Mantan Petinju Manny Pacquiao Masuki Dunia Esports, Kompetisi Microsoft Excel Tawarkan Hadiah US$10 Ribu

Pada akhir pekan lalu, babak final dari Financial Modelling World Cup (FMWC), kompetisi untuk pengguna Microsoft Excel, resmi digelar. Kompetisi itu menawarkan total hadiah sebesar US$10 ribu. Selain kompetisi untuk Excel, liga esports unik lainnya adalah Farming Simulator League, yang mengadu game farming simulator. Sementara itu, mantan petinju dari Filipina, Manny “PacMan” Pacquiao menjadi mantan atlet terbaru yang memutuskan untuk terjun ke dunia esports. Pada minggu lalu, Riot Games juga mengumumkan format baru dari VALORANT Champions Tour di 2022.

Mantan Petinju Filipina Buat Tim Esports, Team Pacquiao GG

Manny “PacMan” Pacquiao, mantan petinju Filipina yang berhasil memenangkan delapan gelar juara dunia di kelas yang berbeda-beda, memutuskan untuk menjajaki dunia esports dengan membuat organisasi bernama Team Pacquiao GG. Pembuatan konten akan menjadi prioritas bagi organisasi tersebut. Selain itu, mereka juga akan fokus pada tiga hal, yaitu komunitas, kompetisi, dan badan amal, lapor Pinoy Gamer.

Anggota dari Team Pacquiao GG. | Sumber: Pinoy Gamer

Team Pacquiao GG menunjuk Elyson “Ghost Wrecker” Caranza, pemain profesional di RSG PH dan Kimberlee Si “Super Kimbie” Arcillas sebagai representatif mereka di Mobile Legends. Tak hanya itu, Caranza juga akan menjadi pemimpin dari program amal Team Pacquiao GG. Untuk memimpin divisi konten, Team Pacquiao GG memilih YouTuber Gian Louise “GLOCO” Concepcion, sementara Shin Boo “Sh1nboo” Ponferrada akan menjadi host dan shoutcaster. Terakhir, Een Mercado akan memipin program pemberdayaan perempuan, serta membantu organisasi itu untuk menjajaki skena esports VALORANT.

BMW dan LVL Adakan Liga Rocket League di Dunia Nyata 

Dalam Rocket League, pemain bermain sepak bola menggunakan mobil sebagai pemain. Dan minggu lalu, BMW serta LVL bekerja sama dengan Das Race Goal untuk mengadakan liga Rocket League di dunia nyata. Jadi, para peserta liga tersebut akan menggunakan mobil remote control untuk bermain sepak bola. Mereka juga bisa mengambil powerup virtual demi bisa mengaktifkan “special effects“.

Kompetisi itu diikuti oleh enam tim. Masing-masing tim terdiri dari tiga orang. Keenam tim tersebut berlaga di stadion BMW Welt. Tujuan dari liga ini adalah untuk mengumpulkan dana demi program Skills for Life dari United Nations Population Fund. Program itu betujuan untuk memperbaiki sistem edukasi dan kesehatan dari generasi muda di kawasan Amerika Latin dari Karibia, lapor Engadget.

Riot Games Punya Format Baru untuk VALORANT Champions Tour 2022

Riot Games mengumumkan, akan ada sirkuit turnamen baru pada Oktober 2022. Mereka juga menyebutkan, seri VALORANT Challengers akan dirombak pada tahun depan. Selain itu, mereka mengungkap bahwa VALORANT Game Changers LAN akan digelar pada November dan Desember 2022. Terakhir, Riot mengungkap rencana mereka untuk mengadakan liga nasional VALORANT di sejumlah negara. Mereka akan memulai program ini di Eropa, menurut laporan Esports Insider.

Jadwal kompetisi VALORANT 2022. | Sumber: Riot Games

Menurut Riot, seri Challengers baru juga akan menggunakan format baru, yang terdiri dari beberapa split. Masing-masing split akan diawali dengan babak kualifikasi terbuka. Tim yang lolos dari babak kualifikasi akan bertanding dalam liga yang berlangsung selama beberapa minggu. Dari liga tersebut, akan terpilih tim-tim terbaik untuk berlaga di turnamen “besar”. Dari turnamen itu, tim yang keluar sebagai pemenang dan beberapa tim lainnya akan melaju ke turnamen Master.

Kompetisi Microsoft Excel Tawarkan Hadiah US$10 Ribu

Microsoft menjadi sponsor dari Financial Modelling World Cup (FMWC), kompetisi “esports” dari Microsoft Excel. Kompetisi untuk para pemain/pengguna Excel profesional itu diadakan pada 4-11 Desember 2021. Total hadiah yang ditawarkan adalah US$10 ribu, menurut laporan The Verge. Babak quarter final, semifinal, dan grand final dari FMWC digelar pada 11 Desember 2021 dan disiarkan secara langsung di YouTube dan aplikasi ESPN.

