Dinamika Pendiri dan Pimpinan Startup: dari CEO jadi Pegawai

Banyak alasan ketika para pendiri startup akhirnya memutuskan bergabung dengan startup atau perusahaan teknologi yang sudah memiliki nama besar. Mulai dari proses merger dan akuisisi atau kesempatan berbeda yang bisa dieksplorasi.

Kami ingin memahami lebih lanjut bagaimana proses mereka beradaptasi kembali ke situasi yang berbeda. DailySocial mewawancarai Calvin Kizana (Pendiri Picmix dan kini menjadi COO dan Head of Platform GoPlay), Kevin Mintaraga (Pendiri Bridestory dan kini menjabat VP Tokopedia pasca akuisisi), dan Johnny Widodo (CEO BeliMobilGue dan kini menjadi CEO OLX Autos pasca akuisisi).

Proses adaptasi

Kevin Mintaraga memiliki track record bagus ketika menjadi pendiri perusahaan. Setidaknya dia sudah merasakan dua kali perusahaannya diakuisisi oleh entitas yang lebih besar.

Tentang bagaimana proses adaptasi setelah meninggalkan posisi sebagai CEO, Kevin menyebutkan penyesuaian yang paling penting dilakukan adalah mengubah perspektif mengikuti budaya perusahaan baru. Ia percaya visi dan misi perusahaan akan menjadi kompas tersendiri dalam berkarya.

“Selain itu, dibutuhkan kecepatan dalam mengadopsi teknologi, kemampuan membaca kebutuhan pasar dan perubahannya yang sangat dinamis di era digital saat ini, dan pikiran untuk terus maju dan terbuka terhadap ide-ide baru demi menciptakan inovasi terbaik — yang bisa mempermudah kehidupan masyarakat Indonesia,” kata Kevin.

Proses adaptasi yang seamless dan selaras juga dilakukan Calvin Kizana saat resmi bergabung dengan Gojek Group. Ketika bergabung di perusahaan baru, ia merasa ada visi dan misi yang sama dan semangat untuk mengembangkan perusahaan menjadi lebih baik lagi. Kontribusinya diharapkan dapat mendorong percepatan inovasi teknologi untuk menjawab kebutuhan pasar dan berkolaborasi secara optimal untuk mengembangkan produk bersama tim yang lebih besar.

“Salah satu nilai penting yang saya pelajari selama di Gojek adalah visi perusahaan yang mengutamakan ‘it’s not about you’ yang menjadi prinsip dasar dalam melakukan kolaborasi serta adaptasi ke dalam lingkungan baru. Pengambilan keputusan tidak bisa dilakukan sepihak dan juga harus dilakukan dengan penuh perhitungan dan pertimbangan yang melibatkan berbagai stakeholders,” kata Calvin.

Kunci utama saat melakukan penyesuaian di tempat kerja dan posisi baru, menurut Calvin, adalah cepat mempelajari struktur yang ada, belajar menyeimbangkan ego, dan memahami bagaimana berkolaborasi optimal untuk mencapai tujuan perusahaan.

Leadership sebagai startup founder juga sangat berperan dalam mendelegasikan pekerjaan dan mendorong kinerja tim lebih maksimal demi mencapai tujuan perusahaan,” kata Calvin.

Menurut Johnny Widodo, pendiri startup biasanya adalah seseorang yang penuh dengan drive dan passion. Ketika mulai menjadi bagian dari keluarga besar dari perusahaan yang baru, banyak hal yang mulai harus diperhatikan.

“Jadi para pendiri startup ini harus bisa beradaptasi dengan managing stakeholders vs shareholders. Lebih bisa bersabar untuk menunggu proses yang mungkin lebih birokratis dan juga belajar untuk memiliki bos/manajer,” kata Johnny.

Secara etika, pada umumnya semua kekayaan intelektual (IP) dan teknologi yang dikembangkan di startup sebelumnya tidak boleh dibawa ke startup yang baru, terutama apabila kedua startup bergerak di dalam vertikal yang sama dan jika startup tempat si pegawai bekerja sebelumnya masih sepenuhnya beroperasi. Hal ini dapat menimbulkan conflict of interest.

Biasanya para pegawai startup harus bersama-sama menyepakati NDA. Jika telah memiliki investor, hal serupa juga berlaku bagi startup founder dengan investor di startup tersebut.

