DStour #38: Mengunjungi Kantor Media Online kumparan

Dalam edisi terbaru DStour kali ini, DailySocial mengunjungi kantor startup media online kumparan. Gedung kantor yang bertempat di kawasan Jakarta Selatan ini merupakan rumah yang direnovasi menjadi tempat kerja dengan dua bagian.

Gedung kantor terbagi menjadi kampus A dan Kampus B yang sarat dengan ruang kerja, lounge, dan kolam renang yang bisa digunakan oleh pegawai untuk santai sejenak. Dipandu bersama CMO kumparan Andrias Ekoyuono, mari simak liputan DStour berikut ini.

Cara Startup Melakukan Kegiatan Pemasaran

Dalam edisi #SelasaStartup pertama di tahun 2018, DailySocial mengundang CMO kumparan Andrias Ekoyuono untuk berbagi pengalaman dan hal-hal yang baiknya dilakukan oleh startup saat melancarkan kegiatan pemasaran. Kumparan sendiri adalah sebuah platform hybrid yang menyatukan antara konten berbasis editorial dan konten komunitas (user generated content), baru meluncur awal tahun 2017 lalu, dan saat ini mengklaim telah mengalami pertumbuhan yang sangat cepat dari sisi pengguna hingga revenue.

Andrias menyampaikan, media yang sarat dengan informasi beragam ini mengedepankan “people power” yang dimiliki. kumparan memulai perjalanan untuk menemukan pendekatan baru dan pola baru dalam jurnalistik modern. Konsep media sosial secara garis besar diadopsi dalam user experience kumparan.

Sebagai praktisi di bidang pemasaran bisnis, Andrias melihat masih banyak kesalahan yang dilakukan oleh startup saat melakukan kegiatan pemasaran. Berikut adalah beberapa tips penting yang wajib dicermati startup, ketika melakukan kegiatan pemasaran.

Jangan terlalu fokus kepada consumer acquisition

Saat ini masih banyak kebiasaan hingga fokus yang masih kurang tepat di kalangan pemilik startup saat melancarkan kegiatan pemasaran. Salah satunya adalah terlalu fokus untuk melakukan akuisisi pengguna. Yang perlu diperhatikan sejak awal adalah talenta atau tim dari startup itu sendiri. Berikan perhatian lebih hingga penghargaan yang relevan kepada mereka, agar tim internal merasa happy dan pada akhirnya betah bekerja di startup.

“Tugas dari seorang chief di startup adalah membina relasi dengan investor, menjaga visi dan misi perusahaan dan yang terakhir dan tidak kalah pentingnya adalah mendapatkan talenta yang berkualitas,” kata Andrias.

Dalam hal ini talenta berkualitas bisa didapatkan melalui kegiatan pemasaran saat perekrutan pegawai. Lakukan kegiatan tersebut menjadi lebih istimewa, dengan aktivitas yang mampu menarik perhatian dari calon kandidat pegawai startup. Andrias menceritakan, di kumparan tidak segan untuk menyediakan tempat khusus dan kegiatan yang didukung dengan talkshow hingga hiburan kepada calon pegawai saat proses perekrutan berlangsung.

Dengan demikian untuk calon pegawai yang memenuhi kriteria akan merasa senang dan bangga ketika berhasil menjadi pegawai, sementara bagi mereka yang tidak berhasil akan mendapatkan kesan dan pengalaman berharga selama mengikuti proses perekrutan. Intinya adalah berikan perhatian lebih kepada pegawai dan calon pegawai, jika startup ingin memiliki talenta yang berkualitas.

Jangan melakukan kegiatan pemasaran saat produk akan diluncurkan

Penting bagi startup untuk bisa melakukan kegiatan pemasaran di awal, mulai dari mempromosikan melalui media sosial, hingga membentuk customer-base yang solid, sehingga pada waktunya produk siap diluncurkan, early-adopter tersebut bisa langsung menggunakan produk. Untuk itu lakukan kegiatan pemasaran secara online dan offline sejak awal dan bentuklah customer-base sebanyak mungkin.

