Samsung Luncurkan The Freestyle, Proyektor Unik untuk Kalangan Milenial dan Gen Z

Samsung meluncurkan banyak produk baru di ajang CES 2022 pekan lalu, namun salah satu yang paling mencuri perhatian adalah sebuah proyektor bernama The Freestyle. Pasalnya, perangkat ini terkesan sangat berbeda dari proyektor pada umumnya.

Berwujud silindris, The Freestyle mampu berayun 180º untuk memudahkan pengaturan posisi proyeksinya. Mau ke tembok, ke langit-langit, maupun ke lantai; asalkan permukaannya datar, The Freestyle siap menjalankan tugasnya dengan baik. Ukuran proyeksinya bervariasi antara 30 inci sampai 100 inci, tergantung seberapa jauh posisi perangkatnya dari permukaan.

Secara teknis, The Freestyle mampu memproyeksikan dalam resolusi 1080p, dengan tingkat kecerahan maksimum 550 lumen dan rasio kontras 300:1. Fitur-fitur seperti auto-focus, auto-levelling, dan auto-keystone hadir sebagai standar, demikian pula dukungan terhadap konten HDR10. Tidak punya tembok putih? Tidak masalah, sebab The Freestyle dibekali fitur Smart Calibration yang akan menyesuaikan warna secara otomatis. Usia pakainya diperkirakan mampu mencapai 20.000 jam.

Fisiknya tergolong ringkas, dengan bobot di kisaran 830 gram saja. Ia memang tidak bisa dimasukkan kategori proyektor portabel karena tidak mengemas modul baterai. Namun setidaknya ia masih bisa beroperasi dengan dicolokkan ke power bank (yang memiliki output minimum 50W/20V serta mendukung spesifikasi USB Power Delivery).

Saat sedang tidak dipakai untuk menonton, The Freestyle dapat beralih fungsi menjadi sebuah smart speaker, dengan sepasang passive radiator yang menjanjikan dentuman bass yang jernih sekaligus bulat. Dalam posisi ini, penutup lensanya bahkan punya peran kedua sebagai diffuser untuk menghadirkan ambient lighting.

Satu kelebihan yang sangat unik adalah kemampuan The Freestyle untuk dipasangkan ke fitting lampu standar E26 tanpa bantuan kabel tambahan, sangat berguna ketika perlu memproyeksikan sesuatu ke atas meja (selagi rapat di kantor misalnya). Selebihnya, The Freestyle juga didukung sistem operasi Tizen, sehingga fitur-fiturnya bakal terasa cukup identik seperti lini smart TV milik Samsung.

Sesuai namanya, nilai jual utama The Freestyle terletak pada fleksibilitasnya, bukan spesifikasi maupun kualitas hasil proyeksinya, dan itulah mengapa Samsung melihat kalangan milenial sekaligus Gen Z sebagai target pasarnya. Di Amerika Serikat, perangkat ini rencananya akan dijual dengan harga $900.

Sumber: Samsung.

ASUS Luncurkan Mechanical Keyboard dengan Hot-Swappable Switch dan Programmable Mini LED

ASUS meluncurkan sederet perangkat gaming baru di CES 2022, termasuk halnya sejumlah periferal gaming. Salah satu periferal yang cukup mencuri perhatian adalah sebuah mechanical keyboard bernama ROG Strix Flare II Animate.

Daya tarik utamanya datang dari segi desain. Embel-embel “Animate” pada namanya merujuk pada kemampuannya menampilkan animasi bergerak via 312 mini LED yang tertanam di atas area numpad-nya. Kalau ini terkesan familier, itu karena Anda sudah pernah melihatnya di laptop ROG Zephyrus G14 maupun headset ROG Delta S Animate.

Seperti di kedua perangkat tersebut, deretan mini LED di keyboard ini juga dapat diprogram dengan berbagai macam efek melalui software Armoury Crate. ASUS menamai fiturnya AniMe Matrix, dan ini bisa jadi pendamping yang serasi untuk pencahayaan RGB-nya yang cukup melimpah. Bicara soal RGB, ASUS memastikan bahwa RGB di sisi bawahnya bakal tetap menyala dengan apik meski wrist rest-nya sedang terpasang.

ROG Strix Flare yang dirilis di tahun 2018 mengemas sejumlah elemen desain yang cerdas, dan sekuelnya ini pun juga demikian. Posisi kenop dan tombol multimedianya sekali lagi ditempatkan di sebelah kiri, sehingga pengguna dapat mengaksesnya tanpa harus melepaskan tangan dari mouse (kecuali untuk pengguna yang kidal).

Tidak berhenti sampai di situ saja, ASUS turut membekali ROG Strix Flare II Animate dengan PCB yang hot-swappable. Artinya, mechanical switch di balik setiap tombolnya dapat kita lepas-pasang tanpa harus melibatkan proses solder-menyolder. Jadi kalau tidak suka dengan switch bawaannya (yang merupakan rancangan ASUS sendiri), pengguna tinggal mencabut dan menggantinya dengan switch lainnya.

Fitur-fitur lain ROG Strix Flare II Animate mencakup polling rate 8.000 MHz, USB 2.0 passthrough, keycap berbahan PBT double-shot, serta lapisan foam peredam suara di bagian dasar keyboard.

ASUS berniat menjual keyboard ini seharga $220. Di saat yang sama, ASUS juga bakal menawarkan varian lain dari keyboard ini yang tidak dibekali fitur AniMe Matrix, yang tentu saja dibanderol lebih terjangkau ($180). Sayangnya, selain mengorbankan deretan mini LED yang programmable, varian standar itu rupanya juga tidak dibekali hot-swappable switch.

Sumber: ASUS via The Verge.

TCL Umumkan Wearable Display Mirip Kacamata Generasi Baru, NXTWEAR AIR

Sebagai salah satu produsen display terkemuka, wajar apabila TCL banyak bereksperimen dengan form factor baru. Belakangan, pabrikan asal Tiongkok tersebut cukup getol mengembangkan wearable display, hingga akhirnya mereka meluncurkan perangkat bernama TCL NXTWEAR G pada Juni tahun lalu.

