5 Aplikasi Dating Online Paling Diminati di Indonesia

Akhir-akhir ini aplikasi dating online ramai peminat di Indonesia. Apakah Anda salah satunya? Tidak bisa dipungkiri, di tengah kondisi Covid-19 ini, banyak masyarakat yang merasa sendiri dan butuh teman bicara, atau mungkin bisa menjadi teman hidup. Untuk itu, hadirnya aplikasi dating online ini bisa membantu Anda untuk menemukan pasangan yang tepat.

Hal ini diperkuat dengan data dari Statista, yang menyatakan bahwa hampir 280 juta pengguna layanan kencan online akan meningkat pada tahun 2024, dengan 113 juta data pengguna layanan perjodohan dan 70 juta data biasa. Ditambah lagi dengan data pendapatan yang dihasilkan oleh aplikasi kencan online yang cukup tinggi.

Pendapatan global dari layanan aplikasi kencan mencapai hampir 655 juta dolar AS pada tahun 2020 dan akan mencapai lebih dari 2,5 miliar dolar AS pada tahun 2024. Untuk jenjang usia pengguna aplikasi kencan online sendiri diperkirakan berada pada usia 18-30 tahun, namun tidak menutup kemungkinan bisa lebih dari usia yang diperkirakan. Pengguna aplikasi online tidak hanya bisa menemukan pasangan idaman, tetapi mereka juga dapat memperluas dan menambah relasi yang baik untuk sebuah hubungan antara individu.

Meski aplikasi kencan online diminati oleh banyak orang, namun perlu diperhatikan dan harus dipastikan juga bahwa aplikasi yang digunakan aman dan tidak akan merugikan pihak manapun ke depannya. Selain itu, jika anda salah satu orang yang ingin mencoba aplikasi dating online ini, pastikan untuk tidak memberikan data diri yang terdapat pada KTP atau kartu lainnya.

Berikut ini beberapa aplikasi dating online di Indonesia yang bisa kamu coba, simak sampai selesai ya!

1.Tinder

penampilan-aplikasi-dating-online-tinder
Sumber gambar : depositophotos.com/Sharafmaksumov

Aplikasi Tinder merupakan salah satu aplikasi yang memiliki pengguna terbanyak dari seluruh dunia, termasuk Indonesia. Lebih dari 6 juta orang telah mengunduh aplikasi ini dan dapat dikatakan bahwa Tinder merupakan aplikasi yang paling populer di dunia. Kehadiran Tinder sejak tahun 2012 membawanya pada kesuksesan sampai saat ini yang sudah mencetak rekor hingga 3 miliar swipe pengguna dalam sehari per Maret 2020. Berdasarkan hasil survei Rakuten Insight di Indonesia pada September 2020, Tinder adalah aplikasi daring paling banyak digunakan di negeri ini (57,6% responden).

Unduh di sini

2. Tantan

penampilan-aplikasi-dating-online-tantan
Sumber gambar : merdeka.com

Aplikasi Tantan hadir di Indonesia sejak tahun 2018 lalu. Aplikasi yang berasal dari Tiongkok ini mengklaim, telah mengalami pertumbuhan jumlah pengguna. Tantan menawarkan platform yang menjamin data diri pengguna. Sebagai aplikasi dating, Tantan melihat ketakutan terbesar akan pemanfaatan aplikasi kencan online di kalangan perempuan Indonesia yaitu keamanan dan profil palsu. Oleh karena itu, aplikasi ini meningkatkan keamanan dengan memberikan fitur memfilter profil palsu untuk menghindari penipuan.

Unduh di sini

3. OkCupid

penampilan-aplikasi-dating-online-okcupid
Sumber gambar : photofeeler.com

Pada aplikasi OkCupid, pengguna diharuskan menjawab beberapa pertanyaan yang bertujuan untuk memfilter pencarian pasangan yang punya kecocokan atau relevan. Di sini tersedia fitur bagi pengguna untuk menilai pasangan secara harian. Persentase jumlah percakapan pada aplikasi OkCupid meningkat 20% per maret 2020.

Unduh di sini

4.Badoo

penampilan-aplikasi-dating-online-badoo
Sumber gambar : apachieveonline.org

Aplikasi selanjutnya yang gak kalah populer adalah aplikasi kencan online Badoo. Badoo menyediakan fitur People Nearby yang memungkinkan anda melakukan pencarian jodoh atau pasangan yang berada di daerah sekitar anda. Selain itu Badoo juga memberikan batasan untuk berkirim pesan yakni sebanyak dua pesan saja, jadi lawan bicara tidak akan dapat mengirim pesan lagi kecuali anda membalas pesan sebelumnya. Pada aplikasi Badoo, anda juga dapat melihat mutual friend yang sama- sama anda dan lawan bicara miliki.

