Observer dan Referee, Pekerjaan Penting yang Tersembunyi di Balik Hingar Bingar Esports

Masih banyak yang salah kaprah bahwa karier di esports hanyalah soal menjadi atlet saja. Sebagai wajah dari esports, tak aneh jika sosok atlet adalah sosok paling disorot. Namun nyatanya, ada ragam karier yang bisa dikerjakan di dalam ekosistem esports. Selain dari pekerjaan caster yang bekerja di depan layar, ada juga banyak pekerjaan lain yang tersembunyi di balik layar. Sosok yang akan kita bahas kali ini punya tanggung jawab yang besar di dalam mempertahankan integritas sebuah event esports.

Sosok tersebut adalah observer dan juga referee. Dua sosok ini bekerja di belakang layar, yang membuat mereka kerap tidak mendapat sorotan, walau peran pekerjaanya sangat penting. Jadi apa sebenarnya tugas dari seorang observer dan referee? Bagaimana peran mereka di dalam sebuah event esports? Bagaimana nasib jenis pekerjaan yang satu ini di dalam ekosistem esports Indonesia? Kali ini Hybrid akan mengupas tuntas seputar dua pekerjaan tersebut.

Apa itu Observer dan Referee di dalam Esports?

Sebelum lebih jauh membahas pekerjaan ini di dalam ekosistem esports Indonesia, mari kita terlebih dahulu mengenal apa tugas-tugas observer dan referee. Mulai dari observer lebih dahulu, sederhananya pekerjaan ini bertugas untuk mengendalikan in-game camera di dalam sebuah tayangan esports.

Lebih lanjut tentang tugas Observer, British Esports Association menjelaskan bahwa tugas mereka termasuk: mengidentifikasi momen-momen penting di dalam permainan, memastikan kamera menyoroti aspek paling menarik di dalam suatu pertandingan, dan menyoroti momen penting untuk dijadikan replay.

Sumber: British Esports Association
Sumber: British Esports Association

Pada sebuah laman perekrutan, Riot Games mendeskripsikan beberapa kualitas diri yang perlu dimiliki dari seorang observer. Ada dua hal yang penting, salah satunya adalah mata Anda harus lihai. Maksudnya lihai adalah Anda harus memiliki tingkat fokus yang tinggi, serta mata yang terlatih supaya dapat menjaga kamera tayangan langsung in-game selalu menyorot momen yang penting, dengan keakuratan yang disebut sebagai pixel perfect accuracy.

Seorang observer juga harus fasih terhadap game yang diawasi: paham luar dalam game yang akan disoroti. Kalau dalam hal MOBA misalnya, seorang observer harus paham macro play dan alasan di balik pergerakan seorang hero. Dalam beberapa hal, sebagai indikator tingkat pemahaman sang observer terhadap game yang mereka soroti, kadang-kadang observer juga perlu memiliki rank yang tinggi terhadap game yang disoroti, 

Lalu bagaimana dengan pekerjaan referee atau wasit? Sebenarnya pekerjaan ini kurang lebih sama dengan wasit di dalam olahraga. Kembali mengutip British Esports Association, tugas dari seorang wasit adalah menjaga jalannya sebuah pertandingan, memastikan para pemain mentaati peraturan, dan berani tegas menindak tim atau oknum yang melanggar peraturan tersebut.

Sumber: British Esports Association
Sumber: British Esports Association

Selain itu, tugas wasit kadang juga termasuk, set-up perlengkapan di atas panggung, test server, merapihkan bracket, dan memastikan semuanya berjalan sesuai dengan jadwal. Referee juga punya tanggung jawab untuk menyelesaikan isu yang terjadi di atas panggung, contohnya seperti, PC yang freeze, keyboard rusak, masalah internet, atau mungkin masalah earphone yang rusak.

Maka dari itu, seorang wasit juga harus paham game yang akan mereka awasi. Mungkin tak harus paham luar dalam seperti Observer, namun setidaknya paham dasar-dasarnya. Seorang wasit juga dituntut harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik, bisa menyelesaikan isu dan mengambil keputusan dengan cepat, dan tentunya berani tegas menindak segala pelanggaran.

Observer dan Referee di Ekosistem Esports Indonesia

Oke, setelah kita bicara soal definisi, tugas-tugas, serta kemampuan yang perlu dimiliki dari seorang observer dan referee; pembahasan selanjutnya adalah soal pekerjaan ini di dalam ekosistem esports Indonesia. Saya mencoba membahasnya dari dua sisi, pertama dari sisi event organizer sedangkan kedua dari sisi praktisi pekerjaan observer dan referee itu sendiri.

Untuk perwakilan dari EO, saya mewawancara Irliansyah Wijanarko, Chief Growth Officer dan Co-Founder dari RevivalTV. Bicara soal pekerjaan ini, pertanyaan pertama yang muncul adalah, seberapa dibutuhkan pekerjaan ini di ekosistem esports Indonesia? Kalau di luar negeri, observer dan referee sudah menjadi standar, dan harus selalu ada di dalam setiap event esports. Kalau di Indonesia bagaimana?

Irliansyah Wijanarko saat presentasi di Press Conference MPL ID S2. Sumber: MLBB
Irliansyah Wijanarko saat presentasi di Press Conference MPL ID S2. Sumber: MLBB

Irli mengatakan bahwa konteks Indonesia sama dengan luar negeri. Peran dua pekerjaan ini sangatlah penting, terutama referee yang tugasnya menjaga integritas sebuah kompetisi. “Peran referee ini sangatlah vital, apalagi untuk kompetisi high level seperti MPL, MSC atau PINC. Kalau di luar negeri, perlu lisensi tertentu untuk menjadi referee esports. Kalau di Indonesia sih masih belum seketat itu, dan kebanyakan referee di Indonesia juga masih bersifat freelance.”

Walau demikian, sebagai salah satu EO besar di ekosistem esports Indonesia, Irli mengaku memiliki divisi tersendiri untuk soal referee ini. Divisi tersebut bernama League Ops Division. Divisi tersebut berisi orang-orang yang berdedikasi untuk mengurus sistem turnamen, berbagai macam hal seputar operasional sebuah kompetisi, dan termasuk mengurusi soal referee. Tetapi walau ada divisi khusus untuk wasit dan admin, Irli mengaku bahwa ia sendiri tetap butuh pekerja referee freelance.

“Salah satu contohnya sih untuk event kaya MPL, biasanya kita hire referee freelance juga. Tapi untuk liga yang sifatnya reguler seperti MPL, biasanya kita pakai sistem kontrak satu musim. Supaya integritas acaranya terjaga, dan referee-nya bisa mengikuti dari awal hingga akhir turnamen.” jawab Irli membahas soal sistem perekrutan referee RevivalTV.

Lalu, apakah mencari freelance referee atau observer itu adalah hal yang sulit? Apalagi mengingat jadwal event esports Indonesia yang sempat tumpang tindih, seperti saat ESL Clash of Nations 2019 dan Piala Presiden Esports 2019 kemarin. “Susah!” jawab Irli.

Menurutnya, mencari referee jadi sulit karena tidak banyak orang yang punya seperangkat kemampuan yang dibutuhkan. “Susahnya adalah mencari orang yang punya nyali untuk tegas, dan berani memegang teguh peraturan, walau ditekan oleh berbagai pihak.” Cerita Irli.

onic win mpl id s3
Untuk event seperti MPL, kehadiran referee ataupun observer kontrak selama satu seri biasanya menjadi penting, demi menjaga integritas acara. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Lalu bagaimana dengan pekerjaan observer? Jawabannya masih cukup senada, yaitu sulit. Irli mengatakan bahwa mencari observer biasa itu mudah, tapi yang sulit adalah mencari observer yang mahir. Menurut Irli, tantangan mencari observer adalah karena sulitnya mencari orang yang paham luar dalam terhadap gamenya, dan dapat bekerja di dalam tim bersama dengan tim produksi. “Basically dia mesti bisa baca game. Makanya menurut gue, seorang observer harus punya rank tinggi pada game yang ia kuasai. Kalau di RevivalTV, observer Mobile Legends minimal harus rank mythical glory bintang 100++.”

Setelah mendengar dari sisi EO, kami juga mewawancara salah satu praktisi observer dan referee di Indonesia. Bicara soal tantangan pekerjaan, Fadhel “ROSESA” Irawan, salah satu observer ternama di Dota 2, cerita tentang tantangan pekerjaan menjadi observer. “Kalau di event, mau itu besar ataupun kecil, tanggung jawab seorang observer itu sangat besar. Kenapa? Karena tugas observer juga menjaga mood penonton. Kalau kita miss moment, pastinya kita yang bakal disalahin. Makanya untuk observer baru biasanya belum bisa pegang event besar. Karena organizer kompetisi besar pasti butuh talenta yang berkualitas, termasuk dalam hal observing.”

