Dash Electric Raih Pendanaan Awal dari The Radical Fund, Kevin Aluwi, dan Sejumlah Investor

Dash Electric, startup penyedia layanan kendaraan listrik (EV-as-a-Service) di Indonesia, mengumumkan keberhasilan dalam mengamankan pendanaan awal dengan nominal yang tidak disebutkan. Pendanaan ini dipimpin oleh The Radical Fund dan didukung oleh Bali Investment Club (BIC), serta melibatkan partisipasi dari Schneider Electric Energy Access Asia (SEEAA), Aksara Ventures, dan Kevin Aluwi, salah satu pendiri Gojek. Investor awal mereka, Antler, turut berinvestasi kembali pada ronde ini.

Didirikan pada 2023 oleh Aditya Brahmana dan Robert Mulianto, Dash Electric bertujuan mempercepat adopsi kendaraan listrik di Indonesia dengan menyediakan infrastruktur hijau bagi bisnis. Dengan layanan komprehensif, Dash Electric menawarkan solusi armada kendaraan listrik yang dapat disesuaikan, baik untuk kebutuhan logistik berbasis langganan maupun sistem pay-per-use. Dalam rangka mendukung visi Indonesia mencapai 100% penggunaan EV pada tahun 2040, Dash Electric berkomitmen menjadi pelopor dalam transisi ini.

Menjawab tantangan dekarbonisasi sektor transportasi

Dengan lebih dari 137 juta sepeda motor di jalanan, Indonesia dihadapkan pada kebutuhan mendesak untuk mengurangi emisi karbon dalam sektor transportasi. Namun, hanya kurang dari 1% kendaraan di Indonesia yang bertenaga listrik, jauh tertinggal dari negara-negara lain seperti Tiongkok (20%) dan Vietnam (10%).

Co-Founder & CEO Dash Electric Aditya Brahmana menyatakan, “Misi kami adalah membuat adopsi kendaraan listrik menjadi mudah bagi bisnis dan pengemudi. Infrastruktur kami menangani aspek logistik sehingga perusahaan bisa fokus pada bisnis inti mereka.”

Lonjakan permintaan pengiriman cepat di Indonesia turut memacu kebutuhan akan infrastruktur ramah lingkungan untuk layanan antar-jemput. Dash Electric hadir sebagai solusi hijau untuk mendukung sektor logistik, e-commerce, ritel, dan makanan dalam memenuhi permintaan pengiriman yang semakin cepat.

Saat ini, Dash Electric telah membantu berbagai klien, termasuk perusahaan besar seperti Lazada, DHL, JNE, dan Janji Jiwa dalam menjalankan pengiriman berkelanjutan. Selain itu, Dash juga menawarkan solusi armada listrik yang fleksibel untuk startup seperti Jala dan Sayurbox, yang disesuaikan untuk kebutuhan bisnis mereka.

Mempermudah kepemilikan EV

Dash Electric juga memberikan kesempatan bagi pengemudi untuk memiliki EV tanpa biaya awal melalui skema rent-to-own. Program ini memudahkan pengemudi, terutama pekerja sektor gig, untuk mengakses kendaraan listrik yang efisien dan ramah lingkungan, sekaligus menghemat biaya bahan bakar.

Co-Founder & COO Dash Electric Robert Mulianto menyampaikan, “Banyak pengemudi yang sebelumnya melihat EV sebagai barang mewah, namun melalui Dash, mereka sekarang dapat mengakses transportasi berkelanjutan yang juga mengurangi biaya operasional.”

CEO The Radical Fund Alina Truhina menambahkan bahwa Dash Electric memiliki potensi besar dalam mengubah industri logistik Indonesia melalui teknologi yang inovatif dan berkelanjutan. “Kami bangga dapat mendukung para pendiri Dash yang memiliki pengalaman luas di sektor logistik dan manajemen rantai pasokan di Asia Tenggara. Pengalaman ini menempatkan Dash pada posisi yang kuat untuk tumbuh pesat menjadi perusahaan unicorn,” ujarnya.

Rencana ekspansi Dash Electric

Dengan suntikan dana baru ini, Dash Electric berencana untuk memperluas jaringan pengemudi, menambah jumlah armada EV, dan mengembangkan solusi perangkat lunak guna meningkatkan manajemen armada. Langkah ini akan semakin mempermudah integrasi dengan pelanggan melalui API yang memfasilitasi pengoperasian yang lebih efisien.

Dengan langkah-langkah inovatif ini, Dash Electric siap menjadi pemain utama dalam sektor EV di Indonesia, mendukung bisnis untuk beralih ke solusi logistik ramah lingkungan, sekaligus mendorong target nasional dalam mengurangi emisi karbon.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Produsen Mobil Listrik Vietnam “VinFast” Gandeng Otoklix Lancarkan Ekspansinya di Indonesia

Otoklix menandatangani kerja sama dengan produsen kendaraan listrik asal Vietnam, VinFast. Kesepakatan ini menetapkan Otoklix sebagai penyedia layanan resmi untuk kendaraan VinFast di seluruh Indonesia.

VinFast, yang baru saja memasuki pasar Indonesia pada awal tahun ini, akan menginvestasikan $1,2 miliar atau sekitar Rp18 triliun untuk membangun pabrik perakitan lokal dengan kapasitas produksi 60.000 unit per tahun di Depok, Jawa Barat. Langkah ini merupakan bagian dari strategi ekspansi untuk memperkuat kehadirannya di Asia Tenggara.

Menurut CEO Otoklix Martin Reyhan Suryohusodo, Indonesia merupakan salah satu negara yang pemerintahnya aktif mendukung adopsi kendaraan listrik. Pemerintah Indonesia telah memperbarui peta jalan transisi kendaraan listrik dengan target produksi 600.000 mobil listrik pada tahun 2025. Dukungan ini mencakup perluasan jaringan stasiun pengisian daya dan peningkatan opsi pembiayaan bagi konsumen.

Namun, tantangan terbesar dalam transisi ini adalah pengembangan infrastruktur yang memadai untuk mendukung layanan purnajual dan perbaikan kendaraan listrik. Otoklix, yang selama ini berfokus pada digitalisasi pasar aftermarket otomotif, telah berinvestasi dalam pelatihan dan pengembangan infrastruktur untuk memastikan mereka siap mendukung kebutuhan khusus kendaraan listrik.

Otoklix juga telah meluncurkan akademi pelatihan yang didedikasikan untuk mekanik, dengan fokus pada servis dan pemeliharaan kendaraan listrik. Inisiatif ini bertujuan untuk memastikan mekanik memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menangani teknologi baterai dan komponen kelistrikan yang kompleks.

Selain itu, Martin menyatakan bahwa Otoklix akan bermitra dengan perusahaan-perusahaan pembuat suku cadang untuk menyediakan komponen berkualitas dengan harga lebih terjangkau bagi bengkel independen. Hal ini diharapkan dapat memberikan lebih banyak pilihan bagi pemilik kendaraan listrik di Indonesia.