Unduh di sini

5.Taaruf Id

penampilan-aplikasi-dating-online-taarufid
Sumber gambar : hitekno.com

Taaruf Id adalah aplikasi buatan anak negeri yang menawarkan layanan mencari jodoh bagi pengguna yang sudah siap menikah dan posisinya tidak jauh dari posisi pengguna. Aplikasi ini tidak hanya diperuntukkan bagi kaum muslim atau muslimah melainkan bisa digunakan secara umum dari agama yang berbeda. Selain itu, Taaruf ID memanfaatkan algoritma khusus untuk menampilkan peserta yang siap nikah di dashboard aplikasi dan diurutkan berdasarkan lokasi terdekat. Sayangnya, aplikasi ini masih tersedia di android saja.

Unduh di sini

Nah, itu dia beberapa aplikasi dating online di Indonesia yang bisa kamu coba sekarang. Ada banyak pilihan dan setiap aplikasi memiliki fitur, serta keunggulannya masing-masing. Anda bisa coba beberapa aplikasi dating online di atas dan mencari yang cocok dengan personaliti Anda. Selamat mencoba dan semoga segera menemukan pasangan impian Anda!

***

Disclosure : Artikel ini ditulis oleh Srikandy Indah Karina

Pandemi Dorong Perubahan Adopsi Aplikasi Kencan

“Pandemi membawaku ke sini” atau “bagaimana dengan hari-hari karantinamu” mungkin adalah dua jenis pembuka paling sering ditemui di layar aplikasi kencan hampir satu tahun belakangan ini. Jauh dari hiruk-pikuk isu kesehatan, bisnis jodoh ternyata melambung pesat akibat pandemi.

Semua berubah ketika wabah menghantam berkepanjangan seperti sekarang ini. Mengisolasi diri tanpa teman dan hilangnya kesempatan meraih intimasi karena terpaksa membatasi diri berinteraksi dengan seseorang adalah dua hal yang sulit dikompromikan. Keberadaan aplikasi kencan tak pernah sepenting sekarang.

“Saat ini sulit untuk menyangkal bahwa ‘kehidupan nyata’ bersifat fisik dan digital. Social distancing membantu semua orang memahami apa yang sudah kami ketahui di Tinder bahwa koneksi yang terbentuk sepenuhnya melalui sarana digital juga sama bermakna seperti yang terbentuk secara fisik,” ucap juru bicara Tinder Asia Pasifik kepada DailySocial.

Melambung pesat

Bukti eksistensi aplikasi kencan kian kuat terbukti dari angka penggunaan selama pandemi. Apptopia mencatat jumlah pengguna aktif harian (DAU) Tinder melonjak menjadi 5 juta dan Bumble menjadi 4,2 juta pengguna. Hitungan mereka, pada November 2020, sekitar 20 aplikasi kencan di AS memperoleh rata-rata gabungan 17 juta pengguna harian atau 2 juta lebih banyak dari DAU November tahun sebelumnya.

Riset lebih dekat dengan pengguna aplikasi kencan di Indonesia dilakukan Lunch Actually. Lewat metode survei yang dilakukan ke 3500 lajang di Singapura, Bangkok, Kuala Lumpur, Manila, dan Jakarta, Lunch Actually mendapati 41% responden menjawab tidak ingin sendirian selamanya. Sebanyak 31% lainnya mengaku pandemi menyadarkan mereka pentingnya memiliki pasangan hidup.

Grafik penggunaan aplikasi kencan di Amerika Serikat oleh Apptopia.
Grafik penggunaan aplikasi kencan di Amerika Serikat oleh Apptopia.

Video dating mulai diterima

Jika ada satu perubahan perilaku pengguna paling signifikan dalam aplikasi kencan itu adalah percakapan video yang mulai populer. Banyak penyedia layanan kencan daring beralih fokus menyajikan fitur video selama pandemi.

Di masa normal, mengajak teman kencan untuk bertatap muka melalui panggilan video bukan sesuatu yang umum. Lagi-lagi efek wabah yang berkepanjangan mengubah itu semua. Pengguna makin mewajarkan berbincang dengan teman kencannya via video. Para penyedia pun menangkap perubahan perilaku itu dengan meluncurkan fitur video chat di dalam aplikasi mereka.

Tinder menguji coba fitur panggilan video mereka yang bernama Face to Face sejak Juni dan akhirnya resmi meluncur secara global pada Oktober kemarin. Lunch Actually yang belum lama merilis aplikasi kencannya juga menjadikan video chat sebagai fitur utama yang dapat menarik pengguna.