Dalam FMWC, di setiap ronde, para peserta akan dihadapkan dengan studi kasus sepanjang satu sampai lima halaman. Setiap studi kasus itu merupakan masalah yang ada di dunia nyata. Dalam setiap studi kasus, ada 6-15 pertanyaan yang harus peserta jawab. Pertanyaan-pertanyaan itu memiliki tingkat kerumitan yang berbeda-beda. Semakin rumit pertanyaan yang dijawab peserta, semakin tinggi poin yang dia dapat. Peserta harus menggunakan kemampuan financial modelling mereka untuk menjawab pertanyaan itu. Pada akhirnya, FMWC dimenangkan oleh Andrew Ngai, Director, Taylor Fry dari Australia.

Farming Simulator League Tetap Menarik Sponsor Walau Ditujukan untuk Pasar Niche

Kebanyakan game esports mengusung genre MOBA, FPS, battle royale, atau fighting game. Namun, Farming Simulator berhasil menemukan audiens untuk skena esports-nya. Kompetisi esports dari game simulator bercocok tanam itu dimulai dari Farming Simulator 17, yang dirilis pada 2016. Sebelum menjadi kompetisi resmi, Farming Simulator League hanyalah kompetisi untuk menata jerami di game Farming Simulator pertama, seperti yang dilaporkan oleh Esports Insider.

Claas Eilermann, Event and Esports Manager, GIANTS Software menjelaskan, pada awalnya, Farming Simulator League hanya digelar di acara agrikultur dengan tujuan sebagai hiburan. GIANTS Software baru menyadari potensi esports dari game yang mereka buat pada 2017, khususnya dalam acara agrikultur yang digelar di Jerman, yaitu AgriTechnica. Setelah itu, GIANTS memutuskan untuk memperbaiki mode penumpukan jerami di Farming Simulator dan lahirlah Farming Simulator League.

Farming Simulator League berhasil menarik audiens sendiri. | Sumber: GamesIndustry

Sekarang, para peserta dari Farming Simulator League tidak hanya harus menumpuk jerami, tapi juga memanen dan mengantarkan hasil panen. Masing-masing tim terdiri dari tiga orang. Tim yang berhasil melakukan tugas mereka dengan cara paling efektif akan keluar sebagai pemenang. Meskipun liga Farming Simulator tidak sepopuler kompetisi esports League of Legends atau Dota 2, ia berhasil menarik sejumlah pemain dan juga sponsor.

Saat ini, FSL memiliki kontrak kerja sama dengan Noblechairs dan Intel. Mereka juga menjalin kerja sama dengan perusahaan yang bergerak di bidang agrikultur, seperti Corteva dan DLG.

Sumber header: Pinoy Gamer

OPPO Sponsori Liga Wild Rift di Tiongkok, ASUS Perpanjang Kerja Sama dengan eNASCAR

Minggu lalu, ada dua perusahaan otomotif yang mengumumkan kerja samanya dengan pelaku industri esports. Salah satunya adalah BMW yang menggandeng LVL. Sementara itu, tim esports Mercedes mengungkap bahwa mereka menjalin kerja sama dengan AMD.

OPPO Bakal Sponsori Liga Wild Rift di Tiongkok

Ketika meluncurkan smartphone barunya, Reno 6, OPPO juga mengungkap bahwa mereka telah menjalin kerja sama dengan TJ Sports, operator dari skena esports League of Legends di Tiongkok. Melalui kerja sama ini, OPPO akan menjadi rekan resmi untuk liga profesional dari League of Legends: Wild Rift. Kerja sama tersebut akan berlangsung selama 2 tahun, mulai dari Juni 2021 sampai semester pertama 2023.

Sebagai bagian dari kolaborasi ini, Reno 6 Pro+ akan digunakan sebagai perangkat resmi bagi para pemain di liga profesional Wild Rift. Sebelum ini, OPPO telah menjadi sponsor dari liga profesional League of Legends di Tiongkok (LPL). Mereka juga mendukung beberapa turnamen global dari League of Legends, termasuk League of Legends World Championship, Mid-Season Invitational, dan turnamen All-Star, menurut laporan The Esports Observer.

ASUS Perbarui Kerja Sama dengan eNASCAR

ASUS memperbarui kontrak kerja sama mereka dengan eNASCAR. Dengan begitu, ASUS kembali menjadi sponsor dari eNASCAR Coca-Cola iRacing Series 2021. Salah satu bentuk kerja sama antara ASUS dan eNASCAR adalah produk-produk Republic of Gamers (ROG) dari ASUS akan diiklankan selama siaran eNASCAR dan juga di media sosial mereka. Tak hanya itu, mobil balap yang tampil di iRacing Series juga akan menggunakan warna khas ROG.