Martin juga menyoroti pentingnya investasi berkelanjutan dalam infrastruktur pendukung, termasuk stasiun pengisian daya dan pasar sekunder yang kuat, untuk memastikan pertumbuhan berkelanjutan dari pasar kendaraan listrik. “Ini adalah situasi ayam dan telur klasik: penjualan kendaraan listrik tidak dapat melampaui pengembangan infrastruktur pendukung,” tambahnya.

Dengan kemitraan ini, Otoklix berharap dapat memainkan peran penting dalam mendukung transisi Indonesia menuju era kendaraan listrik, sambil terus memperluas jangkauan dan layanan mereka di seluruh negeri.

Application Information Will Show Up Here
Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Induk Volta Umumkan Pendanaan dari Lengan Ventura Terafiliasi LG dan Perusahaan Otomotif Tiongkok

PT Energi Selalu Baru (ESB) atau dikenal sebagai induk perusahaan di balik produsen motor listrik Volta sekaligus anak perusahaan dari PT NFC Indonesia Tbk (IDX: NFCX), berhasil meraih pendanaan strategis dari LX Ventures dan SAIC Capital dalam putaran pra-seri A.

Investasi ini diharapkan dapat memperkuat pengembangan infrastruktur dan ekspansi pasar ESB, sejalan dengan visi bersama untuk masa depan yang berkelanjutan.

LX Ventures merupakan corporate VC dari LX Group yang terafiliasi perusahaan elektronik raksasa LG. Mandatnya fokus pada kemajuan dalam energi terbarukan, automasi manufaktur dan logistik, bahan ramah lingkungan, dan teknologi semikonduktor.

“Kami sangat antusias mendukung ESB dalam misinya untuk merevolusi pasar kendaraan listrik. Investasi kami sejalan dengan komitmen kami untuk membangun masa depan yang berkelanjutan melalui energi terbarukan, daur ulang sumber daya, dan teknologi pangan,” ujar Direktur Investasi LX Ventures Wanjoong Jun.

Sementara SAIC Capital, lengan investasi raksasa otomotif asal Tiongkok “SAIC”, berfokus pada inovasi di industri otomotif dan teknologi masa depan seperti kendaraan otonom dan energi baru (listrik dan hidrogen). Memanfaatkan keahlian dan sumber daya SAIC di industri otomotif, ESB siap menghadirkan solusi mobilitas yang berkelanjutan dan berteknologi canggih.

Pendanaan sebelumnya

ESB sebelumnya telah mendapatkan dana dari Rigel Capital dan Twin Towers Ventures, yang menjadi tonggak penting dalam perjalanan pertumbuhan mereka.

Dana segar yang didapat akan dimanfaatkan untuk mempercepat pengembangan produk, memperluas jangkauan pasar, dan meningkatkan kemampuan teknologi ESB. Rencananya, ESB akan memanfaatkan investasi ini untuk mengembangkan armada motor listrik Volta, memperluas infrastruktur pertukaran baterai, dan mengeksplorasi solusi inovatif dalam teknologi kendaraan listrik.

Kerja sama ini menegaskan komitmen LX Ventures dan SAIC Capital dalam mendukung ide-ide inovatif yang mendorong ekonomi berkelanjutan.

Direktur NFCX Okie Octavia Kurniawan mengatakan, “Investasi dari LX Ventures dan SAIC Capital adalah perubahan besar bagi kami. Ini akan secara signifikan mempercepat upaya kami dalam memperluas armada kendaraan listrik dan infrastruktur pertukaran baterai. Dengan dukungan mereka, kami siap memberikan solusi mobilitas yang lebih inovatif dan berkelanjutan kepada pelanggan kami, memperkuat komitmen kami untuk mengubah lanskap kendaraan listrik.”

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Volta Akuisisi 50% Saham Infi Asia E-Mobility untuk Ekspansi Regional

PT Energi Selalu Baru (ESB), anak perusahaan dari PT NFC Indonesia Tbk (IDX: NFCX) dan bagian dari Grup MCASH, mengumumkan akuisisi strategis sebesar 50% saham di Infi Asia E-Mobility Pte Ltd. Langkah signifikan ini bertujuan untuk mempercepat ekspansi ESB ke pasar utama di Asia Tenggara, termasuk Thailand, Malaysia, dan Vietnam.

ESB, yang dikenal dengan merek electric vehicle “Volta” telah mencapai kemajuan substansial di industri. ESB telah mengembangkan jaringan stasiun penukaran baterai (SGB) yang luas untuk meningkatkan kenyamanan dan aksesibilitas mobilitas listrik.

Melalui layanan “Semolis,” motor listrik Volta menawarkan layanan sewa beli yang inovatif, yang memungkinkan perluasan jangkauan dan penetrasi pasar. Hingga kuartal pertama tahun 2024, ESB telah memfasilitasi lebih dari 665.000 transaksi penukaran baterai melalui 299 stasiun SGB, menekankan adopsi luas dan kesuksesan solusi EV mereka.

Selama setahun terakhir, ESB telah mencapai prestasi signifikan, termasuk membentuk kemitraan strategis dengan berbagai perusahaan terkemuka seperti Alfamart, Indomaret, Bluebird, AstraZeneca, Kalbe Group, dan Gentari. Volta juga meluncurkan dua varian motor listrik baru, “Volta Eagle” dan “Volta Cyrus,” yang menjadi model andalan untuk menyediakan solusi ramah lingkungan bagi masyarakat Indonesia.

Selain itu, layanan sewa motor listrik Volta telah diperkenalkan di Surabaya dan Bali, sebagai ekspansi dari layanan sebelumnya di Jakarta. Harga sewa motor listrik Volta di Surabaya adalah Rp 35.000 per hari untuk 360 hari, sementara di Bali Rp 50.000 per hari untuk 450 hari. Setiap pengguna Semolis dapat memiliki motor listrik Volta setelah periode kontrak berakhir.

Investasi di Infi Asia E-Mobility Pte Ltd. menandai langkah penting dalam strategi ESB untuk memperluas jangkauannya di luar Indonesia. Dengan memanfaatkan pasar Infi Asia di Thailand, Malaysia, dan Vietnam, ESB siap memperkenalkan motor listrik dan infrastruktur penukaran baterai canggih kepada audiens yang lebih luas. Ekspansi ini tidak hanya akan mendorong pertumbuhan ESB tetapi juga berkontribusi pada pengembangan transportasi berkelanjutan di wilayah tersebut.

CEO Volta Group Okie Octavia Kurniawan mengatakan, “Kolaborasi dengan Infi Asia E-Mobility adalah bukti komitmen kami untuk memajukan solusi e-mobility dan mempromosikan transportasi berkelanjutan di seluruh Asia Tenggara. Kami sangat antusias untuk membawa produk dan layanan inovatif kami ke pasar yang baru dan lebih luas, meningkatkan ekosistem EV secara keseluruhan dan menyediakan alternatif ramah lingkungan untuk kendaraan konvensional.”

CEO Infi Asia E-Mobility Pte Ltd. Arun Mambully menambahkan, “Seiring dengan semakin pentingnya tema keberlanjutan bagi konsumen dan perusahaan di seluruh dunia, kemitraan ini dengan salah satu perusahaan EV terdepan di Indonesia akan membantu kami menghadirkan solusi e-mobility ke Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Volta adalah mitra ideal karena produk mereka dirancang sesuai dengan kebutuhan unik pasar ini dan kami sangat bersemangat untuk membangun bisnis yang berfokus pada keberlanjutan di pasar ini.”