“Apabila startup yang didirikan ternyata mengalami gagal dan founder startup kemudian bekerja di startup/perusahaan lainnya, kita harus perhatikan arrangement yang telah disepakati antara founder dengan investor yang tertuang dalam shareholders agreement. Intinya, pada saat pindah startup, baik pegawai maupun startup founder harus menghargai kekayaan intelektual (IP) dan pengetahuan yang diperoleh dari startup sebelumnya — dengan mengacu kepada kesepakatan yang tertuang dalam agreement antara si pegawai/founder dengan startup sebelumnya,” kata Calvin.

Hal senada diungkapkan Johnny. Banyak hal yang bersifat rahasia yang diketahui pendiri startup tersebut. Eetika bisnis yang tinggi harus diterapkan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan di kemudian hari.

“Setiap perusahaan pasti memiliki NDA tersendiri untuk menjamin profesionalitas para pekerjanya, tidak terkecuali Tokopedia. Hal ini tentu harus dipatuhi setiap Nakama demi menjaga kelangsungan bisnis yang sehat,” kata Kevin.

Fenomena perpindahan pegawai

Saat ini perpindahan pegawai startup, dari satu tempat ke tempat lainnya sudah menjadi fenomena yang sering ditemui. Setiap individu memiliki tujuan masing-masing, termasuk dalam berkarier.

Mengingat membangun karier cenderung menghabiskan sebagian besar waktu seseorang, hal yang menjadi sangat penting adalah mencari perusahaan yang memang sejalan dengan tujuan hidup. Seiring berjalannya waktu, tujuan bisa saja berubah. Hal ini, menurut Kevin, dapat menjadi salah satu faktor kenapa seseorang berpindah perusahaan.

“Tujuan hidup saya saat ini sejalan dengan Tokopedia yang konsisten mendorong pemerataan ekonomi Indonesia melalui pemanfaatan teknologi bahkan di tengah pandemi. Maka saya bersama tim terus menghadirkan berbagai inisiatif yang dapat mengakselerasi terwujudnya misi besar tersebut,” kata Kevin.

Sementara, menurut Calvin, peran serta perusahaan dalam menghasilkan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat juga menjadi aspek pertimbangan karyawan untuk berkarya di perusahaan tersebut.

“Umumnya karyawan akan terus bertahan di sebuah perusahaan yang memberinya tantangan, kesempatan untuk belajar, dan semangat untuk terus berkembang. Di samping itu, talenta-talenta profesional saat ini sudah tidak hanya berorientasi pada benefit, namun juga pada bagaimana karyawan dapat berperan dan berkontribusi secara signifikan untuk kemajuan perusahaan dan masyarakat,” kata Calvin.

Cerita Bridestory Sebelum dan Sesudah Diakuisisi Tokopedia

Bridestory mengaku saat ini masih fokus menyelesaikan integrasi bisnis agar merchant antar kedua platform bisa cross selling satu sama lain. Menurut Co-Founder dan CEO Bridestory Kevin Mintaraga, integrasi adalah tantangan terberat dari seluruh yang ada, pasca diakuisisi oleh Tokopedia.

“Untungnya kami [Bridestory dan Tokopedia] punya kesamaan budaya dan value jadi itu bukan masalah besar. Justru di integrasi bisnisnya, ini butuh manpower dan fokus yang besar,” terangnya saat menjadi pembicara di Block71 Jakarta, kemarin (30/7).

Dia melanjutkan integrasi ini bisa membawa merchant di kedua belah pihak saling cross selling di tiap platform. Bridestory kuat di merchant yang memiliki kemampuan dan jasa, sementara Tokopedia kuat di produk fisik dan digital.

Sinergi antara keduanya bisa membawa keuntungan karena pengguna Bridestory juga bakal membutuhkan keberadaan merchant Tokopedia yang menjual gaun pengantin, perhiasan, sepatu, aksesoris, dan lainnya. Meski secara perusahaan, keduanya tetap berjalan secara independen.

Salah satu realisasi yang terlihat, saat ini kita dapat melihat produk Bridestory dalam Tokopedia dalam katalog promosi Tokopedia Wedding Week. Tentunya pengguna Bridestory bisa mendapatkan keuntungan berbelanja dengan fasilitas yang disediakan Tokopedia, seperti pembayaran dengan Ovo atau cicilan kredit.

