Bocoran Foto Ungkap Perubahan yang Diusung DJI Mavic 2

Kalau ditanya drone buatan DJI apa yang paling revolusioner, saya bakal menjawab Mavic Pro. Diluncurkan hampir dua tahun silam, Mavic memulai era baru drone berwujud ringkas dan berdesain foldable, namun di saat yang sama tidak terlalu banyak mengorbankan performa maupun kualitas gambar.

Sekarang, beredar rumor bahwa DJI tengah menyiapkan penerusnya, lengkap dengan bocoran fotonya. Dalam foto tersebut, tampak drone dengan gaya desain mirip Mavic Pro orisinil, namun tentu saja dengan sedikit perubahan dan label “Mavic 2” di salah satu lengannya.

Perubahan yang paling menarik, kalau mengacu pada bocoran gambarnya, adalah gimbal kamera model baru yang sepertinya bisa dilepas-pasang, macam yang diunggulkan oleh almarhum GoPro Karma. Juga tidak menutup kemungkinan adalah variasi kamera yang tersedia buat Mavic 2, dengan satu varian yang bersensor lebih besar dari biasanya.

Perubahan lain yang tampak dari gambarnya adalah kehadiran sensor di sisi kiri dan kanan bodi drone (kemungkinan di belakang juga ada), sehingga Mavic 2 dapat menawarkan fitur obstacle avoidance 360 derajat. Atau dengan kata lain, kemampuan bermanuver secara otomatisnya bakal meningkat pesat.

Hal lain yang mungkin juga mengundang pertanyaan adalah, mengapa label “Pro” tak ada lagi pada namanya? Kemungkinan DJI memang sengaja menyiapkan dua model Mavic 2 yang berbeda, kurang lebih seperti yang mereka lakukan dengan lini Phantom selama ini.

Sejauh ini belum banyak yang bisa kita ketahui soal Mavic 2. DJI baru-baru ini juga menunda perhelatan event-nya di kota New York, yang semestinya berlangsung di tanggal 18 Juli nanti, dan kemungkinan bakal menjadi panggung debut buat Mavic 2.

Sumber: DroneDJ.

DJI Luncurkan Mavic Air, Lebih Kecil dari Spark Saat Terlipat, Tapi Bisa Merekam Video 4K

Saat DJI merilis Mavic Pro di tahun 2016 lalu, dalam hati saya bertanya mengapa harus ada embel-embel “Pro” di belakangnya? Apakah mungkin ke depannya DJI bakal merilis Mavic tipe lain dengan embel-embel yang berbeda lagi? Semuanya akhirnya terjawab hari ini dengan diumumkannya DJI Mavic Air.

Mavic Air boleh dikatakan merupakan hasil kawin silang antara Mavic Pro dan Spark. Dari atas penampilannya terlihat seperti Mavic Pro, tapi dari depan wajahnya begitu mirip seperti Spark. Dimensinya lebih menyerupai Spark, akan tetapi spesifikasinya menjurus ke Mavic Pro.

DJI Mavic Air

Dalam posisi lengan yang terlipat, Mavic Air bahkan lebih kecil lagi dibanding Spark, meski bobotnya sedikit lebih berat di angka 430 gram. Yang cukup mencengangkan adalah bagaimana DJI berhasil menyematkan gimbal 3-axis pada tubuh mungil Mavic Air, mengingat Spark hanya dibekali gimbal 2-axis.

Pada gimbal tersebut bernaung kamera dengan sensor 1/2,3 inci beresolusi 12 megapixel dan lensa 24mm f/2.8. Video dapat ia rekam dalam resolusi 4K 30 fps dan dengan bitrate maksimum 100 Mbps. Mavic Air bahkan siap mengabadikan berbagai aksi dalam video slow-motion 1080p 120 fps.

DJI Mavic Air

Satu keunikan Mavic Air yang tak dimiliki kakak-kakaknya adalah penyimpanan internal sebesar 8 GB, yang tentu saja bisa diperluas lagi dengan bantuan microSD. Memindah file dari Mavic Air ke komputer juga bisa lebih cepat berkat kehadiran port USB-C pada body-nya.

Pengendalian berbasis gesture seperti yang menjadi andalan Spark turut tersedia di sini, dan DJI tak lupa membekali Mavic Air dengan sejumlah mode perekaman kreatif. Salah satu contohnya adalah mode baru bernama Sphere Panorama, yang akan menjepret 25 gambar sebelum menyatukannya menjadi satu gambar panoramik beresolusi 32 megapixel.