Kolaborasi ini sejalan dengan visi ESB untuk berada di garis depan revolusi e-mobility di Asia Tenggara, memperkuat posisi kuatnya di industri sepeda motor EV. Seiring dengan meningkatnya permintaan akan opsi transportasi yang berkelanjutan dan efisien, ESB tetap berdedikasi untuk menyediakan solusi superior yang memenuhi kebutuhan konsumen dan bisnis yang terus berkembang.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Kepercayaan Diri ION Mobility di Pasar EV dengan Produk yang Sepenuhnya Dikembangkan Sendiri

Geliat kendaraan listrik di Indonesia makin terasa seiring dengan penetrasi produk di tengah masyarakat. Dibandingkan dengan kendaraan konvensional, industri kendaraan listrik menjadi lebih menarik, karena Indonesia tidak hanya mentereng sebagai pasar, melainkan mulai ada inovasi yang terlahir dari inovator lokal — baik dari sisi produk kendaraannya maupun infrastruktur pendukungnya.

ION Mobility adalah salah satu startup yang fokus mengembangkan produk sepeda motor listrik/electric two‐wheel vehicles (E2w) di Indonesia. Mereka mulai membangun tim di Jakarta saat lockdown pandemi tahun 2020 lalu, dipimpin James Chan selaku founder dan CEO. Produk dan model bisnis yang dianggap solid membawa mereka menutup pendanaan awal $6,8 juta dalam dua putaran di tahun 2021 dan 2022. Dilanjutkan pendanaan seri A senilai $18,7 juta pada Februari 2023 dipimpin TVS Motor.

“Kami adalah satu-satunya pemain E2w (electric two‐wheel vehicles) yang didukung oleh industri otomotif Asia Tenggara. Selain pemimpin otomotif 2W TVS Motor, kami juga memiliki dukungan dari Martin Hartono dari GDP Venture dan Michael Sampoerna dari Sampoerna Strategic sebagai investor kami,” ujar James.

James turut memaparkan, bahwa sebagian besar dana investasi yang dikumpulkan digunakan untuk pengembangan tim, operasional, dan meningkatkan kehadiran di Indonesia. Sekarang sebagian besar tim berada di Jakarta dan Bandung, kendati demikian ION Mobility juga telah memiliki kantor di Singapura, Vietnam, dan China.

“Saat ini, kami beroperasi dari sebuah showroom kecil di Motovillage Kemang sambil bersiap-siap untuk meluncurkan experience centre unggulan kami yang berlokasi di Radio Dalam dengan 4 lantai dan luas 15.000m2. Tim kami juga sedang bekerja keras untuk menyempurnakan paket baterai dan jalur perakitan E2w kami di Karawang Timur, untuk menjaga agar kami tetap sesuai jadwal dalam memenuhi pemesanan di beberapa bulan ke depan,” imbuhnya.

Peresiman showroom ION Mobility di Jakarta / ION Mobility
Peresiman showroom ION Mobility di Jakarta / ION Mobility

Produk pertama ION Mobility

ION Mobility pertama kali memamerkan produk perdananya ION M1-S pada IMOS 2022, kala itu kondisi pandemi mulai mereda dan lockdown kembali dibuka. Bagi James dan tim, ini menjadi titik awal penting untuk memulai validasi produk di pasar Jakarta.

Upaya menemukan product-market fit terus dilakukan dengan membawa ke M1-S ke berbagai pameran, termasuk yang paling baru ke IIMS 2023 dan GIIAS 2023. Salah satu tujuannya untuk memberikan gambaran lebih jelas sekaligus mendengarkan impresi dari calon pelanggan.

“Setelah menyelesaikan rangkaian pameran selama satu tahun terakhir, ION M1-S tidak akan muncul di pameran sepeda motor lainnya hingga kami mengirimkannya kepada pelanggan pemesan awal kami nanti akhir tahun ini,” imbuh James.

ION Mobility aktif memamerkan produknya di berbagai gelaran otomotif di Indonesia / ION Mobility
ION Mobility aktif memamerkan produknya di berbagai gelaran otomotif di Indonesia / ION Mobility

ION M1-S adalah produk berstandar otomotif yang didukung secara luas oleh perangkat keras, firmware, dan perangkat lunak yang dikembangkan secara mandiri. Ukurannya setara sepeda motor 155cc pada umumnya, tetapi menawarkan daya dan kinerja sepeda motor setara 250cc dari 0-60 km/jam dengan dukungan sejumlah fitur unit yang dikembangkan.

“Kami masih menunggu dokumen konten lokal (TKDN), tetapi berharap untuk menjadi yang terdepan di industri dengan skor setidaknya 70%; jauh lebih tinggi dari semua merek motor listrik lainnya di Indonesia – ini hanya dapat dicapai karena kami tidak bergantung pada konsultan besar dan tidak pernah mengontrakan bagian dari desain dan rekayasa M1-S kepada pihak ketiga,” jelas James.

Diakui juga, bahwa ini bukan perkara gampang menyelaraskan tim berjumlah 50an orang (dengan 10 kewarganegaraan di 4 negara) sampai mencapai titik ini. Pun pihak TVS yang memiliki pengalaman 45 tahun di industri juga mengungkapkan hal tersebut.

“Dedikasi ekstrem kami untuk ‘melakukan semuanya sendiri, sendirian’, bersama dengan upaya pemasaran merek dan produk yang lebih sedikit namun lebih baik, adalah jalur yang paling jelas bagi kami untuk menciptakan sepeda motor listrik dan produk penyimpanan energi terbaik untuk pelanggan kami di Indonesia,” ujar James.

Ia melanjutkan, “Beberapa orang mengatakan, seharusnya kami membuat M1-S lebih murah dan menyatakan bahwa harga Rp49 juta (varian 72V50Ah) dan Rp56 juta (varian 72V60Ah) masih terlalu sulit dijangkau bagi kebanyakan orang Indonesia. Saya memberi tahu mereka bahwa ada satu kendala universal yang kami hadapi; Anda hanya dapat memilih 2 dari 3 faktor: lebih cepat, lebih murah, dan lebih baik. Di ION, kami memilih lebih cepat dan lebih baik sebagai 2 faktor prioritas, dengan penurunan harga yang akan datang ketika kami mencapai skala ekonomi yang lebih tinggi, sejalan dengan permintaan (dan pengakuan) yang lebih besar untuk produk kami,” jelas James.

Ceruk pasar ION Mobility

Tidak dimungkiri dengan harga jual yang disebutkan James di atas, ION M1-S menjadi lebih mahal (signifikan) dibandingkan dengan sepeda motor konsumer konvensional yang saat ini mendominasi pasar. Bagi James, ION M1-S dirancang untuk menjadi pelopor di segmen produknya sendiri, yakni sebuah sepeda motor listrik seharga motor 155cc, tapi bertenaga 250cc (motor listrik 5kW yang mencapai output daya 12,5kW).