Warna ROG akan digunakan pada mobil di eNASCAR. | Sumber: Esports Insider

“ASUS adalah salah satu sponsor utama di komunitas racing. Mereka juga dapat memberikan produk terbaik untuk para gamers PC dan sim racers di dunia,” kata Nick Rend, Managing Director of Gaming and Esports, NASCAR, seperti dikutip dari Esports Insider. “Kompetisi eNASCAR Coca-Cola iRacing Series mengadu para sim racers terbaik di dunia. Melalui kerja sama dengan ASUS ini, kami akan bisa memberikan produk terbaik yang para sim racers perlukan saat bertanding dengan satu sama lain.”

DarkZero dan Aim Lab Kerja Sama untuk Buat Tutorial Rainbow Six: Siege

Organisasi esports asal Amerika Utara, DarkZero Esports (DZ) dan platform pelatihan gamers, Aim Lab, mengumumkan kolaborasi mereka untuk membuat program latihan bagi para pemain Rainbow Six: Siege. Kali ini bukan pertama kalinya DarkZero dan Aim Lab berkolaborasi. Pada 2020, keduanya pernah mengadakan DarkZero x Aim Lab Pro-Am Tournament. Belum lama ini, DarkZero juga mendapatkan pelatih tim Rainbow Six baru, yaitu Brandon “BC” Carr, pemain profesional yang sempat mengundurkan diri sebelum kembali ke dunia esports. Nantinya, dia juga bertanggung jawab untuk membuat konten dan tutorial khusus bagi pengguna Aim Lab.

“Aim Lab merupakan bagian penting dari program esports kami,” kata Carr, lapor Esports Insider. “Kami melakukan latihan dan pemanasan harian menggunakan Aim Lab untuk mempelajari teknik tertentu. Saya tidak sabar untuk mengokohkan kerja sama kami dan terus membuat konten tutorial terkait Siege.”

Mercedes-AMG Petronas Bekerja Sama dengan AMD

Mercedes-AMG Petronas, tim Formula One milik Mercedes, baru saja mengumumkan kerja sama mereka dengan AMD di bidang esports. Melalui kerja sama ini, AMD akan memberikan produk-produk mereka pada tim Mercedes-AMG Petronas Esports, khususnya GPU dan prosesor. AMD juga akan menyediakan hardware dan software yang telah “dioptimalkan” untuk para kegiatan gaming. Selain itu, AMD juga akan menyiapkan PC gaming untuk tempat pelatihan Mercedes-AMG Petronas Esports yang baru. Tempat pelatihan yang akan diperkenalkan pada 2021 itu terletak di Brackley, Inggris, lapor Esports Insider.

AMD akan menyokong tim esporst Mercedes-AMG Petronas.

BMW Jadi Rekan Otomotif dari LVL

Pada 2020, VERITAS Entertainment membuka fasilitas gaming dan esports baru di Jerman, bernama LVL. Sekarang, LVL mengumumkan bahwa mereka telah bekerja sama dengan BMW. Sayagnya, tidak diketahui berapa nilai kerja sama ini. Satu hal yang pasti, LVL akan membantu BMW untuk membuat konten esports. Memang, selain tempat pelatihan, LVL juga memiliki studio produksi konten serta perangkat virtual reality. Selain membuat konten, BMW juga akan menggunakan tempat milik LVL untuk mengadakan event esports, lapor The Esports Observer.

BMW Ungkap SUV Elektrik Baru, BMW iX

Masih ingat dengan mobil konsep bernama iNext yang BMW pamerkan dua tahun silam? Seperti yang sudah dijanjikan, mobil itu akhirnya bakal diproduksi secara massal sebagai sebuah mobil elektrik. Namun ada sedikit revisi pada namanya, yang kini dikenal sebagai BMW iX.

Secara estetika, iX banyak mempertahankan elemen futuristis yang diperkenalkan iNext. Beberapa bagian memang harus disederhanakan demi memudahkan tahap produksi, akan tetapi iX tetap kelihatan paling modern di antara mobil-mobil BMW lainnya.

Selain desain, hal lain yang paling mencolok dari fisik iX adalah ukurannya. Mobil ini besar, dengan panjang dan lebar setara SUV BMW X5, serta ukuran ban sekelas milik BMW X7. Kalau mengacu pada dimensi BMW X5 dengan panjang 4.922 mm dan lebar 2.004 mm, berarti iX bakal menjadi yang paling bongsor di antara kedua rivalnya yang juga berdarah Jerman, yakni Audi e-tron dan Mercedes-Benz EQC, sekaligus mendekati ukuran Tesla Model X.

Kalau eksteriornya terlihat agresif, interior iX malah terbilang kalem. Saking minimalisnya kabin iX, kita hanya akan menjumpai satu buah layar saja, meski memang layar itu menutupi lebih dari separuh dashboard-nya. Seperti biasa, layarnya dibagi menjadi dua: porsi kiri dengan bentang diagonal 12,3 inci sebagai panel instrumen, porsi kanan dengan dimensi 14,9 inci untuk sistem infotainment.

