Astell & Kern Luncurkan DAC USB-C, Cocok untuk Smartphone yang Tak Dilengkapi Headphone Jack

Smartphone tanpa headphone jack tentu bukan sesuatu yang mengherankan lagi di tahun 2021 ini, apalagi kalau melihat sebagian besar dari kita yang sudah terbiasa menggunakan TWS. Namun apakah itu berarti headphone non-wireless yang kita miliki harus dimuseumkan begitu saja?

Tentu tidak, karena masih ada yang namanya dongle USB-C (atau Lightning jika Anda menggunakan iPhone). Berkat aksesori ini, kita tetap bisa menyambungkan headphone ke ponsel via konektor 3,5 mm, dan itu juga tidak akan mungkin terjadi tanpa adanya komponen bernama DAC (digital-to-analog converter) di dalam dongle tersebut.

Kualitas tiap DAC tentu berbeda. Ada yang murah tapi berkualitas standar, ada juga yang mahal tapi dirancang untuk memaksimalkan kapabilitas dari suatu headphone atau earphone kelas high-end. Kalau yang Anda cari adalah tipe DAC yang kedua ini, Anda bisa melirik penawaran terbaru dari Astell & Kern.

Produsen asal Korea Selatan yang dikenal akan lini DAP (digital audio player) portabelnya itu baru saja meluncurkan sebuah DAC mini yang cukup menarik. Sepintas ia kelihatan seperti kebanyakan dongle USB-C ke 3,5 mm yang ada di pasaran, akan tetapi ukurannya sedikit lebih bongsor karena harus mengemas komponen kelas audiophile.

Komponen yang dimaksud adalah sepasang chip DAC Cirrus Logic CS43198 MasterHIFI yang mendukung pemutaran file audio dalam format native PCM 32-bit/384kHz DSD256. Dipadukan dengan desain sirkuit audio dan sejumlah komponen kelistrikan yang sama seperti yang digunakan pada lini DAP Astell & Kern, DAC ini siap dipasangkan bersama headphone atau earphone kelas high-end yang Anda miliki.

Menariknya, meski hanya mengandalkan suplai daya dari perangkat yang terhubung, DAC ini diklaim masih sanggup menenagai headphone berimpedansi tinggi dengan output level 2 Vrms. Konektor USB-C berarti ia dapat digunakan bersama perangkat Android maupun Windows dan macOS. Sayangnya, ia sama sekali tidak kompatibel dengan platform iOS, termasuk iPad Pro generasi terbaru yang dilengkapi port USB-C.

Secara estetika, perangkat bernama lengkap AK USB-C Dual DAC Cable (PEE51) ini sengaja dirancang dengan gaya desain yang serupa seperti lini DAP Astell & Kern. Ukurannya boleh kecil, akan tetapi rangkanya sepenuhnya terbuat dari bahan logam yang premium. Bobotnya sendiri hanya berada di kisaran 25 gram.

Seperti yang bisa ditebak dari produk-produk Astell & Kern, harga DAC ini jauh dari kata murah: $149. Meski begitu, target pasar yang dituju tentu adalah mereka yang selama ini tidak segan mengucurkan ratusan hingga ribuan dolar hanya untuk sebuah headphone. Pemasarannya sendiri dijadwalkan berlangsung mulai bulan Mei mendatang.

Sumber: The Verge dan What Hi-Fi.

Analogue DAC Siap Maksimalkan Sesi Nostalgia Anda Bersama Console Lawas

Analogue Super Nt dan Analogue Mega Sg, dua perangkat tersebut merupakan reinkarnasi console lawas yang terlahir untuk generasi modern. Keduanya sama-sama masih mengandalkan sistem cartridge seperti perangkat orisinalnya, akan tetapi output grafik pixelated-nya bisa kita nikmati di TV full-HD atau 4K sekalipun.

Namun bagaimana seandainya ada konsumen yang justru ingin menikmati semua itu sesuai aslinya, alias memainkannya di hadapan TV tabung yang beresolusi rendah? Itulah yang menjadi alasan di balik lahirnya Analogue DAC, sebuah digital-to-analog converter yang dirancang untuk menjadi perantara console bikinan Analogue dan TV lawas.

Analogue DAC

Sesuai namanya, Analogue DAC berfungsi untuk mengubah sinyal digital yang berasal dari sambungan HDMI milik Super Nt atau Mega SG tadi menjadi sinyal analog, sehingga yang diterima oleh TV pada akhirnya adalah sinyal analog. Perangkat ini memanfaatkan HD15 (VGA) dan RCA stereo sebagai sambungan output video dan audionya.