Ia turut mengungkapkan, di Indonesia rata-rata penjualan sepeda motor Internal Combustion Engine (ICE) per tahunnya mencapai 6 juta – 6,5 juta unit. Segmen 155cc mewakili sekitar 16-18% dari penjualan baru atau setara 1 juta+ unit dengan 80% dibeli oleh pelanggan di kota tier-1 seperti Jakarta. Kelompok pengguna ini masih merupakan segmen pasal massal (walaupun secara spesifik masuk ke massal premium) yang memiliki preferensi dan ekspektasi lebih mendetail. Sehingga dikenal juga sebagai segmen pelanggan penentu tren yang dinantikan pasar massal lainnya. Ceruk tersebut yang nantinya juga diharapkan bisa disentuh oleh produk ION M1-S.

“Merancang M1-S dengan seluruh gaya dan substansinya agar sesuai dengan faktor bentuk sepeda motor step-through (flat-bed) setara 155cc yang dibatasi secara volumetrik berarti ada volume yang lebih sedikit (dibandingkan dengan sepeda motor step-over) untuk menampung lebih banyak baterai guna menghasilkan tenaga kuda tinggi yang dimilikinya. Itulah mengapa kami harus membangun semuanya sendiri. Sebagai tim, kami percaya untuk menghadapi tantangan terberat terlebih dulu, dan jika kami berhasil melewati proses ini, menjadi jauh lebih mudah bagi kami untuk berkembang saat kami memasuki segmen lain di masa mendatang,” ujar James.

Baterai juga menjadi komponen yang mendapatkan perhatian penting dalam inovasi ION Mobility. Pihaknya mendesain, merekayasa, merancang paket baterai motor secara mandiri dengan peralatan berstandar industri dan bahan baku dari Tiongkok. Adapun proses perancangan dan perakitan dilakukan di pabrik yang perusahaan dirikan di daerah Karawang Timur.

Paket baterai ION dilindungi oleh aluminium yang kokoh untuk pengelolaan panas dan perlindungan fisik, menggunakan sel silindris NCM dengan faktor bentuk 21700 pada sistem 72V. Mereka juga telah memperoleh sertifikasi internasional untuk paket baterai (UN R136, UN 38.3) dan telah menguji sel, proses perakitan, dan paket secara menyeluruh. ION Mobility berkomitmen untuk melanjutkan pendekatan  ketat ini guna menjaga kualitas di seluruh batch produksi.

“Pendekatan kami berbeda dengan hampir semua pemain lain yang memperoleh pak baterai E2w mereka tanpa kemampuan atau kesadaran akan pengorbanan desain dan pemilihan komponen. Dengan kata lain, mereka hanya bisa menyalahkan pemasok  saat terjadi masalah, tetapi di ION, kami memikul tanggung jawab untuk memastikan hasil yang tepat, dan memiliki kemampuan internal untuk terus meningkatkan paket baterai dan teknologi sistem manajemen kami sendiri. Itulah sebabnya kami percaya diri untuk memberikan garansi pak baterai selama 5 tahun kepada pelanggan M1-S kami,” jelas James.

Tantangan utama ION Mobility

Jajaran tim ION Mobility di Indonesia / ION Mobility

Memang, sepeda motor konvensional masih dan dinilai tetap akan mendominasi pasar Indonesia di beberapa tahun ke depan. Hal ini turut diaminkan oleh James, hanya saja ia melihat bahwa elektrifikasi kendaraan roda dua akan menjadi masa depan yang terus diupayakan berbagai pihak. Sehingga baik ekosistem motor konvensional dan pengembangan motor listrik akan berjalan berdampingan sampai 10-20 tahun mendatang.

“Tahukah Anda bahwa bahkan dengan listrik berbahan bakar batu bara, M1-S memiliki jejak karbon 2,8x hingga 3,75x lebih rendah dibandingkan sepeda motor konvensional 155cc? Ketika bumi kita terus memanas dan permukaan air laut meningkat seiring dengan tenggelamnya Jakarta dengan cepat, dorongan untuk transisi penuh ke E2w semakin besar,” ungkap James.

Kendala yang paling berat dihadapi ION Mobility adalah posisinya sebagai merek yang masih muda dan sangat baru. Ini berimplikasi pada tingkat kepercayaan pasar. Terlebih pasar Indonesia beberapa tahun belakang terus dibombardir dengan banyaknya produk sepeda listrik murah yang sebenarnya bukan tandingan sepeda motor dari sisi keandalan, bahkan masih jauh dibandingkan mesin 125cc sekalipun.

“Kami harus berupaya melawan gradien ini dan memastikan bahwa kami tidak terburu-buru dalam memberikan produk dengan segala cara, seperti yang dilakukan beberapa merek E2w Indonesia lainnya, yang kemudian akan mengecewakan para pendukung awal mereka,” lanjut James.

Tantangan selanjutnya adalah memastikan orang percaya bahwa James dan tim dapat merealisasikan visi-misinya di ION Mobility. Sempat diragukan, karena bahkan James tidak memiliki SIM sepeda motor di Singapura. Ia pun mengakui belum pernah membangun perusahaan di bidang hardware yang notabenenya membutuhkan belanja modal yang besar dan strategi matang agar bisa sampai skala industri. Apalagi di Asia Tenggara ekosistemnya juga masih minim, baik dari sisi investor hingga suplai tenaga kerjanya.

“Bagi seorang wirausaha, khususnya yang bergerak di bidang ‘teknologi keras’, kita menghadapi rintangan yang mustahil setiap hari. Menurut saya, tugas kita di tahun 2024 jauh lebih mudah, yakni konsisten meraih dan menjaga kepercayaan setiap pengendara sepeda motor Indonesia, mulai dari Jakarta,” ungkapnya.

Tahun 2024 ini, ION Mobility akan memulai milestone besarnya, yakni dengan mulai melakukan monetisasi. Selain itu proses fundraising juga tengah diupayakan untuk penggalangan putaran seri B guna mendukung pertumbuhan dan penguatan tim.

“Tahun ini akan menjadi tahun besar. Kami akhirnya akan beralih dari nol pendapatan menjadi jutaan (dolar), bahkan mungkin puluhan juta dalam pendapatan. Kami mulai berbicara dengan beberapa investor untuk pendanaan seri B guna mendukung lintasan pertumbuhan dan upaya penarikan dan retensi talenta kami. Tim saya memberi tahu saya bahwa ‘kompetitor’ E2w Indonesia kami dengan putus asa mencoba merekrut mereka tanpa hasil; kami pasti melakukan sesuatu yang benar sehingga rekan-rekan E2w kami berusaha melepaskan mereka dari kami,” ujarnya.

Selain itu ION Mobility akan mulai membuka beberapa toko dan mengumumkan jaringan layanan purnajualnya.

Kemitraan strategis

Ekosistem kendaraan listrik mulai terbangun, namun masih perlu diperkuat, salah satunya dengan kolaborasi antarstakeholder dalam industri. ION Mobility sendiri sudah cukup agresif membangun kemitraan dengan sejumlah pihak, termasuk Kementerian Perinudstrian di Indonesia, sejumlah BUMN (misalnya PLN), dan lembaga pembiayaan yang dapat mendukiung upaya perusahaan menghasilkan produk lokal yang bermutu secara end-to-end.