Kevin menyebut, kehadiran Tokopedia menjadi manuver kuat untuk Bridestory melakukan strategi pemasaran jadi lebih terarah namun dengan pendekatan organik. Pihaknya juga akan perkuat SEO agar setiap kata kunci yang berkaitan dengan pernikahan, nama Bridestory bisa tampilan di halaman teratas.

Gambaran besarnya, kedua perusahaan bisa saling mempercepat realisasi untuk mendemokratisasi commerce agar terjadi pemerataan ekonomi secara digital. Apalagi, keduanya menjadi pemain terdepan dan paling kuat di bidangnya masing-masing.

“Journey kita berikutnya adalah demokratisasi commerce Indonesia, sehingga apa yang kita lakukan bisa beri dampak buat ekonomi negara.”

Sinergi yang kuat antara keduanya, sebenarnya baru ditemukan saat Kevin maupun William (CEO Tokopedia) bertemu dan berdiskusi pada tahun lalu. Rencana akuisisi, sebetulnya tidak tebersit sama sekali, aku Kevin.

Pihaknya bermaksud untuk mengajak Tokopedia jadi mitra strategis untuk bantu pengembangan bisnis Bridestory, mengingat cakupan Tokopedia sudah luas dan brand awareness-nya yang cukup tinggi. Dia mengklaim posisi Bridestory saat itu sudah mencapai profit.

Meskipun demikian, sepanjang diskusi berlangsung banyak ditemukan sinergi yang justru dianggap akan lebih cepat banyak hal yang bisa terjadi ketika posisinya diakuisisi, bukan sebagai mitra strategis.

“Kita approach tahun lalu untuk bertemu William, tujuannya buat ngajak strategic partnership, enggak buat akuisisi. Tapi setelah ngobrol banyak, makin banyak sinergi yang bisa terjadi dan bisa diakselerasi bila jadi bagian Tokopedia.”

Posisi Kevin kini juga menempati sebagai VP Tokopedia. Keseharian bisnis Bridestory sepenuhnya diserahkan ke Co-Founder Bridestory Doni Hanafi yang kini menjadi COO. Dia pun juga menegaskan komitmennya untuk tetap berada di Bridestory.

Ini adalah kedua kalinya perusahaan yang didirikan Kevin diakuisisi oleh perusahaan besar. Sebelumnya, agensi Magnivate yang didirikannya (kini bernama Mirum Indonesia), diakuisisi penuh oleh WPP di tahun 2012.

Kesalahan Bridestory

Kevin juga menceritakan perjalanan Bridestory sejak awal berdiri sampai sekarang. Menurutnya, kesalahan terbesar yang dilakukan Bridestory adalah terlalu fokus pada pertumbuhan dengan akuisisi berbagai vendor dan ekspansi bisnis pasca mendapat investasi tahap awal.

Saat itu, perusahaan memang mendapat pertumbuhan traksi yang fantastis. Jumlah vendor yang memanfaatkan keanggotaan Bridestory tumbuh pesat. Periode keanggotaan yang ditawarkan sampai setahun. Mereka mendapatkan fasilitas dari Bridestory.

Angka tersebut dibawa ke investor sampai akhirnya mendapat kucuran investasi Seri A kemudian lanjut ke Seri B. Akan tetapi, karena terlalu fokus ke pertumbuhan, pihaknya sampai lupa untuk mempertahankan konsumen yang ada.

Akhirnya banyak vendor yang memutuskan untuk berhenti berlangganan atau tidak memperpanjang keanggotaannya, karena dirasa tidak memberikan dampak bagi bisnis.

“Dari kesalahan itu, akhirnya di 2016 kita ubah cara kita melakukan monetisasi dan fokus untuk sustainable.”

Kevin pun memberi tips untuk para founder startup yang ingin tetap fokus di bisnis yang niche. Menurutnya, pada tahap awal founder fokus perkuat segmen niche tersebut dengan riset pasar untuk membaca potensinya dan identifikasi calon pasar.

Ini akan memberi basis dasar yang kuat dalam mengembangkan startup niche. Founder bisa mencari investor yang berminat untuk investasi tahap awal karena biasanya yang dicari adalah tim, market size, dan ide.

Berikutnya, setelah menjadi cukup dominan di pasar, founder bisa fokus ke vertikal lainnya. Bridestory dalam hal ini mengembangkan Parentstory sebagai vertikal bisnis yang berbeda.