CEO dan Co-Founder Lunch Actually Violet Lim menyebut dalam survei mereka sekitar 56% lajang yang menjadi responden telah mencoba video dating dan bersedia berkencan dengan metode tersebut. Responden dalam survei itu juga menyatakan fitur video call itu membantu mereka dalam menyaring orang-orang yang pada akhirnya ingin mereka temui di kehidupan nyata.

“Alternatif ini mungkin tidak bisa menggantikan kencan tatap muka namun dengan berbagai keunggulan yang dimiliki mampu memperkuat posisi video dating sebagai sebuah babak baru dalam hubungan berpacaran sehingga memungkinkan lajang menghemat waktu dan mengenal satu sama lain secara lebih baik sebelum menghabiskan lebih banyak waktu untuk bertemu secara langsung tanpa memperhitungkan jarak,” ungkap Violet.

Tinder menyebut faktor keamanan juga jadi pertimbangan hadirnya fitur Face to Face. Juru bicara Tinder Asia Pasifik mengatakan fitur itu dapat membantu pengguna dalam melaporkan kejadian tak mengenakkan yang mereka alami.

“Setiap kali pengguna kami merasa tidak nyaman saat menggunakan Face to Face Video, mereka selalu dapat mematikan panggilan [dan] melaporkan akun tersebut. Kemudian tim trust & safety kami akan menyelidikinya.”

Mencari hubungan lebih serius

Rasa kesepian selama berbulan-bulan kala pandemi cukup untuk mengubah cara pandang seseorang dalam mencari pasangan hidup. Jika sebelumnya layanan biro jodoh daring mendapati mayoritas penggunanya mencari hubungan yang bersifat kasual, saat ini mereka yang mencari hubungan yang lebih serius justru meningkat.

Survei Lunch Actually memperoleh fakta tersebut dari para respodennya. Sekitar 74% pengguna mengakui pandemi membuat mereka menginginkan hubungan yang serius. Sebanyak 54% responden merasa lebih jujur dalam berinteraksi dengan lawan bicaranya selama pagebluk ini. Terakhir, 53% responden membaca profile match mereka dengan lebih hati-hati dan saksama.

“Hasil survei kami menunjukkan bahwa pandemi telah meningkatkan keinginan mereka dalam menemukan cinta karena kondisi ini membuat mereka menyadari pentingnya memiliki pasangan hidup,” jelas Violet.

Sejurus dengan temuan Lunch Actually, survei yang dibuat Match, layanan biro jodoh daring asal AS, menunjukkan hal serupa. Dari 5.000 orang yang mereka survei, 58% di antaranya mengaku lebih bertujuan dalam mencari teman kencan, 63% menghabiskan waktu lebih banyak untuk mengenal lebih baik pasangan potensial mereka, dan hampir 70% merasa lebih jujur dalam interaksinya.

Mengutip, Mashable, CEO Match Hesam Hosseini mengatakan perubahan tersebut menggeser orientasi pengguna mereka, yang sebelumnya cenderung ke hubungan yang lebih singkat seperti cinta satu malam, menuju hubungan yang lebih bertujuan.

Melawan Dominasi Platform Biro Jodoh Asing

Pernah terpikir tak satu pun aplikasi kencan yang populer di Indonesia saat ini yang buatan anak bangsa? Sebagai pemain lokal, mereka seharusnya punya keuntungan mengenal lebih dalam karakter konsumen di sini.

Kenyataan berkata sebaliknya. Tinder, OKCupid, Bumble, dan Coffee Meets Bagel merupakan contoh aplikasi kencan yang, berdasarkan survei kecil-kecilan kami, paling disukai pengguna dalam negeri.

Kami berbicara dengan Love Actually, Tinder, dan beberapa pengguna untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dipertimbangkan pengguna saat menggunakan jasa aplikasi kencan.

Belum tertarik buatan lokal

Anya (bukan nama sebenarnya) adalah perempuan yang sudah cukup lama menggunakan aplikasi kencan. Anya mencoba Tinder yang pada 2014 silam cukup booming.

Dari semua aplikasi kencan, Anya merasa paling nyaman dengan Bumble. Ia menitikberatkan pada “kualitas basis penggunanya”. Bumble, menurut Anya, punya basis pengguna yang relatif lebih kecil dibanding aplikasi kencan lain yang lazim digunakan banyak orang, seperti Tinder dan OKCupid.

“Jadi faktor gue pake terus atau enggak sebenarnya lebih yang mana yang lebih banyak orang yang satu frekuensi atau enggak,” terang Anya.

Jordi Farhansyah (27 tahun) mengaku lebih menyukai OKCupid untuk mencari teman kencan. Sama seperti Anya, Jordi sudah mencoba sejumlah aplikasi kencan lain. Pada akhirnya dia memilih OKCupid karena aplikasi tersebut kaya akan fitur yang mempermudah para lajang mengenal satu sama lain, seperti preferensi hiburan, orientasi seksual, politik, hingga jenis hubungan yang dicari.