Di Singapura, ION juga telah menjalin kemitraan dengan lengan investasi pemerintah setempat, termasuk sejumlah lembaga inovasi seperti EnterprisSG, A*STAR, dan JTC.

M1-S sendiri telah menyelesaikan pengujian pemerintah dan menerima dokumen homologasi kendaraan jalan pada November 2023. ION Mobility juga sedang dalam proses penyelesaian beberapa dokumen tambahan yang mengikuti, tetapi James yakin sepenuhnya bahwa ION M1-S juga akan memenuhi syarat untuk program subsidi pemerintah Indonesia dengan tingkat konten lokal 70% atau lebih. Pemerintah memang tengah memberikan subsidi khusus berupa potongan harga langsung untuk mendukung program konversi ke kendaraan listrik. Sejumlah merek kendaraan listrik seperti Polytron, Alva, Volta, dan beberapa lainnya sudah mulai menjalankan program ini.

“Menarik untuk dicatat bahwa pelanggan yang melakukan pemesanan di tahun lalu tidak pernah fokus pada subsidi, yang sebenarnya hanya sebagai nilai tambah. Bahkan tanpa subsidi, M1-S menawarkan total biaya kepemilikan setara atau bahkan lebih baik setelah 2 hingga 3 tahun penggunaan harian, dibandingkan dengan sepeda motor ICE 155cc,” ujar James.

ION M1-S saat diuji coba di jalanan Jakarta / ION Mobility
ION M1-S saat diuji coba di jalanan Jakarta / ION Mobility

Lantas mengapa baru akan dikirimkan ke pelanggan pada akhir tahun ini? Pada November 2022, ketika ION Mobility pertama kali memperkenalkan M1-S di IMOS, mereka memperkirakan tanggal mulai pengiriman akhir Desember 2023. Namun, setelah mendengarkan masukan pelanggan, mereka memutuskan untuk mengambil tindakan pada beberapa area untuk lebih meningkatkan M1-S, yang meliputi:

  • Pengurangan berat – M1-S sekarang lebih ringan 14kg menjadi 149kg kosong, lebih mudah manuver, dan lebih stabil daripada sebelumnya dengan pusat gravitasi yang ditingkatkan.
  • Dinamika kendaraan yang lebih baik – disetel untuk kenikmatan berkendara, dengan penanganan dan ergonomi yang ditingkatkan pada berbagai kecepatan, manuver, dan kondisi jalan.
  • Pengurangan tinggi kursi – tinggi kursi sekarang turun menjadi 765mm dari tanah, memungkinkan pengguna berkendara dengan lebih percaya diri dan nyaman.
  • Pembaruan bagian belakang – mendesain ulang bemper belakang dan lampu depan untuk desain yang lebih atletis.
  • Pengisi daya terintegrasi yang ditingkatkan dan penutup kedap air – isi daya M1-S tanpa perlu khawatir hujan merembes ke dalam kompartemen penyimpanan melalui kabel pengisian.
  • Tingkat VA pengisian yang dapat disesuaikan – pengguna dapat mengontrol seberapa banyak daya yang diambil M1-S (dari 450 hingga 2200 VA) saat pengisian.
  • TPMS Terintegrasi – semua pengendara dapat bersukacita bahwa M1-S mereka akan dilengkapi dengan TPMS (sistem pemantauan tekanan ban) untuk kedua roda.
  • Kunci kemudi – pengendara dapat mengaktifkan kunci kemudi fisik saat diparkir untuk mencegah pergerakan tidak sah dari M1-S.
  • Pengujian lebih lanjut – berhasil mencapai tingkat pengujian jangka panjang yang semakin ekstrem, termasuk di lereng bukit Gunung Tangkuban Parahu dengan uptime lebih dari 99% dan pengendara berbobot hingga 145kg, dengan pencapaian rencana jarak uji 25.000km yang dijadwalkan akan selesai dalam beberapa bulan ke depan, dan 50.000km serta lebih tinggi pada akhir tahun.

“Saya meyakini semua pelaku industri E2w seharusnya memandang perjalanan ini sebagai maraton bukan sprint. Saya pikir ini adalah ide buruk bagi perusahaan mana pun untuk berkembang terlalu cepat. Sebagai mantan pegawai di pemerintah Singapura yang bekerja di bidang pengembangan industri, kemudian menjadi venture capitalist teknologi tahap awal dan angel investor sebelum menjadi serial techpreneur, saya selalu menekankan kepada tim pentingnya ‘efisiensi modal-usaha’ saat berada dalam fase pra-pendapatan,” tegas James.

Swap Mendapat Pendanaan Seri A Rp341 Miliar dari Qiming, GGV, dan Ondine Capital

Pengembang layanan baterai listrik Swap Energi mendapatkan pendanaan seri A senilai $22 juta atau setara 341,4 miliar Rupiah. Menurut data regulator seperti dikutip dari Alternatives.pe, ada tiga investor berpartisipasi dalam putaran ini yakni Qiming Venture Partners, GGV Capital, dan Ondine Capital.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO Swap Energi Irwan Tjahaja memberikan konfirmasi bahwa perusahaan baru menutup putaran pendanaan seri A. Kendati demikian ia tidak menyebutkan detailnya.

Sebelumnya pada April 2023 lalu, Swap mengumumkan pendanaan pra-seri A dari Ondine Capital dengan dukungan investor sebelumnya seperti Kejora-SBI Orbit, Baramulti Group, dan New Energy Nexus Indonesia. Sekurangnya dana $7,25 juta dibukukan dalam putaran tersebut untuk meningkatkan penetrasi dan kehadiran layanan infrastruktur dan penukaran baterai motor listrik di berbagai wilayah Indonesia.

Didirikan sejak tahun 2019 lalu, Swap Energi mencoba menjawab tantangan utama transisi dari motor bensin ke motor listrik, khususnya untuk pengguna dengan tingkat mobilitas yang tinggi. Pengisian baterai yang memakan waktu berjam-jam dinilai menjadi kurang efektif untuk beberapa jenis penggunaan, seperti kebutuhan ojek online atau perjalanan jauh dengan sepeda motor, sehingga Swap hadir dengan solusi layanan penukaran baterai.

Menurut situsnya, saat ini sudah ada lebih dari 1300 pusat penukaran baterai yang tersebar di puluhan kota di Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi. Perusahaan juga bekerja sama dengan ritel modern seperti Alfamart, Alfamidi, Shell, BP-AKR, dan Circle-K untuk penempatan infrastruktur penukaran baterai.

Ada tiga produk utama Swap Energi. Pertama, mereka menyediakan Swap Battery yang didesain dengan standardisasi ke berbagai jenis sepeda motor listrik. Kedua, Swap Stations untuk penukaran baterai listrik. Dan yang ketiga, Swap App sebagai aplikasi manajemen pengguna.

Saat ini Smoot dan Minerva adalah dua pabrikan motor listrik yang menjadi mitra resmi untuk penggunaan baterai listrik Swap.

