Looké Beauty App: Tawarkan Teknologi AR untuk Dunia Kecantikan

Kerap kali para beauty enthusiast mengalami kesulitan dalam menentukan produk kecantikan yang akan dibeli. Mengingat banyaknya pilihan yang tersedia, sekaligus menentukan produk mana yang memiliki shade sesuai dengan skin tone yang dimiliki. Namun seiring perkembangan teknologi yang semakin maju, berbagai inovasi teknologi di industri kecantikan kian meningkat. Mereka mulai memanfaatkan teknologi untuk bisa memberikan solusi yang tepat bagi para pelanggannya, sekaligus memberikan pengalaman yang lebih real secara virtual. 

Teknologi yang banyak diminati saat ini adalah Augmented Reality atau biasa disingkat dengan AR. Teknologi ini menggabungkan antara konten digital dengan dunia nyata dan dapat dilakukan secara real-time. Sehingga para pengguna dapat mendapat kesan nyata saat ingin melakukan simulasi pada produk kosmetik pilihan yang sekiranya cocok dengan warna kulit yang dimiliki. Saat ini teknologi AR banyak diadopsi oleh para pelaku e-commerce, khususnya pada produk kecantikan dan personal care. Melalui teknologi AR pula dapat menambah pengalaman pelanggan dalam mensimulasikan belanja offline.

Pemanfaatan Augmented Reality pada Aplikasi Kecantikan

Looké Beauty App Tawarkan Teknologi AR untuk Dunia Kecantikan
Tampilan Looké Beauty App

Adopsi aplikasi kecantikan berbasis AR di Indonesia sudah gencar dilakukan sejak tahun 2018, terlebih pada masa seperti saat ini dimana terjadinya pembatasan aktivitas fisik membuat orang-orang lebih cenderung untuk berbelanja secara online. Faktanya pemanfaatan augmented reality pada aplikasi kecantikan dapat dikatakan sebagai strategi yang cukup berhasil dalam memikat konsumen untuk membeli produk kecantikan secara online, terlebih kini e-commerce semakin diminati oleh masyarakat.

Menyadari akan pentingnya hal tersebut, salah satu brand beauty yang juga bagian dari AVO grup yaitu, Looké melakukan inisiasi dengan mengadopsi Augmented Reality yang diaplikasikan dalam Looké Beauty App yang baru saja dirilis. Aplikasi kecantikan yang ditunjang dengan teknologi AR ini akan memberikan pengalaman baru bagi Anda yang ingin mencoba seluruh produk makeup dari Looké.

Didukung dengan teknologi AR, para pengguna dapat mengakses berbagai fitur seperti Pick, Snap, Save and Share. Masing-masing dari fitur tersebut dapat memberikan kemudahan bagi pengguna untuk mencoba produk yang dipilih, apakah sesuai dengan kulit atau tidak. Dengan begitu, pengguna bisa lebih nyaman dan memilih produk yang cocok dengan kulit mereka, tanpa perlu berkunjung ke toko offline dan mencobanya secara langsung.

Dengan meningkatkan tren belanja online di berbagai e-commerce, pemanfaatan teknologi seperti AR ini semakin diminati. Looké menjadi salah satu industri beauty tech yang memanfaatkan momen untuk bisa memuaskan para pelanggannya agar bisa mencari produk yang mudah diakses dan sesuai dengan keinginannya. 

Jika melihat dari industri kecantikan di Indonesia, Pemerintah mencatat terdapat 797 pelaku usaha kosmetik besar dan industri kecil dan menengah (IKM) di Indonesia pada 2019, di mana sebanyak 294 terdaftar di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Jumlah tersebut naik dari tahun sebelumnya yang sebesar 760. Di tahun ini, dengan kondisi yang seperti ini kian membuka kesempatan bagi industri beauty tech di Indonesia lebih berkembang.

Lego AR Playgrounds Ajak Kita Mengeksplorasi Set Lego Rakitan Secara Digital

Pada konferensi developer yang dihelat Apple Juni lalu, divisi Creative Play Lab dari Lego diberi kesempatan untuk mendemonstrasikan karya terbarunya di bidang augmented reality, sekaligus menyoroti sederet pembaruan yang dihadirkan pada platform AR bikinan Apple.