Tanpa perlu menunggu terlalu lama, TCL kembali menghadirkan wearable display baru yang lebih canggih. Masih dengan wujud menyerupai kacamata, produknya kali ini dinamai NXTWEAR AIR, dan itu mengacu pada dimensi fisiknya yang lebih ringkas daripada pendahulunya.

NXTWEAR AIR memiliki bobot yang sangat ringan di angka 75 gram (termasuk lensa). Jika dibandingkan dengan NXTWEAR G tadi, bobot NXTWEAR AIR sekitar 30% lebih enteng. Dengan begitu, pengguna semestinya bisa lebih nyaman menggunakan NXTWEAR AIR dalam jangka waktu yang lama.

Pengurangan bobot itu dimungkinkan berkat bingkai yang lebih tipis, dan kalau kita lihat, desainnya memang jadi semakin menyerupai kacamata biasa. Meski lebih ringkas, kualitas gambar yang dihasilkan identik seperti sebelumnya, sebab panel display yang tertanam memang sama, yakni sepasang panel Micro OLED dengan resolusi 1080p. Ukuran display-nya sendiri setara menatap layar 140 inci dari jarak 4 meter.

Seperti pendahulunya, NXTWEAR AIR juga tidak mengemas modul baterai (menjelaskan kenapa fisiknya bisa begitu ringkas). Alhasil, agar bisa beroperasi, ia perlu disambungkan ke smartphone, tablet, atau laptop via kabel USB-C. NXTWEAR AIR dibekali sepasang speaker, namun seandainya audio yang dihasilkan terasa kurang memadai, pengguna tentu juga punya opsi untuk menghubungkan headphone atau earphone nirkabel.

TCL melihat potensi penggunaan perangkat ini untuk keperluan hiburan sekaligus bekerja. Mulai dari menonton film sampai gaming, NXTWEAR AIR siap menyuguhkan pengalaman yang lebih memuaskan lewat layar masifnya. Lalu saat tiba waktunya untuk bekerja, pengguna dapat memanfaatkannya sebagai layar kedua di saat sedang tidak ada ruang untuk menempatkan monitor tambahan.

Rencananya, TCL NXTWEAR AIR bakal dipasarkan mulai kuartal pertama 2022, tapi belum jelas di kawasan mana saja. Harganya pun belum diketahui. Namun sebagai gambaran, NXTWEAR G sebelumnya dijual seharga AU$899, atau kurang lebih 9 jutaan rupiah.

Sumber: TCL.

Acer Luncurkan Tiga Monitor Gaming 4K Baru, Dua di Antaranya dengan Mini LED

Acer meluncurkan sederet perangkat gaming baru di CES 2022, mulai dari laptop, komputer desktop, sampai monitor. Di segmen monitor, Acer menghadirkan tiga penawaran yang cukup menarik buat para gamer.

Tiga monitor gaming yang dimaksud adalah Predator X32 dan Predator X32 FP, serta Predator CG48. Ketiganya sama-sama merupakan monitor 4K, jadi segmentasinya jelas masuk kelas high-end.

Acer Predator X32 dan Predator X32 FP

Dua monitor ini cukup istimewa karena memadukan panel IPS 32 inci beresolusi 4K dengan teknologi Mini LED. Buat yang tidak tahu, Mini LED memungkinkan sebuah monitor untuk mengemas jauh lebih banyak local dimming zone, sehingga pada akhirnya mampu menyajikan kontras yang lebih baik sekaligus warna yang lebih kaya.

Dalam kasus ini, baik Predator X32 maupun X32 FP sama-sama mengemas 576 dimming zone, dengan tingkat kecerahan maksimum hingga 1.000 nit dan sudah memenuhi sertifikasi DisplayHDR 1000. Soal warna, keduanya menjanjikan akurasi Delta E<2 dan cakupan 99% AdobeRGB.

Mengenai perbedaannya, Predator X32 hadir membawa dukungan Nvidia G-Sync Ultimate, sementara Predator X32 FP dengan AMD FreeSync Premium Pro. Predator X32 juga mendukung teknologi Nvidia Reflex untuk memonitor dan mengurangi latensi sistem, cocok buat yang gemar memainkan game-game kompetitif.

Predator X32 FP di sisi lain datang mengusung port HDMI 2.1, sebuah fitur yang krusial bagi para gamer konsol. Acer juga mengklaim bahwa Predator X32 FP merupakan monitor 4K tercepat yang ada saat ini, dengan refresh rate 165 Hz dan waktu respon 1 milidetik.

Terkait ketersediaannya, Acer bakal memasarkan Predator X32 pada kuartal ketiga 2022 dengan harga mulai $1.999, sementara Predator X32 FP bakal meluncur lebih dulu di kuartal kedua 2022 dengan banderol mulai $1.799.

Acer Predator CG48

Dengan bentang diagonal 48 inci, perangkat ini mungkin lebih pantas disebut sebagai TV ketimbang monitor. Kendati demikian, fitur-fitur yang dibawanya tidak kalah dari monitor high-end, di antaranya refresh rate maksimum 138 Hz, waktu respon 0,1 milidetik (GtG), dan dukungan AMD FreeSync Premium Pro.

Pemilik konsol next-gen yang tengah mengincar monitor atau TV baru bisa melihat Predator CG48 sebagai salah satu opsi yang ideal berkat dukungan teknologi variable refresh rate (VRR) serta keberadaan port HDMI 2.1. Panel yang digunakan sendiri adalah OLED dengan resolusi 4K dan cakupan warna 98% DCI-P3.

Dari segi konektivitas, Predator CG48 turut dilengkapi DisplayPort 1.4, empat port USB 3.2, dan satu port USB-C. Di Amerika Serikat, monitor ini rencananya akan dijual pada kuartal ketiga 2022 dengan harga mulai $2.499.

Sumber: Acer.

7 Laptop Paling Unik yang Akan Meluncur di Tahun 2022

2022 baru berjalan beberapa hari, namun sudah ada indikasi kalau tahun ini bakal menjadi tahun yang penting untuk industri laptop. Di event CES 2022, kita sudah melihat deretan prosesor dan kartu grafis laptop baru yang diumumkan oleh AMD, Intel, dan juga Nvidia, dan para produsen laptop pun turut memanfaatkan acara tahunan ini untuk memperkenalkan sejumlah produk yang tak kalah menarik.