DJI Mavic Air

Kemampuan mengudara Mavic Air juga lebih baik ketimbang Spark. Kecepatan maksimumnya mencapai angka 68 km/jam dalam mode Sport, dan kalau boleh, ia juga siap terbang sampai ketinggian 5.000 meter di atas permukaan laut. Transmisi sinyalnya bisa sampai sejauh 4 kilometer selagi meneruskan rekaman video 720p secara real-time, sedangkan baterainya dapat bertahan sampai 21 menit waktu mengudara.

Seperti halnya Mavic Pro dan Spark, Mavic Air juga mampu mendeteksi dan menghindari rintangan dengan sendirinya. ‘Indera penglihatannya’ bahkan telah disempurnakan hingga dapat mendeteksi sejauh 20 meter. Di saat yang sama, fitur ActiveTrack pada Mavic Air juga sudah ikut disempurnakan agar dapat mendeteksi dan mengikuti lebih dari satu subjek secara otomatis.

DJI Mavic Air

Tanpa harus menunggu lama, DJI bakal memasarkan Mavic Air mulai akhir bulan Januari ini juga seharga $799. Bundel “Fly More Combo” yang mengemas lebih banyak baling-baling dan baterai dihargai $999. Soal warna, konsumen bisa memilih antara hitam, putih atau merah.

Kalau melihat harganya, posisi Mavic Air berada tepat di tengah-tengah Spark ($499) dan Mavic Pro ($999). Sekali lagi, ia berhasil mengawinkan segala kebaikan yang ditawarkan Spark (fisik super-ringkas dan pengoperasian berbasis gesture) dan Mavic Pro (kamera 4K + gimbal 3-axis dan daya tahan baterai di atas 20 menit). Bagi yang sebelumnya sudah bingung ketika disuruh memilih antara Spark atau Mavic Pro, siap-siap dibuat lebih pusing lagi.

Sumber: DJI.

Drone Autel Evo Siap Tantang DJI Mavic Pro dengan Kamera 4K 60 Fps

Tidak perlu dipungkiri, DJI sudah menjadi kiblat bagi para pesaingnya di industri drone. Hal itu begitu tersirat pada drone terbaru buatan Autel Robotics berikut ini. Dijuluki Evo, dari penampilannya saja sudah kelihatan kalau ia mengambil inspirasi dari DJI Mavic Pro.

Pada kenyataannya, cukup banyak kesamaan antara Evo dan Mavic. Keduanya dapat dilipat agar bisa disimpan dengan mudah, keduanya dapat mendeteksi sekaligus menghindari rintangan dengan sendirinya, dan keduanya pun dapat dioperasikan dari jarak sejauh 7 kilometer.

Evo bahkan bisa mengudara selama 30 menit nonstop, sama persis seperti varian baru Mavic Pro Platinum. Namun Autel tidak mau hanya sekadar meniru, mereka juga ingin Evo bisa jadi alternatif yang lebih unggul ketimbang Mavic. Pertanyaannya, apa yang bisa disempurnakan lagi dari Mavic?

Autel Evo

Yang pertama adalah kamera yang menggantung pada gimbal 3-axis-nya. Evo sanggup merekam video pada resolusi 4K 60 fps. Di saat yang sama, Mavic hanya terbatas pada resolusi 4K 30 fps. Yang kedua, Evo bisa melaju dalam kecepatan 20 meter per detik, juga sedikit di atas kemampuan Mavic.

Ketiga, Evo datang bersama remote control yang dilengkapi layar OLED 3,3 inci (bisa menerima live stream dari drone dalam resolusi 720p), yang berarti smartphone bisa Anda simpan di saku selama mengoperasikan Evo.

Autel Evo rencananya akan dipasarkan seharga $1.000, sama persis seperti Mavic Pro standar yang lebih inferior baterainya. Sayangnya Autel belum bisa memastikan jadwal perilisannya selain mengucapkan kata “segera”.

Sumber: DPReview.

DJI Mavic Pro Platinum Mampu Mengudara Lebih Lama dan Lebih Hening

DJI Mavic Pro adalah drone yang sangat tepat bagi mereka yang tidak puas dengan kamera 1080p milik Spark, tapi di saat yang sama mendambakan quadcopter yang jauh lebih portable ketimbang Phantom 4. Setahun berselang sejak Mavic menjalani debutnya, DJI kini sudah menyiapkan varian baru yang lebih sempurna, yakni Mavic Pro Platinum.