“Setelah seed round ke atas, investor pasti melihat unit economics-nya sebagai metriknya karena fokusnya adalah akselerasi pertumbuhan,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

Bridestory and Parentstory Stay Independent After Being Acquired by Tokopedia

According to the CEO speech, William Tanuwijaya, today (6/20), Tokopedia officially announced its acquisition over Bridestory and Parentstory platforms. Through this action, the biggest online marketplace in Indonesia has acquired full assets of both platforms; including physical, digital, intellectual property, and human resources. Although, Bridestory and Parentstory will keep running the business and creating products independently.

Kevin Mintaraga, Bridestory’s Founder & CEO is said to be a part of Tokopedia’s management as Vice President. While Doni Hanafi, as the Co-Founder is to become the COO of Bridestory.

In terms of integration, it was mentioned in the release that Bridestory and Parentstory will have service synergy and to make use of the platform within Tokopedia’s ecosystem to expand.

Tokopedia’s platform will be available for Bridestory partners to market their products and services. It applies to the Parentstory’s partner and users as well, they can offer, search for inspiration, and purchase any kind of children activities through Tokopedia’s platform.

“We’re glad Tokopedia can have a synergy with Bridestory and Parentstory. We believe the synergy could amplify and accelerate the mission of both sides” Mintaraga said.

Tanuwijaya added, “Through this acquisition, Tokopedia took a commitment to keep being a partner for these service providers in order to keep transforming with technology onward, therefore, all bride & groom to be will have the best experience of once in a lifetime moment. Also, the Parentstory in providing the best solutions and activities for parents and their children.”

Since it was founded in 2014, Bridestory has helped and connected more than 3,5 million couples every year, with more than 20 thousand curated wedding vendors. The annual event, Bridestory Market has also become the biggest exhibition in the Southeast Asia.

On the other side, Parentstory is a new initiative from Bridestory, first introduced in October 2018. They’re targeting parents by providing subscription-based marketplace platform to give inspiration and options for children activities for parents.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

William Tanuwijaya Confirms Tokopedia Acquisition Over Bridestory

In the middle of Tokopedia’s event on Wednesday (6/19), the Founder & CEO, William Tanuwijaya confirmed to the media regarding the recent rumor.

“Bridestory and Parentstory have fully acquired by Tokopedia,” he said.

The corporate action was due to strengthening the company’s ecosystem. He said, Tokopedia can’t improve by itself, they have to collaborate with others – including to make acquisitions.

There might be similar actions made on some related startups to support Tokopedia’s business, in the form of full acquisition, strategic partnership, or investment.

Bridestory acquisition was to tighten its position in empowering offline business to optimize potential through technology. The wedding vendors in Bridestory and children vendors in Parentstory are considered significant to elaborate with Tokopedia.

Post the acquisition, Bridestory’s Co-Founder & CEO, Kevin Mintaraga is to occupy Tokopedia’s BOD as a Vice President (VP). Regarding integration service mechanism, it is to be designed to fully connect with Tokopedia’s platform.

The acquisition rumor didn’t stop here. Previously, the company is said to be involved in Laku6 startup acquisition to provide “Tukar Tambah” platform in some product categories. Meanwhile, both companies agree to form a strategic partnership, by attaching Laku6 feature in Tokopedia’s system.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Pasca Diakuisisi Tokopedia, Bridestory dan Parentstory Tetap Berjalan Secara Independen

Mendukung pernyataan CEO William Tanuwijaya, hari ini (20/6) Tokopedia secara resmi mengumumkan akuisisinya terhadap platform Bridestory dan Parentstory. Melalui aksi perusahaan ini, online marketplace terbesar di Indonesia tersebut memboyong penuh seluruh aset kedua platform; termasuk aset fisik, digital, kekayaan intelektual, dan sumber daya manusia. Kendati demikian, Bridestory dan Parentstory akan tetap beroperasi dan menghadirkan produk secara independen.

Kevin Mintaraga, yang merupakan Founder & CEO dari Bridestory, dipastikan akan memasuki jajaran manajemen Tokopedia sebagai Vice President. Sementara Doni Hanafi, selaku Co-Founder Bridestory, akan menempati posisi sebagai COO Bridestory.