Melakukan adopsi dan retention

Dua kegiatan ini memang saling berkaitan, namun yang menjadi penting dan wajib untuk dilakukan dengan baik adalah bagaimana startup bisa mendapatkan repeat order dari pelanggan atau dengan sukses mendapatkan retention. Pada akhirnya semua bisnis ingin bisa mengakuisisi banyak pelanggan di awal, namun pendapatan yang ideal adalah ketika pelanggan yang loyal bisa didapatkan, melalui adopsi di awal.

Hindari menggunakan istilah “market education” saat startup mulai melakukan akuisisi pelanggan. Pada akhirnya istilah tersebut hanya menjadi alasan bahwa startup tidak mampu untuk memberikan informasi yang relevan dan mudah kepada target pasar, dan bisa juga didefinisikan pasar tidak siap dengan produk yang ada.

Branding adalah story telling

Maksud dari istilah tersebut adalah bagaimana startup bisa memberikan informasi yang lengkap kepada target pasar. Apakah dengan mengedepankan kelebihan yang tidak dimiliki oleh startup lainnya, atau manfaat lebih yang bisa didapatkan oleh pengguna saat menggunakan produk dari startup tersebut. Hindari untuk menyatukan kegiatan pemasaran digital sebagai bagian dari story telling tersebut.

Ada tiga tipe pelanggan yang wajib untuk dicermati oleh startup, di antaranya adalah tipe pelanggan yang membicarakan produk startup Anda, pelanggan yang mempromosikan produk, hingga pelanggan yang membantu startup menjual produk tersebut (referral). Lakukan pendekatan yang tepat kepada masing-masing pelanggan tersebut. Meskipun tidak bisa dilakukan secara langsung kepada semua, namun dengan prioritas yang telah ditetapkan startup, proses tersebut bisa dilakukan demi mendapatkan hasil yang memuaskan.

Application Information Will Show Up Here

Amvesindo Demo Day 2017 Sajikan Pelatihan Terpadu untuk Startup Pemula

Amvesindo Demo Day 2017 merupakan sebuah acara yang dapat diikuti pelaku startup yang ingin mendapatkan pengetahuan dan gambaran umum lanskap bisnis dari berbagai sudut pandang. Selain menghadirkan pelaku startup sukses, beberapa komponen pendukung bisnis digital lain turut dihadirkan, mulai dari investor, inkubator, media, serta instansi pemerintah terkait.

Sesi pengembangan pengetahuan untuk startup pemula turut disajikan dalam seminar, membahas studi kasus nyata serta praktik terbaik untuk memaksimalkan manuver bisnis dengan pendekatan modern. Sesi ini setidaknya terbagi dalam tiga tema bahasan utama: (1) Successful Start Up Investment to Exit dibawakan oleh Paul Santosa dari Wavemaker, (2) Indonesian Startup Going Global dibawakan oleh Co-founder AR&Co Peter Shearer, (3) Growth Hacking dibawakan Co-founder Tiket.com Natali Ardianto.

Sesi coaching class juga secara khusus diadakan pada acara ini untuk memberikan pendampingan materi secara lebih mendalam. CMO Kumparan Andrias Ekoyuono dan Founder Drone Academy Irendra Radjawali akan mendampingi pada sesi tersebut dengan membawakan bahasan seputar strategi promosi brand dan inovasi produk.

Peserta yang mengikuti pelatihan ini juga berkesempatan untuk memperoleh funding bagi startupnya. Tiga peserta terbaik akan mendapatkan keanggotaan khusus untuk inkubator, bertemu dengan pelaku startup lain yang telah berpengalaman.

Rangkaian Amvesindo Demo Day 2017 akan dilaksanakan esok hari, tanggal 2 Agustus 2017 mulai pukul 09.00 hingga selesai. Acara bertempat di Auditorium Indosat, Jakarta Pusat. Saat ini pendaftaran seminar dan coaching class masih dibuka. Informasi lebih lanjut dan pendaftaran, kunjungi tautan berikut ini: http://www.amvesindo.org/event/18


Disclosure: DailySocial adalah media partner Amvesindo Demo Day 2017

Strategi kumparan Menjajaki Kerja Sama dengan Media Online

Bercita-cita untuk memperkuat integritas pemberitaan dan memerangi berita bisnis palsu di Indonesia, kumparan dan SWA menjalin kolaborasi. Salah satu hasil kolaborasi ialah publikasi konten berita SWAOnline untuk di platform kumparan. Kerja sama ini merupakan kemitraan pertama yang dibangun oleh kumparan dengan media lainnya di Indonesia.

