yang ada terasa sangat fokus pada film tersebut dan hampir tidak terdengar suara lain dari luar. Akan tetapi apabila ada orang didekat saya sedang berbicara, tentu saja masih akan terdengar suaranya.

Dengan janji latensi yang rendah, tentu saja saya mencoba TWS ini dengan bermain game. Saya mencoba TWS ini dengan bermain game di PC, yaitu Shadow of the Tomb Raider dan Valorant. Alangkah senangnya pada kedua game ini, delay yang terjadi hampir tidak terasa sama sekali. Suara langkah musuh bisa saya dengar dengan jelas dan tepat.

Terakhir adalah pengujian untuk melakukan panggilan dengan menggunakan Whatsapp Call. Saya pun mencoba di luar ruangan yang memiliki banyak gangguan suara dan angin. Call Noise Cancellation yang ada bisa meredam gangguan dengan cukup baik, walaupun belum mengisolasi suara saya secara utuh.

Janji Huawei untuk daya tahan baterai pada TWS ini ternyata cukup tepat. Tanpa ANC, saya bisa menggunakannya hingga 4 jam. Untuk ANC, TWS ini akan mati dalam waktu sekitar 2,5 jam saja. Untuk mengisi baterai pada earpiece-nya, akan penuh dalam waktu sekitar 30 menit.

Verdict

Membeli sebuah TWS Open-Fit akan terasa sama jika tidak memiliki sebuah Active Noise Cancelling. Hal tersebut disebabkan oleh adanya celah yang cukup besar antara eartips dengan rongga telinga. Hal tersebut akan membuat suara dari luar masuk ke telingga sehingga suara dari TWS akan memudar. Masalah ini pun dipecahkan oleh Huawei dengan mengeluarkan Freebuds 4.

Teknologi Open-fit noise cancellation yang ada pada Huawei Freebuds 4 memang membuatnya berbeda dari TWS lain. Walaupun posisinya tidak pas pada telinga saya, suara yang dihadirkan pun menjadi lebih terdengar karena suara dari luar akan terhalau oleh ANC. Dengan volume penuh, suara luar akan terasa terisolasi dan akan memberikan suara yang bagus.

Daya tahan baterai dari TWS ini juga cukup baik saat tidak menyalakan ANC-nya. Selain itu, IP4x juga menjamin bahwa perangkat ini tidak rusak akibat terkena keringat di telinga. Latensi pada perangkat ini juga cukup kecil yang membuatnya pas untuk bermain game.

Untuk semua fitur yang dihadirkan, Huawei menjual Freebuds 4 dengan harga Rp. 2.199.000. Dengan harga tersebut, konsumen akan mendapatkan sebuah TWS Open-fit yang terasa pas untuk semua telinga berkat ANC 2.0-nya. Huawei menjual TWS ini pada jalur distribusi mereka baik online maupun offline.

Sparks

  • Teknologi ANC yang membuat TWS ini mirip in-ear
  • Kualitas suara yang dihasilkan bagus
  • Desainnya cukup nyaman di telinga
  • Aplikasi AI Life menyediakan fungsi yang cukup lengkap
  • Latensi kecil yang nyaman untuk bermain game

Slacks

  • Suara yang dihasilkan terasa kurang keras
  • Daya tahan baterai, terutama dengan ANC, kurang lama

Dibanderol $170, Soundcore Liberty 3 Pro Tawarkan ANC Adaptif dan Dukungan Codec LDAC

Sub-brand khusus audio milik Anker, Soundcore, meluncurkan TWS baru untuk segmen premium. Dijuluki Liberty 3 Pro, ia merupakan penerus langsung dari Liberty 2 Pro yang dirilis di tahun 2019, dan bersamanya hadir sejumlah pembaruan signifikan tanpa kenaikan harga yang kelewat jauh.

Seperti pendahulunya, Liberty 3 Pro juga mengutamakan kualitas suara terbaik dengan mengandalkan konfigurasi dual driver. Tim Soundcore sekali lagi berkolaborasi dengan deretan produser audio pemenang Grammy Award dalam mengoptimalkan suara yang dihasilkan.

Secara teknis, Liberty 3 Pro mengemas sebuah dynamic driver berdiameter 10,6 mm dan sebuah balanced armature driver pada masing-masing earpiece-nya. Dibandingkan pendahulunya, Liberty 3 Pro menjanjikan reproduksi detail yang lebih baik tanpa menambah distorsi.