Tanggung jawab pekerjaan observer memang sebegitu tinggi, begitu juga dengan referee. Seperti sudah disebutkan pada bagian awal artikel ini, bahwa referee harus menjaga pertandingan berjalan mulus dan menegakkan rules yang berlaku di dalam kompetisi tersebut.

Lebih lanjut, kami menanyakan Daniel Manurung, referee yang sudah cukup lama malang melintang di ekosistem esports Indonesia. Ia menjelaskan bahwa seorang referee harus memahami rules semua game dan tentunya juga harus netral di dalam setiap keadan. Lalu selain itu, ia juga cerita sedikit pengalamannya menjadi referee di ekosistem esports Indonesia. “Jadi referee risikonya cukup besar, dan pasti ditekan dari berbagai pihak. Contohnya kalau game telat, kadang-kadang referee yang disalahin, padahal yang telat adalah player-nya. Kalau bicara tantangan paling besar, hal tersebut adalah saat harus memberi keputusan jika ada sengketa tertentu. Hal tersebut jadi tantangan paling besar karena, kalau kita (referee) salah memberi keputusan, dampaknya sudah pasti bakal sangat fatal.”

Melihat tanggung jawab pekerjaan seorang referee dan observer yang sebenarnya sangat berat, pertanyaan berikutnya yang muncul adalah, apakah bayarannya sepadan? Kalau kita kembali mengutip penjelasan British Esports Association, bayaran seorang observer dan referee sebenarnya cukup lumayan di luar negeri sana.

Sumber: Tilt Report
Pekerjaan observer tentu bukan sesuatu yang mudah. Bayangkan Anda harus terus fokus memperhatikan momen yang terjadi di dalam game, selama sekitar 30 menit untuk game jenis MOBA. Sumber: Tilt Report

Observer dikatakan bisa menerima 250 Pound (Rp4,5 juta) sampai dengan 400 Pound (Rp7,3 juta) dalam satu seri pertandingan. Referee terbilang cenderung lebih kecil, yaitu mulai dari 50 Pound (Rp900 ribu) sampai dengan 100 Pound (Rp1,8 juta) per hari kerja. Namun bayaran seorang referee bisa sangat besar jika sifat pekerjaannya full-time. Dikatakan di sana, full-time referee bisa menerima sampai dengan 20.000 Pound (Rp365 juta) per tahun, atau sekitar 1600 Pound per bulan (Rp29 juta).

Bagaimana kalau di Indonesia? Kami pun mencoba menanyai observer dan referee lain yang tidak bisa kami sebutkan namanya di ekosistem esports Indonesia. Mereka mengakui bahwa bayaran dua pekerjaan tersebut masih terbilang kecil untuk ukuran Indonesia sekalipun. Pekerjaan observer freelance dibayar dengan cukup beragam, mulai dari Rp250-300 ribu sampai Rp500-750 ribu per harinya. Menariknya, bayaran sebesar Rp250-300ribu itu ternyata malah datang dari salah satu event esports tingkat internasional di Indonesia.

Pekerjaan referee malah lebih parah. Menurut pengakuan dari referee yang kami tanyai, ia hanya mengambil pekerjaan referee freelance yang bayarannya minimal Rp300 ribu per hari. Tapi ia juga cerita bahwa dirinya pernah dibayar sebesar Rp750 ribu ketika menjadi wasit kepala, dan mengatakan ada juga event yang membayar wasit sebesar Rp500 ribu per hari. Lalu apakah ada event yang membayar referee lebih kecil dari Rp300 ribu. Sang referee lalu menceritakan salah satu pengalamannya, “paling kecil waktu itu saya pernah dibayar Rp125 ribu lalu dipotong pajak 5%. Jadi saya terima bersih Rp115 ribu per hari, pada salah satu event esports di Indonesia.”

Seiring berkembangnya ekosistem esports di Indonesia, pekerjaan seperti esports referee atau observer kini jadi lebih dibutuhkan. Pekerjaan ini juga seperti pekerjaan shoutcaster yang jadi perangkat wajib dalam sebuah event esports offline.

Namun demikian, cukup miris melihat pengakuan dari observer dan referee soal bayaran yang mereka terima. Memang, perputaran uang di ekosistem esports Indonesia tidak sama besarnya dengan perputaran uang di ekosistem esports luar negeri. Namun, menurut saya, bayaran tersebut harusnya bisa lebih besar lagi; mengingat tanggung jawab besar yang diemban dua pekerjaan tersebut.

Akhirnya, harapannya, dengan artikel ini orang-orang mulai menyadari betapa pentingnya dua pekerjaan ini dan bayaran minimal tak akan membuat banyak orang terpacu untuk menjadi lebih baik ataupun tertarik untuk menggelutinya.

Karena idealnya, sebuah industri dapat memberikan bayaran yang sepadan dengan segala jerih payah yang dikeluarkan dan dapat menyejahterakan semua pihak yang terkait di dalamnya…

Super Evil Megacorp Umumkan Akan Hanya Beri “Dukungan” Untuk Esports Vainglory

Esports telah menjadi salah satu marketing tools yang efektif untuk memasarkan game ke berbagai khalayak belakangan ini. Apalagi untuk jenis game yang sifatnya kompetitif, seperti genre MOBA. Bahkan ada yang berpendapat bahwa jenis game tersebut terasa tidak lengkap, jika tidak ada esports yang membantu memupuk perkembangan game tersebut.

Kendati demikian, Super Evil Megacorp, pengembang yang pertama kali merilis MOBA untuk perangkat bergerak, kini memutuskan untuk tidak lagi mengembangkan esports Vainglory secara aktif. Dalam sebuah post ia mengatakan bahwa SEMC akan mengambil peran suportif atau hanya memberi dukungan saja di dalam scene esports Vainglory.

Foto tim dev Super Evil Megacorp tahun 2017, saat baru pertama kali menerima pendanaan. Sumber: SEMC Official Media
Foto tim dev Super Evil Megacorp tahun 2017, saat baru pertama kali menerima pendanaan. Sumber: SEMC Official Media

Lebih lanjut, dalam postingan blog resmi tersebut, SEMC mendorong penyelenggara pihak ketiga untuk tetap menyelenggarakan kompetisi Vainglory. Nantinya, SEMC akan memberikan dukungan apapun yang bisa diberikan kepada sang penyelenggara, sementara mereka akan memfokuskan diri untuk mengembangkan game Vainglory itu sendiri.

Kejadian ini mungkin bisa dibilang sebagai puncak dari rentetan kejadian tidak menguntungkan yang menimpa Super Evil Megacorp saat mengembangkan Vainglory. Dalam artikel Hybrid yang berjudul “Senjakala Esport Vainglory: Sang Pionir yang Kini Kian Tertinggal”, saya menjelaskan bagaimana perjalanan Vainglory mulai dari puncak masa kejayaannya, sampai memasuki masa-masa berat yang dialami setelah perilisan 5v5.

Vainglory memulai perjuangannya sebagai pionir yang menciptakan scene esports pada perangkat bergerak, namun kini jadi yang paling tertinggal di antara semua MOBA perangkat bergerak lainnya. Menanggapi hal ini, Herry “Herrboy” Sudharma yang dahulu sempat aktif di komunitas Vainglory Indonesia dengan menjadi caster dan bahkan sempat menjadi pemain, turut memberikan komentarnya.

Herrboy (left) with 2 VG shoutcasters. Source: revivaltv.id
Herrboy (kiri) dengan 2 shoutcasters VG lainnya. Sumber: revivaltv.id

“Jujur gue sendiri sangat sedih mendengar ini, karena Vainglory adalah game yang mengubah hidup gue. Jadi bisa kenal banyak orang mulai player Indonesia dan internasional, kenal dengan beberapa orang SEMC dan beberapa orang yang terlibat di belakang layar event esports. Terlebih juga karena Vainglory gue dapat kesempatan berkecimpung di dunia esports sebagai player dan caster. Gue cukup yakin ini adalah keputusan sulit yang harus diambil SEMC. Tapi yang gue yakin, ini adalah keputusan terbaik untuk saat ini, baik untuk SEMC ataupun para pro player” Jawab Herry sedikit sentimental dengan pengalamannya di scene esports Vainglory.