Hugo Diba selaku CEO kumparan mengatakan, “Di samping semakin meningkatnya jumlah pengguna media sosial, tidak ada yang benar-benar mengubah industri media dalam 18 tahun belakangan. Sebagai media, kami memiliki tanggung jawab untuk menjadi lebih dari sekedar entitas bisnis. Kami juga harus menjadi penggerak yang mendorong bangsa dengan informasi-informasi yang terpercaya. Inilah cara kerja kemitraan kami dengan SWA.”

Kerja sama ini menjadi unik, lantaran keduanya sama-sama media online, namun melimpahkan konten publikasi di salah satu pihak. Menanggapi soal ini, CMO kumparan Andrias Ekoyuono memaparkan skema model bisnis yang diterapkan:

“kumparan adalah distribution & monetization channel tambahan bagi media. Memang ada bisnis model yang terjalin yang diharapkan akan memberikan keuntungan kepada media yang bekerja sama. Untuk detailnya dibicarakan bersama dalam kerangka kerja sama strategis.”

Andrias juga menjelaskan, kumparan ingin menghadirkan kanal distribusi lain untuk konten mereka. Sejauh ini selain ditampilkan di laman online milik media terkait, konten biasanya dipublikasikan melalui kanal lain seperti media sosial atau platform agregator, kumparan ingin hadir sebagai kanal tambahan untuk distribusi dan monetisasi.

Disebutkan gagasan lain dari kemitraan ini adalah untuk menjadikan SWAOnline lebih teramplifikasi dan mengambil alih perhatian dari website-website lain yang menyebarkan berita-berita hoax karena alasan-alasan politik ataupun cerita-cerita melenceng lainnya.

“kumparan ingin memberikan konten berkualitas ke audience yang tepat, sehingga kumparan membuka kerja sama dengan media lain yang memang memiliki konten-konten untuk segmen audience tertentu,” lanjut Andrias.

Masih akan menjalin kerja sama dengan beberapa media online lainnya

Andrias juga mengatakan bahwa selain dengan SWAOnline, kumparan juga akan menjalin kemitraan yang sama dengan beberapa media online lain. Sudah ada dalam pipeline, namun untuk saat ini belum bisa disebutkan secara detail media online mana yang akan bergabung berikutnya. Konten yang sudah ada dari media dianggap tepat dihadirkan ke dalam kumparan, karena sudah melalui proses moderasi yang kuat dari editorial dan memiliki kredibilitas untuk disajikan ke audience.

“Misinya kumparan delivery the quality content to right audience. Dari sana ada banyak hal yang bisa kita bincangkan, misalnya terkait kualitas, setiap pembaca memiliki ekspektasi yang berbeda. Dari sisi kumparan, kami ingin menghadirkan konten tanpa data fake atau hoax. Sehingga ada beberapa lapis filter yang kami terapkan,” ujar Andrias.

Jadi saat ini komposisi pembuat konten di kumparan terdiri dari in-house journalist, user generated dan juga media online.

“Kalau dari media kami menanggap sudah berkualitas. Kalau dari user kami memfasilitasi dari tim internal moderasi. User juga diberi kesempatan melaporkan konten yang kurang bermanfaat. Dari sisi teknologi juga terus bergerak untuk menjaga kontennya,” pungkas Andrias.

Application Information Will Show Up Here

Debut Versi Beta kumparan dengan Strategi “People Power”

Media baru, kumparan, mencoba menyajikan sebuah platform hybrid yang menyatukan antara konten berbasis editorial dan konten komunitas (user generated content). Dengan visinya mendefinisikan ulang industri media tanah air, melalui “people power” yang dimiliki kumparan memulai perjalanan untuk menemukan pendekatan baru dan pola baru dalam jurnalistik modern. Konsep media sosial secara garis besar diadopsi dalam user experience kumparan.