Lebih lanjut, Liberty 3 Pro turut mendukung codec LDAC layaknya Sony WF–1000XM4 (yang dibanderol lebih mahal), yang berarti ia dapat mentransmisikan lebih banyak data via Bluetooth demi menyajikan kualitas audio yang lebih prima. Di luar LDAC, perangkat tetap kompatibel dengan codec standar seperti AAC dan SBC.

Teknologi HearID yang hadir di versi sebelumnya kembali menjadi suguhan spesial di sini. Dari perspektif sederhana, HearID berfungsi untuk menyesuaikan profil suara yang dihasilkan dengan kemampuan mendengar masing-masing pengguna.

Pembaruan paling signifikan yang Liberty 3 Pro bawa adalah active noise cancellation (ANC). Bukan sembarang ANC, tapi yang ditandemkan dengan teknologi HearID tadi sehingga dapat beradaptasi dengan kondisi di sekitar pengguna, menyesuaikan intensitas kinerja noise cancelling-nya secara otomatis.

Seperti kebanyakan TWS yang menawarkan ANC, Liberty 3 Pro turut menawarkan fitur ambient mode. Soundcore pun tidak lupa menyematkan teknologi noise reduction berbasis AI pada total enam mikrofon yang tertanam demi menangkap suara pengguna sejernih mungkin selama perangkat dipakai menelepon.

Secara fisik, Liberty 3 Pro diklaim 30% lebih ringkas daripada pendahulunya. Desainnya tampak mirip dengan semacam sirip untuk membantu menstabilkan posisi perangkat di telinga, tapi secara keseluruhan tampak lebih terpoles. Perangkat tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX4, sementara kontrolnya mengandalkan panel sentuh.

Dalam sekali charge, Liberty 3 Pro diklaim mampu beroperasi selama 6 jam dengan ANC, atau 8 jam tanpa ANC. Charging case-nya mampu mengisi ulang perangkat dari kosong hingga penuh sebanyak tiga kali. Selain menggunakan kabel USB-C, case-nya juga dapat diisi ulang menggunakan Qi wireless charger.

Di Amerika Serikat, Soundcore Liberty 3 Pro saat ini sudah dipasarkan dengan harga $170, cuma $20 lebih mahal ketimbang harga pendahulunya ketika pertama diluncurkan. Pilihan warna yang tersedia ada empat: hitam, putih, abu-abu, dan ungu.

Sumber: Engadget dan PR Newswire.

Bose QuietComfort 45 Disingkap, Kini dengan ANC yang Lebih Efektif Mengeliminasi Suara Obrolan

Bose punya headphone nirkabel baru. Namanya QuietComfort 45, dan ia merupakan penerus langsung dari salah satu headphone nirkabel terpopuler Bose, QuietComfort 35 II. Apa saja pembaruan yang dihadirkan? Kalau cuma melihat kulit luarnya, kita rupanya tidak akan menjumpai begitu banyak perubahan.

Secara keseluruhan, desain Bose QC45 tampak sangat mirip dengan pendahulunya. Konstruksinya masih mengandalkan bahan plastik, tapi itu berarti bobotnya tetap enteng di angka 238 gram. Juga tidak berubah adalah mekanisme lipat pada earcup-nya, sangat memudahkan untuk disimpan dan dibawa-bawa.

Masih soal desainnya, Bose bilang bahwa mereka telah menyingkirkan jahitan dan lipatan-lipatan kecil pada bagian yang terbuat dari material lembut, serta mengganti celah-celah di antara berbagai komponen dengan transisi yang lembut. Desain QC45 lebih refined, mungkin begitu maksud yang hendak disampaikan Bose.

Beralih ke kinerja audio, Bose sama sekali tidak menyinggung adanya perubahan, sehingga bisa kita asumsikan kualitas suara QC45 sama baiknya seperti QC35 II. Yang disempurnakan justru adalah kinerja fitur active noise cancelling-nya (ANC).

Bose memang tidak menjelaskan secara mendetail apa saja yang diubah dari sistem ANC-nya, tapi yang pasti QC45 mampu mengeliminasi suara di frekuensi menengah (mid-range) secara lebih efektif. Di frekuensi ini, suara yang paling umum adalah suara obrolan manusia. Artinya, QC45 lebih bisa diandalkan di tempat-tempat seperti kereta komuter, kantor, maupun kafe.

Tidak seperti Bose Noise Cancelling Headphones 700, intensitas ANC di QC45 tidak dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan. Pengguna QC45 hanya bisa memilih antara mode Quiet dan Aware, yang cara kerjanya bertolak belakang: Quiet akan mengeliminasi suara di sekitar pengguna, sedangkan Aware justru membiarkan suara-suara dari luar masuk. Di headphone lain, mode Aware ini biasa dikenal dengan istilah transparency atau ambient mode.