Untuk rencana integrasi, dalam rilis dikatakan bahwa Bridestory dan Parentstory akan mensinergikan layanan mereka dan memanfaatkan platform di ekosistem Tokopedia guna memperluas jangkauan.

Para mitra Bridestory nantinya dapat memanfaatkan platform Tokopedia dalam menghadirkan produk dan layanan mereka. Begitu juga dengan pengguna dan mitra Parentstory, mereka dapat menawarkan, mendapatkan inspirasi dan membeli berbagai kegiatan anak-anak melalui platform Tokopedia.

“Kami sangat menyambut baik sinergi antara Bridestory dan Parentstory dengan Tokopedia. Kami percaya sinergi ini akan dapat saling mengamplifikasi dan mengakselerasi terwujudnya misi kedua belah pihak,” ujar Kevin.

Sementara itu William menambahkan, “Melalui akuisisi ini, Tokopedia berkomitmen untuk terus menjadi mitra bagi para penyedia layanan ini agar mereka dapat terus bertransformasi sesuai dengan perkembangan teknologi, sehingga setiap calon mempelai mendapatkan pengalaman terbaik untuk salah satu momen terindah dalam hidup mereka. Demikian juga halnya dengan Parentstory dalam menyediakan solusi dan aktivitas terbaik bagi orang tua untuk anak-anak mereka.”

Sejak didirikan pada tahun 2014, Bridestory telah membantu dan menghubungkan lebih dari 3,5 juta calon pengantin setiap tahunnya, dengan lebih dari 20 ribu penyedia produk dan layanan keperluan pernikahan yang telah terkurasi. Ajang tahunan Bridestory Market pun telah menjadi ajang eksibisi pernikahan terbesar di Asia Tenggara.

Di sisi lain, Parentstory merupakan inisiatif baru dari Bridestory yang diperkenalkan pada bulan Oktober tahun lalu. Parentstory menyasar segmen orang tua dengan menghadirkan platform marketplace berbasis keanggotaan yang memberikan inspirasi dan pilihan aktivitas anak-anak bagi para orang tua.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

William Tanuwijaya Mengonfirmasi Tokopedia Telah Akuisisi Bridestory

Di sela-sela acara konferensi yang diselenggarakan Tokopedia pada Rabu (19/6), Founder & CEO William Tanuwijaya mengonfirmasi kepada awak media mengenai rumor akuisisi yang sempat beredar beberapa waktu terakhir.

“Bridestory dan Parentstory telah diakuisisi penuh oleh Tokopedia,” ujar William.

Aksi korporasi ini dilakukan untuk terus memperkuat ekosistem perusahaan. William menjelaskan, untuk meningkatkan fitur dan layanan Tokopedia, tidak bisa dilakukan jika perusahaannya berdiri sendiri, harus berkolaborasi dengan startup lain — termasuk jika perlu melakukan akuisisi.

Langkah serupa masih akan terus dilakukan ke startup yang dianggap dapat mendukung bisnis Tokopedia, baik dalam bentuk akuisisi penuh, kemitraan strategis, atau investasi.

Akuisisi Bridestory dilakukan untuk memperkuat kehadiran Tokopedia dalam merangkul bisnis offline mengoptimalkan potensinya dengan teknologi. Vendor acara pernikahan yang terdapat di Bridestory dan vendor acara hiburan anak yang ada di Parentstory dinilai signifikan untuk dielaborasikan dengan bisnis Tokopedia.

Pasca akuisisi ini, Co-Founder & CEO Bridestory Kevin Mintaraga akan segera merapat di jajaran BOD Tokopedia sebagai salah satu Vice President (VP). Termasuk mekanisme integrasi layanan, ke depan akan didesain agar dapat terhubung penuh dengan platform Tokopedia.

Rumor akuisisi oleh Tokopedia tidak berhenti di sini. Sebelumnya perusahaan juga dikatakan dalam proses akuisisi startup Laku6, untuk menghadirkan fitur “Tukar Tambah” pada beberapa kategori produk yang dijual. Sementara ini yang telah diumumkan, kedua perusahaan sepakat untuk menjalin kemitraan strategis, dengan membubuhkan fitur Laku6 di sistem Tokopedia.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Bareksa Segera Jual Obligasi Korporasi, Emas, Reksa Dana untuk Nikah dan Umroh

Bareksa bergerak aktif mengembangkan produk dan layanannya dengan segera meluncurkan marketplace untuk obligasi korporasi, emas online, serta reksa dana yang dibalut untuk nikah dan umroh. Perusahaan akan bekerja sama dengan berbagai mitra dan produk secara bergilir hadir sampai akhir tahun ini.