Secara garis besar, DJI Mavic Pro Platinum sangat identik dengan varian standar yang sudah beredar di pasaran sekarang. Bodi ringkasnya yang dapat dilipat tidak berubah, demikian pula dengan kamera 4K dan kemampuannya menghindari rintangan secara otomatis. Pembaruannya cuma meliputi dua hal, yaitu daya tahan baterai dan tingkat kebisingan – serta tentu saja lapisan warna baru yang sesuai namanya.

DJI Mavic Pro Platinum

Versi baru Mavic ini diklaim bisa mengudara selama 30 menit nonstop, naik sekitar 11 persen dari versi standarnya yang ‘hanya’ 27 menit – saya bilang “hanya” karena rival seukurannya cuma mampu terbang selama 20 menit. Menurut DJI, peningkatan efisiensi daya ini datang dari penggunaan komponen electronic speed controller baru.

Di samping itu, berkat baling-baling berdesain baru, Mavic Pro Platinum dapat mengudara secara lebih hening ketimbang versi standarnya. Penurunan tingkat kebisingannya cukup signifikan, mencapai angka 60 persen, akan tetapi kabar baiknya baling-baling baru ini ternyata juga kompatibel dengan Mavic Pro standar.

DJI Phantom 4 Pro Obsidian / DJI
DJI Phantom 4 Pro Obsidian / DJI

Dalam kesempatan yang sama, DJI rupanya turut memperkenalkan varian warna baru untuk seri Phantom 4, yakni Phantom 4 Pro Obsidian. Warna abu-abu gelap bertekstur matte membuatnya tampak lebih elegan ketimbang sebelumnya, dan DJI juga tidak lupa untuk menambatkan lapisan anti sidik jari agar drone bisa selalu kelihatan kinclong.

Terakhir, pengguna Spark akan dimanjakan oleh firmware update yang membawa mode baru bernama Sphere, yang memungkinkan mereka untuk menciptakan foto panoramik dengan efek lensa fisheye.

Baik Mavic Pro Platinum maupun Phantom 4 Obsidian bakal masuk ke pasaran mulai bulan September ini juga, dengan banderol masing-masing €1.299 dan €1.699.

Sumber: Engadget dan DJI.

Dengan DJI Goggles, Anda Bisa Mengendalikan Drone Menggunakan Kepala

DJI akhirnya resmi memasarkan DJI Goggles, sebuah head-mounted display (HMD) yang diumumkan bersamaan dengan drone Mavic Pro tahun lalu. Perangkat ini bukan cuma sekadar menempatkan penggunanya pada sudut pandang pertama drone, tapi juga memberikan cara baru dalam mengendalikan drone.

Desainnya sepintas mengingatkan saya pada PlayStation VR. Headband yang mengitari kepala pengguna telah ditanami sejumlah antena, memastikan koneksi yang tetap stabil meskipun drone sedang terbang di belakang Anda. Koneksi antara Goggles dan drone juga tanpa perantara, sehingga latency-nya diklaim tidak lebih dari 110 milidetik.

DJI membekali Goggles dengan sepasang layar full-HD, masing-masing dengan sudut pandang seluas 85 derajat – kalau menurut DJI, pengalamannya mirip seperti menonton TV seukuran 216 inci dari jarak 3 meter. Video dari drone akan di-stream secara real-time dalam resolusi 1080p 30 fps (kalau jaraknya dekat), sedangkan sisanya dalam resolusi 720p 60 fps.

Bagian layarnya ini juga dapat didongakkan ke atas supaya pengguna bisa melihat kondisi di sekitarnya maupun di mana drone yang ia kendalikan berada. Cara ini tentu saja jauh lebih praktis ketimbang melepas Goggles secara menyeluruh.

Sisi kanan DJI Goggles dibekali touchpad supaya pengguna dapat langsung mengakses fitur-fitur drone seperti ActiveTrack atau TapFly / DJI
Sisi kanan DJI Goggles dibekali touchpad supaya pengguna dapat langsung mengakses fitur-fitur drone seperti ActiveTrack atau TapFly / DJI

Akan tetapi hal yang paling menarik dari DJI Goggles adalah bagaimana pengguna dapat mengendalikan drone menggunakan kepalanya, tanpa bantuan controller sama sekali. Jadi ketika Anda menoleh ke kiri, drone juga akan membelok ke kiri. Kalau menghadap ke depan, ya drone juga akan bergerak lurus.

Lebih lanjut, cara yang sama juga bisa dimanfaatkan untuk mengendalikan pandangan kamera drone. Skenario ini menurut saya adalah yang paling ideal: pengguna mengendalikan pergerakan drone menggunakan controller, lalu kameranya menyesuaikan dengan pandangan pengguna.

