Mengenal Lebih Dalam Esensi Teknologi Cloud Bagi Pertumbuhan Bisnis Startup

Mengacu pada perekonomian digital yang terus berkembang, dan konsumsi digital yang kian terakselerasi pasca pandemi menuntut pelaku startup wajib mengelola infrastruktur teknologinya secara cermat. Terlebih bagi startup yang tengah berada di fase ‘growth’, fleksibilitas dalam mengelola infrastruktur dalam menangani peningkatan skala secara signifikan menjadi faktor esensial dalam menjalankan bisnis.

Dengan semakin berkembangnya teknologi cloud saat ini, fleksibilitas dalam mengelola infrastruktur startup untuk menangani peningkatan skala secara signifikan dapat dengan mudah dilakukan, berkat tersedianya penyedia solusi teknologi cloud yang semakin komprehensif. Solusi teknologi cloud menjadi garda terdepan tatkala adopsi digital meningkat signifikan sejak pandemi 2020 lalu. Pun riset WEF mengatakan, cloud computing menjadi salah satu teknologi yang paling banyak diadopsi selama pandemi, yakni sebesar 95%.

Salah satu platform penyedia layanan teknologi cloud computing yang terkemuka adalah AWS Indonesia, yang dikenal tak hanya menyediakan fasilitas solusi komputasi awan (cloud computing), namun juga memberikan dukungan secara langsung kepada industri. Seperti yang telah dikenal sebelumnya, AWS merupakan platform penyedia solusi cloud ternama yang menawarkan lebih dari 200 layanan unggulan yang lengkap dari pusat data secara global.

Di Indonesia, platform AWS melayani solusi cloud bagi korporasi, maupun juga pelanggan yang datang dari kalangan startup. Berbicara mengenai startup, AWS Indonesia memiliki program bernama AWS Activate Founders. Program ini diklaim dirancang secara khusus memberikan dukungan taktis terhadap industri startup, melalui berbagai macam dukungan baik itu dukungan teknologi, sumber daya, hingga dukungan ahli.

Program AWS Activate Founders mengusung sejumlah benefit untuk menunjang pertumbuhan startup yang signifikan. Dalam laman resminya disebutkan, startup yang tergabung di program bakal langsung memperoleh sejumlah benefit seperti; kredit AWS hingga US$10 ribu, kredit AWS support senilai US$350, panduan best practice melalui akses AWS Trusted Advisor dan AWS Personal Health Dashboard, template infrastruktur ciri khas AWS, penawaran eksklusif bagi anggota, hingga konten dan dukungan sumber daya yang bermanfaat dalam Activate Console.

Penawaran menarik yang ditawarkan di atas tentu dapat dimanfaatkan oleh startup dalam kriteria tertentu. Misalnya saja startup baru terverifikasi sebagai anggota baru AWS Activate Founders, tingkat pendanaan yang beragam mulai dari bootstrap hingga seri-A, memiliki website aktif, dan juga telah didirkan selama 10 tahun terakhir.

Untuk mendalami lebih lanjut seputar solusi teknologi cloud dan penerapannya bagi industri startup, AWS Indonesia bersama dengan DailySocial.id kembali menggelar event webinar #StartupUntukNegeri dengan tema kali ini; “AWS Activate Program Untuk Startup Indonesia”. Topik webinar ini dirancang khusus untuk mengenalkan ekosistem solusi cloud computing dari AWS, dengan formula khusus yang diusung oleh program AWS Activate khusus untuk kalangan startup. Tertarik untuk mendaftar, Anda bisa kunjungi tautan berikut ini untuk mendaftar. Selamat mencoba!

Cloud server, Layanan Komputasi Data yang Wajib Diterapkan Oleh Pelaku Startup

Bergantung dengan teknologi dan internet di era sekarang adalah hal biasa, bahkan dua variabel tersebut bisa memudahkan pekerjaan apapun. Melalui kecepatan teknologi dan internet menjadi pilihan para pekerja di bidang teknologi untuk menjalankan bisnisnya dengan cepat dan efisien.

