Business Development: Pengertian, Peran, Unsur-unsur, dan Tugasnya

Apakah kamu memiliki skill berkomunikasi yang baik? Apakah kamu tertarik dengan dunia bisnis? Apakah kamu juga senang bertemu orang baru? Mungkin Business Development (BD) adalah pekerjaan yang tepat untuk mu. Apa sebenarnya business development itu? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini. 

Pengertian Business Development

Business development adalah proses menciptakan nilai bisnis jangka panjang yang menghubungkan pelanggan, pasar, dan relasi. BD memainkan perannya sendiri dalam menciptakan peluang bagi perusahaan untuk terus tumbuh dengan mengoptimalkan tiga faktor:

Pelanggan, Pasar dan Relasi.

Nilai yang diciptakan dapat berupa revenue, citra perusahaan, brand awareness, atau tujuan bisnis apa pun. Tantangannya, BD harus mampu mengidentifikasi peluang dan melakukan terobosan yang menguntungkan perusahaan dalam jangka panjang. 

Peran Business Development di Perusahaan

Posisi business development sangat penting bagi kelangsungan usaha perusahaan dalam jangka panjang. Perusahaan harus mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan pasar melalui pengembangan usaha lebih lanjut.

Business development mencakup riset pasar, meningkatkan dan membina hubungan dengan calon pelanggan baru, serta mengidentifikasi dan menciptakan peluang bisnis potensial. Oleh karena itu, BD harus mampu dalam menyusun strategi bisnis. 

Unsur-unsur Penting dalam Business Development

  1. Pelanggan

Perusahaan tidak dapat berkembang tanpa pelanggan. Namun, produk atau layanan tersebut mungkin tidak cocok untuk semua kalangan. Bagaimana caranya kamu membuat produk atau layanan dapat diakses oleh sebanyak mungkin lapisan masyarakat? Nah, strategi ini harus diselesaikan dalam business development. 

  1. Pasar

Saat membangun bisnis, target pasar harus diperhatikan sejak awal. Ini berguna bagi bisnis untuk mengetahui produk atau layanan apa yang akan dijual. Namun, target pasar ini bisa terus berkembang dan tidak berhenti di satu titik. BD biasanya memikirkan dan menyesuaikan produknya untuk menarik pasar baru. 

  1. Relasi Bisnis

Perusahaan pasti akan mengembangkan hubungan dengan pelanggan, sponsor atau klein. Tanpa hubungan yang baik, perusahaan tidak akan bertahan lama.  Jadi apa tugas BD? BD bekerja sama dengan timnya untuk membangun hubungan yang baik berdasarkan kepercayaan, rasa hormat dan saling menghargai. Tujuannya agar hubungan bisa bertahan lama. 

Tugas yang Dilakukan Seorang Business Development

Bagaimana? Apakah kamu sudah semakin paham tentang business development? Sekarang saatnya membahas peran BD di perusahaan.

  1. Memonitor Perkembangan Pasar

BD bertanggung jawab untuk memantau perkembangan dan persaingan pasar yang ada. Sehingga dia mengenali peluang untuk strategi pengembangan produk, pelanggan baru dan kemitraan.

  1. Riset untuk Menentukan Target Pasar

BD juga bertanggung jawab untuk mendefinisikan target pasar baru dengan jelas sebelum menyesuaikannya dengan produk yang akan dikembangkan. Tujuannya agar produk yang dihasilkan terbukti benar dan menjadi solusi bagi permasalahan pelanggan.

  1. Memahami Produk Perusahaan

BD juga harus memahami semua informasi produk/produk perusahaan, manfaat, fitur dan bahan baku dalam proses yang dilakukan.

  1. Berkoordinasi dengan Departemen Lain untuk Mengembangkan Produk

Tentunya BD juga membutuhkan divisi lain untuk mendukung kinerjanya. Mulai dari sales, marketing hingga customer manager.

  1. Menyusun dan Mempresentasikan Strategi Pengembangan Bisnis

BD juga bertanggung jawab untuk merencanakan berbagai strategi terkait pengembangan usaha. Misalnya strategi meningkatkan retensi pelanggan, akuisisi pelanggan baru, strategi kemitraan, sales to track performance indicator. Oleh karena itu, BD harus mampu membuat kontrak terkait dengan presentasi, penjualan dan strategi yang diterapkan.

Jika kamu tertarik dengan BD, kamu juga memerlukan kemampuan untuk berpikir kreatif, memecahkan masalah, dan terbuka terhadap ide-ide baru serta kritik yang membangun. Kamu akan belajar banyak dan membuat kontak untuk lebih mengembangkan karir kamu.  Semoga rangkuman diatas bermanfaat untuk kamu.

Business Development; Definisi, Tanggung Jawab, Skill dan Karir

Pengembangan bisnis terkait erat dengan sales atau tim penjualan. Perwakilan atau anggota pengembang bisnis hampir selalu menjadi bagian dari tim sales yang lebih besar. Business development berhubungan dengan mengambil setiap peluang, untuk membantu bisnis kamu berkembang, mengidentifikasi prospek baru, dan mengubah lebih banyak prospek menjadi pelanggan.

Jika kamu tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang pengembangan bisnis atau business development, simak artikel ini ya!

Definisi Business Development

Business development atau pengembangan bisnis mengacu pada proses strategis untuk mengidentifikasi, menciptakan, dan mendapatkan peluang untuk pertumbuhan dan ekspansi dalam suatu organisasi. Hal ini melibatkan pendekatan proaktif dan sistematis untuk meningkatkan posisi pasar, meningkatkan pendapatan, dan mendorong kesuksesan jangka panjang.

Pada intinya, pengembangan bisnis mencakup berbagai kegiatan yang bertujuan untuk memperkuat keunggulan kompetitif perusahaan dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan. Kegiatan ini dapat mencakup riset dan analisis pasar, membangun hubungan, kemitraan strategis, inisiatif penjualan dan pemasaran, dan inovasi.

Melalui riset dan analisis pasar yang menyeluruh, mereka mengumpulkan wawasan yang menginformasikan pengambilan keputusan strategis dan memandu perusahaan menuju jalan yang paling menjanjikan untuk pertumbuhan.

Membangun hubungan adalah aspek penting dalam pengembangan bisnis. Membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan, pemasok, mitra, dan pemangku kepentingan lainnya sangat penting untuk menciptakan peluang kolaboratif, dan membangun brad awareness yang positif.

Kemitraan strategis sering kali diupayakan sebagai bagian dari upaya pengembangan bisnis. Berkolaborasi dengan organisasi lain dapat memberikan akses ke pasar, teknologi, sumber daya, atau keahlian baru yang mungkin sulit diperoleh secara mandiri. Kemitraan strategis memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan kekuatan dan kemampuan bersama, memperluas jangkauan pasar mereka dan menciptakan peluang pertumbuhan.

Penjualan dan pemasaran memainkan peran penting dalam pengembangan bisnis. Mengembangkan strategi penjualan yang efektif, menerapkan kampanye pemasaran yang ditargetkan, dan membina hubungan dengan pelanggan sangat penting untuk mendorong pertumbuhan pendapatan, memperoleh pelanggan baru, dan mempertahankan pelanggan yang sudah ada.

Inovasi adalah pendorong utama pengembangan bisnis. Organisasi harus terus menerus melakukan inovasi pada produk, layanan, atau model bisnis mereka untuk memenuhi permintaan pelanggan yang terus berubah dan tetap menjadi yang terdepan di antara para pesaing.

