Aspara Ialah Taman Pintar Mini Tempat Mengembangkan Sayuran

Praktek bertani secara organik telah diterapkan sejak abad ke-20. Istilah ini mengacu pada metode bercocok tanam tanpa menggunakan bahan kimia sintetis, baik untuk menyuburkan ataupun memberantas hama, agar hasilnya lebih aman dikonsumsi manusia. Namun selama buah-buahan dan sayuran itu dibeli, kita tidak akan pernah tahu zat apa yang terkandung di dalamnya.

Jika Anda ingin agar bahan-bahan makanan itu benar-benar aman, jalan keluar terbaiknya adalah menanam buah dan sayur sendiri. Bertambahnya penduduk memang membuat lahan bercocok tanam kian menyempit, namun berbekal teknologi, mulai bermunculan-lah solusi atas masalah ini. Salah satunya ialah Aspara, sebuah taman pintar mini untuk menumbuhkan sayuran.

Sejatinya, Aspara adalah unit smart grower portable berbasis hidroponik. Ukurannya cukup mungil dan desainnya simpel, sehingga ia cocok ditempatkan di dapur tanpa membuat rumah jadi terlihat berantakan. Dalam beroperasi, Aspara memanfaatkan kombinasi dari sistem pencahayaan LED, teknologi pengairan otomatis serta didukung beragam sensor. Dan semua fungsi dan fiturnya dapat diakses lewat aplikasi mobile.

Mari kita bahas cara Aspara mengembangkan sayuran terlebih dulu. Pertama, metode hidroponik memungkinkan penggunaan air yang lebih hemat, kira-kira hanya 10 persen dari ‘berkebun’ secara konvensional. Kebun pintar mini ini juga memberikan kita kendali penuh terhadap iklim, sehingga pertumbuhan tanaman lebih optimal dan diklaim membuat perkembangannya 50 persen lebih pesat.

Aspara 1

Selain itu, Aspara ditopang sejumlah sensor built-in yang bertugas untuk memantau dan merekam perkembangan tanaman, melaporkan jika ada anomali, menakar kadar nutrisi, temperatur udara, kelembapan, hingga suhu air. Sensor-sensor di sana secara otomatis dapat mengatur cahaya, aliran air, serta mode penanaman berdasarkan kebutuhan tanaman. Dengan observasi yang presisi itu, pemberian air dan pupuk jadi lebih akurat.

Aspara 4

Aspara juga memiliki sistem cadangan air, dan mampu menyalurkannya secara cerdas sesuai kondisi dan tingkat pertumbuhan tanaman. Misalnya, semakin besar sayuran, maka kebutuhan akan air jadi meningkat dan perangkat bisa menyesuaikannya.

Aspara 3

Untuk mulai berkebun bersama Aspara, produsen menyediakan lebih dari 15 pilihan bibit dalam kapsul – dari mulai berbagai jenis selada, seledri, tomat ceri, kemangi, lobak merah, dan lain-lain. Selanjutnya, Anda hanya tinggal menempatkan kapsul di slot yang sudah disediakan.

Aspara 5

Meski kampanye crowdfunding Aspara berjalan cukup mulus di Kickstarter, konsumen Indonesia belum dipersilakan untuk memesannya (dijual seharga mulai dari HK$ 2573 atau kisaran US$ 330). Jika tersedia, Aspara tak cuma bisa menjadi alternatif dalam mengembangkan makanan sendiri, tapi juga dapat berperan sebagai media edukasi.

Real Racer Persilakan Anda ‘Masuk’ dan Balapan Dengan Mobil Mainan

Pepatah bilang, anak laki-laki sebetulnya tidak pernah tumbuh dewasa; mainan mereka saja yang jadi bertambah mahal. Lihat saja kegemaran kaum Adam terhadap ranah otomotif. Hobi mereka bisa dipuaskan dengan mobil sungguhan, atau lewat koleksi miniatur serta mainan remote control. Itu artinya, kecintaan pada alat transportasi dapat dimulai dari umur yang sangat belia.

