CarbonEthics Raih Pendanaan Awal Rp32,2 Miliar Dipimpin Intudo Ventures

CarbonEthics mengumumkan keberhasilan meraih pendanaan sebesar $2,1 juta atau setara Rp32,2 miliar dalam putaran pendanaan awal (seed) yang dipimpin oleh Intudo Ventures. Beberapa angel investor strategis lainnya turut serta dalam pendanaan ini.

Didirikan pada Mei 2019, CarbonEthics awalnya fokus pada pengembangan ekosistem blue carbon, sebelum memperluas cakupannya ke ekosistem gambut dan hijau. Dengan solusi iklim berbasis alam, perusahaan ini memadukan dampak lingkungan dan komersial, mengembalikan ekosistem alami yang rusak untuk mendukung bisnis dalam perjalanan dekarbonisasi mereka serta menciptakan sumber pendapatan baru.

CarbonEthics menawarkan tiga layanan inti, yaitu:

  1. Proyek Karbon Berbasis Alam: Melindungi ekosistem untuk menyerap karbon, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan menjaga keanekaragaman hayati.
  2. Penanaman Pohon: Mendukung rehabilitasi ekosistem, khususnya ekosistem blue carbon.
  3. Konsultasi Karbon: Menyediakan layanan konsultasi ESG (Environmental, Social, and Governance) untuk membantu klien mencapai target pengurangan karbon dan mematuhi regulasi terkait.

Co-Founder & CEO CarbonEthics Bimo Soewadji, menyatakan bahwa pencapaian emisi nol bersih (net-zero) tidak hanya penting untuk melindungi bumi dari risiko perubahan iklim, tetapi juga membuka peluang pertumbuhan yang menguntungkan. “Kami mengundang lebih banyak mitra untuk bergabung dalam mengembangkan inisiatif iklim yang berdampak besar dan mendorong pertumbuhan berkelanjutan yang menguntungkan manusia dan planet,” ujar Bimo.

CarbonEthics juga bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk perusahaan swasta, BUMN, lembaga pemerintah, dan organisasi non-pemerintah. Beberapa klien ternama mereka antara lain Allianz, Ernst & Young, dan Danone. Hingga saat ini, CarbonEthics telah menyelesaikan studi kelayakan untuk proyek karbon di lahan seluas lebih dari 4,2 juta hektare dengan potensi proyek karbon lebih dari 1 juta ton CO2e per tahun, serta menanam sekitar 288.000 biota, termasuk mangrove, lamun, rumput laut, dan terumbu karang.

Melalui pendanaan ini, CarbonEthics akan memperkuat portofolionya dengan mengamankan proyek karbon tambahan dan merekrut ahli teknis terbaik untuk melayani kebutuhan klien. Pada tahun 2030, CarbonEthics menargetkan untuk melindungi dan memulihkan 8 juta hektare lahan serta menciptakan dampak CO2e lebih dari 160 juta ton, sembari membangun ekonomi berkelanjutan bagi lebih dari 50.000 masyarakat lokal.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

InfinID Dikabarkan Galang Pendanaan Seri A Dipimpin Argor

Startup fintech InfinID dikabarkan tengah menggalang pendanaan seri A yang dipimpin oleh Argor (Go-Ventures). Sejauh ini Insignia Venture Partners juga terlibat diikuti sejumlah angel investor. Dari data yang dilaporkan ke regulator, seperti dikutip dari Alternative.pe, total dana yang telah terkumpul mencapai $5,42 juta atau setara Rp88 miliar.

DailySocial.id sudah mencoba mengonfirmasi hal ini ke founder InfinID, namun mereka memilih tidak berkomentar terhadap kabar tersebut.

Produk InfinID

InfinID menyalurkan pinjaman menggunakan jaminan sertifikat properti. Perusahaan berperan sebagai penghubung antara calon debitur dan lembaga jasa keuangan (LJK) yang menyediakan pinjaman dengan jaminan sertifikat properti.

Calon debitur akan dibantu untuk mendapatkan pinjaman yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Di sisi lain, perusahaan ini membantu LJK dalam mengelola proses pengajuan, evaluasi, pelayanan, dan pemantauan dengan teknologi digital. Produk LJK yang digunakan oleh InfinID adalah kredit multiguna dan kredit usaha yang dijamin dengan sertifikat properti.

Limit pinjaman yang tersedia di InfinID mulai dari Rp100 juta dengan bunga mulai dari 12%-18% per tahun. Tenornya juga bervariasi, ada yang 3-5 tahun, ada juga yang jangka panjang, yakni 15-20 tahun.

Perusahaan menawarkan tiga produk pinjaman: InfinID FIX, InfinID FLEX, dan InfinID FLIP. InfinID FIX adalah pinjaman multiguna dengan dana besar, bunga ringan, dan skema pembayaran tetap. InfinID FLEX menawarkan kredit dengan limit lebih terjangkau dan fleksibilitas, seperti pembayaran bulanan yang lebih ringan. InfinID FLIP adalah solusi refinancing (takeover) KPR/kredit multiguna/kredit usaha ke lembaga keuangan lain dengan suku bunga lebih rendah, jangka waktu lebih panjang, dan kemudahan lainnya.