Pentingnya pengembangan bisnis terletak pada kemampuannya untuk mendorong pertumbuhan, meningkatkan daya saing pasar, dan menciptakan nilai yang berkelanjutan bagi organisasi. Dengan secara proaktif mencari peluang, membangun kemitraan strategis, dan terus beradaptasi dengan dinamika pasar, bisnis dapat memposisikan diri mereka untuk kesuksesan jangka panjang dan menavigasi tantangan lanskap bisnis yang berubah dengan cepat.

Tugas Business Development

Tugas dari business development atau pengembangan bisnis bervariasi tergantung pada industri, skala perusahaan, dan  pekerjaan tertentu. Namun, berikut ini beberapa tanggung jawab dan tugas umum yang biasanya terkait dengan pengembangan bisnis.

Mengidentifikasi Peluang

Pengembang bisnis bertanggung jawab untuk mengidentifikasi peluang bisnis potensial untuk pertumbuhan dan ekspansi. Hal ini melibatkan pelaksanaan riset pasar, menganalisis tren industri, dan menilai kebutuhan pelanggan untuk mengidentifikasi pasar yang belum tersentuh, tren yang sedang berkembang, dan jalan baru untuk menghasilkan pendapatan.

Membangun dan Mengelola Hubungan

Mengembangkan dan membina hubungan merupakan aspek penting dalam pengembangan bisnis. Hal ini termasuk menjalin hubungan dengan klien, pemasok, mitra, dan pemangku kepentingan. Membangun hubungan yang kuat melibatkan jaringan, menghadiri acara industri, dan terlibat dalam komunikasi yang efektif untuk menumbuhkan kepercayaan dan kolaborasi.

Analisis dan Strategi Pasar

Para  pengembangan bisnis menganalisis kondisi pasar, lanskap pesaing, dan preferensi pelanggan untuk menginformasikan pengambilan keputusan strategis. Mereka menilai potensi pasar, mengidentifikasi segmen target, dan mengembangkan strategi untuk menembus pasar baru, meluncurkan produk, atau memperluas jangkauan organisasi.

Menegosiasikan Kesepakatan

Pengembangan bisnis sering kali melibatkan negosiasi kontrak, kemitraan, dan perjanjian dengan klien atau mitra strategis. Para pengembang bisnis dalam peran ini bertanggung jawab untuk menegosiasikan persyaratan secara efektif, memastikan hasil yang saling menguntungkan, dan membuat kesepakatan yang selaras dengan tujuan perusahaan.

Mengembangkan dan Menerapkan Strategi Penjualan

Pengembangan bisnis bekerja sama dengan tim penjualan untuk mengembangkan strategi dan rencana penjualan yang efektif. Mereka berkolaborasi untuk mengidentifikasi target pasar, dan membuat kampanye pemasaran untuk mendorong akuisisi pelanggan dan pertumbuhan pendapatan.

Kemitraan dan Aliansi Strategis

Para  pengembangan bisnis mencari dan membangun kemitraan dan aliansi strategis yang selaras dengan tujuan perisahaan. Hal ini melibatkan identifikasi mitra potensial, mengevaluasi peluang kolaborasi, dan menegosiasikan persyaratan yang dapat meningkatkan posisi pasar organisasi, mengakses pasar baru, atau memanfaatkan sumber daya bersama.

Karir di Business Development

Karier di bidang pengembangan bisnis menawarkan peluang menarik bagi para orang yang ingin berkembang di lingkungan yang dinamis, senang membangun hubungan, dan memiliki pola pikir strategis. 

Posisi Tingkat Awal/Entry Level

Posisi entry-level dalam pengembangan bisnis sering kali melibatkan bantuan atau support kepada profesional yang lebih berpengalaman dalam hal ini. Hal ini dapat mencakup riset pasar, perolehan prospek, membantu pengembangan proposal, dan mendukung manajemen hubungan klien. 

Associate/Koordinator Pengembangan Bisnis

Sebagai Business Development Associate atau Koordinator, kamu akan mengemban tanggung jawab lebih besar dalam menjalankan strategi pengembangan bisnis. Hal ini mungkin melibatkan pengelolaan jalur penjualan, melakukan analisis pasar, mengoordinasikan proposal, dan mendukung keterlibatan klien. 

Manajer

Di tingkat manajerial, kamu akan mengawasi pelaksanaan strategi pengembangan bisnis dan memimpin tim profesional pengembangan bisnis. Kamu juga akan bertanggung jawab untuk mengidentifikasi peluang bisnis baru, mengembangkan hubungan dengan para pemangku kepentingan utama, dan mendorong pertumbuhan pendapatan. 

Direktur/Kepala Pengembangan Bisnis

Sebagai Direktur atau Kepala Pengembangan Bisnis, kamu akan memiliki tanggung jawab mengenai keseluruhan fungsi pengembangan bisnis dalam suatu organisasi. Kamu akan menentukan arah strategis, membangun kemitraan, mendorong perluasan pasar, dan memimpin tim profesional pengembangan bisnis. 

Konsultan Pengembangan Bisnis

Sebagai konsultan, kamu akan menilai peluang pasar, mengembangkan strategi pertumbuhan, dan memberikan rekomendasi untuk meningkatkan upaya pengembangan bisnis. Peran ini membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang berbagai industri, dinamika pasar, dan pengalaman yang telah terbukti dalam mendorong pertumbuhan bisnis.

Kewirausahaan

Bagi individu yang memiliki jiwa kewirausahaan, keahlian pengembangan bisnis dapat menjadi sangat berharga dalam memulai dan mengembangkan usaha mereka sendiri. Para wirausahawan memanfaatkan keahlian pengembangan bisnis mereka untuk mengidentifikasi peluang, mendapatkan pendanaan, membangun kemitraan strategis, dan mendorong pertumbuhan bisnis mereka.

Skill Untuk Business Development

Walaupun skill dapat berganti dari waktu ke waktu, berikut ini adalah penjelasan mengenai beberapa kewajiban umum pengembang bisnis.

Memenuhi Syarat Prospek

Pengembang bisnis harus menentukan prospek yang ideal untuk menawarkan produk dari perusahaan. Biasanya, prospek dikualifikasikan melalui telepon, email, formulir web, dan media sosial. Kunci untuk memilah prospek adalah dengan mempertimbangkan kebutuhan mereka, dan kemudian menentukan apakah produk kamu dapat menjadi solusi bagi mereka atau tidak.

Memilah Prospek

Dengan mengkualifikasikan prospek dan mencari orang-orang yang sesuai, pengembang akan mengidentifikasi prospek yang ideal. Pengembang dapat berkomunikasi dengan prospek tersebut secara langsung untuk mempelajari lebih lanjut tentang kebutuhan dan masalah mereka.

Dengan cara ini, pengembang dapat menentukan apakah prospek tersebut benar-benar akan mendapatkan manfaat dari produk atau layanan perusahaan.

Aktif Mencari Peluang

Secara proaktif mencari peluang baru – baik dalam hal lini produk, pasar, prospek, atau kesadaran merek – adalah bagian penting dari kesuksesan bisnis. Pengembang bekerja untuk menemukan peluang bisnis baru melalui jaringan, meneliti pesaing, dan berbicara dengan prospek serta pelanggan saat ini.

Mengikuti Perkembangan

Penting untuk selalu mengikuti perkembangan strategi, produk, dan target audiens pesaing kamu, serta tren pasar dan industri yang baru. Hal ini akan memungkinkan kamu untuk mengidentifikasi prospek yang ideal secara lebih efektif.

Hal ini juga membantu bisnismu bersiap menghadapi perubahan apa pun di pasar, yang dapat menyebabkan perlunya pendekatan baru dalam berbagai aspek.

Nah, itu dia ulasan mengenai pengembangan bisnis atau bisnis development. Bisnis development penting untuk pertumbuhan suatu perusahaan, karena pengembangan diperlukan supaya perusahaan bisa terus ada dan beroperasi.