Dilihat sepintas, penampilan interiornya lagi-lagi tidak berbeda drastis dibanding versi konsepnya dulu. Teknologi “Shy Tech” yang diusung memang tidak secanggih yang dijanjikan sebelumnya, tapi BMW tetap berusaha semaksimal mungkin untuk menyamarkan sejumlah komponen interiornya sehingga terlihat membaur dengan material yang digunakan.

BMW membangun iX di atas platform mobil elektrik generasi kelimanya. Sepasang motor elektrik yang terpasang pada iX sanggup menghasilkan output daya maksimum lebih dari 370 kW (500 hp), dan untuk urusan akselerasi 0-100 km/jam, iX diyakini mampu mencatatkan waktu di bawah 5 detik.

Untuk baterainya, BMW masih enggan menyebut kapasitas persisnya, namun mereka bilang ada di kisaran 100 kWh. Baterai sebesar itu diperkirakan cukup untuk menenagai iX hingga menempuh jarak sekitar 482 kilometer dalam sekali pengisian, dan proses pengisiannya pun sangat cepat berkat dukungan teknologi DC fast charging.

Secara teknis, iX diklaim sanggup menerima asupan daya dengan output maksimum 200 kW. Dalam skenario ini, baterainya dapat terisi dari 10 sampai 80 persen dalam waktu kurang dari 40 menit. Kalau dilihat dari perspektif lain, iX sanggup menempuh jarak 120 km dalam setiap 10 menit charging.

Sebagai model flagship, BMW iX jelas terdengar menjanjikan. Sayang mobil ini baru akan diproduksi mendekati akhir 2021, dan sejauh ini juga belum ada informasi soal banderol harganya. Kalau boleh menebak, harganya bakal lebih mahal daripada BMW X5, yang sendirinya berada di kisaran $60.000.

Sumber: Electrek dan BMW.

BMW Ungkap Visinya Menjadikan Mobil Sebagai Platform Digital

Belum lama ini, Tesla sempat mendapat kritik keras setelah menonaktifkan fitur Autopilot pada Model S bekas. Fitur opsional seharga $8.000 itu tiba-tiba tidak bisa digunakan oleh si pembeli Model S bekas, dan saat ditanyakan ke Tesla, pihak Tesla hanya menjelaskan bahwa si pembeli tidak berhak mengakses fitur yang tidak dibayar olehnya, sehingga mereka memutuskan untuk menonaktifkannya dari pusat.

Untuk bisa menikmati fitur Autopilot, si pembeli diharuskan membayar lagi $8.000 langsung kepada Tesla. Kedengarannya tidak masuk akal memang, sebab salah satu alasan si pembeli tertarik dengan unit Model S bekas tersebut bisa jadi adalah ketersediaan fitur Autopilot itu sendiri.

Poin yang ingin saya angkat dari kasus ini adalah, tren digitalisasi di industri otomotif terus bertumbuh dengan pesat, dan terkadang hasilnya belum tentu menguntungkan buat konsumen. Fakta bahwa Tesla bisa menonaktifkan fitur Autopilot dari pusat berarti hardware yang terdapat pada mobil tersebut sebenarnya kapabel, tinggal kita sebagai konsumen mau menebusnya atau tidak.

Di titik ini, mobil pun bisa kita anggap sebagai platform tempat pabrikan menawarkan beragam layanannya. Fitur-fitur opsional mobil yang tadinya harus kita bayar di muka sekarang bisa kita tebus layaknya in-app purchase dalam suatu aplikasi atau game. Dalam kasus Tesla tadi, mengaktifkan fitur Autopilot ibarat membeli diamond di game Mobile Legends.

BMW modern kini juga mendukung software upgrade ala Tesla / BMW
BMW modern kini juga mendukung software upgrade ala Tesla / BMW

Selain Tesla, BMW juga mulai menunjukkan ketertarikannya pada konsep mobil sebagai platform digital itu tadi. Melalui sebuah sesi presentasi VR, BMW membeberkan banyak rencananya perihal digitalisasi mobil-mobilnya. Namun bagian yang paling menarik adalah rencananya untuk menjadikan berbagai fitur opsional mobil sebagai layanan digital yang dapat ditebus sewaktu-waktu.

Fitur seperti Active Cruise Control misalnya; sebelumnya fitur semacam ini merupakan opsi yang harus konsumen centang saat melakukan pemesanan mobil. Namun ke depannya, ketimbang harus membayar di depan, konsumen dapat memesannya secara digital langsung melalui dashboard mobil, atau lewat aplikasi My BMW di smartphone. Kedengaran praktis? Tentu saja, tapi ini juga berarti beberapa fiturnya tidak bersifat permanen dan bisa dinonaktifkan dari pusat oleh BMW seperti kasus Tesla tadi.

Sepintas konsep seperti ini terdengar seperti akal-akalan pabrikan untuk mengeruk untung lebih banyak dari konsumen. Namun kalau dilihat dari perspektif lain, tentu juga ada keuntungan yang bisa didapat oleh konsumen. Utamanya, mobil yang dibeli benar-benar bisa dikonfigurasikan sesuai kebutuhan.