Jika Anda punya impian untuk bisa berkompetisi di arena balap, namun belum memiliki izin atau bosan dengan video game, sebuah solusi menarik ditawarkan oleh tim Kobotix. Perusahaan mainan asal Hong Kong ini memperkenalkan Real Racer, yaitu perpaduan unik antara miniatur, mainan remote control, serta cross reality. Real Racer memungkinkan kita menjadi supir virtual mobil balap mainan.

Real Racer terdiri dari tiga bagian: mobil mainan, unit remote, dan head-mounted display. Pernahkah Anda mendengar mengenai balapan drone? Penyajian Real Racer kurang lebih sama seperti itu. Pilh sirkuit, nyalakan remote serta mobil miniaturnya, kenakan headset, dan selanjutnya Anda siap beraksi. Perspektif disajikan dalam sudut pandang orang pertama via kamera high-definition (720p) yang ada di punggung mobil.

Real Racer 1

Lewat Real Racer, Anda dipersilakan menyetir ugal-ugalan karena tidak ada yang akan terluka dan Kobotix turut memastikan agar mobil awet serta tahan benturan. Produsen menjelaskan bagaimana mereka telah menemukan solusi atas pilihan mainan remote control FPV (first-person view) yang ada sekarang. Biasanya Anda hanya dapat memilih model murahan atau super-kompleks dengan harga super-mahal. Real Racer mengisi celah di antara kedua kategori ini.

Real Racer 3

Agar bisa bekerja, Real Racer membutuhkan dukungan smartphone. Perangkat ini diperlukan untuk menjalankan aplikasi (tersedia buat Android serta iOS) demi mengakses kamera. Kemudian, Anda tinggal menyelipkan ponsel di bagian visor headset. Kobotix melengkapi Real Racer dengan teknologi stream video low latency, disalurkan via koneksi Wi-Fi, dengan jarak trasmisi mencapai 30 meter.

Real Racer 1

Mobil miniatur dapat melesat di kecepatan maksimal 20km per jam, bergerak dengan menggunakan empat roda (4-wheel drive) sehingga siap dimainkan di beragam jenis permukaan (kecuali jenis sirkuit outdoor), juga dibekali suspensi independen di masing-masing roda. Saat baterai habis, proses penggantiannya sangat ringkas karena ditopang sistem quick swap.

Real Racer 5

Real Racer sudah bisa Anda pesan di situs crowdfunding  Kickstarter, dan para backer bahkan dipersilakan buat mendesain mobil mereka sendiri. Mainan ini dijajakan seharga mulai dari US$ 97 (retail US$ 130), rencananya akan didistribusikan pada bulan Februari 2019.

Smartwatch VIITA Titan HRV Ialah Buah Dari Perpaduan Konsep Mewah dan Pintar

Para pemerhati horologi biasanya menyukai jam dengan kompleksitas mekanis tinggi serta varian yang punya sejarah unik di belakang pembuatannya, namun hal itu tidak menghentikan para perusahaan arloji tradisional untuk menanamkan kemampuan pintar di produk-produk baru mereka. Upaya ini kadang menghasilkan perangkat yang jauh lebih unik dari smartwatch.

Menurut tim VIITA Watches sendiri, sejauh ini belum ada jam pintar yang mempunyai karakteristik serta kualitas dari arloji mewah. Yang mereka permasalahkan bukan sekadar desain, tapi dukungan material-material premium demi memastikan perangkat punya daya tahan tinggi sehingga kita tidak was-was dalam menggunakannya. Hal tersebut mendorong sang produsen asal Austria itu untuk meramu VIITA Titan HRV.

Lewat Titan HRV, VIITA Watches mencoba membangun smartwatch dengan bahan-bahan paling tangguh dan keras di alam. Produk ini mengusung arahan desain khas jam pintar berlayar bundar, memiliki diameter 46-milimeter, ketebalan 16-milimeter (ukurannya termasuk raksasa), dan berbobot 87-gram. Selanjutnya, Titan HRV memanfaatkan layar sentuh TFT-LCD beresolusi 320x290p buat menyampaikan informasi.