Tak hanya mengemas komponen-komponen terbaru dari trio produsen chip tadi, laptop-laptop baru ini rupanya juga menghadirkan berbagai inovasi memikat yang tidak terpikirkan sebelumnya. Berikut adalah 7 laptop terunik yang akan datang di tahun 2022.

Dell XPS 13 Plus

Dari luar, tidak ada yang kelihatan aneh pada laptop ini. Namun begitu dibuka, tampak bahwa ada yang tidak biasa pada bagian keyboard-nya. Seperti yang bisa kita lihat, Dell XPS 13 Plus tidak memiliki baris tombol function (F1 sampai F12) seperti pada umumnya. Sebagai gantinya, porsi teratas keyboard-nya dihuni oleh sederet tombol kapasitif.

Pemandangan yang tidak kalah aneh juga bisa kita lihat pada area di bawah keyboard-nya. Sepintas, XPS 13 Plus kelihatan seperti tidak memiliki trackpad sama sekali. Namun Dell sebenarnya sudah menyembunyikan haptic touchpad yang akan merespons setiap klik di balik palm rest berbahan kacanya.

Keyboard-nya sendiri juga kelihatan unik, sebab semua tombolnya tampak rata dengan permukaan bodinya. Kendati demikian, Dell mengklaim bahwa tiap-tiap tombolnya masih menawarkan key travel hingga sedalam 1 mm. Tertarik membelinya? XPS 13 Plus kabarnya akan dijual pada musim semi 2022 dengan harga mulai $1.199.

Lenovo ThinkBook Plus Gen 3

Apa jadinya ketika seseorang menyelipkan sebuah tablet ke dalam sasis laptop? Tidak perlu berandai-andai, sebab ide liar itu sudah direalisasikan oleh Lenovo lewat ThinkBook Plus Gen 3. Jadi selain mengemas sebuah layar 17,3 inci (yang lebih lebar dari biasanya), ia juga punya layar kedua berukuran 8 inci yang ditempatkan di sebelah kanan keyboard.

Lenovo membayangkan layar kedua itu bisa digunakan untuk corat-coret, atau bahkan untuk me-mirror layar smartphone sehingga pengguna tak perlu mengeluarkannya dari saku. Tentu saja, ini bukan pertama kalinya kita melihat laptop berlayar ganda. Sebelum ini, Asus sudah mengeksekusi ide serupa dengan cara yang berbeda lewat lini ROG Zephyrus Duo.

ThinkBook Plus Gen 3 merupakan perubahan drastis dari dua generasi sebelumnya (yang mengemas layar E Ink pada bagian cover penutupnya). Entah kenapa fitur tersebut tak lagi dipertahankan di sini. Padahal bakal sangat keren jadinya seandainya laptop ini bisa mengemas tiga layar sekaligus. Rencananya, ThinkBook Plus Gen 3 akan dijual di bulan Mei 2022 dengan banderol mulai $1.399.

Lenovo ThinkPad Z13

Pandemi COVID-19 yang masih berkepanjangan mengajarkan kita akan pentingnya peran webcam dan mikrofon, dan sudah waktunya bagi pabrikan untuk menaruh perhatian ekstra pada dua komponen tersebut. ThinkPad Z13 adalah contoh laptop yang didapat ketika pabrikan memikirkan soal itu.

Pada bezel atasnya, tampak ada bagian yang agak menjorok ke luar, yang sepintas kelihatan seperti kebalikan dari notch pada layar MacBook Pro. Ruang ekstra tersebut Lenovo manfaatkan untuk menjejalkan sensor kamera FHD yang lebih besar (dengan ukuran piksel individual 1,4 µm), tidak ketinggalan pula mikrofon dual-array.

Tujuannya tidak lain untuk memberikan pengalaman yang lebih baik selama pengguna menjalani sesi video conference. Itulah mengapa Lenovo menamai bagian tersebut dengan istilah Communications Bar. Di Amerika Serikat, Lenovo berencana melepas laptop ini ke pasaran pada bulan Mei 2022 dengan harga mulai $1.549.

Lenovo Yoga 9i

Keunikan yang dibawa Yoga 9i memang tidak seradikal ThinkBook Plus Gen 3 tadi, tapi masih cukup mencuri perhatian jika dibandingkan laptop pada umumnya. Kalau kita perhatikan bagian keyboard-nya, tampak ada satu kolom berisikan tombol-tombol shortcut yang menghuni sisi paling kanannya.

Shortcut-nya pun disesuaikan dengan skenario penggunaan konsumen modern, misalnya shortcut untuk mengaktifkan fitur Background Blur di Microsoft Teams maupun aplikasi video conference lainnya. Jauh lebih mudah dan praktis ketimbang harus mengutak-atik menu pengaturan video di masing-masing aplikasi. Sepele, tapi krusial untuk masa-masa seperti sekarang.

Selanjutnya, ada shortcut untuk memilih mode performa laptop, sehingga pengguna bisa mengoptimalkan konsumsi baterai perangkat hanya dengan satu klik tombol. Shortcut lainnya berfungsi untuk mengganti tampilan Windows antara dark mode atau light mode, kemudian ada pula yang berfungsi untuk mengoptimalkan audio berdasarkan jenis konten yang diputar. Rencananya, Yoga 9i akan tersedia pada kuartal kedua 2022 dengan harga mulai $1.399.

Asus Zenbook 14 OLED Space Edition

 

Tahukah Anda bahwa di tahun 1997, Asus mengirimkan dua macam laptop ke orbit di dalam stasiun luar angkasa bikinan Uni Soviet bernama Mir? Asus mengklaim laptopnya mampu bertahan di sepanjang misi tanpa cacat, dan Asus pun ingin momen tersebut dikenang dengan cara yang istimewa.

Zenbook 14X OLED Space Edition sepenuhnya diciptakan untuk itu. Edisi spesial ini mengusung desain yang sangat unik, dengan titik-titik pada cover penutupnya yang merupakan kode morse untuk frasa Latin “ad astra per aspera” (yang berarti “menuju bintang dengan perjuangan”), ditambah ukiran-ukiran yang melambangkan stasiun Mir itu sendiri.