Salah satunya, dengan mengadopsi cloud server untuk menjalankan bisnis yang berbasis teknologi. Namun, saat ini cloud server tidak hanya dijalankan oleh pelaku startup saja, penggunaan cloud server sudah menjadi hal yang lumrah bagi perusahaan berskala besar, seperti industri medis dan kesehatan, hingga industri berskala kecil semacam usaha mikro kecil menengah (UMKM) atau bisnis lokal.

Adapun cloud server merupakan layanan server virtual yang bergerak dalam lingkup cloud computing. Sedangkan, cloud computing adalah teknologi untuk menyimpan dan membagikan data melalui jaringan internet. Singkatnya, cloud server menjadi sebuah layanan server yang mengandalkan jaringan internet.

Cloud server menciptakan efisiensi teknologi

Sesuai dengan definisinya, cloud server akan berfungsi untuk memproses komputasi data aplikasi, data personal, hingga website. Selain itu, dengan mengadopsi cloud server juga perusahaan dapat meminimalisir kehilangan data karena cloud server tidak bergantung dengan hardisk. Sehingga, jika ada pencurian komputer, Anda tidak perlu khawatir terkait backup data.

Pemanfaatan cloud server dalam operasional perusahaan di era sekarang juga menjadi langkah yang tepat. Pasalnya, 81% perusahaan sudah menyimpan satu-dua aplikasi mereka dalam layanan cloud server.

Dilihat dari jumlah pengguna yang sudah meningkat dan mengandalkan jaringan internet, tentunya cloud server memberikan manfaat dan kemudahan yang leluasa bagi penggunanya. Salah satunya adalah anggaran yang dikeluarkan akan lebih rendah.

Selain biayanya yang murah, mengadopsi cloud server juga tidak perlu memikirkan batas limit penyimpanan data karena Anda bisa dengan mudah melakukan upgrade penyimpanan. Hal ini menjadi poin plus bagi Anda yang memiliki bisnis yang sedang berkembang.

Hadirnya cloud server juga memberikan kemudahan bagi startup untuk mendapatkan inovasi baru. Dengan cloud server, mengakses data akan jauh lebih mudah dan cepat, bahkan Anda tidak perlu khawatir dengan tingkat keamanan karena pada cloud server minim terjadinya human error. Bahkan, cloud server juga dapat membuat kolaborasi tim yang dapat memenuhi peluang untuk mencapai target.

Tidak hanya kemudahan itu saja yang akan Anda dapatkan, Anda juga bisa memilih layanan cloud server sesuai kebutuhan perusahaan. Ada empat layanan cloud server yang dapat dipilih, yakni Public Cloud, Private Cloud, Community Cloud, dan Hybrid Cloud.

Neo Virtual Compute (NVC), cloud server yang menjadi pilihan para startup tech

Memilih menggunakan cloud server juga menjadi pilihan terbaik di tahun 2022 karena perusahaan Anda tidak perlu khawatir terkait pemeliharan server hingga pemeliharaan traffic penggunaan. Akan tetapi, untuk memilih perusahaan yang menyediakan cloud server tentu harus disesuaikan dengan kebutuhan startup Anda. Saat ini, banyak layanan cloud lokal yang tersedia, salah satunya Neo Virtual Compute (NVC) yang berada di bawah naungan Biznet Gio Cloud.

Layanan NEO Virtual Compute bisa menjadi pilihan terbaik untuk startup yang memiliki traffic tinggi ataupun e-commerce yang membutuhkan storage dengan kapasitas tinggi karena memiliki fitur multi availability zone dengan free bandwidth hingga 10 Gbps di 3 data center berbeda yang saling terhubung. Hal ini memudahkan user dalam merancang infrastruktur di region berbeda untuk mendukung keberlangsungan bisnis bila terjadi masalah teknis atau melakukan update layanan digitalnya pada salah satu region.

Cloud Server Neo Virtual Compute juga sangat bisa diandalkan untuk menjalankan aplikasi dengan workload yang tinggi namun tetap lancar karena menggunakan resources yang didedikasikan hingga 64 GB RAM, 16 Core vCPU dan 60 GB SSD Storage yang juga bisa di-scalable kapan saja sesuai kebutuhan.

