4th Gen Intel Xeon Scalable Scalable Hadir untuk Pacu Digitalisasi Berbagai Industri dan B2B

Intel Indonesia resmi memperkenalkan jajaran prosesor generasi terbarunya, 13th Gen Intel® Core™ Mobile Processor dan juga 4th Gen Intel® Xeon® Scalable pada Kamis (15/6/2023) di Jakarta.

13th Gen Intel® Core™ Mobile Processor hadir dengan performa lebih unggul untuk platform mobile, sedangkan 4th Gen Intel® Xeon® Scalable (dengan nama kode Sapphire Rapids) dirancang bagi kalangan enterprise dan startup untuk kebutuhan data center modern, AI, cloud, jaringan dan edge, serta superkomputer.

4th Gen Intel® Xeon® Scalable menjadi prosesor data center Intel yang diklaim paling “berkelanjutan”, di mana menghadirkan beberapa fitur untuk mengoptimalkan data dan performa, sehingga sumber daya CPU menjadi lebih optimal dengan beban kerja yang lebih baik, untuk membantu bisnis mencapai target mereka.

Selain untuk security dan sustainability, 4th Gen Intel® Xeon® Scalable juga hadir untuk mendukung kecerdasan buatan, di mana para developer yang menggunakan prosesor ini bisa menggunakan tool AI pilihan mereka serta meningkatkan produktivitas dan mempercepat waktu pengembangan AI.

Tak cuma itu, 4th Gen Intel® Xeon® Scalable juga secara khusus dioptimalkan untuk jaringan berperforma tinggi, berlatensi rendah, dan beban kerja edge, di mana sangat cocok dimanfaatkan bisnis dan pelaku startup yang ingin mengembangkan software di berbagai industri, seperti telekomunikasi, ritel, dan juga smart city.

Simon Chan, Managing Director, Sales, Marketing & Communications Group Intel – Southeast Asia, South Asia, Australia and New Zealand mengklaim bahwa 4th Gen Intel® Xeon® Scalable dirancang untuk kalangan bisnis yang ingin mempercepat digitalisasi mereka, khususnya di bidang data center dan cloud computing.

“Kami sangat bersemangat untuk memperkuat industri data center di Indonesia yang sedang berkembang dan mengatasi kebutuhan komputasi berbagai bisnis di sini dengan 4th Gen Intel® Xeon® Scalable terbaru, mulai dari kinerja dan efisiensi hingga security dan sustainability, karena Indonesia kini tengah mengakselerasi adopsi digital dan memenuhi peningkatan kebutuhan terhadap layanan cloud,” ujar Simon.

Dukungan 4th Gen Intel® Xeon® Scalable untuk Security and Sustainability Bisnis

Peluncuran 13th Gen Intel® Core™ Mobile Processor dan juga 4th Gen Intel® Xeon® Scalable dibagi pada dua sesi di hari yang sama: keynote utama peluncuran prosesor diikuti dengan sesi Accelerate Digital Transformation with Intel, lalu sesi khusus enterprise yang mendalami seluk beluk teknis Intel Xeon pada kalangan B2B.

Pada sesi diskusi panel Accelerate Digital Transformation with Intel, hadir beberapa perusahaan dan regulator yang turut menggunakan teknologi ini dalam digitalisasi mereka. Kemkominfo, BCA, dan Telkomsel menjadi beberapa yang diundang untuk berbagi seperti apa kinerja 4th Gen Intel Xeon Scalable dalam mengatasi kebutuhan IT mereka.

Antonius Bambang, IT Advisor Infrastructure & System BCA, mengungkap bahwa security menjadi salah satu aspek paling penting yang menjadi fokus utama perusahaan, mulai dari front end sampai back end.

“Di BCA, kita memiliki satu standar bahwa pembelian laptop sama desktop itu harus memakai prosesor Intel yang menjaga keamanan siber kami dari ancaman seperti firewall, DDoS, dan lain sebagainya,” ujarnya.

Sementara, Adi Sunardy, IT Advisor & Cloud Operations Telkomsel, menekankan pentingnya sustainability bagi Telkomsel. Menurutnya, emisi karbon yang dilepaskan dari server atau data center harus terhitung.

Dalam hal ini, prosesor 4th Gen Intel® Xeon® Scalable hadir dengan penghematan daya pada tingkat platform, sehingga bisa mengurangi kebutuhan akselerasi tambahan dan membantu perusahaan untuk mencapai tingkat sustainability yang ditetapkan. Bahkan, perusahaan bisa memperoleh benefit sustainability yang lebih besar seperti bentuk pengurangan jumlah server, penggunaan fleet power dan emisi karbon.

“Kinerja prosesor Xeon menjadi benefit yang sejalan dengan requirement Telkomsel, yakni sustainability, yang tentunya juga diikuti dengan performance reliability dan ketersediaan sistem,” ujar Adi.

Terlepas dari kapabilitas dan kinerja prosesor Xeon pada security dan sustainability, Agung Basuki, Ketua Tim Pusat Data Nasional Kementerian Komunikasi dan Informatika, justru menekankan bahwa semua kebutuhan yang dialami pelaku bisnis di atas serta merta harus didukung percepatan transformasi digital.

Dia berbagi lima faktor penting dalam percepatan transformasi digital di Indonesia. Faktor-faktor tersebut meliputi pembangunan infrastruktur pendukung dan perluasan akses internet, partisipasi pemerintah dalam membentuk peta jalan transformasi digital pada sepuluh sektor prioritas, integrasi pusat data pemerintah, pembentukan sumber daya manusia yang siap beradaptasi dengan digitalisasi, serta regulasi dan pendanaan yang mendukung, termasuk melalui APBN, dana pinjaman, dan kerja sama.

“Kalau kita bicara soal teknologi, misalnya security sama sustainability yang jadi motornya, berarti bahan bakarnya juga harus ada, yakni regulasi yang mendukung dan mengakselerasi transformasi digital serta pendanaan,” ujar Agung.

Digitalisasi Industri Perbankan dan Telekomunikasi dengan Intel Xeon

Adapun sesi lainnya berfokus pada transformasi digital industri perbankan dalam konteks peran Intel Xeon mendukung digitalisasi bank seperti BCA. Fredy Sitorus, Senior IT Analyst BCA, dan Harris Kristanto, Enterprise Account Executive Intel Indonesia, hadir sebagai pembicara dalam sesi tersebut.

Sesi ini mengupas industri perbankan dan financial technology yang sangat kompetitif, diatur dengan ketat, dan selalu berkembang. Dinamika industri ini mendorong lembaga keuangan untuk terus mengidentifikasi peluang baru dalam membedakan kemampuan mereka menggunakan teknologi, di mana 4th Gen Intel® Xeon® Scalable menjadi pendukung untuk komputasi yang diperlukan bank. 