Selain kinerja ANC, penyempurnaan lain yang QC45 bawa mencakup mic yang lebih andal, Bluetooth 5.1 dengan dukungan multipoint pairing (bisa dihubungkan ke dua perangkat secara bersamaan), dan port USB-C untuk charging.

Dalam sekali pengisian, QC45 diklaim mampu bertahan sampai 24 jam pemakaian. Cukup lumayan meski masih kalah dari Sony WH-1000XM4 (30 jam). Untuk mengisi baterainya sampai penuh, pengguna QC45 butuh meluangkan waktu sekitar dua jam. Namun seandainya terburu-buru, charging selama 15 menit saja sudah bisa memberikan daya yang cukup untuk pemakaian selama 3 jam.

Di Amerika Serikat, Bose QuietComfort 45 saat ini telah dipasarkan seharga $330. Pilihan warna yang tersedia ada dua, yakni hitam dan putih, semuanya dengan finish matte.

Sumber: CNET dan Bose.

Yamaha YH-L700A Adalah Headphone Nirkabel Premium dengan ANC dan 3D Audio

Dewasa ini, headphone nirkabel tidak bisa hanya mengandalkan kualitas suara dan desain semata. Fitur ekstra macam active noise cancellation (ANC) perlahan juga mulai menjadi standar wajib yang harus dipenuhi, dan tidak jarang pabrikan turut menyematkan fitur lain yang tak kalah inovatif, seperti misalnya 3D audio berbasis head tracking.

Dua fitur inilah yang menjadi nilai jual utama headphone terbaru Yamaha, YH-L700A. Perangkat tak hanya dibekali fitur ANC yang efektif meredam suara di sekitar tanpa memengaruhi kualitas suara yang dihasilkan, melainkan juga kemampuan untuk mendeteksi pergerakan kepala penggunanya. Sederhananya, efek 3D audio yang dihasilkan bisa terkesan lebih immersive karena akan selalu disesuaikan dengan orientasi kepala pengguna secara real-time.

Teknologi 3D audio atau spatial audio berbasis head tracking bukanlah hal yang benar-benar baru. Produsen headphone Audeze bahkan sudah mengimplementasikannya sejak tahun 2018 pada sebuah headset gaming bernama Mobius, dan belum lama ini, Apple menyingkap AirPods Max yang juga mengunggulkan fitur serupa. Seperti yang kita tahu, Apple cukup sering memopulerkan suatu tren teknologi, dan sepertinya 3D audio bakal jadi yang selanjutnya.

Fitur lain yang ditawarkan YH-L700A mencakup Listening Optimizer, yang memanfaatkan mikrofon di bagian dalam earcup untuk mengukur seberapa kedap perangkat membungkus telinga. Dengan kata lain, optimasinya bakal berbeda untuk setiap pengguna karena bentuk telinga mereka berbeda satu dengan yang lainnya.

Selanjutnya ada fitur Listening Care, yang pada dasarnya bakal menjaga konsistensi dynamic range yang dihasilkan di volume apapun. Harapannya adalah supaya pengguna tidak harus menyetel musik dalam volume yang keras untuk bisa mendengarkan seluruh detail suara dengan baik.

Seperti halnya headphone modern lain yang dibekali ANC, Yamaha YH-L700A juga dilengkapi fitur ambient mode agar pengguna dapat mendengarkan suara di sekitarnya tanpa perlu melepas headphone saat dibutuhkan. Semua fitur ini dapat diakses melalui aplikasi pendamping yang tersedia di platform Android maupun iOS.

Perihal baterai, Yamaha mengklaim daya tahan baterai hingga 34 jam nonstop dengan fitur ANC aktif. Angka tersebut cukup impresif dan selevel dengan yang ditawarkan Bang & Olufsen Beoplay HX. Yang jadi problem adalah ketika fitur 3D audio-nya diaktifkan, sebab daya tahan maksimumnya bakal langsung turun menjadi 11 jam saja.

Seperti yang sudah bisa diprediksi, semua fitur ini harus ditebus dengan modal yang tidak murah. Di Australia, Yamaha YH-L700A dijual seharga AU$700, atau kurang lebih sekitar 7,5 jutaan rupiah. Harga tersebut membuatnya berada jauh di atas level headphone ANC populer macam Sony WH-1000XM4, dan sudah mendekati level AirPods Max.