Beralih ke akses pembayaran, NEO Virtual Compute dapat menggunakan metode pembayaran “pay-as-you-go” yang tentunya memudahkan Anda untuk menggunakan resource dengan tepat. Selain itu, biasanya Anda harus mengkonversi mata uang untuk melakukan pembayaran saat memesan cloud server luar negeri belum ditambah biaya lainnya yang tidak terduga, namun dengan kualitas produk yang sama Anda dimudahkan dengan melakukan pembayaran dalam mata uang rupiah. Biznet Gio juga sudah mendapatkan sertifikasi lengkap dari segi jaminan mutu layanan dengan ISO 9001, dan untuk keamanan dari perihal jaminan privasi transaksi daring dengan sertifikat PCI DSS, hingga sistem keamanan untuk cloud dengan 5 sertifikasi keamanan standar yang telah diakui dunia seperti SOC Type 2, ISO 27001, ISO 27701, ISO 27017, ISO 27018.

***

Disclosure: Artikel ini ditulis oleh Tasya Kania

Dukung Akselerasi Transformasi Digital, Alibaba Cloud Komitmen Fokus pada Pengembangkan Talenta dan Program Kemitraan Lokal di Indonesia

Perusahaan penyedia layanan komputasi awan terkemuka besutan Jack Ma, Alibaba Cloud, berkomitmen untuk lebih banyak berinvestasi dalam hal sumber daya manusia di Indonesia pada tahun 2022 ini. Rencananya, Alibaba Cloud menargetkan untuk memberikan pelatihan digital kepada lebih dari 50.000 talenta Indonesia melalui program “Pelatihan Talenta Digital.” 

Berkolaborasi dengan 11 universitas di Indonesia, Alibaba Cloud berjanji untuk melatih talenta Indonesia dengan set keahlian digital di beberapa bidang seperti komputasi awan, analisis data, dan machine learning.

Tak hanya itu, nantinya, program ini juga memberikan lebih banyak dukungan kepada startup lokal dan developer, memperluas kerja sama dengan ekosistem lokal, serta menawarkan lebih banyak solusi industri yang lebih canggih guna mendukung percepatan transformasi digital di negara ini. 

Hal ini sejalan dengan komitmen Alibaba Cloud untuk selalu memberikan dukungan kepada komunitas startup yang berkembang cepat. Faktor ini ditunjukkan juga oleh Alibaba Cloud dengan menyelenggarakan serangkaian acara, seperti StartupFest, sebuah ajang berskala besar di mana para Startup melakukan pitch untuk memperoleh cloud resource gratis senilai hingga USD 60.000, dan berkesempatan mendapatkan akses untuk mengikuti investasi global. 

Tahun ini juga Alibaba Cloud akan melanjutkan acara host Re-cloud Challenges di komunitas developer, menawarkan alat pengembangan low-code beserta kupon dan dana tunai guna membantu para developer menciptakan solusi bersama di platform Alibaba Cloud. 

Sebagai tulang punggung teknologi digital dan inteligensi Alibaba Group, Alibaba Cloud terus melakukan perluasan kerja sama ekosistemnya melalui berbagai perusahaan teknologi dan jaringan (channel). 

Alibaba Cloud beragenda meningkatkan program kerja sama ini dengan memasukan 200 mitra dari berbagai sektor, mulai dari ritel, keuangan, logistik, hingga gaming pada akhir tahun 2022, menyediakan solusi industrial yang dapat disesuaikan serta konsultasi mengenai transformasi digital untuk para pelaku bisnis guna melayani berbagai permintaan perpindahan ke digital.

Senada dengan ini, General Manager Alibaba Cloud Indonesia, Leon Chen mengatakan, ”Dengan adanya tiga data center dan satu pusat scrubbing di Indonesia, kami telah tumbuh dengan kuat dan telah memperluas basis pelanggan kami di 10 sektor pada tahun lalu. Kedepannya, kami bertekad untuk menyediakan lebih banyak sumber daya manusia lokal melalui inisiatif yang kami jalankan, seperti memberikan pelatihan talenta digital, memberikan dukungan kepada komunitas startup dan developer, memberikan solusi bersama dengan para mitra, dan memperkenalkan teknologi terdepan kepada pasar Indonesia,” terangnya dalam siaran pers yang DailySocial.id terima.