Co-Founder dan CEO Bareksa Karaniya Dharmasaputra menjelaskan inovasi tersebut merupakan bagian dari ambisi perusahaan yang ingin memberikan akses kepada masyarakat terhadap berbagai produk investasi, tidak hanya berhenti di reksa dana dan obligasi ritel online saja.

“Ke depannya, Bareksa akan tumbuh lebih cepat daripada saat awal berdiri. Sebab, teknologi dan segmen ritel memiliki peranan yang penting dalam investasi online,” sebutnya, kemarin (27/5).

Penjualan obligasi korporasi ini akan dilakukan secara perdana bersama anak usaha Grup Astra, FIFGroup. Tidak menutup kemungkinan perusahaan lain bisa turut masuk untuk menjual obligasinya lewat Bareksa.

Karaniya melihat FIF termasuk ke dalam korporasi kedua teraktif di Indonesia yang menerbitkan obligasi untuk membiayai kredit motor. Secara total nilai obligasi yang telah dirilis FIF mencapai Rp42 triliun, dengan outstanding sekitar Rp9 triliun.

Ratingnya pun cukup menjanjikan, idAAA (triple A) dari Pefindo, merepresentasikan kemampuan obligor (penerbit obligasi) untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka panjang atas efek utang. Rating tersebut dianggap sangat aman sama seperti membeli surat hutang pemerintah.

VP Corporate Finance and Treasury Division FIFGroup Jerry Fandy menambahkan, perseroan tertarik untuk menarik investor ritel lantaran pertumbuhannya yang cukup signifikan tiap tahunnya. Kendati secara nominal tidak sebesar korporasi, namun pertumbuhannya yang stabil menjadi fakta yang menarik.

“Pasarnya besar sekali. Kita juga lihat dari pertumbuhan orang yang beli deposito lewat bank, dapat berapa bunganya, apalagi ada pajak. Sementara di obligasi, yield-nya pasti lebih tinggi,” kata Jerry.

Dari sisi investor korporasi, terjadi kejenuhan yang dikhawatirkan akan mengurangi minat untuk membeli obligasi. Selama ini FIF selalu mengandalkan investor korporasi dan asing. Meski begitu, perseroan masih dalam tahap edukasi untuk meningkatkan partisipasi dari investor ritel.

Obligasi korporasi ini rencananya akan dijual dalam platform Bareksa paling lambat kuartal akhir 2019. Harganya dimulai dari Rp500 ribu, lebih rendah dari pembelian SBN dan sukuk sebesar Rp1 juta.

Untuk tenornya maksimal 1 tahun, meski belum ada keputusan final. Begitupun dari sisi bunga yang ditawarkan. Biasanya FIF menawarkan bunga sekitar 7,55% per tahun untuk investor korporasi.

Jenis investor yang nantinya disasar adalah first market, artinya mereka yang membeli lewat masa penawaran. Tidak ada ketentuan khusus untuk menjadi pembeli, hanya saja perlu menyiapkan NPWP.

Belum ditentukan berapa besar porsi yang disiapkan untuk investor ritel dalam pelaksanaan obligasi yang bakal digelar FIF. Namun, saat ini perseroan memiliki jatah untuk penerbitan obligasi dalam rangkaian Penawaran Umum Berkelanjutan IV (PUB IV) dengan total plafon Rp15 triliun yang berlaku selama dua tahun.

Perseroan masih dalam masuk masa book building untuk penerbitan obligasi sebesar Rp1,5 triliun. Nah, sekitar kuartal III 2019 akan kembali menerbitkan obligasi dengan nilai yang masih dirahasiakan.

“Belum bisa ngomong karena tergantung market di masa book building ini. Semoga semester dua kondisi bisa lebih jelas dan stabil pasca pemilu dan ada kejelasan dari perang dagang.”

Pengembangan produk lainnya

Di saat yang bersamaan, Karaniya juga mengungkapkan perusahaan melakukan perluasan kerja sama dengan berbagai mitra untuk menarik lebih banyak nasabah baru hingga satu juta orang sampai akhir tahun ini. Serta, penyempurnaan sistem pembayaran dengan Ovo agar nasabah lebih mudah bertransaksi.