Sumber: What Hi-Fi.

Razer Opus X Adalah Headphone Seharga $100 dengan ANC dan Gaming Mode

Razer punya headphone nirkabel baru yang cukup menarik. Namanya Opus X, dan ia ditujukan untuk semua konsumen ketimbang hanya menyasar kalangan gamer saja. Kendati demikian, perangkat ini masih sangat ideal seandainya hendak dipakai selama sesi gaming.

Secara mendasar, Opus X merupakan versi lebih terjangkau dari Razer Opus yang diluncurkan tahun lalu. Harga kedua perangkat terpaut sekitar $50, tapi menariknya, perbedaan di antara keduanya tergolong cukup minimal.

Dari segi desain, Opus X tampak sangat mirip dengan Opus, hanya saja ia hadir dalam tiga pilihan warna yang jauh lebih mencolok. Ketimbang mengandalkan kontrol sentuh, Razer lagi-lagi lebih memilih menyematkan sejumlah tombol fisik. Pada Opus X, semua tombolnya diposisikan di earcup sebelah kanan.

Kesamaan selanjutnya adalah integrasi fitur active noise cancellation (ANC) sekaligus mode ambient. Cara mengaktifkan ANC atau mode ambient-nya agak berbeda di sini. Ketimbang mengandalkan tombol khusus untuk masing-masing mode, pengguna Opus X dapat mengklik tombol power untuk berganti-ganti antara ANC dan mode ambient.

Beralih ke perbedaannya, ada tiga yang termasuk cukup signifikan. Yang paling utama, Opus X tidak mengemas sertifikasi THX seperti kakaknya yang lebih mahal. Selanjutnya, Opus X juga tidak dilengkapi fitur auto-pause dan auto-play, yang akan aktif dengan sendirinya ketika perangkat dilepas atau dikenakan kembali. Terakhir, Opus X hanya dilengkapi Bluetooth 5.0 dan USB-C, tidak ada jack 3,5 mm sama sekali.

Relevansinya di kalangan gamer diwujudkan oleh fitur Gaming Mode, yang dapat diaktifkan dengan mengklik dan menahan tombol multifungsinya. Selagi aktif, latensi koneksi Bluetooth-nya akan ditekan sampai serendah 60 milidetik, sama seperti yang ditawarkan oleh seri TWS Razer HammerHead.

Terkait daya tahan baterai, Opus X justru lebih unggul ketimbang kakaknya. Ia bisa beroperasi selama 30 jam nonstop dalam sekali pengisian, atau malah sampai 40 jam kalau fitur ANC-nya dimatikan. Saat perangkat sedang tidak digunakan, earcup-nya bisa diputar 90°.

Di Amerika Serikat, Razer Opus X saat ini sudah dijual dengan harga $100, cukup terjangkau untuk ukuran headphone yang dibekali ANC serta mode khusus gaming untuk memangkas latensi.

Sumber: The Verge.

10 TWS dengan Fitur Active Noise Cancellation yang Bisa Dibeli di Indonesia

Ketika hendak membeli sebuah true wireless stereo alias TWS, kriteria apa saja yang Anda prioritaskan? Apakah kualitas suaranya? Desain dan kenyamanannya? Ketahanan baterainya? Atau adanya fitur-fitur pelengkap seperti active noise cancellation (ANC) maupun transparency mode?

Semua orang tentu punya preferensinya sendiri-sendiri. Namun tidak bisa dipungkiri, semakin ke sini keberadaan fitur ANC semakin dicari oleh konsumen. Jadi dengan hanya menekan sebuah tombol, suara-suara di sekitar akan dieliminasi sehingga pada akhirnya kita bisa hanyut dalam alunan musik.

Pandemi atau tidak, ANC menurut saya tetap relevan. Di saat pandemi seperti sekarang, ANC merupakan cara termudah untuk menjaga konsentrasi di tengah ramainya kediaman masing-masing. Lalu ketika pandemi sudah berakhir dan kita sudah kembali ke rutinitas awal, ANC pun jadi semakin berguna karena kita pasti akan kembali berhadapan dengan hiruk pikuk di tempat umum.

Singkat cerita, tidak ada ruginya menyisihkan dana ekstra untuk menggaet TWS yang dibekali ANC ketimbang yang tidak dibekali fitur tersebut. Kalau Anda butuh referensi, berikut adalah 10 TWS dengan active noise cancellation yang bisa dibeli di Indonesia saat ini.

