Sphero Indi Ajarkan Dasar-Dasar Coding ke Anak-Anak Tanpa Melibatkan Screen Time

Anak-anak zaman sekarang tidak kekurangan permainan edukatif untuk melatih dasar-dasar robotik dan pemrograman. Masalahnya adalah, sering kali permainan-permainan tersebut masih mengharuskan anak-anak untuk menatap layar, dan di luar sana ada banyak orang tua yang berusaha sekeras mungkin untuk mengurangi screen time masing-masing anaknya.

Alternatifnya, mereka bisa melirik robot bernama Sphero Indi berikut ini. Sphero bukanlah nama yang asing di bidang robotik maupun permainan STEAM, dan mereka merancang Indi untuk melatih kemampuan problem solving anak-anak tanpa harus menambah waktu mereka menatap layar smartphone atau tablet.

Begitu dikeluarkan dari boksnya, Indi bisa langsung dipakai untuk bermain dan belajar. Robot berbentuk mobil ini dapat diprogram untuk bergerak menggunakan 20 kartu berwarna yang termasuk dalam paket penjualannya. Masing-masing warna yang dilewati akan diterjemahkan secara berbeda oleh Indi; misalnya warna biru berarti ia harus belok ke kanan 90°, sedangkan warna oranye berarti saatnya untuk belok ke kiri 45°. Kartu-kartunya sendiri terbuat dari bahan silikon yang tahan lama.

Indi menjanjikan sesi bermain secara fisik yang sangat interaktif, bahkan sejak awal anak-anak mempelajari bagaimana Indi bereaksi terhadap masing-masing warna. Meski begitu, Indi juga tetap bisa mengakomodasi anak-anak berusia lebih tua yang mungkin memerlukan tantangan ekstra, asalkan orang tuanya tidak keberatan dengan sedikit porsi screen time.

Menggunakan aplikasi pendamping bernama Sphero Edu Jr, mereka dapat memprogram Indi lebih jauh lagi, mulai dari mengirimkan instruksi secara langsung, atau dengan cara memprogram ulang reaksi Indi terhadap masing-masing kartu berwarna tadi. Andai semuanya sudah terasa membosankan, Indi pun dapat diperlakukan layaknya mobil R/C dengan kontrol yang intuitif menggunakan aplikasi yang sama.

Indi menggunakan baterai rechargeable, dan ia dapat diisi ulang menggunakan kabel USB. Sayang sekali Sphero tidak merincikan seberapa lama baterainya bisa bertahan dalam sekali pengisian.

Rencananya, Sphero Indi akan dijual dengan harga $125. Pemasarannya dijadwalkan berlangsung di bulan September, akan tetapi Sphero sudah menerima pre-order mulai sekarang.

Sumber: Gizmodo dan Sphero.

Dapur Mainan untuk Anak Jadi Lebih Interaktif Berkat Keterlibatan Alexa

Amazon Echo dan Alexa, kombinasi smart speaker dan voice assistant ini tentu punya banyak sekali kegunaan. Namun siapa yang menyangka Alexa juga berguna di bidang permainan, semisal untuk membuat sebuah board game jadi lebih interaktif?

Bukan cuma sebagai teman main orang dewasa, Alexa rupanya juga bisa mendampingi anak-anak, seperti dibuktikan oleh produk terbaru dari produsen mainan anak KidKraft berikut ini. Dinamai Alexa 2-in-1 Kitchen and Market, sepintas ia tak kelihatan berbeda dari dapur mainan pada umumnya.

Juga tampak biasa adalah 100 bahan makanan mainan yang termasuk dalam paket penjualannya. Namun ternyata masing-masing mainan kecil ini telah dilengkapi chip RFID (radio-frequency identification) supaya bisa terdeteksi oleh sensor yang tertanam di balik meja kasir atau kompor mainannya.

Lalu apa peran Alexa? Well, informasi yang terdeteksi itu tadi akan diteruskan ke smart speaker via Bluetooth, dan dari situ Alexa bisa merespon. Jadi semisal anak-anak mengambil sepotong selada dan menempatkannya di meja kasir, Alexa bakal merespon: “Selada! Apakah kita akan membuat salad?”