Exploring Monetizing Opportunities in E-commerce Companies

E-commerce companies considered tend to burn money for the highest GMV as a metric. Above all, in principle, companies of any kind is required to make a profit. This is where the business development team took part to look for profitable business opportunities.

Regarding this topic, #SelasaStartup invited Blibli Histeria’s Vice President of Business Development & Project Lead, Cindy Kalensang as the speaker. Cindy is to discuss further on various business development tasks, their relation to finding business opportunities for e-commerce services, and how they are implemented in Blibli.

VP Of BizDev Blibli Cindy R Kalensang / Blibli
Blibli’S VP Of BizDev Cindy R Kalensang / Blibli

Generating business model

Cindy explained the basic task of business development is to develop a business for better growth, by exploring new business partnerships and so on. Therefore, he worked with various teams from Blibli’s other divisions for coordination.

In developing new business models, the business development team identifies underserved consumer needs in order to provide the right solution, called product market fit. “Product market fit is the one that needs to be iterated because consumers are looking for value, not only originality.”

Blibli started operating in 2011 using the B2C business model, as they wanted to guarantee the authenticity of goods to consumers. Therefore, Blibli collaborates with lots of brand partners. In this business, Blibli is taking a commission as a way of monetization.

The company has warehouses located at some spots throughout Indonesia to support its business model, especially to speed up delivery to consumers. Over time, the situation has changed, as a result, Blibli has developed other business models for B2B2C.

“Therefore, the process is to buy goods in large quantities, then store them and distribute them to our warehouse. Then, for B2B2C, revenue comes from margins, while B2C is from commissions,” he explained.

From the current business model, the problem remains for all e-commerce companies, it’s the uneven distribution process. This is because the majority of producers and distributors are located in Java. Eventually, the decision is final to open a new business model, it is C2C which all parties can participate in solving the problem.

“We open C2C, it opens for sellers, but we still curate [the onboarding process] and don’t let them sell fake[not original] items.”

Implementing new business model

Cindy continued, the competition of e-commerce services in Indonesia has gotten supper tight. It is visible through the number of e-commerce companies that adopted the “burning money” strategy by advertising on television for the sake of new consumer acquisitions.

“Actually, we are not only here to sprint but stay for the marathon. Blibli stands to be sustainable. That’s why we must remain loyal to our unique value proposition. The money-burning promo is normal because we want to acquire consumers, the most important thing is that the ongoing delivery value that stated Blibli’s difference from other players.”

Blibli’s business model continues to develop, from pure B2C, now B2B2C and entering C2C. Cindy said, the company continues to be adaptive to the situation. Blibli is also trying a new business model that is a subscription.

This is already running for the BlibliMart grocery service. Cindy explained that the subscription model is quite attractive and considered the key to success for Spotify. Initially, in enjoying music, people were accustomed to buying cassettes or CDs in physical form. Then, Apple comes and offers digital purchases per song.

“Spotify sees that people are saturated with music. In the end, they are offered streaming songs for free, but there are advertisements. They share profit with advertisers. Then they innovate with the subscription model. This is the model we are currently exploring. Amazon is successful with this model, offering one year of free shipping. ”

Cindy thought the trial subscription model at BlibliMart is quite on-point because it will be easier for consumers to buy certain needs at a much cheaper price. “Instead of buying when it’s sold out, it’s better to arrange the purchase. Goods are sent every two weeks. That is our value proposition by making a budget, therefore, spending is more efficient,” she concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
header: Depositphotos.com

Menggali Peluang Monetisasi di Perusahaan E-commerce

Perusahaan e-commerce identik dengan kesan gemar bakar duit untuk mencetak GMV setinggi-tingginya sebagai metrik. Jauh dari itu, pada khitahnya perusahaan apa pun itu bisnisnya dituntut untuk menghasilkan keuntungan. Di sinilah tugas business development mencari peluang-peluang bisnis apa saja yang bisa dihasilkan.

Dalam membahas topik ini, #SelasaStartup mengundang Vice President of Business Development & Project Lead Blibli Histeria Cindy Kalensang sebagai pembicara. Cindy akan membahas lebih lanjut mengenai apa saja tugas business development, kaitannya dalam mencari peluang bisnis untuk layanan e-commerce, dan bagaimana implementasinya di Blibli.

VP Of BizDev Blibli Cindy R Kalensang / Blibli
VP Of BizDev Blibli Cindy R Kalensang / Blibli

Mengembangkan model bisnis

Cindy menerangkan, tugas dasar dari seorang business development adalah mengembangkan bisnis agar lebih baik pertumbuhannya, dengan cara eksplorasi kerja sama bisnis baru dengan partner dan sebagainya. Oleh karena itu, ia bekerja dengan berbagai tim Blibli dari divisi lain untuk koordinasinya.

Dalam mengembangkan model bisnis baru, tim business development mengidentifikasi underserved consumer needs agar dapat memberikan solusi yang tepat, disebut product market fit. “Product market fit inilah yang harus diiterasi sebab konsumen itu looking for value, enggak cuma orisinalitas.”

Pada awal Blibli beroperasi pada 2011 menggunakan model bisnis B2C, karena ingin menjamin keaslian barang sampai ke tangan konsumen. Untuk itu, Blibli banyak bekerja sama dengan brand partner. Dalam menjalankan bisnis ini, cara Blibli monetisasi adalah mengambil komisi.

Perusahaan memiliki pergudangan yang tersebar di berbagai titik di Indonesia untuk mendukung model bisnisnya tersebut, terlebih agar barang cepat sampai ke konsumen. Seiring berjalannya waktu, kondisi semakin berkembang alhasil Blilli mengembangkan model bisnis lainnya ke B2B2C.

“Jadi prosesnya kita beli barang dalam jumlah banyak, lalu taruh dan didistribusikan ke warehouse kita. Jadi kalau B2B2C itu revenue-nya dari margin, sementara B2C itu dari komisi,” terangnya.

Dari model bisnis yang sekarang, masih menyisakan masalah yang dihadapi oleh semua perusahaan e-commerce yakni proses distribusi yang tidak merata. Lantaran, produsen dan distributor itu mayoritas terletak di Pulau Jawa. Akhirnya diputuskan untuk membuka model bisnis baru, yakni C2C agar semua pihak bisa berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah tersebut.

“Kita buka C2C, open untuk seller, tapi tetap kita kurasi [proses onbording] jangan sampai mereka jual barang yang enggak ori.”

Mengaplikasikan model bisnis baru

Cindy melanjutkan, persaingan layanan e-commerce saat ini di Indonesia sudah sengit. Bisa dilihat dari berapa banyak perusahaan e-commerce yang mengambil strategi “bakar duit” dengan beriklan di televisi demi akuisisi konsumen baru.

“Sebenarnya kita hadir enggak hanya untuk sprint tapi marathon, Blibli berdiri untuk tetap sustain. Makanya kita harus tetap setia dengan unique value proposition. Promo bakar-bakar duit itu normal karena kita mau acquire konsumen, yang terpenting adalah proses delivery value berjalan bahwa Blibli itu berbeda dengan pemain lainnya.”

Model bisnis Blibli kini terus berkembang, dari awalnya murni B2C, kini sudah B2B2C dan sudah menyentuh C2C. Menurut Cindy, perusahaan terus adaptif dengan perusahaan. Salah satu model bisnis baru yang sedang dicoba oleh Blibli adalah berlangganan (subscription).

Ini sudah berjalan untuk layanan grocery BlibliMart. Cindy menjelaskan model bisnis berlangganan sangat menarik dan menjadi kunci sukses di Spotify. Awalnya dalam menikmati musik orang dibiasakan untuk membeli kaset atau CD yang berbentuk fisik. Lalu masuk Apple yang menawarkan pembelian digital per lagu.