Bareksa bekerja sama dengan Bridestory untuk memudahkan impian pengguna Bridestory yang ingin menikah tanpa kredit. Underlying produk yang dipakai adalah reksa dana pasar uang dengan kestabilan keuntungan yang terukur.

Begitupun untuk produk umroh, Bareksa secara khusus bekerja sama dengan Grab untuk para mitra pengemudi. Bareksa telah gaet penyedia jasa umroh terpercaya demi mencegah penipuan yang marak terjadi.

“Dua produk ini disebut Dream Investing, mewujudkan impian dengan berinvestasi reksa dana. Produk umroh ini rencananya akan dirilis Juni 2019, sudah lapor ke OJK terkait mekanismenya. Sementara dengan Bridestory, rencananya kuartal IV 2019.”

Penjualan emas online dalam Bareksa rencananya akan hadir bersamaan dengan Bridestory. Perusahaan bekerja sama dengan IndoGold sebagai agen penjual emas bersertifikasi resmi dari Antam. IndoGold juga menjadi mitra untuk BukaEmas di Bukalapak.

Produk reksa dana di Bareksa juga akan segera tersedia di aplikasi Ovo pada kuartal III 2019. Karaniya berharap pengguna Ovo bisa memutar uang elektroniknya yang idle ke dalam produk reksa dana, sehingga bisa memberikan nilai tambah.

Dalam waktu dekat Ovo juga akan segera hadir sebagai opsi pembelian reksa dana di Bareksa. Selama ini, setiap membeli reksa dana nasabah harus transfer manual ke rekening bank kustodian dan melaporkan bukti transfer ke Bareksa.

“Secara teknis kami sudah siapkan [untuk kerja sama dengan Ovo].”

Selama lima tahun berdiri, perusahaan kini telah memiliki 510 ribu orang nasabah. Diklaim merepresentasikan 40% dari total investor reksa dana se-Indonesia. Dari angka tersebut, sekitar 17 ribu orang membeli obligasi pemerintah (sukuk dan SBR).

Jumlah dana masyarakat yang telah diinvestasikan mencapai lebih dari Rp2,9 triliun dengan total dana Asset Under Management (AUM) melampaui Rp1,1 triliun. Ada 212 produk reksa dana yang dijual lewat Bareksa bekerja sama dengan 43 manajer investasi (MI).

Dari segi kemitraan, perusahaan telah bekerja sama dengan Tokopedia, Bukalapak, Doku, Kementerian Keuangan, dan CekAja untuk distribusi produk investasi.

Application Information Will Show Up Here

Apakah Ada “Sesuatu” Antara Tokopedia dan Bridestory?

Hari ini, DealStreetAsia menerbitkan berita mengenai kemungkinan akuisisi 100 persen saham marketplace produk pernikahan ternama Bridestory oleh marketplace terkemuka Tokopedia. Dalam kegamangan informasi akan transaksi yang mungkin (atau tidak) terjadi, kabar burung telah menyebar. Ada setidaknya tiga sumber yang menginformasikan kepada kami soal ini sebelum DealStreetAsia mempublikasikan artikelnya, namun CEO kedua belah pihak masih enggan memberikan keterangan lebih lanjut.

Menanggapi pertanyaan DailySocial, CEO Bridestory Kevin Mintaraga menyatakan kami menerima “informasi yang salah”, sementara CEO Tokopedia William Tanuwijaya, dengan singkat mengungkapkan bahwa ia tidak menanggapi rumor pasar.

Sekalipun sama-sama menjadi marketplace, Tokopedia dan Bridestory memiliki pasar yang berbeda. Kecil kemungkinan tujuannya untuk akuisisi pegawai (mungkin beberapa pegawai bisa berbagi fungsi yang sama), karena Bridestory kini tengah mendominasi pasar. Perkiraan terdekat adalah mereka berkolaborasi dalam usaha mendominasi pasar masing-masing.

Tokopedia memiliki dana yang cukup di lumbung mereka, sementara menginformasikan ke media tentang langkah akuisisi bukanlah tradisi mereka. Kami menemukan adanya sebuah akuisisi (lebih tepatnya akuisisi pegawai) yang pernah dilakukannya namun tidak ada pernyataan resmi sampai saat ini.