Lalu jika anak-anak mengiyakan, Alexa bakal lanjut merespon: “Yay! Aku suka salad. Tambahkan alpukat juga ya.” Skenario lainnya, semisal anak-anak menempatkan wajan di atas kompor, Alexa akan bilang, “Sambil menunggu airnya mendidih, bisakah kamu mengambil sayur-sayuran dari kulkas?”

KidKraft Alexa 2-in-1 Kitchen and Market

Menurut KidKraft, total ada lebih dari 700 respon yang berbeda yang bisa dilontarkan Alexa. Selama berinteraksi, anak-anak tidak harus terus mengucapkan “Alexa” berkali-kali, sebab KidKraft telah merancang programnya (Alexa skill-nya) supaya Alexa hanya akan berbicara ketika anak-anak berinteraksi dengan mainannya sekaligus menyesuaikan konteksnya.

Singkat cerita, anak-anak masih akan berpura-pura berbelanja dan memasak seperti biasanya menggunakan produk ini, hanya saja sesi bermain mereka jadi lebih interaktif berkat keterlibatan Alexa. Tanpa speaker Echo dan Alexa, produk ini tentu tetap bisa dimainkan seperti mainan tradisional.

Di Amerika Serikat, KidKraft Alexa 2-in-1 Kitchen and Market kabarnya bakal dipasarkan seharga $300, tidak termasuk smart speaker Echo-nya. Salah satu skenario penggunaan Alexa yang paling populer selama ini adalah ketika memasak, dan ternyata sekarang juga ketika anak-anak yang ‘memasak’.

Sumber: CNET.

Sphero Berhenti Produksi Robot BB-8, Lightning McQueen dan Spider-Man

Meski fokus utamanya adalah di bidang pendidikan, nama Sphero mungkin lebih dikenal sebagai produsen miniatur robot BB-8 dari Star Wars yang ‘bernyawa’. Sayangnya, mainan yang mendongkrak reputasinya itu justru bakal segera dipensiunkan.

Kepada The Verge, Paul Berberian selaku CEO Sphero mengonfirmasi bahwa mereka sudah tidak lagi memproduksi BB-8 dan hanya tinggal menunggu stoknya habis. Bukan cuma BB-8, produk lain yang merupakan hasil kolaborasinya dengan Disney macam Sphero Lightning McQueen dan Sphero Spider-Man juga akan ikut dipensiunkan.

Sphero Lightning McQueen

Ada tiga alasan di balik keputusan berat yang diambil Sphero. Yang pertama, kemitraannya dengan Disney memang cuma untuk jangka waktu tiga tahun saja. Kedua, modal yang dibutuhkan untuk memproduksi mainan berlisensi ini kelewat besar jika dibandingkan dengan laba yang didapat, sebab Disney juga selalu mengambil sebagian dari hasil penjualannya.

Yang dimaksud modal sebenarnya bukan terbatas pada biaya lisensi saja. Sphero Lightning McQueen misalnya, membutuhkan biaya pengembangan yang besar sebab Sphero juga harus membayar pengisi suara karakter aslinya. Tidak hanya itu, tim Sphero juga harus bekerja sama dengan tim Pixar guna meracik ekspresi wajah sekaligus pergerakan tubuh yang tepat buat robot tersebut.

Sphero Spider-Man

Alasan yang ketiga, mainan-mainan semacam ini sangat bergantung terhadap hype. Penjualannya terbukti laris ketika film yang bersangkutan dirilis, namun seiring waktu minat konsumen pun terus menurun. Sebagai contoh, meski Sphero BB-8 laku hingga jutaan unit, data yang diberikan Sphero menunjukkan bahwa pembelinya hanya menggunakannya sebentar saja.

Menurut Paul, hampir semua penggemar Star Wars sudah membeli Sphero BB-8, jadi bisa dibilang konsumen mereka sudah habis, setidaknya sampai ada film Star Wars baru yang dirilis. Ini berbanding terbalik dengan robot edukatif bikinan Sphero, yang menurut Paul justru bertambah populer dari tahun ke tahun.

