Sejarah Esports: Evolusi Laga Adu Skor Jadi Ajang Kompetisi Global

Esports jadi satu fenomena besar yang menarik mata banyak pihak. Investor dan pelaku bisnis berlomba-lomba menjajaki industri baru yang menggiurkan ini. Para gamers jelas tidak mau ketinggalan, menjadi yang terhebat demi mendapat hadiah ratusan juta dolar.

Mendapat uang dari bermain game memang adalah fenomena baru. Jika kita melihat beberapa dekade ke belakang, boro-boro mendapat uang, yang ada kita dimarahi orang tua jika bermain game terlalu banyak. Bahkan saat Counter-Strike mulai populer dan menjadi kompetisi di awal tahun 2000an saja, belum ada karir untuk bermain game, istilah esports pun masih jarang terdengar.

Lalu dari mana mulainya esports? Sejak kapan ini menjadi suatu peluang ekonomi yang menjanjikan? berikut sejarah perkembangan esports.

Dimulai dari Spacewar dan Space Invader

Jika ingin menelusuri secara lebih jauh, budaya berkompetisi di video game sudah dimulai sejak tahun 1970, masa yang bisa disebut awal dekade industri video game. Jangankan teknologi internet, komputer pada zaman itu saja masih sangat purba yang punya kemampuan komputasi yang sangat lemah.

Pada zaman itu komputer masih menjadi barang mewah, tidak semua orang punya akses terhadap teknologi tersebut. Sementara itu video game biasanya menjadi pengisi waktu luang para pegawai korporat, ataupun akademisi, karena komputer biasanya hanya ada di perkantoran atau laboratorium belajar universitas.

Semua dimulai pada Oktober 1972. Mengutip dari Kotaku, 19 Oktober 1972 disebut sebagai turnamen video game pertama di dunia. Universitas Stanford menjadi saksi bisu atas kejadian bersejarah ini, ketika para mahasiswa ilmu komputer bertanding video game Spacewar. Tidak ada hadiah ratusan juta dolar AS, para mahasiswa bertanding dalam kompetisi bertajuk Intergalatic Spacewar Olympic, hanya untuk mendapatkan paket langganan majalah Rolling Stone selama satu tahun.

Sumber: Reddit
Potret turnamen space Invader yang diadakan oleh Atari pada tahun 80an. Sumber: Reddit

Game yang dibuat oleh Steve Russel dan 5 kolega dari Massachusetts Institute of Technology, ini memang favorit di masa itu. Spacewar sudah dimainkan seantero laboratorium komputer Universitas di Amerika Serikat dan Kanada selama 11 tahun lamanya. Seorang lulusan Stanford menceritakan kepada Kotaku, bahwa pada masa itu para teknisi komputer bisa terpaku ke layar Cathode Ray Tube (CRT) selama berjam-jam, memainkan game ini di malam hari usai mereka kerja.

Setelah dari itu, 8 tahun kemudian, Atari melaksanakan turnamen Space Invaders. Spacewar tercatat sebagai turnamen video game pertama di dunia, sementara Space Invaders Championship tercatat sebagai turnamen video game skala besar pertama di dunia. Rilis tahun 1978, Space Invader merupakan salah satu game terpopuler di masa itu, ketika game hanya bisa dimainkan di mesin Arcade atau tempat yang kita kenal sebagai ‘ding-dong’. Turnamen ini berhasil menarik perhatian banyak gamers, diikuti oleh 10 ribu lebih peserta, dan membuat bermain video game jadi hobi arus utama.

Kendati turnamen game sudah mulai marak pada masa itu, tapi jangan bayangkan ini sebagai pertandingan satu lawan satu. Kebanyakan game di zaman itu bersifat Single-Player. Lalu bagaimana game single-player bisa dipertandingkan? Jawabannya tentu saja dengan membandingkan skor yang bisa didapatkan antar pemain.

Ini mungkin terdengar tidak masuk akal di zaman sekarang, ketika game multiplayer (baik online atau offline) sudah menjadi budaya yang umum. Namun demikian perebutan skor tertinggi menjadi satu ajang unjuk gigi terbaik pada masa itu.

Satu bukti popularitas turnamen video game di Amerika Serikat zaman itu adalah terciptanya Twin Galaxies, organisasi yang bekerja mencatat rekor skor tertinggi dari para pemain, yang dibentuk oleh seorang pengusaha bernama Walter Day.

Sumber: VentureBeat
Billy Mitchell, pencetak skor tertinggi untuk jajaran game Nintendo terpopuler pada tahun 80an. Sumber: VentureBeat

Satu yang membuat usaha Walter Day begitu terasa ketika itu adalah usahanya untuk menyetor catatan tersebut kepada Guinness World Records. Karena Guinness World Records mencatat semua rekor yang bisa dicapai oleh manusia, kehadiran Twin Galaxies berperan membawa budaya gaming menjadi mainstream di Amerika Serikat.

Berkat Twin Galaxies, masyarakat awam jadi bisa kenal Billy Mitchell, gamers yang mencatatkan rekor skor tertinggi pada game Pac-Man, Ms. Pac-Man, Donkey Kong, Donkey Kong, Jr., Centipede, dan Burger Time, yang membuatnya masuk dalam buku Guinness World Records di tahun 1985.

Pada tahun 80an, fenomena turnamen video game tidak hanya jadi monopoli Amerika Serikat saja. Pasalnya pada tahun itu Indonesia juga sudah kenal turnamen video game. Bukti akan hal tersebut mencuat lewat sebuah foto yang diunggah seorang pengguna media sosial.

Foto itu menggambarkan suasana keramaian di tangga suatu bangunan, dengan spanduk bertuliskan “Selamat datang para peserta lomba Nintendo tingkat Jatim 1989, di THR Surabaya Mall.”

Memang pada tahun itu, Nintendo sedang melakukan promosi lewat kompetisi. Tahun itu ada Nintendo Challenge Championship, dan satu tahun setelahnya ada Nintendo World Championship di tahun 1990. Tetapi, dua helatan akbar konsol asal Jepang itu diadakan di Amerika Serikat.

Sampai saat ini belum ada satu media pun yang membahas lebih lanjut soal foto lomba Nintendo tingkat Jatim tadi ataupun dokumentasi yang lebih detail. Akhir tahun 80an menutup satu lembar sejarah esports dan melanjutkan kita ke era berikutnya di tahun 90an.

Kemunculan Street Fighter II dan Munculnya Laga Digital 1 lawan 1

Awal tahun 1990 membuka babak baru dari perkembangan esports. Setelah kurang lebih satu dekade adu kemampuan main game hanya bisa ditakar dari skor, tahun 90an memberikan gamers cara baru dalam menentukan siapa yang terbaik, yaitu lewat laga digital satu lawan satu. Ini terjadi berkat Capcom, yang merilis mesin Arcade berjudul Street Fighter II: The World Warrior pada tahun 1991.