Kepada DailySocial, Co-Founder dan Direktur Pemasaran kumparan Andrias Ekoyuono mengatakan apa yang ingin dicapai platform yang digawanginya bukan hanya sekedar pergantian, yang lama digantikan yang baru, namun berusaha menyesuaikan berbagai unsur media dengan pendekatan yang lebih sesuai. kumparan menekankan pada kekuatan tokoh-tokoh senior di bidang media yang telah bergabung.

Beberapa tokoh media, seperti Budiono Darsono, Abdul Rahman, Calvin Lukmantara, Hugo Diba, Arifin Asydhad, Ine Yordenaya, Heru Tjatur dan Yusuf Arifin. menjadi bagian komisaris, investor, dan manajemen kumparan. Dengan pengalamannya di bidang jurnalistik dan media digital, para tokoh tersebut diharapkan mampu melahirkan sebuah terobosan baru dalam sebuah kanal pemberitaan online.

Tampilan platform kumparan dalam laman web
Tampilan platform kumparan dalam laman web

Menyempurnakan ide lama yang sudah dipraktikkan

Beberapa netizen yang kami tanya secara personal mengaku ketika membuka kumparan first impression mereka tertuju pada versi lain dari Kompasiana, Blogdetik atau Medium. Hanya saja mereka menyatukan antara pemberitaan editorial dan tulisan yang dapat dibuat pengguna umum.

Terkait publikasi tulisan yang dapat dilakukan siapa saja, Andrias menjelaskan mekanisme pemantauan dan pelaporan:

“…kualitas tulisan menjadi bagian yang sangat kami tekankan. Di luar tulisan editor, kami memiliki tim yang bertugas untuk memantau semua tulisan yang masuk, termasuk memberikan opsi pelaporan jika ada konten yang perlu ditindak lebih lanjut. Pendekatan akun pengguna, seperti verifikasi akun juga akan menjadi upaya membuat kumparan terisi konten berkualitas.”

Saat ini tim pengembang juga tengah mempersiapkan sebuah sistem back end untuk meminimalisir kontan yang kurang bermutu, dengan menanamkan sistem cerdas. Hal ini menjadi konsentrasi khusus, mengingat Indonesia juga masih disibukkan untuk memerangi pemberitaan hoax. Menurut Andrias, penanganan terhadap pemberitaan hoax juga menjadi salah satu tujuan khusus yang akan direalisasikan bersama kumparan.

Sejak diluncurkan dalam versi beta di awal tahun ini, beberapa nama penulis non-editor, mulai dari menteri, mantan pejabat, artis hingga netizen populer mulai meramaikan konten di kumparan. Hal ini serupa dengan komposisi tim internal yang dimiliki, nama-nama besar terus digaungkan sebagai bagian dari penggerak bisnis. Budiono Darsono sebagai Presiden Komisaris kumparan merupakan salah satu pelopor media siber di Indonesia.

Sebagai awalan, hadirnya high-profile user tentu menjadi salah satu faktor yang menarik minat banyak pembaca. Dari rilis yang kami terima saat ini telah ada lebih dari 100 tokoh nasional yang tergabung.

Strategi bisnis dan investasi tahap awal

Mengawali peluncuran betanya, kumparan mengaku telah mendapatkan suntikan dana investasi dari sumber dan jumlah yang tidak diutarakan. Kepercayaan investor ini juga dianggap menjadi salah satu hal yang membuat tim percaya diri, bahwa apa yang sedang diupayakan berada di jalan yang tepat. Dan untuk model bisnis dan cara monetasi, kumparan akan mengandalkan iklan, yang masih merupakan tulang punggung industri media online Indonesia

Tentang model monetisasi, Andrias menjelaskan bahwa iklan masih sangat relevan dengan bisnis media, hanya saja yang akan menjadi bagian dari revolusi kumparan bentukan yang ditawarkan. Model banner dirasa sudah kurang relevan, sehingga iklan pun akan disajikan dengan cara lain, di antaranya native-ads

Application Information Will Show Up Here

Investor Beberkan Alasan Pengetatan Seleksi Pemberian Pendanaan

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia adalah negara di kawasan Asia Tenggara yang cukup kebanjiran investor, baik lokal maupun asing, yang antusias untuk berinvestasi di startup yang makin menjamur jumlahnya. Meskipun masih dianggap pasar yang sangat potensial, perlahan investor mulai memperketat kebijakannya dalam memberikan pendanaan, terutama tahun ini. Apa pasalnya?