Sumber: The Verge.

Robot Anki Vector Bakal Kedatangan Kepribadian Baru dalam Wujud Integrasi Alexa

Salah satu kelebihan utama robot Anki Vector dibandingkan pendahulunya adalah kemampuannya untuk memahami perintah suara yang diberikan orang-orang di sekitarnya. Hal tersebut jelas membuatnya sangat ideal untuk berperan sebagai asisten, dan pengembangnya sadar betul akan itu.

Sebulan pasca pemasaran Vector, Anki merilis teaser yang mempertontonkan integrasi Amazon Alexa pada robot mungil tersebut. Alexa pada robot seharga $250 itu ibarat kepribadian keduanya. Saat pengguna memanggil “Alexa”, seketika itu juga Vector akan berhenti melakukan apapun yang sedang ia kerjakan, lalu ganti Alexa yang mendengarkan ucapan sang pengguna.

Video di bawah menunjukkan bagaimana pengguna dapat mengontrol beragam perangkat smart home melalui Vector yang menjadi ‘rumah’ baru buat Alexa. Anki mengaku bahwa integrasi Alexa ini merupakan salah satu fitur yang paling banyak diminta oleh konsumennya, dan Anki sudah siap mewujudkannya sebelum musim liburan tiba tidak lama lagi.

Dalam kesempatan yang sama, Anki juga merilis update yang membawa sejumlah penyempurnaan untuk Vector. Yang paling utama adalah tambahan ratusan animasi dan reaksi yang bisa diterapkan oleh Vector, termasuk ketika merespon frasa-frasa seperti “good robot”, “good morning”, “I love you”, dan “be quiet”.

Terakhir, performa Vector turut dibenahi lewat update ini, spesifiknya kemampuannya untuk mendeteksi ujung meja, sehingga ia bisa langsung mundur dan tidak terjatuh dari atas meja. Dibandingkan sebelumnya, Vector kini dapat bereaksi dengan lebih sigap berkat algoritma pemetaan ruang yang lebih baik.

Sumber: VentureBeat.

Robot Sphero Bolt Dirancang untuk Memberikan Pengalaman Belajar dan Bermain yang Amat Bervariasi

Produsen robot mainan Sphero kembali membuktikan bahwa fokus utama mereka adalah menciptakan produk yang mendidik, bukan sebatas untuk keren-kerenan saja seperti miniatur BB–8 maupun Spider-Man. Usai meluncurkan Sphero Mini tahun lalu, tahun ini mereka memperkenalkan Sphero Bolt yang bahkan mengemas filosofi STEM (science, technology, engineering, math) yang lebih mendalam lagi.

Bolt masih berwujud bola, sama seperti Sphero orisinil. Perbedaan yang langsung kelihatan adalah sebuah LED matrix dengan layout 8 x 8 yang dapat diprogram untuk beragam kebutuhan, mulai dari sesederhana menampilkan emoticon senyum, sampai menampilkan data secara real-time.

Sphero Bolt

Komponen baru lain yang diusung Bolt adalah empat buah sensor infra-merah, yang memungkinkannya untuk berinteraksi dengan unit Bolt lain. Sphero bilang bahwa hingga lima unit Bolt sekaligus dapat berbicara satu sama lain dalam radius lima meter, dan ini merupakan pertama kalinya ada robot Sphero yang dapat saling berkomunikasi.

Sensor ambient light turut disematkan agar Bolt bisa diprogram berdasarkan kondisi pencahayaan di sekitarnya. Semua tahap coding ini berlangsung melalui aplikasi Sphero Edu yang memadukan bahasa pemrograman JavaScript dengan Scratch Blocks yang lebih visual.

Sphero Bolt

Ekosistem Apple turut didukung melalui kompatibilitas dengan Swift Playgrounds, dan kalau memang sudah bosan coding, Bolt tetap bisa dipakai untuk sekadar bersenang-senang dengan bantuan aplikasi Sphero Play. Juga telah disempurnakan adalah baterainya, yang kini bisa tahan sampai sekitar dua jam pemakaian.