Perusahaan yang didirikan sejak tahun 2009 ini telah menjelma menjadi mitra terpercaya startup lokal untuk menjalankan bisnis digital dan menangkap berbagai kesempatan untuk pertumbuhan bisnis. Seperti dua anggota Unicorn baru yang muncul tahun lalu, Xendit dan Kopi Kenangan, yang mempercayakan Alibaba Cloud untuk membangun infrastruktur operasional digitalnya.

Sebagai perusahaan teknologi keuangan, Xendit mengandalkan jasa Alibaba Cloud untuk sistem komputasi, kontainer, database, serta Key Management Service (KMS) guna mengenkripsi dan melindungi aset data yang sensitif.

Theo Mitsutama, Senior Engineering Manager Xendit mengatakan, “Seiring dengan pesatnya peningkatan pengguna yang dialami Xendit setiap tahunnya, kami mencari mitra cloud yang dapat dipercaya untuk memberikan solusi komprehensif yang berisi inovasi berkelanjutan, kelincahan, dan keandalan. Kami merasa sangat terhormat dapat bermitra dengan Alibaba Cloud.”

Tak mau ketinggalan juga, startup lain seperti Speedwork dan Teman Bumil turut serta bekerja sama dengan Alibaba Cloud untuk membantu mempermudah menghidupkan inovasi dan kreasi digital.

Speedwork selaku penyedia solusi perawatan mobil, dapat mengembangkan bisnisnya dengan cepat di seluruh negeri dengan pengalaman omnichannel O2O yang mulus. Speedwork memanfaatkan infrastruktur Alibaba Cloud seperti jaringan dan database untuk membangun fondasi teknologi yang kuat untuk bisnis perdagangan digitalnya yang berkembang pesat.

“Dengan memanfaatkan infrastruktur teknologi Alibaba Cloud yang tangguh dan aman, kami dapat memanfaatkan kekuatan komputasi awan untuk mendorong pertumbuhan bisnis kami yang kuat dan memberikan layanan tanpa batas kepada pelanggan kami. Kami berharap dapat bekerja sama dengan Alibaba Cloud di masa depan untuk lebih banyak inovasi dan kreasi digital, ” kata Foeryanto Jawoto, CEO Speedwork.

Sama dengan para perusahaan di atas, Teman Bumil sebagai aplikasi parenting yang menyediakan informasi dan layanan edukatif untuk membantu jutaan ibu milenial juga bekerja sama dengan Alibaba Cloud untuk penyediaan layanan cloud yang meliputi containerization, security, dan storage.

“Aplikasi Teman Bumil berusaha untuk mendukung para ibu, selama masa kehamilan dan masa mengasuh anak, melalui kerjasama dengan para mitra yang memiliki pikiran yang sama. Kami senang telah mencapai kesuksesan bersama dengan Alibaba Cloud, dan kami berharap bisa memberikan manfaat yang lebih besar kepada para ibu dengan menggunakan infrastruktur cloud yang revolusioner dari Alibaba Cloud,” kata Evi Kristianti – Head of Patient Pillar PT GUE (Global Urban Esensial)

Princeton Digital Group to Pour 2.1 Trillion Rupiah for Data Center Expansion in Indonesia

Technology company Princeton Digital Group (PDG) is preparing an investment of $150 million or 2.1 trillion rupiah to strengthen the data center business in Indonesia. According to the plan, PDG will build a new data center (greenfield) named Jakarta Cibitung 2 (JC2) with a capacity of 22 megawatts (MW) on an area of ​​19,550 m2 in the same location.

PDG is a data center provider company in Asia based in Singapore. Currently, PDG has 19 data centers spread across five countries, including China, Japan, Singapore, India, and Indonesia within four years of its establishment. PDG is also building a flagship data center campus with a capacity of 100MW in Japan.

PDG’s Chairman and CEO, Rangu Salgame said the company intends to strengthen its position as a data center leader in Asia Pacific. It is due to Asia Pacific as the region with the largest data center in the world. In order to achieve this target, the company has relied on three strategies over the past four years, acquisitions, takeovers and upgrades, and the construction of new data centers.

“We continue to build a massive data center portfolio spread across key Asian markets. PDG has become an option for those who need hyperscale data storage in various countries. The PDG growth in Indonesia proven that this business is rapidly growing in our business partners’ important markets,” Salgame said.