Dalam 3 tahun terakhir, sejumlah investor menggelontorkan uang dengan jumlah besar kepada startup di tahap lanjutan, misalnya  Emtek untuk Bukalapak (kabarnya sekitar Rp 433 Miliar), Softbank Internet Media (SIMI) dan Sequoia Capital untuk Tokopedia sebesar Rp 1,3 triliun, dan Sequoia Capital untuk Go-Jek yag rumornya mencapai Rp 260 miliar. Kini para investor mulai membatasi jumlah uang yang dikucurkan dan melakukan seleksi ketat terhadap startup yang mengajukan pendanaan.

Alasan utama mengapa pada akhirnya investor “mengencangkan ikat pinggang” adalah karena di antara startup yang telah mendapatkan pendanaan dengan jumlah yang besar, masih sedikit yang pada akhirnya mendapatkan keuntungan dan kesuksesan bisnis dalam jangka panjang.

Masih tingginya ‘burn rate’, profit yang tidak stabil, hingga revenue yang masih rendah merupakan permasalahan yang banyak ditemui startup secara global, tidak hanya di Indonesia.

“Kalau Ideosource sendiri memang selalu memperhatikan rencana business model dan revenue dari awal ketika memilih porftolio, meskipun revenue tidak harus terjadi sebelum atau di awal masa investasi. Bisa saja masih berupa rencana di masa depan,” kata VP Business Development Ideosource Andrias Ekoyuono.

Dalam hal ini startup bertanggung jawab untuk memberikan keyakinan kepada investor untuk bisa memenuhi target serta perjanjian yang sejak awal telah dibuat, apakah nantinya produk tersebut bisa mendapatkan traksi hingga jumlah pengguna yang cukup banyak. Yang paling penting startup harus bisa menjalankan bisnisnya dengan stabil.

E-commerce masih menjadi sektor favorit investor

Meskipun investor melakukan penyeleksian ketat untuk pemberian investasi, satu sektor yang masih menjadi primadona dan selalu diminati oleh investor adalah e-commerce. Besarnya potensi layanan e-commerce apa pun untuk menjadi besar, menjadi alasan utama mengapa pada akhirnya banyak investor lokal hingga asing yang bersemangat untuk memberikan kucuran dana segar baru atau tahapan selanjutnya di sektor ini.

“Hingga kini e-commerce dan marketplace masih menarik perhatian para investor karena unit ekonomi yang makin meningkat dan stabilnya bisnis e-commerce bukan hanya sekedar momentum saja,” kata Founder & Managing Partner Convergence Ventures Adrian Li.

Hal tersebut juga ditegaskan Senior Associate MDI Ventures Kenneth Li usai pendanaan untuk layanan e-commerce enabler Thailand aCommerce.

”Alasan yang kami lihat [untuk berivestasi] adalah bahwa e-commerce belum melihat tanda-tanda melambat di Indonesia dan bagian dari pertumbuhan ini melibatkan infrastruktur yang mendukung bisnis e-commerce. Cina memiliki sekitar 9% penetrasi e-commerce, tetapi di Indonesia hanya sekitar 1%. Kami percaya bahwa semua infrastruktur pendukung pertumbuhan harus dibangun juga [logistik, pembayaran, dan lainnya].”

Ideosource sendiri adalah investor lokal yang pada bulan November 2015 silam berani memberikan investasi kepada layanan e-commerce Bhinneka senilai Rp 300 miliar. Bagi Ideasource, pendanaan yang diberikan kepada Bhinneka merupakan pendanaan terbesar yang pernah dikucurkan.

“Bukan hanya ketika memilih startup yang masih tahap awal, Ideosource juga memperhatikan hal-hal tersebut ketika memilih portfolio dengan jumlah investasi cukup besar seperti pada Bhinneka.com, yang saat ini merupakan perusahaan e-commerce besar yang sudah terbukti sustainable dan profitable,” kata Andrias.