InfinID telah menggandeng sejumlah lembaga pembiayaan seperti BPR Artharindo, BPR Daya Perdana Nusantara, BPR Rifi Maligi, Bank Sampoerna, dan Maybank Syariah.

Dengan model bisnis tersebut, InfinID saat ini terdaftar di Inovasi Keuangan Digital (IKD) klaster Financing Agent yang merupakan platform regulatory sandbox di bawah OJK.

Application Information Will Show Up Here

Startup Pengembang Teknologi Ekstraksi Nikel dan Laterit BANIQL Umumkan Pendanaan Awal

Startup pengembang teknologi ekstraksi nikel dan kobalt dari laterit, BANIQL, mengumumkan penutupan pendanaan awal senilai $1,4 juta atau setara Rp22,4 miliar dipimpin BENEEXT. Sejumlah investor turut berpartisipasi, di antaranya Seedstars International Ventures, A2D Ventures, XA Network, dan sejumlah angel investor dari Amerika Serikat, Indonesia, Singapura, dan Malaysia.

Salah satu produk keluaran BANIQL menjadi komponen penting dalam baterai kendaraan listrik dan teknologi penyimpanan energi ramah lingkungan lainnya. Perusahaan juga mengaku telah mengantongi paten di AS atas teknologi yang dikembangkan. Dengan 25% cadangan nikel dunia, Indonesia akan menjadi pasar awal dan target utama perusahaan — selanjutnya mereka juga berencana masuk ke negara lain seperti Korea Selatan, Australia, dan Filipina.

Teknologi BANIQL menawarkan pendekatan ekstraksi alternatif yang berkelanjutan dan efisien dibandingkan metode tradisional, yang sering dikaitkan dengan kerusakan lingkungan. Proses yang dikembangkan memiliki potensi untuk mengurangi konsumsi air dan energi, meminimalkan penggunaan bahan kimia, dan mengurangi jejak ekologis.

“Kami sangat senang mendapat dukungan dari investor yang percaya pada teknologi dan misi kami. Pendanaan ini akan memungkinkan kami membawa BANIQL ke tingkat berikutnya dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap transisi menuju masa depan yang lebih berkelanjutan untuk industri,” ujar Co-Founder & CEO BANIQL Willy Halim.

Potensi pasar dari transisi ke teknologi terbarukan

Seiring peralihan menuju energi bersih, permintaan mineral penting ini melonjak. Pasar bahan baku baterai diperkirakan mencapai $60 miliar pada tahun 2030. Integrasi vertikal di industri ini membuka peluang pasar tambahan sebesar $62 miliar. Dengan potensi pasar gabungan sebesar $120 miliar, BANIQL ingin menangkap pangsa pasar dengan potensi meraup pendapatan $1-3 miliar.

BANIQL telah juga telah menjalin kemitraan strategis dengan pemain kunci di industri ini, seperti salah satu perusahaan pertambangan Indonesia dan distributor ROV. Co. Ltd di Korea. Kemitraan ini akan memberikan mereka akses berharga ke sumber daya, keahlian, dan jaringan pasar saat perusahaan menuju komersialisasi.

“Kami sangat senang mendukung BANIQL dalam misi mereka untuk merevolusi ruang mineral penting. Teknologi inovatif mereka memiliki potensi untuk mengatasi permintaan nikel dan kobalt yang terus meningkat secara berkelanjutan dan bertanggung jawab. Kami percaya BANIQL memiliki visi yang kuat dan menarik, dan kami berharap dapat mendukung mereka dalam perjalanan mereka,” ujar Partner BEENEXT Faiz Rahman.

Jajaran tim pendiri yang kuat

Tim BANIQL menggabungkan keahlian yang beragam dari teknik kimia, ilmu material, teknologi baterai, logistik, dan manajemen fasilitas. CEO dan Co-founder Willy Halim, lulusan UC Berkeley dan Cornell asal Indonesia, mengkhususkan diri dalam penelitian baterai kendaraan listrik. COO dan Co-founder Eric Januar, juga dari Indonesia, membawa 12 tahun pengalaman dalam R&D elektronik, baterai, dan semikonduktor, dengan keberhasilan exit di startup sebelumnya.

Co-founder Seung Wan Kim memberikan kontribusi 15 tahun pengalaman industri baterai dan jaringan yang kuat dalam produsen baterai Korea Samsung, Hyundai, dan LG. Co-founder Aristotle Vergara menawarkan lebih dari 20 tahun pengalaman logistik dan fasilitas, memainkan peran penting dalam menemukan ruang yang cocok untuk bukti konsep perusahaan dan berkontribusi pada eksperimen, pembuatan prototipe, dan pengembangan infrastruktur.

Lewat dana segar yang didapat, perusahaan akan membangun fasilitas pra-percontohan, memperluas tim R&D dan teknik, serta mendukung operasi umum, termasuk pengembangan paten, kolaborasi, dan pengembangan produk.

“Tim kami telah bekerja keras untuk mengembangkan teknologi yang tidak hanya mengatasi permintaan nikel dan kobalt yang terus meningkat, tetapi juga memprioritaskan keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan,” kata Co-founder & COO BANIQL Eric Januar. “Putaran pendanaan ini adalah tonggak penting bagi kami, karena memungkinkan kami untuk mempercepat upaya kami dan memberikan dampak yang langgeng pada masa depan produksi baterai dan praktik penambangan berkelanjutan.”