Dalam artikel Hybrid yang ditulis oleh Ayyub Mustofa membahas soal sejarah fighting games, dikatakan bahwa fighting games pada masa itu biasanya hanya melawan komputer saja. Tapi Street Fighter II merevolusi semua itu dengan menciptakan sistem permainan player vs player. Sontak Street Fighter II menjadi favorit pemain Arcade.

Menurut catatan dari Gamerevolution, Street Fighter II diperkirakan mendatangkan pemasukan hingga kurang lebih 10 miliar dolar AS (sekitar Rp153 triliun), dengan total 200.000 mesin arcade, dan 15 juta unit software terjual di seluruh dunia.

Banyaknya jumlah pemain Street Fighter II menciptakan budaya kompetitif di kalangan para pemain. Orang jadi berlomba-lomba untuk jadi yang terbaik, karena ada harga diri, uang, dan waktu yang dipertaruhkan oleh pemainnya ketika bermain Street Fighter II di tempat Arcade. Walhasil budaya kompetitif ini menyebar dengan liar namun belum ada tempat yang mewadahi hasrat kompetitif ini pada masa itu.

Sampai pada akhirnya terciptalah cikal bakal kompetisi fighting games terakbar di dunia, Evolution Championship Series. Kompetisi ini digagas oleh empat sekawan dengan nama awal Battle by the Bay, yang diciptakan tahun 1996. Empat sekawan itu adalah Tom Cannon (inkblot) dan Tonny Cannon (Ponder) yang dikenal sebagai Cannon bersaudara, Joey Cuellar (MrWizard), dan Seth Killian (S-Kill).

Battle by the Bay tercipta sebagai cara bagi para pemain untuk menentukan siapa yang terbaik. Di Amerika Serikat pada zaman tersebut, ketika internet baru mulai ada, pusat dari persaingan Street Fighter berada di daerah California. Tom Cannon sendiri berkuliah di North California (NorCal), yang menjadi tempat kompetisi Street Fighter paling panas pada masanya.

Sumber: Kotaku.com
Potret keseruan turnamen fighting game pada awal-awal perkembangannya. Sumber: Kotaku.com

Belum lagi ketika itu juga ada rivalitas antar kelompok, terutama antara pemain NorCal dengan pemain SoCal (South California). Masing-masing pemain ini bisa saja asal klaim bahwa dirinya yang terbaik, karena belum ada satu kompetisi yang menjadi penentu hal tersebut. Sampai akhirnya Battle by the Bay tercipta, untuk menjadi penentu, siapa pemain Street Fighter terbaik seantero pantai California.

Selain kelahiran ajang adu kemampuan satu lawan satu, periode ini juga menandai penggunaan internet dan komputer yang semakin umum di masyarakat. Ini kembali mengevolusi cara orang berkompetisi dalam video game. Selain Street Fighter, game lain yang juga jadi ikon awal tahun 90an adalah Doom.

Game ini segera menuai kesuksesan, yang dikabarkan berhasil mendapatkan penjualan sebesar US$100.000 setiap harinya. Namun game ini menjadi kontroversi karena kekerasan yang dihadirkan. Kehadiran Doom jadi pembuka bagi genre FPS yang membombardir pecinta game di periode ini.

Doom menginspirasi kehadiran Quake, dan Half-Life. Pada akhir 90an, tepatnya pada 1999. Half-Life 2 juga menjadi basis custom-game FPS yang masih eksis hingga saat ini, Counter-Strike. Di Amerika Serikat, Quake menjadi fenomena kompetisi game komputer, karena mode multiplayer yang variatif.

QuakeCon pertama yang digelar Agustus 1996 menjadi penanda munculnya Quake sebagai satu pertandingan game yang digandrungi oleh banyak gamers. Acara tersebut berawal sebagai gathering komunitas, namun berkembang menjadi satu ajang kompetisi Quake paling bergengsi pada masanya.

Setelah laga adu skor, Street Fighter, dan Quake terjadi di Amerika Serikat, perkembangan esports berikutnya membawa kita ke Timur, ke negeri ginseng, Korea Selatan.

Cikal Bakal Esports Menjadi Fenomena Global Dari Korea Selatan

Selain Amerika Serikat, Korea Selatan bisa dibilang menjadi kiblat perkembangan esports lainnya. Bagi Korea Selatan, awal mula semua itu adalah ketika terjadi krisis finansial di Asia pada tahun 1997. Menanggapi keadaan itu, pemerintah Korea Selatan fokus melakukan pengembangan infrastruktur telekomunikasi dan internet.

Dampak hal tersebut adalah komunitas gamers yang berkembang pesat, karena PC bang (sebutan untuk warnet di Korsel) menggunakan koneksi internet baru yang lebih cepat sehingga menyedot perhatian para gamers untuk main game online. PC bang akhirnya bertindak seperti lapangan kosong yang digunakan oleh anak-anak untuk bermain bola, entah untuk sekadar bersenang-senang, atau uji kemampuan.

StarCraft, game besutan Blizzard jadi sangat populer di Korea Selatan sana. Ditambah lagi, pemerintah juga mendukung dan berinvestasi terhadap industri baru ini. Pemerintah Korea Selatan menciptakan Korea E-Sports Association (KeSPA) pada tahun 2000, semakin mendorong perkembangan esports di sana.

Sumber: DotEsports
Sumber: DotEsports

“14 tahun lalu, dengan dukungan pemerintah, turnamen diselenggarakan secara profesional, dan gelaran ditayangkan di televisi, wajar jika esports menjadi mainstream di sana. Layaknya sepak bola jadi olahraga yang diterima masyarakat secara umum.” Ucap Jonathan Beales, seorang komentator esports kepada New York Times pada artikel terbitan tahun 2014 lalu.

Tak hanya game komputer saja, Street Fighter 2 dan komunitas fighting game juga terus berkembang di masa awal 2000an, walau tren mesin Arcade sudah mulai tergantikan konsol. Periode awal 2000an menjadi momen besar bagi komunitas fighting game, ketika kompetisi mereka tak lagi lokal, tapi menjadi ajang unjuk kemampuan internasional.

Turnamen besutan Capcom yang mempertemukan jagoan barat, Alex Valle, dengan jagoan timur, Daigo Umehara, berhasil menjadi katalis perkembangan esports fighting game. Alhasil Battle by the Bay tahun 2001 kedatangan banyak pemain dari Jepang. Perkembangan ini membuat Battle by the Bay berubah nama menjadi EVO di tahun 2002.