Ketika startup telah menunjukkan kemajuan (traksi) yang cepat dan mampu mempertahankan model bisnis yang ada dan memiliki rencana yang baik untuk skalabilitas, investor tidak akan segan untuk memberikan dana dalam jumlah besar.

Jika saat ini Anda melihat peluang startup Anda mendapatkan investasi masih kecil, bukan berarti produk yang dimiliki tidak baik atau kurang populer di kalangan investor. Idealnya coba untuk mengkoreksi dan memperhatikan dengan benar, apakah produk Anda profitable, memiliki pengguna yang loyal dan aktif, dan pastinya bisa bertahan lama. Kesempatan untuk mendapatkan pendanaan dalam jumlah besar terbuka lebar jika Anda bisa membuktikan startup memiliki masa depan yang cerah.

“Diharapkan semua entrepreneur bisa mengelola keuangan dengan baik paling tidak memiliki simpanan hingga 6 bulan kedepan dan melanjutkan penggalangan dana. Hal ini yang wajib diperhatikan oleh early-stage startup,” tutup Adrian.

Industri E-Commerce di Indonesia Yang Tak Perlu Dicemaskan

Penggunaan Internet dan tingginya kepemilikan perangkat smartphone di kalangan masyarakat tidak serta merta menjadikan aktivitas berbelanja online sebagai sebuah gagasan primadona yang bisa direalisasikan secara instan, penggerak sendi ekonomi bangsa yang dielu-elukan. Faktanya angka transaksi yang kecil, metode pembayaran yang belum dimaksimalkan, dan faktor geografis yang membuat peran logistik tidak mudah, telah menghantui sejak tren ini muncul hingga saat ini dan hari-hari ke depan. Namun ada semangat yang lebih besar dan lebih mulia untuk terus giat mengupayakan ekosistem yang lebih ideal, yakni potensi market bagi semua pihak yang terlibat untuk mengatasi berbagai tantangan bersama.

Entitas inti seperti produsen, online platform, payment gateway, dan logistik, berhasil mewarnai tajuk utama dari perkembangan terkini industri e-commerce Tanah Air. VP of Business Development Ideosource Andrias Ekoyuono mengungkapkan ada komponen pendukung lain di luar hal-hal tersebut, seperti marketing technology, analytics, traffic generator, dan tentu saja regulasi dari pemerintah untuk menciptakan layanan terintegrasi guna merealisasikan industri e-commerce yang lebih ideal.

“Pendekatan holistik dengan single mindset bahwa e-commerce ini adalah sebuah keniscayaan yang pada akhirnya memberi kemanfaatan besar bagi kemajuan bagi seluruh stakeholdernya. Mulai dari pemerintah, produsen besar dan kecil, investor, wirausahawan e-commerce, wirausahawan industri pendukung e-commerce, hingga konsumen beragam lapisan,” katanya.

Dalam lingkup global, industri e-commerce yang ideal pun terus diupayakan. Faktor-faktor fundamental wajib disempurnakan demi mendukung kepercayaan konsumen untuk mengubah kebiasaan berbelanja offline menjadi online.

Sementara di Indonesia, karakteristik market dan kondisi geografisnya memberikan tantangan rumit di vertikal logistik. Minimnya penggunaan kartu kredit dan kecenderungan menggunakan metode transfer antar bank, dan juga regulasi pemerintah yang belum terbangun kokoh, juga salah satu tantangan lain yang perlu dihadapi.

Sebab potensi marketnya besar dan menggiurkan

Negeri Tiongkok memiliki catatan transaksi online berada pada angka 12,9% pada akhir 2015, namun angka transaksinya sudah mencapai $589.61 miliar, meningkat 33% dibandingkan tahun sebelumnya yang merupakan tiga kali lipatnya APBN Indonesia. Saat ini transaksi online di Indonesia masih di bawah 1% jika dibandingkan transaksi ritel, jadi ruang untuk bertumbuhnya masih sangat besar. Indonesia masih banyak dilirik oleh para pemain e-commerce lokal maupun asing karena potensi populasinya meskipun nilai transaksinya saat ini “hanya” $75 juta.