Lalu apakah dengan ketiadaan esports akan membuat Vainglory benar-benar menjadi dead game? Pendapat Herry senada dengan apa yang saya pikirkan, bahwa esports nyatanya hanyalah sebagian kecil dari game itu sendiri. “Banyak game yang bisa bertahan meski tanpa esports. Contohnya saja seperti Clash of Clans yang bertahan hanya karena dikelola dengan baik. Positifnya adalah, walau SEMC tidak lagi mengadakan esports, namun mereka tetap mendukung gelaran esports dari komunitas; yang harapannya akan menjaga para player Vainglory untuk tetap main. Lebih jauh, kalau melihat dari sekarang memang masa depan Vainglory jadi makin sulit mengingat genre MOBA kalah pamor dengan battle royale. Tapi gue yakin SEMC pasti punya strategi agar game ini bisa tetap survive di masa depan.”

Awal senjakala Vainglory adalah tahun 2018, ketika mereka merilis 5v5. Setelah itu, mereka cukup kewalahan untuk menyeimbangkan mode baru tersebut, sampai akhirnya memutuskan untuk memberikan kepercayaan esports Vainglory pada pihak ketiga. Transisi tersebut tidak berjalan dengan baik, sampai akhirnya SEMC memutuskan mundur perlahan dari aktivitas esports Vainglory. Kristian Segerstale, CEO SEMC, bahkan mengakui bahwa tahun 2018 adalah tahun yang berat bagi esports Vainglory. Ia mengatakan kepada The Esports Observer bahwa tahun 2018 sebagai “a painful year of adjustment” atau tahun transisi yang sangat berat.

Tumbangnya scene esports Vainglory memunculkan pertanyaan tersendiri bagi kita yang mungkin hanya bisa mengamati ekosistem esports. Jadi, apakah sebuah game harus ramai untuk menjadi esports, atau harus ada esports supaya game tersebut menjadi ramai?

PMCO SEA Week 2: EVOS Konsisten, Bigetron Tampil Membaik

Pekan lalu jadi pekan kedua dari fase liga PUBG Mobile Club Open (PMCO) SEA Spring Split. Pada pekan kedua ini, format pertandingan masih tetap sama, yaitu league round robin. 24 tim yang menjadi peserta dibagi ke dalam tiga grup, lalu setiap pekannya masing-masing grup akan saling bertemu dengan urutan berupa, grup A vs B, grup B vs C, dan grup C vs A.

Pada pekan kedua ini kejutan datang dari salah satu tim asal Thailand yang bernama ILLUMINATE The Murder (iLMN TM). Walau pekan lalu dominasi masih bisa dipegang oleh RRQ.Athena, tetapi pekan ini iLMN TM berhasil muncul ke permukaan berkat permainan mereka yang konsisten.

Sebenarnya permainan tim iLMN TM terbilang sudah konsisten dari hari ke hari, pekan ke pekan. Pekan pertama, walau mereka masih belum bisa taklukkan RRQ.Athena, namun GODDARD dan kawan-kawan masih menempel di posisi klasemen kedua. Pekan ini, entah apa yang terjadi, performa RRQ.Athena cenderung menurun. iLMN TM yang masih cukup konsisten memanfaatkan momentum ini untuk membungkam sang raja. Terbukti pada saat grup A vs B, sementara iLMN TM berjaya, RRQ.Athena hanya harus puas berada di posisi klasemen 5 dengan perolehan 120 poin saja.

Pada sisi lain, tim-tim Indonesia yang bertanding dalam gelaran ini juga tampil dengan cukup konsisten., terutama tim EVOS. Setelah mereka tampil ngotot di pekan pertama, EVOS ternyata berhasil pertahankan performa mereka di pekan kedua ini. Kendati harus berhadapan juga dengan iLMN TM , namun mereka tak gentar, dan bahkan sempat mencuri chicken dinner saat ronde ke-7.

Florian “Wolfy” George, selaku shoutcaster bahasa Indonesia yang bertugas selama gelaran liga PMCO SEA, juga turut memberi komentarnya melihat performa tim Indonesia belakangan ini. Ia memberi komentar senada, mengatakan bahwa memang performa tim Indonesia cenderung meningkat pada week 2 ini. “Peningkatan terbesar terlihat pada tim Victim. Pekan lalu mereka masih kurang maksimal. Pekan ini, menariknya mereka betul-betul naik tingkat, step-up dan mengumpulkan banyak poin, walau terasa kurang lengkap karena belum mendapat chicken dinner.” jawab Wolfy membahas performa tim Indonesia.

Sumber: Hasagi.gg
Florian “Wolfy” George, ex-pemain semi-pro League of Legends, yang kini menjadi caster bahasa Indonesia dalam gelaran PMCO SEA Spring Split. Sumber: Hasagi.gg

Untuk sementara ini, dua tim Indonesia masih mengisi posisi top 5 pada klasemen total perolehan poin. EVOS yang masih konsisten berada di peringkat 4 dengan perolehan 741 poin, sementara Bigetron yang permainannya berangsur membaik berada di peringkat 5 dengan perolehan 640 poin. Sementara itu Victim dan Onic Esports sementara ini posisinya cukup terpuruk di klasemen, walau masih di zona aman. Victim saat ini berada di peringkat 9 dan Onic Esports berada di peringkat 13.

Pertandingan pekan ketiga sudah dimulai sejak hari rabu kemarin, dan akan berlangsung sampai akhir pekan ini. Perjuangan tim Indonesia di ajang PMCO SEA dapat langsung Anda tonton pada kanal Youtube PUBG Mobile ID. Mari kita doakan para tim Indonesia agar bisa mendapat hasil yang terbaik dan mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional!

 

SFI Queen, Sang Srikandi Mobile Legends, Juarai FSL Indonesia Qualifier

Prestasi di kancah esports sebenarnya bukan monopoli para Arjuna saja. Walau jumlahnya tak banyak, namun juga ada para Srikandi esports yang tak mau kalah dengan para lelaki. Selain dari EVOS.Galaxy Sades yang sebegitu kuat di kompetisi ladies, sampai dinobatkan sebagai ratunya kancah Point Blank Indonesia, ternyata baru-baru ini juga ada SFI Queen yang menunjukkan tajinya. Tim Mobile Legends ladies yang satu ini baru saja lolos ke tingkat Asia Tenggara setelah menjadi juara di Female Esports League Indonesia Qualifier 2019.

Akhir pekan lalu (19 Mei 2019), mereka berhasil lolos dari kualifikasi Indonesia dengan catatan yang sangat baik, tak terkalahkan satu kalipun oleh tim lain yang berusaha menjatuhkan mereka. Padahal penantang mereka datang dari nama-nama yang cukup besar di esports Indonesia. Dari 16 tim peserta FSL Indonesia Qualifier, terselip tim seperti Saints Ladies atau tim campuran Winda “Earl” Lunardi yang bernama Pokemon.

Sumber: Instagram @sfiesportsteam
Sumber: Facebook @FSLMobileGames

Lolos dari kualifikasi Indonesia, perjuangan SFI Queen berlanjut pada 8-9 Juni 2019 mendatang. Mereka akan bertanding dalam kompetisi FSL Elite, yang akan diselenggarakan di Singapura, melawan tim Mobile Legends perempuan terhebat dari berbagai negara di regional Asia Tenggara. Saat ini sendiri sudah ada Bren Esports Victress dari kualifikasi Filipina dan Venus Vixens dari kualifikasi Myanmar, yang siap menghadang mereka di gelaran utama FSL Elite 2019.

Selain dari dua tim tersebut, masih tersisa satu kualifikasi terakhir sebelum menuju gelaran final, yaitu kualifikasi SG/MY yang diselenggarakan pada 25-26 Mei. Menghadapi kompetisi yang cukup besar dan melihat torehan prestasi SFI Queen pada gelaran kualifikasi Indonesia, saya cukup penasaran dan mewawancara kapten tim SFI Queen, Violetta “Caramel” Aurelia.

Bercerita tentang asal usul terciptanya SFI Queen, Caramel mengatakan bahwa tim Mobile Legends perempuan dari SFI Esports ini sudah terbentuk sejak Agustus 2018. “Awalnya kami terbentuk untuk wacana akan diadakannya MPL Ladies. Walau MPL Ladies akhirnya belum juga terlaksana, tapi kami tetap mempertahankan tim ini, dan coba ikut turnamen umum. Sampai akhirnya ada pengumuman kompetisi FSL yang bikin tim kami excited, dan latihan lebih giat lagi.” Jawab Violet.

SFI Queen terbilang cukup getol latihan sehari-harinya. Violetta bercerita bahwa tim mereka sudah punya jadwal latihan rutin tersendiri. “Tapi setelah mendengar pengumuman FSL, latihan kami diperketat, durasinya ditambah, dan meningkatkan komitmen antar player juga.” cerita Violet.