Sebagai mitra teknologi, Intel pun bekerja dengan pelanggan di seluruh industri layanan keuangan untuk memungkinkan transformasi digital yang diperlukan guna memanfaatkan dan mengaplikasikan data dengan cara baru.

Selain itu, dalam beberapa sesi sponsor, Intel berkolaborasi dengan brand teknologi global seperti ASUS, Dell Technologies, HPE, dan Google Cloud. Mereka memberikan insight dukungan dan solusi dari Intel dalam berbagai konteks dan industri.

Adapun setelahnya diteruskan dengan sesi membahas peran industri telekomunikasi dengan dukungan teknologi dari Intel Xeon. Pembicara dalam sesi ini termasuk Adi Sunardy, IT Advisor & Cloud Operations Telkomsel, Ferry Sinambela, IT Infrastructure & Cloud Operations Management Telkomsel, Hendi Satrio, Enterprise Account Executive Intel Indonesia, serta Beny Ibrani, Cloud Solution Architect Intel Indonesia. Dalam sesi ini, mereka membahas peran Intel Xeon dalam transformasi telekomunikasi dan pemanfaatan teknologi untuk memenuhi tuntutan industri yang terus berkembang.

Kini, 4th Gen Intel® Xeon® Scalable tersedia untuk para pelanggan di Indonesia lewat penyedia infrastruktur IT dan cloud setempat. 13th Gen Intel® Core™ Mobile Processor pun juga telah tersedia untuk umum lewat ritel, dengan kisaran harga bundel laptop di rata-rata minimal Rp10 juta.

 

 

Syarat Bergabung Sebagai Brand dan Influencer di IbuSibuk

IbuSibuk merupakan sebuah wadah penghubung para brand dengan influencers. Saat mendaftar, Anda bisa memilih untuk mendaftar sebagai brand atau momfluencer, yaitu sebutan untuk influencer di IbuSibuk. Tapi, sebelum itu, pastikan Anda mengetahui dan memenuhi syarat untuk gabung di IbuSibuk, baik sebagai Brand atau Momfluencer.

Memahami syarat yang ditentukan sebelum mendaftar IbuSibuk tentunya akan membantu Anda dalam proses pendaftaran. Selain itu, mengetahui syarat yang berlaku juga akan membantu Anda menilai apakah platform tersebut merupakan platform yang tepat untuk Anda.

Syarat Gabung sebagai Brand di IbuSibuk

Jika Anda adalah pemilik usaha/brand yang tengah mencoba teknik pemasaran influencer, namun bingung dalam menentukan influencer yang tepat, Anda bisa menggunakan platform IbuSibuk dan mendaftar sebagai Brand. Berikut ini adalah syarat mendaftar sebagai Brand di IbuSibuk:

  • Termasuk salah satu dari tipe perusahaan berikut: UMKM, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), atau enterprise (korporasi).
  • Mencantumkan nama brand, alamat kantor, dan nomor telepon kantor.
  • Memiliki dan mengunggah logo brand.
  • Mencantumkan website dan media sosial brand (Instagram dan Facebook) apabila ada.
  • Melengkapi data mengenai profil pemilik.

Syarat Gabung Menjadi Influencer di IbuSibuk

Bergabung dalam program IbuSibuk Influencers bisa menjadi alternatif untuk Anda yang ingin memanfaatkan waktu luang untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Melansir situs resmi IbuSibuk, berikut ini adalah daftar syarat untuk menjadi influencer di IbuSibuk:

  • Berusia minimal 17 tahun.
  • Sudah menikah.
  • Memiliki akun media sosial, minimal Instagram.
  • Akun dan followers asli.
  • Akun media sosial tidak di-private.

Demikian informasi mengenai syarat untuk bergabung di IbuSibuk baik sebagai Brand maupun Momfluencer. Dengan mengetahui syarat-syarat di atas, Anda bisa melalui proses pendaftaran di IbuSibuk dengan lebih mudah.

Bagi Anda yang memenuhi syarat di atas dan tertarik mendaftar sebagai momfluencer, Anda bisa simak video di bawah ini mengenai cara menghasilkan uang di IbuSibuk sebagai influencer persembahan Orami Entertainment.

Rencana Bisnis Insider di Indonesia Usai Meraih Gelar “Unicorn”

Awal bulan Maret 2022 lalu, Insider yang merupakan pengembang platform SaaS pemasaran, telah merampungkan pendanaan seri D senilai $121 juta (setara Rp 1,75 triliun) dipimpin oleh QIA. Investasi tersebut membuat Insider masuk ke jajaran unicorn dengan valuasi $1,22 miliar.

Sebelumnya Insider menyampaikan komitmennya untuk menggarap pasar Indonesia, termasuk dengan membangun tim lokal di sini sejak tahun 2020 lalu. Tepatnya saat perusahaan baru mengantongi pendanaan seri C sebesar $32 juta yang dipimpin oleh Riverwood Capital.

Sebagai rencana awal pasca pendanaan baru ini, Insider akan menginvestasikan Rp300 miliar selama tiga tahun ke depan untuk pasar Indonesia. Modal tambahan ini juga akan digunakan perusahaan untuk mendorong perluasan bisnis, meningkatkan teknologi inti perusahaan, dan meningkatkan penjualan lokal, dan investasi kegiatan pemasaran.

“Dengan pendanaan ini perusahaan akan menambah 3x jumlah tim mencapai sekitar 300%. Target kita adalah 50 head count di Indonesia. Saya percaya people adalah aset dan kita mengusung konsep people first untuk bisa mengembangkan bisnis,” kata Country Manager Insider Indonesia Arifin Iskandar kepada DailySocial.id.

Pandemi dorong pertumbuhan bisnis

Pandemi terbukti telah mempercepat akselerasi digital, bukan hanya untuk kalangan individu namun juga bisnis secara khusus. Jika dulunya korporasi masih enggan untuk mengadopsi digital, kini secara sukarela mereka mulai melirik berbagai platform pemasaran SaaS seperti Insider.

Saat ini sudah ada 100 perusahaan yang memanfaatkan teknologi dan layanan dari Insider. Mulai dari perusahaan yang masuk dalam kategori digital native, offline to online, hingga perusahaan baru yang sebelumnya masih belum bersedia untuk mengadopsi kegiatan pemasaran mereka secara online. Semua industri pun saat ini sudah menjadi target dari Insider.

“Saat ini bisa dibilang kita sudah sangat diverse dari sisi industri apa yang kami targetkan. Dulu mungkin kami lebih tertarik kepada perusahaan yang digital native, namun saat ini kami melihat banyak perusahaan yang sebelumnya hanya fokus di offline dan tertarik untuk menyasar online juga sudah menjadi target dari kami,” kata Arifin.

Disinggung seperti apa strategi Insider untuk bisa bersaing dengan pemain asing hingga lokal yang menawarkan layanan dan teknologi yang serupa, Arifin menegaskan dengan pengalaman perusahaan yang sudah berdiri sejak tahun 2012 lalu, mereka mengklaim bisa memberikan the best practice untuk masing-masing klien mereka dari sisi teknologi dan kebutuhan lainnya.