Dalam konteks profesional, satu drone bahkan bisa dihubungkan dengan dua Goggles sekaligus. Jadi satu orang bisa mengendalikan pergerakan drone, sedangkan satu lagi bisa berfokus pada pandangan kameranya – semuanya tanpa menggunakan controller bawaan drone.

Satu orang dapat mengendalikan drone menggunakan controller, dan satu lagi mengontrol pandangan kamera dengan DJI Goggles dan kepalanya / DJI
Satu orang dapat mengendalikan drone menggunakan controller, dan satu lagi mengontrol pandangan kamera dengan DJI Goggles dan kepalanya / DJI

Di sisi kanan perangkat, terdapat touchpad untuk menavigasikan menu dan mengaktifkan sejumlah fitur drone macam ActiveTrack, TapFly, Terrain Follow, Cinematic Mode maupun Tripod Mode secara langsung. Soal baterai, Goggles diklaim bisa bertahan selama 6 jam dalam satu kali charge.

Sebagai bonus, Goggles juga dilengkapi input HDMI sehingga pengguna dapat memakainya untuk sekadar menonton video atau bermain video game. Goggles bahkan mengemas speaker untuk menyajikan audio, atau pengguna juga dapat menyambungkan headphone lewat jack 3,5 mm.

DJI Goggles akan tersedia mulai 20 Mei mendatang. Banderol harganya tidak murah, tepatnya $449, hampir separuh harga Mavic Pro itu sendiri. Selain Mavic, perangkat ini juga kompatibel dengan seri Phantom 4 dan Inspire 2.

Sumber: New Atlas dan DJI.

PolarPro Katana Sulap Drone DJI Mavic Pro Menjadi Kamera Handheld

Berbekal sensor 4K dan gimbal 3-axis, DJI Mavic Pro boleh dianggap sebagai salah satu kamera video terbaik di pasaran. Kebetulan saja kamera itu bisa terbang dan menghindari rintangan dengan sendirinya, dan lagi dimensinya cukup ringkas untuk bisa digenggam dengan satu tangan.

Melihat hal ini, wajar apabila ada yang berpikiran untuk menggunakan Mavic Pro sebagai kamera video biasa. Satu perangkat untuk mengambil video aerial sekaligus video di darat, kira-kira begitu premis sederhananya. Masalahnya, DJI mendesain Mavic Pro untuk terbang, bukan untuk dipegangi.

PolarPro Katana tak akan terasa efektif tanpa dimensi ringkas Mavic Pro sendiri / PolarPro
PolarPro Katana tak akan terasa efektif tanpa dimensi ringkas Mavic Pro sendiri / PolarPro

Tanpa grip yang mantap, sulit rasanya untuk menciptakan video yang menawan. Beruntung ada perusahaan seperti PolarPro yang punya ide unik, yakni aksesori untuk mengubah Mavic menjadi sebuah kamera handheld untuk digunakan dalam skenario sehari-hari.

Buah pemikiran mereka adalah PolarPro Katana, sebuah perangkat yang mereka sebut dengan istilah “Mavic Tray”. Cara kerjanya sederhana: selipkan drone Mavic ke tengahnya (dalam posisi lengan-lengannya terlipat tentu saja), lalu pasangkan smartphone di atas sebagai viewfinder, dan perangkat pun siap dioperasikan dengan sepasang gagang di kiri-kanannya.

Jangan sia-siakan kapabilitas kamera DJI Mavic Pro untuk video aerial saja / PolarPro
Jangan sia-siakan kapabilitas kamera DJI Mavic Pro untuk video aerial saja / PolarPro

Kehadiran kedua gagang ini, ditambah gimbal 3-axis bawaan kamera Mavic, menjadi jaminan atas hasil video yang stabil dan mulus. Satu-satunya hal yang menurut saya bakal menjadi kendala hanyalah daya tahan baterai. Namun karena baling-balingnya tidak beroperasi, saya kira Mavic dalam skenario ini bisa bertahan lebih dari 27 menit.

PolarPro Katana mungkin tidak termasuk sebagai aksesori esensial untuk Mavic Pro, akan tetapi banderol harganya yang cuma $50 menurut saya wajib menjadi pertimbangan setiap pengguna Mavic Pro. Pemikiran sederhana saya: jangan sia-siakan kapabilitas kamera Mavic Pro untuk video aerial saja.

Sumber: DPReview.

DJI Mavic Pro Adalah Drone Terkecil yang Pernah DJI Buat

Seperti yang sudah dirumorkan, DJI baru-baru ini meresmikan sebuah drone anyar bernama Mavic Pro. Ini merupakan drone terkecil yang pernah DJI buat; keempat lengannya bisa dilipat sehingga perangkat jadi tampak sangat ringkas, bahkan lebih ringkas dari GoPro Karma yang mengusung konsep desain serupa.