Penampilan smartwatch ini menonjolkan kesan modern dan mungkin Anda merasakan sedikit tema militer di sana. Wujudnya itu tampaknya dimaksudkan buat merepresentasikan ketangguhan struktur. VIITA Watch menggunakan keramik zirconium sebagai bahan penyusul bezel, membentuk bagian housing dari titanium ‘grade 1′ yang keras tapi ringan, memilih logam aluminium kelas pesawat terbang buat jadi backcover, lalu melindungi layarnya dengan kristal safir.

VIITA Titan HRV 2

Titan HRV turut dibekali kemampuan tahan air 10-ATM. Dengan dukungan ini, sang produsen mempersilakan Anda buat mengenakannya kapan saja, baik ketika mandi ataupun berenang. 10-ATM dapat dikatakan setara seperti kemampuan anti-air 100-meter, namun perlu diketahui bahwa perangkat ini belum siap diajak menyelam.

VIITA Titan HRV 4

Fitur Titan HRV tentu tidak kalah dari smartwatch yang ada di pasar. Ia mampu melacak aktivitas Anda (kecepatan, jarak tempuh, detak jantung, pembakaran kalori), mengetahui tingkat stres, menyampaikan notifikasi panggilan dan pesan masuk serta aplikasi, bahkan bisa membantu pengguna menemukan smartphone-nya. Selain itu, Titan HRV juga ditunjang kapabilitas machine learning buat mempelajari kebiasaan Anda sehari-hari dan memberi rekomendasi target latihan berdasarkan data tersebut.

VIITA Titan HRV 3

VIITA Titan HRV sudah bisa Anda pesan melalui situs crowdfunding  Indie Gogo dan Kickstarter. Produk rencananya akan mulai didistribusikan pada bulan Desember nanti, disusul batch kedua di bulan Maret 2019. Harga retail produk dipatok di US$ 820, tapi dapat dimiliki cukup dengan mengeluarkan US$ 351 selama masa pengumpulan dana masih berlangsung.

Berkat Kampanye Susulan, Developer Shenmue III Raih Pendanaan di Atas $7 Juta

Game bagus yang terlahir dari kampanye crowdfunding ada banyak, tapi rasanya sulit mencari yang pamornya sebesar Shenmue III. Begitu populernya franchise game open-world tersebut, kampanye crowdfunding untuk sekuel terbarunya ini sukses mengumpulkan dana lebih dari $6 juta dalam waktu satu bulan saja.

Namun dari awal Ys Net selaku developer-nya menargetkan dana $10 juta demi mewujudkan formula open-world sejati pada Shenmue III. Untuk itu, mereka melangsungkan kampanye susulan yang baru saja berakhir pada bulan Oktober lalu. Kampanye susulan tersebut berhasil mendatangkan dana ekstra sekitar $800 ribu.

Secara total, Ys Net kini memiliki modal $7.179.510 dari 81.087 backer yang berpartisipasi. Belum mencapai target semestinya, tapi paling tidak cukup untuk menyelesaikan proyek ambisius ini.

Terkait jadwal perilisannya, Shenmue III sudah meleset dua kali dari perkiraan. Terakhir diberitakan, 27 Agustus 2019 ditetapkan menjadi tanggal peluncuran resmi Shenmue III di PlayStation 4 dan PC. Masih hampir satu tahun lagi, tapi saya kira para penggemarnya lebih memilih menunggu agak lama tapi hasilnya memuaskan, daripada terburu-buru dan dibuat kecewa.

Di titik ini, saya maklum apabila banyak yang skeptis dengan Shenmue III dan bertanya-tanya apakah hasil akhirnya bisa sebagus yang mereka harapkan. Mungkin yang dinantikan sekarang bukanlah sebagus apa Shenmue III bakalannya, melainkan kapan penggemarnya bisa mulai memainkannya.

Sumber: Polygon.

PC Classic Ialah Gaming PC Retro ala SNES Mini

Dengan terbatasnya pilihan hardware dan ketiadaan fungsi backward compatibility yang ‘terlalu jauh’, bernostalgia menikmati game-game tua kadang hanya bisa dilakukan melalui metode-metode yang kurang legal. Mengetahui tingginya animo di kalangan pengguna, sejumlah produsen meresponsnya melalui perilisan versi modern dari console legendaris mereka.