Berkantor pusat di Singapura, Asia Tenggara telah menjadi pasar utama bagi Insider sejak didirikan, dikarenakan Insider pertama kali berekspansi ke 11 wilayah di Asia termasuk Indonesia, Korea, Hong Kong, Sydney, Taiwan, dan Vietnam sebelum Eropa, LATAM, dan AS. Insider ini telah melayani beberapa brand terbesar di APAC termasuk Singapore Airlines, Watsons, Garuda Indonesia, Telkomsel, dan Adidas.

Pemanfaatan data, machine learning, dan AI

Untuk mendukung perusahaan memberikan layanan yang relevan, Insider memanfaatkan data serta penerapan teknologi AI dan machine learning. Proses tersebut yang diklaim sudah menjadi the right foundation bagi Insider dengan mengawali semua dari data, yang mereka dapatkan dari consumer behaviour yang dapat di track dari digital enabler atau digital operator. Selain itu data tersebut juga bisa dikombinasikan dengan data yang sudah ada di sistim legacy.

“Contohnya sebelum pandemi ketika program loyalty dilancarkan sebagai upaya untuk memberikan reward kepada pelanggan, pada umumnya mereka harus datang ke toko atau mall kemudian mendaftar untuk melakukan pembelian. Data tersebut bisa kita gabungkan. Nantinya Insider akan menggunakan teknologi AI dan machine learning untuk bisa menilai customer lifetime,” kata Arifin.

Konsumen saat ini rata-rata terlibat secara digital dengan brand di enam saluran atau lebih. Pemasar ditantang untuk terlibat dengan pelanggan di saluran pilihan mereka saat mereka paling aktif. Platform bertenaga AI Insider menyatukan serangkaian kemampuan personalisasi paling luas dengan
saluran pesan yang muncul seperti WhatsApp, Facebook, RCS, dan SMS.

“Media sosial di Indonesia masih menjadi tools terbaik untuk kegiatan pemasaran. Facebook dan Instagram memiliki jumlah sangat besar di Indonesia dan menjadi channel pilihan untuk kegiatan pemasaran, namun demikian Insider juga memiliki opsi lain di luar media sosial,” kata Arifin.

Standard Chartered dan Atome Umumkan Kongsi, Sediakan Akses Kredit 7 Triliun Rupiah untuk Perbesar Paylater

Standard Chartered dan Atome Financial umumkan kemitraan strategis multi-produk selama 10 tahun untuk memperbesar pangsa pasar paylater dan solusi perbankan pribadi di Asia. Dalam kesepakatan tersebut, Standard Chartered menaruh komitmennya untuk menyediakan akses kredit sebesar $500 juta (lebih dari 7 triliun Rupiah).

Atome Financial adalah unit bisnis di bawah Advance Intelligence Group. Pada awal September 2021 ini telah mengantongi pendanaan seri D sebesar $400 juta dari investor konsorsium yang dipimpin oleh SoftBank Vision Fund 2 dan Warburg Pincus. Investasi ini berhasil mendongkrak valuasi perusahaan lebih dari $2 miliar. Di Indonesia, grup perusahaan ini membawahi beberapa layanan digital, di antaranya Advance.ai, Atome, Kredit Pintar, dan Ginee.

Dalam keterangan resmi, disampaikan kesepakatan ini menandai salah satu investasi strategis terbesar di Standard Chartered dalam mendukung industri fintech pada saat ini. Standard Chartered berambisi ingin memperluas jangkauan dan skalanya dalam mass-market melalui pendekatan digital-first, didukung oleh akuisisi digital dan model kemitraan baru.

Pada tahap awal kemitraan ini akan mencakup layanan paylater yang ditargetkan bakal meluncur di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Vietnam dalam beberapa bulan ke depan. Lalu, diperluas untuk produk pinjaman digital. Dalam komitmen pembiayaan dari Standard Chartered sebesar $500 juta, membuka kesempatan bagi Atome Financial untuk tumbuh dan menghubungkan ke ekosistem merchant yang lebih luas ke basis pelanggan yang lebih besar.

Kemudian, meningkatkan akses produk dan inklusi keuangan bagi konsumen di seluruh wilayah. Pada saat yang sama, pelanggan Atome Financial akan mendapatkan akses ke layanan keuangan yang lebih inovatif, mudah diakses melalui perangkat seluler mereka.

Dalam memulai kemitraan strategis multi-produk selama 10 tahun, kedua perusahaan akan menggabungkan kekuatan masing-masing. Atome Financial akan menghadirkan pengalaman dalam pembiayaan konsumen dan platform digital yang hemat biaya dan skalabel.

Berkat jejak luas dan keahlian perbankan Standard Chartered, kemitraan strategis ini bercita-cita ingin menjangkau lebih dari 16 juta pelanggan pada tahun 2025. Serta, mendapatkan akses ke berbagai ekosistem keuangan untuk menangkap pangsa pasar pinjaman digital, senilai $92 miliar pada tahun 2025 di Asia Tenggara saja.

CEO Consumer, Private, and Business Banking Standard Chartered Bank Judy Hsu menjelaskan dengan memanfaatkan usaha dan kemitraan digital yang sukses dibangun, pihaknya terus berinovasi dan terus mendisrupsi diri agar dapat melayani klien dengan lebih baik. Menurutnya, kemitraan dengan Atome Financial ini membuka kesempatan untuk menjadi bagian dari ekosistem keuangan konsumen digital yang berkembang pesat dan menyediakan produk keuangan digital yang nyaman dan relevan.

“[..] Pengetahuan mendalam kami tentang pasar Asia ditambah dengan pengalaman Atome Financial dalam keuangan konsumen digital akan memungkinkan kami menjangkau lebih banyak pelanggan dan mendorong partisipasi keuangan yang lebih besar dari mereka yang kurang terlayani dan tidak memiliki rekening bank,” ucap Hsu, Rabu (13/10).

Co-founder, Group Chairman dan CEO Advance Intelligence Group dan CEO Atome Financial Jefferson Chen menambahkan, pihaknya antusias dengan dukungan yang diberikan Standard Chartered dalam mewujudkan misi perusahaan yang ingin membantu orang menuju kehidupan yang lebih baik dengan memanfaatkan teknologi.

“Pada saat yang sama, kemitraan dengan Standard Chartered ini akan memungkinkan kami memperluas jaringan merchant kami dan membantu pengecer meningkatkan basis pelanggan dan ukuran keranjang mereka, berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah,” tutur Chen.

Ambisi kembangkan layanan finansial digital

Baik Atome dan Standard Chartered saat ini sedang menggarap industri yang sedang mengalami pertumbuhan yang signifikan di Indonesia. Selain Atome, sebelumnya Standard Chartered bermitra dengan Bukalapak dan Sociolla untuk menghadirkan solusi banking-as-a-service (BaaS) melalui nexus.