Kreasi mereka tersebut adalah Lego AR Playgrounds, yang baru saja dirilis untuk perangkat iOS 12. Premis utama Playgrounds adalah mengajak para pemain untuk berinteraksi dengan balok Lego secara fisik sekaligus elemen-elemen digital yang disajikan aplikasi.

Jadi ketika pengguna mengarahkan kamera iPhone atau iPad-nya ke set Lego yang kompatibel (sementara baru dari seri Lego Ninjago), mereka dapat melihat balok-balok tersebut menjadi ‘hidup’, lengkap dengan tambahan elemen digital lainnya.

Lego AR Playgrounds

Berkat Playgrounds, set Lego yang kita rakit pada dasarnya tidak sebatas menjadi pajangan saja. Pastinya ada kepuasan sendiri bermain-main secara interaktif selagi melibatkan set Lego kebanggaan kita. Lego tidak lupa melengkapinya dengan narasi yang menarik, sehingga anak-anak berusia 9 tahun atau lebih bisa semakin terpikat.

Playgrounds bisa dilihat sebagai tahap eksplorasi lebih lanjut atas set Lego yang kita rakit. Namun seandainya Anda belum mempunyai set Lego yang kompatibel, Playgrounds masih bisa dimainkan hingga lima level pertama; yang Anda butuhkan hanyalah permukaan datar seperti meja guna bermain dalam mode AR-only.

Lego AR Playgrounds saat ini sudah bisa diunduh secara cuma-cuma dari App Store. Lego memastikan bahwa tidak ada satu pun iklan atau opsi in-app purchase pada aplikasi. Masuk akal mengingat game ini mendorong kita untuk membeli set Lego demi mendapatkan kepuasan yang maksimal.

Sumber: Lego.

Berkat Aplikasi 3D Scanner Pro, Menjadi Ilustrator 3D Hanya Perlu Modal iPhone

ARKit 2 yang dibawa iOS 12 menghadirkan format file baru khusus augmented reality bernama uzdz, yang memungkinkan konten AR untuk dilihat langsung melalui aplikasi seperti Safari atau Messages. Fitur ini Apple sebut dengan istilah AR Quick Look, terinspirasi dari fitur Quick Look yang ada di macOS.

Lalu yang jadi pertanyaan, bagaimana kita bisa membuat file uzdz sendiri atas objek-objek yang ada di sekitar kita? Tentunya kita harus lebih dulu menguasai teknik ilustrasi 3D. Bukan tugas yang mudah memang, sehingga alternatif yang lebih ideal untuk banyak orang adalah aplikasi bernama 3D Scanner Pro berikut ini.

3D Scanner Pro

Dikembangkan oleh Laan Labs, 3D Scanner Pro memungkinkan pengguna untuk menyulap objek di sekitarnya menjadi aset 3D hanya dengan memanfaatkan kamera iPhone. Anggap ini aplikasi scanner, tapi untuk objek tiga dimensi ketimbang dua dimensi, entah itu meja, kursi, vas bunga, atau malah tumpukan roti tawar.

Cukup arahkan kamera ke kursi, lalu biarkan aplikasi memindai bagian-bagiannya secara menyeluruh. Setelahnya, pengguna bakal langsung mendapat aset 3D-nya dalam format uzdz tadi, yang kemudian bisa dibagikan via iMessage.

3D Scanner Pro

Sang penerima pesan pun juga dapat melihat penampakan objek tersebut langsung di sekitarnya. Sederhananya, semua orang bisa menjadi ilustrator 3D berkat aplikasi ini.

Namun sebelum Anda bergegas ke App Store dan mengunduh 3D Scanner Pro, Anda rupanya masih harus bersabar mengingat statusnya masih early access. Terlepas dari itu, potensi aplikasi ini bakal sangat luas saat sudah dirilis nanti. Salah satunya adalah untuk membantu pemilik toko online di Shopify yang hendak mengintegrasikan katalog produk dalam bentuk AR.

Sumber: VR Scout.