Startup Agri-biotech Hyoshii Farm Umumkan Pendanaan Awal dari Konsorsium Angel Investor

Startup agri-biotech Hyoshii Farm mengumumkan telah mendapatkan pendanaan awal dari konsorsium angel investor dengan nominal dirahasiakan. Disampaikan dalam putaran ini terlibat sederet perusahaan swasta konglomerasi di berbagai industri, serta investasi mandiri tambahan dari para pendiri.

Didirikan sejak 2021 oleh William Rayawan, James Rayawan, dan Anthony Lee; Hyoshii Farm memiliki visi menjadi penghasil buah terbaik di Indonesia melalui kolaborasi dengan petani lokal, meningkatkan kualitas produksi lokal untuk bersaing dengan buah-buahan premium yang kebanyakan diimpor. Dengan teknologi, SDM, dan sumber daya yang tepat, startup ini ingin menjadi pionir perombakan kualitas dan pengalaman membeli buah-buahan lokal.

“Misi kami membawa kebahagiaan bagi masyarakat Indonesia melalui buah-buahan lokal berkualitas tinggi. Dengan prioritas terhadap proses perkebunan yang baik dan bertanggung jawab terhadap lingkungan, kami berharap lebih banyak orang menikmati manfaat kesehatan dari hasil perkebunan segar dari negeri sendiri. Hyoshii Farm pun ingin menginspirasi dan memberdayakan generasi muda untuk bergabung bersama kami untuk menjawab tantangan dan mengambil peluang di dalam sektor agrikultur Indonesia,” ujar Co-Founder & CEO Hyoshii Farm James Rayawan.

Dimulai dari stroberi

Varian produk stroberi Hatsu Hana yang dibudidayakan Hyoshii Farm / Hyoshii Farm
Varian produk stroberi Hatsu Hana yang dibudidayakan Hyoshii Farm / Hyoshii Farm

Saat ini Hyoshii Farm menjual stroberi dan aneka produk turunannya. Selain di jual ke konsumen akhir melalui berbagai supermarket (Rach Market, Papaya, dan sebagainya), mereka turut menjual produk ke rekanan B2B. Di fase sekarang ini fokus utama distribusinya masih di area Jakarta, Bandung, dan Surabaya — dan terus diperlebar.

Terkait budidaya stroberi, Hyoshii Farm turut menggandeng sejumlah petani, salah satunya berbasis di Lembang, Jawa Barat. Salah satu varian yang dibudidayakan adalah stroberi bernama Hatsu Hana, diklaim memiliki kualitas premium, rasa manis, aroma kuat, dan terlihat berkilau kemerahan.

Kendati bukan komoditas buah endemik dari sini, sejumlah area perkebunan di Indonesia (khususnya di dataran tinggi) cukup cocok digunakan untuk pembibitan stroberi. Namun demikian, ada tantangan tersendiri dalam membudidayakan buah berkualitas. Penanaman yang asal-asalan berujung pada kualitas buah yang buruk — mulai dari bentuknya mungil, rasa asam, hingga warna kusam.

Diketahui pasar lokal memiliki ketertarikan cukup besar, dibuktikan dengan Indonesia sebagai negara pengimpor stroberi Korea ke-7 di dunia. Namun menurut data BPS, stroberi adalah buah yang paling sedikit diproduksi pada 2021, dengan total 9.860 ton, yang mana 6.458 ton datang dari Jawa Barat. Perbandingannya cukup jauh dengan produksi pisang yang berada pada 8,7 juta ton.

Rencana berikutnya

Dana segar yang didapatkan akan dimanfaatkan Hyoshii Farm utamanya untuk ekspansi fasilitas produksi, termasuk pembangunan rumah kaca yang canggih dan juga investasi lebih besar dalam upaya riset dan pengembangan. Dengan mengedepankan inovasi dan penanaman stroberi yang lebih ideal untuk iklim tropis secara produktif, Hyoshii berkomitmen untuk menyuburkan benih revolusi lanskap agrikultur Indonesia. Dana segar juga akan digunakan meningkatkan area produksi 3x lipat.

Turut disampaikan juga, selama tiga tahun awal beroperasi, startup ini mengklaim margin operasional yang sudah menguntungkan, dan perusahaan tidak akan mengalokasikan pendanaan awal untuk menanggung biaya operasional. Hyoshii telah mencatat kenaikan permintaan produk lebih dari 10x lipat dalam satu tahun terakhir, kendati buah-buah beri impor membanjiri pasar Indonesia.

Hyoshii juga mendirikan unit bisnis baru di tahun ini sebagai bagian dari langkah strategis lebih lanjut untuk menjawab pertumbuhan permintaan. Unit baru ini akan menjangkau pelanggan dan petani tertentu untuk menyalurkan bibit-bibit unggul, pupuk serta obat-obatan, pelatihan, dan distribusi hasil kualitas panen di bawah merek Hyoshii.