Sumber: Instagram @sfiesportsteam
Sumber: Instagram @sfiesportsteam

Ternyata berkat latihan keras tersebut, terbukti SFI Queen bisa menang sapu bersih, tak terkalahkan satu pertandingan pun sepanjang fase kualifikasi. “Pas menang, kita seneng banget, apalagi kita menang mulus tanpa kecolongan skor, mulus sampai final. Tapi sebenarnya kami juga sudah cukup percaya diri bakal lolos, karena tahu nggak semua tim punya komitmen latihan seperti tim kami.” kata Violetta.

Jelang FSL Elite, bagaimana persiapan SFI Queen menghadapi kompetisi tersebut. Violetta mengatakan, salah satunya adalah dengan latihan yang lebih intensif. Intensif yang bagaimana? Yaitu dengan fokus bootcamp, alias latihan bersama di dalam satu tempat, supaya lebih fokus, bisa lebih mantap, dan membangun chemistry antar anggota tim SFI Queen.

Caramel juga bercerita, bahwa ia dan kawan-kawannya cukup optimis untuk kompetisi ini. “Walau kami was-was dengan tim Bren Victress, tapi kami tetap optimis untuk FSL Elite nanti. Pastinya kami akan berusaha yang maksimal agar Indonesia bisa menjadi juara satu di kompetisi setingkat Asia Tenggara.”

Sumber: Instagram @sfiesportsteam
Sumber: Instagram @sfiesportsteam

Terakhir, Violetta juga bercerita soal harapannya terhadap scene esports perempuan dan juga para srikandi esports yang ada di luar sana. “Kalau soal harapan terhadap scene, tentunya kompetisi seperti FSL ini bisa terus ada. Bahkan kalau bisa, pada suatu hari nanti ada liga format liga seperti MPL untuk para ladies. Kalau bicara pesan-pesannya untuk para srikandi esports lainnya, kembangkan terus skill individu, teamwork, dan chemistry. Harus pantang menyerah!”

Mari kita doakan agar Caramel dan kawan-kawan SFI Queen bisa mendapatkan hasil yang terbaik di gelaran FSL Elite 2019, yang akan diselenggarakan pada 8-9 Juni mendatang. Maju terus Srikandi esports Indonesia!

Team Empire Juarai R6 Pro League Season 9, Bungkam Evil Geniuses 2-1

Setelah enam bulan pertandingan, akhir pekan kemarin (19 Mei 2019) menjadi konklusi dari kompetisi R6 Pro League Season 9. Digelar di Milan, Italia, kompetisi ini mempertemukan Evil Geniuses dengan Team Empire, dua tim yang sama sama sedang haus akan kemenangan. Evil Geniuses di satu sisi sudah lelah dengan menjadi runner-up, sementara Team Empire sedang mencoba membuktikan diri di kancah kompetitif R6 internasional.

Dari seri best of 3 pertandingan berlangsung dengan sangat sengit. Bertanding pada map Bank, Oregon, dan Clubhouse, EG berkali-kali hampir menang, namun sayang nasib harus berkata lain. Memulai pertandingan, EG menunjukkan permainan mendominasi dalam map Bank. Mereka tampil sangat percaya diri, membuat Empire kelimpungan.

Pemain Amerika Serikat yang selama ini kerap gagal di babak semifinal, menjadi tambah percaya diri dengan momentum ini. Sayang, terlalu percaya diri malah berdampak buruk bagi tim mereka. Walau berhasil tahan Empire 5-2, namun EG sempat jadi keteteran. Skor menjadi kembali seimbang, 5-5, setelah Danilla “Dan” Donstov berhasil bungkam 3 personil penyerang tim EG dengan seorang diri saja. EG berhasil bertahan, dan menangkan Bank dengan skor 7-5.

Map dua, EG mencoba untuk menyelesaikan pertandingan dengan 2-0. Tapi tentunya perjalanan bagi EG tidak akan semudah itu, karena Empire juga mengerahkan segala daya upayanya untuk dapat menahan game ini. Lima ronde berjalan, EG cukup nyaman dengan dominasi 4-1. Tetapi semua berubah ketika EG kembali menjadi terlalu percaya diri, dan keadaan kembali berbalik.

Pelan-pelan Empire mencoba mengumpulkan fokus di dalam tim mereka sendiri. Nathan “nvK” Valenti sempat memberi pertunjukkan yang luar biasa lewat permainannya, yang berhasil menumpas para attacker di luar dari zona defender. Ketika skor jadi 6-3, mentalitas tim EG mulai goyah karena berada diambang kemenangan.

Empire menemukan celah ini, mulai dapat membaca permainan EG, dan mulai comeback ronde demi ronde. Bermain dengan lebih tenang, Empire berhasil memenangkan lima ronde sekaligus dan amankan kemenangan di Oregon dengan skor 8-6.

Clubhouse menjadi map penentu takdir kemenangan bagi kedua tim. Namun, sepertinya kegagalan di Oregon menjadi tamparan keras bagi kepercayaan diri Troy “Canadian” Jaroslawski dan kawan-kawan. Ronde demi ronde map Clubhouse dimenangkan oleh Empire. Sementara EG terus semakin goyah, dan tidak bisa menjawab apa yang diberikan oleh tim Empire.

EG masih sempat bisa membalas beberapa ronde, membuat skor jadi 6-2. Namun kemenangan tersebut ternyata tidak berhasil membangkitkan mental tim EG. Akhirnya Clubhouse ditutup dengan kemenangan Empire dengan skor 7-3. Melihat kekalahan EG yang sangat bikin sakit hati, Fauzan “K1RBY” Yuzarli Production Officer R6IDN juga turut memberikan komentarnya.

Menurut Fauzan, permainan Empire sebenarnya terbilang konsisten, walau sempat kalah pada map pertama. Sementara dari sisi EG, lagi lagi soal mental yang menjadi sorotan di sini. “Saat map dua, permainan mereka sebenarnya sangat solid, apalagi melihat Necrox dan NvK yang main dengan sangat memukau. Sayangnya saat skor jadi 6-3, mereka jadi terlalu bernafsu untuk menang. Mentalitas mereka berubah menjadi play to win the match, bukan lagi play to win the round. Gara-gara ini, permainan mereka setiap rondenya jadi berantakan. Mereka seakan berpikir sedang mengangkat trofi, walau sebenarnya mereka belum menang dan belum menampilkan permainan yang terbaik.”

Sumber: Facebook Fauzan YR
Fauzan “K1RBY” Production Officer tim R6IDN. Sumber: Facebook Fauzan YR

Pendapat Fauzan juga cukup senada membicarakan map 3. Ibarat sudah jatuh tertimpa tanggah, EG seakan tak bisa bangkit lagi meski sudah mendapatkan satu dua momentum. “Pada map 3, EG sudah sangat down. Tapi Empire juga memang main dengan sangat baik. Joystick salah satunya contohnya, dia bermain dengan sangat leluasa menggunakan Ash pada map ini. Menguasai Blue Tunnel di sisi timur map, dia berhasil mendapatkan 2-3 pemain anchor dari EG, yang berhasil mengamankan kemenangan bagi tim Empire.”

Kemenangan ini memberikan tim Empire hadiah sebesar US$75.000 atau sekitar Rp1 miliar. Team Empire juga berhak mendapatkan slot untuk bertanding di gelaran terbesar kancah kompetisi Rainbow Six yaitu Six Invitationals tahun 2020 mendatang.

BOOM.ID dalam Kualifikasi Dota 2 Epicenter Major Sejauh Ini

Setelah MDL Disneyland selesai diselenggarakan pekan lalu, pertandingan Major akan kembali hadir dalam waktu dekat. Pekan ini, adalah kualifikasi Epicenter Major yang sedang terselenggara. Gelaran utama Epicenter Major sendiri akan dilaksanakan pada 22-30 Juni 2019 mendatang, tetapi fase kualifikasi sudah terselenggara sejak 16 Mei 2019 kemarin.

Dalam gelaran ini, BOOM.ID kembali menjadi salah satu peserta, diundang bertanding ke dalam fase closed qualification Epicenter Major. Selain BOOM.ID, ada juga EVOS yang dipunggawai oleh Muhammad “InYourDream” Rizky dan kawan-kawan. Kualifikasi terbagi ke dalam dua fase, fase grup dan fase bracket.

Pada fase grup, penampilan BOOM.ID terbilang cukup kuat. Dengan pertandingan best of 1 round robin, BOOM.ID bisa dengan mudahnya menyantap hampir semua tim peserta lainnya. Tim yang punya nama di kancah SEA seperti Geek Fam, Mineski, dan WG.Unity, bisa dikalahkan dengan cukup mudahnya.

BOOM Minor 3 #3

Namun sayang, lagi-lagi BOOM.ID masih tergelincir ketika harus melawan Fnatic dan juga TNC Predator. Kedua tim tersebut memang masih menjadi batu sandungan terbesar bagi BOOM.ID ketika bertanding di tingkat Asia Tenggara. TNC Predator selaku pemuncak klasemen sudah langsung lolos ke Epicenter Major, sementara BOOM.ID harus melanjutkan pertandingan. 