“Spotify lihat orang punya masa jenuh dengan musik, akhirnya ditawarkan streaming lagu secara gratis, namun ada iklan. Mereka profit sharing dengan pengiklan. Lalu mereka berinovasi dengan model subscription. Ini model yang sedang kita explore, Amazon sukses dengan model ini, menawarkan free shipping selama satu tahun.”

Menurut Cindy, percobaan model berlangganan di BlibliMart cukup tepat karena memudahkan konsumen untuk membeli kebutuhan yang sudah pasti dengan harga yang jauh lebih murah. “Daripada belinya pas sudah habis, lebih baik sudah diatur pembeliannya. Barang dikirim setiap dua minggu sekali. Itu value proposition kita dengan membuat budget sehingga pengeluaran lebih hemat,” pungkasnya.

Gambar header: Depositphotos.com

Ruang Lingkup Tim Bizdev dalam Startup

Dalam berorganisasi, semua orang dari berbagai divisi punya tugas yang saling berkesinambungan antara satu dengan yang lainnya. Dengan caranya masing-masing, arah yang ingin disasar semuanya sama, ingin mengejar apa yang sudah ditetapkan perusahaan dalam visi.

Pun demikian untuk tim business development atau lebih sering disingkat menjadi bizdev. Ada yang mengasumsikan tim ini termasuk bagian dari sales, padahal sebenarnya sangat berbeda.

#SelasaStartup edisi pekan terakhir di Januari 2020 mengundang CEO Belimobilgue Johnny Widodo untuk berbagi pandangannya soal serba-serbi bizdev dan ruang lingkupnya di startup.

Bizdev tidak sama dengan sales

Sebelum bergabung di Belimobilgue dan menjadi CEO, Johnny merupakan profesional dengan segudang pengalaman di bidang analisis, pemasaran, penjualan dan operasional di lintas industri. Jabatan sebelumnya di Ovo adalah Director of Sales and Partnerships.

Berbekal dari pengalamannya tersebut, ia paham betul bagaimana posisi bizdev yang semestinya. Menurutnya, tim bizdev punya ranah yang berbeda. Mereka punya tugas bagaimana cara mengembangkan bisnis untuk menyasar konsumen baru dan yang sudah ada.

Dia mencontohkan, perusahaan yang bergerak di bidang air kemasan punya target untuk menyasar segmen baru. Sebelumnya perusahaan membuat air kemasan bersama PT A, segel mengambil dari PT B dan label dari PT C. Ketika mau ekspansi, tim bizdev akan tweak ide baru dengan potensial partner yang mau mereka gaet.

“Orang bizdev akan berpikir kenapa enggak jualan minuman karbonasi saja? Dari situ mereka akan berpikir untuk cari rekanan untuk supplier sirup, sementara botol dan merek dari sendiri. Seperti itu cara pikir orang bizdev,” ujarnya.

Sedangkan orang sales adalah orang-orang yang tugasnya untuk menjualkan produk tersebut. Ada target yang harus dicapai oleh mereka secara periodik untuk masing-masing orang.

Kesalahan umum orang bizdev

Menurutnya kesalahan paling umum yang sering dilakukan tim bizdev, terutama di startup baru dirintis, adalah mental block, cenderung gampang berasumsi tapi pada akhirnya tidak melakukannya.

Selanjutnya adalah kurang melakukan follow up. Mereka harus banyak melakukan pemetaan proses agar terekam baik mana yang bisa di-follow up mana yang sebaiknya cari yang lain.

Agar tidak demikian, ia memberi tips bahwa tim bizdev harus open minded, punya inisiatif tinggi dan berani untuk mencoba. “Prinsipnya yang penting coba dulu, dari situ banyak belajar, jangan lupa untuk rajin follow up, dan jangan terpaku sama satu lead. Ketika sudah menemukan atau belum potensial partner, harus rajin explore terus.”

Menentukan skala prioritas

Johnny juga memberikan tips bagaimana menentukan skala prioritas bagi tim bizdev saat menjajaki calon rekanan yang potensial. Dia menekankan bahwa strategi bizdev harus sejalan dengan apa yang diinginkan perusahaan. Perlu diskusi internal dan tes secara terbatas apakah sudah sejalan arahannya.

Ketika sudah jelas, maka tim bizdev mulai mencari enabler-nya. Siapa yang kira-kira bisa diajak kerja sama. Tim harus aktif “ketuk pintu” untuk mendapatkan leads. Terkadang tiap bertemu orang baru, tidak bisa ketemu langsung dengan pihak yang bertanggung jawab sebagai pengambil keputusan.

“Kalau itu terjadi, berarti harus cari celah sampai akhirnya bisa bertemu dengan decision maker untuk langsung presentasi. Dari yang tadinya ide berdasarkan eksplorasi, kini jadi lebih konkret dan bisa langsung dijalankan dengan partner.”

Dengan pengalaman matang Johnny, sejak dia pimpin, dalam kurun waktu Agustus 2019 hingga kini mengalami pertumbuhan yang pesat ketimbang Belimobilgue berdiri di 2017. Disebutkan kini perusahaan telah tersebar di 110 lokasi di tujuh kota, di antaranya Jabodetabek, Bandung, Bali, Surabaya, Medan, Yogyakarta, dan Semarang.

Lalu, ada 2 ribu mitra yang telah digaet untuk membeli suplai mobil bekas yang dijual melalui platform. Tim pun tumbuh pesat hingga 800 orang.

3 Hal yang Harus Dimiliki untuk Mengembangkan Bisnis Esports

Most of the successful people I’ve known are the ones who do more listening than talking.” Bernard M. Baruch.

Bagaimanakah caranya mengembangkan bisnis esports? Apalagi jika harus menjual ke brand non-endemic? Bisa jadi itulah pertanyaan terbesar dari banyak orang di belakang layar yang berkecimpung di industri ini sekarang. Tahun 2018 kemarin esports memang melesat cepat ke pasar mainstream. Namun demikian, menurut saya pribadi, ada 2 tantangan yang masih harus diselesaikan agar esports menjadi sebuah industri yang sustainable.

Pertama, sirkulasi uang yang lebih luas dan cepat antara industri lain yang tak terkait langsung (non-endemik) dengan industri esports. Industri yang terisolasi di dalam ruang lingkupnya sendiri kemungkinan besar memang tak akan bertahan lama. Muasalnya, semakin banyak stakeholders yang berkepentingan di satu industri, semakin banyak pula yang bisa dikerjakan dan semakin banyak pula yang akan berjuang untuk membela kepentingannya masing-masing.

Kedua, butuh para profesional di belakang layar industri esports yang benar-benar tahu apa yang harus dilakukan; bukan yang hanya sekadar latah dan meniru orang-orang lainnya. Salah satu peran penting profesional yang dibutuhkan di esports saat ini adalah orang-orang yang bisa berjualan dan mengembangkan bisnis esports.

Karena itulah, untuk menjawab dua pertanyaan besar tadi, saya mengajak salah satu kawan saya untuk berbagi insight dan ceritanya di sini. Ia adalah Irliansyah Wijanarko, Chief Growth Officer dan Co-Founder dari RevivalTV.

Irliansyah saat presentasi di Press Conference MPL ID Season 2. Dokumentasi: Muhammad Thirafi Sidha/RevivalTV
Irliansyah saat presentasi di Press Conference MPL ID Season 2. Dokumentasi: Muhammad Thirafi Sidha/RevivalTV

Buat yang belum tahu, RevivalTV adalah event organizer dari Mobile Legends: Bang Bang (MLBB) Professional League (MPL) Indonesia di Season 1 dan 2. Sedangkan MPL adalah salah satu faktor paling krusial yang berhasil membuat exposure esports terdengar di industri mainstream ataupun pemerintahan. Saat Grand Final MPL Indonesia Season 1 yang membuat Mall Taman Anggrek penuh sesak, ketua MPR Zulkifli Hasan bahkan turut menghadiri acara tersebut.