Tak hanya itu, cover penutupnya turut dilengkapi layar OLED mini berukuran 3,5 inci yang bisa dipakai untuk menampilkan teks atau gambar yang customizable (mirip seperti fitur AniMe Matrix milik seri ROG Zephyrus G14). Sejalan dengan tema luar angkasanya, fisik laptop ini telah lulus standar uji U.S. Space Systems Command Standard SMC-S-016A, yang diklaim empat kali lebih ketat daripada standar MIL-STD yang umum dipakai produsen laptop.

Asus sejauh ini belum mengumumkan harga jual laptop edisi khusus ini, akan tetapi pemasarannya dijadwalkan berlangsung mulai kuartal kedua tahun ini juga.

Asus Zenbook 17 Fold OLED

Salah satu kejutan terbesar yang Asus ungkap di CES 2022 (baik secara harfiah maupun secara kiasan) adalah Zenbook 17 Fold OLED. Sesuai namanya, ini merupakan laptop dengan layar yang bisa dilipat layaknya Lenovo ThinkPad X1 Fold. Bedanya, Zenbook 17 Fold OLED mengemas layar yang berukuran jauh lebih besar.

Dalam posisi terbuka lebar, pengguna akan disambut oleh layar OLED 17,3 inci dengan resolusi 2560 x 1920. Layar tersebut kemudian bisa dilipat hingga menjadi sepasang layar dengan ukuran 12,5 inci dan resolusi 1920 x 1280. Menemani laptop ini, Asus juga menyediakan sebuah keyboard Bluetooth yang bisa ditempatkan di atas porsi bawah layarnya.

Dari segi spesifikasi, Asus memastikan Zenbook 17 Fold OLED telah memenuhi standar baru Intel Evo yang secara khusus ditetapkan untuk laptop dengan layar foldable. Asus sejauh ini masih enggan mengungkap harganya, akan tetapi mereka sudah punya niatan untuk memasarkannya mulai pertengahan tahun ini.

Asus ROG Flow Z13

Tahun lalu, Asus meluncurkan laptop gaming 2-in-1 dengan bodi yang amat ringkas. Tahun ini, Asus punya penawaran serupa yang bahkan lebih ringkas lagi. Ketimbang menganut desain 2-in-1, perangkat bernama ROG Flow Z13 ini sepenuhnya mengadopsi desain detachable ala Microsoft Surface Pro, menjadikannya sebagai salah satu tablet dengan spesifikasi paling beringas di dunia saat ini.

Entah bagaimana caranya, namun yang pasti Asus berhasil menyelipkan komponen-komponen kelas gaming seperti prosesor Intel Core i9-12900H dan kartu grafis Nvidia GeForce RTX 3050 Ti ke dalam bodi setebal 12 mm saja, tidak ketinggalan pula baterai berkapasitas 56 Wh, serta opsi layar 4K 60 Hz atau FHD 120 Hz. Secara total, bobotnya hanya berkisar 1,1 kg saja.

Seandainya perlu dorongan performa ekstra, ROG Flow Z13 juga dapat disambungkan ke aksesori bernama ROG XG Mobile yang dijual terpisah, yang mengemas GPU Nvidia GeForce RTX 3080 atau AMD Radeon RX 6850M XT. Terkait ketersediannya, Asus berencana memasarkan ROG Flow Z13 pada kuartal pertama atau kedua tahun ini, akan tetapi harganya masih belum diketahui. Sudah pasti mahal, apalagi kalau ditambah aksesori GPU eksternalnya tadi.

Monitor 27 Inci Beresolusi 1440p Bakal Jadi Standar Baru Esport Menurut Nvidia

Monitor gaming terbaik adalah yang bisa memenuhi preferensi bermain penggunanya secara tepat. Percuma Anda menggunakan monitor 4K 60 Hz kalau yang dimainkan setiap saat adalah game-game kompetitif seperti Valorant atau Apex Legends. Sebaliknya, menggunakan monitor 1080p 360 Hz untuk memainkan Red Dead Redemption 2 akan terasa seperti buang-buang uang.

Kesimpulan sederhananya, gamer kompetitif lebih mementingkan kemulusan permainan berkat refresh rate yang tinggi, sementara gamer non-kompetitif lebih memprioritaskan kualitas visual yang terbaik. Itulah mengapa di saat monitor-monitor 1440p dan bahkan 4K sudah menjadi mainstream, monitor 1080p masih menjadi kepercayaan di ranah esport.

Namun berhubung performa prosesor dan kartu grafis selalu meningkat dari generasi ke generasi, Nvidia menilai sudah waktunya standar resolusi monitor esport naik kelas dari 1080p menjadi 1440p. Nvidia mencontohkan bahwa kombinasi prosesor Intel Core i9-12900K dan kartu grafis GeForce RTX 3080 kini sanggup menjalankan beberapa judul game esport di lebih dari 360 fps pada resolusi 1440p secara konsisten.

27 inci dengan resolusi 1440p, serta refresh rate hingga 360 Hz, itulah spesifikasi yang Nvidia harapkan bisa menjadi standar baru untuk monitor esport ke depannya. Sepintas ini mungkin terdengar seperti trik murahan yang Nvidia galakkan untuk membujuk konsumen agar mereka mau membeli kartu grafis yang lebih high-end, akan tetapi Nvidia mengklaim ada manfaat dari sisi kompetitif yang bisa didapat oleh pengguna.

Berdasarkan riset internalnya, Nvidia bilang monitor 27 inci 1440p dapat membantu meningkatkan akurasi bidikan hingga 3% dibanding jika menggunakan monitor 24 inci 1080p, sebab target yang pengguna lihat lebih besar sekaligus lebih detail. 3% mungkin kedengarannya sepele bagi sebagian besar orang, tapi Nvidia percaya ini bisa berdampak besar buat para gamer kompetitif.

Selain resolusi, kekayaan warna juga menjadi faktor yang tak kalah penting dalam konteks gaming kompetitif. Itulah mengapa monitor-monitor esport baru ini juga akan mengemas fitur bernama Esports Vibrance, yang dapat diaktifkan kapan saja untuk meningkatkan intensitas warna secara optimal.