Akselerasi bisnis Swap berada pada momentum yang tepat di saat pemerintah memiliki target ambisius untuk konversi listrik. Tahun 2023 diperkirakan sudah ada sekitar 75 ribu unit motor listrik di jalan. Pemerintah punya target melipatgandakan menjadi 13 juta unit di 2030 nanti.

Dalam kesempatan terpisah Irwan mengatakan bahwa fokus utama Swap adalah menjadi supporting system dalam hal penyediaan infrastruktur, guna memberikan pengalaman pengendara dan layanan purnajual kendaraan listrik yang lebih baik. Pengujian yang telah dilakukan bersama Smoot, motor listrik pertama dengan sistem tukar baterai Swap, diklaim sukses dan akan direplikasi ke merek-merek motor listrik lain di Indonesia.

Perusahaan teknologi yang terlibat dalam pasar kendaraan listrik di Indonesia mengadopsi dua pendekatan berbeda. Pendekatan pertama melibatkan produksi kendaraan listrik untuk konsumen dengan opsi pembelian atau langganan, dengan pemain seperti Charged, Alva One, ION Mobility, dan Electrum.

Di sisi lain, pendekatan kedua difokuskan pada pengembangan komponen kunci kendaraan listrik, terutama baterai, dengan perusahaan seperti Swap dan Gogoro. Gogoro sendiri mulai masuk Indonesia setelah mendapatkan dukungan pendanaan dari Gojek.

Application Information Will Show Up Here

Electrum Setop Kerja Sama dengan Gogoro, Perkenalkan Motor Listrik Rakitan Sendiri

Electrum (PT Energi Kreasi Bersama), perusahaan patungan dari PT TBS Energi Utama Tbk dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk, merilis secara resmi motor listrik rakitan sendiri bernama H5, bersama teknologi pendukungnya, seperti baterai, Battery Swap Station (BSS), dan infrastruktur digital.

Pada tahap awal, H5 baru akan diuji cobakan untuk layanan GoRide Electric dari Gojek sebagai perluasan pilot project motor listrik Grup GoTo. Sebanyak 500 unit motor dan 100 swap station akan digulirkan hingga akhir tahun ini untuk Jakarta saja. Per hari ini (9/11), Electrum sudah menggulirkan puluhan unit H5 dan 40 swap station.

Selama uji coba, Electrum dan Gojek akan memperkenalkan skema rental yang menawarkan fleksibilitas sesuai kebutuhan mitra pengemudi, yakni antara sewa dengan satu atau dua baterai. Mitra pengemudi aktif Gojek di area Jakarta dapat mendaftar program rental ini.

Electrum akan melakukan validasi terhadap calon penyewa yang dibuktikan oleh aplikasi GoPartner milik mitra Gojek serta identitas resmi. Jika memenuhi kriteria, mitra akan dihubungi oleh customer service (CS) untuk melakukan test-drive.

Pada konferensi pers peluncuran H5 di Jakarta, CEO Electrum Jack Yang menyampaikan, perusahaan telah mencapai milestone produk pertama dengan meluncurkan H5. Motor listrik ini didesain khusus untuk jalanan di Indonesia. Menurutnya, masyarakat Indonesia punya minat yang tinggi akan solusi mobilitas berkelanjutan dan nyaman.

“Karena pengendara Electrum bergantung pada motor untuk mobilitas sehari-hari secara terjangkau, kami mendesain H5 dengan keunggulan performa tinggi dikelasnya, biaya perawatan yang rendah, dilengkapi desain yang ergonomis dan nyaman dikendarai. H5 juga dilengkapi dengan teknologi baterai bertenaga tinggi serta BSS yang andal dan mudah dikenali,” terang Yang.

Managing Director Electrum Patrick Adhiatmadja menambahkan, kehadiran H5 menandai bahwa Electrum telah mengakhiri kerja sama dengan Gogoro, produsen motor listrik asal Taiwan, yang sudah terjalin sejak awal 2022.

Ia juga menegaskan tidak ada investasi yang terjadi antara Gogoro untuk Electrum. Sepenuhnya sebatas pada kerja sama jual-beli yang menempatkan Electrum sebagai salah satu konsumer bisnis untuk Gogoro.

“Pengembangan [H5] ini enggak ada kaitannya dengan Gogoro. Produk yang diluncurkan ini karya anak bangsa, termasuk infrastruktur digitalnya. Pengendara Indonesia itu unik, makanya harus didesain sendiri sesuai tipe pengendaranya,” imbuhnya.

Sebagai catatan, pada Agustus 2022, anak usaha Grup GoTo, PT Rekan Anak Bangsa (RAB) melepas aset motor listrik, perlengkapan baterai, dan merek dagang senilai Rp23,6 miliar kepada Electrum. Terdapat 251 unit motor listrik Smartscooter Gogoro 2 Plus dan 502 unit perlengkapan kendaraan baterai motor listriknya yang dibeli sebelumnya dari Gogoro pada 29 Juli 2022.

“Sebenarnya total motor listrik yang dioperasikan Electrum sudah ratusan [unitnya].”

Patrick juga belum memastikan kapan perusahaan akan masuk ke bisnis konsumer pada tahap ini. Salah satu kekhawatiran terbesar adalah ketersediaan swap station (SPBKLU/Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum) dapat lebih merata dan mudah diakses.

Untuk mengatasi tersebut, perusahaan menargetkan dapat memperbanyak titik swap station hingga 1.000 titik. Strateginya adalah bekerja sama dengan korporasi dengan jaringan yang luas, yakni Pertamina, Bank Mandiri, Planet Ban, Alfamidi, Indomaret, dan Rukita.

“Ketika swap station belum tersedia secara luas, akan timbul raise anxiety bagi pengguna. Kalau dengan mitra Gojek, kita bisa prediksi poligon-poligon area mereka di mana saja, sehingga lebih terkontrol.”

Keunggulan motor listrik H5

Electrum

Patrick melanjutkan, keseluruhan ekosistem motor listrik Electrum merupakan karya desainer dan insinyur lokal, yakni Muhammad Rayhan Arifinsyah (Rayhan) dan Yuditya Pratamaputra (Yudit) yang bergabung di Electrum sejak 2022.

Rayhan merupakan desainer jebolan Jurusan Desain Industri ITB, sementara Yudit merupakan mechanical engineer lulusan Teknik Aeronautika dan Astronotika ITB dengan pengalaman 10 tahun di bidang vehicle research and development.

Keduanya merancang desain H5 berdasarkan hasil uji coba komersial bersama Gojek, serta mempertimbangkan segala masukan dari para mitra Gojek. Mulai dari performa, desain, dan teknologi, H5 dirancang sesuai dengan kebutuhan mobilitas sehari-hari masyarakat Indonesia.

“Selama proses risetnya, kami banyak dibantu pihak, terutama mitra Gojek. Sebab bicara motor itu, kita punya budaya yang unik. Sehingga ada cara pandang yang unik karena hubungan masyarakat kita dengan motor itu spesial,” kata Rayhan.