Lalu, awal tahun 2000 juga menjadi momen saat Counter-Strike hadir dan menjadi fenomena global. Pada masa ini Indonesia juga turut mencicipi perkembangan tersebut, dan menjadi salah satu yang berpengaruh di dalam perjalanan sejarah esports.

Ini semua karena World Cyber Games. Kompetisi yang digagas oleh pengusaha Korea bernama Yoseeop Oh, dan didukung secara finansial oleh Samsung itu, berhasil menjadi ikon esports sebagai kompetisi global karena diikuti peserta dari 55 negara.

Kualifikasi menuju panggung dunia WCG mulai hadir di Indonesia pada tahun 2002. Puncak prestasi Indonesia dalam gelaran ini adalah pada tahun 2003, ketika tim XCN berhasil mencapai babak Semi-Final. Walau akhirnya terhenti oleh tim asal Denmark, namun mencapai peringkat top 8 dalam turnamen internasional adalah pencapaian besar bagi Indonesia.

Lompat beberapa tahun ke depan, periode awal 2010 menjadi cikal bakal dari dua turnamen yang jadi fenomena besar dalam perkembangan esports. Riot Games mengadakan turnamen bertajuk Season One Championship pada 2011, yang menjadi cikal bakal LoL Worlds, ajang esports terbesar di dunia yang ditonton oleh 21,8 juta orang pada tahun 2019 lalu.

Pada tahun yang sama, Valve juga mengadakan The International. Ini merupakan turnamen tingkat dunia pertama bagi Dota 2, versi standalone dari custom-game Warcraft terpopuler, Defense of the Ancient. The International juga menjadi fenomena besar bagi dunia esports. Dengan total hadiah sebesar 10,9 juta dolar Amerika Serikat (sekitar Rp154 miliar), gelaran ini berhasil mencetak rekor sebagai turnamen game dengan hadiah terbesar di tahun 2013.

Berkat sistem crowdfunding yang diterapkan, The International terus memecahkan rekor total hadiah di skena esports setiap tahunnya sejak tahun 2013. Terakhir kali, The International 2019 bahkan memiliki total hadiah sebesar 34 juta dolar Amerika Serikat (sekitar Rp523 miliar).

Mobile Games Sebagai Tren Baru dan Dominasi Indonesia di Peta Persaingan Esports Global

Ketika kita mengira bahwa perkembangan esports akan stagnan, ternyata esports memasuki babak baru lagi pada tahun 2014. Perkembangan ini didorong oleh sekelompok pengembang berpengalaman yang ingin mendorong teknologi mobile lebih jauh lagi. Di bawah perusahaan bernama Super Evil Megacorp (SEMC), Vainglory diluncurkan pada November tahun 2014 lewat sesi presentasi teknologi API grafis bernama Metal untuk iPhone 6.

Pada masa itu, Vainglory bisa dibilang menjadi pionir MOBA untuk mobile. Walau mereka bukan yang pertama, namun SEMC menjadi pengembang pertama yang berhasil menciptakan MOBA di mobile secara sempurna, dan punya konsep 3v3 yang unik. Setelah melalui fase beta, game ini ternyata diterima dengan sangat baik, dan berhasil mencatatkan 1,5 juta pemain aktif bulanan.

Vainglory pada masa itu juga menjadi pionir esports mobile game tingkat global. Tahun 2015 mereka menyelenggarakan Vainglory World Invitational yang cuma diikuti oleh 8 tim saja. Sukses di tahun pertama, gelaran ini berlanjut untuk kedua kalinya pada tahun 2016 dengan jumlah tim peserta dan perwakilan negara yang lebih banyak.

Do SEMC capable to repeat the victory in Vainglory Worlds 2017 that breaks the record of Twitch spectators. Source: redbull.com
Vainglory Worlds 2017, menjadi gelaran dunia terakhir dari Vainglory. Source: redbull.com

Sayang Vainglory malah meredup di tahun-tahun setelahnya. Pada tahun 2017, Indonesia diwakili oleh Elite8 mengikuti Vainglory World Championship 2017. Berbarengan dengan itu, Vainglory merilis mode 5v5, namun perkembangan Vainglory setelah itu malah terhambat yang diikuti dengan berbagai masalah yang membuat skena esports game ini jadi menurun.

Tahun 2017, kompetisi menjadi MOBA di mobile paling populer kedatangan pendatang baru. Dibesut pengembang asal Tiongkok, Moonton, Mobile Legends menjadi fenomena baru di Indonesia. Berbarengan dengan panasnya esports Vainglory lewat gelaran Indonesia Games Championship, Mobile Legends juga menunjukkan taringnya lewat gelaran Mobile Legends SEA Cup 2017.

MSC ketika itu bisa dibilang menjadi salah satu gelaran esports dengan jumlah penonton terbanyak. Berhasil membuat venue gelaran Grand Final, Mall Taman Anggrek, jadi penuh sesak sembari menunjukkan potensi skena esports bagi Mobile Legends: Bang-Bang.

Pada tahun berikutnya PUBG Mobile rilis. Game ini juga mendapat penerimaan yang baik secara global, dengan total pemain lebih dari 200 juta orang dan jumlah pemain aktif mencapai 30 juta orang per bulan di tahun yang sama dengan tahun perilisan. Dibesut oleh Tencent, PUBG Mobile segera mendapat kompetisinya tersendiri di skena lokal lewat PUBG Mobile Indonesia National Championship (PINC 2018).

Bigetron saat juara PMCO 2019. Sumber: Twitter PUBG Esports
Bigetron saat juara PMCO 2019. Sumber: Twitter PUBG Esports

Masih di tahun 2018, Mobile Legends memulai liga profesionalnya di Indonesia yang bertajuk Mobile Legends Professional League (MPL ID Season 1). Kompetisi tersebut segera mendapatkan penerimaan yang sangat baik sampai akhirnya sistem kompetisi diubah jadi franchise model pada tahun 2019.

Tahun 2019 saat esports mobile games menjadi semakin umum, membuat Indonesia banyak memetik buah prestasi dari hal ini. Pada tahun itu Bigetron RA menjadi juara dunia kancah PUBG Mobile lewat gelaran PUBG Mobile Club Open Global Finals 2019. ONIC Esports menjadi tim terkuat di Asia Tenggara lewat gelaran Mobile Legends Southeast Asia Cup 2019, dan terakhir ada EVOS Esports yang menjadi juara dunia Mobile Legends pertama lewat gelaran M1 World Championship.