Apple AirPods Pro

Apple AirPods Pro

Pilihan terbaik bagi para pengguna iPhone, AirPods Pro tak hanya menawarkan sistem ANC yang efektif, melainkan juga desain yang lebih ergonomis ketimbang AirPods versi standar. Untuk mengaktifkan atau menonaktifkan fitur ANC-nya, pengguna hanya perlu menekan bagian tangkainya, atau bisa juga melalui Control Center di iPhone atau iPad.

Dalam sekali charge, baterai AirPods Pro bisa tahan hingga 4,5 jam (dengan ANC aktif), dan charging case-nya bisa menyuplai lebih dari 24 jam daya ekstra. Bodinya sendiri tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX4.

Link pembelian: iBox Official Shop (Shopee) — Rp4.199.000

Samsung Galaxy Buds Pro

Samsung Galaxy Buds Pro

TWS terbaru Samsung yang diperkenalkan bersama Galaxy S21 Series, Galaxy Buds Pro hadir dengan desain yang lebih konvensional ketimbang Galaxy Buds Live, membuatnya lebih cocok di telinga lebih banyak konsumen. ANC dan transparency mode sudah pasti tersedia, namun yang tidak kalah menarik adalah fitur Voice Detect, yang akan mengecilkan volume secara otomatis ketika pengguna terdeteksi sedang berbicara.

Untuk baterainya, Buds Pro diklaim bisa tahan sampai 5 jam penggunaan (ANC aktif), atau total 18 jam kalau ditotal dengan tambahan daya dari charging case-nya. Semua itu dikemas dalam rangka yang tahan air (IPX7).

Link pembelian: Samsung Mobile Indonesia (Tokopedia) — Rp2.999.000

Sony WF-1000XM3

Sony WF-1000XM3

Diluncurkan di pertengahan tahun 2019, Sony WF-1000XM3 memang tidak bisa dibilang baru lagi, tapi itu bukan berarti ia sudah tidak layak untuk dibeli. Guna mewujudkan isolasi suara yang efisien, Sony menyematkan chip khusus yang didedikasikan untuk fitur ANC, sekaligus yang mencakup sebuah DAC (digital-to-analog converter) dengan kapabilitas pengolahan audio beresolusi 24-bit.

Baterainya tergolong awet, bisa tahan sampai 6 jam dalam sekali pengisian. Charging case-nya yang berukuran cukup bongsor bisa mengisi penuh perangkat sampai tiga kali (18 jam). Satu hal yang perlu diingat, pengguna TWS ini harus lebih berhati-hati karena perangkatnya tidak dirancang tahan air.

Link pembelian: Sony Audio Official (Tokopedia) — Rp2.399.000

Bose QuietComfort Earbuds

Bose QuietComfort Earbuds

Kurang afdal rasanya membahas soal noise cancelling tanpa menyebut salah satu pionir teknologinya, dan Bose sejak tahun lalu sudah membawanya ke ranah TWS lewat Bose QuietComfort Earbuds. Intensitas ANC di perangkat ini bisa diatur dengan 11 tingkatan yang berbeda, mulai dari yang paling kuat sampai yang paling minimal sehingga suara-suara dari luar masih bisa masuk.

Secara desain, TWS ini juga terkesan unik berkat semacam sirip kecil yang berfungsi untuk menambah kestabilannya selagi dikenakan, dan fisiknya secara keseluruhan tahan air dengan sertifikasi IPX4. Untuk baterainya, Bose mengklaim daya tahan hingga 6 jam pemakaian, atau total 18 jam kalau digandengkan bersama charging case-nya.

Anda bilang AirPods Pro mahal? Well, tidak ada apa-apanya jika dibanding TWS yang satu ini.

Link pembelian: Bose Official (Tokopedia) — Rp5.490.000

Jabra Elite 85t

Jabra Elite 85t

Seperti halnya Sony WF-1000XM3 tadi, Jabra Elite 85t turut mengemas chip khusus yang bertugas menangani fitur ANC. Ia pun juga mirip dengan penawaran dari Bose berkat kemudahan mengatur intensitas ANC dari 11 tingkatan yang berbeda. Lalu jika dibandingkan dengan produk dari generasi sebelumnya, Elite 85t menjanjikan kualitas suara yang lebih baik berkat driver berdiameter dua kali lebih besar.

Dengan ANC menyala terus, baterainya diperkirakan bisa tahan sampai sekitar 5,5 jam pemakaian, sedangkan charging case-nya menyimpan sekitar 19,5 jam daya ekstra. Ketahanan fisiknya sendiri dijamin oleh sertifikasi IPX4.