Tersisa satu slot lagi, BOOM.ID harus bertanding dalam fase bracket bersama 4 tim lainnya. Ada Fnatic, Geek Fam, dan Power of MYSG+AU yang berisikan Chan “WinteR” Litt Binn dan kawan-kawan. Sejauh ini, performa permainan BOOM.ID mengalami peningkatan yang cukup positif. Terakhir kali, pada OGA Dota PIT Minor, Randy “Dreamocel” Saputra dan kawan-kawan berhasil lolos sampai fase bracket. Mereka berhasil kalahkan beberapa tim besar seperti EHOME dan juga Ninja in Pyjamas.

Dalam wawancara bersama vpesports, Dreamocel mengatakan, salah satu alasan peningkatan performa ini adalah karena kehadiran sports psychologist yang membantu mereka. Aspek psikologi sebenarnya memang merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan oleh seorang atlet esports. Saya sempat berbincang dengan Yohannes Paragian, VP Esports tim EVOS Esports, membahas soal aspek psikologi dari seorang atlet esports yang kerap terlupakan oleh sebuah organisasi esports. Ini tentu adalah sebuah kemajuan, melihat BOOM.ID atau EVOS yang akan merekrut sports psychologist, demi menajamkan mental para atlet-atlet esports Indonesia.

Sumber: Twitter @dotasltv
Sumber: Twitter @dotasltv

Satu hal yang juga saya penasaran adalah, bagaimana cara kerja sosok sports psychologist ini di dalam sebuah tim? Brando Oloan, manajer tim Dota 2 BOOM.ID menceritakan secara singkat soal peran yang satu ini. “Untuk performa tim, psikolog berguna untuk memberi kita perspektif yang objektif, karena sang psikolog yang sifatnya adalah sebagai observer. Kalau curhat satu sama lain, kadang jadinya malah subjektif. Kehadiran psikolog membantu menyamakan pikiran, mengarahkan para pemain agar berpikir bahwa ‘we’re on the same boat’.”

“Kalau cara kerjanya, kurang lebih sih konsultasi, diskusi, dan sharing-sharing aja.” Kata Brando menceritakan cara kerja sports psychologist di dalam tim mereka. Terkait peluang lolos, Brando cukup yakin bahwa mereka bisa lolos dalam kualifikasi yang satu ini. “Gue yakin sama kinerja anak-anak sekarang, jadi gue yakit kita bisa lolos ke major, Amin!”

Kualifikasi major berlangsung pada siang hari ini. Jika ingin menyaksikannya, Anda bisa langsung pergi ke kanal Twitch resmi Epicenter. BOOM.ID akan melawan Power of MYSG+AU, lalu setelahnya akan melawan Fnatic jika menang, atau Geek Fam jika kalah dan tergelincir ke lower bracket.

Tentang Pekerjaan Shoutcaster: Antara Keberanian dan Personalitas

Dalam sebuah pertandingan esports, pasti ada saja satu sosok yang berteriak di tengah keseruan pertandingan, memberi analisis, memandu penonton menikmati jalannya pertandingan. Sosok tersebut merupakan sosok yang dikenal sebagai seorang shoutcaster. Pada dasarnya, shoutcaster tak beda jauh dengan komentator olahraga. Perbedaan utamanya mungkin hanya dari penyebutannya saja.

Seiring dengan berkembangnya ekosistem esports di Indonesia, kebutuhan akan pekerjaan shoutcaster ini juga semakin tinggi. Semakin banyak kompetisi yang hadir, para penyelenggara tentu akan semakin membutuhkan shoutcaster tersebut untuk memeriahkan acara mereka. Tetapi, apakah pekerjaan shoutcaster merupakan pekerjaan yang menjanjikan di masa depan? Membahas soal ini, Saya berbincang dengan dua orang yang sudah banyak makan asam garam menjadi caster di ekosistem esports Indonesia, Vinzent “Oddi” Indra dan Wibi “8Ken” Irbawanto. Sebelum menuju ke pembahasan, mari kita sedikit berkenalan dengan para narasumber.

Vinzent “Oddie” Indra

Sumber: Facebook Vinzent Putra
Sumber: Facebook Vinzent Putra

Oddie memulai karir sebagai caster pada tahun 2013 di sebuah studio broadcasting esports, bernama Dota 2 TV Indonesia (DTVI). Ketika itu ia menjadi caster karena diajak oleh Indra “Yota” Putra, dan Yudi “Justincase” Anggi. Ia bercerita ketika itu ia menjalani pekerjaan caster hanya sebagai freelance job dan hobi saja. Namun apa yang ia lakukan bersama DTVI terus berlanjut sampai 2015-2016.

Tetapi nyatanya ia keterusan berkecimpung sebagai caster. Berkat kemampuannya, ia sempat mendapat kesempatan menjadi guest panel desk saat gelaran GESC. Ketika itu ia satu meja dengan panel desk Dota 2 seperti Sheever dan Nahaz. Seiring pergeseran tren, Oddie akhirnya mulai mencoba menjadi shoutcaster Mobile Legends.

Ia menjadi shoutcaster dalam gelaran Mobile Legends Professional League (MPL) S2 (bahasa Inggris) dan S3 (bahasa Indonesia)  dan juga Mobile Legends SEA Championship (MSC) 2018 (bahasa Inggris). Ia juga menjadi caster dalam gelaran Grand Final MPL 2019 yang digelar di Britama Arena pada 5 Mei 2019 lalu.

Wibi “8Ken” Irbawanto

Sumber: Facebook Page @8KenCSGO
Sumber: Facebook Page @8KenCSGO

Nama 8Ken (dibaca HachiKen) pertama kali menjajaki karir sebagai shoutcaster pada tahun 2015. Ketika itu ia menjadi shoutcaster untuk gelaran NXL Amateur Cup sambil menjadi manajer tim CS:GO dari Revival Esports. Masuk tahun 2016, ia menjadi caster dalam gelaran League of Legends Garuda Series Season 6, yang berhasil melejitkan namanya.

Selama beberapa saat, nama HachiKen melekat dengan scene League of Legends lokal. Ia menjadi caster untuk beberapa kompetisi League of Legends lokal, seperti LoL National Collegiate Championship, LGS Summer dan Spring Split pada musim selanjutnya.

Namun, ia juga masih menjadi caster untuk game FPS terutama CS:GO. Ia menjadi caster pada beberapa acara seperti Supreme League Arena Tournament, dan ASUS ROG Masters CS:GO. Seperti Oddie, HachiKen juga turut menjadi caster Mobile Legends, seiring dengan pergeseran tren esports Indonesia. Ia menjadi caster bahasa Inggris pada MPL Finals Season 1, MSC 2017, MPL Regular Season 2 dan Finals, MSC 2018. Ia juga sempat menjadi caster Rainbow Six Siege pada gelaran Silver Slam yang diselenggarakan oleh Mogul.gg

Apa Modal Utama Seorang Shoutcaster?

Topik pertama yang saya lemparkan kepada dua narasumber adalah soal modal untuk menjadi seorang shoutcaster. Anda yang ingin mencoba terjun menjajaki karir di bidang ini mungkin penasaran setengah mati, selain harus percaya diri bicara di depan umum atau di depan kamera, sebenarnya modal apalagi yang diperlukan supaya Anda bisa jadi shoutcaster papan atas di ekosistem esports Indonesia?

Masing-masing narasumber punya poin mereka tersendiri terkait modal kemampuan ini. Wibi mengatakan modalnya adalah berani, sementara Oddie bicara soal modal personality. Memang, keduanya bisa dibilang sebagai modal soft skill yang penting di dunia hiburan esports ini.

Lebih lanjut soal modal berani yang dikatakan Wibi bercerita berdasarkan pengalaman dan melihat kawan-kawannya sesama shoutcaster. “Maksud modal berani itu adalah berani tampil, berani salah, berani dikritik, dan berani untuk terus berkembang walau di luar zona nyaman.” Wibi menjawab. “Anda tak perlu khawatir atau minder ketika tampil untuk pertama kalinya, karena nggak ada caster yang baru muncul langsung jago. Kalau yang saya lihat sendiri, yang bertahan sampai sekarang itu minimal punya mental keberanian yang kuat.”

shoutcasters 3
BangPen dan Pasta, dua shoutcasters yang terkenal punya personality yang kuat. Sumber: Facebook Page PUBG Mobile ID

Vinzent Oddie juga turut menjelaskan modal personality yang ia maksud. “Sebetulnya masing-masing caster punya modalnya sendiri-sendiri,” jawab Oddie membuka penjelasan “tapi yang pasti, selain keahlian bicara dan pemahaman game, modal utamanya adalah personality. Kenapa personality? Agar membuat Anda bisa terlihat berbeda dibandingkan dengan para shoutcaster lainnya.”