Fitur Reflex Analyzer kini juga bisa dikonfigurasikan secara otomatis pada monitor-monitor esport baru ini. Jadi cukup dengan menyambungkan mouse yang kompatibel ke monitor dan menekan tombol Alt + R, maka pengguna dapat langsung memonitor latensi sistem secara real-time.

Yang mungkin jadi pertanyaan adalah, setelah terbiasa menggunakan monitor 1080p selama bertahun-tahun, bisakah pengguna beradaptasi dengan ukuran dan resolusi baru ini? Untuk mengatasinya, Nvidia punya siasat dalam bentuk fitur Dual-Format. Saat fitur ini diaktifkan, tampilan layar otomatis mengecil menjadi 25 inci (jadi seperti punya bezel yang amat tebal), dan resolusinya pun turun menjadi 1080p. Jadi kalau memang masih kesulitan beradaptasi, pengguna tidak perlu repot mengganti monitor.

Tanpa perlu menunggu lama, sejauh ini sudah ada empat produsen monitor yang berpartisipasi untuk mewujudkan visi baru Nvidia ini. Mereka adalah Asus, AOC, MSI, dan ViewSonic. Tiga di antaranya bahkan turut mengadopsi teknologi Mini-LED yang menjanjikan tingkat kontras yang lebih superior.

Kapan kita bisa membeli monitor-monitor esport baru ini? Nvidia cuma bilang dalam waktu dekat, dan sejauh ini baru ViewSonic saja yang mengumumkan bahwa monitornya akan meluncur pada kuartal ketiga tahun 2022 ini. Harga jualnya pun masih belum diketahui, namun saya menduga pasti lebih mahal dari Rp14,5 juta (harga monitor 24 inci 1080p 360 Hz bikinan Asus).

Sumber: Nvidia via Engadget.

[Tekno] Ramaikan CES 2022, Samsung Luncurkan Metaverse di Platform Decentraland

Sebagai salah satu brand teknologi terbesar, Samsung tentu tidak mau melewatkan kesempatan untuk mendemonstrasikan inovasi-inovasi terbarunya di event tahunan CES. Namun di samping mengumumkan sejumlah produk baru, Samsung rupanya juga mencoba bereksperimen dengan salah satu tren terkini, yaitu metaverse.

Di CES 2022, Samsung secara resmi membuka Samsung 837X, sebuah metaverse yang berjalan di platform Decentraland. Lokasi virtual ini diadaptasikan dari Samsung 837, gerai flagship Samsung yang berlokasi di kota New York. Di 837X, pengunjung bisa menjelajahi tiga area virtual dengan tema yang berbeda-beda.

Area utamanya dinamai Connectivity Theater, dan di sini Samsung bakal menampilkan pengumuman-pengumuman terbaru yang dibuatnya selama gelaran CES 2022 berlangsung. Selanjutnya, ada area bernama Sustainability Forest yang dibuat untuk mengilustrasikan program penanaman dua juta pohon yang Samsung gagaskan bersama Veritree belum lama ini. Ketiga, Samsung juga menyiapkan area bernama Customization Stage yang akan dipakai untuk sesi after-party bersama seorang DJ tamu.

Untuk menjelajahi metaverse Samsung 837X, kita perlu membuka tautan berikut menggunakan perangkat desktop. Dari situ, kita bisa memilih untuk masuk sebagai tamu (guest) atau dengan menghubungkan akun MetaMask masing-masing. Tamu atau bukan, sesi Anda bakal diwakili oleh sebuah avatar yang dapat dikustomisasi. Namun kalau memilih opsi yang kedua (login), pengunjung juga punya kesempatan untuk mendapatkan badge NFT.

Total ada empat badge NFT yang akan diterima setelah pengunjung menyelesaikan tiga quest interaktif di ketiga area tadi (Connectivity, Sustainability, dan Customization). Anda juga perlu bergerak cepat karena quest-nya akan segera berakhir pada 8 Januari pukul 07.00 WIB.

Setelahnya, pada pukul 08.37 WIB, akan diadakan sesi undian berhadiah NFT eksklusif, yakni koleksi item yang bisa dipakaikan ke avatar di platform Decentraland, dengan tiga tingkat rarity yang berbeda. Di tingkat terbawah, ada koleksi Epic untuk 727 pengunjung beruntung yang mengumpulkan setidaknya satu badge NFT tadi.

Berikutnya, koleksi Legendary dihadirkan untuk 100 pengunjung beruntung yang mengumpulkan dua badge. Terakhir, koleksi Mythic bisa didapatkan oleh mereka yang cukup beruntung dan sempat menggaet keempat badge NFT secara lengkap.

Sepintas, inisiatif ini mungkin hanya terkesan sebagai program asyik-asyikan belaka. Namun Samsung bilang bahwa di sepanjang 2022, mereka sudah berencana untuk menghadirkan Samsung 837X di lebih banyak platform selain Decentraland. Multiverse kalau kata Samsung, tapi tentu saja tanpa melibatkan Dr. Strange di dalamnya.

Sumber: Samsung.

CES 2022: Razer Umumkan Konsep Meja Gaming Radikal dan Sejumlah Produk Baru Lainnya

Event teknologi tahunan CES terasa kurang afdal tanpa konsep gadget liar dari Razer. Brand periferal tersebut bahkan sudah memulai tradisi ini sejak tahun 2014, tepatnya ketika mereka memperkenalkan sebuah konsep PC modular bernama Project Christine.

Konsep tersebut memang tidak pernah terealisasi, namun itu tidak mencegah Razer untuk terus mengeksplorasi ide-ide liarnya. Di CES 2022, mereka kembali memperkenalkan sebuah konsep PC modular yang tidak kalah ambisius. Menurut saya, Project Christine bahkan tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan konsep baru bernama Project Sophia ini.

Bukan, gambar di atas bukanlah sebuah laptop gaming berukuran jumbo yang dibekali dua pasang kaki. Secara sederhana, Project Sophia dapat dideskripsikan sebagai meja gaming futuristis yang mendukung kustomisasi tingkat ekstrem berkat rancangan modularnya.