Output video yang didukung sendiri bukan sekadar RGB, tapi juga component, S-video, dan composite, demi menjamin kompatibilitasnya dengan berbagai display kuno yang masih mengandalkan teknologi CRT (cathode-ray tube).

Kalau Anda sudah punya Super Nt atau Mega Sg, dan kebetulan masih memiliki simpanan TV tabung yang fungsional, Analogue DAC siap menyuguhkan sesi nostalgia yang lebih maksimal lagi. Perangkat ini sekarang sudah dipasarkan seharga $80.

Sumber: VentureBeat.

[Review] Astell&Kern AK70, Digital Audio Player Portable Fenomenal Pemuas Dahaga Audiophile

Kehadiran perangkat bergerak mengubah cara kita menikmati hiburan digital, dan kepopularitasannya turut menggerus produk-produk dedicated seperti music player. Tapi ada dampak positif dari hal itu: konsumen kini lebih mudah memilih dan produsen semakin serius menggarapnya. Di tahun 2013, Irivier asal Korea Selatan mulai masuk ke segmen ini, memperkenalkan brand Astell&Kern.

Setelah melakukan debutnya dengan media player AK100, Astell&Kern terus memperluas deretan produk audionya ke ranah in-ear monitor, headphone, CD player sampai network audio system. Di tahun ini, Astell&Kern merilis AK70, dijanjikan sebagai digital audio player hi-res canggih yang bisa Anda miliki diharga masuk akal. Klaim ini tampaknya punya landasan cukup kuat, buktinya, banyak audiophile menyukai Astell&Kern AK70.

AK70 7

Meski musik sudah jadi hal wajib untuk menemani saya dalam beraktivitas sehari-hari, perlu Anda tahu bahwa saya bukanlah individu bertelinga emas. Terlepas dari itu, Orion Kreatif Elektronik selaku distributor produk Astell&Kern di indonesia sangat dermawan memberi saya kesempatan menguji kecanggihan music player portable ini di era ‘paska-iPod’. Betulkah ia secanggih kata orang? Silakan simak ulasannya.

Design

Dari sisi penampilan, AK70 memanfaatkan arahan desain khas perangkat media Astell&Kern sebelumnya. Wujudnya non-ergonomis, memiliki tubuh balok dengan penempatan panel dan tombol asimetris. AK70 memiliki layar sentuh 3,3-inci di depan; tiga tombol navigasi (prev, pause, next) dan slot kartu microSD di sisi kiri; tombol power/screen-off, port output 3,5mm dan 2,55mm di atas; kenop pengaturan volume di kanan; dan port microUSB untuk charging dan transfer file di bawah.

AK70 9

AK70 mempunyai dimensi 60,3×96,8×13-milimeter dan bobot 132-gram. Case-nya memanfaatkan material aluminium, ada lapisan plastik transparan berpola di bagian punggung, lalu layar dibingkai oleh area berwarna hitam.

Ukuran AK70 sengaja diminimalisir agar music player ini bisa mudah dibawa-bawa, dan seperti sewaktu menggunakan iPod classic, saya lebih nyaman menyimpan AK70 di kantong celana ketimbang jaket/baju. Beratnya lebih ringan dari asumsi saya, namun bagian tepi yang menyudut dan tajam berpotensi merusak celana Anda, terutama jika ukurannya ketat.

AK70 14

AK70 11

Walaupun begitu, saya menyukai arahan desain konservatif dan industrial tersebut. Secara tidak langsung, AK70 mempresentasikan dirinya sebagai perangkat pencinta musik serius, bukan sekedar produk lifestyle biasa. Kemudian, warna hijau-biru ‘Misty Mint’ di sana memberi kesan playful.

AK70 3

AK70 2

Interface, content & navigation

Astell&Kern AK70 beroperasi di atas versi modifikasi platform Google Android. Tentu saja tak seperti smartphone, UI-nya jauh lebih sederhana agar pemakaiannya sederhana. Resolusi 800x480p di layar sentuh TFT cukup lapang dalam memberikan Anda keleluasan navigasi. Tombol-tombol di sana cukup besar buat mengakomodasi semua ukuran jari. Dan layaknya perangkat Android, segala fungsi dan fiturnya (DAC, Bluetooth, sampai mengatur kecerahan) bisa diakses cukup dengan menarik dashboard.