Telah bergelut di industri ini bertahun-tahun, CEO MatahariMall Hadi Wenas turut menyampaikan pendapatnya, “Saat ini e-commerce dapat dikatakan sebagai industri baru di Indonesia. Karena itu, masih banyak hal yang dapat ditingkatkan dari hampir semua delapan elemen di atas dengan pengecualian penetrasi smartphone. Dalam hal ini, konsumen Indonesia terutama di luar pulau Jawa, mempunyai kesempatan untuk leap-frog / melampaui urutan evolusi e-commerce yang biasanya bertransaksi lewat desktop/laptop sebelum bertransaksi lewat mobile, langsung bertransaksi melalui smartphone.”

Devices Used in Indonesia / DS Report
Persentase kepemilikan perangkat elektronik di Indonesia

Ada dua hal yang harapannya mampu menghadapi tantangan yang nyata. Hal pertama adalah percepatan adopsi teknnologi oleh penyedia jasa logistik guna penyajian data yang lebih transparan dan peningkatan produktivitas rantai logistik. Yang kedua ialah standarisasi data transfer antar penyedia jasa logistik dan penyedia jasa pembayaran, selain alasan keamanan mengenai transparansi transaksi hal ini juga mewujudkan transfer antar-bank lebih dekat ke real-time.

Isu di sektor logistik memang bukan rahasia lagi, bahkan CEO Pos Logistik Indonesia Yan Hendry Jauwena mengakui bahwa sektor ini kurang ideal. Butuh penyesuaian dan sentuhan teknologi yang mumpuni untuk bisa memainkan peran di industri e-commerce dengan maksimal.

“Solusinya adalah persenjatai semuanya dengan teknologi. […] Untuk e-commerce di Indonesia itu sebetulnya frontend-nya sudah baik (online marketplace, dan sebagainya). Yang perlu ditata itu backend-nya di mana logistik punya pengaruh cukup besar,” katanya saat ditemui DailySocial pada ajang Echelon Indonesia 2016 beberapa waktu lalu.

Jika benar ingin mengikuti langkah industri e-commerce, Pos Logistik Indonesia mungkin perlu sedikit belajar dari SingPost (Singapura) tentang kultur bisnis di era digital yang tak sama lagi dewasa ini. SingPost sendiri telah mengakuisisi beberapa perusahaan di bidang transportasi pergudangan dan segmen logistik. Sementara pemain besar seperti FedEx dan DHL menyasar pasar premium, SingPost memposisikan diri sebagai penyedia solusi logistik dengan biaya terjangkau.

Mungkin jika pada akhirnya nanti berbelanja online telah menjadi kebutuhan sehari-hari, rantai suplai logistik perlu dialirkan dengan mengutamakan kecepatan dan kemudahan, sehingga produk bisa dikirimkan langsung dari warehouse ke konsumen. Melihat tren ini, yang patut diantisipasi kembali ialah permintaan ruang warehouse yang turut meningkat.

Dalam konsep online-to-offline sebagai solusinya, MatahariMall menjadikan 4.500 kantor Pos Indonesia yang tersebar di seluruh Nusantara sebagai titik untuk tempat pelanggan mengambil, membayar, dan mengembalikan barang-barang belanjaan mereka.

E-commerce bukan tren yang sementara

Melihat rintangan yang memang tidak mudah untuk dilalui, Andrias dan Hadi sepakat dengan menganggap hal tersebut sebagai sebuah tantangan. Tak perlu dicemaskan, keduanya menyatakan hal senada untuk menyadarkan segala pihak bahwa pemanfaatan dan perkembangan e-commerce merupakan peluang jangka panjang.

Indonesian e-commerce overview / DS Report
Prediksi pertumbuhan penjualan e-commerce Indonesia – India – Global

“Jangan sampai ada pihak yang memang tidak menyadari pemanfaatan dari berkembangnya e-commerce ini secara jangka menengah-panjang, sehingga memburu kepentingan jangka pendek dan mengorbankan komponen atau pihak lain dari ekosistem ini,” tambah Andrias.

Di kesempatan yang lain, Hadi berujar: “Tidak perlu cemas. Sebagai pemain e-commerce di Indonesia, saya justru sangat optimis sekali. Saat ini banyak startup yang bergerak di bidang teknologi, demikian pula dengan perusahaan-perusahaan besar mulai merambah ke dunia digital. Ini bukan karena tren yang bersifat sementara, melainkan karena e-commerce memiliki peluang yang positif dalam jangka panjang.”