Irli dan CEO RevivalTV, Ahmad Syahndy yang biasa dipanggil Senz, adalah dua orang yang membuat dan mengajukan konsep MPL yang disetujui oleh Moonton sebagai developer dan publisher dari MLBB. Konsep MPL ini juga bahkan digunakan oleh Moonton di negara-negara lainnya di Asia Tenggara, seperti Singapura, Filipina, dan yang lainnya.

RevivalTV sendiri juga saat ini bisa dibilang sebagai salah satu perusahaan esports yang paling besar di Indonesia, yang salah satunya berkat sepak terjang sang CGO nya. Saya kira hal-hal itu tadi bisa jadi justifikasi kenapa saya mengajak Irli untuk berbagi di sini.

Dokumentasi: MPL Indonesia / Muhammad Thirafi Sidha
Dokumentasi: MPL Indonesia / Muhammad Thirafi Sidha

1. Pengetahuan Mendalam tentang Produk

Pengetahuan mendalam tentang produk adalah hal pertama yang harus dikuasai oleh orang-orang yang ingin mengembangkan bisnis, menurut Irli. Produk di sini tak hanya berbicara soal produk yang Anda jual tapi juga produk dari klien yang ingin Anda dekati. “Research! Jangan manja dan jangan kelamaan mikir.” Ujar Irli.

Ia juga mengatakan bahwa untuk melakukan hal tersebut, ia butuh tim yang baik karena kita semua tak bisa bekerja sendirian. Tim yang baik menurutnya adalah tim yang bisa dipercaya untuk eksekusi dan memberinya informasi lebih seperti soal insightbudget, ataupun yang lainnya. Dengan pengetahuan produk yang baik, Business Development (BD) jadi bisa tahu apa yang bisa dilakukan dan bisa menawarkan paket yang lengkap.

Saya pun bertanya lebih jauh tentang contoh konkret bagaimana pengetahuan produk bisa berguna untuk meyakinkan pelaku industri non-endemik, industri perbankan atau yang punya produk finansial misalnya. Irli kemudian mencontohkan sebuah kerangka narasi yang bisa digunakan oleh produk finansial untuk terjun ke esports.

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Misalnya seperti ini, esports saat ini mampu memberikan penghasilan kepada para pro player-nya yang masih berusia muda. Justru karena mereka masih muda, tentunya dibutuhkan juga kemampuan untuk mengatur keuangan. Produk perbankan itu bisa digunakan bagi mereka untuk lebih bijak dalam mengatur pengeluaran.

Produk finansial lainnya adalah asuransi pendidikan yang sangat relevan dengan para pro player. Mengingat usia produktif pro player lumayan singkat, mereka juga harus mengantongi ijazah agar tetap bisa survive setelah ‘pensiun’.

Meski begitu, Irli juga mengatakan bahwa produk-produk finansial tidak bisa begitu saja masuk ke komunitas esports. Mereka harus pelan-pelan membangun brand dan trust ke komunitas gaming. Institusi perbankan juga bisa berkolaborasi dengan para pemain di industri esports seperti RevivalTV, Mineski Event Team, ataupun yang lainnya untuk mengedukasi pasar gaming.

Itu tadi salah satu contoh yang dijelaskan Irli tentang bagaimana menyejajarkan produk esports dengan produk perbankan. Contoh lainnya tentu saja bisa Anda pikirkan lebih jauh jika Anda benar-benar punya keinginan untuk cari tahu soal produk esports dan produk klien yang ingin Anda tuju.

2. Networking, Trust, dan Person-to-person Business 

Daftar talents dari MET Indonesia. Dokumentasi: Hybrid
Daftar talents dari MET Indonesia. Dokumentasi: Hybrid

Itulah hal kedua yang harus dimiliki oleh orang-orang yang ingin bertugas mengembangkan bisnis esports, menurut sang CGO dari RevivalTV ini. Soal networking, Irli juga mengatakan, “perusahaannya boleh saingan tapi bukan berarti musuhan juga sama orang-orangnya. Karena kita tidak akan pernah tahu bakal dapat job ataupun inspirasi dari mana.”

Selain itu, yang Irli akui ‘doktrin’nya dari Senz (CEO RevivalTV), bisnis itu adalah soal person-to-person. “Yang namanya deal bisnis itu person-to-person, bukan company-to-company.” Ujar Irli. Namun demikian, Irli juga menambahkan bahwa hubungan antar individunya tetaplah harus gabungan antara personal dan bisnis.

Sedangkan untuk soal networking yang dimaksud Irli di sini tak hanya soal kenal dengan banyak orang namun juga sampai dengan membangun trust. Reputasi inilah yang mungkin tak mudah didapat karena harus membangun relasinya. Dalam membangun trust tadi, ada dua hal yang penting yang harus dijaga yaitu maintaining comunication dan delivering promises.

Berbicara soal reputasi, Irli juga menambahkan bahwa hal ini tak hanya dibangun ke klien namun juga ke atasan tempat kita bekerja dan tim kita sendiri.

Sumber:
Dokumentasi: Riot Games

Jika boleh saya menambahkan sedikit pendapat saya di sini yang mungkin bisa membantu Anda melancarkan penjualan dan ada korelasinya dengan pendapat Irli tadi soal trust.

Berhubung saya memang berangkat dari jurusan sastra dan punya pengalaman 10 tahun lebih di soal tulis menulis, konten, dan media, saya percaya bahwa berjualan itu juga soal merangkai narasi atau bahasa kerennya adalah storytelling. Ada beberapa tulisan menarik yang Anda bisa baca jika tertarik dengan premis saya tadi:

Namun demikian, kekuatan narasi yang Anda jual juga sepenuhnya bergantung pada reputasi Anda sebagai sang narator. Inilah kenapa saya juga sepenuhnya setuju dengan Irli tentang pentingnya membangun reputasi alias trust.

Seperti yang saya tuliskan di awal artikel ini, yang dibutuhkan esports Indonesia adalah sirkulasi uang yang lebih lebar dan lebih cepat dari industri terkait ataupun non-endemic. Karena itulah, jaringan dan reputasi yang dibutuhkan oleh seorang BD esports yang hebat tak hanya seputar industri esports semata namun juga di luar industri yang terkait langsung seperti e-commerce, F&B, telekomunikasi, finansial, pendidikan, hiburan, ataupun yang lainnya.

3. Jadilah Pendengar yang Baik

“Mulut bukanlah senjata utama seorang BD, tetapi telinga.” Ujar Irli penuh keyakinan. Banyak orang mungkin akan mengatakan lidah atau mulut yang ‘berbisa’ adalah senjata utama mereka-mereka yang pintar berjualan. Namun, Irli tak setuju dengan hal tersebut. Baginya, telinga adalah senjata yang lebih penting bagi seorang BD.

Muasalnya, Irli berargumen ketika kita mendengarkan atau lebih tepatnya memperhatikan (listening bukan hanya sekadar hearing), kita bisa mendengarkan masalah klien dan memberikan solusi yang dibutuhkan. Kenapa? Karena ketika kita berbicara, kemungkinan besar, kita tidak akan dapat mendengarkan dengan baik. Memberikan solusi yang dibutuhkan klien mungkin adalah adalah inti dari semua bentuk kesepakatan bisnis.