PDG Indonesia’s Managing Director, Stephanus Tumbelaka added, this expansion is an effort to accommodate the growing data center needs, especially in the consumer, business and government sectors in the Greater Jakarta area. He also sees that this increasing need is also triggered by the growth of startups in Indonesia, which is among the fastest in Southeast Asia.

With the additional data center capacity, he expects to serve the needs of cloud, internet, and other sector companies that require large data center capacity with good flexibility and reliability.

“We see Jakarta as an attractive market, also Cibitung as the leading cloud cluster in the region. With the rapid digitization by the government and the private sector, the current market situation is important for PDG’s strategy,” Stephanus said.

PDG in Indonesia is located in five areas, including Greater Jakarta (Cibitung and Bintaro), Surabaya, Bandung, and Pekanbaru.

The growing collocation in Jakarta

Based on the Structure Research report, the market value of data center collocations in Jakarta reaches $215.6 million in 2020. With this market value, the CAGR rate of data center collocations in Jakarta is projected to reach 23.7% in 2025. Taking into account the data centers built in 2020, the market This collocation in the Indonesian capital is estimated to have a capacity of 72MW.

This projection sets Jakarta as a market with the need for a large-scale data center (hyperscale) in a short time. It is because Jakarta is the center of national economic activity, the basis of the central government, and large business enterprises.

Based on the report, collocation is considered to be the right option for developing countries, such as Indonesia, aiming for efficiency in managing their business. Meanwhile, East and Central Jakarta are noted to have the most established data center clusters compared to other areas.

With the uneven distribution of internet infrastructure in Indonesia, Structure Research says that all online activities will rely heavily on large-scale cloud services, and the infrastructure must also be connected to data center facilities.

Nilai pasar kolokasi data center di Jakarta (dalam jutaan dolar AS) / Structure Research

This report reveals that large-scale cloud infrastructure and collocation services in Jakarta are still in their early stages. This condition eventually prompted a number of foreign players, such as Alibaba Cloud and Google Cloud, to enter this segment.

Alibaba Cloud was listed as the first hyperscale platform to arrive in Jakarta market in 2018, while Google Cloud brought their first regional cloud service to Jakarta in 2020.

“In the 2020-2021 period, we will see a large-scale aggressive expansion of Alibaba and Google in expanding their cloud infrastructure in Indonesia,” as stated in the report.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Princeton Digital Group Siapkan 2,1 Triliun Rupiah Ekspansi Data Center ke Indonesia

Perusahaan teknologi Princeton Digital Group (PDG) menyiapkan investasi sebesar $150 juta atau sebesar 2,1 triliun rupiah untuk memperkuat bisnis data center di Indonesia. Rencananya, PDG akan membangun data center baru (greenfield) bernama Jakarta Cibitung 2 (JC2) dengan kapasitas sebesar 22 megawatt (MW) pada lahan seluas 19.550 mdi lokasi yang sama.

PDG merupakan perusahaan penyedia data center di Asia yang berbasis di Singapura. Saat ini, PDG memiliki 19 data center yang tersebar di lima negara, yakni Tiongkok, Jepang, Singapura, India, dan Indonesia dalam kurun waktu empat tahun sejak pertama kali berdiri. PDG juga membangun kampus pusat data unggulan berkapasitas 100MW di Jepang.

Chairman dan CEO PDG Rangu Salgame mengatakan, perusahaan ingin memperkuat posisinya sebagai pemimpin data center di Asia Pasifik. Pasalnya, saat ini Asia Pasifik menjadi kawasan dengan pusat data terbesar di dunia. Untuk mencapai target ini, perusahaan mengandalkan tiga strategi sejak empat tahun terakhir ini, yakni akuisisi, pengambilalihan dan peningkatan, dan pembangunan pusat data baru.

“Kami terus membangun portofolio data center yang masif dan tersebar di seluruh pasar utama Asia. PDG telah menjadi mitra pilihan bagi mereka yang membutuhkan penyimpanan data berskala besar (hyperscale) di berbagai negara. Pertumbuhan PDG di Indonesia menjadi bukti bisnis ini berkembang pesat di pasar penting mitra bisnis kami,” ujar Salgame.