“Kita juga bisa kirim komentar langsung ke detail informasi yang mereka share, seperti musisi favorit, film, hingga hal-hal random lain sehingga memudahkan orang untuk mencari sesuatu yang bikin relate dengan orang itu,” sambung Jordi.

Anya dan Jordi belum melihat ada aplikasi kencan lokal yang bisa menawarkan hal serupa. Satu-satunya aplikasi lokal yang pernah mereka dengar adalah Setipe yang telah diakusisi platform Singapura Lunch Actually 3 tahun lalu.

Yang tak dimiliki pemain lokal

Co-Founder dan CEO Lunch Actually Violet Lim menjelaskan, tiap populasi suatu negara memang memiliki preferensi berbeda dalam memilih aplikasi kencan lokal favoritnya. Lim memberi contoh mereka yang mencari pasangan untuk menjalin hubungan yang lebih kasual kemungkinan akan memilih Tinder, sementara mereka yang ingin hubungan lebih serius akan memakai platform yang sesuai untuk tujuan itu, seperti Coffee Meets Bagel atau Setipe.

Lunch Actually adalah salah satu perusahaan terbesar di Asia Tenggara dalam membantu orang-orang mencari jodoh. Mereka mengakuisisi Setipe pada 2017 silam. Meskipun demikian, hasil akuisisi tersebut tampaknya tidak berjalan baik. Lunch Actually kemudian merilis aplikasi kencannya sendiri untuk memperkuat keberadaan mereka di peta kompetisi aplikasi kencan Indonesia.

Berdasarkan pengalamannya, Lim mengatakan pada dasarnya layanan kencan bukan industri yang mudah untuk ditembus. Selain itu, kerap kali penyedia layanan kencan kesulitan memonetisasi layanannya.

“Industri kencan bukanlah industri yang mudah untuk dimasuki, karena semakin baik Anda melakukan pekerjaan Anda, semakin cepat klien akan meninggalkan Anda,” tukas Lim.

Apa yang dimiliki penyedia lain yang lebih populer, seperti Tinder, OKCupid, dan Bumble, adalah faktor branding yang sangat kuat. Lim menyadari hal itu karena ketika perusahaan-perusahaan tersebut memasuki pasar Indonesia, calon pengguna langsung tertarik mencobanya ketimbang nama-nama yang kurang akrab di telinga.

Tinder memasuki pasar Indonesia selayaknya badai yang menerjang cepat. Ketika mereka masuk, demam mencari pasangan instan via aplikasi menyebar di mana-mana. Karakter layanan Tinder yang sederhana lewat fitur swipe mereka jadi tren. Kini Tinder beroperasi di 190 negara dengan unduhan 600 juta kali dan 6,6 juta pengguna berbayar.

Juru bicara Tinder Asia Pasifik kepada DailySocial mengatakan, mereka menciptakan layanan dengan keyakinan manusia butuh untuk terhubung satu sama lain. Mereka juga mengklaim cepat beradaptasi dengan penggunanya yang lebih dari 50% di antaranya adalah Gen Z.

“Di Indonesia kami memiliki kampanye brand #BisaBareng yang terinspirasi oleh Gen Z saat mencari teman,” ujar juru bicara perusahaan lewat pernyataan tertulis.

Terus bersaing

Personalisasi layanan dengan karakter target pengguna itu disadari Ajeng (27 tahun). Sebagai pengguna layanan aplikasi kencan lokal yang sudah cukup lama, ia menilai hal itu tidak tampak dari layanan-layanan kencan buatan lokal. Dia mengonfirmasi keraguannya itu dari lingkaran pertemanannya dan teman-teman kencan terdahulu yang sama sekali tidak pernah mencoba aplikasi kencan lokal.

“Mungkin sebenarnya dating app lokal sama bagusnya. Hanya saja mereka tidak mampu menarik pengguna semasif dating app dari luar yang sudah lebih dulu ada,” jelas Ajeng.

Lim menilai tantangan utama industri layanan kencan ini adalah mereka yang puas justru tak akan kembali. Semakin cepat mereka menjodohkan para lajang, semakin mereka ditinggal pengguna. Belajar dari Setipe dan kompetisi di pasar lokal saat ini, ia yakin paduan branding yang kuat, inovasi teknologi, dan riset pasar yang cermat dapat mendorong mereka menandingi layanan kencan yang sudah populer.

“Selain memanfaatkan iklan [di mesin pencari dan media sosial] untuk mendapatkan pengguna baru, kami merasa kekuatan terbesar sebenarnya dari strategi mouth to mouth dan kehumasaan,” pungkas Lim.