Para pengguna Sociolla dan Bukalapak dapat merasakan pengalaman layanan finansial baru, seperti pembukaan rekening tabungan, pengajuan pinjaman, dan kartu kredit. Realisasinya ditargetkan akan live pada akhir tahun ini.

Sementara itu, untuk bisnis paylater yang digeluti Atome di Indonesia, merupakan industri yang mulai banyak dipilih konsumen saat berbelanja online. Menurut survei Katadata Insight Center bersama Kredivo, paylater adalah pembayaran populer nomor empat (27%), setelah e-wallet (65%), transfer bank (51%), dan Alfamart/Indomaret (29%).

Dari riset tersebut juga dikatakan bahwa pemahaman masyarakat juga sudah baik, sebanyak 86% orang menyatakan sudah mengetahui paylater dengan tingkat pengetahuan sedang. Ada dua pendekatan konsep paylater yang digunakan di Indonesia. Pertama, merupakan bagian dari platform konsumer -seperti Traveloka, Gopay, dan Shopee. Kedua, layanan yang berdiri sendiri dan terintegrasi dengan berbagai aplikasi konsumer.

Atome masuk ke pendekatan kedua, bersaing dengan beberapa penyedia lain. Mereka adalah:

Aplikasi Unduhan (Playstore) Peringkat (Playstore)
Akulaku 10 juta+ 3 (Shopping)
Atome 1 juta+ 19 (Shopping)
Home Kredit 10 juta+ 33 (Finance)
Indodana 5 juta+ 30 (Finance)
Julo 5 juta+ 28 (Finance)
Kredivo 10 juta+ 10 (Finance)
Application Information Will Show Up Here

Andalkan Sinergi Grup, MPM Garap Platform E-commerce Mobil Bekas “OtoDeals”

PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), melalui anak usahanya PT Armada Maha Karya, meresmikan platform e-commerce mobil bekas OtoDeals. Keyakinan MPM cukup tinggi untuk terjun ke bisnis digital mengingat tingginya permintaan masyarakat terhadap solusi mobil bekas selama pandemi belakangan.

Group COO MPMX Ivan Hindarko mengatakan, saat ini sebagian besar peminat mobil juga cenderung mempertimbangkan investment value dan kondisi finansialnya, sehingga lebih memilih mobil bekas, namun tentunya yang berkualitas dan terjamin kualitasnya. Dengan pengalaman MPM Group di bidang otomotif selama 34 tahun, menjadi bekal terbaik untuk memberikan pelayanan terbaik untuk konsumennya.

“OtoDeals menawarkan platform yang memberikan kenyamanan karena seluruh prosesnya dilakukan secara online, mulai dari test drive, mengajukan kredit asuransi, dan pengiriman mobilnya. Selain itu, OtoDeals akan memfasilitasi seluruh sinergi antar anak usaha di bawah MPM Group,” terang dia, Kamis (22/9).

Berdasarkan data Gaikindo, rasio kepemilikan mobil di Indonesia saat ini masih terbilang rendah ketimbang negara lainnya di Asia Tenggara, yaitu mencapai 99 unit per 1.000 penduduk. OtoDeals meyakini dapat membantu dan memberikan akses bagi masyarakat untuk bisa mendapatkan mobil yang sesuai dengan budget dan kebutuhan, namun tetap berkualitas.

Sebagai unique selling point dibandingkan kompetitornya, OtoDeals ditunjang dengan berbagai fitur. Mulai dari transparan dengan kualitas untuk detail kondisi, serta kelengkapan surat yang telah melalui proses seleksi dan quality control yang ketat; pengalaman sepenuhnya online untuk pencarian cepat dengan membandingkan empat mobil bekas sekaligus dalam satu waktu, booking test drive, dan free home delivery.

Kemudian, fitur pintar yang dilengkapi dengan Robo Advisory “Otobo” untuk memberikan solusi kepemilikan mobil dengan berorientasi pada kebutuhan masing-masing konsumen. Otobo akan mengumpulkan dan mengolah informasi calon konsumen berdasarkan data demografi, piskografis, termasuk situasi keuangan dan tujuan masa depan melalui survei singkat yang diakses melalui situs OtoDeals.

“Dengan menggunakan data tersebut, Otobo akan menemukan, menawarkan, dan memberikan rekomendasi unit mobil yang berorientasi pada kebutuhan masing-masing pelanggan, sehingga pencarian mobil menjadi lebih mudah dan cepat, serta lebih personal.”

Fitur lainnya yang dihadirkan untuk memaksimalkan kemudahan bagi konsumen saat akan bertransaksi adalah negosiasi online, pengajuan kredit online yang bisa dilakukan langsung lewat situs, dan kalkulator asuransi yang bisa membantu konsumen mencoba dan menghitung biaya asuransi.

“Kami menargetkan pengguna OtoDeals datang dari kalangan milenial, makanya UI/UX kami buat sangat milenial. Kami ingin adaptif dengan kondisi saat ini,” kata Ivan.

Peluncuran OtoDeals / OtoDeals

Persaingan dengan startup

Sejauh ini OtoDeals berbentuk situs e-commerce B2C yang memungkinkan konsumen untuk membeli mobil bekas berdasarkan stok yang tersedia di MPMX. Namun tidak menutup kemungkinan untuk masuk sebagai marketplace C2C dalam pengembangan berikutnya.

“Kami aware dengan banyak demand orang rata-rata membeli mobil bekas itu perlu me-replace [jual] mobil mereka sebelumnya. Nanti dari tim produk akan mengakomodasi kebutuhan tersebut, meski tidak sepenuhnya marketplace C2C,” tutur Product Team MPMX Rama Pradipta dalam wawancara terpisah bersama DailySocial.id.

Fitur lainnya yang sedang dikembangkan adalah Titip Jual dan Tukar Tambah. Menurut Rama, sebelum fitur tersebut dirilis, sementara ini OtoDeals bekerja sama dengan salah satu anak usaha MPM Group, Auksi, untuk fitur Titip Jual. Setelah kontrol kualitas, unit barang akan masuk ke dalam stok OtoDeals.

Solusi OtoDeals memang bukan yang pertama kali hadir di Indonesia. Sejumlah pemain baik dari korporasi maupun startup ikut masuk ke kolam yang sama, di antaranya OLX Autos, Mobil123, Carmudi, Carro, Momobil, Otonesia, Carsome, hingga Astra dengan mo88i yang baru dirilis pada hari ini (23/9).

Dengan segala strategi, termasuk bakar uang yang identik dilakukan oleh mayoritas startup, menjadi perhatian serius bagi manajemen OtoDeals agar dapat menarik pasar.