Kalau memang tidak butuh Active Cruise Control karena jarang melakukan perjalanan luar kota, maka fiturnya tak perlu dipesan dan pengeluaran pun bisa dihemat. Barulah ketika musim liburan tiba dan konsumen hendak pergi ke luar kota menggunakan mobilnya, fitur Active Cruise Control bisa ia pesan dengan durasi selama sebulan misalnya.

Dalam konteks jual-beli mobil bekas, konsep seperti ini juga berarti pembeli bisa mendapatkan mobil yang berfitur lebih lengkap daripada saat masih di tangan pemilik aslinya. Namun sebaliknya, penjual mobil jadi tidak bisa menentukan harga mobil berdasarkan fitur-fitur ekstra yang sebelumnya tersedia.

Apakah tren seperti ini juga akan ikut diadopsi pabrikan-pabrikan lain ke depannya? Belum ada yang bisa memastikan. Ini juga bukan pertama kalinya BMW menerapkan konsep serupa. Di tahun 2018, mereka sempat menawarkan kompatibilitas CarPlay sebagai layanan berlangganan seharga $80 per tahun, namun reaksi negatif konsumen pada akhirnya mendorong BMW untuk membatalkan program tersebut.

Sumber: CNET.

Gaet 5 Organisasi Esports, BMW Bakal Fokuskan Marketing ke Esports

BMW menandatangani kontrak kerja sama dengan lima organisasi esports ternama, yaitu Cloud9, Fnatic, FunPlus Phoenix, G2 Esports, dan T1 Entertainment & Sports. Melalui kerja sama ini, perusahaan pembuat mobil asal Jerman itu akan menyediakan kendaraan untuk mengantarkan tim dari dan ke tempat pertandingan. Mobil-mobil ini akan menampilkan logo dari masing-masing tim.

Sementara itu, logo BMW akan disematkan di jersey anggota tim esports. Bersama dengan lima organisasi esports ini, BMW juga akan membuat kampanye di media sosial. Sayangnya, tidak diketahui berapa nilai kerja sama antara BMW dengan lima organsiasi esports tersebut. Menurut perkiraan Forbes, kerja sama BMW dengan masing-masing tim bisa mencapai jutaan dollar.

Cloud9, Fnatic, FunPlus Phoneix, G2 Esports, dan T1, kelimanya memiliki tim yang berlaga di berbagai game, seperti Dota 2, Hearthstone, Super Smash Bros, dan League of Legends. Menariknya, kelima organisasi esports ini merupakan rival di League of Legends, walau kelimanya bertanding di kawasan yang berbeda-beda. T1 berlaga di liga Korea Selatan, sementara Cloud9 di Amerika Utara, dan Fnatic serta G2 merupakan tim asal Eropa, lapor The Esports Observer.

bmw esports
BMW akan menyediakan mobil untuk tim yang menjadi rekan mereka. | Sumber: BMW

“Kami tidak akan bekerja sama,” kata CEO dan Co-owner G2 Esports, Carlos “Ocelote” Rodriguez, seperti yang dikutip dari Forbes. “Kami justru  akan melawan satu sama lain.” Memang, dalam kampanye marketing yang BMW lakukan dengan lima organisasi esports ini, mereka akan menggunakan tagar #UnitedinRivalry.

Ini bukan kali pertama BMW masuk ke dunia esports. Mereka pertama kali menjadi sponsor esports pada 2017. Ketika itu, mereka menjadi sponsor dari babak final liga League of Legends Eropa. Selain itu, mereka juga pernah menjadi title sponsor dari turnamen balapan virtual BMW SIM LIVE pada 2019. Meskipun begitu, keputusan BMW untuk bekerja sama dengan lima organisasi esports sekaligus menunjukkan betapa seriusnya mereka dalam dunia competitive gaming.

“Dalam jangka panjang, esports akan menjadi prioritas utama kami,” kata Stefan Ponikva, Head of BMW Brand Experience Shows & Events, menurut laporan Forbes. Dia menjelaskan, pada akhirnya, dana yang BMW alokasikan untuk esports akan melebihi biaya sponsorship untuk olahraga tradisional, seperti golf dan balapan. “Sebagai generasi digital, anak-anak muda jarang menonton TV dan tidak terlalu peduli pada model marketing tradisional. Esports akan menjadi alat kami untuk mendekatkan diri dengan mereka.”

BMW Esports
T1 menjadi rekan BMW di Korea Selatan. | Sumber: T1 Entertainment & Sports

Memang, esports kini tengah naik daun, terutama di tengah pandemik virus corona. Newzoo memperkirakan, jumlah penonton esports mencapai 454 juta orang. Dalam waktu tiga tahun, jumlah itu akan bertambah 190 juta orang lagi. Sementara dari segi bisnis, industri esports diperkirakan akan bernilai US$1 miliar pada 2020. Selain jumlah penonton yang banyak dan terus bertambah, hal lain yang membuat esports menarik adalah fakta bahwa sebagian besar dari penonton esports merupakan generasi milenial atau gen Z. Audiens esports biasanya lebih sering menonton siaran langsung di platform streaming seperti YouTube dan Twitch daripada televisi.