Perusahaan membandingkan keunggulan motor listrik H5 dibandingkan kompetitor yang sama di kelasnya, yakni:

  • Performa tinggi

Akselerasi cepat: Hanya dengan 6s dapat mencapai kecepatan 0-60 km/h; Top Speed: H5 bisa dipacu hingga 90km/h; Performa motor yang tinggi: Rated power sebesar 4kW pada 3,000 rpm dan torsi 30 N.m pada 1,600 rpm; Baterai Tenaga Tinggi: Hanya dengan dua baterai Lithium-Ion berbasis nikel bisa mencapai 120 km. Juga dapat digunakan walau satu baterai saja hingga dapat menempuh 60 km; Kapasitas baterai tinggi: Baterai memiliki kapasitas sebesar 1,8 kWh per baterai yang lebih tinggi dibandingkan motor sekelasnya. Dengan kapasitas baterai yang lebih tinggi, H5 dapat menjangkau jarak tempuh yang lebih jauh.

  • Desain yang futuristik, ergonomis, dan nyaman

Ruang penyimpanan luas: Berkapasitas 25 liter, hingga bisa menyimpan satu helm di samping dua buah baterai, yang terbesar di kelasnya; Port charger: Kantong bagian depan juga dilengkapi dua USB Charger 10W guna memudahkan masyarakat untuk mengisi daya smartphone selama perjalanan; Desain futuristik: Dengan kombinasi warna hijau, biru, dan metalik, H5 sangat mudah dikenali di jalan.

  • Teknologi canggih

Keyless start: H5 menggunakan teknologi tanpa kunci untuk dapat menyalakan motor; Terkoneksi aplikasi: Electrum juga menyediakan aplikasi ELMA yang memuat informasi mengenai motor H5, monitoring kondisi baterai dan menyediakan info lokasi BSS terdekat.

Produsen EV Volta Dapat Suntikan Dana dari Twin Towers dan Rigel Capital

Twin Towers Ventures (TTV) dan Rigel Capital berpartisipasi pada putaran investasi ke produsen infrastruktur dan motor listrik Volta melalui induk usahanya PT Energi Selalu Baru (ESB). Tidak disebutkan berapa nominal pendanaan yang diterima.

Selain injeksi modal tahap awal, TTV dan Rigel juga akan mentransfer keahlian dan jaringan yang dimiliki untuk membangun transportasi berkelanjutan di Indonesia. Diketahui, ESB adalah anak usaha PT NFC Indonesia Tbk (IDX: NFCX), bagian dari M Cash Group.

TTV adalah lengan investasi Petronas Ventures yang berinvestasi pada perusahaan teknologi bidang transisi energi dan mobilitas di wilayah Asia Pasifik (APAC), Australia dan Selandia Baru, serta Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA). Sementara, Rigel adalah firma pengelolaan investasi yang fokus membangun ekosistem teknologi di Asia Tenggara dan India.

“Investasi dari TTV dan Rigel Star akan memberikan kami bahan bakar yang diperlukan bagi ESB untuk memperluas infrastruktur, meningkatkan teknologi, dan mempercepat penetrasi pasar,” ungkap Direktur Utama NFC Indonesia Abraham Theofilus dalam siaran resminya.

Sementara, CEO dan Managing Partner TTV Fariz Ali menambahkan, “Kemitraan ini mencerminkan komitmen kami terhadap dunia dekarbonisasi dan keyakinan kami pada dampak signifikan yang dapat dihasilkan oleh ESB pada masa depan mobilitas.”

3 juta transaksi pertukaran baterai

Sekilas mengenai Volta, ESB berupaya memimpin sektor motor listrik dan stasiun penukaran baterai (SGB). Sejauh ini, Volta telah bermitra dengan perusahaan biofarmasi global AstraZeneca untuk layanan sewa dengan opsi kepemilikan motor lewat anak usaha NFC lainnya, Semolis.

Klaimnya, perusahaan telah mengantongi total 3 juta transaksi pertukaran baterai di stasiun SGB. Selain itu, motor listrik Volta tercatat telah menghasilkan total akumulasi perjalanan lebih dari 212 juta km, yang disebut efektif mengurangi emisi karbon sebesar lebih dari 20.000 ton.

Adapun, upaya ESB untuk memimpin pasar meliputi pengembangan solusi sinergi teknologi, pembangunan infrastruktur penukaran baterai, dan penciptaan platform digital internal untuk memastikan pengalaman pengguna yang mulus dan terintegrasi.

MCASH memiliki jaringan anak perusahaan yang luas, dengan lebih dari 350.000 titik distribusi, termasuk koneksi utama di ritel, yang semuanya akan berperan penting dalam mendorong ekspansi ESB di seluruh Indonesia.

Saat ini ada 50 perusahaan pengembang EV di Indonesia dengan total investasi lebih dari Rp3 triliun, termasuk Alva One, MAKA Motors, dan Charged. Adapun, penjualan motor listrik di Indonesia tercatat naik hingga 13 kali lipat dalam dua tahun terakhir, dari 1.947 unit pada 2020 menjadi 25.782 unit pada 2022.

Application Information Will Show Up Here

Daftar Startup Cleantech Indonesia di Sektor Transportasi

Meski dihadapkan dengan sejumlah tantangan, utamanya dari segi pendanaan dan kerangka regulasi, ekosistem startup cleantech di Indonesia tetap memiliki peluang untuk tumbuh subur.

Secara umum, ekosistem startup cleantech di Indonesia dapat dipetakan menjadi tiga sektor: sektor energi, sektor transportasi, dan sektor industri & pembangungan.

Sebelumnya, tim Solum.id sudah lebih dulu membuat daftar startup cleantech Indonesia yang bergerak di sektor energi.

Di artikel kali ini, giliran startup cleantech yang bergerak di sektor transportasi yang mendapat sorotan.

Berikut daftar lengkapnya.

1. ALVA

ALVA merupakan brand solusi mobilitas ramah lingkungan dari Ilectra Motor Group (IMG). Tak hanya membangun brand sepeda motor listrik, IMG juga aktif dalam pengembangan ekosistem pendukungnya melalui kerja sama dengan sejumlah pihak.

Produk ALVA sejauh ini sudah ada dua, yakni ALVA Cervo dan ALVA One. ALVA Cervo dijual dengan harga mulai Rp37.750.000, sementara ALVA One mulai Rp36.490.000 — harga on-the-road (OTR) Jabodetabek.

Website: alvaauto.com

2. Automa

Mengawali kiprahnya sebagai penyedia solusi IoT, Automa kini menyediakan sistem manajemen transportasi yang komprehensif dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi di sisi rantai suplai.

Automa mengembangkan platform bagi pelaku usaha untuk memonitor kondisi armadanya beserta sejumlah statistik lain yang relevan secara real-time.

Website: x.automa.id

3. Batex

Berdiri sejak 2012, Batex mengeklaim dirinya sebagai produsen baterai litium pertama di Indonesia. Selain baterai litium, Batex juga mengembangkan sejumlah produk turunannya, termasuk halnya sepeda listrik.

Website: @batex.indonesia – Instagram

4. Charged

Charged adalah startup yang berkecimpung dalam bidang produksi dan distribusi sepeda motor listrik. Dalam pengembangan sejumlah produknya, Charged berkolaborasi dengan produsen sepeda motor listrik asal Australia, Vmoto..