“Ada beberapa contoh jika bicara personality. Pasta contohnya, dia punya kemampuan mengomentari play-by-play dengan cepat, tapi dia juga punya personality yang asik. Contoh lainnya Oji Ranger Emas, selain pemahaman atas game dan kemampuan bicara, ia juga berhasil memunculkan personality sebagai seorang shoutcaster yang selalu heboh dalam berbagai momen permainan.” kata Oddie memberi contoh soal personality.

Lebih lanjut soal personality, saya juga menanyakan apa yang harus dilakukan shoutcaster pendatang baru agar bisa tampil beda. Apakah harus jadi shoutcaster yang disukai pasar penonton esports pada umumnya? (caster yang hobi melucu contohnya) atau memaksimalkan personality alami dari sang shoutcaster. Menurut Oddie, lebih baik untuk menjadi natural dan tidak memaksakan menjadi orang lain. “Shoutcaster lucu itu cenderung populer, tapi ini mungkin karena shoutcaster yang punya knowledge lebih, belum bisa menyajikan pengetahuan tersebut dengan menarik dan membuat penonton jadi suka.”

Kembali lagi kepada modal berani yang dibicarakan Wibi, pertanyaannya berikutnya tentu adalah, apakah modal berani saja cukup? Wibi lalu menjelaskan lebih lanjut, bahwa setelah berani, Anda harus terus mau belajar. Pada poin berani, ia juga menyematkan poin berani untuk terus berkembang walau di luar zona nyaman.

“Kenapa yang saya point out adalah modal berani? Karena skill public speaking dan pengetahuan atas game yang dikomentari bisa diasah seiring waktu. Terlebih, seberapa keras Anda belajar juga akan mempengaruhi seberapa cepat karir Anda menanjak di bidang shoutcaster. Semakin bagus cara Anda bicara di depan umum, semakin Anda paham terhadap game yang dikomentari, maka pemasukan Anda akan semakin besar juga.” Wibi menjelaskan. “Sedikit saran, awal mula jadi caster tentunya nggak bakal langsung dapat job bukan? Jadi seiring waktu sambil terus pelajari game yang akan dikomentari dan sering-sering latihan bicara sendiri supaya semakin terlatih.”

Bagaimana Cara Tepat Memulai Karir Shoutcaster?

Setelah bicara soal kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi shoutcaster, topik berikutnya yang kami bahas adalah soal cara tepat memulai karir sebagai shoutcaster. Karena pekerjaan ini terbilang masuk ke golongan pekerjaan dunia hiburan, jadi jalur masuknya terbilang tidak sangat jelas seperti karir di dunia profesional. Kalau karir di dunia profesional, jalurnya mungkin sudah jelas. Anda harus memulai jadi karyawan terlebih dahulu, setelah belajar beberapa tahun, Anda lalu jadi manajer, setelah jadi manajer Anda bisa jadi kepala bagian, sampai Anda menjadi bagian teratas dari manajemen perusahaan.

Tapi bagaimana dengan pekerjaan caster? Orang yang baru jadi caster selama beberapa bulan bisa saja mendadak sukses dan populer dalam satu malam karena cara ia mengomentari game sangat disukai khalayak. Karena jalurnya yang cenderung sangat lepas, jadi bagaimana sebenarnya cara yang tepat untuk memulai karir sebagai shoutcaster.

Dua caster berpengalaman ini pun menceritakan berdasarkan dari apa yang ia alami. Keduanya punya jawaban yang kurang lebih senada. Ada dua jalur yang mungkin dijalani, yaitu jalur usaha sendiri, dan jalur pencarian bakat. Keduanya bukan jalur yang terpisah, Anda bisa saja usaha sendiri, lalu mengikuti ajang pencarian bakat caster yang sedang diselenggarakan.

Sumber: Facebook Page Garena AOV Indonesia
Ajang pencarian bakat bisa menjadi salah satu jalan untuk menjajaki karir di dunia shoutcaster. Sumber: Facebook Page Garena AOV Indonesia

Wibi lalu menjelaskan lebih lanjut soal usaha mandiri yang bisa dilakukan. “Salah satu jalur mandiri yang bisa Anda lakukan adalah dengan menawarkan diri untuk menjadi caster di berbagai acara dengan bayaran yang kecil atau bahkan bersedia tidak dibayar. Anda juga perlu mempersiapkan modal untuk mempromosikan diri sendiri dan Anda bisa membangun portfolio lewat jalur ini.” Sementara penjelasan Oddie soal usaha mandiri sedikit berbeda. “Kalau menurut saya, salah satu usaha mandiri yang bisa dilakukan untuk menjadi caster, Anda bisa ambil game sampel, Anda komentari sendiri, merekamnya, lalu disebarkan lewat kanal berbagi video seperti YouTube.”

Bicara soal hal ini, Oddie membahas pentingnya melakukan networking atau memperluas jaringan pertemanan di ekosistem esports Indonesia. Oddie mengatakan hal tersebut lewat cerita pengalamannya yang menjadi caster karena diajak oleh Yota dan Justincase. “Kalau bicara menjadi caster, memang jalur setiap orang beda-beda. Contohnya seperti saya, yang diajak teman-teman sesama shoutcaster untuk menjadi komentator di dalam suatu kompetisi.”

Shoutcaster 6
Atau mungkin coba melamar pada saat ada rekrutmen tertentu. Sumber: Facebook Page ESL Indonesia

Wibi juga bicara soal pentingnya networking ini berdasarkan dari pengalamannya. “Networking matters a lot. Percuma punya kemampuan tapi tidak ada yang tahu tentang Anda. Tapi juga bukan berarti networking saja bakal membuat Anda jadi shoutcaster yang sangat sukses. Enaknya keduanya berjalan secara paralel, sambil terus networking, sambil terus dikembangkan kemampuan bicara di depan umum dan pemahaman atas game yang dikomentari.”

Oddie pun punya pendapat yang serupa. “Networking tanpa kemampuan yang mumpuni, atau bukti bahwa Anda bisa, akan membuat Anda jadi tidak dipercaya oleh orang lain. Sedangkan kalau Anda kerja terus, walaupun dikenal penonton, bisa jadi Anda tidak mendapat job kalau Anda tidak dikenal oleh sang organizer sebuah kompetisi esports.”

Shoutcaster Sebagai Pekerjaan Tetap, Apa Mungkin?

Seperti yang diceritakan Dimas “Dejet” Surya Rizki dalam gelaran Hybrid Day pertama, menjadi shoutcaster itu menyenangkan. Kenapa? Anda bisa kerja karena hobi, mendapat uang dari hobi tersebut, dan menjadi terkenal karena hobi yang Anda jalani tersebut. Namun, di balik hingar bingar pekerjaan caster, pertanyaan yang sesungguhnya adalah, apakah pekerjaan ini dapat menopang kehidupan sehari-hari? Apakah pekerjaan ini akan terus dibutuhkan sampai, anggaplah 5 tahun ke depan?

Bicara soal pendapatan yang bisa didapatkan oleh seorang caster, tanpa basa-basi Wibi mengatakan bahwa pendapatan shoutcaster itu tidak sebesar yang Anda bayangkan. “Kalau kerjaannya cuma terbatas menjadi shoutcaster saja, saya bisa bilang kehidupan kalian akan sangat pas-pasan. Kenapa? Karena bayaran shoutcaster itu tidak segitu besar, walau pada satu titik bisa saja di atas UMR.”

Sumber: Facebook Page MLBB Indonesia
Sumber: Facebook Page MLBB Indonesia

“Tetapi di sisi lain, shoutcaster kerap dianggap sebagai key opinion leader. Maka dari itu sekarang ini banyak shoutcaster yang merangkap jadi influencer, kenapa? Karena pemasukannya cukup besar dari bidang tersebut.” Jelas Wibi. “Maka dari itu, sebagai shoutcaster, sebenarnya Anda bisa branch out ke beberapa pekerjaan sampingan lain. Contohnya seperti live streaming, bikin konten untuk platform yang tersedia, jadi pembicara, jadi influencer, atau bahkan kerja di belakang layar.”

Lebih lanjut soal gaji seorang shoutcaster, tim Hybrid cukup beruntung karena Wibi mau membocorkan bayaran dari para caster walau hanya bersifat perkiraan saja. “Bayaran caster di Indonesia cukup beragam. Caster pendatang baru mungkin bisa saja tidak dibayar. Tapi kalau untuk sekarang, harusnya para caster pemula sudah bisa mengantungi sekitar Rp250 ribu sampai Rp400 ribu per hari ia menjadi caster. Untuk caster kelas kakap, bayarannya bisa lebih dari Rp1,5 juta per hari. Selain dua spektrum paling ekstrim tersebut, ada juga tingkatan di tengahnya, dengan bayaran kisaran Rp500 ribu – Rp1 juta per harinya.” Jawab Wibi.