Kendati begitu, Senior Manager Marketing MPMX Nurfadilah mengaku tidak akan mengikuti strategi tersebut. Baginya, pelayanan yang optimal dan terus adaptif dengan perkembangan baru adalah kunci yang lebih awet untuk rencana berkelanjutan.

“Kita lebih meningkatkan kualitas dan berusaha mengembangkan partnership dengan berbagai mitra. Kami selalu melihat kebutuhan konsumen lalu membuat fitur-fitur yang bisa membuat mereka lebih “sticky” dengan kami,” kata dia.

Meskipun berada di bawah induk korporasi besar, sambungnya, OtoDeals dijalankan dengan menganut konsep startup yang agile terhadap perkembangan. Sehingga segala inovasi dapat berjalan lebih cepat sesuai dengan tren. Untuk tim teknologi sendiri juga berasal dari internal perusahaan dengan proporsi yang lengkap.

Dia menuturkan, keseriusan MPMX untuk masuk ke OtoDeals sudah dimulai sejak akhir tahun lalu, melalui berbagai riset pasar dan pengembangan produk yang mendalam. “Sejak awal kita berusaha untuk memberikan kemudahan akses pelanggan yang ingin beli mobil sesuai dengan budget. Dari situ kami berangkat mengembangkan produknya,” tutupnya.

AstraPay Meluncur, Andalkan Basis Pengguna Grup Astra yang Luas

Grup Astra meresmikan aplikasi e-money AstraPay setelah melakukan soft launching pada Juli 2020. AstraPay optimis dapat bersaing dengan penyelenggara e-money lainnya karena memiliki lebih dari 50 juta pelanggan Grup Astra yang bisa menjadi tumpuan dalam meningkatkan penetrasi pasar ke depannya.

Dalam peresmiannya kemarin (15/9), Presiden Komisaris AstraPay Margono Tanuwijaya menjelaskan, berdasarkan survei pasar, potensi penggunaan uang elektronik sebagai alat pembayaran sangat besar. Meskipun sudah ada lima pemain utama, potensinya masih sangat besar. “Karena potensinya besar, tetap menjadi daya tarik buat kami,” kata dia.

Poin lainnya yang turut melatarbelakangi keputusan Astra dan menjadi diferensiasi utama dibandingkan pemain lainnya adalah ekosistem Astra yang sudah cukup besar. Bila digabung, Astra memiliki lebih dari 50 juta pelanggan yang dapat menjadi tumpuan AstraPay dalam penetrasi pasar. Lagipula, dalam survei yang didapatkan, membuktikan bahwa satu orang bisa memiliki lebih dari satu aplikasi e-money.

“Dengan terjun ke AstraPay, kami juga ingin mendapatkan data behaviour konsumen. Kami ingin mem-follow up seperti apa saja kebutuhan-kebutuhan dari konsumen kami.”

AstraPay termasuk ke dalam anak usaha Astra Financial, divisi jasa keuangan dari Astra International. Astra Financial menaungi 12 entitas bisnis, di antaranya ACC, FIF Group, TAF, Komatsu Astra Finance, SNAF, Asuransi Astra, Astra Life, Astra Ventura, Maucash, dan Moxa.

CEO AstraPay Meliza Musa Rusli menambahkan, platform tersebut akan menjadi technology enabler dari produk-produk digital yang dikembangkan di dalam Grup Astra, dengan menyediakan data analitics dan loyality program. Berbekal basis konsumen yang luas, AstraPay menekankan fitur dan layanannya berdasarkan empat pilar.

Keempat pilar tersebut adalah menjadi solusi pembayaran digital untuk keperluan mobilitas, memberikan layanan pintar untuk mengontrol keuangan personal, mitra keuangan yang menghadirkan ketenangan untuk konsumen, dan kebanggaan Astra yang bisa memberi nilai tambah.

“Keunikan AstraPay adalah kita ada satu ekosistem yang luas didukung oleh Grup Astra dengan reputasi baik. Kalau dilihat kembali, Astra sangat kuat di bisnis otomotif dan finansial. Inilah kekuatan kami, sehingga AstraPay ada misi untuk mengembangkan value customer proposition ke dua sisi tersebut,” tambahnya.

Pada tahap awal ini, AstraPay sudah dapat digunakan di dalam ekosistem Grup Astra. Mulai dari jaringan FIF Group, Astra Credit Companies (ACC), Toyota Astra Finance (TAF), dan Maucash, untuk fitur direct payment pembayaran angsuran.

Untuk dukung mobilitas, AstraPay telah terintegrasi dengan sistem pembayaran moda transportasi umum, seperti MRT Jakarta dan Transjakarta. Fitur lainnya adalah transfer dana antar pengguna, pembayaran PPOB, TV kabel, pajak, asuransi, hingga beli pulsa atau paket data.

Serta, terhubung dengan fitur QRIS untuk melakukan pembayaran servis kendaraan di Toyota Sales Operation (TSO), Shop&Drive, Isuzu Sales Operation (ISO), Daihatsu Sales Operation (DSO), dan AHASS. Di luar ekosistem Astra, pengguna dapat melakukan berbagai transaksi di 9 juta seluruh merchant QRIS.

Meliza menuturkan program loyalitas AstraPoints akan menjadi penarik utama yang bakal ditawarkan perusahaan. “AstraPoints akan banyak berikan loyalitas untuk engagement dengan konsumen Astra. Mereka dapat menukarkan poin dengan berbagai penawaran yang kami sediakan.”

Saat ini, AstraPay sudah terhubung dengan fitur paylater yang disediakan oleh Maucash. COO AstraPay Ricky Gunawann menerangkan, kelebihan paylater di AstraPay adalah limit dapat langsung digunakan untuk pembayaran dengan transaksi QR.

Pada peluncuran soft launching di Juli 2020 hingga sekarang, diklaim AstraPay telah memiliki 2,3 juta pengguna terdaftar. Mayoritas penggunaan untuk pembayaran angsuran sebesar 60%, sisanya PPOB dan QRIS & Paylater masing-masing sebesar 20%. Perusahaan menargetkan hingga tiga tahun mendatang dapat menggaet pengguna hingga 15 juta orang.

Untuk mencapai target tersebut, AstraPay akan menggandeng lebih banyak pihak agar utilitas saldo AstraPay dapat meningkat, termasuk juga merambah segmen UMKM yang memiliki potensi tinggi. Belum diketahui kapan AstraPay dapat digunakan di platform Gojek, mengingat Astra adalah salah satu pemegang saham di sana.

Dalam mendukung keamanan akun, AstraPay telah dilengkapi dengan mekanisme single device authentication. Sistem ini hanya memungkinkan pengguna untuk login akun di satu perangkat saja demi memastikan keamanan bertransaksi.

Persaingan ketat

Seperti diketahui, persaingan pemain uang elektronik saat ini cukup berdarah-darah karena semuanya menggunakan strategi “bakar uang”, baik itu berbentuk diskon atau cash back. Strategi ini dirasa memang perlu bagi perusahaan baru karena termasuk cara investasi untuk mengakuisisi pengguna dalam waktu yang cepat.