Managing Director PDG Indonesia Stephanus Tumbelaka menambahkan, ekspansi ini merupakan upaya untuk mengakomodasi kebutuhan data center yang terus meningkat, terutama di sektor consumer, bisnis, dan pemerintah di kawasan Jabodetabek. Ia juga melihat meningkatnya kebutuhan ini turut dipicu oleh pertumbuhan startup di Indonesia, yang mana termasuk paling cepat di Asia Tenggara.

Dengan penambahan kapasitas data center, pihaknya berharap dapat melayani kebutuhan perusahaan penyedia cloud, internet, dan sektor lain yang membutuhkan kapasitas data center yang besar dengan fleksibilitas dan keandalan yang baik.

“Kami melihat Jakarta sebagai pasar yang menarik, ditambah Cibitung sebagai cluster cloud unggulan di kawasan ini. Dengan pesatnya digitalisasi oleh pemerintah maupun swasta, situasi pasar saat ini menjadi penting bagi strategi PDG,” ungkap Stephanus.

PDG di Indonesia tersebar di lima area, antara lain Jabodetabek (Cibitung dan Bintaro), Surabaya, Bandung, dan Pekanbaru

Peningkatan kolokasi di Jakarta

Berdasarkan laporan Structure Research, nilai pasar kolokasi data center di Jakarta mencapai $215,6 juta di 2020. Dengan nilai pasar ini, tingkat CAGR kolokasi data center di Jakarta diproyeksikan mencapai 23,7% di 2025. Memperhitungkan data center yang dibangun di 2020, pasar kolokasi di ibukota Indonesia ini diestimasi memiliki kapasitas sebesar 72MW.

Proyeksi ini turut menjadikan Jakarta sebagai pasar dengan kebutuhan data center berskala besar (hyperscale) dalam waktu cepat. Hal ini karena Jakarta merupakan pusat kegiatan ekonomi nasional, basis pemerintah pusat, dan bisnis enterprise besar.

Menurut laporan ini, kolokasi dinilai menjadi opsi tepat bagi negara-negara berkembang, seperti Indonesia, yang menginginkan efisiensi dalam mengelola bisnis. Adapun, Jakarta Timur dan Pusat tercatat memiliki kluster data center paling mapan dibandingkan area lainnya.

Dengan kondisi infrastruktur internet yang belum merata di Indonesia, Structure Research menyebut seluruh aktivitas online akan sangat mengandalkan layanan cloud berskala besar, dan infrastrukturnya juga harus terhubung dengan fasilitas data center.

Nilai pasar kolokasi data center di Jakarta (dalam jutaan dolar AS) / Structure Research
Nilai pasar kolokasi data center di Jakarta (dalam jutaan dolar AS) / Structure Research

Laporan ini mengungkap bahwa infrastruktur cloud berskala besar dan layanan kolokasi di Jakarta masih terbilang di tahap awal. Kondisi ini akhirnya mendorong sejumlah pemain asing, seperti Alibaba Cloud dan Google Cloud, untuk masuk ke segmen ini.

Alibaba Cloud tercatat sebagai hyperscale platform pertama yang masuk ke pasar Jakarta di 2018, sedangkan Google Cloud membawa layanan cloud regional mereka pertama kali ke Jakarta di 2020.

“Pada periode 2020-2021, kita akan melihat ekspansi agresif berskala besar dari Alibaba dan Google dalam memperluas infrastruktur cloud mereka di Indonesia,” ungkap laporan tersebut.

Keuntungan Integrator Sistem Dari Teknologi IIoT

Teknologi pabrik cerdas terbaru, seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI) dan citra mesin (machine vision), masih belum banyak digunakan oleh pelaku manufaktur di Indonesia. Namun, kondisi pandemi membuat sistem pengoperasian jarak jauh dan pemantauan otomatis menjadi hal yang vital, sehingga permintaan untuk kapabilitas IIoT mulai berdatangan.

Akan tetapi, penerapan teknologinya tidak dapat dibilang mudah. Teknologi ini bukanlah teknologi praktis yang bisa langsung diterapkan seketika, dan para teknisi operasi industri kerap kali tidak memiliki keterampilan yang memadai untuk menerapkan teknologinya. Sebagai gantinya, pabrik mengandalkan para integrator sistem (systems integrator atau SI) yang tahu cara memasang berbagai perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), serta membangun jaringan yang diperlukan untuk menjalankan operasi pabrik.