Tantan Dating App Strategy in Indonesia

Tantan, China based dating app, launched last July 2018, has claimed user increase. They offer a platform that guarantees user’s personal data. In 2019, it is said to available in 87 countries with more than 213 million total users, although, it’s not specific of how many in Indonesia.

In order to make the interaction easier in app, Tantan has launched an Indonesian language feature. To DailySocial, Tantan’s Marketing Director, Jack Wu revealed, they see billions of swipes by Indonesian users everyday.

The company also see the increase of VIP members. It is to increase opportunity for users to find match, using access to special features, such as super Likes, unlimited Rewind, cross-location availability, and unlimited Likes.

“Aside from the feature, the most popular is security in platform. Through technology and integrated security system, we are to provide a safe environtment (on the platform) for Tantan users. Our AI technology filters fraud and fake profiles, and the ongoing moderation system enables us to avoid inappropriate interaction among users that can cause criminal acts on the platform,” he said.

Tantan business plan in Indonesia

This year, Tantan has plan to maintain and increase user’s acquisition. One of the engagement examples is to collaborate with young celebrity, Verrel Bramasta.

“We want to promote better product using dating app. It includes opportunity to build a healthy friendship, and help one’s journey to discover true identity through the opportunity to explore various matches in life; hobbies, similar experiences, soulmate, to be found from interaction and introduction with new friends in Tantan,” he said.

As a dating app, Tantan finds out the biggest fears of the dating app use among women in Indonesia are security and fake profile, as mentioned on the latest survey. Therefore, Tantan is said to improve security system on the platform to filter fake profile, along with providing moderate system and support to minimize criminal acts on the platform.

“Security for all our members, especially women, is a top priority, this is our advantage. We offer an integrated security system to filter fake profiles and moderate interaction on platform to keep members away from inappropriate and potential criminal interactions,” he explained.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Strategi Aplikasi Kencan “Tantan” di Indonesia

Hadir di Indonesia sejak bulan Juli 2018 lalu, aplikasi kencan Tiongkok, Tantan, mengklaim telah mengalami pertumbuhan jumlah pengguna. Tantan menawarkan platform yang menjamin data diri dari pengguna. Di tahun 2019 ini, Tantan mengklaim telah tersedia di 87 negara dengan total pengguna mencapai lebih dari 213 juta, meskipun tidak menyebutkan berapa jumlah penggunanya di sini.

Untuk memudahkan pengguna berinteraksi di aplikasi, Tantan telah  meluncurkan fitur bahasa Indonesia. Kepada DailySocial, Marketing Director Tantan Jack Wu mengungkapkan, setiap harinya Tantan melihat hingga miliaran swipe dilakukan para penggunanya di Indonesia.

Perusahaan juga melihat keanggotaan VIP semakin populer. Akses VIP dapat meningkatkan kesempatan bagi pengguna untuk menemukan match, dengan akses ke fitur-fitur khusus seperti super Likes, Rewind yang tidak terbatas, kemampuan untuk pindah lokasi, dan jumlah Likes yang tidak terbatas.

“Terlepas dari fitur tersebut, fitur utama yang paling disukai oleh para pengguna Tantan adalah fitur keamanan di platform. Melalui teknologi dan sistem keamanan terpadu, kami berusaha menghadirkan lingkungan yang aman (di dalam platform) kepada para pengguna Tantan. Teknologi AI kami memfilter fraud dan profil palsu, dan Sistem moderasi yang selalu berjalan juga memampukan kami untuk menghindarkan para pengguna dari berbagai interaksi yang tidak pantas dan bisa menjurus ke tindak kriminal di dalam platform,” kata Jack.

Rencana Tantan di Indonesia

Tantan tahun ini memiliki rencana mempertahankan dan menambah jumlah pengguna. Salah satu contoh engagement yang dilakukan perusahaan adalah menggandeng selebritas muda Verrell Bramasta.

“Kami ingin mempromosikan hal-hal baik yang bisa didapatkan dengan penggunaan dating app. Hal baik seperti kesempatan untuk membangun pertemanan yang sehat, dan membantu perjalanan seseorang untuk mengetahui jati dirinya melalui kesempatan eksplorasi berbagai kecocokan dalam hidup; hobi, ketertarikan pengalaman, hingga jodoh, yang bisa didapat dari interaksi dan berkenalan dengan teman baru di Tantan,” kata Jack.

Sebagai dating app, Tantan melihat ketakutan terbesar akan pemanfaatan dating app di kalangan perempuan Indonesia yaitu keamanan dan profil palsu, seperti yang diungkap dalam survei terbaru. Oleh karena itu Tantan disebut berusaha meningkatkan sistem keamanan di dalam platform untuk memfilter profil palsu, seraya menyediakan sistem moderasi dan dukungan untuk meminimalisir potensi tindak kejahatan di dalam platform.