Penjelmaannya tak asing lagi buat kita. Nintendo belum lama melepas NES dan SNES Classic Edition, lalu gagasan serupa diikuti oleh Sony melalui PlayStation Classic. Dan masih di tahun ini, Sega sempat memamerkan Mega Drive Mini dan menunjuk perusahaan third-party AtGames untuk memproduksinya. Kali ini, satu perusahaan bernama Unit-e mencoba menerapkan pendekatan serupa pada PC.

Seperti SNES Classic atau produk-produk sejenis, perangkat yang Unit-e namai PC Classic ini merupakan versi miniatur dari komputer personal di tahun 80- hingga awal 90-an. PC Classic mempunyai tubuh mungil berwarna beige (putih gading), bertubuh boks menyerupai casing PC lawas, dan jika teliti, Anda dapat melihat bagaimana produsen betul-betul memerhatikan detail  dengan mencantumkan slot floppy disk serta membubuhkan lubang-lubang ventilasi bergaya tua.

Namun tak seperti console PlayStation Classic ataupun NES mini, aspek paling menarik dari PC Classic adalah ‘floppy disk‘ di sana bukan sekadar pemanis penampilan. Bagian tersebut benar-benar bisa bekerja untuk memasukkan ‘kartu game‘.

Perangkat dibekali kurang lebih 30 permainan, dan Unit-e bilang semua software tersebut resmi dan berlisensi. Produsen belum menyingkap daftar game-nya secara lengkap, tapi beberapa yang sudah dikonfirmasi meliputi Doom, Jill of the Jungle, Commander Keen 4 dan Quake II). Saya pribadi mengharapkan kehadiran franchise besar di era DOS, misalnya kreasi-kreasi LucasArts hingga seri Kings Quest, serta game-game action kasual seperti Alley Cat sampai Prehistoric.

PC Classic 2

Untuk konektivitas PC Classic, Unit-e mengombinasikan teknologi modern dan ‘legacy‘. Di sisi depan, Anda akan menemukan sepasang port USB dan tombol power. Lalu di bagian belakangnya, terdapat satu lagi port USB, sebuah HDMI, serta trio port AV. Itu artinya, PC Classic bisa disambungkan ke televisi modern ataupun TV tabung tua buat memaksimalkan efek nostalgia.

Kabarnya, PC Classic akan dibundel bersama unit controller. Meski demikian, Anda tetap dipersilakan untuk menggunakan produk third-party, termasuk keyboard dan mouse. Aksesori bahkan bisa disambungkan ke PC Classic secara wireless karena ia turut dibekali Bluetooth.

Unit-e berencana memulai kampanye penggalangan dana via platform crowdfunding pada akhir bulan November atau awal Desember besok. Produsen mematok harga yang masuk akal buat produk bertema nostalgia ini, yaitu US$ 100.

Via PC Gamer.

Laserlight Core Dirancang untuk Menyelamatkan Pesepeda dari Titik Buta Pengemudi Mobil

Kalau Anda sempat membeli mobil baru dalam satu atau dua tahun terakhir, semestinya Anda pernah mendengar tentang fitur yang dikenal dengan istilah blind spot monitoring. Mobil yang dilengkapi fitur ini dapat memperingatkan pengemudi ketika ada pengendara lain di sebelah kiri atau kanannya (titik buta yang biasanya tidak kelihatan di kaca spion).

Fitur ini merupakan kabar baik bagi para pesepeda, yang umumnya paling mudah masuk ke titik buta seorang pengemudi mobil ketika hendak mendahului di sebuah tikungan. Sayangnya, tidak seperti sabuk pengaman tiga titik, blind spot monitoring belum menjadi fitur standar untuk semua mobil.

Laserlight Core

Ketimbang membuat petisi agar semua pabrikan mobil menjadikan blind spot monitoring sebagai fitur standar, alternatif yang lebih masuk akal buat para pesepeda adalah perangkat bernama Laserlight Core berikut ini. Kata “laser” pada namanya semestinya bisa menjadi indikasi bahwa ia bukan sekadar lampu sepeda biasa.