Saya pribadi juga sangat setuju dengan pendapat Irli di atas. Banyak orang memang lebih sering fokus untuk berkomentar (lisan ataupun tulisan) namun orang-orang tersebut mungkin lupa bahwa semua proses pembelajaran berbahasa (kembali lagi karena saya memang orang sastra) berawal dari yang pasif.

Kita lebih dulu bisa mendengar ketimbang berbicara. Kita juga harus bisa membaca sebelum menulis. Satu hal yang selalu saya katakan ke kawan-kawan yang ingin belajar menulis, “jangan berharap bisa jadi penulis yang baik, jika Anda tidak bisa jadi pembaca yang sabar.” Saya kira hukum yang sama juga berlaku soal berbicara: jangan berharap bisa berbicara dengan baik, jika Anda tak pernah mau belajar mendengar.

Keahlian atau kesabaran untuk menjadi seorang pendengar yang baik buat seorang BD di esports bahkan mungkin lebih penting lagi untuk dimiliki karena masih banyak sekali potensi bisnis di esports Indonesia yang masih bisa digarap. Karena, Irli juga menambahkan business development harusnya lebih dari sekedar sales atau menjual produk yang sudah ada namun juga menciptakan peluang-peluang baru yang belum pernah terpikirkan sebelumnya.

Dengan lebih banyak mendengar (ataupun membaca), peluang ide-ide baru bisnis di esports jadi lebih besar untuk dimunculkan. Toh, membiasakan diri untuk lebih banyak mendengarkan juga membuat kita lebih punya banyak pengetahuan karena, seperti yang pernah dikatakan Bill Nye, “Everyone you will ever meet knows something you don’t.”

Akhirnya, saya sendiri juga tak percaya bahwa membaca tulisan ini akan membuat Anda serta merta jadi seorang BD yang hebat karena ada satu hal lagi yang paling saya percayai, bahwa belajar itu adalah mengalami. Namun, semoga saja artikel ini mampu memberikan sedikit pencerahan buat Anda yang ingin belajar untuk mengembangkan bisnis esports.

Pengembangan Bisnis untuk Startup (Bagian 4 – Penutup)

Menjadi tulisan seri penutup tentang pengembangan bisnis untuk startup, artikel kali ini akan mencoba merangkum dan mengulas kembali apa yang sejatinya dibutuhkan startup ketika membangun fondasi bisnisnya. Pada bagian pertama disampaikan bahwa cakupan pengembangan bisnis (business development) tidak hanya berkutat pada penjualan (sales). Lebih dari itu di sana ada peran krusial untuk memastikan produk dan merek startup diminati pangsa pasar.

Di tahapan tersebut ada beberapa hal yang harus dilakukan seorang yang bertanggung jawab pada pengembangan bisnis. Pertama ialah memahami pangsa pasar atau dalam istilah teknisnya disebut “Know Your Customer”, alokasikan waktu khusus untuk melakukan riset tentang itu. Pergi ke luar, tanya kepada orang-orang yang akan menjadi basis pengguna dari layanan. Tampung masukan sebanyak-banyaknya sebelum proses bisnis benar-benar dimulai.

Kedua, lakukan analisis terhadap pesaing. Ini penting, pasalnya dengan produk yang dikembangkan startup sering kali merasa “unik” dan tidak punya pesaing. Padahal pesaing itu bisa saja merupakan pesaing langsung dan pesaing tidak langsung. Pesaing langsung adalah mereka yang menyajikan produk atau layanan serupa. Sedangkan pesaing tidak langsung adalah mereka yang menyediakan produk atau layanan alternatif sebagai pengganti.

Kemudian sebagai founder startup harus memiliki pola pikir yang terbuka. Permasalahannya tidak sedikit founder yang merasa sudah berada di pasar yang niche, artinya tidak banyak pemain di sana dan pangsa konsumennya adalah kalangan khusus. Justru harus berpikir sebaliknya, ceruk pasar khusus itu pada akhirnya akan ditemukan secara alami ketika startup berhasil menelusuri pangsa pasar yang luas, membandingkan satu dengan yang lainnya.

Sebelum berjalan keluar atau go-to-market, pastikan pekerjaan rumah di internal startup sudah selesai. Misalnya tentang pembagian peran dalam pengembangan bisnis. Sehingga masing-masing orang tahu ke mana harus melaporkan dan ke mana harus menghubungkan. Buat ide bisnis berjalan efektif dengan mendefinisikan secara jelas porsi pekerjaan dan target yang harus dicapai dalam periode waktu tertentu.

Infografik Tips untuk Startup

Memulai pengembangan bisnis

Pengembangan bisnis juga dapat didefinisikan sebagai sebuah proses penyampaian solusi pada orang yang tengah mengalami masalah tertentu. Sehingga ini menjadi faktor penting dalam pemilihan pendekatan yang dilakukan. Hadirkan merek startup sebagai solusi atas sebuah masalah. Hal lain yang perlu untuk selalu diingat, dalam pengembangan bisnis tidak selalu mematok tujuan akhir pada penjualan, ada komponen lain yang bisa dibawa untuk memperkuat startup, misalnya relasi bisnis, kerja sama strategis, hingga jalan untuk perluasan pangsa pasar.

Menjalankan sebuah pengembangan bisnis juga tidak bisa dilakukan sendiri. Rekrut orang yang tepat, dalam waktu yang tepat, untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan terkait pengembangan bisnis. Misalnya bagian penjualan, relasi publik, hingga representatif untuk membantu konsumen. Orang-orang tersebut penting, pasalnya tugas pengembangan bisnis tidak hanya berhenti sampai deal terjadi, melainkan ada post-deal management yang juga menjadi faktor krusial. Bayangkan jika produk yang dikembangkan startup direkomendasikan oleh konsumennya kepada orang lain.

Di tulisan bagian kedua telah dibahas bagaimana tim pengembangan bisnis melakukan perencanaan pemasaran. Perencanaan ini sangat penting, untuk memastikan setiap tujuan menjadi lebih jelas dengan capaian yang dapat diukur. Beberapa pendekatan dapat dilakukan, terlebih untuk startup dengan produk digital. Namun setiap pangsa pasar unik, misalnya startup menggarap model bisnis B2B, kalangan bisnis membutuhkan waktu untuk penentuan keputusan pembelian. Bantu mereka dengan menyajikan sumber daya yang memberikan pengetahuan tentang penyelesaian masalah tertentu, misalnya dengan mengirimkan newsletter berupa whitepaper atau market research.

Beruntung saat ini startup disajikan dengan berbagai macam alat digital untuk pemasaran. Melalui situs online, media sosial, atau email bisa dilakukan apa yang disebut dengan otomasi pemasaran. Bagian ini dibahas dalam tulisan ketiga. Otomasi pemasaran adalah sebuah mekanisme yang dapat dilakukan pemasar untuk menghadirkan traksi melalui pendekatan yang lebih “halus”. Model tersebut berusaha memberikan pemahaman tentang permasalahan dan solusi yang diberikan kepada konsumen.

Kesimpulannya pengembangan bisnis adalah serangkaian proses terpadu, tujuan akhirnya ialah mendorong startup mendapatkan berbagai komponen untuk membuat bisnis dapat berkembang – tidak hanya target penjualan. Karena untuk berkembang bisnis memang membutuhkan banyak hal, pemasukan agar operasional berjalan, mitra untuk melancarkan ekspansi, hingga konsumen loyal yang selalu merekomendasikan solusi dengan testimoni terbaik mereka.

Pengembangan Bisnis untuk Startup (Bagian 3)

Bisnis memerlukan alur yang memungkinkan konsumen baru selalu datang secara reguler untuk meningkatkan performa keuntungan. Namun kadang peran tim pemasaran sudah disibukkan untuk melayani konsumen prospektif yang sudah dalam bidikan sebelumnya, atau konsumen yang sudah berlangganan sehingga harus dibina hubungannya. Untuk itu dibutuhkan cara efektif dalam mengeksplorasi calon konsumen baru.