Esports berhasil menjadi industri yang berkembang berbarengan dengan perkembangan teknologi. Ini belum menjadi akhir dari perkembangan esports. Bahkan untuk saat ini saja, esports mobile games masih belum menemukan bentuk terbaiknya, karena popularitasnya yang masih terpusat di daerah Asia saja.

Di masa depan, mungkin akan muncul evolusi baru lagi dari esports, yang hadir lewat teknologi terbaru. Mungkin bisa saja teknologi virtual reality dan augmented reality mungkin akan menjadi evolusi berikutnya dari esports. Satu hal yang pasti, di dunia digital yang terus berkembang ini, kita dituntut harus cepat beradaptasi dengan zaman agar tidak tertinggal dengan perkembangan teknologi.

Bigetron RA Juara PMPL ID 2020 Season 1, Berhak Melaju ke PMWL 2020

Setelah satu bulan pertandingan babak Regular Season, PMPL ID 2020 Season 1 kini akhirnya sudah mencapai puncak. Pada gelaran Grand Final yang diadakan pada tanggal 3-5 April 2020 lalu, Bigetron RA berhasil memuncaki klasemen, dan menjuarai PMPL ID 2020 Season 1. Namun demikian, perjuangan Bigetron RA, MORPH Team, dan ONIC Esports tidak mudah untuk bisa mendapatkan top 3, dan merengkuh kesempatan mewakili Indonesia di PMPL SEA Finals 2020 nanti.

PMPL ID 2020 Season 1 memang berjalan dengan sengit. Selama babak regular season, penonton seakan diajak menonton aksi tanpa henti saat pertandingan liga yang berjalan selama satu bulan itu. Week 1 para tim debut mendobrak permainan, week 2 Bigetron RA baru terbangkit dan mulai mendominasi permainan, week 3 pertandingan papan tengah jadi memanas sementara Bigetron RA tidak terhentikan, yang lalu ditutup dengan week 4 yang jadi pertarungan penuh peluh antara 5 tim untuk memperebutkan slot 16 besar menuju ke babak Grand Finals.

Sumber: Instagram @pubgmobile.esports.id
Sumber: Instagram @pubgmobile.esports.id

Begitu juga pertandingan babak Grand final, yang menyajikan pertandingan sengit dengan sajian kompetisi tingkat tinggi. Hari pertama The Pillars Slayer mengamuk dan memuncaki klasemen. Dengan total perolehan sebesar 79 poin, 2 Chicken Dinner dan 29 kill. Tetapi The Pillars Slayer tidak bisa hidup tenang karena Bigetron RA mengikuti tepat di belakangnya.

Hari kedua Bigetron RA membayar lunas performa melempem yang mereka alami pada hari sebelumnya. Mereka mendapat 2 Chicken Dinner sehingga mereka kini memperoleh 146 poin dengan 52 kill.

Kini gantian, The Pillars yang mengintil di belakangnya, ditambah setidaknya 6 tim lainnya yang juga siap menyergap mereka ketika lengah.

Lalu pada hari ketiga, kejutan datang dari ONIC Esports yang memanfaatkan momen-momen krusial, membuat peringkat 3 diperebutkan dengan panas. The Pillars Slayer yang beberapa kali lengah pada akhirnya tertendang dari posisi top 3, sehingga harapan mereka pun pupus untuk dapat melaju ke PMPL SEA Finals 2020. ONIC Esports menusuk, dan mengamankan peringkat 3.

Sementara itu di sisi lain, permainan solid dari Zuxxy, Luxxy, Ryzen dan Microboy menundukkan MORPH Team yang berkali-kali menantang keras sang Red Aliens. Alhasil Jeixy dan kawan-kawan harus puas berada di peringkat 2, sementara Bigetron RA melenggang membawa trofi PMPL ID 2020 Season 1. Dengan ini berikut top 3 PMPL ID 2020 Season 1:

  1. Bigetron RA – 233 poin/4 Chicken Dinner/87 Kill – US$20.000 (sekitar Rp330,5 juta) – Berhak melaju ke PMWL 2020 dan PMPL SEA Finals 2020
  2. MORPH Team – 192 poin/2 Chicken Dinner/73 Kill – US$14.000 (sekitar Rp231 juta) – Berhak melaju ke PMPL SEA Finals 2020
  3. ONIC Esports – 173poin/2 Chicken Dinner/75 Kill – US$7.0000 (sekitar Rp115 juta) – Berhak melaju ke PMPL SEA Finals 2020

“Selamat kepada Tim Bigetron Red Aliens yang berhasil menjadi juara PUBG Mobile Pro League 2020. Kami punya harapan tinggi atas kualitas talenta yang sangat baik dari perwakilan Indonesia. Hal ini menjadi bukti semakin kuatnya perkembangan industri maupun talenta esports di Indonesia.” ucap Gaga Li, Direktur Esports PUBG Mobile untuk Asia Tenggara.

Sumber: Instagram @pubgmobile.esports.id
Sumber: Instagram @pubgmobile.esports.id

“PUBG Mobile ingin dapat turut serta membantu, mengantar, serta menyorot nama Indonesia di kancah esports internasional. Kami juga mengucapkan terima kasih banyak kepada 15 tim lainnya yang telah menyajikan pertandingan PUBG Mobile terbaik kepada para penggemar setia. Kesempatan masih terbuka lebar bagi tim di posisi 1, 2, dan 3 untuk kembali berjuang di PUBG Mobile Southeast Asia Final 2020 Season 1. Persiapkan dan manfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya sebab persaingan tidak semakin mudah melainkan semakin ketat dengan tim-tim terbaik dari seluruh wilayah Asia Tenggara.” tutup Gaga Li.

Dengan kemenangan ini Bigetron RA otomatis mendapat kesempatan bertanding di PUBG Mobile World League 2020. Namun, mereka masih harus tetap turut bertanding di dalam gelaran PMPL SEA Finals untuk menunjukkan kualitasnya sebagai tim terbaik di tingkat regional. Sementara itu MORPH Team dan ONIC Esports juga masih punya kesempatan untuk melaju ke PMWL, namun mereka harus berjuang lebih keras, karena hanya 2 tim saja dari PMPL SEA Finals 2020 yang bisa melaju ke tingkat dunia.

Mari kita dukung dan doakan agar perwakilan Indonesia bisa mendapatkan hasil terbaik di dalam persaingan kancah kompetitif PUBG Mobile, baik regional SEA ataupun tingkat dunia!

Rekap Week 4 PMPL ID 2020 Season 1: 16 Tim ke Babak Playoff, Prediksi Wakil PMPL SEA Finals 2020 dari Pasta Wolfy?

Tanpa terasa, pekan ini ternyata telah menjadi pekan terakhir PUBG Mobile Pro League ID 2020 Season 1. Week 1 kita disajikan kejutan dari tim debut, week 2  Bigetron RA mulai mendominasi, lalu week 3 persaingan papan tengah memanas sementara dominasi Bigetorn tak terhentikan.