Menanggapi itu, Margono menuturkan, kebutuhan pelanggan tentang layanan e-money itu bukan sekadar soal promo. Meski perusahaan akan tetap melakukan itu, hal sebenarnya yang lebih utama adalah soal kemudahan saat memakai AstraPay dan keamanan data. “Ini sangat penting karena konsumen memercayakan uangnya sebagai saldo di dalam aplikasi ini.”

Mengutip dari Bank Indonesia, nilai transaksi uang elektronik mencapai Rp201 triliun pada tahun lalu, tumbuh 38,62% dari tahun sebelumnya. Menurut Ipsos, pada tahun lalu, aplikasi yang paling populer di Indonesia adalah ShopeePay (34%), OVO (28%), DANA (14%), dan LinkAja (7%).

Mengutip dari riset lainnya dari Neurosensum pada Maret 2021, melaporkan ShopeePay mendapatkan penetrasi pasar tertinggi (68%), diikuti OVO (62%), DANA (54%), GoPay (53%), dan LinkAja (23%). Menurut responden, ShopeePay juga termasuk sebagai pemain dengan jajaran promosi terbanyak dan pemain dengan pertumbuhan terpesat selama tiga bulan terakhir.

Application Information Will Show Up Here

Princeton Digital Group to Pour 2.1 Trillion Rupiah for Data Center Expansion in Indonesia

Technology company Princeton Digital Group (PDG) is preparing an investment of $150 million or 2.1 trillion rupiah to strengthen the data center business in Indonesia. According to the plan, PDG will build a new data center (greenfield) named Jakarta Cibitung 2 (JC2) with a capacity of 22 megawatts (MW) on an area of ​​19,550 m2 in the same location.

PDG is a data center provider company in Asia based in Singapore. Currently, PDG has 19 data centers spread across five countries, including China, Japan, Singapore, India, and Indonesia within four years of its establishment. PDG is also building a flagship data center campus with a capacity of 100MW in Japan.

PDG’s Chairman and CEO, Rangu Salgame said the company intends to strengthen its position as a data center leader in Asia Pacific. It is due to Asia Pacific as the region with the largest data center in the world. In order to achieve this target, the company has relied on three strategies over the past four years, acquisitions, takeovers and upgrades, and the construction of new data centers.

“We continue to build a massive data center portfolio spread across key Asian markets. PDG has become an option for those who need hyperscale data storage in various countries. The PDG growth in Indonesia proven that this business is rapidly growing in our business partners’ important markets,” Salgame said.

PDG Indonesia’s Managing Director, Stephanus Tumbelaka added, this expansion is an effort to accommodate the growing data center needs, especially in the consumer, business and government sectors in the Greater Jakarta area. He also sees that this increasing need is also triggered by the growth of startups in Indonesia, which is among the fastest in Southeast Asia.

With the additional data center capacity, he expects to serve the needs of cloud, internet, and other sector companies that require large data center capacity with good flexibility and reliability.

“We see Jakarta as an attractive market, also Cibitung as the leading cloud cluster in the region. With the rapid digitization by the government and the private sector, the current market situation is important for PDG’s strategy,” Stephanus said.

PDG in Indonesia is located in five areas, including Greater Jakarta (Cibitung and Bintaro), Surabaya, Bandung, and Pekanbaru.

The growing collocation in Jakarta

Based on the Structure Research report, the market value of data center collocations in Jakarta reaches $215.6 million in 2020. With this market value, the CAGR rate of data center collocations in Jakarta is projected to reach 23.7% in 2025. Taking into account the data centers built in 2020, the market This collocation in the Indonesian capital is estimated to have a capacity of 72MW.

This projection sets Jakarta as a market with the need for a large-scale data center (hyperscale) in a short time. It is because Jakarta is the center of national economic activity, the basis of the central government, and large business enterprises.

Based on the report, collocation is considered to be the right option for developing countries, such as Indonesia, aiming for efficiency in managing their business. Meanwhile, East and Central Jakarta are noted to have the most established data center clusters compared to other areas.

With the uneven distribution of internet infrastructure in Indonesia, Structure Research says that all online activities will rely heavily on large-scale cloud services, and the infrastructure must also be connected to data center facilities.

Nilai pasar kolokasi data center di Jakarta (dalam jutaan dolar AS) / Structure Research

This report reveals that large-scale cloud infrastructure and collocation services in Jakarta are still in their early stages. This condition eventually prompted a number of foreign players, such as Alibaba Cloud and Google Cloud, to enter this segment.

Alibaba Cloud was listed as the first hyperscale platform to arrive in Jakarta market in 2018, while Google Cloud brought their first regional cloud service to Jakarta in 2020.

“In the 2020-2021 period, we will see a large-scale aggressive expansion of Alibaba and Google in expanding their cloud infrastructure in Indonesia,” as stated in the report.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Princeton Digital Group Siapkan 2,1 Triliun Rupiah Ekspansi Data Center ke Indonesia

Perusahaan teknologi Princeton Digital Group (PDG) menyiapkan investasi sebesar $150 juta atau sebesar 2,1 triliun rupiah untuk memperkuat bisnis data center di Indonesia. Rencananya, PDG akan membangun data center baru (greenfield) bernama Jakarta Cibitung 2 (JC2) dengan kapasitas sebesar 22 megawatt (MW) pada lahan seluas 19.550 mdi lokasi yang sama.

PDG merupakan perusahaan penyedia data center di Asia yang berbasis di Singapura. Saat ini, PDG memiliki 19 data center yang tersebar di lima negara, yakni Tiongkok, Jepang, Singapura, India, dan Indonesia dalam kurun waktu empat tahun sejak pertama kali berdiri. PDG juga membangun kampus pusat data unggulan berkapasitas 100MW di Jepang.

Chairman dan CEO PDG Rangu Salgame mengatakan, perusahaan ingin memperkuat posisinya sebagai pemimpin data center di Asia Pasifik. Pasalnya, saat ini Asia Pasifik menjadi kawasan dengan pusat data terbesar di dunia. Untuk mencapai target ini, perusahaan mengandalkan tiga strategi sejak empat tahun terakhir ini, yakni akuisisi, pengambilalihan dan peningkatan, dan pembangunan pusat data baru.

“Kami terus membangun portofolio data center yang masif dan tersebar di seluruh pasar utama Asia. PDG telah menjadi mitra pilihan bagi mereka yang membutuhkan penyimpanan data berskala besar (hyperscale) di berbagai negara. Pertumbuhan PDG di Indonesia menjadi bukti bisnis ini berkembang pesat di pasar penting mitra bisnis kami,” ujar Salgame.