Link pembelian: Jabra Official Store (Tokopedia) — Rp2.959.000

Audio-Technica ATH-ANC300TW

Audio-Technica ATH-ANC300TW

Nama Audio-Technica mungkin lebih dikenal di kalangan profesional yang bekerja di industri rekaman ketimbang konsumen umum, namun itu bisa menjadi indikasi akan karakter suaranya yang mendetail. Di ATH-ANC300TW, legasi tersebut dikawinkan dengan fitur ANC tiga tahap, serta tentu saja kepraktisan yang ditawarkan form factor TWS.

Bodinya tahan cipratan air maupun keringat dengan sertifikasi IPX2. Ketimbang mengandalkan panel sentuh, pengoperasiannya masih menggunakan tombol fisik (bisa dianggap kelebihan atau kekurangan, tergantung preferensi masing-masing). Dalam sekali pengecasan, TWS ini bisa beroperasi hingga 4,5 jam nonstop, sedangkan charging case-nya siap menyuplai 13,5 jam daya ekstra.

Link pembelian: Audio-Technica Official (Tokopedia) — Rp2.690.000

1More True Wireless ANC

1More True Wireless ANC

1More membangun reputasinya lewat deretan earphone yang mengemas konfigurasi dual driver atau bahkan triple driver, dan TWS ini pun tidak terkecuali. Ketimbang hanya mengemas dynamic driver saja, masing-masing earpiece milik 1More True Wireless ANC turut mengusung satu driver ekstra yang berjenis balanced armature.

Konfigurasi yang tidak umum itu kemudian dikawinkan dengan fitur ANC, ditambah lagi baterai dengan daya tahan selama 5 jam pemakaian (21 jam kalau digabungkan bersama charging case-nya). Wujudnya terbilang ringkas, tapi sayang tidak ada sertifikasi ketahanan air.

Link pembelian: 1More Official Store (Tokopedia) — Rp2.399.000

Razer Hammerhead True Wireless Pro

Razer Hammerhead True Wireless Pro

Membawa nama Razer berarti perangkat ini harus bisa memenuhi kebutuhan para gamer, dan itu diwujudkan lewat fitur Gaming Mode, yang dapat diaktifkan dengan satu sentuhan untuk menurunkan latency-nya hingga menjadi 60 milidetik, memastikan audio dan video yang tersaji bakal selalu sinkron.

Di samping menawarkan ANC, Razer Hammerhead True Wireless Pro juga unik karena mengusung sertifikasi THX. Di setiap charge, baterainya bisa tahan sampai 4 jam pemakaian, sedangkan charging case-nya bisa mengisi ulang sampai empat kali (16 jam).

Link pembelian: Razer Store (Tokopedia) — Rp3.249.000

OPPO Enco X

OPPO Enco X

Dikembangkan bersama brand audio terkemuka asal Denmark, Dynaudio, OPPO Enco X mengemas konfigurasi dual driver yang terdiri dari magnetic balanced membrane driver dan dynamic driver, ditambah lagi dukungan Low-Latency High-Definition Audio Codec (LHDC) untuk streaming audio dalam resolusi yang lebih tinggi.

ANC dan transparency mode merupakan fitur standar pada Enco X, demikian pula ketahanan air dan debu dengan sertifikasi IP54. Selagi baterainya terisi penuh, Enco X dapat digunakan sampai sekitar 4 jam dengan ANC aktif di mode yang paling intens, atau sampai 20 jam kalau ditotal dengan suplai daya dari charging case-nya.

Link pembelian: OPPO Indonesia Official Store (Shopee) — Rp2.199.000

Huawei Freebuds 4i

Huawei Freebuds 4i

Dibandingkan TWS lain dalam artikel ini, Huawei Freebuds 4i punya kelebihan di dua aspek: daya tahan baterai dan harga. Jadi meski ANC-nya dinyalakan terus, baterainya mampu bertahan hingga 7,5 jam pemakaian. Kalau dimatikan, daya tahan baterainya malah bisa mencapai angka 10 jam, atau 22 jam jika digabung bersama charging case.

Urusan harga, banderol Rp999.000 yang dibawanya tentu terdengar sangat menggiurkan, terutama mengingat TWS dengan ANC biasanya dijual dengan harga di atas 2 juta rupiah. Secara fisik, TWS ini juga termasuk tangguh dengan ketahanan air IP54.

Link pembelian: Huawei Official Store (Tokopedia) — Rp999.000

Gambar header: Depositphotos.com.