Pekan ini pertarungan terasa teramat intens. Apalagi pertandingan papan bawah yang kini jadi sengit karena dalam pertandingan ini 24 tim peserta Regular Season PMPL ID 2020 Season 1 disaring jadi hanya menyisakan 16 tim saja, dan 6 tim seperti Siren Esports, The Pillars Slayer, ONIC Esports, EVOS Esports, NFT Esports, dan BONAFIDE berebut posisi tersebut. Tanpa perlu bertele-tele lagi, berikut rekap week 4 PMPL ID 2020 Season 1.

Pekan Paling Merah Sepanjang Perjalanan PMPL ID 2020 Season 1

Sumber: Instagram @pubgmobile.esports.id
Sumber: Instagram @pubgmobile.esports.id

Memasuki pekan ke-4, permainan tim papan atas memang sangat sulit untuk disaingi lawan-lawannya. Alhasil, week 4 tetap didominasi dua tim berwarna merah yaitu Bigetron RA dan Red Rocket Cosmic. Tak hanya itu, ada juga AURA Esports dan GEEK Fam yang tak mau kalah turut membuat week 4 PMPL ID 2020 Season 1 jadi semakin berwarna merah.

Bigetron RA dan Red Rocket Cosmic jadi dua tim yang sedang panas-panasnya di week 4 ini. Kedua tim ini saling berbalas Chicken Dinner sepanjang week 4 berjalan. Namun Bigetron RA tetap mendominasi dengan total 7 Chicken Dinner yang mereka raih hanya dari satu pekan pertandingan saja. Sementara Red Rocket mengikuti di belakangnya dengan perolehan sebanyak 4 Chicken Dinner.

Pertarungan Jurang Degradasi Antara The Pillars Slayer vs Siren Esports

Sumber: Instagram @pubgmobile.esports.id
Sumber: Instagram @pubgmobile.esports.id

Pertarungan jurang degradasi menjadi sangat liar di pekan ini. Enam tim memperebutkan posisi 16 besar agar dapat bertanding di babak Playoff PMPL ID 2020 Season 1. Apalagi semangat kompetisi tim papan bawah juga tidak kalah panas dibanding tim papan atas.

Pertandingan hari pertama, The Pillars Slayer berhasil mencuri satu Chicken Dinner untuk mendongkrak posisi mereka. Lalu hari kedua ada ONIC Esports dan Siren Esports yang tampil ke permukaan. Lanjut di hari keempat, gantian BONAFIDE yang mencuri Chicken Dinner di antara perebutan sengit antara Bigetron RA dan Red Rocket.

Akhirnya hari terakhir ronde terakhir menyisakan Siren Esports dengan The Pillars Slayer yang sedang bertarung demi mendapat peringkat 16. Nahasnya, The Pillars Slayer yang berada di dalam grup B tidak turut bertarung pada hari terakhir Regular Season PMPL ID 2020 Season 1. Dengan demikian, tinggal Siren Esports yang harus berjuang sekuat tenaga mendapatkan poin yang ia butuhkan.

Sempat mencuri Chicken Dinner pada ronde kedua, tantangan berat menanti Siren Esports di ronde-ronde berikutnya. Apalagi salah satu pemain Siren Esports, Rey2000 sempat mengatakan bahwa BTR.Ryzen bukanlah lawan yang spesial. Ronde-ronde berikutnya, mereka dijegal oleh MORPH Team, Aerowolf, dan ONIC Esports. Sampai pada ronde terakhir, Siren Esports harus terkulai tidak berdaya. Red Rocket menjagal perjuangan terakhir Siren Esports, dan mendapat Chicken Dinner yang gemilang setelah mengalahkan Louvre di Circle terakhir.

16 Tim yang Melaju ke Babak Playoff PMPL ID 2020 Season 1

Sumber: Instagram @pubgmobile.esports.id
Sumber: Instagram @pubgmobile.esports.id

Pertarungan berjalan sangat panas pada pekan terakhir PMPL ID 2020 Season 1. Tim papan atas sibuk menjegal semua orang, sementara tim papan bawah harus bertahan hidup semaksimal mungkin agar bisa melaju ke babak Playoff dan tidak terhempas ke jurang degradasi. Konklusi dari semua pertarungan tersebut, ini dia 16 tim yang akan melaju ke babak Playoff PMPL ID 2020 Season 1.

  1. Bigetron RA
  2. AURA Esports
  3. Red Rocket Cosmic
  4. BOOM sports
  5. MORPH Team
  6. Aerowolf
  7. Alter Ego
  8. DRANIX Esports
  9. RRQ
  10. Victim Esports
  11. GEEK Fam
  12. Louvre
  13. BONAFIDE
  14. NFT Esports
  15. ONIC Esports
  16. The Pillars Slayers

Prediksi 3 Finalis PMPL SEA Finals 2020 Dari Pasta Wolfy

Sumber: Instagram @pubgmobile.esports.id
Sumber: Instagram @pubgmobile.esports.id

Babak Playoff PMPL ID 2020 Season 1 menyisakan 16 tim yang akan bertanding sebanyak 17 ronde selama 3 hari, mulai dari 3 sampai 5 April 2020 mendatang. Babak Playoff akan menentukan tim finalis yang akan melaju ke pertandingan PMPL tingkat selanjutnya, yaitu PMPL SEA 2020 Spring Finals.

Hanya akan ada 3 tim saja yang dapat melaju ke PMPL SEA 2020 Spring Finals, siapa saja mereka? Pasta dan Wolfy memberikan prediksi singkatnya. Pasta berkata Bigetron RA dan Red Rocket Cosmic, sementara Wolfy menyebut antara Bigetron RA, Red Rocket Cosmic, BOOM Esports, AURA Esports, MORPH Team dan RRQ.

Dari semua kandidat tersebut, duet maut caster PUBG Mobile Indonesia ini sepakat bahwa Bigetron RA adalah kandidat terkuat. “Sudah tak bisa dipungkiri, Bigetron RA adalah tim terkuat di Indonesia karena pengalaman dan skill yang sudah sangat matang.” ucap Wolfy. “Cuma, memang untuk prediksi selain Bigetron ini agak sulit, karena kompetisi PMPL ID 2020 Season 1 ini sangat keras.” Ujar Wolfy kebingungan. Akankah prediksi Pasta dan Wolfy tepat, atau mungkin akan ada kejutan lain di babak playoff PMPL ID 2020 Season 1?