Untukmu.AI Terima Pendanaan Awal Dipimpin 1982 Ventures

Startup personalized gifting Untukmu.AI mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal dengan nominal dirahasiakan yang dipimpin 1982 Ventures. Putaran ini juga diikuti oleh sejumlah angel investor.

Dana tersebut akan digunakan untuk memperluas jangkauannya ke seluruh Indonesia dan mendisrupsi pasar pemberian hadiah yang diperkirakan memiliki nilai $20 miliar. Inovasi yang digulirkan memanfaatkan blockchain dan token kripto untuk memberikan penghargaan bagi pengguna platform.

Untukmu.AI didirikan oleh mantan founder Tokocrypto, Pang Xue Kai, bersama Pang Xue Cong. Solusinya baru resmi hadir pada awal tahun ini.

Di tengah persaingan bisnis yang semakin dinamis, membangun dan memelihara hubungan antar perusahaan menjadi salah satu aspek penting untuk dilakukan. Memahami pentingnya aspek ini, Untukmu.AI mengembangkan sebuah aplikasi berbasis AI yang dirancang untuk merevolusi cara korporasi, profesional seperti agen asuransi, UMKM, hingga startup, untuk memberikan hadiah yang terpersonalisasi kepada karyawan, mitra, dan klien.

Untukmu.AI menghadirkan platform yang memungkinkan pengguna, mulai dari individu hingga entitas korporat, untuk terhubung langsung dengan berbagai merchant penyedia produk hadiah. Aplikasi ini dapat mengidentifikasi preferensi dan kebutuhan penerima hadiah, memastikan bahwa setiap pilihan hadiah itu personal dan bermakna.

Sebab salah satu tantangan terbesar dalam pemberian hadiah korporat adalah menemukan hadiah yang sesuai dan memberikan kesan personal kepada penerima. Seringkali, hadiah yang diberikan terasa generik, memakan waktu, serta biaya yang besar untuk mengurus pembelian dan pengiriman hadiah.

Untukmu.AI menyelesaikan masalah ini dengan menawarkan solusi melalui teknologi AI yang mampu menganalisis data untuk menghasilkan rekomendasi hadiah yang tidak hanya unik tetapi juga sesuai dengan profil penerima.

“Kami ingin pemberian hadiah korporat menjadi lebih personal dan bermakna. Dengan aplikasi kami, setiap hadiah akan menceritakan sebuah cerita, sebuah apresiasi yang tulus dari perusahaan kepada individu atau mitra bisnis yang berkontribusi dalam kesuksesannya,” terang Co-founder & CEO Untukmu.AI Pang Xue Kai dalam keterangan resmi, Kamis (07/3).

Solusi yang ditawarkan

Kai menuturkan sepanjang tahun ini perusahaan akan memfokuskan layanannya pada sektor korporat, mengenali kebutuhan unik dan tantangan yang dihadapi oleh perusahaan dalam memberikan hadiah terpersonalisasi.

“Dengan fokus pada korporasi, kami dapat menyediakan solusi yang tidak hanya meningkatkan kepuasan karyawan dan mitra bisnis, tetapi juga memperkuat citra perusahaan sebagai entitas yang peduli dan berorientasi pada hubungan personal,” tambahnya.

Solusi yang ditawarkan terbilang menyeluruh. Berikut rinciannya:

  • Layanan untuk memberikan hadiah dengan branding korporasi yang bisa membantu peningkatan kesadaran merek hingga 35%. Juga bisa memberikan hadiah yang dipesan khusus untuk klien dan mitra, sehingga berpotensi meningkatkan kepuasan mereka lebih dari 25%.
  • Di hari-hari istimewa seperti hari raya Idulfitri dan Natal, Untukmu.AI bisa membantu korporasi untuk menyediakan hadiah musiman yang dapat meningkatkan kepuasan dan loyalitas klien, serta menumbuhkan semangat karyawan.
  • Dari aspek teknis, Untukmu.AI memberikan kemudahan kepada korporasi dalam bentuk integrasi HRIS yang sederhana, tetapi bisa memberikan dampak signifikan.
  • Korporasi juga bisa menggunakan analitika hadiah yang disediakan untuk memastikan hadiah tersebut memiliki rasio nilai kepuasan yang tinggi.
  • Mendukung korporasi dalam mengelola anggaran pemberian hadiah dengan lebih efektif, mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk proses pemilihan hadiah.
  • Menyediakan akses langsung ke berbagai pedagang hadiah yang telah terverifikasi demi memastikan kualitas produk.
  • Tersedia fitur Dewi.AI yang merupakan personal AI gift advisor yang membantu pengguna dalam menyederhanakan pencarian hadiah yang unik dan dipersonalisasi sesuai dengan preferensi, minat, kepribadian, gender, hingga usia penerima hadiah.
  • Fitur kalender yang membantu mengingatkan perusahaan tentang hari-hari penting, dan terhubung dengan Dewi.AI untuk memberikan rekomendasi hadiah yang sesuai untuk momen tersebut, mulai dari opsi umum hingga hadiah yang dipersonalisasi sesuai dengan selera dan kebutuhan penerima hadiah.