Namun jangan sesekali tertipu dengan wujudnya yang mini, DJI telah menambatkan deretan teknologi canggih ke Mavic Pro. Secara garis besar, drone ini punya spesifikasi dan fitur setara Phantom 4, bahkan melampauinya di beberapa aspek.

Kamera 4K milik DJI Mavic Pro menancap pada gimbal 3-axis untuk hasil perekaman yang stabil / DJI
Kamera 4K milik DJI Mavic Pro menancap pada gimbal 3-axis untuk hasil perekaman yang stabil / DJI

Pertama-tama, ada kamera 4K yang menancap pada gimbal 3-axis. Kamera ini pada dasarnya sama persis seperti yang dimiliki Phantom 4, hanya saja sudut pandang lensanya sedikit lebih sempit di angka 78 derajat. Foto bisa ia ambil dalam resolusi 12 megapixel, termasuk dalam format RAW sekalipun.

Performanya juga tidak kalah dibanding Phantom 4, dengan kecepatan maksimum 65 km/jam dalam mode Sport dan baterai 3.830 mAh yang sanggup beroperasi selama 27 menit nonstop. Yang sangat menarik, drone ini bisa dikendalikan dari jarak 7 km jauhnya. Sebagai pembanding, jarak maksimum Phantom 4 ‘hanya’ 5 km.

Perihal stabilitas selama mengudara, Mavic Pro telah dilengkapi seabrek sensor yang meliputi 5 kamera, sepasang sensor ultrasonik, sistem GPS dan GLONASS, serta chipset pengolah dengan total 24-core. Ia bahkan bisa mendarat dengan sendirinya di titik lepas landas tanpa meleset lebih dari satu inci.

DJI Mavic Pro dalam kondisi terlipat bersama controller-nya / DJI
DJI Mavic Pro dalam kondisi terlipat bersama controller-nya / DJI

Mavic Pro datang bersama sebuah controller yang ringkas pula, kira-kira seukuran controller NES kalau menurut The Verge yang sudah mencobanya. Terdapat layar kecil di bagian tengah controller untuk memonitor data telemetri, namun pengguna juga bisa menjepitkan smartphone di bawahnya untuk memantau pandangan drone secara real-time.

Tidak seperti Phantom 4, pengguna diberi sejumlah cara untuk mengendalikan Mavic Pro; bisa menggunakan controller-nya saja, controller + smartphone, atau smartphone saja. Saat dikendalikan menggunakan ponsel saja, Mavic Pro masih bisa mengaktifkan fitur TapFly seperti milik Phantom 4, dimana pengguna cuma perlu menyentuh layar ponsel dan drone pun akan terbang menuju ke arah yang ditunjuk.

Computer vision memungkinkan DJI Mavic Pro untuk mengikuti objek secara presisi dan menghindari rintangan secara otomatis / DJI
Computer vision memungkinkan DJI Mavic Pro untuk mengikuti objek secara presisi dan menghindari rintangan secara otomatis / DJI

Ya, Mavic Pro memang telah dibekali teknologi computer vision seperti kakaknya yang berbodi lebih bongsor tersebut. Ia dapat menghindari rintangan yang berada di rutenya tanpa perlu campur tangan Anda, dan ia juga bisa diinstruksikan untuk selalu mengikuti objek tertentu dan menempatkannya di tengah-tengah frame kamera.

Yang baru dan sejauh ini eksklusif untuk Mavic Pro adalah fitur pengenalan gesture yang memungkinkan pengendalian tanpa controller. Pengguna bisa melambaikan tangannya untuk memanggil drone, lalu membentuk bingkai di depan wajah dengan tangannya guna menginstruksikan drone untuk siap-siap mengambil selfie.

DJI Goggles / DJI
DJI Goggles / DJI

Bersamaan dengan Mavic Pro, DJI juga mengumumkan aksesori baru bernama DJI Goggles yang pada dasarnya merupakan VR headset untuk melihat tampilan kamera drone dalam sudut pandang pertama seluas 85 derajat dan resolusi 1080p. Menariknya, Goggles menerima data langsung dari Mavic Pro, bukan dijembatani controller sehingga lag diyakini sangat minim.

Soal ketersediaan, DJI Mavic Pro akan dipasarkan mulai 15 Oktober seharga $999, atau $749 tanpa controller. Untuk DJI Goggles, sayang sejauh ini belum ada informasi mengenai harganya.

Sumber: The Verge dan DJI.