PMPL ID 2020 S1 merupakan liga PUBG Mobile di Indonesia dengan total hadiah sebesar US$150.000 (sekitar Rp2,2 miliar). Babak Playoff akan diselenggarakan mulai dari tanggal 3 hingga 5 April 2020 mendatang, memperebutkan 3 slot untuk melaju ke tingkat Asia Tenggara.

Rekap Week 2 PMPL ID 2020 S1: Bigetron RA Tampil Dominan

Tanpa terasa, PUBG Mobile Pro League Indonesia 2020 Season 1 (PMPL ID 2020 S1) sudah memasuki pekan kedua. Pada pekan lalu pertandingan PMPL ID 2020 S1 berjalan sengit, kini pada pekan kedua Bigetron Red Aliens seakan baru keluar dari kandangnya, mengamuk, dan jadi tak terhentikan. Namun selain dari itu ada juga aksi dan keseruan lain yang tak boleh terlupakan. Berikut rekap Week 2 PMPL ID 2020 S1.

Aerowolf Juarai PMPL ID Season 1 Ladies Tournament

Pada week 2 PMPL ID Season 1 terselip juga Ladies Tournament yang diselenggarakan pada pada pertandingan hari ke-4 dan 5 (14 – 15 Maret 2020). Ladies Tournament diikuti oleh 16 tim undangan yang bertanding 4 map pertandingan setiap harinya. Pertandingan hari pertama terbilang masih cukup kompetitif. Ada tim RRQ Hikari dan VICTIM Ladies berbagi Chicken Dinner di ronde tiga dan empat.

Sumber: Dokumentasi Resmi PMPL ID 2020 Season 1
Sumber: Dokumentasi Resmi PMPL ID 2020 Season 1

Sementara itu pada hari kedua Aerowolf ZOO datang mendominasi pertandingan dengan performa yang cukup solid. Berjibaku seru dengan tim Belletron dan RRQ Hikari, mereka mendapatkan Chicken Dinner di ronde 7. Kemenangan ini memberikan momentum positif sehingga mereka juga mendapatkan Chicken Dinner pada ronde 8.

Alhasil Aerowolf ZOO berhasil memenangkan PMPL ID 2020 S1 Ladies Tournament dengan gemilang. Aerowolf ZOO selaku pemenang berhak mendapatkan hadiah sebesar US$2060 (sekitar Rp30 juta).

Usaha Keras Para Penantang Sang Raja

Kembali kepada babak Regular Season PMPL ID 2020 S1, pekan ini kita melihat perlawanan keras dari para penantang sang raja, Bigetron Red Aliens. Pada hari pertama contohnya, Alter Ego dan RRQ, keduanya berhasil tampil dengan konsisten dan mendapatkan masing-masing 2 kali Chicken Dinner.

Memang pada hari pertama, yang mempertandingkan grup A dengan B, tidak ada tim Bigetron Red Aliens yang ikut serta. Namun tetap saja, Chicken Dinner tersebut cukup berarti bagi Alter Ego untuk dapat terus mengejar Bigetron RA di puncak klasemen. Tetapi semua berubah ketika Bigetron turut bermain di dalam pertandingan.

Satu yang menarik sebenarnya pada pertandingan hari kedua. Walau Bigetron sudah turut bertanding ketika itu, namun Chicken Dinner berhasil terbagi cukup rata. Tidak ada satupun tim bertanding mendapatkan dua kali Chicken Dinner pada pertandingan hari kedua. Tak hanya itu, NARA Esports yang belakangan masih belum bisa membuktikan diri, bahkan juga berhasil mendapatkan Chicken Dinner keduanya sepanjang pertandingan pada hari itu.

Bigetron Red Aliens Tak Terhentikan

Sayangnya cerita indah bagi tim lain seakan berakhir di hari kedua. Seperti singa yang baru terbangun dari tidurnya, Bigetron Red Aliens mengamuk di hari ketiga. Mempertandingkan grup A dengan C, hampir tak ada yang mampu menghentikan Bigetron RA. Memang, ronde awal, ONIC dan EVOS bisa mendapat Chicken Dinner. Tetapi Bigetron RA hampir saja menyapu bersih 4 Chicken Dinner sekaligus, jika MORPH Team tidak berhasil menghentikan mereka di ronde ke-4.

Sumber: Dokumentasi Resmi PMPL ID 2020 Season 1
Morph, penantang keras Bigetron RA sepanjang pekan ini. Sumber: Dokumentasi Resmi PMPL ID 2020 Season 1

Sementara pada hari kelima, Bigetron RA lagi-lagi mengamuk. Kembali, mereka berhasil mendapatkan hat-trick Chicken Dinner selama 6 ronde pertandingan. MORPH Team lagi-lagi menjadi kontestan terberat sang juara dunia, dan menghalangi Bigetron RA mendapatkan Chicken Dinner pada ronde ke-5.

Setelah pertandingan yang sangat mendominasi di pekan ini, Made Bagus (Luxxy) pun sesumbar. “Kalau ketemu kita, jangan dilawan. Kabur aja.” ucapnya saat diwawancarai di atas panggung. Usai pekan kedua, Bigetron RA melambung tinggi dengan perolehan sebesar 525 poin dan memiliki selisih sebesar 132 poin dengan sang peringkat 2 yaitu BOOM Esports yang mendapatkan 393 poin di akhir pekan ini.

PUBG Mobile Pro League Indonesia 2020 Season 1 merupakan liga PUBG Mobile pertama di Indonesia yang memperebutkan hadiah sebesar US$150.000 (sekitar Rp2,2 miliar). Babak Regular Season akan diselenggarakan mulai dari tanggal 6 hingga 29 Maret 2020 mendatang. 24 tim dari berbagai bagian indonesia akan bertanding memperebutkan slot 16 besar agar dapat bertanding di gelaran puncak PUBG Mobile Pro League Indonesia 2020 yang akan diselenggarakan pada 4-5 April 2020 mendatang. Anda dapat menyaksikan keseruan aksi PMPL ID 2020 S1 pada Official Facebook Page PUBG Mobile Indonesia.

 

Akankah Bigetron RA Tetap Dominan di PMPL ID Season 1?

PUBG Mobile Pro League Indonesia Season 1 (PMPL ID Season 1) merupakan liga PUBG Mobile lokal Indonesia yang pertama. 24 tim datang dari berbagai macam latar belakang, bertemu di dalam satu wadah ini, beradu kemampuan demi mendapatkan tahtanya sebagai tim PUBG Mobile terbaik di Indonesia dan mengejar posisi sebagai raja PUBG Mobile dunia.