“Dengan komitmen yang kuat terhadap inovasi dan kepuasan pelanggan, Untukmu.AI terus mengembangkan fitur-fitur baru dan meningkatkan kualitas layanannya. Kami tidak hanya menyediakan platform, tetapi juga berupaya untuk menjadi bagian dari perjalanan korporasi dalam membangun hubungan yang lebih bermakna,” tutup Kai.

Diklaim, saat ini aplikasi Untukmu.AI telah digunakan oleh lebih dari 10.000 pengguna dan puluhan merchant penyedia produk hadiah sudah tergabung ke dalam platform.

Application Information Will Show Up Here

Seeds Finance Raih Pendanaan, Perkuat Edukasi Keuangan yang Inovatif

Platform social investing Seeds Finance mengumumkan pendanaan dari sejumlah investor dengan nominal dirahasikan. Para investor tersebut ialah Samuel Jeanblanc (angel investor dari XA Network dan Google), Prantik Mazumdar (angel investor sekaligus Presiden TiE Singapore dan Substack), dan Ruvento Ventures (VC tahap awal yang berbasis di Singapura).

Secara terpisah mengutip dari unggahan Willy di LinkedIn, terdapat beberapa nama investor lain yang berpartisipasi, yakni Alex Peter (angel investor dan Venture Partner DeVC), Frank Chung (angel investor dan Angel Squad Member Hustle Fund), dan DeVC. Seluruh angel investor kini bergabung sebagai advisor di Seeds.

Perusahaan akan menggunakan dana segar untuk mengembangkan aplikasi, bisnis, dan pertumbuhan perusahaan secara keseluruhan.

Founder dan CEO Seeds Finance Willy Tan menyampaikan, pendanaan ini memperlihatkan kepercayaan para investor atas komitmen perusahaan untuk meningkatkan literasi keuangan dan investasi bagi generasi muda di Indonesia.

“Kami berkomitmen untuk menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan melalui permainan simulasi investasi, yang menjadikan literasi keuangan dan investasi semakin mudah diakses dan dimengerti bagi generasi muda,” ucap dalam keterangan resmi, Kamis (29/2).

Willy melanjutkan, perjalanan literasi keuangan ini tidak dapat selesai dalam satu atau dua tahun karena ini memerlukan keberlanjutan yang bersifat jangka panjang. Harapannya, aplikasi ini dapat menjadi fondasi awal untuk membangun literasi keuangan yang kokoh pada masa depan.

Seeds dikembangkan khusus untuk generasi muda dengan mengusung konsep social investing. Aplikasi ini menggabungkan perdagangan virtual, gamifikasi, dan media sosial, sebagai pendekatan unik untuk edukasi keuangan dan literasi investasi.

Aplikasi ini tidak memerlukan deposit, sehingga tidak ada risiko kehilangan uang saat mulai mengeksplorasi dan mencoba berinvestasi. Pengguna dapat belajar membuat simulasi portofolio investasi tanpa risiko kehilangan uang sungguhan. Walau virtual, chart yang ditampilkan terjadi secara real-time membuat pengalaman investasi jadi lebih berkesan.

Selain itu, terdapat kompetisi perdagangan virtual berbasis gamifikasi dikenal sebagai ‘Turnamen Play Arena’. Kompetisi ini rutin digelar dan membuka kesempatan bagi peserta untuk memenangkan jutaan Rupiah. Kelas aset investasi yang saat ini tersedia adalah pasar saham Amerika Serikat dan aset kripto.

Diklaim Seeds telah diunduh lebih dari 50 ribu kali di Play Store. Pencapaian ini mampu dicapai karena dalam pemasarannya Seeds memanfaatkan basis komunitas di berbagai universitas. Pengguna aktif bulanannya tembus ke angka 12 ribu orang, dengan pertumbuhan 400% dari bulan ke bulan. Sementara pengguna berbayarnya mencapai 3 ribu orang dengan pertumbuhan bulanan 500%.

Perbedaan antara pengguna yang berbayar dengan tidak adalah nominal hadiah yang berkesempatan mereka raih untuk setiap kompetisi yang digelar. Kompetisi ini punya tiket masuk yang harus dibayarkan sebelumnya oleh pengguna. Bila berbayar, hadiah yang diperebutkan nominalnya lebih besar.

Dalam wawancara sebelumnya, Willy menuturkan dampak positif yang bisa diberikan dari konsep social investing adalah pengguna bisa mempelajari dunia investasi secara lebih menyenangkan melalui gamifikasi. Dengan ilmu dan literasi keuangan yang dihadirkan, pengguna dapat mencoba berbagai sudut pandang dan perspektif mengenai pandangannya terhadap proyeksi ke depan atas suatu kelas aset.

Startup ini resmi diperkenalkan pada 2023, Willy merintisnya karena terinspirasi dari pepatah asal Negeri Tirai Bambu, ‘Qiānlǐ zhī xíng, shǐ yú zúxià’. Artinya, perjalanan seribu mil dimulai dengan satu langkah.

Application Information Will Show Up Here

Gently Dikabarkan Terima Pendanaan Rp39 Miliar dari Northstar, Accel, Init-6

Startup D2C pengembang brand personal care untuk bayi dan anak dikabarkan telah membukukan pendanaan awal. Berdasarkan data yang diinput ke regulator, seperti dikutip dari Alternative.pe, Northstar, Accel, Init-6, dan dua investor lainnya terlibat pada putaran pendanaan senilai $2,5 juta atau setara Rp39 miliar ini.