Ya, perangkat ini memanfaatkan teknologi proyeksi laser untuk menampilkan gambar pada jarak enam meter di depan sepeda yang dipasangi. Gambarnya sendiri merupakan icon sepeda berwarna hijau dalam ukuran yang cukup besar, sehingga pengemudi mobil yang tidak dilengkapi blind spot monitoring dapat melihatnya dengan mudah di siang atau malam hari dan menyadari bahwa ada seorang pesepeda di sampingnya.

Laserlight Core

Hasilnya, berdasarkan studi yang dilakukan Transport Research Lab di Inggris, proyeksi ini membuat pesepeda 32% lebih kelihatan di jalan. Selain untuk meningkatkan visibilitas di sebelah mobil, proyeksinya juga bisa berfungsi sama di pertigaan atau perempatan jalan.

Untuk lampunya sendiri, tingkat kecerahan maksimumnya mencapai 400 lumen, akan tetapi ada sejumlah mode yang bisa dipilih sesuai kebutuhan demi efisiensi energi. Untuk konsumsi yang paling boros (proyeksi laser menyala terus dan lampu seterang 300 lumen), baterai Laserlight Core hanya bisa bertahan sampai 1,5 jam; sedangkan untuk yang paling hemat (tanpa proyeksi laser dan lampu berkedip), baterainya tahan sampai 41 jam.

Laserlight Core

Charging-nya menggunakan kabel micro USB, dan instalasinya sangat mudah dengan mengandalkan satu dudukan saja di setang sepeda. Secara keseluruhan, bobot perangkat tidak lebih dari 100 gram.

Laserlight Core saat ini sudah bisa dipesan melalui situs crowdfunding Kickstarter. Harganya paling murah saat ini $75, 20% di bawah estimasi harga ritelnya.

TourBox Ibarat Game Controller-nya Para Ilustrator Digital

Mengedit foto di komputer sebenarnya hanya memerlukan mouse, akan tetapi kehadiran alat bantu macam Loupedeck sangatlah membantu ketika kegiatan tersebut sudah menjadi suatu rutinitas. Loupedeck, bagi yang tidak tahu, bisa diibaratkan sebagai audio mixer, tapi untuk mengoperasikan Adobe Lightroom – dan kini Adobe Premiere Pro CC juga.

Sekarang, muncul produk lain berkonsep serupa, tapi dengan eksekusi yang agak berbeda. Namanya TourBox, dan kalau melihat wujudnya, ia bisa diibaratkan sebagai game controller, tapi untuk para ilustrator digital.

TourBox kompatibel dengan Adobe Photoshop, PaintTool SAI maupun Lightroom – dukungan terhadap software lain sudah direncanakan oleh pengembangnya. Deretan kenop dan tombolnya dapat diprogram sesuai kebutuhan, sehingga pada akhirnya bisa menggantikan peran keyboard shortcut sepenuhnya.

TourBox

Layout TourBox begitu unik, akan tetapi didasari oleh pemikiran posisi yang logis. Kemiripannya dengan sebuah gamepad tampak betul dari tombol D-pad empat arahnya, dan secara default tombol ini bisa dipakai untuk berganti tool.

TourBox dimaksudkan untuk digunakan dengan satu tangan selagi tangan lainnya mengoperasikan mouse atau stylus di atas tablet grafis. Di Photoshop misalnya, pengguna dapat memanfaatkan TourBox untuk mengontrol parameter brush (flow, size, opacity, hardness) tanpa harus melepaskan stylus dari satu tangannya.

TourBox memiliki dimensi yang ringkas (117 x 110 x 30 mm) dengan sasis dari material ABS, sehingga bobotnya pun cukup ringan di angka 386 gram. Ia hanya membutuhkan sambungan USB untuk berfungsi, dan ia kompatibel baik dengan perangkat Windows maupun macOS.