Satu yang menarik dari PMPL ID Season 1 adalah kehadiran tim Bigetron Red Aliens (Bigetron RA), yang notabene adalah juara dunia, bertanding di tengah 23 tim lainnya dengan berbagai latar belakang serta pengalaman. Dengan statusnya sebagai raja PUBG Mobile dunia, tak heran jika tim robot merah yang satu ini akan ditarget oleh tim peserta lain yang bertanding di PMPL ID Season 1.

Peserta PMPL ID Season 1 dibagi ke dalam 3 grup selama pertandingan babak Regular Season. Pada babak ini, Bigetron RA berada di dalam grup C. Pada grup C, lawan mereka juga tidak bisa dibilang mudah. Berisikan 8 tim, peserta grup C adalah beberapa tim ganas yang sudah siap menumbangkan posisi mereka.

Sumber: Dokumentasi Resmi PMPL ID Season 1
Made Bagus Luxxy saat pertandingan PMPL ID Season 1. Sumber: Dokumentasi Resmi PMPL ID Season 1

Ada MORPH Team, yang belakangan sedang membara dan menjadi juara DG League 2020. Ada juga NFT Esports dengan skuad yang punya banyak pengalaman. Lalu ada Red Rocket Cosmic, yang salah satu pemainnya adalah Kingzz, mantan pemain Bigetron. Terakhir ada juga Siren Esports, yang punya sosok StMichael, salah satu pemain veteran di kancah lokal.

Sebelumnya pada turnamen DG League 2020, Bigetron RA gagal mendapatkan trofi juara, walau ia masih berhasil mengamankan posisi Runner-Up. Konsistensi masih menjadi. Pada PMPL ID Season 1 mampukah Bigetron RA mempertahankan dominasinya?

Terkait hal ini, Rusher tim Bigetron Red Aliens, Muhammad Albi (Ryzen) memberikan komentarnya. “Jujur, gue akui permainan tim-tim Indonesia sekarang sudah semakin meningkat dan itu menjadi ancaman bagi Bigetron. Namun kami sendiri tidak terlalu khawatir, karena tentunya kami sudah mempersiapkan gameplay ataupun strategi tertentu untuk menghadap keadaan tersebut.” ucap Rusher tim Bigetron Red Aliens tersebut.

Florian George (Wolfy) juga memberikan sedikit analisisnya terhadap performa Bigetron RA belakangan ini. Terkait hal tersebut, Wolfy merasa bahwa peningkatan kekuatan Bigetron secara umum agak tertinggal jika dibandingkan dengan tim-tim penantang mereka di PMPL ID Season 1.

Sumber: Dokumentasi Resmi PMPL ID Season 1
Muhammad Albi (Ryzen) Rusher tim Bigetron RA. Sumber: Dokumentasi Resmi PMPL ID Season 1

“Menurut gue Bigetron RA itu harus lebih step-up the game, karena tim penantang mereka sudah naik tingkat semua. Bukan berarti Bigetron tidak meningkat ataupun stagnan, cuma saja tim penantangnya mengalami perkembangan yang lebih cepat, seperti rotasi lebih rapih, dan belajar bermain lebih agresif. Alhasil, kini Bigetron RA harus waspada, karena punya lebih banyak lawan yang sepadan.” ucap sosok yang terkenal sebagai analis di komunitas PUBG Mobile Indonesia.

Sejauh ini, Bigetron RA masih berhasil mempertahankan dominasinya di dalam gelaran PMPL ID Season 1. Saat pertandingan perdana, Bigetron RA memang sempat terlihat meragukan. Namun setelah pertandingan Week 1 usai, Ryzen dan kawan-kawan ternyata masih berhasil memuncaki klasemen. Setelah pertandingan Week 2 Day 2 selesai mereka juga masih memuncaki klasemen keseluruhan dengan perolehan sebesar 274 poin.

PUBG Mobile Pro League Indonesia 2020 Season 1 merupakan liga PUBG Mobile pertama di Indonesia yang memperebutkan hadiah sebesar US$150.000 (sekitar Rp2,2 miliar). Babak Regular Season akan diselenggarakan mulai dari tanggal 6 hingga 29 Maret 2020 mendatang. 24 tim dari berbagai bagian indonesia akan bertanding memperebutkan slot 16 besar agar dapat bertanding di gelaran puncak PUBG Mobile Pro League Indonesia 2020 yang akan diselenggarakan pada 4-5 April 2020 mendatang.

Bigetron RA Memenangkan PMCO Global Finals 2019 dengan Gemilang

Gelaran PUBG Mobile Club Open (PMCO) Global Finals 2019 – Fall Split telah usai diselenggarakan. Bigetron Red Aliens (RA) yang berisikan Made Bagas “Zuxxy” Pramudita, Made Bagus “Luxxy” Prabswara, Nizar “Microboy” Lugatio, dan Muhammad “Ryzen” Albi mendapatkan gelar juara dunia mereka untuk pertama kalinya dengan perolehan poin yang luar biasa.

Setelah 3 hari pertandingan dan 16 ronde dilakukan, Bigetron Red Aliens mendapatkan 5 Chicken Dinner dan berhasil mengumpulkan 303 poin, terpaut cukup jauh dengan para penantangnya. Namun demikian, 3 tim pada peringkat berikutnya malah saling saing dengan ketat. Peringkat dua ada TOP Esports mengumpulkan 197 poin, MEGA.Conqueror mengumpulkan 191 poin, dan ILLUMINATE the Murder mengumpulkan 190 poin.

Sumber: Twitter PUBG Esports
Sumber: Twitter PUBG Esports

Perjalanan mereka menuju gelar juara dunia terbilang cukup pelik. Namun demikian, proses naik turun yang mereka alami ternyata malah semakin menempa mental permainan tim Bigetron RA. Sebelumnya dominasi sempat mereka dapatkan saat PMCO SEA 2019 – League Stage. Sebagai salah satu regional kompetitif paling sengit, Bigetron berhasil muncul sebagai pemuncak klasemen fase liga PMCO 2019 Fall Split regional Asia Tenggara.

Masuk Championship Stage, permainan Bigetron RA malah jadi terpuruk. Dari pemuncak klasemen di fase liga, kini mereka terhenti di peringkat 6 pada PMCO SEA 2019 – Fall Split Championship Stage. Ini memaksa mereka harus lewat babak Prelims untuk menuju babak Global Finals. Pada babak Prelims, Bigetron RA menutup perjuangannya di peringkat 2, dengan perbedaan poin yang cukup jauh dengan MEGA Conqueror.

Berkat tempaan mental dari berbagai fase tersebut, mereka langsung tampil eksplosif sejak hari pertama Global Finals. Ronde pertama Global Finals, Bigetron RA langsung melejit. Zuxxy sebagai last-man standing bertahan dalam skenario 1 lawan 4 mendapatkan Chicken Dinner.