Ponikva juga mengungkap, dana yang BMW gunakan dalam kerja sama dengan lima organisasi esports ini tidak diambil dari biaya marketing lainnya. Sebagai gantinya, BMW berencana untuk mengurangi biaya yang mereka keluarkan untuk mengadakan kegiatan offline seperti trade show. Meskipun begitu, Ponikva sadar, audiens esports tidak akan membeli mobil dalam waktu dekat. Karena itu, dia mengaku, investasi BMW di esports ini mungkin tidak akan berbuah manis dalam waktu dekat.

“Saat waktunya tiba, kami akan tahu bahwa kami telah membuat para fans esports mencintai BMW,” ujar Ponikva. “Dan kami akan menjadi merek mobil pertama yang mereka ingat.”

Lupakan Rivalitas, BMW dan Daimler Bekerja Sama Kembangkan Teknologi Kemudi Otomatis

BMW dan Mercedes-Benz, dua brand Jerman ini merupakan salah satu dari pasangan rival terbesar di industri otomotif. Namun ketika membicarakan soal masa depan industri, keduanya memutuskan untuk melupakan sejenak persaingan di antaranya, dan justru memilih untuk berkolaborasi.

Ranah yang hendak mereka garap bersama adalah seputar teknologi kemudi otomatis. Wacana ini sebenarnya sudah BMW dan Daimler (induk perusahaan Mercedes-Benz) umumkan sejak bulan Februari lalu, akan tetapi kontrak kerja samanya baru saja diselesaikan, dan ini bersifat jangka panjang.

Kerja sama antara BMW dan Daimler ini bakal berfokus pada pengembangan teknologi driver assistance, kemudi otomatis di jalan tol, serta parkir otomatis, dengan merujuk pada standar SAE Level 4 (Level 5 adalah yang paling tinggi). Setelah semua ini tercapai, kolaborasinya masih akan berlanjut sampai ke teknologi kemudi otomatis di area urban dan perkotaan.

Selain memang lebih kompleks, teknologi kemudi otomatis di area urban juga sangat bergantung pada dukungan infrastruktur. Regulasi masing-masing daerah juga memegang peran yang tak kalah penting, itulah mengapa kolaborasi jangka panjang merupakan hal yang krusial dalam perwujudan ekosistem otomotif masa depan.

BMW Urban Traffic Light Recognition / BMW
BMW Urban Traffic Light Recognition / BMW

Sinergi antara mobil dan infrastruktur ini sebenarnya sudah mulai ditanam benih-benihnya oleh masing-masing pabrikan. Dalam kasus BMW, salah satu contohnya adalah sistem cruise control yang dapat mendeteksi lampu lalu lintas. Teknologi semacam ini tentu saja bakal semakin efektif jika ditunjang oleh infrastruktur yang tepat.

Juga menarik untuk disoroti adalah sifat kerja sama ini yang non-eksklusif. Artinya, hasil kolaborasi BMW dan Daimler di ranah teknologi kemudi otomatis ini juga bakal bisa dimanfaatkan oleh pabrikan-pabrikan otomotif lain dengan mengandalkan sistem lisensi. Kedua perusahaan sebenarnya bisa saja merahasiakan hasil kerja samanya, tapi rupanya mereka memilih untuk bersaing secara sehat dengan pemain lainnya.

Faktor lain yang mempengaruhi sifat non-eksklusif itu adalah hasil studi BMW dan Daimler bersama sejumlah pabrikan lain seperti Audi dan Volkswagen, di mana mereka mencoba menetapkan semacam standar keselamatan yang perlu diperhatikan dalam pengembangan teknologi kemudi otomatis.

Masalah keselamatan ini merupakan topik yang sangat penting, apalagi mengingat sebagian besar publik masih menganggap teknologi kemudi otomatis belum siap untuk diaplikasikan secara luas. Dengan adanya standar yang jelas, setidaknya pabrikan tidak jadi saling berlomba mengembangkan sistem yang kelewat canggih, tapi ternyata belum siap untuk konsumsi publik.

Problem yang terakhir ini sejatinya sudah beberapa kali ditunjukkan oleh Tesla melalui sistem Autopilot-nya. BMW, Daimler, serta pabrikan-pabrikan lainnya pada dasarnya tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama dan menumbuhkan image yang buruk di hadapan publik.

Terlepas dari itu, BMW dan Daimler menargetkan teknologi kemudi otomatis hasil racikannya bersama dapat dinikmati oleh konsumen paling cepat mulai tahun 2024. Sekali lagi tentu saja ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kesiapan infrastruktur dan regulasi setempat.

Sumber: Electrek.