“Keamanan bagi seluruh anggota kami, terutama perempuan, adalah prioritas utama dan ini menjadi kelebihan kami. Kami menawarkan sistem keamanan terintegrasi yang mampu menyaring profil palsu, dan memoderasi interaksi di platform guna menjauhkan anggota dari interaksi yang tidak pantas dan berpotensi bahaya,” tutup Jack.

Application Information Will Show Up Here

Flutter Asia Fokus Ke Keamanan Data Pengguna

Setelah mengakuisisi situs kencan Perfect Match pada bulan Mei 2017 lalu, Aplikasi kencan (dating app) Flutter Asia hari ini meresmikan rebranding aplikasi mereka di Jakarta. Kepada media, Co-founder Flutter Asia dan President DataOn yang merupakan pengembang aplikasi Flutter Asia Gordon Enns mengungkapkan beberapa fitur baru dan teknologi terkini yang mengedepankan keamanan dan verifikasi data pengguna.

“Pasca akuisisi dilakukan kami ingin lebih serius lagi menghadirkan aplikasi pencarian jodoh untuk pengguna berusia 30 ke atas di Indonesia.”

Masalah keamanan saat ini masih menjadi kendala bagi aplikasi dan situs kencan hingga pencari jodoh di Indonesia. Masih banyaknya pengguna yang menyalahgunakan platform tersebut, membuat Flutter Asia tampil lebih serius dalam hal safety dan identifikasi dari pengguna.

“Sebelum mendaftarkan ke aplikasi Flutter Asia, pengguna kami wajibkan untuk melengkapi informasi sekaligus mengunggah foto identitas, SIM hingga paspor ke dalam aplikasi. Semua verifikasi tersebut akan mempengaruhi keberhasilan pencarian jodoh dalam aplikasi,” kata Gordon.

Semakin banyak pengguna melengkapi persyaratan yang ada, diklaim semakin baik lagi profil dari pengguna tersebut tampil di aplikasi. Tidak berbeda jauh dengan aplikasi serupa lainnya, Flutter Asia juga dilengkapi fitur nearby dan usia yang diinginkan oleh pengguna. Untuk memberikan pilihan berbeda, Flutter Asia memberikan pilihan kebiasaan dalam filter atau penyaringan, mulai dari kebiasaan merokok hingga minuman alkohol.

“Sistem verifikasi Flutter Asia ini sebagai bentuk pengamanan kepada para penggunanya agar merasa aman berkencan dengan pengguna yang tidak memakai identitas palsu seperti yang pada umumnya terjadi secara online.”

Menambah jumlah pengguna dan mengembangkan fitur terkini

Saat ini Flutter Asia belum menyediakan pilihan berbayar kepada pengguna. Semua masih bisa diakses di platform Android dan iOS secara gratis. Ke depannya tidak menutup kemungkinan Flutter Asia akan mengenakan pilihan berbayar atau premium kepada pengguna.

Flutter Asia berharap bisa menambah lebih banyak lagi pengguna aktif aplikasi. Rencana lain yang juga dimiliki oleh Flutter Asia adalah menambah jangkauan wilayah layanan, bukan hanya di Jakarta namun di seluruh Indonesia bahkan ekspansi ke negara lainnya.

“Kami ingin membuktikan bahwa aplikasi kami adalah aplikasi kencan yang paling aman digunakan oleh semua pengguna,” tutup Gordon.

Application Information Will Show Up Here

Hater Ialah Dating App Dengan Mencocokkan Hal yang Sama-Sama Anda Benci

Sebuah peribahasa kuno menyatakan bahwa musuh dari musuh Anda adalah teman Anda. Dan di era digital ini, kekompakan dalam ‘memusuhi’ suatu hal bahkan berpotensi membawa Anda ke jenjang hubungan selanjutnya. Berbeda dari layanan aplikasi kencan yang ada saat ini, satu tim developer malah menggunakan aspek ketidaksukaan sebagai tolak ukurnya.

Itulah basis ide dari layanan dating app bernama Hater. Aplikasi baru ini menawarkan Anda kesempatan untuk mencari individu spesial yang membenci hal-hal serupa. Premisnya sangat unik, dan bisa jadi alternatif sempurna jika Anda tetap belum beruntung setelah mencoba OkCupid ataupun Tinder. Lewat perspektif berbeda tersebut, akan lebih mudah menemukan versi lain diri Anda.