Sebelumnya sekitar dua bulan yang lalu, Northstar memang sudah mengonfirmasi perihal investasi ke Gently ini. Sementara Init-6 juga sudah mengumumkan partisipasinya sejak Maret 2023.

Startup ini didirikan oleh Nyoman Anjani (CEO) dan Ramadhan Satrio Nugroho sejak awal 2021. Nyoman adalah lulusan MIT di jurusan Engineering & Management (S2) dan Teknik Mesin ITB (S1). Sebelum fokus di Gently, ia juga sempat bekerja di Unilever Indonesia menjadi Country Manager for Digital Transformation & Sustainable; serta mendirikan startup manufaktur produk fesyen Cloufa.

“Kami tergerak membangun Gently untuk membantu para ibu membangun keluarga yang sehat dan kuat dengan menghadirkan produk-produk personal care yang memiliki formula lembut, aman, dan berkhasiat, dengan harga yang terjangkau,” tulis Nyoman seperti dikutip dalam situs resminya.

Adapun sejumlah produk yang saat ini sudah dijajakan seperti baby face cream, baby hair lotion, baby rash cream, calming baby cream, candlenut shampo, massage oil, dan beberapa lainnya. Kanal penjualannya pun meliputi saluran online (website, marketplace) dan toko offline. Mereka juga mengandalkan sistem reseller untuk meningkatkan traksi penjualan.

Menurut Future Market Insight, ukuran pasar personal care untuk bayo secara global telah mencapai $6,08 miliar di tahun 2023 dan akan terus bertumbuh sampai $8,71 miliar di 2033 mendatang. Sementara dari sumber data lain yang dihimpun dalam Statista, revenue produk bayi dan anak diperkirakan akan mencapai $92,21 juta di tahun ini.

Pertumbuhan eksponensial akan terjadi di tahun-tahun berikutnya, setalah terjadi penurunan revenue ketika pandemi Covid-19 tahun 2020 lalu.

Proyeksi revenue produk bayi dan anak / Statista
Proyeksi revenue produk bayi dan anak / Statista

Gently dihadapkan pada persaingan langsung bersama brand legasi yang sebelumnya sudah hadir selama bertahun-tahun. Namun demikian, pasar produk personal care memang masih mengalami peningkatan derasitis — termasuk untuk produk dewasa (perempuan) — di mana banyak brand baru justru mendapatkan momentum penerimaan pasar.

Startup Cleantech Neutura Umumkan Pendanaan Pra-Awal

Bersama dengan pagelaran COP 28 di Dubai, Neutura selaku startup di bidang carbon removal lokal, mengumumkan pendanaan angel round atau pra-awal dengan investor dan nilai yang tidak disebutkan. Investasi tersebut difokuskan untuk pengembangan proyek penyerapan karbon berbasis biochar, yang dinilai dapat menghadirkan loncatan besar dalam menghambat laju perubahan iklim.

Cara kerjanya dengan mengubah limbah pertanian menjadi biochar yang memiliki nilai tambah dan diklaim mampu mengunci karbon dalam tanah selama lebih dari 500 tahun.

Dalam waktu dekat Neutura bersiap meluncurkan dua proyek mercusuar pada tahun 2024 ini. Proyek yang akan diluncurkan berfokus pada pemanfaatan limbah tanaman dari industri pertanian untuk menyerap karbon dari atmosfer, dengan mengubah hasil limbah menjadi biochar dan cuka kayu.

Targetnya proyek ini akan dijalankan di Indonesia dan Eropa Selatan. Proyek di dua wilayah ini tidak hanya sekadar bertujuan untuk mengurangi emisi secara holistik, melainkan juga mengubah paradigma masyarakat terkait carbon removal dan manajemen limbah agrikultur yang bertanggung jawab.

Lokasi uji coba yang akan dikerjakan di Indonesia berkapasitas 30 ribu ton untuk limbah per tahunnya, dengan perkiraan karbon yang dihilangkan melalui Biochar Carbon Removal (BCR) sekitar 18 ribu ton per tahun.

Untuk lokasi uji coba kedua di Eropa Selatan, kapasitas potensial maksimumnya sekitar 12 ribu ton limbah yang akan diproses setiap tahunnya, perkiraan karbon yang dihilangkan melalui BCR akan sekitar 6 ribu ton per tahun.

“Kami melihat limbah pertanian bukan sebagai masalah tetapi sebagai solusi. Dengan mengubah limbah ini menjadi biochar, kami mengatasi beberapa tantangan sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca, meningkatkan kesehatan tanah, dan menciptakan praktik pertanian yang berkelanjutan,” ujar Co-Founder Neutura Laksamana Sakti atau yang akrab dipanggil Alif.

Mengenal Biochar

Biochar merupakan hasil produk berbentuk arang yang dihasilkan oleh Neutura melalui proses pirolisis. Salah satu kemampuan utamanya untuk meningkatkan kesuburan tanah. Selain itu, biochar ini bisa dimanfaatkan sebagai material industri metalurgi dan semen rendah emisi.