Aplikasi Ini Bantu Kita Mencari Kata Kunci pada Dokumen Fisik Secara Real-Time

Terjemahan kasar augmented reality (AR) adalah “realitas tertambah”. Pada prakteknya, AR banyak digunakan untuk menambahkan informasi langsung di atas objek nyata. Contoh terbaik dari penerapan teknologi AR adalah aplikasi Google Lens, yang salah satu fungsinya adalah untuk membantu menginterpretasi nama masakan asing pada menu sebuah restoran.

Untuk tugas yang spesifik seperti ini, Google Lens memanfaatkan teknologi yang dikenal dengan istilah Optical Character Recognition (OCR). Sekarang, teknologi tersebut juga dimanfaatkan oleh sebuah aplikasi bernama Find It untuk membantu kita mencari berbagai kata kunci dari sebuah dokumen atau buku fisik.

Cara menggunakan Find It terkesan cukup mudah. Cukup arahkan kamera ponsel ke suatu halaman dokumen atau buku, lalu ketik kata kunci yang hendak dicari (bisa langsung beberapa sekaligus). Secara instan aplikasi bakal menggarisbawahi kata kunci yang terdapat pada halaman dokumen sesuai yang kita cari.

Semuanya berlangsung secara real-time, tidak seperti pada mayoritas aplikasi pemindai dokumen yang mengharuskan kita untuk mengambil foto halamannya terlebih dulu. Asalkan teksnya ditulis dalam alfabet Latin, Find It sanggup membacanya, baik itu dalam bahasa Inggris, Spanyol, Perancis, Jerman, dan lain sebagainya.

Find It bisa kita anggap sebagai fungsi “Ctrl + F” versi nyata. Di komputer, kita dapat mengaktifkan shortcut itu untuk mencari kata tertentu pada dokumen maupun situs. Find It memungkinkan kita untuk menikmati kemudahan yang sama, tapi untuk teks yang dicetak, bukan teks digital.

Saya bisa membayangkan kegunaan aplikasi ini bagi mereka yang sedang mengerjakan skripsi dan harus meriset sejumlah buku yang dipinjam dari perpustakaan: cari segmen yang hendak diriset lewat daftar isi, lalu cari kata kuncinya menggunakan Find It. Semestinya cara ini jauh lebih menghemat waktu ketimbang harus mencari kata kuncinya secara manual.

Bagian terbaiknya, Find It bisa diunduh dari Google Play Store secara cuma-cuma. Opsi in-app purchase memang ada, tapi itu hanya untuk menghilangkan selipan iklan sesekalinya.

Sumber: Next Reality.

Application Information Will Show Up Here

Nickelodeon Screens Up Mengombinasikan AR Dengan Acara TV Tradisional

Ketika cara konsumen mengakses dan menikmati konten hiburan mulai berubah, para pemain di industri harus pintar beradaptasi. Dalam melakukannya, Nickelodeon telah merilis app mobile di perangkat Android dan iOS, serta meluncurkan jaringan radio dibantu iHeartMedia pada tahun 2013. Dan kali ini, Nickelodeon mencoba mengintegrasikan AR dalam layanan mereka.

Minggu lalu, jaringan TV khusus acara anak yang meluncur hampir empat dekade silam itu memperkenalkan sebuah inisiatif baru. Dinamai Screens Up, program ini sangat unik karena mencoba memadukan penyajian siaran televisi tradisional dengan teknologi augmented reality via perangkat bergerak. Pemanfaatan smartphone atau tablet buat mengakses AR bukanlah hal baru, tapi metode penyuguhan Screens Up terbilang unik.

Implementasi Screens Up seperti ini: Dalam acara Nickelodeon tertentu, notifikasi akan muncul dan penonton diminta mengaktifkan aplikasi sembari mengarahkan kamera ke layar televisi. Selanjutnya, app akan melakukan sinkronisasi, lalu adegan tertentu di acara TV memicu konten augmented reality – misalnya membuat karakter atau objek keluar layar atau mengaktifkan konten rahasia.