Hater akan memasangkan Anda dengan sesama pengguna berdasarkan lokasi serta faktor ketidaksukaan. Topiknya tentu saja sangat bervariasi, developer sudah menyiapkan sekitar 3.000 tema, dari mulai tokoh politik, tren fashion, sampai sifat atau kebiasaan buruk, contohnya: cara berjalan kaki yang lambat hingga pelit dalam memberikan tip. Dan karena Anda telah mengetahui apa yang dibenci pengguna lain, obrolan jadi lebih mudah dimulai.

Hater 1

Tentu saja developer juga sudah menyiapkan fitur pemecah kecanggungan di aplikasi mereka. Caranya adalah melalui minigame di mana Anda berdua diminta menjawab pertanyaan.

Hater merupakan kreasi Brendan Alper. Sempat bekerja di Goldman Sachs, Alper beralih profesi jadi seorang komedian. Awalnya, konsep Hater terlahir sebagai lelucon, tapi Alper menyadari bahwa ide tersebut dapat direalisasikan jadi app sungguhan. Sang founder semakin yakin dengan langkahnya itu setelah mengetahui ada sejumlah studi yang menguatkan basis ide Hater.

Tim developer kabarnya telah mulai menguji Hater di kota New York dari bulan Desember 2016 dan sejauh ini app memperoleh respons sangat positif. Ada tiga topik yang jadi pembahasan favorit berdasarkan data dari periode uji coba tersebut: pemilihan presiden AS 2016, tata cara berjalan yang buruk, serta pembuangan air yang tersumbat akibat rambut.

Satu hal yang ditekankan oleh developer: terlepas dari nama aplikasinya, Hater bukan dibuat untuk mendorong perilaku negatif, namun dirancang buat mencari tema terhangat saat ini. Tim pengembangnya telah menyiapkan solusi untuk menangani perilaku buruk dari para user, tapi sejauh ini belum ada yang terkena ban.

Pendaftaran versi beta Hater sudah dibuka buat pengguna device iOS, tapi peluncuran resminya baru dilangsungkan tanggal 8 Februari 2017 nanti.

Via Mashable & Telegraph. Sumber: HaterDater.com.

Tinder Sedang Uji Fitur Berbayar untuk Membuat Pengguna Jadi Bisa Dilihat Lebih Banyak Orang

Tinder sedang menguji fitur baru yang akan terdengar sangat menarik di telinga para jomblo. Dijuluki Tinder Boost, fitur ini pada dasarnya memungkinkan pengguna untuk mempromosikan profilnya secara jauh lebih efisien selama 30 menit. Namun tentu saja ini tidak gratis.

Secara garis besar, Tinder Boost punya fungsi mirip seperti Promoted Tweets di Twitter atau bahkan TopAds di Tokopedia, dimana Anda dapat melihat sejumlah produk yang ditempatkan di posisi teratas. Sederhananya, produk-produk ini menerobos antrian untuk lebih dulu nongol di hadapan pembeli, dan Tinder Boost pun tidak jauh berbeda.

Saat Boost diaktifkan, Tinder mengklaim setidaknya jumlah view pada profil pengguna akan meningkat hingga 10 kali lipat. Semakin banyak orang yang melihat profil Anda, semakin besar peluang untuk mendapatkan jodoh, dan inilah misi utama yang hendak dicapai Tinder Boost.

Tinder belum mengungkapkan berapa pastinya dana yang perlu dikucurkan per aktivasi Boost, tapi kemungkinan besar harganya tidak terlalu murah. Karena kalau terlalu murah, fungsinya jadi terkesan kurang istimewa.

Khusus untuk pelanggan Tinder Plus, mereka akan mendapatkan gratis satu Boost per minggu. Kalau kurang, Boost bisa dibeli kapan saja diperlukan, demikian juga untuk pengguna non-Plus. Saat memantau deretan matches, Anda bisa melihat icon khusus pada pengguna yang menemukan profil Anda selama Boost diaktifkan.

Untuk sementara, Tinder Boost baru diuji dengan pengguna di Australia terlebih dulu sebelum dirilis secara global dalam waktu dekat.

Sumber: VentureBeat dan Tinder.

Blume Wajibkan Penggunanya Selfie Dulu Sebelum Ngobrol

Sekarang ini ada banyak ragam aplikasi kencan yang dijajakan baik oleh App Store maupun Play Store. Masing-masing dari mereka mempunyai interface, fitur dan cara interaksi yang berbeda tapi secara umum memberikan kebebasan pada pengguna untuk menerima atau menolak ajakan kencan dari seseorang yang disarankan.

Saran kecocokan yang diberikan biasanya didasarkan pada minat, lokasi, dan data-data pribadi lainnya. Namun sebagian besar dari aplikasi kencan yang ada memperbolehkan pengguna memasang foto profil yang mungkin saja palsu. Hal inilah yang dikhawatirkan dapat dimanfaatkan oleh seseorang untuk melakukan aksi kejahatan.