Saat ini Sphero Bolt sudah dipasarkan dengan harga $150. Ia memang tidak seekonomis Sphero Mini (yang memang dirancang untuk menjangkau lebih banyak kalangan konsumen), akan tetapi kapabilitasnya memang jauh lebih banyak berkat kehadiran sederet sensor barunya.

Sumber: TechCrunch dan The Verge.

Anki Vector Adalah Robot Mungil yang Mandiri dan Penuh Kepribadian

Melihat perkembangan pesat teknologi robotik dan artificial intelligence (AI) dalam beberapa tahun terakhir, tidak sedikit yang membayangkan skenario masa depan di mana robot berhasil memperbudak manusia. Bahkan sosok jenius macam Elon Musk dan almarhum Stephen Hawking pun percaya kemungkinan seperti ini bisa terjadi.

Lain halnya dengan perusahaan robotik dan AI bernama Anki. Mereka ingin membuktikan hal sebaliknya, bahwa robot juga bisa berteman dengan manusia. Dua tahun lalu, mereka pun memperkenalkan Cozmo, robot mungil yang punya kepribadian dan dirancang untuk menjadi penggembira keseharian manusia.

Anki Vector

Anki masih sangat percaya dengan visinya itu. Mereka bahkan ingin membuktikannya lebih jauh lagi. Dari situ lahirlah Anki Vector, saudara sekaligus suksesor Cozmo yang jauh lebih cerdas. Wujudnya memang mirip, begitu juga fungsi-fungsi mendasarnya, akan tetapi Anki telah menerapkan sederet pembaruan yang punya dampak sangat signifikan.

Yang paling utama, kalau Cozmo memerlukan koneksi konstan ke smartphone untuk melancarkan semua aksinya, Vector tidak demikian. Sambungan dengan smartphone hanya diperlukan pada setup awalnya. Setelahnya, Vector bisa ‘hidup’ sendiri tanpa bantuan smartphone.

Anki Vector

Rahasianya terletak pada penggunaan prosesor Qualcomm APQ8009, yang pada dasarnya mirip seperti prosesor smartphone, hanya saja dirancang secara spesifik untuk perangkat IoT (Internet of Things) dengan mempertimbangkan faktor-faktor krusial seperti dimensi, efisiensi energi, dan lain sebagainya. Sebagai robot mungil yang mandiri, Vector merupakan kandidat kuat untuk prosesor ini.

Berkat prosesor tersebut, Vector bisa menerapkan kapabilitas berbasis AI maupun kebutuhan komputasi lainnya secara lokal. Ia memang masih perlu terhubung dengan jaringan cloud (via Wi-Fi), akan tetapi ini hanya untuk menerima firmware dan software update, serta untuk mengolah perintah suara dengan teknik natural language processing.

Anki Vector

Perintah suara? Ya, Vector bisa mendengar. Tidak seperti Cozmo, Vector telah dibekali empat buah mikrofon berteknologi beam-forming. Cukup panggil dia dengan frasa “Hey Vector”, maka Vector langsung siap menerima instruksi maupun mendengar pertanyaan dari orang-orang di sekitarnya.

Kamera HD dengan sudut pandang 120º masih ada dan masih berperan sebagai indera penglihatan di sini. Wajahnya juga diisi oleh panel layar IPS berwarna untuk mengekspresikan beragam perasaannya. Ia bahkan bisa bereaksi terhadap sentuhan manusia berkat panel kapasitif yang tertanam di bagian punggungnya.

Anki Vector

Anki mengklaim bahwa secara total ada nyaris 700 komponen yang membentuk Vector. Itu termasuk beraneka sensor seperti 4 sensor infra-merah di bagian bawahnya yang berfungsi untuk mencegah Vector terjatuh saat berada di ujung permukaan, serta scanner laser di bawah wajahnya untuk memetakan lingkungan di sekitarnya dengan radius maksimum sekitar 90 cm.

Ketika baterainya hampir habis, Vector bakal bergerak sendiri menuju charging dock-nya untuk ‘mengisi bensin’. Sifat mandiri dan disiplin memang sudah semestinya tidak mengenal ukuran, apalagi dalam konteks robot.