Seperti Loupedeck, TourBox bukanlah perangkat yang wajib dimiliki, akan tetapi kehadirannya bisa sangat membantu efektivitas para pekerja desain. Perangkat ini sekarang tengah ditawarkan lewat kampanye crowdfunding di Kickstarter dengan harga paling murah $89 (40% lebih murah dari estimasi harga ritelnya).

 

Printer Instan Buatan Holga Tidak Memerlukan Baterai Maupun Bluetooth

Fotografer di era 80-an semestinya pernah mendengar nama Holga. Pabrikan asal Hong Kong itu dikenal akan kamera analognya yang mampu menghasilkan gambar dengan estetika yang unik, menampilkan berbagai macam distorsi visual seperti vignetting maupun light leak.

Tiga tahun lalu, Holga menghidupkan kembali kamera legendarisnya sebagai kamera digital. Untuk tahun 2018 ini, Holga memutuskan untuk terjun ke ranah portable printer melalui sebuah kampanye crowdfunding atas produk bernama Holga Printer, dengan desain mirip kamera Holga 120 tapi tanpa lensa.

Holga Printer

Tidak seperti printer sejenis lainnya, Holga Printer sama sekali tidak membutuhkan baterai maupun sumber tenaga listrik lainnya. Ia murni mengandalkan pengoperasian mekanis, mengharuskan pengguna untuk memutar sebuah kenop di bagian sampingnya guna memulai proses pencetakan foto.

Holga Printer juga tidak memanfaatkan Bluetooth untuk menerima gambar dari smartphone. Penutup atasnya dapat dibuka, lalu ditarik hingga menjulang seperti piramida bangsa Aztec. Selanjutnya, pengguna tinggal meletakkan smartphone di atasnya, dengan layar menghadap ke bawah.

Holga sebenarnya bukan yang pertama menerapkan gaya desain semacam ini. Sebelumnya pernah ada Impossible Instant Lab Universal yang menerapkan konsep serupa. Bedanya, perangkat itu masih menggunakan baterai.

Holga Printer

Holga Printer memakai kertas film Instax Mini besutan Fujifilm, yang memiliki dimensi 86 x 54 mm. Holga tak lupa menyertakan aplikasi smartphone opsional, sehingga pengguna dapat menambatkan filter untuk menambahkan kesan estetika unik ala kamera-kamera Holga.

Di Kickstarter, Holga Printer saat ini sudah bisa dipesan dengan harga paling murah HK$ 398, atau kurang lebih setara Rp 775 ribu.

Sumber: DPReview.

Kacamata IRL Bisa Memblokir Hal-Hal yang Tak Perlu Anda Lihat

Dengan segala macam informasi penting yang disajikan olehnya, layar perangkat elektronik merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat modern. Ia memegang peranan penting saat kita bekerja, berkomunikasi, bahkan menjadi elemen krusial penunjang penyajian konten hiburan. Tapi interaksi dengan layar secara konstan tentu punya dampak negatif bagi kesehatan dan keselamatan.

Kita sering kali tergoda untuk melihat layar di situasi yang sebetulnya menuntut kesadaran penuh, misalnya ketika berjalan di tempat umum atau saat berkendara. Jika bagi Anda godaan untuk melihat layar – baik smartphone ataupun iklan digital di pinggir jalan – terlalu berat untuk dilawan, desainer Ivan Cash tengah menggarp solusinya. Lewat situs Kickstarter, inventor asal Oakland itu memperkenalkan IRL Glasses, yaitu kacamata yang bisa memblokir gangguan.

IRL Glasses mempunyai penampilan seperti kacamata hitam biasa, memiliki lebar 140mm dan panjang tangkai 145mm, dengan bingkai trapesium serta lensa berwarna gelap. Namun ada hal istimewa terjadi jika Anda mengenakannya: IRL mampu memblokir konten layar televisi, dan semoga suatu saat nanti, perangkat bergerak. Aksesori ini bekerja tanpa elemen elektronik, namun tetap berbasis sains.

Pembuatan IRL Glasses terinspirasi dari kacamata di film cult classic They Live yang bisa melindungi penggunannya dari iklan. IRL Glasses sendiri mampu memblokir konten layar LCD dan LED berbekal lensa horizontal polarized. Ketika lensa terpolarisasi itu diratakan dan diputar 90 derajat, ia dapat menahan cahaya yang dihasilkan layar agar tidak masuk ke mata kita. Efeknya, dari perspektif pengguna, display terlihat tidak aktif.