Berdiri sejak tahun 2014, Bridestory digawangi oleh Mintaraga dan Doni Hanafi. Tanpa ada jumlah investasi yang diumumkan setelah melalui setidaknya empat putaran pendanaan, termasuk dari angel investor, DealStreetAsia menyebutkan valuasi Bridestory bisa mencapai $50 juta (lebih dari 700 miliar Rupiah) — jumlah yang belum seberapa dibandingkan Tokopedia yang menjadi startup dengan valuasi terbesar kedua di Indonesia senilai $7 miliar (lebih dari 100 triliun Rupiah) , setelah pendanaan teranyar yang dipimpin Softbank Vision Fund dan Alibaba akhir tahun kemarin.


Artikel asli dalam bahasa Inggris, diterjemahkan oleh Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Is Something Really Brewing Between Tokopedia and Bridestory?

DealStreetAsia today comes up with a story about possible 100 per cent acquisition of leading wedding marketplace Bridestory by the leading general marketplace Tokopedia. While we still puzzle on why this transaction may (or may not) happen, we do hear similar thing from the street. At least three different sources have told us about this story way before DealStreetAsia publishes its article, but CEO from both side are not keen to share the details.

Answering DailySocial‘s question, Kevin Mintaraga, Bridestory’s CEO, said we receive “a wrong information”, while William Tanuwijaya, Tokopedia’s CEO, shortly said he doesn’t comment on market rumor.

While both are marketplace, Tokopedia and Bridestory serve different market. With low possibility of acqui-hire (some employees may share function in both companies), Bridestory is currently the market leader, one possible guess is they team up to dominate their respective market.

Tokopedia has sufficient cash in its war chest, while telling media about acquisition is not part of its culture. We recognize at least one acquisition (acqui-hire to be exact) has been made in the past and no official statement is released until today.

Founded in 2014, Bridestory is led by Mintaraga and Doni Hanafi. With no disclosed amount of total funding after at least four funding round, including angel round, DealStreetAsia said Bridestory’s likely valuation will be up to $50 million — a modest amount since Tokopedia has the second highest valuation among startups in Indonesia with $7 billion, after the latest funding led by Softbank Vision Fund and Alibaba last year.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Bridestory Updates Its Site, Transforms from Inspiration to Recommendation Platform

Towards the end of 2018, a wedding marketplace platform, Bridestory, modifies the design and user experience in its website. Doni Hanafi, Bridestory’s Co-Founder, said the change is part of the transformation from inspiration-based platform to recommendation-based platform.

“The objective of this changes is to give more accurate and reliable vendor options for the wedding process to be simpler and easier,” Hanafi said.

Entering the Bridestory website, users will be requested to explain their wedding details. Start from time and venue of the event, budget plan, guest invitations, and necessary vendor categories. Based on information provided, the system will give vendor recommendation.

Bridestory Pay increases penetration

Bridestory Pay, launched this year, becomes the payment solution to bridge brides with various vendors. As he explained, Bridestory Pay is currently not using e-wallet concept but offers more various payment options for the brides and grooms.

“By conducting transactions using Bridestory Pay, the brides and grooms can get various benefits, such as the 0% installment program through 15 bank partners, wedding cancellation insurance, and direct cashback,” he added.

Another benefit offered is a reward program for vendors. Wedding vendors have the chance to get Bridestory Points from each transaction through Bridestory Pay. Points can be exchanged for various Bridestory products and services.

Since December 2018, Bridestory Pay is available for vendors in Singapore as the payment option. In addition, the digital payment feature is claimed to make it easier for vendors in case of overseas transactions.

“Bridestory Pay has been widely used by overseas brides having a wedding in Indonesia. The destination wedding is getting popular among brides nowadays. Bridestory Pay intends to help vendors to get payment from the overseas clients.”

Bridestory target

In its current platform, Bridestory has accommodated more than 40 thousand wedding vendors from 126 countries. Its business has run (owns representative office) in Singapore and the Philippines. Aside from Bridestory Pay, they also launch Personalized Vendor Discovery and Parentstory.

About its business target next year, Hanafi said that Bridestory would still hold the current mission. Bridestory intends to help brides to realize the concept of their dream marriage and help wedding vendors in an effort to maximize business potential.

“In terms of this, later in 2019, we’ll continue to focus on developing initiatives we started in 2018, in order to provide better services and realize the mission,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here