Team Liquid Dinobatkan Sebagai Tim yang Paling Banyak Ditonton pada Tahun 2019

Dikutip dari Esports Charts, Team Liquid merupakan tim esports yang paling banyak ditonton pada tahun 2019 dengan mengumpulkan 124.4 millions hours watched. Pada urutan kedua, ada G2 Esports dengan 102 millions hours watched. Hanya Team Liquid dan G2 Esports yang berhasil melewati batas 100 millions hours watched. Bahkan T1 dengan Lee “Faker” Sang-hyeok hanya berada di posisi 4 dengan jumlah 72.1 millions hours watched. Sedikit mengejutkan, Astralis yang hanya memiliki divisi CS:GO berhasil menduduki peringkat 5 pada penghargaan ini. Dengan total 50.1 millions hours watched, sepertinya Astralis mendapatkan angka tersebut dengan banyaknya penampilan mereka di partai final turnamen-turnamen besar.

Di tahun 2018 kemarin, Team Liquid juga berhasil meraih penghargaan most popular team oleh Esports Charts. Raihan prestasi menjadi faktor utama Team Liquid menjadi sangat populer. Dengan 14 tim dari berbagai game title dan juga pemain-pemain yang memiliki segudang prestasi, Team Liquid selalu terlihat di banyak turnamen dan menjadi juara.

Popularitas akan mengikuti prestasi, bukan sebaliknya

Sumber: Dexerto
Sumber: Dexerto

Bisa Anda lihat divisi League of Legends dari Team Liquid yang mendominasi ranah kompetitif Amerika Utara. Yiliang “Doublelift” Peng dan timnya berhasil menjuarai North America LCS Summer dan juga Spring pada tahun 2019. Kemenangan di NA LCS membawa mereka untuk menjadi wakil Amerika Utara di Mid-Season Invitational 2019 dan Worlds 2019. Doublelift sendiri merupakan pemain paling populer di divisi League of Legends-nya. Ia memiliki 938 ribu followers di Twitter dan 1.3 juta followers yang menonton live stream-nya di Twitch.

Terbilang hampir sama populernya dengan divisi League of Legends, divisi CS:GO dari Team Liquid saat ini menduduki peringkat 3 HLTV. Mereka berhasil memenangkan banyak turnamen besar pada tahun 2019 kemarin. Seperti Intel Extreme Masters XIV di Chicago, BLAST Pro Series: Los Angeles 2019 dan ESL One: Cologne 2019. Kepopuleran divisi CS:GO-nya pun bertambah ketika Jake “Stewie2k” Yip bergabung pada Desember 2018. Saat ini Stewie2k memiliki 368 ribu followers di Twitter dan ia juga rutin melakukan live stream bersama Michael “Shroud” Grzesiek melalui channel Twitch-nya yang memiliki 673 ribu followers.

Walaupun kini sudah berbeda, divisi Dota 2 Team Liquid terbilang sangat bersinar saat dipimpin oleh Kuro “KuroKy” Salehi Takhasomi pada tahun 2017 sampai 2019 lalu. Berhasil menjuarai The International 2017 menjadi batu loncatan untuk kepopuleran Team Liquid di mata penggemar Dota 2 kala itu. Di tahun 2019 pun Team Liquid Dota 2 masih konsisten akan prestasinya. Walau akhirnya kalah oleh OG Dota 2 pada partai final The International 2019.

Sumber: is.fi
Sumber: is.fi

Bahkan di Hearthstone pun, Team Liquid memiliki pemain yang tidak kalah populer dengan pemain dari divisi lain. Janne “Savjz” Mikkonen merupakan pemain profesional Hearthstone yang sudah bergabung dengan Team Liquid sejak tahun 2014. Ia terlihat sangat interaktif dengan penontonnya yang berjumlah 545 ribu saat melakukan live stream di Twitch. Savjz juga membuat konten video melalui channel Youtube-nya yang saat ini memiliki 234 ribu subscribers.

N0tail Membalas Pernyataan Doublelift tentang Mechanical Skill di Dota 2 dan LoL

Beberapa hari lalu, Yiliang “Doublelift” Peng memberikan pernyataan di sesi livestream-nya, “Dota 2 memiliki lebih banyak hal untuk dipelajari dibandingkan League of Legends. Tetapi dalam hal mechanical skill, tidak demikian. Tidak mungkin dalam bermain Dota 2 membutuhkan mechanical skill yang lebih baik dibandingkan bermain League of Legends. Karena turnspeed yang lambat, tidak banyak skillshot, tidak banyak dash ability, terlalu banyak click stun. Jadi Dota 2 tidak memerlukan mechanical skill yang menonjol.”

Sumber: Twitch Doublelift
Sumber: Twitch Doublelift

Mechanical skill yang dimaksud di sini adalah, kemampuan untuk melakukan klik mouse dan menekan tombol komputer di waktu tepat seperti yang otak Anda inginkan. Mechanical skill yang tinggi berarti Anda bisa mengeksekusi lebih banyak atau lebih sulit aksi, dan membuat kesalahan yang lebih sedikit.

Tidak berselang lama setelah pernyataan Doublelift menjadi perbincangan di kedua komunitas Dota 2 dan League of Legends, Johan “N0tail” Sundstein membalas pernyataan Doublelift melalui akun Twitter miliknya. Ia membahas mengenai pertandingan profesional League of Legends yang berkesan membosankan, karena hanya terjadi sedikit upaya kill sampai menit 30.