Secara total, Project Sophia bisa diisi dengan 13 modul yang berbeda. Modul utamanya adalah sebuah custom PCB yang mengemas komponen-komponen inti seperti prosesor dan kartu grafis. Modul tersebut menancap ke bagian bawah meja secara magnetis, dan saat tiba waktunya untuk upgrade, pengguna bisa melepasnya dengan mudah, lalu mencopot komponen-komponennya untuk diganti dengan yang lebih baru.

Modul-modul lainnya sangat bervariasi dan sengaja dirancang untuk mengakomodasi kebutuhan pengguna yang berbeda-beda. Anda seorang desainer grafis? Pasang saja modul pen tablet di ujung kanan bawah. Anda bekerja di bidang produksi musik? Ada modul audio mixer yang menanti untuk dipasang. Ya, skenario-skenario yang saya sebutkan ini memang tidak ada sangkut-pautnya dengan gaming sama sekali, tapi justru itulah nilai praktis yang Project Sophia tawarkan: satu meja untuk memenuhi segala macam aktivitas yang melibatkan komputer.

Seperti halnya konsep-konsep rancangan Razer lain, tidak ada jaminan Project Sophia bakal terus dikembangkan hingga menjadi produk yang siap rilis. Ide akan sebuah meja yang bisa dijejali komponen-komponen PC sendiri bukanlah hal baru, dan siapa tahu ke depannya eksekusinya bisa selevel Project Sophia.

Razer Enki Pro HyperSense

Project Sophia bukan satu-satunya perangkat konsep yang Razer umumkan di CES 2022. Konsep lainnya adalah kursi gaming Enki Pro HyperSense, yang lebih mungkin untuk direalisasikan dalam waktu dekat.

Kursi ini pada dasarnya sama seperti yang Razer perkenalkan Oktober lalu, tapi yang sudah ditandemkan dengan teknologi haptic feedback bikinan D-BOX demi menyajikan sensasi immersive selama bermain. Unit aktuatornya diposisikan di bagian dasar kursi, akan tetapi sensasi getarannya dapat dirasakan di bagian bokong sekaligus punggung. Selain bergetar, bagian dudukannya juga bisa miring ke empat arah yang berbeda.

Semuanya berlangsung secara real-time, dengan tingkat respons sampai secepat 5 milidetik kalau kata Razer. Agar bisa bekerja dengan baik, tentu saja game yang dimainkan harus dibuat jadi kompatibel lebih dulu. Namun seandainya memainkan game yang tidak kompatibel, pengguna masih bisa merasakan feedback berdasarkan input dari controller, mouse, ataupun keyboard.

Selain game, aktuatornya juga dirancang untuk bereaksi selagi pengguna menonton film atau mendengarkan musik. Razer bilang ada lebih dari 2.200 judul game, film, dan lagu yang kompatibel dengan sistem haptic feedback milik Enki Pro HyperSense.

Razer X Fossil Gen 6

Konsep sudah, saatnya membahas produk-produk baru yang akan segera Razer pasarkan dalam beberapa bulan ke depan. Kita mulai dari Razer X Fossil Gen 6 terlebih dulu. Bukan, ini bukan smartwatch gaming, melainkan kolaborasi antara Razer dan Fossil untuk menciptakan edisi spesial dari smartwatch Fossil Gen 6.

Spesifikasinya identik dengan Fossil Gen 6 versi standar: diameter 44 mm, layar AMOLED 1,28 inci beresolusi 416 x 416, serta diotaki chipset Snapdragon Wear 4100+. Bodinya terbuat dari bahan stainless steel, dan perangkat secara keseluruhan tahan air hingga kedalaman 30 meter. Yang berbeda, edisi spesial ini dibekali tiga watch face eksklusif Razer, serta dua opsi warna strap khas Razer.

Rencananya, Razer X Fossil Gen 6 akan segera dijual dengan harga $329, tapi dalam jumlah yang terbatas saja, persisnya 1.337 unit.

Versi baru Razer Blade 14, Blade 15, dan Blade 17

Sehubungan dengan diluncurkannya prosesor-prosesor laptop baru dari AMD dan Intel sekaligus, belum lagi kartu grafis laptop anyar besutan Nvidia, Razer pun dengan sigap mengumumkan versi baru dari trio laptop gaming-nya yang sudah menerima penyegaran spesifikasi dan sejumlah penyempurnaan lain.

Pada versi terbarunya, Razer Blade 14, Blade 15, dan Blade 17 kini menawarkan RTX 3070 Ti maupun RTX 3080 Ti sebagai opsi GPU-nya. Untuk prosesor, Blade 14 mengandalkan Ryzen 9 6900HX, sementara Blade 15 dan Blade 17 mengandalkan penawaran dari kubu Intel, spesifiknya Core i9-12900H pada konfigurasi termahalnya. Ketiga laptop ini juga mengemas RAM DDR5, tapi khusus untuk Blade 14, RAM-nya tidak upgradeable.

Selain mengunggulkan komponen-komponen terbaru, trio Razer Blade anyar ini juga hadir dengan beberapa penyempurnaan seperti keyboard yang berukuran lebih besar, laser-cut speaker, rancangan engsel yang lebih tipis, serta ventilasi ekstra guna semakin mengoptimalkan sirkulasi udaranya.

Di pasar Amerika Serikat, ketiga laptop baru ini akan dipasarkan pada kuartal pertama 2022. Untuk harganya, Blade 14 dibanderol mulai $2.000, Blade 15 mulai $2.500, dan Blade 17 mulai $2.700.

Sumber: Razer.

CES 2022: Alienware Umumkan Empat Laptop dan Tiga Periferal Gaming Baru

Kita sudah melihat deretan prosesor laptop baru dari AMD sekaligus Intel. Bersamaan dengan itu, ada antrean panjang laptop-laptop baru yang menanti untuk diluncurkan. Spesifik di kategori laptop gaming, ada Alienware yang menyingkap empat model anyar.

Satu di antaranya adalah model yang sepenuhnya baru, bukan penyegaran dari generasi sebelumnya. Selain laptop, Alienware juga memperkenalkan sejumlah periferal baru, mulai dari monitor sampai mouse. Berikut rangkuman produk-produk baru yang Alienware perkenalkan di CES 2022.