BMW Demonstrasikan Fitur Cruise Control Dalam Kota untuk Mendeteksi Lampu Lalu Lintas

Dewasa ini, saya kira sebagian besar pemilik mobil sudah cukup mengenal fungsi fitur cruise control. Yang paling umum adalah ketika berada di jalan tol, di mana pengemudi dapat mengaktifkan cruise control supaya mobil tetap melaju dalam kecepatan konstan, tanpa perlu menginjak pedal gas sama sekali.

Cruise control sejatinya dapat dilihat sebagai cikal bakal sistem kemudi otomatis. Namun berhubung regulasi terkait mobil kemudi otomatis masih belum menentu, pabrikan seperti BMW memilih untuk menyempurnakan fitur cruise control, yang setidaknya dapat diimplementasikan dalam waktu yang lebih cepat.

Bagi BMW, mereka rupanya telah memikirkan bagaimana caranya supaya pengemudi juga bisa menikmati faedah cruise control di luar jalan tol, alias dalam konteks perkotaan. Buah pemikiran mereka adalah Urban Traffic Light Recognition, yang sederhananya merupakan fitur cruise control versi dalam kota.

Urban Traffic Light Recognition

Dilihat dari namanya, tampak bahwa fungsi utama fitur ini adalah untuk mendeteksi lampu lalu lintas di jalanan dalam kota. Lalu ketika mobil mulai mendekati persimpangan dan radar mendeteksi lampunya menyala merah, mobil pun akan mengerem dengan sendirinya tanpa menunggu input dari pengemudi.

Selagi aktif, panel instrumen digital bakal menampilkan icon lampu lalu lintas, sehingga pengemudi tak perlu bingung mengapa mobilnya berhenti dengan sendirinya. Kekurangannya, fitur ini harus diaktifkan kembali secara manual apabila mobil yang dikemudikan berada di posisi paling depan di persimpangan, namun tidak demikian jikalau ada mobil lain di depannya.

Untuk sekarang, Urban Traffic Light Recognition yang masih dalam tahap pengembangan awal hanya bisa bekerja apabila mobil melaju dalam kecepatan di bawah 80 kilometer. BMW berencana merilis fitur ini lewat update over-the-air (OTA) – macam Tesla – untuk mobil-mobilnya yang mengemas sistem radar generasi terbaru.

Sumber: CNET.

Cloud9 Getol Rangkul Brand Non-Endemic, BMW Susul AT&T Sebagai Sponsor

Cloud9 rupanya cukup getol menggandeng brand non-endemic sebagai sponsor di bulan Maret 2019 ini. Setelah beberapa waktu lalu bekerja sama dengan perusahaan telekomunikasi AT&T, kini tim esports asal Amerika Serikat tersebut juga menjalin ikatan dengan produsen mobil dari Jerman, BMW. Ini merupakan pertama kalinya BMW menjadi sponsor untuk sebuah tim esports.

Cloud9 mengumumkan kolaborasi tersebut lewat tweet foto di mana para anggotanya berpose di depan mobil terbaru BMW, yaitu All New 2019 BMW i8. Mereka juga mengusung slogan, “It’s character that drives performance.” Tampaknya Cloud9 ingin menunjukkan bahwa kedua organisasi ini memiliki visi yang selaras tentang pentingnya karakter para anggotanya.

All New 2019 BMW i8
All New 2019 BMW i8 | Sumber: BMW

Detail tentang isi kerja sama Cloud9 dengan BMW serta nilai nominalnya saat ini belum diumumkan. Akan tetapi Jack Etienne, founder dan CEO Cloud9, mengatakan bahwa kedua organisasi ini baru saja menyelesaikan shooting untuk sebuah iklan, dan iklan itu akan tayang dalam waktu dekat. Biasanya, kerja sama antara tim esports dengan brand akan menghasilkan pernak-pernik khusus bertema tim tersebut. Mungkinkah kita akan melihat ada BMW i8 bercorak Cloud9?

Meski baru pertama kali mensponsori tim, kiprah BMW di dunia esports sebetulnya sudah berjalan cukup lama. Pada tahun 2017 lalu misalnya, BMW pernah menjadi sponsor untuk acara kompetisi League of Legends Championship Series Summer Finals di Paris. Saat ini Cloud9 sudah memasang logo BMW di banner Twitter mereka, sejajar dengan sponsor-sponsor lainnya seperti HyperX, Red Bull, U.S. Air Force, AT&T, OMEN, Secret Lab, dan Twitch.

https://twitter.com/Cloud9/status/1104179178679615488

Popularitas Cloud9 sebagai salah satu tim esports terbesar Amerika Serikat serta prestasi mereka tampaknya menarik perhatian berbagai brand besar. Tahun lalu, mereka sempat meraih juara di turnamen CS:GO ELEAGUE Major: Boston 2018, juga meraih runner-up di turnamen cs_summit 2. Awal 2019 ini mereka juga meraih runner-up di ELEAGUE CS:GO Invitational 2019. Di dunia League of Legends, Cloud9 juga meraih Top 4 di kompetisi Worlds 2018. Mungkin Cloud9 tidak bisa dibilang sebagai tim monster yang selalu mendominasi kompetisi, tapi mereka konsisten menunjukkan hasil di atas rata-rata.