“Material ini dapat meningkatkan retensi air dan struktur tanah, menghasilkan pertumbuhan tanaman yang lebih sehat, dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia. Produksi biochar dapat menjadi katalis perubahan yang cukup signifikan untuk memulai praktik pertanian berkelanjutan,” jelas Alif.

Secara bersamaan, cuka kayu produk sampingan dari proses ini, dapat berfungsi sebagai pestisida dan pupuk alami. Menurut Alif, cuka kayu adalah solusi organik untuk perawatan tanaman. Cara ini dinilai efektif, ramah lingkungan, dan sejalan sepenuhnya dengan visi masa depan pertanian yang berkelanjutan.

Proyek pilot yang dikerjakan Neutura menggunakan peralatan pirolisis khusus yang dirancang menggunakan energi yang efisien dan terintegrasi dengan pabrik. “Kami berinvestasi dalam teknologi yang tidak hanya mendukung berjalannya kegiatan operasional, tetapi juga menetapkan standar rendah emisi yang berkelas dunia,” ujar Alif.

Dengan menjual biochar dan kredit penyerapan karbon, Neutura ingin memastikan kelangsungan profitabilitas perusahaan sedari awal. “Model bisnis kami mencerminkan komitmen kami terhadap keberlanjutan dan profitabilitas,” kata Alif.

Selain Alif, startup ini turut didirikan oleh Glory Sihombing. Sebelumnya Alif dikenal sebagai Co-Founder Siklus, salah satu startup berdampak yang fokus pada layanan isi ulang aneka kebutuhan harian. Ia juga terlibat sebagai dewan direksi di proyek berdampak REDD+ dan ARR yang fokus ke solusi penanganan iklim. Alif juga menjadi salah satu delegasi Indonesia pada KTT Pemuda G20 2023 lalu.

Sementara Glori juga merupakan anggota Global Green Capital dan Carbon Offset AsiaCarbon. Dengan enam proyek penghapusan karbon yang sedang berjalan di seluruh Indonesia, pengalamannya dinilai akan signifikan dalam mengakselerasi Neutura.

Co-Founder Kopi Kenangan Dirikan Kopital Ventures, Tutup Dana Kelolaan Pertama 190 Miliar Rupiah

Kopital Ventures mengumumkan debutnya melalui dana kelolaan perdana senilai $12 juta atau sekitar 190 miliar Rupiah. Ini merupakan perusahaan modal ventura yang didirikan Co-founder Kenangan Brands (induk Kopi Kenangan) James Prananto dan Fandy Cendrajaya bekerja sama dengan Farquhar VC.

Dana yang berhasil dihimpun akan digunakan untuk berinvestasi ke startup tahap awal di semua sektor industri. Targetnya bisa masuk ke 30-40 startup selama 3 tahun ke depan.

Penutupan dana kelolaan pertama ini didukung modal ventura dan family office seperti Saison Capital, Trihill Capital, Impack Ventures, dan Alto Partners Multi-Family Office sebagai investor strategis.

Sebelumnya kedua pendiri telah memperkenalkan Kopital Network, sebuah wadah yang didesain untuk mengakomodasi  angel investors (yang sebagian besar datang dari growth-stage founders). Sejak 2021, James dan Fandy sendiri juga sudah mulai berinvestasi di beberapa startup seperti Somethinc (Beautyhaul), Durianpay, Fishlog, Gajigesa, Eratani, Proglix, dan Rekosistem.

“Saat tech-winter pada akhir tahun 2022, saya dan Fandy berpikiran untuk membangun sebuah perusahaan modal ventura yang dapat membantu startup dengan lebih baik melalui pengalaman saya sebagai founder-operator dan network Fandy dalam tech ecosystem. Kami melihat bahwa salah satu yang sulit didapatkan oleh founder baru adalah akses terhadap founder/operator startup yang sudah pernah melewati perjalanan ini, yang dapat diajak bertukar pikiran; dan inilah salah satu proposisi dari Kopital Ventures,” tutur Founding Partner Kopital Ventures James Prananto.

Kopital Ventures juga akan dinakhodai oleh Christian Sutardi sebagai Venture Partner. Ia adalah salah satu angel investor yang cukup produktif di Indonesia dan investor awal di Kenangan Brands, Hypefast, Ayoconnect, dan Broom. Christian juga merupakan pendiri Fabelio, startup marketplace furnitur yang dinyatakan pailit sejak tahun 2022 lalu.

“Peran Kopital Ventures sebagai investor strategis tidak hanya dalam bentuk penyuntikan dana saja, tetapi juga dalam menghubungkan para founder tahap awal dengan mentor yang tergabung dalam Kopital Network dan akses ke investor internasional untuk pendanaan tahap selanjutnya. Kami berharap dapat menjadi yang pertama berinvestasi di beberapa unicorn Indonesia berikutnya,” ucap Founding Partner Kopital Ventures Fandy Cendrajaya.

Sebelumnya co-founder Kenangan Brand lainnya, yakni Edward Tirtanata juga terlebih dulu menginisiasi perusahaan modal ventura melalui Kenangan Kapital. Mereka telah berinvestasi ke sejumlah startup seperti Eratani, Makmur, Noice, Medigo, dan beberapa lainnya.