Startup yang Layak Diinvestasi Venture Capital

Dalam mengembangkan bisnisnya, startup juga bisa mendapatkan tambahan tenaga dari para investor. Ada beragam jenis investor, dan venture capital (VC) adalah salah satu jenis investor tersebut. Dengan pengalaman saya di Ideosource Venture Capital, saya bisa menarik benang merah tentang startup seperti apa yang layak diinvestasi oleh VC seperti kami. Tentu saja ada perbedaan antara VC satu dengan yang lain, dan tidak semua bisnis (yang bagus) cocok dengan pendanaan VC.

Real Problems, Big Market, Executable Solutions

Startup yang bagus harus mencoba memecahkan masalah yang nyata dan dialami oleh market yang besar. Solusi yang mereka siapkan haruslah masuk akal, dan juga terbukti memang solusi yang tepat. Saya pernah membahas hal ini di tulisan saya yang lain.

Sustainable, Scalable

Ini adalah syarat yang tak kalah pentingnya untuk sebuah startup akan menarik bagi VC.

Sustainable artinya bisnisnya berkelanjutan, akan berumur cukup panjang, dan bukan musiman. Bisnis yang hanya ada di musim durian, di musim pendaftaran mahasiswa baru, atau yang hanya akan bertahan 1-2 tahun ke depan adalah contoh bisnis yang tidak sustainable.

Sementara itu, scalable artinya bisnis tersebut bisa tumbuh hingga mencapai skala yang besar, namun prediksi pertumbuhan cost-nya lebih landai daripada pertumbuhan pendapatannya (di masa kini ataupun di masa depan). Sebagai contoh, bisnis yang berbasis project bukanlah bisnis yang scalable, karena cost bertumbuh sejajar dengan besarnya revenue yang (akan) didapat.

Founders

Semua hal tersebut di atas, akan sangat ditentukan oleh kemampuan founder untuk merencanakan dan mengeksekusi. Founder seharusnya lebih dari satu orang, idealnya antara 2-4 orang.

Founder minimal ada dua orang dengan skill berbeda, yaitu pengembangan produk/teknologi dan pengembangan bisnis. Founder hanya satu orang terlalu berisiko karena bila founder mengalami sesuatu seperti sakit atau kegalauan – yes, I am not kidding about it – maka jalannya startup bisa sangat terganggu tanpa bisa ada penyeimbang dari founder yang lain.

Terlalu banyak founder juga tidak ideal, karena bisa menimbulkan kerumitan dalam mengambil keputusan serta banyak menimbulkan masalah di masa depan terutama terkait ketimpangan kontribusi dari mereka seiring pertumbuhan perusahaan.


Guest post ini merupakan publikasi ulang tulisan di blog pribadi Andrias dengan izin dan telah melalui penyuntingan.

Andrias Ekoyuono adalah VP Business Development Ideosource Venture Capital. Ia bisa dikontak di andrias [at] gmail [dot] com

Mempersiapkan Diri Untuk Mendapatkan dan Mengelola (Smart) Money Bagi Startup

Sudah jadi rahasia umum bila banyak pemain startup yang gagal meski pelakunya kian menjamur. Salah satu penyebabnya tak jauh-jauh dari pengelolaan uang terkait pendanaan. Kamis kemarin (22/10) DailySocial menggelar event dengan tajuk “Funding Your Startup: Show Me The (Smart) Money” yang menggarisbawahi fase setelah pendanaan bagi startup.  Turut hadir juga Co-Founder dan CMO Telunjuk Hanindia Narendrata, VP Business Development Ideosource Andrias Ekoyuono, Venture Partner MDI Nicko Widjaja sebagai pembicara.

Continue reading Mempersiapkan Diri Untuk Mendapatkan dan Mengelola (Smart) Money Bagi Startup

Stockbit Closes Seed Funding from Ideosource

Stock analysis platform Stockbit announced an undisclosed seed funding that it received from Ideosource. The team claimed that the money will go to product development (including mobile app), marketing expansion, and talent recruitment. Continue reading Stockbit Closes Seed Funding from Ideosource