AK70 1

Produsen juga tidak melupakan pernak-pernik kecil yang berportensi memengaruhi kenyamanan pemakaian. Contohnya saat fungsi shuffle diaktifkan, AK70 tetap mengingat tampilan terakhir yang Anda buka, sehingga Anda dapat melanjutkan browsing musik dari lokasi tersebut.

AK70 10

Saya menyukai sensasi dari resistansi kenop volume. Dengannya, pengaturan bisa dilakukan saat layar tidak aktif. Kendalanya ialah, menyelipkan AK70 ke kantong berpeluang mengubah volume secara tidak sengaja.

AK70 17

AK70 13

Features & connectivity

Salah satu selling point terbesar AK70 adalah chip DAC Cirrus Logic, menyajikan performa suara di atas level smartphone. Menariknya, Anda bisa menyambungkan media player ini ke DAC eksternal melalui port USB – mem-bypass DAC internalnya. Anda juga dapat menghubungkan AK70 ke PC dan mengaktifkan mode DAC, mendongkrak kinerja output audionya. Dan bukan itu saja, tersedia mode Line Out yang dapat mengubah device jadi jembatan antara PC dengan speaker.

AK70 8

DAC Cirrus Logic mendukung audio 24-bit/192KHz PCM, lebih tinggi dari kualitas maksimal iPhone di ‘level CD’, yakni 16-bit/44.1kHz.

AK70 6

Sentuhan fitur audiophile lain terdapat pada jack audio 2,5mm, memungkinkan Anda memasang balanced headphone untuk memperoleh kontras volume yang lebih tinggi. Jika sudah memilikinya, Anda sangat disarankan memanfaatkannya. Untuk sambungan Bluetooth, AK70 telah ditopang aptX, namun selama uji coba ini, saya menggunakan earphone/headphone kabel standar. Kemudian terdapat pula Wi-Fi demi mengakomodasi update software.

Performance & using experience

Jangan remehkan tubuh kecil AK70, music player ini sanggup menghidangkan output membahana – mampu menangani file terkompresi seperti MP3 (16-bit/44,1KHz.) secara optimal tapi performa sesungguhnya baru terasa ketika ia menyajikan musik-musik beresolusi tinggi (24-bit/192KHz atau DSD 2,8MHz, beberapa sampel-nya sudah dibundel di dalam).

Unit review ini sudah diisi lagu-lagu hi-res, beberapa contohnya ialah Tears in Heaven-nya Ayako Hosakawa, Storms Are on the Ocean oleh Amber Rubarth, This Year’s Kisses-nya Ella Fitzgerald atau Nightingale oleh Norah Jones. Karakteristik suaranya adalah energik, jernih serta dinamis, dan sanggup mensimulasi ruang.

AK70 4

AK70 sangat andal menangani berbagai genre lagu, dari mulai rock seperti Mastodon (Asleep In the Deep) dan One OK Rock (Mighty Long Fall) sampai rentetan kreasi Fourplay. Suara Benjamin Burnley di Ashes of Eden terdengar penuh, lalu gebukan drum Ben Thatcher dari Royal Blood di Out of the Black terasa lengkap dan bertekstur. Ada ruang antara gitar elektrik, shaker dan vokal tanpa mengorbankan keutuhan ritmenya. Mid-range-nya lapang sehingga lirik tidak termakan oleh ramainya suara instrumen.

AK70 17

Media player ini membuat banyak lagu yang sudah sering saya dengar kembali menyegarkan, entah apakah itu playlist Michael Bublé ataupun Metallica. Awalnya hanya sekedar untuk menguji performa AK70, mendengarkan lagu-lagu lawas David Bowie – khususnya Starman, Ziggy Stardust dan Moonage Daydream – kini jadi ritual saya sebelum tidur.

Astell&Kern AK70 dibekali baterai 2.200mAh, dan dengan mematikan sambungan wireless, digital audio player tersebut dapat menyuguhkan playback berdurasi 12 sampai 13 jam. Sewaktu di-charge, AK70 tetap bisa beroperasi, tapi dengan begitu temperatur jadi naik dan saya ragu apakah hal ini diperbolehkan atau tidak.

AK70 12

Untuk edit dan transfer file, AK70 tidak membutuhkan software khusus. Itu berarti, penyajiannya tidak ‘semewah’ iDevice dengan iTunes-nya, namun saya menyukai kesederhanaan ini. Saat tersambung ke PC, AK70 akan terbaca sebagai device eksternal biasa, dan selanjutnya Anda tinggal melakukan drag-and-drop file audio. Kemudian buat belanja lagu, tinggal aktifkan Wi-Fi lalu buka menu Store.