Hadirnya VC dan dana kelolaan baru di tengah tech-winter memberikan angin segar tersendiri bagi ekosistem startup di Indonesia. Salah satunya memvalidasi bahwa kepercayaan investor terhadap generasi founder berikutnya masih cukup tinggi. Terlebih kini founder startup tahap akhir sudah mulai banyak aktif membantu dan berinvestasi ke startup-startup baru.

Menurut laporan DS/Innovate, ada lebih dari sepuluh dana kelolaan baru modal ventura yang diumumkan. Mereka akan fokus dan memberikan porsi lebih kepada ekosistem startup di Indonesia di berbagai tahap pendanaan.

Daftar dana kelolaan VC terbesar yang diumumkan tahun ini untuk startup Indonesia / DSInnovate

Startup Biotech Lokal Moosa Genetics Dapat Pendanaan Pra-Awal dari East Ventures dan Angel Investor

Startup genomik hewan Moosa Genetics mendapat pendanaan pra-awal dari East Ventures dengan nominal yang dirahasiakan setelah sebelumnya mengandalkan bootstrapping. Sejumlah angel investor ikut berpartisipasi pada pendanaan ini.

Moosa Genetics didirikan pada 2016 Dr. Ivan R Sini, PhD (Chairman), didukung Dr. Deddy F. Kurniawan, DVM (co-CEO), Jeremia Michael Sutandy (Co-CEO dan Managing Director), Prof. Arief Boediono, PhD (Chief Scientific Officer), dan Ir. Sigit Prastowo, PhD (Chief Geneticist Officer).

Misinya adalah merumuskan ulang dan menetapkan standar baru kualitas terbaik dalam industri peternakan Indonesia. Moosa akan memanfaatkan investasi tersebut untuk membangun laboratorium, tim, pemasaran, dan kemitraan daging wagyu demi memenuhi permintaan pelanggan.

“Melalui teknologi reproduksi dan molekuler hewan modern, memungkinkan kami untuk memproduksi kualitas daging lebih baik dengan harga lebih rendah, sehingga bisa memberikan manfaat besar bagi industri dan konsumen. Kami harap dapat menghadirkan lebih banyak antusiasme di bidang ini di masa depan,” ujar Dr. Ivan yang juga Ketua Umum Asosiasi Genomik Indonesia dalam keteranganr resminya.

“Pendekatan inovatif Moosa Genetics terhadap peternakan sapi melalui bioteknologi memiliki potensi mendorong revolusi industri peternakan, mengatasi tantangan dan tuntutan penting di bidang peternakan, sekaligus memastikan produksi pangan berkelanjutan dan meningkatkan ketahanan pangan dalam negeri,” kata Avina Sugiarto, Partner di East Ventures.

Di sepanjang tahun ini, East Ventures terus mengucurkan investasi ke sektor kesehatan, terutama genomik dan bioteknologi. Beberapa portofolio terbarunya adalah Mesh Bio dan AMILI.

Dalam laporan berjudul “Genomics: Leapfrogging into the Indonesian healthcare future“, genomik dan bioteknologi berpotensi untuk mentransformasi ekosistem perawatan kesehatan di Indonesia. Ada empat pilar utama yang dibutuhkan untuk mendorong implementasinya secara optimal, yakni infrastruktur, investasi, sumber daya manusia, serta regulasi.

Terfragmentasi

Lebih lanjut, Moosa menilai selama ini industri peternakan sapi di Indonesia terfragmentasi. Sebanyak 80% didominasi oleh peternak skala kecil, di mana mayoritas berlokasi di Pulau Jawa. Adapun, Jawa Timur menyumbang 30% dari populasi sapi di Indonesia.

Di samping itu, peternak seringkali mengandalkan tabungan untuk biaya pemeliharaan sapi dibandingkan untuk pasar komersialisasi. Hal ini menghambat potensi pasokan daging dalam negeri secara signifikan. Sebagian besar peternak tidak memiliki keterampilan memadai untuk menangani sistem produksi, demikian juga mengembangkan bisnisnya karena keterbatasan biaya dan akses pinjaman.

Kondisi di atas membuat produksi dalam negeri hanya mampu memenuhi sekitar 40% permintaan daging sapi Indonesia, dan menyebabkan ketergantungan Indonesia pada impor daging sapi, khususnya dari Australia.

Moosa Genetics mengembangkan inovasi bioteknologi, memanfaatkan teknologi transfer embrio dan teknik seleksi gen inovatif, seperti CRISPR (modifikasi DNA secara selektif). Inovasi dinilai dapat meningkatkan kualitas daging dan mengurangi biaya. Perusahaan juga berupaya meningkatkan jenis sapi lokal dengan nama “Sapi Merah Putih” untuk mencapai standar unggul.

Pihaknya meyakini tidak ada solusi tunggal untuk memperbaiki genetik yang dapat menentukan versi ideal sapi lokal untuk Indonesia. “Untuk mengatasi tantangan tersebut, Moosa Genetics menekankan pentingnya kolaborasi antara pemangku kepentingan industri, penyedia platform, dan peneliti yang berdedikasi untuk menilai dan mengukur peningkatan terhadap standar peternakan sapi saat ini secara komprehensif.” Tutup Dr. Ivan.