Nickelodeon menjelaskan bahwa Screens Up disiapkan sebagai ‘pusat engagement‘. Selain menyajikan konten berbasis AR, Anda bisa menemukan berbagai mini-game serta mengutak-atik stiker augmented reality. Opsi stiker akan bertambah banyak seiring dengan kian banyaknya event yang Anda ikuti. Nickelodeon berjanji untuk meng-update koleksi stiker AR tiap minggu.

Nickelodeon Screens Up 1

Di versi awalnya, aplikasi Screens Up siap menyuguhkan mini-game berupa trivia dan polling. Seluruh permainan tersebut tersinkronisasi ke acara televisi yang sedang ditayangkan. Di waktu ke depan, Nickelodeon akan menambah jumlah game-nya. Sejumlah permainan itu juga dapat diakses di luar waktu penayangan program.

Fungsi augmented reality Screens Up tentu saja jadi fitur andalan di sana. Berdasarkan trailer dan gambar, app AR tersebut dapat mengeluarkan tumpahan lendir hijau dari TV tanpa mengotori ruangan Anda hingga memunculkan karakter-karakter seperti Patrick sang bintang laut dan menaruhnya di telapak tangan Anda.

Screens Up merupakan buah karya Nickelodeon dengan mitranya Eyecandylab. Basis dari Screens Up ialah Augmen.TV. Teknologi ini memungkinkan penyedia layanan menambahkan komponen interaktif di konten yang mereka suguhkan melalui augmented reality. Metode tersebut mengubah karakteristik penonton dari pasif menjadi ‘peserta aktif’.

Saat ini Screens Up sudah bisa diunduh dan gunakan, tersedia di Google Play serta Apple Store. Acara pertama yang mendukung aplikasi ini adalah Kid’s Choice Sports.

Via VentureBeat.

Google Umumkan ARCore 1.2, Kini Konten AR Bisa Dinikmati Secara Multiplayer

Google merilis ARCore secara resmi sekitar tiga bulan yang lalu. Dalam kurun waktu yang terbilang singkat itu, komunitas developer sudah melahirkan deretan aplikasi augmented reality yang sangat menarik untuk ekosistem Android. Namun bukan developer pihak ketiga saja yang sibuk mengerjakan pekerjaan rumahnya, tim internal ARCore pun juga.

Di event Google I/O 2018, mereka mengumumkan ARCore versi 1.2. Versi baru ini tentunya membawa sejumlah penyempurnaan, dari yang sesederhana kemampuan untuk mendeteksi permukaan vertikal – yang berarti selain di atas meja kita juga bisa menempatkan objek virtual di tembok – sampai fitur yang cukup kompleks bernama Cloud Anchors.

Cloud Anchors ini pada dasarnya memungkinkan kita untuk menikmati konten AR secara bersama-sama (multiplayer). Semisal kita menggambar menggunakan Just A Line, orang lain yang berada di satu ruangan juga bisa ikut bergabung dan mencorat-coret di atas ‘kanvas’ yang sama.

Rahasianya terletak pada kemampuan Cloud Anchors untuk mencatat lokasi suatu objek virtual di dalam ruangan dan menyimpan informasinya di jaringan cloud. Info tersebut kemudian diteruskan ke perangkat milik teman yang bergabung tadi, sehingga pada akhirnya kedua pengguna dapat melihat objek virtual yang berada di lokasi yang sama persis.

Yang lebih menarik lagi, Google merancang agar Cloud Anchors kompatibel dengan teknologi ARKit milik iOS. Ini berarti multiplayer tadi bisa dinikmati meski pengguna lainnya sedang menggunakan iPhone. Kalau suatu aplikasi AR memang tersedia di Android dan iOS, saya yakin developer-nya tak akan kesulitan menerapkan Cloud Anchors ini.

Terakhir, Google juga menjanjikan proses pengembangan konten AR yang lebih simpel dan lebih cepat melalui SDK baru bernama Sceneform. Bagi para konsumen, ini berarti kita bakal menjumpai lebih banyak lagi aplikasi AR yang menarik tanpa harus menunggu lama.

Sumber: Google dan Ars Technica.