Alienware x14, Alienware x15 R2, dan Alienware x17 R2

Alienware x14 / Alienware

Alienware X-Series adalah lini laptop gaming anyar yang diperkenalkan tahun lalu. Lewat seri ini, Alienware pada dasarnya ingin membuktikan ke dunia bahwa mereka juga bisa menciptakan laptop gaming berbodi tipis tanpa harus berkompromi terlalu banyak perihal performa. Awalnya cuma ada dua model (x15 dan x17), keluarga X-Series kini ketambahan anggota baru, yakni Alienware x14.

Alienware mengklaim x14 sebagai laptop gaming berlayar 14 inci yang paling tipis di dunia, dengan tebal sasis cuma 14,5 mm saat ditutup. Ini akan terdengar semakin mengesankan setelah mengetahui spesifikasi lengkapnya. Terkait baterai misalnya, x14 mengemas modul berkapasitas 80 Wh, paling besar di antara laptop-laptop gaming 14 inci lain kalau kata Alienware. Bodinya paling tipis, tapi baterainya paling masif. Good job, Alienware!

Dibanding kedua kakaknya yang lebih besar, x14 juga unik karena memanfaatkan port USB-C untuk charging (pertama kalinya buat Alienware). Dukungan teknologi G-Sync dan Nvidia Advanced Optimus turut tersedia. Yang terakhir ini punya fungsi supaya perangkat bisa menggunakan kartu grafis diskret dan kartu grafis terintegrasi secara bergantian, sehingga pada akhirnya efisiensi dayanya bisa lebih dimaksimalkan.

Soal performa, konfigurasi termahalnya dibekali prosesor Intel Core i7-12900H dan GPU Nvidia GeForce RTX 3060 dengan TGP (total graphics power) sebesar 85 W. x14 mendukung RAM DDR5 dengan kecepatan maksimum 5.200 MHz, tapi tanpa opsi ekspansi karena modulnya disolder. Untuk storage, x14 punya satu slot SSD NVMe yang bisa dijejali dengan kapasitas maksimum 2 TB.

Rencananya, Alienware juga bakal menawarkan varian yang mengemas kartu grafis Intel Arc, akan tetapi detail lengkapnya masih belum diketahui. Satu hal yang pasti, x14 juga mengadopsi sistem pendingin Cryo-Tech seperti kedua kakaknya, lengkap dengan thermal compound eksklusif Element 31 rancangan Alienware sendiri.

Keluarga laptop Alienware X-Series / Alienware

Di samping x14, Alienware turut memperkenalkan x15 R2 dan x17 R2, versi refresh dari tahun kemarin dengan pembaruan yang tergolong minor. Yang paling utama tentu saja adalah opsi prosesor 12th Gen Intel, serta dukungan memory DDR5 dengan kecepatan hingga 6.400 MHz.

Ketiga laptop ini dijadwalkan meluncur ke pasaran di bulan-bulan pertama tahun 2022 ini. Untuk harganya, x14 dibanderol mulai $1.799, x15 R2 mulai $2.199, dan x17 R2 mulai $2.299.

Alienware m17 R5 dan Alienware m15 R7

Alienware m17 R5 AMD / Alienware

Bagi yang tidak mementingkan mobilitas dan menuntut performa paling mentok, ada Alienware m17 R5 yang diklaim sebagai laptop AMD Advantage berlayar 17 inci paling perkasa saat ini. Branding AMD Advantage mengindikasikan bahwa ia mengandalkan prosesor sekaligus kartu grafis bikinan AMD, yang berarti pengguna bakal memiliki akses ke fitur-fitur eksklusif seperti AMD Smart Access Memory, AMD SmartShift Max, maupun AMD SmartAccess Graphics.

Pada konfigurasi tertingginya, m17 R5 ditenagai prosesor Ryzen 9 6980HX dan GPU Radeon RX 6850M XT 12 GB dengan TGP 175 W — dua-duanya menduduki kasta tertinggi lini prosesor dan kartu grafis laptop terbaru AMD. Seperti sebelumnya, Alienware turut menawarkan mechanical keyboard besutan Cherry MX sebagai fitur opsional untuk m17 R5.

Alienware m15 R7 / Alienware

Lanjut ke m15 R7, ini merupakan penerus langsung dari laptop yang Alienware luncurkan di Indonesia pada bulan September lalu. Pembaruannya tidak begitu banyak, dan pada dasarnya hanya melibatkan pilihan prosesor terbaru AMD dan Intel.

Perihal ketersediaan, Alienware m17 R5 akan dijual pada musim semi 2022 dengan harga mulai $1.599, demikian pula m15 R7 versi AMD dengan banderol mulai $1.499. Sementara itu, m15 R7 versi Intel akan lebih dulu meluncur ke pasaran dalam waktu dekat dengan harga mulai $2.099.

Monitor Quantum Dot OLED, headset dan mouse wireless

Alienware 34 Curved QD-OLED Gaming Monitor / Alienware

Di sektor periferal, Alienware punya kejutan dalam bentuk monitor Quantum Dot OLED (QD-OLED) pertama di dunia. Dibandingkan panel OLED tradisional, panel QD-OLED menjanjikan cakupan warna yang lebih luas, keseragaman warna yang lebih baik, dan tingkat kecerahan yang lebih tinggi. Spesifiknya, monitor ini menjanjikan cakupan warna 99,3% DCI-P3 dengan akurasi Delta E<2, serta tingkat kecerahan maksimum 1.000 nit.

Panel tersebut dikemas dalam bentuk melengkung dengan kurvatur 1800R dan bentang diagonal 34 inci. Resolusinya berada di angka 3440 x 1400 (aspect ratio 21:9), sedangkan refresh rate maksimumnya adalah 175 Hz. Alienware juga mengklaim waktu respon serendah 0,1 milidetik GtG, dan perangkat juga sudah lulus sertifikasi Nvidia G-Sync Ultimate.

Alienware Tri-Mode Wireless Gaming Headset / Alienware

Beralih ke headset-nya, perangkat ini cukup unik dibanding headset gaming nirkabel pada umumnya karena satu hal: ia dibekali active noise cancellation (ANC), fitur yang lebih mudah kita jumpai pada segmen headphone wireless dan TWS ketimbang headset gaming. Kenapa harus ada ANC? Karena produk ini sebenarnya juga siap digunakan sebagai headphone Bluetooth biasa ketika diperlukan.