Managing Director PDG Indonesia Stephanus Tumbelaka menambahkan, ekspansi ini merupakan upaya untuk mengakomodasi kebutuhan data center yang terus meningkat, terutama di sektor consumer, bisnis, dan pemerintah di kawasan Jabodetabek. Ia juga melihat meningkatnya kebutuhan ini turut dipicu oleh pertumbuhan startup di Indonesia, yang mana termasuk paling cepat di Asia Tenggara.

Dengan penambahan kapasitas data center, pihaknya berharap dapat melayani kebutuhan perusahaan penyedia cloud, internet, dan sektor lain yang membutuhkan kapasitas data center yang besar dengan fleksibilitas dan keandalan yang baik.

“Kami melihat Jakarta sebagai pasar yang menarik, ditambah Cibitung sebagai cluster cloud unggulan di kawasan ini. Dengan pesatnya digitalisasi oleh pemerintah maupun swasta, situasi pasar saat ini menjadi penting bagi strategi PDG,” ungkap Stephanus.

PDG di Indonesia tersebar di lima area, antara lain Jabodetabek (Cibitung dan Bintaro), Surabaya, Bandung, dan Pekanbaru

Peningkatan kolokasi di Jakarta

Berdasarkan laporan Structure Research, nilai pasar kolokasi data center di Jakarta mencapai $215,6 juta di 2020. Dengan nilai pasar ini, tingkat CAGR kolokasi data center di Jakarta diproyeksikan mencapai 23,7% di 2025. Memperhitungkan data center yang dibangun di 2020, pasar kolokasi di ibukota Indonesia ini diestimasi memiliki kapasitas sebesar 72MW.

Proyeksi ini turut menjadikan Jakarta sebagai pasar dengan kebutuhan data center berskala besar (hyperscale) dalam waktu cepat. Hal ini karena Jakarta merupakan pusat kegiatan ekonomi nasional, basis pemerintah pusat, dan bisnis enterprise besar.

Menurut laporan ini, kolokasi dinilai menjadi opsi tepat bagi negara-negara berkembang, seperti Indonesia, yang menginginkan efisiensi dalam mengelola bisnis. Adapun, Jakarta Timur dan Pusat tercatat memiliki kluster data center paling mapan dibandingkan area lainnya.

Dengan kondisi infrastruktur internet yang belum merata di Indonesia, Structure Research menyebut seluruh aktivitas online akan sangat mengandalkan layanan cloud berskala besar, dan infrastrukturnya juga harus terhubung dengan fasilitas data center.

Nilai pasar kolokasi data center di Jakarta (dalam jutaan dolar AS) / Structure Research
Nilai pasar kolokasi data center di Jakarta (dalam jutaan dolar AS) / Structure Research

Laporan ini mengungkap bahwa infrastruktur cloud berskala besar dan layanan kolokasi di Jakarta masih terbilang di tahap awal. Kondisi ini akhirnya mendorong sejumlah pemain asing, seperti Alibaba Cloud dan Google Cloud, untuk masuk ke segmen ini.

Alibaba Cloud tercatat sebagai hyperscale platform pertama yang masuk ke pasar Jakarta di 2018, sedangkan Google Cloud membawa layanan cloud regional mereka pertama kali ke Jakarta di 2020.

“Pada periode 2020-2021, kita akan melihat ekspansi agresif berskala besar dari Alibaba dan Google dalam memperluas infrastruktur cloud mereka di Indonesia,” ungkap laporan tersebut.

Astra Group’s Digital Transformation Through Moxa Integrated Financial Product

For the last few years, Astra Group has started to perform digital transformation. In the manifestation, the company has three main approaches, modernizing its core business, creating new and innovative sources of income, and investing in products in the digital ecosystem.

Through several subsidiaries in the field of digital development, Astra has delivered a number of products in various service categories, including AstraPay, CariParkir, Sejalan, Movic, and SEVA. Recently, Astra Group through PT Sedaya Multi Investama (Astra Financial) launched a digital financial platform named Moxa.

Moxa was developed by PT Astra Kreasi Digital under Astra Financial. This platform originally designed as an integrated digital solution for all financial products belonging to the Astra Group. On this occasion, Moxa CEO Daniel Hartono shared a thorough explanation of the products to DailySocial.id.

About Moxa

Moxa or Mobile Experience by Astra Financial was launched in March 2021. However, Daniel said that Moxa development had been carefully planned long before the Covid-19 pandemic occurred. The recent launching is following the trend of people’s shifting lifestyles that triggered the digital services acceleration in Indonesia.

This trend is also reinforced by the e-Conomy SEA 2020 report by Google, Temasek, Bain & Company that said 37% of Indonesia’s  internet users are first timer. Meanwhile, 93% of digital consumers in Indonesia admit that they will continue to use digital platforms to cover their basic needs even when Covid-19 is over.

“We see that Covid-19 has driven large digital consumption in various sectors, including finance. Moreover, Astra Financial finally developed a platform to accommodate consumers’ needs that are getting dependent on digital products. One of them is through the integrated, fast, and secure product, Moxa,” he said.

Currently, Moxa connects consumers with 21 types of financial products belonging to the Astra Group, ranging from car to motorcycle financing, health insurance, life insurance, heavy equipment financing, to multipurpose loans. Moxa acts as an alternate digital channel for financial service partners. Meanwhile, financial services are fully managed by business partners.

Agile working culture

Daniel said, in formulating product and business strategies, his party applies agile methods that focus on insight-driven and combines decades of experience from the Astra Group business. In terms of products, Moxa and other Astra digital products were developed by prioritizing the Minimum Viable Product (MVP) concept and regular usability testing.

“We ensure that to formulate customer pain points, business insights, and technology-based solutions in Moxa’s every new feature or product launch. Our team always does design thinking with all product, branch, technology and business teams,” he said.

In his journey, the trust of financial service partners provided a big challenge for the company. The thing is, Moxa must be able to provide more added value compared to similar services that already exist. The Moxa team must also be able to digitize the financial processes that currently ongoing.

For example, digitizing credit applications, therefore, they can be done quickly, easily and safely in accordance with regulatory corridors. It is committed to providing digital financial services according to the Financial Services Authority (OJK) regulations.

“I think Moxa has succeeded in answering the challenge. It is proven by a good results while operating as a new player. Our application has been downloaded 3.5 million times within March-August 2021. There is still a long way to go, but we believe this number is an indicator of positive market acceptance for Moxa products,” he said.

Ecosystem and collaboration

To date, Moxa is still focused on strengthening the product ecosystem in an inclusive manner with all financial products belonging to the Astra Group. Daniel targets to grow Moxa users up to five times in the next three years.

Some of the inclusive collaborations are including Moxa’s synergy with the AstraPay digital wallet and the Maucash lending platform. In the AstraPay synergy, Moxa users can use their AstraPay balance to make transactions.

Apart from this internal synergy, Moxa plans to open its ecosystem with external parties. Daniel mentioned, his team has prepared an Open API system to facilitate strategic collaboration with external partners in the near future.