Realme Umumkan Narzo 30 Pro, 30A, dan TWS Buds Air 2

Realme telah meluncurkan dua smartphone kelas menengah terbaru Narzo 30 Pro dan Narzo 30A, serta TWS Buds Air 2. Narzo 30 Pro merupakan smartphone seri Narzo pertama yang mendukung konektivitas 5G dan mengemas panel dengan refresh rate 120Hz, pendahulunya hanya 90Hz.

Ya, layar dengan refresh rate tinggi 120Hz dan ditambah touch sampling rate di angka 180Hz, gaming menjadi salah satu aspek unggulan dari Narzo 30 Pro. Layarnya membentang 6,5 inci dengan lubang kamera depan 16 MP f/2.1 di pojok kiri atas, ditopang resolusi FHD+ (2400×1080 piksel), serta dilengkapi mode sunlight dengan kecerahan 600 nit dan mode eye protection.

Untuk menyuguhkan pengalaman gaming yang mulus, Realme mengandalkan chipset 5G dari MediaTek yaitu Dimensity 800U. SoC ini dibuat dengan proses teknologi 7nm, membawa CPU octa-core yang terdiri dari dua inti berperforma tinggi Cortex-A76 2.4 GHz dan enam inti Cortex-A55 2.0 GHz.

GPU Mali-G57 MC3 bertanggung jawab untuk mengolah grafisnya, ditopang RAM 6GB/8GB, dan penyimpanan UFS 2.1 64GB/128GB. Semua kegiatan ber-smartphone ditenagai baterai 5.000 mAh yang mendukung Dart Charge 30W yang dapat mengisi 50% dalamwaktu 25 menit dan 100 % dalam 65 menit.

Beralih ke bagian belakang, terdapat tiga unit kamera dengan kamera utama 48MP f/1.8 dengan piksel 0,8 µm. Dengan piksel binning 4-in-1, output maksimalnya 12MP dengan piksel 1,6µm dan juga dilengkapi mode Super Nightscape untuk membantu memotret di kondisi minim cahaya.

Kemudian ada kamera sekunder 8MP dengan lensa ultrawide yang memberikan ruang pandang 119 derajat dan satu lagi sebatas 2MP untuk foto macro. Untuk perekam videonya, Narzo 30 Pro dapat merekam footage dengan mulus berkat fitur UIS Video Stabilization dan mendukung hingga resolusi 4K 30fps, 1080p 60 fps, dan mode Cinema dengan aspek rasio 21:9.

Saat ini Narzo 30 Pro masih menjalankan Android 10, tetapi pembaruan Realme UI 2.0 berbasis Android 11 akan segera hadir. Soal harga, Realme Narzo 30 Pro 5G dibanderol INR16.999 (sekitar Rp3,3 jutaan) untuk varian 6GB/64GB dan INR19.999 (Rp3,8 jutaan) untuk versi 8GB/128GB.

Beralih ke Realme Narzo 30A, ini adalah versi hemat dari Narzo 30 Pro dengan penekanan pada daya tahan baterai yang lama berkat baterai besar 6.000 mAh dan didukung fast charging 18W. Kata Realme, Narzo 30A dapat digunakan untuk memutar YouTube selama 27 jam sekali pengisian daya atau 10 jam untuk bermain game.

Spesifikasi Narzo 30A meliputi layar 6,5 inci HD+ dengan mode sunlight 570 nit, kamera belakang AI Dual Camera 13MP, dan kamera depan 8MP. Dapur pacunya menggunakan chipset MediaTek Helio G85, didukung opsi RAM 3GB dengan peyimpanan 32GB yang dibanderol INR8.999 (Rp1,7 jutaan) atau RAM 4GB dengan penyimpanan 64GB seharga INR9.999 (Rp1,9 jutaan.

TWS Realme Buds Air 2

Fitur utama dari TWS Realme Buds Air 2 ini adalah fitur Active Noise Cancellation (ANC), yang tidak ada di Buds Air generasi pertama. Fitur ANC ini dapat mengurangi noise hingga 25dB dan mampu menyaring sebagian besar suara frekuensi rendah, termasuk gemuruh pesawat dan noise yang dihasilkan dari peralatan rumah tangga.

Untuk menghasilkan suara panggilan yang lebih jelas, Buds Air 2 juga memiliki fitur Environmental Noise Cancellation (ENC) yang menggunakan mikrofon ganda di kedua bud. Soal kualitas, Realme menggunakan chip khusus R2 yang menawarkan 80% peningkatan daya tahan baterai dan mengurangi latensi hingga 35% bila dibandingkan pendahulunya.

