Layanan yang Membantu Berjualan di Era Digital

Saat ini banyak sekali startup yang menghadirkan solusi untuk masalah yang ada di sekitar kita. Jika Anda seorang penjual yang ingin berjualan offline maupun online dan membutuhkan bantuan kemajuan teknologi, berikut beberapa hal yang kini bisa dioptimalkan atau dimudahkan dengan adanya layanan-layanan dari startup atau yang dikenal sebagai perusahaan teknologi.

Kemudahan akses modal

Modal adalah sesuatu yang kerap menjadi masalah bagi bisnis dan para penjual, terlebih modal finansial. Secara konvensional para pebisnis mengandalkan layanan perbankan untuk mencari modal namun berkat teknologi digital modal bisa diakses dengan lebih mudah.

Layanan sepeti KoinWorks, Modalku, Sofis, Amartha hingga UangTeman merupakan layanan yang telah menghadirkan solusi untuk memudahkan mendapatkan modal. Para penjual bisa mengajukan pinjaman ke layanan-layanan tersebut dengan nominal yang bisa disesuaikan setelah penjual melengkapi berkas pengajuan pinjaman. Selain mudah layanan peminjaman yang dikenal dengan istilah peer to peer lending (P2P) memiliki fleksibilitas bentuk pinjaman termasuk memudahkan dalam membayar cicilan yang telah ditentukan. Semua bisa dilakukan di mana saja melalui teknologi digital yang dikembangkan layanan-layanan tersebut.

Pemasaran

Sebagai penjual, baik offline maupun online memasarkan produknya merupakan sebuah tantangan. Memilih strategi yang tepat untuk meningkatkan konversi dari target pemasaran menjadi pengguna adalah pekerjaan rumah yang tidak mudah. Butuh perhitungan, butuh alat dan butuh data-data yang valid untuk menghindarkan dari pemasaran yang sia-sia.

Dari sekian banyak cara memasarkan barang ada beberapa startup asal Indonesia yang memiliki solusi untuk pemasaran yang unik dan menjanjikan kualitas jangkauan yang baik. Layanan tersebut adalah layanan iklan yang dipasang di kendaraan, baik mobil atau motor. Namun untuk kemudahan pengelolaan dan pembayaran disuguhkan dalam bentuk dashboard digital yang bisa diakses dengan mudah sehingga pengelolaan iklan dan laporannya bisa terukur dengan baik.

Tercatat startup seperti Sticar, Promogo, StickEarn, Klana, HipCar memberikan opsi pemasaran atau iklan melalui armada mobil dari mitra yang tergabung di masing-masing. Sementara layanan sepeti Karsa menawarkan iklan yang ditempel di kendaraan roda dua.

Ada beberapa keunggulan yang ditawarkan masing-masing. Namun tiga hal utama yang ditawarkan yakni kemudahan pengajuan iklan, iklan yang bisa dipantau dan sistem laporan efektivitas iklan yang ditayangkan yang bisa jadi bahan pertimbangan penjual. Semua dikembangkan dengan pendekatan teknologi.

Contoh lain dari pemasaran yang berkembang di era teknologi adalah hadirnya media sosial. Facebook, Instagram, dan Twitter masih menjadi sarana yang cukup seru untuk menjangkau target pasar.

Penjualan dan pengelolaan barang

Berjualan offline maupun online tentu membutuhkan usaha yang cukup banyak untuk mendata atau mengelola barang dan menjualnya. Untuk memudahkan hal tersebut, dari segi administrasi atau pencatatan banyak startup asal Indonesia yang menghadirkan solusi yang bisa jadi pilihan.

Untuk mereka yang berjualan offline dan online, startup seperti Jubelio dan Jualio mungkin bisa menjadi pilihan. Jubelio misalnya, menyuguhkan layanan terintegrasi untuk memudahkan berjualan online di banyak tempat atau marketplace. Dengan Jubelio penjual bisa memantau dan mengelola jualan mereka di banyak marketplace sekaligus. Termasuk bagaimana mengelola barang-barang yang ada di gudang. Sistem real time yang ditawarkan juga sangat bermanfaat untuk sinkronisasi stok barang.