Jika Anda tak ingin tertipu oleh foto profil palsu semacam itu, kini ada opsi aplikasi baru bernama Blume yang diklaim dapat menghindarkan penggunanya dari “jebakan” akun-akun palsu. Sistem seleksi Blume bekerja hampir sama dengan aplikasi kencan pada umumnya, ada fitur rekomendasi kecocokan di mana Anda dapat memilih sesuai selera. Tapi ketika pengguna merasa menemukan teman kencan yang tepat, masing-masing pengguna harus mengambil foto selfie langsung saat itu juga untuk memverifikasi keaslian akun. Pengguna tidak diperbolehkan mengunggah foto dari album galeri.

Untuk mencairkan suasana, pengguna bisa memanfaatkan fitur-fitur tambahan yang disediakan misalnya dengan menambahkan teks lucu. Foto selfie dari masing-masing pengguna akan ditampilkan selama tujuh detik, dan selama itu keduanya bisa membuat memutuskan menerima ajakan mengobrol atau melewatkannya. Apabila ada kecocokan, kedua belah pihak akan dibawa ke ruang percakapan di mana mereka dapat saling menyapa dan mengenal lebih jauh satu sama lain.

Dikutip dari Adweek, aplikasi kencan ini juga melindungi pengguna dari akun palsu dengan cara meminta setiap pengguna untuk menghubungkan akun dengan profil Facebook mereka. Setelah akun terhubung mereka kemudian dapat meng-edit informasi diri yang akan tampil di profil.

Selain itu, Blume juga melarang pengguna mengambil screenshot dalam jumlah tertentu yang apabila dilanggar, maka pengguna akan di-banned selama dua jam. Apabila tindakan serupa kembali dilakukan pengguna akan di-banned selama tujuh hari, kemudian 30 hari dan terakhir di-banned selamanya alias permanen.

Aplikasi kencan Blume sekarang baru tersedia bagi pengguna iOS, unduh di sini atau akses dari perangkat anda masing-masing.

Mencari Jodoh di Tinder Kini Bakal Lebih Efisien Berkat Smart Profile dan Penyempurnaan Algoritma

Sejak diluncurkan di tahun 2012, Tinder sampai saat ini masih memegang gelar sebagai salah satu aplikasi kencan terpopuler sejagat. Apa yang membuatnya begitu terkenal adalah cara kerjanya yang amat sederhana: saat Anda melihat profil seseorang, geser ke kanan kalau Anda merasa cocok, atau geser ke kiri kalau dirasa kurang.

Dalam tiga tahun kiprahnya, Tinder mengklaim sudah ada lebih dari 10 miliar ‘perjodohan’ yang mereka gawangi. Namun hal itu rupanya tak membuat Tinder berhenti berusaha agar penggunanya bisa lebih mudah mencari seseorang yang pada akhirnya bakal menjadi belahan hatinya.

Melalui update terbaru aplikasinya, Tinder memperkenalkan fitur tambahan yang sudah banyak dinanti oleh para penggunanya, yaitu opsi untuk mencantumkan pekerjaan dan riwayat pendidikan pada profil masing-masing. Jadi sekarang, pengguna tak cuma bisa menjumpai orang-orang yang dulunya belajar di satu institusi yang sama, tetapi juga orang-orang yang sekiranya mempunya profesi yang menarik.

Tinder Smart Profile

Penambahan fitur ini menjadi pemicu lahirnya Smart Profile, dimana Tinder akan menyorot informasi paling relevan – misalnya, institusi pendidikan – dari seseorang yang berpotensi menjadi pasangan atau sekedar teman baru buat Anda. Info tersebut akan ditampilkan tepat di bawah foto dan nama seseorang yang muncul di halaman rekomendasi.

Rekomendasi yang diberikan oleh Tinder juga diyakini akan semakin membaik karena mereka telah meningkatkan kinerja algoritmanya. Harapannya, Anda bakal lebih jarang menggeser ke kiri karena akan ada lebih banyak pengguna yang Anda rasa cocok untuk diajak berkomunikasi lebih lanjut.

Bersamaan dengan itu, Tinder juga telah merombak tampilan fitur messaging-nya. Di sini Tinder akan membagi mana saja calon jodoh yang sudah Anda tinggali pesan dan mana yang belum. Dengan demikian, Anda bisa lebih mudah move on ke yang lain ketika seorang calon jodoh tidak merespon sama sekali.

Kalau Anda merupakan pengguna Tinder, silakan update aplikasinya sekarang juga untuk menikmati fitur-fitur baru ini.

Sumber: Tinder Blog via TechCrunch. Gambar header: Tinder via Shutterstock.