Anki Vector

Sama seperti Cozmo, Vector juga dipastikan bakal bertambah pintar seiring Anki merilis update demi update. Komitmen Anki ini pun sudah terbukti; selama dua tahun Cozmo berkiprah, sudah ada 23 update yang dirilis untuknya, dan itu semua bisa didapat tanpa biaya ekstra.

Berhubung Vector lebih pintar, wajar kalau harga jualnya lebih mahal ketimbang Cozmo. Anki bakal memasarkannya mulai tanggal 12 Oktober mendatang seharga $250. Anki pun juga melangsungkan kampanye crowdfunding di Kickstarter bagi yang tertarik melakukan pre-order sekaligus mendapatkan potongan harga, meski ini hanya berlaku untuk konsumen di Amerika Serikat saja.

Sumber: 1, 2, 3.

Pistol Mainan Baru Nerf Tak Butuh Peluru, Serta Bisa Dimainkan Sendiri Berkat Bantuan AR

Bermain tembak-tembakan menggunakan pistol mainan Nerf terkadang bisa terasa lebih asyik ketimbang bermain video game. Yang kurang asyik adalah mendapati banyak pelurunya hilang entah ke mana, apalagi mengingat peluru isi ulangnya (yang asli) dihargai cukup mahal.

Itulah mengapa dua produk terbaru Nerf berikut terdengar begitu menarik. Keduanya termasuk dalam lini baru bernama Nerf Laser Ops Pro, di mana “laser” merupakan kata kuncinya. Secara teknis, yang ditembakkan sebenarnya adalah sinar inframerah (macam permainan Laser Tag), tapi uniknya, para pemain tidak diwajibkan menggunakan rompi khusus dengan sejumlah sensor yang tersebar di berbagai titik.

Sebagai gantinya, sensor yang berfungsi untuk mendeteksi tembakan itu disembunyikan di balik ujung laras pistol. Selain lebih praktis karena tidak perlu mengenakan rompi, desain baru ini diyakini juga lebih efektif mencegah kita bermain curang: kalau kita mencoba menutupi sensor pada laras pistol supaya tidak terkena tembakan, maka kita pun juga tidak akan bisa menembak.

Setiap kali pemain terkena tembakan, maka pistolnya bakal bergetar dan bersuara, dan pemain tidak dapat menembak selama 15 detik ke depan. Tujuannya agar kita bisa kabur dan mencari titik persembunyian baru sebelum mulai membidik kembali ke arah lawan.

Nerf Alphapoint Pro / Hasbro
Nerf Alphapoint Pro / Hasbro

Berhubung ini 2018, sudah pasti ada smartphone dan aplikasi pendamping yang dilibatkan. Dalam kasus ini, setiap paket penjualan dibekali sejenis wrist mount untuk ponsel, sehingga pemain dapat dengan mudah melakukan kustomisasi sekaligus mengecek skor. Namun perlu dicatat, semua ini sifatnya opsional.

Juga opsional adalah mode single-player berbasis augmented reality yang dapat dinikmati selagi kita bosan dan sendirian. Dalam mode ini, kita tinggal mengikatkan ponsel ke bagian belakang pistol, lalu membidik ke arah objek-objek digital yang tampak pada layar.

Tentu ini bisa dibilang sama saja seperti bermain video game, tapi toh mode ini hanya akan kita pilih saat sedang tidak ada teman bermain. Kendati demikian, melihat maraknya penerapan multiplayer pada platform AR yang dilakukan Apple, Google maupun Niantic, bukan tidak mungkin mode AR ini nantinya juga bisa dimainkan bersama teman (co-op).

Seperti yang saya bilang, pistolnya sendiri ada dua macam: Pro Deltaburst dan Alphapoint Pro. Pro Deltaburst adalah yang berbentuk laras panjang, dengan kemampuan menembak lebih cepat dan sebuah layar LCD terintegrasi untuk membantu mengecek sisa peluru virtual-nya. Model ini dihargai $50.

Alphapoint Pro di sisi lain mengemas wujud pistol dan tidak dilengkapi LCD, akan tetapi model inilah yang bisa dipakai untuk bermain mode single-player berbasis AR tadi. Harganya dipatok $30, atau $45 untuk bundel isi dua. Kedua model rencananya akan dipasarkan mulai Agustus mendatang.