Seiring dengan perkembangan dunia pemasaran, kini dikenal konsep “Marketing Automation” (atau otomasi pemasaran), sub kegiatan pemasaran yang membantu bisnis memanfaatkan alat dan teknologi untuk membuat program yang efektif. Dengan perangkat lunak khusus, pemasar dapat memprioritaskan dan melaksanakan tugasnya secara lebih efektif dan efisien. Tujuan utama dari otomasi pemasaran ialah melakukan konversi dan transaksi atas prospek bisnis yang dihadirkan melalui lalu lintas situs web, interaksi email, dan kanal lainnya.

Cara lama yang dilakukan – baik digital atau tradisional – biasanya pemasar melakukan distribusi masal informasi tentang produk atau layanan, misalnya melalui kampanye email atau membagi brosur. Namun ada beberapa risiko yang mungkin terjadi, misalnya kontak yang disasar bukan orang yang tertarik terhadap produk yang ditawarkan. Kurang efektif untuk saat ini, sehingga disempurnakan dengan otomasi pemasaran.

Hal yang perlu digarisbawahi bahwa otomasi pemasaran ini tidak meninggalkan alat-alat yang sebelumnya digunakan, hanya saja membenahi proses yang dilakukan. Sebagai contoh dalam sebuah proses pemasaran email, bisa saja alurnya dibuat menjadi seperti ini:

Contoh proses pemasaran dengan email
Contoh proses pemasaran dengan email

Misi utama dari kegiatan ini ialah membuat hubungan yang lebih personal kepada calon konsumen. Cara paling mudah memvalidasi ialah membayangkan saat diri kita menjadi konsumen, informasi seperti apa yang lebih suka diterima ketika mendapati penawaran sebuah produk baru.

Cara di atas adalah dasar dari otomasi pemasaran, untuk memungkinkan pemasaran menargetkan kontak yang relevan dan mengirimkan konten yang didasarkan pada perilaku mereka. Jadi otomasi pemasaran adalah tentang membina konsumen, bukan secara “kasar” melakukan penjualan.

Menyiapkan otomasi pemasaran

Memahami siapa saja yang ada di basis data kontak juga menjadi salah satu tantangan para pemasar. Di startup biasanya kontak-kontan tersebut berbaur, dikumpulkan dari berbagai macam sumber. Tidak ada cara yang paling efektif untuk memulai selain mengelompokkan sesuai karakteristik tertentu. Secara lebih mendalam, pemasar masih harus mengelompokkan segmentasi pelanggan, umumnya didasarkan pada persona dan lifecycle.

Persona didefinisikan untuk mencari tahu perbedaan antar kelompok konsumen tersebut. Umumnya didapat melalui kegiatan pemasaran atau penjualan. Persona biasanya mendefinisikan seperti lanskap industri, ukuran perusahaan, lokasi dan detail lainnya. Sedangkan lifecycle mengacu pada proses pembelian yang dilakukan oleh konsumen tersebut. Proses ini baru tahapan paling awal untuk otomasi pemasaran.

Setelah mendapatkan pengelompokan basis data kontak, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Pertama ialah melakukan “target email content“, mengirimkan masing-masing segmen pelanggan dengan konten email menarik. Beberapa yang disarankan adalah tulisan blog yang relevan, tawaran yang menitikberatkan pada permasalahan konsumen, hingga tawaran konsultasi gratis. Kedua dapat melakukan “target website content“, menggiring calon konsumen ke situs dengan iming-iming konten, misalnya sumber daya berupa white paper atau kebutuhan promosi lain.

Rangkaian proses otomasi pemasaran dan kanalnya / HubSpot
Rangkaian proses otomasi pemasaran dan kanalnya / HubSpot

Dari dua kegiatan di atas, didapatkan interaksi, selanjutnya untuk mengajak target prospektif mendalami potensi penggunaan produk lakukan kampanye yang melibatkan mereka secara lebih dalam. Salah satu cara efektif yang bisa dilakukan saat ini ialah dengan menyelenggarakan webinar – sesi online untuk melakukan konsultasi, presentasi, dan demonstrasi produk. Atau bahkan adakan acara pertemuan langsung dengan calon konsumen prospektif tadi melakukan berbagai kampanye yang sekiranya juga memberikan manfaat berupa pengetahuan secara umum dan produk.

Proses otomasi pemasaran akan terjadi di sini. Sehingga prosesnya dapat disimpulkan: menggiring target dengan cara yang tepat, lalu membawanya lebih dalam memahami tentang produk atau layanan yang ingin dijual. Semuanya dilakukan secara kolektif, namun tidak menutup kemungkinan harus ada follow up berupa marketing 1-to-1 untuk kebutuhan khusus.


Baca juga:

Pengembangan Bisnis untuk Startup (Bagian 2)

Pada seri tulisan sebelumnya dibahas mengenai cakupan pekerjaan pengembangan bisnis (business development). Dari sana dapat disimpulkan, ada banyak aktivitas yang perlu dilakukan untuk melakukan pengembangan bisnis. Pemasaran (marketing) menjadi salah satu hal fundamental di dalamnya, dan dirasa menjadi yang paling menantang –khususnya untuk bisnis di level startup.

Kegiatan pemasaran yang baik perlu perencanaan matang, termasuk memastikan tujuannya selaras dengan tujuan bisnis yang diharapkan. Tugas perencanaan tersebut juga menjadi salah satu tanggung jawab oleh seorang pengembang bisnis. Dari praktik terbaik yang sudah banyak dilakukan, setidaknya ada lima hal yang dapat dilakukan untuk memulai sebuah perencanaan pemasaran:

  1. Mendefinisikan tujuan bisnis dan mengasosiasikannya dengan matriks capaian.
  2. Menganalisis kapabilitas bisnis –salah satunya dapat dilakukan dengan membuat sebuah tabel SWOT.
  3. Memahami lanskap kompetisi di pangsa pasar yang dituju.
  4. Mengerti karakteristik konsumen dan kecenderungan dalam melakukan pembelian.
  5. Mendalami gambaran umum lifecycle konsumen terhadap produk atau layanan yang ditawarkan.

Mendefinisikan perencanaan

Tujuan pemasaran dapat terdiri dari banyak hal, misalnya untuk menumbuhkan profit, meningkatkan konversi pembelian dari basis konsumen yang sudah ada, memperluas cakupan pangsa pasar, memperkenalkan layanan/produk baru, atau memperluas relasi kerja sama. Dari daftar yang sudah ada, tentukan prioritas, lalu pilih dua atau tiga item untuk dijadikan tonggak capaian utama.

Penentuan prioritas dari daftar perencanaan dapat didasarkan pada tujuan utama bisnis –pada ambisi bisnis yang ingin dicapai tahun ini. Misalnya apakah bisnis ingin meningkatkan traksi terhadap layanan baru, apakah bisnis ingin menjangkau basis kota baru, dan lainnya.

Contoh pemetaan rencana pemasaran dengan tujuan bisnis:

Tujuan Bisnis Contoh Rencana Pemasaran
Meningkatkan nilai keuntungan sebesar 25% dari capaian tahun sebelumnya menggunakan produk yang sudah dimiliki. Menggelar kampanye iklan untuk meningkatkan awareness pangsa pasar dan meningkatkan basis data konsumen prospektif sesuai dengan target pemasaran.
Ekspansi ke luar Jawa dan membuat kantor perwakilan di wilayah tersebut untuk menguatkan bisnis.