Dalam sekali pengisian, baterainya diyakini cukup untuk 55 jam pemakaian. Alienware pun tidak lupa menyematkan teknologi fast charging; pengisian selama 15 menit saja sudah bisa memberikan daya yang cukup untuk penggunaan selama 6 jam.

Alienware Tri-Mode Wireless Gaming Mouse / Alienware

Terakhir, ada mouse gaming nirkabel berdesain ambidextrous yang dibekali spesifikasi kelas atas, utamanya sensor dengan sensitivitas maksimum 26.000 DPI. Seperti headset-nya, Alienware juga memakai penamaan “Tri-Mode” untuk mouse terbarunya, dan itu merujuk pada tiga mode konektivitas yang ditawarkan: wireless 2,4 GHz via bantuan dongle USB, Bluetooth, dan kabel.

Dalam sekali charge, mouse seberat 89 gram ini dipercaya mampu beroperasi hingga 140 jam nonstop. Itu kalau menggunakan sambungan wireless standar. Kalau memakai Bluetooth, daya tahan baterainya tentu bisa jauh lebih awet lagi.

Di Amerika Serikat, trio periferal baru ini akan segera dipasarkan sebelum musim semi tiba. Headset-nya dihargai $200, sedangkan mouse-nya dihargai $150. Untuk monitornya, Alienware sejauh ini masih enggan merincikan harganya.

Sumber: Alienware.

Sony Resmi Umumkan PlayStation VR2, Headset Virtual Reality Generasi Baru untuk PS5

Lama tidak terdengar kabarnya, PlayStation VR kembali menjadi topik pembicaraan setelah Sony memberikan pengumuman mengenainya di CES 2022. Belum, wujud headset PS VR generasi baru yang ditujukan untuk mendampingi PS5 itu masih belum disingkap, tapi setidaknya ia sudah punya nama resmi: PlayStation VR2.

Kedengarannya tidak kreatif sama sekali? Biarlah, sebab yang lebih penting adalah bagaimana PS VR2 bisa menyajikan pengalaman virtual reality yang lebih baik dari pendahulunya, dan cara termudah untuk mewujudkannya adalah dengan menyuguhkan visual yang lebih memanjakan mata.

Sony bilang bahwa PS VR2 bakal dilengkapi panel display OLED dengan resolusi 2000 x 2040 per mata, bidang pandang seluas 110°, refresh rate 90/120 Hz, beserta dukungan HDR. Apakah itu tidak terlalu berat untuk hardware PS5? Tidak, sebab Sony turut membekali PS VR2 dengan teknologi foveated rendering, yang berarti perangkat mampu me-render grafik secara dinamis berdasarkan arah pandangan penggunanya.

Foto produknya belum ada sama sekali, jadi cukup logo branding-nya dulu kali ini / Sony

Namun upgrade visual baru sebagian dari cerita utuhnya, sebab PS VR2 juga dilengkapi sejumlah penyempurnaan lain yang ditujukan untuk menambah sensasi immersive. Terkait aspek tracking misalnya, headset PS VR2 menawarkan inside-out tracking dengan empat buah kamera terintegrasi dan sistem pendeteksi gerakan 6-poros. Itu berarti pergerakan pengguna dapat langsung dipantau tanpa bantuan sensor/kamera eksternal.

Dari segi audio, PS VR2 bakal mengawinkan teknologi Tempest 3D AudioTech milik PS5 dengan teknologi headset feedback. Sony percaya ini dapat mengamplifikasi sensasi yang dirasakan pengguna selama bermain. Pasalnya, selain mendengar suara dari semua sisi, pengguna juga bakal merasakan getarannya, kurang lebih mirip seperti fitur unggulan yang ditawarkan headset Razer Kaira Pro.

PS VR2 juga bakal hadir membawa teknologi eye tracking. Menggunakan kamera infra-merah, perangkat mampu mendeteksi pergerakan mata pengguna secara real-time, dan ini rupanya bisa diterjemahkan menjadi input ekstra. Alhasil, interaksi di dalam game bisa terkesan lebih intuitif.

Controller PlayStation VR2 Sense / Sony

Bicara soal input, PS VR2 akan didampingi oleh controller PS VR2 Sense. Detail sekaligus wujud dari controller baru ini sebenarnya sudah diungkap sejak Maret tahun lalu. Singkat cerita, PS VR2 Sense bakal mewarisi fitur-fitur andalan controller DualSense, spesifiknya adaptive trigger dan haptic feedback.

PS VR2 Sense menyambung via Bluetooth 5.1, sementara headset PS VR2 itu sendiri hanya memerlukan satu kabel USB-C saja untuk bisa berkomunikasi langsung dengan PS5. Jauh lebih praktis daripada generasi pertamanya yang membutuhkan unit perantara, belum lagi kamera tracking eksternal.

Berhubung gambar produknya belum ada (kecuali controller-nya), Sony pun juga belum bicara apa-apa soal harga maupun jadwal rilisnya. Tebakan saya, akhir tahun ini, bertepatan dengan musim liburan, tapi tentu saja ini masih murni berupa spekulasi.

Dalam kesempatan yang sama, Sony juga sempat menyinggung mengenai seperti apa konten yang bakal PS VR2 sajikan. Salah satu judul unggulan yang sudah dipersiapkan adalah Horizon Call of the Mountain, sebuah game baru yang secara spesifik dikembangkan untuk PS VR2, dengan lore dan dunia yang sama seperti franchise Horizon.

Detail tentang game ini memang belum banyak (video teaser-nya cuma berlangsung beberapa detik saja mulai 1:16) tapi yang pasti pemain bakal menjalankan protagonis baru, dan dalam perjalanannya mereka juga akan berjumpa dengan Aloy, lakon utama Horizon Zero Dawn sekaligus sekuelnya, Horizon Forbidden West, yang akan hadir pada 18 Februari 2022 mendatang.

Horizon Call of the Mountain merupakan hasil kolaborasi Guerilla Games dengan Firesprite. Firesprite sendiri sudah cukup berpengalaman mengembangkan game VR, dan studio asal Inggris tersebut telah resmi bergabung dengan keluarga PlayStation Studios sejak September 2021 kemarin.

Sumber: PlayStation Blog.