Sumber: Engadget dan Popular Science.

Lego Powered Up Adalah Lini Connected Toy Baru untuk Belajar Ilmu Dasar Coding

Tren connected toy memicu kemudahan belajar coding bagi anak-anak. Dibanding sepuluh tahun lalu misalnya, mempelajari ilmu dasar programming jauh lebih mudah diakses oleh banyak kalangan saat ini. Lego sebagai salah satu pemain besar di bidang ini pun terus menyempurnakan penawaran-penawarannya.

Pabrikan asal Denmark itu belum lama ini memperkenalkan lini connected toy baru bertajuk Lego Powered Up. Sebelum ini, mereka sebenarnya sudah punya lini Lego Boost, dan Powered Up sejatinya dimaksudkan untuk menjadi alternatif yang lebih sederhana selagi masih dibubuhi elemen edukasi.

Lego Powered Up Batmobile

Sederhananya, Lego Boost jauh lebih fleksibel, sedangkan Powered Up lebih terbatas. Salah satu produk pertama di lini Powered Up adalah sebuah Batmobile yang bisa dirakit lalu dikendalikan menggunakan aplikasi smartphone. Mainan ini rencananya akan dirilis pada bulan Agustus mendatang seharga $160.

Setelahnya, Lego berencana merilis update pada aplikasi pendampingnya yang memungkinkan anak-anak untuk melakukan coding sederhana, semisal mengubah kecepatan pergerakan maupun suaranya guna menciptakan manuver yang lebih bervariasi. Agar semua kalangan bisa dijangkau, termasuk anak-anak yang benar-benar antusias soal coding dan butuh tantangan lebih, Lego juga bakal merilis Batmobile yang sama, namun dalam versi Lego Boost yang lebih fleksibel.

Lego Powered Up

Menyusul Batmobile di masa yang akan datang adalah Lego City Passenger dan Lego City Cargo Train, yang pada dasarnya menyisipkan elemen pengendalian berbasis remote control pada versi klasiknya. Seri Lego Duplo untuk batita pun juga akan tersedia versi Powered Up-nya, yakni Lego Duplo Steam Train dan Lego Duplo Cargo Train, yang dilengkapi sejumlah sensor untuk mendeteksi rel kereta yang warna-warni.

Sumber: The Verge dan Engadget.

Sphero Luncurkan Figurine Spider-Man, Tak Kalah Cerewet dari Superhero Aslinya

Diawali oleh miniatur BB-8, kelanggengan relasi Sphero dan Disney terus dipererat dengan diluncurkannya Ultimate Lightning McQueen. Namun ternyata keduanya belum mau berhenti berkolaborasi; baru-baru ini, Sphero meluncurkan robot mini Spider-Man yang imutnya bukan main.

Namun sebelum Anda berharap lebih dan membayangkan robot mainan ini bakal bergelantungan dari meja ke lemari di rumah Anda, Anda harus tahu fakta terpenting darinya: ia tak bisa bergerak. Hal ini membuatnya sangat berbeda dari produk-produk Sphero lainnya yang secara mendasar didesain untuk bisa bergerak ke sana-sini.

Namun yang juga berbeda adalah bagaimana ia bisa merespon perintah suara. Frasa-frasa seperti “tell me a story” atau “make me laugh” bakal memicu Spidey kerdil untuk melancarkan kecerewetannya. Interaksi yang sama juga dapat dilakukan secara manual melalui aplikasi pendampingnya.

Sphero Spider-Man

Spidey pun tidak akan sekadar melantur begitu saja. Sphero sejatinya telah menjejalkan konten setara lebih dari 400 halaman komik yang mencakup 100 jalan cerita yang berbeda. Ia pada dasarnya bisa dianggap sebagai audiobook berwujud fisik, dengan konten yang ditujukan buat penggemar Spider-Man.