Solusi yang cukup menarik lainnya juga ditawarkan oleh Jualio. Mengusung konsep membantu penjual menjualkan barangnya Jualio memberikan solusi yang memungkinkan pengguna menjual dan bertransaksi melalu media sosial. Jualio di awal tahun ini bahkan dikabarkan tengah menyiapkan chatbot dan platform berjualan melalui instagram. Teknologi-teknologi yang tentu akan membantu para penjual-penjual di era digital.  Dan mungkin banyak lagi startup yang bermanfaat dalam hal pengelolaan barang dan penjualan yang muncul di kemudian hari.

Pencatatan dan operasional

Selain bermanfaat bagi penjual yang menjual barang secara online banyak juga startup asal Indonesia yang mendesain solusi untuk para penjual offline. Solusi tersebut kebanyakan hadir dari segi pencatatan atau administrasi dan operasional. Kebanyakan saat ini yang ada mulai menggunakan teknologi cloud untuk memudahkan integrasi apabila penjual memiliki cabang dan semacamnya. Sistem pencatatan atau administrasi penjualan sering juga disebut dengan Point of Sales (POS).

Di Indonesia produk POS ini sudah mulai banyak pilihan, tercatat nama-nama seperti NADIPOS, Jurnal, Zahir, Moka Pos, dan beberapa lainnya. Selain itu juga ada Turboly yang menyediakan sistem POS, stok, suplier, sistem akuntansi dan CRM (customer relationship management). Ada juga Sleekr yang menyediakan pilihan untuk menangani pengelolaan karyawan dan akuntansi. Atau Ukirama, startup yang menyuguhkan sistem ERP yang lengkap termasuk untuk urusan pembayaran karyawan.

Sistem POS dan beberapa fitur lainnya yang usung startup ini biasanya memudahkan para pengguna yang umumnya penjual untuk memantau penjualannya di lebih dari satu tempat atau cabang. Kemudahan itulah yang menjadi dasar keunggulan startup-startup di segmen POS.

Optimasi kepuasan pelanggan

Proses transaksi yang mudah mungkin menjadi kunci bagi para penjual. Untuk hal tersebut mungkin Prism masih menjadi unggulan. Menyediakan solusi chat to buy Prism memungkinkan pembeli membeli dan melakukan transaksi via chat. Ini tentu sangat efektif bagi penjual. Selain pengalaman pengguna pengelolaan transaksi juga dimudahkan. Salah satu keseriusan Prism di segmen ini adalah mengeluarkan aplikasi papan ketik untuk memudahkan pengelolaan nomor rekening yang bermanfaat bagi para penjual online. Fitur di papan tersebut bisa meringkas cara penjual menangani pembeli melalui smartphone mereka.

Startup lainnya yang tak kalah berguna untuk pembayaran adalah Flip. Konsepnya sederhana, Flip membantu para penjual memangkas biaya transfer antar bank. Selain berguna bagi penjual layanan ini juga bermanfaat bagi pembeli. Dengan Flip baik penjual maupun pembeli bisa menghemat untuk keperluan masing-masing.

Selanjutnya adalah pelayanan pelanggan, bagaimana penjual bisa tetap melayani pembeli 24 jam non stop. Salah satu teknologi terkini yang bisa diimplementasikan adalah teknologi chatbot. Dengan teknologi ini menjual bisa memberikan pengalaman bertransaksi melalui pesan singkat yang dilakukan secara otomatis kepada pelanggan. Pengalaman dan penghematan biaya menjadi salah satu keunggulannya.