Oddie juga angkat bicara soal masa depan pekerjaan caster ini. Menurutnya pekerjaan caster sangat mungkin untuk dijadikan pekerjaan utama, tapi Anda sebagai caster juga harus kompetitif. “Seperti para atletnya, para caster juga harus kompetitif dengan para talent lainnya. Kenapa? Karena jumlah caster dalam setiap acara terbatas, yang tentunya tidak akan cukup untuk semua caster yang ada di Indonesia.” Jawab Oddie. Membahas soal apakah pekerjaan ini masih akan dibutuhkan pada 5 tahun ke depan, Oddie menjawab, tergantung. “Kalau untuk masa depan, itu sih tergantung. Tergantung apakah esports yang jadi ladang pekerjaan shoutcasting Anda masih bertahan di Indonesia atau tidak.

Masih membahas soal pekerjaan shoutcaster sebagai karir masa depan, kami lalu mendiskusikan soal kehadiran talent management atau caster management yang kini menjamur di ekosistem esports Indonesia. Hal yang jadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana peran talent management ini di dalam ekosistem esports? Terutama dari sudut pandang sang caster itu sendiri.

Menurut Oddie, ada beberapa keuntungan bagi seorang caster untuk bergabung dengan sebuah talent management. “Satu hal yang pasti, kalau tergabung ke dalam talent management ada gaji bulanan. Jadi sudah jelas bisa menopang kehidupan sehari-hari.” Selain memberikan pendapatan tetap, Wibi juga menceritakan pengalamannya bergabung di dalam talent management milik RevivalTV. Saat ini sendiri Wibi bekerja paruh-waktu sebagai caster, dengan kesibukan utamanya adalah sebagai mahasiswa. Menurutnya talent management sangat membantu bagi caster yang bekerja paruh-waktu seperti dirinya.

Caster management helps you grow while you do the other stuff. Kalau Anda jadi caster yang dikelola oleh talent management, bisa dibilang Anda tinggal ‘terima jadi’, ini cocok apalagi kalau Anda mau terjun ke dunia esports sambil memiliki kesibukan lain.” Kata Wibi. “Kalau dikelola talent management, networking Anda dibantu oleh sang manajer. Jadi, Anda juga tak perlu repot-repot menjual diri sendiri ke berbagai event organizer. Cuma kekurangannya, bayaran Anda terkena potongan manajemen tentunya.”

Entah menjadi caster yang dikelola talent management atau menjadi freelance casters, keduanya tetap mengharuskan Anda untuk terus belajar, terus berkembang, agar bisa bersaing di dunia kerja yang satu ini. Sumber: LoL Garena Indonesia
Entah menjadi caster yang dikelola talent management atau menjadi freelance casters, keduanya tetap mengharuskan Anda untuk terus belajar, terus berkembang, agar bisa bersaing di dunia kerja yang satu ini. Sumber: LoL Garena Indonesia

Lalu dengan banyaknya talent management, apakah ini artinya akan memperkecil kesempatan caster baru, atau freelance caster untuk mendapatkan pekerjaan di berbagai event esports yang ada? Baik Oddie ataupun Wibi punya jawaban yang senada. Keduanya merasa bahwa sebenarnya talent management tidak sebegitunya memakan seluruh pekerjaan caster yang ada di ekosistem esports Indonesia ini. Kesempatan bekerja tetap sama besarnya, baik bagi caster yang dikelola talent management ataupun mereka yang menjadi freelance caster.

“Terlihat dari 2 event terakhir, yaitu Piala Presiden dan MPL, penyelenggara acara masih menggunakan talent freelance dan juga caster dari talent management lain. Salah satu alasannya, karena memang secara jumlah caster dari satu talent management kadang masih kurang untuk bisa mengisi suatu acara.” Jawab Oddie membahas soal ini. “Tetapi memang freelance caster sebagai karir itu punya risiko yang lebih tinggi. Sebab, seperti  kebanyakan pekerjaan freelance, kita tidak bisa tahu kapan bisa dapat kerjaan. Tetapi mengingat banyaknya event esports sekarang, maka bisa dibilang resiko zaman sekarang terbilang lebih rendah dibanding dulu.” Oddie melanjutkan.

Pendapat dari Wibi juga kurang lebih sama, bahwa sebenarnya talent management tidak serta-merta membuat ladang pekerjaan bagi freelance caster jadi lebih sempit. “In-house talent (caster yang berasal dari talent management yang sama dengan sang penyelenggara sebuah event esports) memang bisa dibilang lebih murah dan mudah diakses. Tapi hal tersebut tak serta-merta membuat para caster yang tak tergabung dalam talent management manapun jadi tak punya kesempatan untuk bersinar. Malah kadang dalam rivalitas antar manajemen, mereka mau tak mau jadi harus mempekerjakan talent freelance atau opsi-opsi caster lain yang tidak berasal dari saingan langsung mereka. Pro kontra talent management pasti ada, tinggal kembali ke kita aja soal gimana cara menyikapinya.”

Pekerjaan caster, kendati menarik untuk ditekuni, namun memang punya tantangannya tersendiri untuk bisa sukses di bidang tersebut. Anda harus siap usaha ekstra mengembangkan diri, bahkan di luar dari zona nyaman, jika ingin menjadi caster favorit di ekosistem esports Indonesia. Usaha ekstra tersebut bisa dengan menonjolkan personality yang Anda miliki, lebih pintar dalam membahas analisis sebuah pertandingan, atau lebih mahir memainkan kosakata yang bisa membuat penonton jadi tergelitik.

Pada akhirnya pekerjaan shoutcaster bisa dibilang seperti banyak pekerjaan lain di dunia hiburan, aset terbesar dalam pekerjaan ini adalah citra diri Anda sendiri.

PMCO SEA Spring Split Week 1: Permainan Kompetitif Tim Indonesia

Sepanjang pekan lalu, gelaran PUBG Mobile Club Open 2019 (PMCO 2019) telah berjalan . Setelah Bigetron menjadi juara di dalam gelaran PMCO 2019 Indonesia Finals, kini kompetisi berlanjut ke tingkat berikutnya, PMCO SEA -Spring Split. Gelaran ini dibagi menjadi dua fase, fase pertama adalah fase liga, dilanjut dengan fase kedua yang berupa fase turnamen.

Fase liga akan berjalan selama 5 pekan, pekan lalu adalah pertandingan pekan pertama. Pada fase liga, format kompetisi mirip dengan FACEIT Global Summit: PUBG Classic. 24 tim peserta dibagi menjadi menjadi tiga grup, A, B, dan C. Pertandingan selama sepekan berjalan dengan format round robin yang berarti ada pertandingan grup A vs B, grup A vs C, dan grup B vs C.

Dalam kompetisi ini, Indonesia diwakili 5 tim, yaitu Bigetron Esports, Victim Esports, EVOS Esports, WaW Esports, dan Onic Esports. Menariknya, performa Bigetron malah cenderung melorot pada pekan pertama ini. Sementara di sisi lain, EVOS sedang panas-panasnya, dan berhasil memberikan permainan yang maksimal di selama sepekan pertandingan.

Permainan maksimal tersebut terlihat lewat tiga kali chicken dinner yang berhasil mereka kumpulkan dalam pertandingan grup C vs A. Sementara itu tim RRQ Athena masih jadi salah satu lawan terberat di kancah Asia Tenggara. Salah satu alasannya adalah karena permainan konsisten RRQ Athena. Walau cuma dua chicken dinner didapatkan dari 7 ronde pertandingan grup B melawan grup C, namun mereka berhasil amankan skor lumayan besar lewat perolehan kill yang banyak.

Sementara ini klasemen 10 besar masih diisi oleh tim-tim dari Indonesia. Mencoba menilik performa tim Indonesia dalam gelaran ini, Hybrid mewawancara Riantoro “Pasta” Yogi selaku shoutcaster berbahasa Indonesia dalam gelaran PMCO 2019. “Kalau bicara soal performa tim-tim Indonesia, menariknya selalu ada peningkatan pada setiap harinya, walau tidak secara serentak.” kata Pasta kepada redaksi Hybrid.