Charged sejauh ini telah memasarkan tiga model sepeda motor listrik yang berbeda, yakni Anoa (harga mulai Rp32 juta), Rimau (Rp33,5 juta), dan Maleo (Rp24 juta).

Website: charged.co.id

5. Nuxcle

Nuxcle adalah startup yang berfokus pada pengembangan kendaraan listrik. Produk yang dikembangkan sejauh ini mencakup skateboard listrik di bawah brand @zuboard, serta prototipe sepeda dan skuter listrik.

Selain menjual produk secara langsung ke konsumen, Nuxcle juga menawarkan layanan konversi kendaraan listrik untuk kendaraan roda dua konvensional.

Untuk daftar selengkapnya, kunjungi Solum.id. Solum.id adalah media online yang fokus menyajikan berbagai artikel tentang sektor keberlanjutan dan teknologi masa depan.

Disclosure: Solum.id adalah bagian dari grup DailySocial.id

Startup Operator Baterai EV Charge+ Dapat Pendanaan, Perkuat Ekspansi di Asia Tenggara

Startup operator pengisian daya kendaraan listrik (EV) Charge+ mengumumkan telah meraih pendanaan seri A yang dipimpin oleh TRIVE Venture Capital, investor asal Singapura yang berfokus pada investasi tahap awal. Tidak disebutkan raihan dana dalam putaran ini.

Startup asal Singapura ini akan menggunakan dana segar untuk mencapai dua tujuan utama. Pertama, Charge+ akan memenuhi kontrak tender berkelanjutan yang diberikan oleh Otoritas Transportasi Darat Singapura (LTA) untuk menyediakan sekitar 4.000 titik pengisian daya EV di tempat parkir perumahan umum Housing Development Board (HDB).

Kedua, perusahaan akan memulai proyek ambisius untuk menciptakan jalan raya pengisian kendaraan listrik sepanjang 5.000 km yang mencakup lima negara Asia Tenggara di mana mereka beroperasi. Ambisi tersebut demi mewujudkan Charge+ sebagai tulang punggung pengisian daya kendaraan listrik terpanjang di kawasan ini.

Berdasarkan keterangan resmi perusahaan yang dilansir dari Vulcan Post, Chairman Charge+ Ong Tze Boon menyampaikan, “Sejak Charge+ didirikan di 2018, visi kami adalah mengkatalisasi adopsi mobilitas listrik di Asia Tenggara. Oleh karena itu, kami senang dapat bermitra dengan TRIVE, investor ideal untuk memimpin seri A ini dan memberikan landasan untuk fase ekspansi berikutnya.”

Setelah investasi ini, Managing Partner TRIVE Christopher Quek, akan bergabung dengan dewan Charge+ untuk mendukung pengembangan dan pertumbuhan perusahaan.

Charge+ mengklaim saat ini memiliki lebih dari 1.000 titik pengisian daya kendaraan listrik yang tersebar di berbagai jenis fasilitas di Singapura. Stasiun pengisian daya ini berlokasi strategis di perumahan umum, kondominium, pusat perbelanjaan, gedung komersial, dan fasilitas industri.

Perusahaan ini dikenal dengan desain pengisi daya EV paling tipis di dunia dan dilengkapi konfigurasi konektor ganda untuk meningkatkan kegunaan.

Selain Singapura, perusahaan ini sudah hadir di lima negara Asia Tenggara, yakni Malaysia, Thailand, Vietnam, Indonesia, dan Kamboja. Dalam jangka panjang, perusahaan berencana untuk hadir di 30.000 titik pengisian kendaraan listrik secara global pada 2030 dan berkontribusi secara signifikan terhadap kemajuan mobilitas listrik di wilayah tersebut.

Selain memperluas infrastruktur pengisian dayanya sendiri, Charge+ akan berkolaborasi dengan operator pengisian daya kendaraan listrik regional lainnya untuk memanfaatkan aplikasi yang mereka bangun, Charge+, sehingga menciptakan jaringan yang lancar.

Perjanjian roaming telah ditandatangani dengan Tenaga Nasional Berhad (TNB) di Malaysia, Otoritas Pembangkit Listrik Thailand (EGAT), dan PT PLN di Indonesia. Perjanjian ini akan memungkinkan pengguna aplikasi Charge+ untuk dengan mudah mengakses kumpulan pengisi daya kendaraan listrik yang lebih luas di masing-masing negara.

Charge+ di Indonesia

Sebagai catatan, Charge+ hadir di Indonesia pada awal tahun ini, dengan brand Utomo Charge+. Ini adalah perusahaan patungan (JV) antara PT Utomo Juragan Atap Surya Indonesia (UJASI) dan Charge Plus. Dalam profil perusahaan, UJASI adalah produsen atap nasional dan penyedia solusi energi terbarukan, khususnya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Sistem Penyimpanan Energi.

Utomo Charge+ dipimpin oleh Anthony Utomo sebagai Managing Director. Ia pernah berkiprah di bidang PLTS, Sistem Penyimpanan Energi, dan Pembangunan Infrastruktur Mobilitas Bersih.

Di kantor pusatnya, Charge+ mengembangkan tujuh produk untuk pengisian daya EV, masing-masing memiliki keunggulannya. Di antaranya, Marvel 72 yang diklaim sebagai pengisi daya kendaraan listrik teramping di dunia dan Turbo 600 yakni fast charger untuk lokasi-lokasi publik, mampu mengisi daya cepat mulai dari 20 menit.

Di Indonesia, jaringan Stasiun Pengisian Daya Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) Utomo Charge+ sudah tersebar di Surabaya, Bali, dan Jakarta.

Pengguna kendaraan listrik yang ingin mengisi daya dapat mengecek persebaran SPLKU Charge+ melalui aplikasi Charge+. Tak hanya cek lokasi, terdapat fitur lainnya yang tersedia, seperti mengetahui titik charger mana yang tersedia dan sedang dipakai, real-time monitoring sistem charger, dan monitor semua histori transaksi dan aktivitas pengisian daya.

Pemain sejenis Charge+ yang sudah hadir di Indonesia kian ramai, di antaranya Starvo, Casion, Astra Otopower, Green Energy Station, Shell Recharge, Medco, EVLink, Charged Indonesia, dan lainnya.

Berdasarkan data dari PLN per Juli 2023, jumlah SPKLU yang sudah beroperasi mencapai 842 unit, sementara SPBKLU (Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum) 1.346 unit. Sebanyak 616 SPKLU di antaranya dikembangkan oleh PLN. PLN akan kejar target menambah sekitar 24.000 SPKLU dengan skema kemitraan.

Untuk memikat calon mitra, PLN sudah menyiapkan sejumlah strategi. Yakni, membebaskan uang jaminan langganan (UJL) mitra, memberi mitra keleluasaan untuk menentukan desain SPKLU, serta kemudahan pembagian omzet lewat digitalisasi.

Menurut peta jalan pertumbuhan kendaraan listrik pada 2030, pemerintah menargetkan jumlah SPKLU bisa tumbuh menjadi 48.118 unit, sedangkan SPBKLU mencapai 196.179 unit.

Application Information Will Show Up Here