Hal ini membuka peluang penghasilan baru yang signifikan bagi para SI yang mampu menghadirkan solusi pabrik cerdas secara menyeluruh, serta tidak membutuhkan biaya besar untuk perusahaan yang memerlukannya. Namun untuk mewujudkan hal tersebut, SI perlu memiliki keterampilan khusus. Di sinilah para agregator solusi mulai berperan.

Kursus Singkat tentang IIoT dan Teknologi AI

Synnex Metrodata Indonesia (SMI), yang merupakan agregator solusi IoT, menawarkan solusi menyeluruh dan program latihan untuk menerapkannya yang dapat membantu kesiapan para SI dengan cepat. Erdi Chin, Direktur IoT dan Solusi Produk di SMI mengungkapkan bahwa terdapat dua jenis SI di Indonesia yang memerlukan pengalaman dan keahlian dari SMI, yaitu pakar teknologi operasi (operational technology atau OT) dan penyedia layanan IT.

Akan tetapi, umumnya SI yang menerapkan sistem OT tidak terlalu mengenal integrasi IT untuk mewujudkan transformasi digital yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan mereka. Selain itu, SI yang khusus menangani IT mungkin tidak memiliki pemahaman yang memadai perihal sisi manufaktur dan operasi bisnis.

“Untuk menghadirkan solusi yang benar-benar menyeluruh, keterampilan OT dan IT perlu digabung menjadi satu,” ujar Chin. SMI dapat membantu meningkatkan keterampilan IT dari SI OT, sehingga memungkinkan mereka untuk menerapkan solusi pabrik cerdas yang terbaru. SMI juga dapat memperkenalkan OT kepada SI yang fokus pada IT.

Latihan SMI disampaikan melalui workshop yang menjelaskan tentang cara menggunakan teknologi seperti Intel® OpenVINO™ Toolkit for AI dan aplikasi machine vision. Dalam kursus ini, SI akan memperoleh keterampilan untuk mengembangkan dan menyesuaikan solusi untuk kebutuhan setiap pelanggannya, atau bahkan membuat produknya sendiri.

Dukungan Lokal untuk Proyek IoT

Selain meningkatkan keterampilannya, SI yang bekerja bersama agregator akan memperoleh akses ke logistik, layanan, dan dukungan. “Bahkan untuk solusi yang bersifat siap pakai, Anda tetap memerlukan teknisi untuk menyiapkan dan mengatur penerapan untuk kebutuhan proof-of-concept (POC atau uji coba yang terarah),” tutur Chin. “Perusahaan manufaktur tidak serta-merta memercayai apa yang mereka lihat di video. Mereka ingin melihat bagaimana cara produknya beroperasi di lingkungan mereka sendiri.”

Hal tersebut menjadi alasan SMI untuk melibatkan mitra yang tepat dalam memenuhi setiap kebutuhan POC dan penerapan. Apabila SI tidak memiliki teknisi, SMI akan menyediakan tenaga teknisinya.

Chin juga turut menekankan pentingnya peran dukungan lokal. “Tanpa adanya logistik dan personel lokal, pelanggan akan menunggu respons hingga dua atau tiga hari lamanya,” ujarnya. Dalam era digital saat ini, perusahaan manufaktur tidak punya waktu untuk menunggu lama.

Alat IoT Terbaik

Kunci lain untuk meraih keberhasilan IIoT adalah penerapan yang berlangsung bebas hambatan. SMI menawarkan solusi edge-to-cloud (terdesentralisasi) seperti ADLINK Vizi-AI, sebuah kit pengembangan awal machine vision untuk skala industri. Solusi ini memiliki antarmuka pengguna yang intuitif dan dilengkapi dengan rangkaian model AI OpenVINO umum siap pakai, sehingga SI tidak perlu memulai dari awal ketika hendak menerapkan dan menyempurnakan penerapan computer vision. “Kompleksitas penerapan teknologi akan berkurang jika menggunakan solusi ini,” ujar Chin.

Vizi-AI adalah kit awal yang cocok untuk diterapkan di AI edge skala industri, memadukan semua perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan oleh SI. Kit ini memungkinkan lalu lintas data yang lancar dan aman, serta dapat langsung dihubungkan ke perangkat pengambil gambar dengan cepat.