Sumber : Twitter N0tail
Sumber : Twitter N0tail

Lalu Jack “KBBQDota” Chen yang merupakan caster Dota 2 di Amerika Serikat membalas Tweet N0tail, “kuncinya adalah untuk tidak bosan saat semua orang berada di lane sampai mereka satu tim cukup kuat untuk menaklukkan monster neutral. Lalu mereka memenangkan satu peperangan tim dan akhirnya pertandingan selesai.”

Sumber : Twitter N0tail
Sumber : Twitter N0tail

Menurut saya, isi pernyataan dari kedua pihak Doublelift dan N0tail memang tidak ada salahnya. Pasalnya, League of Legends memiliki lebih banyak skillshot dan dash ability ketimbang Dota 2 sehingga untuk bermain League of Legends membutuhkan mechanical skill yang lebih mumpuni. Tetapi pertandingan profesional di League of Legends memang jarang terjadi aksi bahkan sampai menit 30. Seringnya, kedua tim bermain aman dan melakukan farming atau hanya mendapatkan objektif yang memiliki resiko rendah saja. Tidak memiliki sistem buyback seperti di Dota 2 juga membuat pertandingan League of Legends memiliki lebih sedikit kemungkinan berbaliknya keadaan permainan. Sehingga bisa terjadi seperti apa yang dikatakan KBBQDota, butuh 1 peperangan tim saja untuk memenangkan pertandingan.

League of Legends lebih membutuhkan micro skill seperti kemampuan mechanical skill setiap pemainnya, sedangkan Dota 2 lebih membutuhkan macro skill yaitu pergerakan dan pengambilan keputusan satu tim secara keseluruhan. Dua game yang mirip tetapi berbeda.

Bagaimana menurut Anda? Apakah Anda setuju?

Doublelift Sebut Mekanik Dota 2 Lebih Mudah Daripada League of Legends

Perseteruan antara Dota 2 dengan League of Legends (League) mungkin sudah seperti pertarungan abadi yang tak pernah berhenti. Sejak lama, komunitas dari kedua game saling berseteru, saling membandingkan gamenya satu sama lain. Pemain Dota menganggap League lebih mudah dan juga sebaliknya.

Tak hanya komunitas secara umum saja, sosok ternama di skena kompetitif League juga memberi pendapatnya soal Dota. Dia adalah Yiliang Peng (Doublelift), pemain ADC Team Liquid untuk pada League of Legends Championship Series. Dalam sesi streaming di Twitch, ia memperbincangkan soal beberapa hal, salah satunya adalah pendapatnya tentang Dota.

Secara tegas ia mengatakan bahwa Dota lebih mudah secara mekanik permainan dibandingkan dengan League. Tapi lebih lanjut, ia menjelaskan kembali argumentasinya. Menurutnya Dota memang lebih sulit jika bicara soal item yang beranekaragam, kombinasi hero, build, dan ragam halang rintang yang ada di map permainan.”Tapi kalau secara mekanik permainan, jelas tidak. Tidak mungkin Dota punya kebutuhan kemampuan mekanik yang lebih tinggi daripada League.” tukasnya dalam streaming.

Week 7 Day 2 at 2018 NA LCS Summer Split in Los Angeles, California, USA on 5 August 2018. Sumber: Riot Games
Sumber: Riot Games

Seperti yang Anda ketahui, item di Dota memang sangat beragam, baik fungsi pasifnya atau aktifnya. Belum lagi setelah Outlanders Update, jumlahnya semakin membengkak karena kehadiran mekanik drop item dari Neutral Creep.

Melanjutkan maksudnya, soal mekanik yang dia sebut adalah perbandingan eksekusi ability hero/champion Dota dengan League. Menurutnya, ekseskusi ability hero di Dota cenderung lebih mudah, beberapa hero hanya perlu klik musuh dan ability kena musuh secara otomatis. Sementara dalam League, Anda tidak bisa melakukan hal tersebut. Banyak ability di dalam League yang bersifat skillshot, maksudnya adalah ability yang tidak mendarat secara otomatis, melainkan harus diarahkan sambil memprediksi gerakan musuh agar ability tersebut jadi kena musuh.

Seakan ingin Doublelift meneguhkan argumentasinya, ia lalu bercerita bahwa dirinya juga pernah bermain Dota 2. “Saya pernah main Dota selama beberapa saat, saya bahkan bisa membantai pemain-pemain di pub dengan mudah. Tapi saya sadar, keadaan tentu jadi beda jika saya main melawan pemain pro.”

Saya sendiri setuju dengan apa yang dikatakan oleh Doublelift. Namun agar Anda bisa mendapat sudut pandang lebih jelas, Dota dengan League sebenarnya hanya punya kesulitannya masing-masing saja. Benar yang dikatakan Doublelift, League lebih sulit dalam segi mekanik mikro, yang berasal dari kemampuan individual. Anda tidak bisa melempar ability secara sembarangan, karena ability tidak mendarat secara otomatis, harus diarahkan. Belum lagi beberapa champion juga punya ragam kemampuan yang memungkinkan mereka menghindari ability yang dilempar oleh musuh.

Sementara di sisi lain, Dota memang punya mekanik individu yang cenderung lebih mudah, namun lebih kompleks dari sisi gameplay secara umum. Kompleksitas yang dimaksud adalah soal kombinasi hero dengan item terbaik, Talent dan sebagainya. Belum lagi pada level kemampuan tertentu, Anda juga harus memahami kontur tanah dan pola pohon-pohon yang ada di berbagai area permainan, agar dapat juking atau menggocek musuh.

Jadi tak perlu saling berkelahi, karena sebenarnya Dota dan League sudah beda gameplay, dengan kompleksitasnya masing-masing.

Sumber header: Riot Games