One of the latest collaborations is between Moxa and PermataBank to provide the MoxaKu Permata Savings feature in early August. Through this feature, Moxa users can open a savings account directly through the application without having to come to a branch office.

“Currently, Moxa users are dominated by consumers who apply for loans in Maucash, financing and multipurpose for motorbikes and cars, and insurance applications. We also see an increase in the MoxaKu Permata Savings product. In total, there are 300 Open API collaborations on the Moxa platform. We will continue to expand the collaboration to support digital acceleration,” Daniel said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Transformasi Digital Astra Group Lewat Platform Produk Keuangan Terintegrasi “Moxa”

Sejak beberapa tahun terakhir, Astra Group sudah mulai menjejakkan upaya untuk bertransformasi digital. Dalam mengembangkan inisiatif tersebut, perusahaan berkiblat pada tiga pendekatan utama, yaitu memodernisasi core business, menciptakan sumber pendapatan baru yang inovatif, dan berinvestasi pada produk di ekosistem digital.

Lewat beberapa anak usaha di bidang pengembangan digital, Astra telah melahirkan sejumlah produk di berbagai kategori layanan, antara lain AstraPay, CariParkir, Sejalan, Movic, dan SEVA. Terbaru, Astra Group melalui PT Sedaya Multi Investama (Astra Financial) merilis platform keuangan digital, yakni Moxa.

Moxa dikembangkan oleh PT Astra Kreasi Digital yang juga berada di bawah naungan Astra Financial. Platform ini sejak awal dirancang sebagai solusi digital terintegrasi bagi seluruh produk keuangan milik Astra Group. Pada kesempatan ini, CEO Moxa Daniel Hartono berbagi paparan lebih dalam mengenai produknya kepada DailySocial.id.

Mengenal Moxa

Moxa alias Mobile Experience by Astra Financial baru meluncur pada Maret 2021. Kendati begitu, Daniel berujar bahwa pengembangan Moxa sebetulnya sudah direncanakan secara matang jauh sebelum pandemi Covid-19 terjadi. Peluncuran Moxa justru baru dilakukan menyusul tren perubahan gaya hidup masyarakat yang memicu akselerasi layanan digital di Indonesia.

Tren ini juga diperkuat oleh laporan e-Conomy SEA 2020 oleh Google, Temasek, Bain & Company yang menyebutkan sebanyak 37% pengguna internet di Indonesia adalah first time user. Sementara, 93% konsumen digital di Indonesia mengaku akan terus menggunakan platform digital untuk memenuhi kebutuhannya apabila Covid-19 usai.

“Kami melihat Covid-19 mendorong konsumsi digital yang besar di berbagai sektor, termasuk keuangan. Dari situ, Astra Financial akhirnya mengembangkan platform untuk mengakomodasi kebutuhan konsumen yang kini semakin tergantung dengan produk digital. Salah satunya lewat Moxa yang terintegrasi, cepat, dan aman,” ujarnya.

Saat ini Moxa menghubungkan konsumen dengan 21 jenis produk finansial milik Astra Group, mulai dari pembiayaan mobil pembiayaan motor, asuransi kesehatan, asuransi jiwa, pembiayaan alat berat, hingga pinjaman multiguna. Moxa berperan sebagai alternate digital channel bagi para mitra jasa keuangan. Adapun, layanan keuangan sepenuhnya dikelola oleh mitra bisnis.

Budaya kerja agile

Dalam meracik strategi produk dan bisnis, ungkap Daniel, pihaknya menerapkan metode agile yang berfokus pada insight-driven serta mengombinasikan pengalaman puluhan tahun dari bisnis Astra Group. Dari sisi produk, Moxa dan produk digital Astra lainnya dikembangkan dengan mengedepankan konsep Minimum Viable Product (MVP) dan usability testing secara reguler.

“Kami memastikan dapat merumuskan customer pain points, business insight, dan solusi berbasis teknologi di setiap peluncuran fitur atau produk baru Moxa. Tim kami selalu melakukan design thinking bersama segenap tim produk, cabang, teknologi, dan bisnis,” jelasnya.

Dalam perjalanannya, ia menilai kepercayaan dari mitra jasa keuangan memberikan tantangan besar bagi perusahaan. Pasalnya, Moxa harus dapat memberikan nilai tambah yang lebih dibandingkan layanan sejenis yang sudah ada. Tim Moxa juga harus dapat mendigitalisasi proses keuangan yang selama ini sudah berjalan.

Contohnya, digitalisasi pengajuan kredit agar dapat dilakukan secara lebih cepat, mudah, dan aman sesuai koridor regulasi. Pihaknya berkomitmen untuk menyediakan jasa keuangan digital sesuai aturan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

“Saya pikir Moxa berhasil menjawab tantangan tersebut. Sebagai bukti, Moxa mengantongi pencapaian baik meskipun masih tergolong pemain baru. Aplikasi kami sudah diunduh 3,5 juta kali pada periode Maret-Agustus 2021. Perjalanan masih panjang, tetapi kami yakin angka ini menjadi indikator penerimaan pasar yang baik terhadap produk Moxa,” paparnya.

Ekosistem dan kolaborasi

Saat ini, Moxa masih fokus memperkuat ekosistem produk secara inklusif dengan seluruh produk keuangan milik Astra Group. Daniel menargetkan jumlah pengguna Moxa dapat mencapai pertumbuhan hingga lima kali lipat dalam tiga tahun mendatang.

Beberapa kolaborasi inklusif yang telah dilakukan adalah sinergi Moxa dengan dompet digital AstraPay dan platform pinjaman Maucash. Pada sinergi AstraPay, pengguna Moxa dapat menggunakan saldo AstraPay untuk melakukan transaksi.

Di luar sinergi internal ini, Moxa juga berencana membuka ekosistemnya dengan pihak eksternal. Menurut Daniel, pihaknya telah menyiapkan sistem Open API sehingga mempermudah kolaborasi strategis dengan mitra eksternal di masa depan.

Salah satu kolaborasi yang baru terealiasi adalah kerja sama Moxa dengan PermataBank untuk menyediakan fitur Tabungan Permata moxaKu pada awal Agustus ini. Lewat fitur ini, pengguna Moxa dapat membuka rekening tabungan langsung lewat aplikasi tanpa perlu datang ke kantor cabang.

“Saat ini, pengguna layanan Moxa didominasi oleh konsumen yang mengajukan pinjaman di Maucash, pembiayaan dan multiguna untuk motor dan mobil, dan pengajuan asuransi. Kami juga melihat peningkatan pada produk Tabungan Permata moxaKu. Secara total, sudah ada 300 kerja sama Open API di platform Moxa. Kami akan terus memperluas kolaborasinya untuk mendukung akselerasi digital,” kata Daniel.

Application Information Will Show Up Here