Toys R Us Gunakan Augmented Reality untuk Menarik Pengunjung untuk Datang ke Tokonya

Perkembangan pesat bisnis e-commerce dan kemudahan berbelanja online secara perlahan terus memakan korban. Salah satu contoh yang terbaru adalah Toys R Us. Pada pertengahan bulan September kemarin, jaringan toko ritel mainan terbesar di Amerika Serikat itu menyatakan pailit dan harus melakukan restrukturisasi finansial.

Lalu bagaimana cara Toys R Us memikat para orang tua dan anaknya untuk kembali datang dan berbelanja di toko-toko fisiknya ketimbang membeli secara online? Untuk itu, diperlukan bantuan teknologi, spesifiknya augmented reality yang belakangan memang sedang naik daun.

Toys R Us Play Chaser

Buah pemikiran mereka adalah Play Chaser, sebuah aplikasi AR untuk Android dan iOS. Dikembangkan oleh developer PlayFusion, Play Chaser memanfaatkan teknologi computer vision untuk ‘membuka’ berbagai pengalaman AR saat pengguna berkunjung ke toko fisik Toys R Us.

Untuk memulai, anak-anak hanya perlu membuka aplikasi dan mengarahkan kameranya ke spanduk Play Chaser yang tersebar di toko. Setelahnya, anak-anak akan langsung dihadapkan dengan sejumlah aktivitas interaktif, mulai dari ring basket sampai bayi virtual, tergantung di lorong kategori apa spanduknya terpasang.

Toys R Us Play Chaser

Toys R Us menegaskan bahwa Play Chaser benar-benar dapat dinikmati secara cuma-cuma, tanpa ada embel-embel in-app purchase. Agar dapat menarik anak-anak untuk kembali berkunjung dan bermain di lain kesempatan, Play Chaser juga menawarkan fitur leaderboard dan achievement dalam satuan bintang untuk membuka aktivitas-aktivitas baru.

Untuk sekarang Play Chaser baru diuji di beberapa toko fisik Toys R Us saja, namun semua tokonya di AS bakal kebagian jatah mulai 21 Oktober mendatang. Bagi kita di Indonesia, Play Chaser setidaknya bisa memberikan gambaran terkait signifikansi augmented reality, sampai-sampai Toys R Us memercayakannya sebagai salah satu solusi atas permasalahannya.

Sumber: Engadget dan Toys R Us.

Ikea Resmi Perkenalkan Aplikasi Augmented Reality-nya untuk iOS 11

Seperti yang sudah diberitakan sebelumnya bahwa Ikea sedang menggodok aplikasi AR baru, raksasa mebel asal Swedia itu akhirnya resmi memperkenalkan Ikea Place. Pemilihan waktunya sepertinya sengaja disamakan dengan peluncuran iPhone X dan iPhone 8, yang mengusung spesifikasi yang memang didedikasikan untuk augmented reality.

Kendati demikian, Anda tidak harus memiliki kedua seri iPhone baru tersebut untuk bisa menggunakan aplikasi ini. Asalkan perangkat Anda menjalankan iOS 11 – yang akan dirilis secara resmi pada tanggal 19 September nanti – Anda sudah bisa menikmati pengalaman unik yang ditawarkan Ikea Place.

Unik karena Anda dapat menempatkan lebih dari 2.000 produk Ikea secara virtual di kediaman Anda hanya dengan mengarahkan kamera iPhone atau iPad. Mulai dari sofa sampai lemari akan ditampilkan secara realistis dan dalam skala yang sama persis seperti aslinya. Ikea sendiri mengklaim akurasinya mencapai angka 98 persen.

Ikea Place

Semua ini dimungkinkan berkat implementasi ARKit pada iOS 11. Cara penggunaannya pun cukup simpel: pertama-tama, biarkan perangkat memindai lantai ruangan dengan kameranya, lalu pilih produk yang diinginkan. Selanjutnya, Anda bisa memindahkan posisinya di mana pun di dalam ruangan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas sebelum membelinya secara online maupun di toko retail Ikea setempat.

Dari situ pengguna juga dapat membagikan setting ruangan yang dibuat ke pengguna lain dalam wujud foto atau video. Aplikasi gratisan ini awalnya akan berfokus pada produk mebel besar, namun ke depannya Ikea menjanjikan dukungan produk yang lebih banyak lagi dari katalognya.

Sumber: Ikea.