BMW sendiri bukanlah brand otomotif pertama yang menjadi sponsor bagi tim esports. Di awal 2019 kemarin Team Liquid baru sana menjalin kerja sama dengan Honda. Sementara itu Mercedes-Benz telah bergandengan tangan dengan SK Gaming, dan Audi juga telah merangkul Astralis sebagai partner. Sepertinya kemunculan brand otomotif sebagai sponsor dunia esports akan menjadi tren sepanjang tahun 2019.

Sumber: Cloud9, The Esports Observer

BMW Pamerkan Konsep Mobil Camper Hasil Kolaborasinya dengan The North Face

Pada event CES 2019 belum lama ini, BMW sempat memamerkan konsep mobil camper yang cukup menarik, hasil kolaborasinya bersama produsen pakaian outdoor, The North Face. Keistimewaannya terletak pada material yang menjadi kulit luarnya, yakni kain hasil eksperimen The North Face yang dinamai Futurelight.

Futurelight pada dasarnya merupakan kain yang tahan air, tapi istimewanya, ia juga breathable. Pencapaian ini dimungkinkan berkat teknologi Nanospinning yang diterapkan The North Face, di mana prosesnya berhasil menciptakan kain dengan lubang-lubang berukuran nano; bisa dilewati udara, tapi terlalu kecil untuk ditembus oleh air.

BMW camper concept

Futurelight jelas sangat ideal diproduksi menjadi pakaian, akan tetapi The North Face memilih BMW Designworks sebagai mitranya guna menunjukkan potensinya di luar ranah fashion. BMW sendiri bukan pertama kalinya merancang mobil konsep berbalut kain. Pada kenyataannya, konsep ini terinspirasi oleh BMW GINA Light Visionary Model yang diungkap di tahun 2008.

Sayangnya BMW tidak punya rencana untuk meneruskan konsep camper unik ini menjadi mobil produksi yang bisa dibeli konsumen. Sebaliknya, The North Face bakal memanfaatkan kain Futurelight pada deretan produk barunya yang diluncurkan pada musim semi nanti.

Sumber: SlashGear dan BMW.

BMW Siap Luncurkan Empat Mobil Elektrik dalam Tiga Tahun ke Depan

Perkembangan pesat Tesla pasca Model S sering membuat dunia lupa kalau pabrikan otomotif lain sebenarnya juga sudah lama menginvestasikan waktunya di segmen mobil elektrik. Selain Nissan dengan hatchback Leaf, juga ada BMW yang merilis i3 di tahun 2013.

Dalam kasus BMW, i3 merupakan satu-satunya mobil buatannya yang sepenuhnya mengandalkan energi listrik hingga kini. Pabrikan asal Jerman itu bukannya menyerah, hanya saja sekadar tidak mau buru-buru. Namun mereka juga harus bergerak cepat, mengingat dua rival sebangsanya sudah resmi masuk ke segmen elektrik lewat Audi e-tron dan Mercedes-Benz EQC.

Mini Electric / BMW
Mini Electric / BMW

Belum lama ini, BMW menyingkap rencana ke depan mereka untuk segmen mobil elektrik. Menurut CEO-nya, Harald Kruger, BMW Group bakal merilis lima mobil bermesin listrik dalam waktu tiga tahun ini. Yang pertama adalah Mini Electric, dijadwalkan meluncur tahun depan.

Tahun 2020, BMW iX3 akan menyusul meramaikan pasar SUV elektrik, sekaligus menjadi mobil pertama yang mengusung mesin listrik generasi kelima buatan BMW. Setelahnya sedan i4 bakal menyusul, mengambil konsep iVision Dynamics sebagai basisnya. Terakhir, crossover BMW iNext dijadwalkan mengaspal pada tahun 2021.

BMW iVision Dynamics / BMW
BMW iVision Dynamics / BMW

Dari situ bisa kita lihat bahwa i3 dapat dianggap sebagai batu sandungan buat BMW. Lima tahun pasca peluncurannya dipakai untuk mengamati kebutuhan pasar, sehingga tidak kaget apabila portofolio mobil elektrik BMW ke depannya mencakup banyak segmen sekaligus.

Lalu apakah ini merupakan indikasi berakhirnya masa kejayaan mobil bermesin bensin? Belum. Sebab menurut BMW, pada tahun 2025, jumlah mobil elektriknya bakal bertambah lagi menjadi 12 model, tapi ini juga mencakup model plug-in hybrid, meski tentu saja kapabilitas motor elektriknya bakal jauh lebih baik daripada yang ada sekarang.

BMW iNext / BMW
BMW iNext / BMW

Sumber: Electrek.