AK70 15

Satu hal lagi: AK70 dilengkapi penyimpanan internal 64GB, cukup besar, tapi seandainya belum puas, Anda bisa menambahkan kartu microSD maksimal sebesar 256GB.

Verdict

Untuk sebuah music player kelas audiophile, Astell&Kern AK70 dijajakan di harga yang logis. Ia mengasikkan sewaktu digunakan bahkan saat sekedar dibawa-bawa. Memang ada alternatif lebih murah dalam menikmati audio beresolusi tinggi, namun daya tahan baterai dan luasnya flash memory memastikan AK70 unggul dibanding produk rival, misalnya Sony NW-A10. Jika kualitas musik merupakan hal utama bagi Anda, maka Anda tidak perlu melirik ke mana-mana lagi.

Kekurangannya? Seperti yang sempat saya bahas, penggunaan kenop buat pengaturan volume punya efek samping sewaktu Anda mengantongi AK70. Lalu, AK70 juga belum dibekali dukungan layanan streaming musik.

Tentu anggapan ‘ekonomis’ bagi kalangan audiophile cukup berbeda dari khalayak awam. Segala kecanggihan Astell&Kern AK70 harus Anda bayarkan di harga yang cenderung tinggi buat sebagian orang. Di Indonesia, AK70 ditawarkan seharga Rp 9 juta.

Salah satu situs ecommerce di Indonesia memajang perangkat ini di etalase mereka, Anda bisa melihatnya lewat tautan ini.

Oppo HA-2SE Ubah Smartphone Jadi Pemutar Musik Berkualitas, Bahkan yang Tak Punya Jack Headphone Sekalipun

Mungkin tidak banyak orang yang tahu, tapi Oppo sebenarnya merupakan produsen perangkat audio yang cukup dipandang di kalangan audiophile lewat produk seperti headphone berjenis planar magnetic maupun headphone amplifier berwujud ringkas nan sangat andal. Dan reputasi ini terus dipertahankan dengan perangkat terbarunya yang bernama Oppo HA-2SE.

HA-2SE merupakan kelanjutan dari HA-2, sebuah kombinasi headphone amplifier dan DAC (digital-to-analog converter) berwujud ringkas yang menuai pujian dari banyak reviewer perangkat audio. Desain HA-2SE tidak banyak berubah, masih solid dan elegan seperti sebelumnya.

Sepintas HA-2SE kelihatan seperti versi bongsor iPhone 4 yang dibalut oleh material kulit premium. Pada kenyataannya, bodi aluminiumnya tergolong tipis di angka 12 mm, dan bobotnya hanya berkisar 175 gram saja.

Oppo HA-2SE menerima input dari smartphone lewat USB, menjadikannya ideal untuk yang tidak dilengkapi jack headphone / Oppo
Oppo HA-2SE menerima input dari smartphone lewat USB, menjadikannya ideal untuk yang tidak dilengkapi jack headphone / Oppo

Perubahan signifikan ada di dalamnya, dimana Oppo telah menyematkan chip DAC terbaru buatan ESS Technology, sanggup mengolah format audio lossless beresolusi tinggi, baik PCM 384 kHz/32-bit maupun DSD256. Tidak ketinggalan juga sebuah amplifier Class AB yang memiliki rasio signal-to-noise lebih baik ketimbang milik pendahulunya.

Pada dasarnya, Oppo HA2-SE punya misi untuk menyulap smartphone atau laptop menjadi pemutar musik dengan kualitas suara terbaik, terutama untuk pengguna yang memiliki headphone kelas atas. HA2-SE siap mengakomodasi variasi impedansi dari 16 ohm sampai 300 ohm, jadi sederhananya earphone murah maupun headphone berharga selangit pun bisa merasakan pengaruh positif HA2-SE.

HA2-SE menerima input dari smartphone lewat sambungan USB. Hal ini menjadikannya sangat ideal untuk iPhone 7 yang tak dilengkapi jack headphone. Lebih menarik lagi, HA2-SE juga akan berperan sebagai power bank selagi digunakan; baterai 3.000 mAh-nya bisa diisi ulang dalam waktu 30 menit saja.

Oppo HA2-SE dibanderol seharga $299. Perangkat ini memang bukan untuk semua orang, melainkan mereka yang punya koleksi file audio lossless dan hendak memaksimalkan potensi headphone kesayangannya.

Sumber: The Verge.