“Saya sendiri sebagai caster cukup puas melihat permainan tim Indonesia yang ternyata bisa bersaing. Dari 5 tim Indonesia yang bertanding, empat di antaranya sudah dapat chicken dinner, EVOS 3 kali, Onic 1 kali, WaW 2 kali, Bigetron 1 kali, tinggal Victim aja yang belum dapat.” Pasta menjawab. Permainan tim PUBG Indonesia memang cukup memukau selama gelaran PMCO SEA Spring Split ini, namun sebenarnya masih ada ruang untuk jadi lebih baik lagi.

Sumber: Facebook @pastadota
Riantoro “Pasta” Yogi, shoutcaster bahasa Indonesia yang bertugas dalam gelaran PMCO SEA Spring Split. Sumber: Facebook @pastadota

“Pada hari pertama dan kedua di week 1 kemarin, permainan tim Indonesia terlihat kurang lepas. Mungkin karena sambil analisa strategi musuh seperti tempat turun, dan arah rotasi yang dilakukan. Saya berharap week 2 jadi milik tim Indonesia. Harusnya week 1 kemarin sudah cukup waktu untuk mereka membaca strategi permainan musuh-musuhnya.” Pasta menjelaskan soal gameplay tim Indonesia.

Tersisa 4 pekan pertandingan dari fase liga PMCO SEA Spring Split. Fase ini akan bergulir sampai dengan 9 Juni 2019 mendatang. Dari total perolehan poin, 4 tim asal Indonesia saat ini sudah menduduki posisi 10 besar, dengan EVOS berada di peringkat 4. Semoga pekan kedua ini mereka bisa memberikan yang terbaik, meraih prestasi, dan membanggakan nama Indonesia di kancah internasional!

Pekan 1 Big League IGL 2019, Dominasi SFI Kenny “Rainesual” Melawan Freaks Bryan

Akhir pekan kemarin (12 Mei 2019) menjadi pertandingan perdana Big League Indonesia Gaming League 2019. Mempertandingkan pemain FIFA 19 FUT dari segala penjuru Indonesia, 24 pemain yang sudah lolos dibagi menjadi dua grup, Big East dan Big West. Menariknya, walau drawing bersifat acak, namun pembagian dua grup seakan seperti sudah direncanakan.

Grup Big East menjadi grup neraka yang berisikan para pemain-pemain FIFA 19 FUT kelas kakap. Pada grup tersebut Anda bisa melihat nama-nama seperti Kenny “Rainesual” Prasetyo dari tim SFI, Ega “Eggsy” dari tim RRQ, Icanbutsky dari PG.Barracx, dan beberapa pemain jagoan lainnya.

Sementara grup Big West banyak berisikan pemain-pemain underdog. Beberapa nama di antaranya adalah gerombolan komunitas Sukabumi seperti Rakel Ramadhan dan Arlan Paranti. Tetapi terselip juga nama besar seperti Raja Pugu, yang mungkin akan jadi batu sandungan besar terhadap para pemain underdog tersebut.

 

Dari match yang dijalankan pada akhir pekan kemarin, dua yang menarik untuk disimak adalah pertandingan antara Kenny SFI vs Freaks Bryan pada grup Big East, dan Raja Pugu vs DMC Andri pada grup Big West. Pertandingan antara Kenny SFI melawan Freaks Bryan jadi menarik karena seperti bertemu mantan, Kenny harus melawan tim yang pernah menaungi dirinya, yaitu Freaks.

Pertarungan antara Kenny melawan Bryan terbilang cukup berat sebelah karena dominasi yang ditunjukkan oleh Kenny. Oper-operan yang apik ditambah skill mengendalikan bola yang baik dari Kenny berhasil bikin Bryan kewalahan. Akhirnya setelah pertandingan Home-Away total gol 5-1 didapatkan dengan skor leg 1 adalah 3-0 untuk Kenny, skor leg 2 adalah 2-1 untuk Kenny.

Terkait pertandingan pekan pertama IGL 2019, Kenny sedikit bercerita soal pengalamannya melawan Freaks Bryan. “Saat leg 1 aku menang dengan cukup meyakinkan dengan skor 3-0. Penyebabnya adalah karena aku bisa cetak gol di awal-awal, sehingga aku bisa pegang kendali match.” Jawab Kenny.

“Masuk leg 2, Bryan ternyata mengubah taktiknya. Dia main high pressure yang berhasil membuat aku jadi kewalahan walaupun unggul 2-0. Dia sempat cetak gol dan membuat skor jadi 2-1, tapi sayangnya nggak sempat membalas, dan skor tersebut bertahan sampai akhir”. Kenny menceritakan soal leg 2 saat melawan Freaks Bryan.

Sumber: SFI Esports
Sumber: SFI Esports

“Aku merasa sudah bermain dengan baik, tapi masih ada peluang yang belum bisa aku maksimalkan. Itu adalah PR buat aku untuk berlatih lagi. Kenapa? Kalau kita nggak bisa memaksimalkan peluang, bisa jadi hasil akhir pertandingan malah tak seperti yang diharapkan”. Kenny bercerita sambil refleksi diri atas pertandingannya melawan Freaks Bryan pada pekan 1 IGL.

Pertandingan Indonesia Gaming League 2019 akan berlanjut lagi pada pekan ini, tepatnya hari Jumat, 17 Mei 2019, pukul 20:30. Pertandingan semakin panas pada pekan ini, dengan kehadiran pertandingan-pertandingan seperti PG.Barracx Icanbutsky melawan Abdul Rozak pada grup Big East, ataupun Rakel Ramadhan melawan Raja Pugu di grup Big West.

Anda bisa subscribe kanal Youtube Indonesia Gaming League untuk lanjutan pertandingan IGL 2019!

Team Secret Juarai Major Kedua di MDL Disneyland Paris Major 2019!

Setelah perjalanan panjang selama kurang lebih satu pekan, 12 Mei 2019 kemarin menjadi puncak gelaran MDL Disneyland Paris Major 2019. Penuh dengan berbagai pertarungan sengit, babak Grand Final akhirnya mempertemukan dua legenda Dota, Clement “Puppey” Ivanov dari Team Secret melawan Kuro “Kuroky” Salehi dari Team Liquid.

Pertandingan antar keduanya berlangsung dengan cukup sengit. Pertandingan dibuka dengan permainan Dark Seer yang sangat brilian dari Ivan “Mind_Control” Borislavov. Berkali kali berhasil membuat Secret kelimpungan, bahkan juga berhasil mendaratkan Vacuum yang membuat Secret berada dalam posisi yang buruk. Morphling Amer “Miracle-” Al-Barkawi berhasil melakukan tugasnya sebagai carry pembersih dengan sangat baik, bahkan sampai mendapat quad-rampage ketika sedang berusaha meruntuhkan pertahanan Team Liquid.

Sumber: Twitter @MarsMedia
Sumber: Twitter @MarsMedia

Tetapi kemenangan game pembuka bukan jaminan kemenangan bagi Team Liquid. Michat “Nisha” Jankowski dan kawan-kawan justru mengamuk di game-game selanjutnya. Pada game-game selanjutnya Liquid jadi semakin kesulitan. Akhirnya Secret melakukan reverse sweep, menjadi juara MDL Disneyland setelah kalahkan Liquid 3-1.

Membahas soal kemenangan Team Secret dalam pertandingan ini, kami berdiskusi dengan salah satu sosok shoutcaster tersohor di kancah Dota Indonesia, Gisma “Melondoto” Priayudha. Menurut sosok yang kerap disapa Melon ini, kunci kemenangan Secret sebenarnya terletak pada permainan mereka di early game.

“Mereka rotasi 3 orang bersama-sama untuk culik musuh di berbagai tempat. Lalu sampai menit 15an mereka baru mulai coba menyebar membantu atau menjaga Nisha. Alhasil networth Nisha sama Midone jadi tak beda jauh. Dua carry jadi, kemenangan jadi cukup  mudah bagi Team Secret” jawab Melon mengomentari match antara Secret melawan Liquid di Grand Final MDL Disneyland Paris Major 2019.

Lebih lanjut bicara soal game terakhir, kami membicarakan soal draft Team Liquid yang cukup bisa dipertanyakan. “Salahnya Liquid mengira bisa menghentikan Sven dan Templar Assassin cuma dengan bermodal Earthshaker saja. Nyatanya, butuh timing yang tepat agar strategi ini berhasil. Pada prakteknya, Secret main berani di game ini, terutama Nisha. Liquid kaget merespon hal ini, akhirnya mereka tidak sempat bereaksi, sehingga membuat permainan bisa selesai dengan cukup cepat.” jawab Melondoto.

Kemenangan ini memberikan Team Secret total hadiah sebesar US$350 ribu atau sekitar Rp5 miliar dan juga Poin DPC sebesar 4950 poin. Dengan ini maka Team Secret masih tetap menjadi pemuncak klasemen di Dota 2 Pro Circuit musim 2018-2019 dengan perolehan sebesar 14250 poin.