 

Mengembangkan rencana pemasaran dan program untuk brand awareness. Melakukan beberapa pendekatan dengan pangsa pasar melalui kegiatan komunitas terkait.
Meluncurkan produk baru. Merencanakan kegiatan sosialisasi, pengiklanan, promo diskon, dan membuat studi kasus praktik terbaik pembuatan produk.

Setelah rencana disusun rapi oleh tim pengembang bisnis, selanjutnya serahkan pada staf pemasaran untuk mengeksekusi.

Melakukan riset pasar

Analisis terhadap pelanggan menjadi sumber daya penting yang harus masuk dalam perencanaan kegiatan pemasaran. Beberapa hal yang perlu dicari tahu di antaranya:

  1. Apa yang diinginkan oleh konsumen? Apa isu yang ingin segera mereka pecahkan?
  2. Bagaimana cara mereka mencari tahu solusi yang dibutuhkan, medium apa yang digunakan?
  3. Di mana mereka biasa mendapatkan insight seputar solusi bisnis? Melalui publikasi, konferensi, webinar dll?
  4. Layanan komunikasi apa yang dapat digunakan? Bagaimana mereka menemukan layanan yang kita buat?
  5. Mengapa konsumen akan memilih layanan yang kita usung.

Jawaban dari pertanyaan di atas akan menjadi bekal dalam penyusunan berbagai tindakan selanjutnya. Misalnya, jika akan membuat kampanye pemasaran saluran iklan apa yang dipilih.

Namun, selain melakukan riset terhadap calon konsumen prospektif, pengembang bisnis juga perlu melakukan riset terkait persaingan bisnis di pangsa pasar yang dituju. Tabel SWOT yang dibuat dapat membantu bisnis menentukan apa keunggulan yang bisa ditawarkan dan apa kelemahan yang harus segera dicari solusinya.

Memilih kanal pemasaran

Di era digital seperti saat ini, pilihan kanal pemasaran semakin banyak. Tantangannya effort pemasaran yang harus dilakukan untuk setiap relasi biasanya akan berbeda-beda. Dalam ilmu bisnis, itu disebut sebagai “1-to-1 marketing”. Untuk startup di tahap awal, pendekatan online seperti ini bisa ditiru:

  1. Buat sebuah konsep situs yang solid untuk menyampaikan konten dan informasi berkaitan dengan produk dan layanan.
  2. Rencanakan konten portofolio yang berisi studi kasus implementasi dan testimoni.
  3. Rencanakan tulisan atau video yang berisi tentang pemikiran pemimpin bisnis seputar tantangan yang banyak dihadapi oleh konsumen dan cara efektif yang dapat dilakukan untuk menyelesaikannya –tidak perlu melakukan hard selling saat penyampaian konten ini.
  4. Pilih konten sesuai dengan bisnis dan kriteria konsumen. Bisa saja secara rutin merilis hasil riset, white-paper, infografik, tulisan blog dan sebagainya.
  5. Pilih aplikasi tambahan untuk meningkatkan kunjungan ke situs, termasuk layanan publikasi email.

Dari tiga hal di atas, maka seorang pengembang bisnis setidaknya dapat menyajikan sebuah proposal atau presentasi kepada timnya seputar langkah apa yang akan dijalankan untuk memasarkan produk dan layanannya. Tentu banyak aspek lain yang akan mendukung tiga kegiatan utama di atas, namun penyusunan poin-poin tersebut akan menjadi fondasi utama dalam rencana pemasaran bisnis.

Disclosure: Artikel ini diambil dari berbagai sumber, baik sumber cetak maupun online.

Pengembangan Bisnis untuk Startup (Bagian 1)

Business development (pengembangan bisnis) dapat didefinisikan sebagai sebuah disiplin yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan (growth) melalui akuisisi profit dari konsumen baru atau konsumen yang sudah ada sebelumnya. Penjualan (sales), kemitraan (partnership), atau istilah yang akrab di kalangan startup “hustling” dapat dikatakan sebagai bagian dari business development. Misinya ialah menciptakan nilai jangka panjang untuk organisasi –tidak hanya melalui konsumen—tapi juga pangsa pasar dan relasi.

Business development terdiri dari banyak sekali komponen. Setidaknya ada 6 yang paling umum dan pasti ada dalam kegiatan di dalamnya. Poin-poin tersebut membentuk sebuah siklus untuk menghasilkan potensi improvisasi bagi bisnis itu sendiri.

Gambar 1

Enam poin di atas sekaligus menekankan bahwa business development menggenggam strategi “permainan” yang lebih luas, jika hanya fokus pada penjualan maka terdapat banyak poin yang terlewat. Tugas seorang business development manager juga lebih besar dari pada sekadar penjualan, di dalamnya terdapat penyusunan strategi, pembuatan marketing collateral, hingga membuat analisis terkait perkembangan bisnis dari sisi internal maupun eksternal bisnis.

Apa yang dilakukan oleh seorang business development?

Cakupan pekerjaan yang didefinisikan di atas membuat seorang business development manager harus memiliki beberapa kecakapan teknis dan non-teknis, meliputi:

  1. Mampu melihat perkembangan pangsa pasar dan kompetisi yang ada. Dari sini ia dapat mendefinisikan apa yang tengah menjadi perhatian di pangsa pasar, hingga peluang apa saja yang dapat digarap dengan kekuatan yang dimiliki oleh organisasi di mana ia berada.
  2. Mampu mendefinisikan dengan jelas siapa target konsumen yang disasar. Sehingga perlu mengetahui juga bagaimana pola produktivitas atau konsumsi dari target pasar untuk menghadirkan solusi yang dijual pada momentum yang tepat.
  3. Memiliki kecakapan dalam mempresentasikan, menjual, dan membuat kesepakatan secara efisien. Kemampuan komunikasi dan memahami sebuah permasalahan membuat kegiatan interaksi dengan konsumen dapat menjadi lebih natural.
  4. Lihat dalam menentukan rekanan untuk menunjang kesuksesan bisnis.
  5. Mendengar masukan dengan baik untuk membawakan peningkatan strategi yang konsisten.

Sebagian besar effort seorang business development memang ditujukan untuk konsumen. Karena sederhananya sebuah bisnis akan berjalan jika ia memiliki konsumen. Seorang business development yang baik mampu memberikan kepada konsumen apa yang ia butuhkan di setiap tahapan kerja sama bisnis yang dijalin. Untuk itu pemahaman emosional tentang konsumen sangat dibutuhkan.

Gambar 2

Memahami tantangan dasar dalam business development

Tantangan pertama dalam pengembangan bisnis, yakni harus mampu mengidentifikasi dengan baik value yang ditawarkan dari produk atau layanan yang hendak dijual. Di setiap lini bisnis akan memiliki proses yang berbeda, untuk bisnis di bidang jasa misalnya, ketika bisnis menjual layanan artinya mereka juga sedang “menjual” orang. Artinya ada unsur keahlian, rekam jejak, hingga kredensial yang disampaikan ke konsumen. Pastikan poin-poin tersebut dipahami dengan baik sebelum berbicara ke konsumen.

Selanjutnya, tantangan yang harus dihadapi ialah menjadi seorang yang proaktif, bukan reaktif. Seorang pegawai di lini business development tidak menunggu ponselnya berdering untuk menyampaikan layanan yang dimiliki, namun menghampiri setiap bisnis atau orang untuk menjadikannya konsumen potensial. Kegiatan ini harus dilakukan secara konsisten, karena pada dasarnya setiap solusi yang ditawarkan akan menemukan orang yang sedang dalam permasalahan tersebut.

Di seri selanjutnya akan dibahas secara lebih teknis bagaimana membuat strategi bisnis, pemasaran, dan penananganan konsumen.


Disclosure: Artikel ini diambil dari berbagai sumber, baik sumber cetak maupun online.