Pada setiap bud-nya memiliki driver 10mm dengan lapisan Diamond-like Carbon (DLC) pada diafragma. Gunanya untuk menghasilkan bass yang lebih kaya, suara yang lebih jernih, dan respons frekuensi yang lebih baik daripada diafragma tradisional.

Selain itu, Buds Air 2 turut dilengkapi mode Bass Boost+ baru yang dikembangkan bersama EDM duo The Chainsmokers. Realme juga menambahkan dua preset baru ke aplikasi Realme Link yaitu Dynamic yang menyeimbangkan suara bass, treble, dan mid, serta Bright yang memprioritaskan suara manusia sehingga ideal untuk mendengarkan podcast.

Lebih lanjut, Buds Air 2 dilengkapi kontrol sentuh, punya fitur Smart Wear Detection, dan konektivitas Bluetooth 5.2 dengan transmisi dual-channel. Juga tersedia mode game yang menawarkan latensi rendah hingga 88ms. Daya tahannya menyediakan total waktu pemutaran 25 jam atau 22,5 jam bila ANC aktif, dan didukung pengisian cepat 10 menit untuk dua jam pemutaran atau pengisian penuh dua jam.

Bodi dari Realme Buds Air 2 memiliki sertifikasi IPX5 dan tersedia dalam dua warna, Closer Black dan Closer White. Harganya dibanderol INR3.299 atau sekitar Rp600 ribuan dan saat ini TWS baru serta kedua smartphone Narzo 30 series baru tersedia di India. Khusus Realme narzo 30A, smartphone ini akan diluncurkan di Indonesia pada tanggal 3 Maret pukul 18:30 WIB dan dapat disaksikan secara live streaming melalui channel YouTube, Instagram, Facebook, Twitter realme Indonesia dan realme.com/id.

Sumber: GSMArena 1 dan 2

KEF Luncurkan TWS Perdananya, KEF Mu3

Meski sudah sangat terkenal di kalangan audiophile, KEF bukanlah brand yang kita ingat saat membicarakan mengenai headphone atau earphone. Pasalnya, sejak pertama didirikan 60 tahun yang lalu, KEF memang lebih berfokus mengembangkan speaker, khususnya yang masuk kategori studio monitor.

Itulah mengapa ketika KEF memutuskan untuk merambah segmen TWS, dunia perlu mengetahuinya. Mereka baru saja meluncurkan KEF Mu3, TWS perdananya yang siap bersaing dengan penawaran-penawaran high-end dari Bose, Sennheiser, Sony, maupun Apple.

Seperti halnya TWS premium, Mu3 datang membawa teknologi active noise cancellation (ANC), lengkap beserta mode ambient yang dapat diaktifkan menggunakan satu tombol. Konektivitasnya mengandalkan Bluetooth 5.0, dan unit kiri maupun kanannya akan terhubung ke perangkat secara bersamaan demi mewujudkan koneksi yang lebih stabil, bukan dengan memanfaatkan metode relay (cuma satu yang terhubung, sedangkan satunya menumpang).

Namun bukan KEF namanya kalau tidak mengedepankan soal kualitas suara. Driver 8,2 mm yang tertanam di Mu3 telah di-tune oleh tim engineer yang sama yang bertanggung jawab atas lini speaker KEF. Dengan kata lain, reputasi KEF jadi taruhan di sini.

Tidak kalah istimewa adalah baterainya. Dalam sekali pengisian, Mu3 diklaim dapat beroperasi hingga 9 jam nonstop, dan itu dengan ANC dalam posisi menyala (yang berarti bisa lebih awet lagi jika ANC-nya dimatikan). Charging case-nya sendiri mampu menyuplai hingga 15 jam daya ekstra, sehingga kalau ditotal pengguna bisa menggunakan perangkat ini selama 24 jam penuh tanpa perlu melibatkan seutas pun kabel.

Dari segi fisik, Mu3 tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX5, alias di atas sertifikasi milik AirPods Pro. Wujud industrial nan elegannya merupakan hasil pemikiran Ross Lovegrove, salah satu desainer kepercayaan KEF, dan paket penjualannya sudah mencakup tiga pasang ear tip cadangan dengan ukuran yang bervariasi.

Di Amerika Serikat, KEF Mu3 saat ini telah dijual dengan harga $249. Cukup terjangkau untuk standar KEF sendiri, sekaligus lebih murah daripada penawaran brand audiophile lain seperti Grado atau Devialet.

Sumber: Digital Trends dan What Hi-Fi.