Alih-alih membuat SI mencari berbagai macam komponen perangkat keras terpisah, Vizi-AI menyertakan semua yang diperlukan. SI hanya perlu mengembangkan dan menyesuaikan perangkat lunaknya, dan perusahaan manufaktur dapat mulai mengumpulkan data latihan serta membuat model AI yang dapat diskalakan.

Perangkat lunak ADLINK Edge juga memungkinkan pengelolaan dari jarak jauh, sehingga SMI dapat menghubungkan pelaku industri manufaktur ke beragam layanan cloud dengan tim dukungan khusus.

Praktik IoT Skala Industri

Sebagai contoh, SMI bekerja dengan mitra SI untuk mengembangkan machine vision dan kontrol kualitas otomatis berbasis AI untuk pelanggan di industri agrikultur. Alih-alih menunggu hingga akhir produksi untuk melakukan inspeksi manual, pelanggan dapat menyingkirkan produk berkualitas buruk sebelum masuk ke lini produksi, memangkas biaya operasi, dan meningkatkan efisiensi.

Dengan agregator solusi seperti SMI, SI dapat menghadirkan teknologi canggih untuk perusahaan manufaktur dan memiliki keterampilan untuk menerapkan solusi pabrik cerdas. Dalam prosesnya, mereka mengubah cara berbisnisnya sama seperti pelanggan mereka.

Microsoft Umumkan Layanan Streaming OS Windows 365 untuk Kalangan Bisnis

Microsoft baru saja mengumumkan Windows 365, layanan baru yang memungkinkan kalangan bisnis untuk mengakses PC berbasis Windows 10, atau kalau sudah tersedia nantinya, Windows 11, dari perangkat apapun yang dilengkapi browser modern.

Secara mendasar, layanan ini tak ubahnya sebuah layanan cloud gaming, namun yang di-stream adalah satu sistem operasi penuh ketimbang cuma suatu video game. Microsoft menyebutnya dengan istilah Cloud PC, dan tiap-tiap Cloud PC ini bakal memberikan pengalaman yang sama meski diakses lewat perangkat yang berbeda-beda.

Menariknya, sebelum ini Microsoft sebenarnya sudah punya layanan serupa bernama Azure Virtual Desktop. Yang berbeda dari Windows 365 adalah terkait kemudahan penggunaan sekaligus manajemennya. Microsoft pada dasarnya menargetkan Windows 365 untuk perusahaan atau organisasi yang selama ini enggan menjajal Azure Virtual Desktop maupun layanan virtualisasi lain karena alasan-alasan seputar biaya maupun kompleksitas.

Windows 365 akan tersedia mulai tanggal 2 Agustus 2021 dengan skema berlangganan, namun Microsoft sejauh ini belum mengungkapkan rincian tarifnya. Usai berlangganan, pemilik bisnis bisa langsung menciptakan Cloud PC dengan mudah untuk setiap karyawan, dengan spesifikasi yang disesuaikan terhadap kebutuhan masing-masing.

Berhubung semuanya mengandalkan infrastruktur cloud, ini sangat ideal untuk perusahaan yang tengah merekrut pekerja remote. Ketimbang mengirimkan unit fisik laptop buat mereka bekerja, tentunya bakal jauh lebih mudah mengirimkan Cloud PC kepada masing-masing pekerja remote.

Skenario serupa juga sangat cocok untuk perusahaan yang merekrut karyawan dengan sistem kontrak berdurasi pendek. Pemilik bisnis pun juga tidak perlu khawatir soal keamanan, sebab semua informasi dan data yang diolah oleh tiap-tiap Cloud PC akan selalu disimpan di cloud ketimbang di perangkat. Pada akhirnya, pekerjaan admin IT suatu perusahaan bakal dimudahkan dengan adanya Windows 365.

Apa yang Windows 365 hadirkan (virtualisasi dan remote access) sebenarnya sudah eksis sejak lama, hanya saja kini Microsoft mengemasnya secara lebih intuitif, dan timing peluncurannya pun dipaskan dengan tren hybrid working yang sedang mencuat akibat pandemi.

Sumber: Microsoft.