Terkait persiapan dan kemenangan, Edwin Chia Co-Founder dan CEO Bigetron Esports sedikit membagikan tentang peran manajemen serta komentarnya terkait kemenangan. “Kami mempersiapkan 2 manajer, coach asing, dan juga bootcamp untuk mereka. Saya merasa peran Boyka sebagai coach terbukti sangat membantu, terutama dalam hal meningkatkan mental dan membantu komunikasi tim. Sedari dulu ketika mereka masih berkompetisi di RoS, saya memang sudah percaya bahwa mereka adalah pemain paling berbakat di esports Indonesia. Kami betul-betul senang begitu segala perjuangan mereka sejauh ini akhirnya berbuah manis dalam bentuk gelar juara dunia di kancah PUBG Mobile.” ucapnya.

Sumber: Twitter PUBG Esports
Sumber: Twitter PUBG Esports

Dengan ini, maka berikut top 4 dari gelaran PMCO Global Finals 2019 – Fall Split

  • CHAMPION – Bigetron RA (Indonesia) – US$205.000 (sekitar Rp2,8 miliar)
  • Runner-Up – TOP Esports (Tiongkok) – US$105.000 (sekitar Rp1,4 miliar)
  • 3rd Place – MEGA.Conqueror (Thailand) – US$55.000 (sekitar Rp777 juta)
  • 4th Place – ILLUMINATE The Murder (Thailand) – US$38.000 (sekitar Rp537 juta)

Bigetron RA sendiri mendapatkan hadiah sebesar US$180.000 (sekitar Rp2,5 miliar) dengan tambahan US$5000 setiap kali Chicken Dinner yang didapatkan. Ini menjadi prestasi internasional perdana Bigetron RA dan juga bagi komunitas PUBG Mobile Indonesia. Mengingat kancah kompetitif PUBG yang secara internasional cukup keras, kemenangan ini tentu menjadi sesuatu kebanggaan tersendiri bagi komunitas esports PUBG Mobile di Indonesia.

Lolos Babak Prelims, Bigetron RA Melaju ke Main Stage PMCO Global Finals 2019

Bertarung sengit di babak Prelims, Bigetron RA dengan segala daya dan upayanya berhasil keluar dari lubang jarum. Mereka bersama dua tim lainnya, yaitu MEGA Conqueror dan Orange Esports, jadi 3 tim yang lolos dari babak Prelims dan berhak bertanding di babak Main Stage dari PUBG Mobile Club Open Global Finals 2019 – Fall Split (PMCO Global Finals 2019 – Fall Split).

Sebelumnya Bigetron RA harus menerima keadaannya terjerumus ke babak Prelims, setelah gagal tampil maksimal pada babak Championship Stage PMCO SEA Championship 2019 – Fall Split. Padahal pada babak League stage, Bigetron tampil begitu garang, berkali-kali dapat Chicken Dinner dan jumlah kill dua digit.

Pada babak Prelims, duet maut Zuxxy Luxxy dan kawan-kawan harus bertanding sebanyak 18 ronde selama dua hari (23 sampai 25 November 2019). Dalam maraton pertandingan PUBG, Bigetron RA harus beradu ketahanan fisik dan mental dari ronde ke ronde.

Sumber: PUBG Mobile Official Page
Sumber: PUBG Mobile Official Page

Lawan terberatnya adalah MEGA Conqueror. Sepanjang pertandingan, kedua tim ini seakan berganti-gantian saja bertukar Chicken Dinner. Beberapa kali konsistensi Bigetron RA dipertanyakan pada babak Prelims ini, karena mereka sempat berada di peringkat 12 tanpa dapat kill satupun. Namun mereka juga berkali-kali membayarnya dengan Chicken Dinner dan kill dua digit.

MEGA Conqueror berhasil tampil dengan lebih konsisten, terutama di hari kedua dan ketiga. Mereka masih bisa tetap dapat kill dua digit walau tidak dapat Chicken Dinner. Pada akhirnya, walau keduanya dan tim Orange Esports berhasil lolos ke Main Stage, namun perbedaan poin yang lumayan jauh jadi satu hal yang perlu disoroti. MEGA Conqueror di peringkat 1 mendapat 323 poin, disusul Bigetron RA di peringkat 2 dengan 271 poin dan Orange Esports di peringkat 3 dengan 182 poin.

Dengan lolosnya ketiga tim tersebut, maka berikut daftar tim yang akan bertanding di babak Main Stage PMCO Global Finals 2019 – Fall Split:

Sumber: PUBG Mobile Official Page
Sumber: PUBG Mobile Indonesia Official Page
  1. TOP Esports (Juara Spring Global Final)
  2. RRQ Athena (SEA Qualifier)
  3. Illuminate The Murder (SEA Qualifier)
  4. Yoodo Gaming (Slot Tuan Rumah)
  5. Entity Gaming (South Asia Qualifier)
  6. Team SouL (South Asia Qualifier)
  7. Cloud9 (North America Qualifier)
  8. Team Unique (Europa Qualifier)
  9. Kurdistan Esports (MENA Qualifier)
  10. Team Queso (South America Qualifier)
  11. EGC KR Black (Korea Qualifier)
  12. ARG Wistaria (Japanaese Qualifier)
  13. Unicorn Gaming (Wildcard Qualifier)
  14. Bigetron RA (Prelims)
  15. Mega Conqueror (Prelims)
  16. Orange Esports.CG (Prelims)

Babak Main Stage PMCO Global Finals 2019 – Fall Split akan diselenggarakan mulai dari 29 November sampai 1 Desember 2019 mendatang. Akankah Bigetron RA bisa mendapat hasil maksimal?

Isfan Satria Wijaya, manajer tim Bigetron RA sempat membeberkan soal kerasnya kompetisi yang dihadapi anak-anaknya dalam pertandingan tingkat internasional seperti PMCO Global Finals ini. “Tantangan terberat untuk Bigetron RA hampir selalu adalah diri mereka sendiri, bukan lawan2 lainnya. Secara realistis, saya berharap anak-anak (Bigetron RA) bisa mencapai top 3, sisanya bonus. Tapi dari lubuk hati terdalam, saya ingin bisa melihat mereka piala di PMCO Global Finals 2019 dan menjadi juara dunia.” ujarnya.

Format esports PUBG Mobile yang bersifat maraton, menuntut ketahan fisik, mental, dan stabilitas permainan. Semoga saja di babak Main Stage PMCO Global Finals Microboy dan kawan-kawan bisa tahan banting mengatasi tekanan kompetisi yang begitu berat. Sisanya? Kita tinggal berdoa semoga dewi fortuna berada di pihak Bigetron RA.