Pengembangan IRL Glasses masih terus dilakukan, dan saat ini, produk berada di masa pengujian. Versi ‘beta‘ tersebut mampu menangkal cahaya dari televisi LED serta sejumlah monitor LCD, tapi masih belum bisa memblokir konten smartphone maupun layar yang menggunakan panel OLED. Tentu saja produk ini tak sekadar menawarkan gimmick unik semata. IRL Glasses dibekali lapisan polarisasi TAC 1.1, Cat 3 dan UV 400. Artinya, ia dapat melindungi penglihatan layaknya kacamata hitam.

IRL 3

Walaupun status pengembangannya masih belum rampung, Ivan Cash dan tim IRL Labs siap menerima pemesanan versi beta IRL Glasses via platform crowdfuding Kickstarter. Di sana, produk dijajakan seharga mulai dari US$ 50, lebih murah US$ 30 dari harga retail-nya.

Kampanye penggalangan dana yang dilaksanakan developer berjalan lebih baik dari dugaan. Mereka berhasil mengumpulkan modal dua kali lipat dari target awal. Dengan begitu, IRL Glasses kabarnya siap didistribusikan pada bulan April tahun depan.

IRL 2

Duo Adalah Turntable Ringkas Berbekal Speaker Bluetooth yang Bisa Dilepas-pasang

Selama ini, turntable identik dengan mainan orang-orang tajir karena harus mengandalkan bantuan sistem stereo dan amplifier eksternal. Ketika komputer bisa dijadikan sebuah sistem all-in-one, kenapa turntable tidak? Mungkin seperti itu yang dipikirkan oleh startup asal Taiwan, Hym.

Tahun lalu, Hym memperkenalkan sebuah turntable all-in-one bernama Seed. Tahun ini mereka kembali dengan produk serupa, tapi yang menganut konsep modular. Namanya Duo, dan ia sejatinya merupakan sebuah turntable sekaligus speaker Bluetooth.

Keunikan Duo terletak pada balok kecil berwarna yang dapat dilepas dari unit utamanya dan difungsikan sebagai speaker Bluetooth biasa dengan dukungan codec aptX. Meski ringkas, di dalamnya bernaung dua full-range driver dan dua passive radiator demi menyajikan suara yang memuaskan dan dentuman bass yang mantap.

Mengikuti standar 2018, speaker Bluetooth ini juga dapat dioperasikan via perintah suara (Alexa). Namun tidak langsung dari speaker, melainkan menggunakan smartphone sebagai perantaranya.

Hym Duo

Lalu ketika dipasangkan pada unit utamanya, Anda bakal mendapat pemutar piringan hitam dalam wujud yang ringkas dan cukup portable. Turntable-nya ini dibekali cartridge Audio Technica AT3600L, dan sebuah tonearm berbekal pegas (bukan pemberat) dengan tracking force 2,5 gram.

Kombinasi ini diyakini cukup presisi, dengan tingkat distorsi di bawah 0,9%. Wadah piringannya yang berdiameter 8 cm cuma seperempat turntable pada umumnya. Kendati demikian, Duo diklaim punya putaran yang stabil, baik untuk playback 33,5 maupun 45 rpm.

Hym Duo

Duo bisa dilihat sebagai turntable buat mereka yang baru mulai mengoleksi vinyl dan tidak tertarik dengan setup audio yang ribet. Fleksibilitasnya sebagai speaker Bluetooth yang bisa beroperasi sendiri merupakan nilai tambah yang cukup berfaedah.

Hym saat ini tengah menawarkan Duo melalui situs crowdfunding Kickstarter. Harga early bird paling murah yang bisa didapat sekarang adalah $229, jauh di bawah estimasi harga retail-nya ($369). Bundel dengan satu tambahan unit speaker Bluetooth juga tersedia sehingga konsumen bisa menggunakannya dalam konfigurasi stereo.