Menurut Sphero, Anda setidaknya butuh waktu beberapa bulan untuk menghabiskan konten yang telah mereka siapkan, dan Anda tak perlu khawatir Spidey bakal mengulang-ulang cerita yang sama karena ia dapat mengingat bagian terakhir yang ia bacakan. Yang justru lebih menarik lagi, Sphero berkomitmen untuk menambah kontennya via Wi-Fi ke depannya.

Sphero Spider-Man

Spider-Man cebol ini rupanya juga mampu bercerita dengan sangat ekspresif berkat panel LCD yang ditambatkan pada sepasang matanya. Sphero pun tak lupa mewujudkan “Spidey Sense” lewat integrasi sensor yang memungkinkannya untuk mendeteksi sekaligus merespon terhadap gerakan.

Sphero saat ini sudah menjajakan Spider-Man seharga $150. Saya maklum kalau Anda agak kecewa karena robot superhero ini hanya bisa berdiri tegak selagi berceloteh, sehingga mungkin lebih pantas disebut sebagai figurine interaktif.

Sumber: The Verge dan Sphero.

Oliba Sulap Boneka Biasa Menjadi Storyteller dan Pengantar Tidur Buat Anak-Anak

Tren terbaru di dunia mainan anak-anak adalah pemanfaatan kecerdasan buatan alias AI. Masalahnya, belum tentu anak Anda suka dengan wujud boneka berbasis AI yang ia jumpai. Kemungkinan besar ia masih cinta mati dengan boneka teddy bear yang selalu setia menemaninya, bahkan saat bersantai di atas stroller sekalipun.

Kalau seperti itu kasusnya, Anda bisa mencoba penawaran dari startup asal Perancis ini. Bernama Oliba, ia sebenarnya merupakan sebuah Bluetooth tracker berjangkauan 30 meter untuk boneka kesayangan buah hati Anda. Tapi ketimbang hanya berfungsi untuk mencegah boneka tersebut hilang entah ke mana, Oliba juga mengusung sejumlah fitur pintar yang cukup menarik. Dengan kata lain, Oliba akan menyulap boneka biasa menjadi sedikit lebih pintar.

Oliba mengandalkan konektivitas Bluetooth 4.0 untuk menyambung ke smartphone. Perangkat berwujud burung hantu ini bisa diikatkan ke hampir seluruh boneka tradisional. Ia dilengkapi sebuah speaker, sehingga Anda juga bisa membuatnya bersuara di samping melihat lokasinya di peta.

Kehadiran speaker ini juga memberikannya peran sebagai storyteller buat anak Anda. Lewat aplikasi pendampingnya, Anda bisa memilih sebuah cerita untuk dibacakan ke anak Anda. Koleksi ceritanya cukup bervariasi, sesuai untuk anak-anak berusia 0 – 5 tahun.

oliba-02

Namun tentu saja cara Oliba bercerita tidak mungkin sebagus cara Anda sendiri. Maka dari itu, Oliba juga menawarkan fungsi untuk memutar rekaman cerita yang Anda buat sendiri. Untuk mulai mendengarkan cerita, anak Anda tak perlu meminjam smartphone Anda terlebih dulu. Cukup tekan wajah Oliba selama dua detik, maka cerita akan langsung dibawakan.

Tracker sekaligus storyteller, peran Oliba masih belum berhenti sampai di situ. Ia juga bertugas sebagai lampu tidur, berpenjar di dalam kegelapan sehingga anak Anda bisa tidur dengan tenang. Agar lebih maksimal, Oliba juga akan memutarkan lagu pengantar tidur – baik rekaman cerita maupun file lagu ini bisa Anda kirim via USB, dengan kapasitas maksimal 10 cerita dan lagu.

Sebagai produk untuk anak-anak, Oliba dirancang supaya sama sekali tidak membahayakan. Bodinya juga diklaim tahan banting dan bisa dicuci menggunakan mesin cuci standar. Baterainya sendiri diperkirakan bisa bertahan hingga sekitar 5 hari dalam satu kali charge.

Sejauh ini Oliba masih belum siap untuk dipasarkan secara massal. Pihak pengembangnya masih mengadakan kampanye crowdfunding di Indiegogo, dimana Anda bisa memesan satu unitnya seharga $35.

Sumber: TechCrunch.