Untuk berinvestasi di layanan ini butuh cukup pengetahuan dan biaya. Untuk itu ChatzBro dan juga EVA melihat ini sebagai peluang. Keduanya sama-sama menyuguhkan kemudahan bagi para penjual untuk membantun chatbot yang bisa diimplementasikan di beberapa platform pesan instan populer yang ada.

EVA Mungkinkan Siapa Saja Membuat “Chatbot” Secara Instan

Chatbot menjadi salah satu prioritas pengembangan inovasi dalam bisnis digital dewasa ini. Kemampuannya untuk mengotomatisasi beberapa bidang layanan dianggap efektif dalam pelayanan konsumen, karena sejauh ini memang penerapannya masih banyak seputar customer services. Melihat tren tersebut sebuah startup bernama EVA (Electronic Virtual Assistant) meluncur, menawarkan platform online untuk menciptakan chatbot, atau yang disebut dengan Instant Chatbot Creator.

“EVA adalah sebuah platform untuk membuat chatbot yang dapat dijalankan dalam berbagai messaging service. Dengan EVA siapa pun bisa lebih fokus kepada pengembangan konten/respons interaktif tanpa dibebani kesulitan hal-hal teknis,” terang Co-Founder & Advisor EVA Hikmat Rizal.

Misi EVA memungkinkan siapa saja untuk dapat membuat chatbot di beragam platform messaging, saat ini telah mencakup Telegram Messenger, Facebook Messenger, LINE, dan web-based chatbot—tanpa harus memiliki keahlian pemrograman. Terlebih untuk pembuatan mesin pintar ala chatbot dibutuhkan pendalaman kemampuan seputar NLP, AI ataupun Machine Learning. Chatbot keluaran dari EVA mampu melayani beberapa skenario implementasi, mulai dari layanan pelanggan, mengelola komunitas, sistem transaksi, dan lain sebagainya.

Untuk mengenali bahasa yang dikirimkan pengguna, EVA menggunakan teknologi NLP (Natural Language Processing), termasuk untuk mengenali jika ada kesalahan ketik dalam pesan yang dikirimkan hingga tipikal percakapan. Pengguna juga akan mendapati sebuah laman Console admin, untuk mengisikan pengetahuan dasar untuk Chatbot, misalnya tentang bagaimana merespons sapaan, atau pengetahuan lainnya. Hal ini perlu didefinisikan khusus, karena umumnya bahasa yang digunakan akan sangat tergantung dengan segmentasi calon konsumen yang ditargetkan.

“EVA kebanyakan saat dipergunakan untuk layanan pelanggan, yang sudah menggunakan EVA sebagai platform chatbot-nya antara lain Paytren. Sebenarnya untuk chatbot cakupannya sangat luas, misal sebagai agen penjualan, chatbot bisa melayani pertanyaan informasi produk hingga closing produknya. Chatbot juga bisa di implementasikan sebagai konsultan virtual, misalnya untuk konsultasi kesehatan, dan banyak lagi,” imbuh Rizal.

Menyertakan AI Marketplace di dalam platform EVA

Secara kemampuan dasar, EVA dilengkapi dengan AI (Artificial Intelligence) dan KB (Knowledge Base) yang dapat menambah kemampuan dan kepintaran chatbot. AI adalah sebuah program yang dibangun agar EVA memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu. KB adalah sebuah bank data informasi yang dimasukkan oleh pemilik EVA. Data yang telah tersimpan, sewaktu-waktu dapat ditanyakan atau diakses oleh pemilik atau pengguna yang berinteraksi dengan chatbot.

Yang paling unik, di EVA terdapat AI Marketplace. Fitur ini memungkinkan para developer untuk membangun AI  yang nantinya bisa dipasarkan untuk dapat digunakan oleh para pemilik EVA. Seperti mobile app marketplace, AI Marketplace adalah tempat bagi para pemilik EVA untuk menambah (upgrade) kemampuan tertentu agar chatbot yang dimilikinya mempunyai kemampuan/ kecerdasan seperti yang diinginkan. Developer dapat menjual AI yang mereka ciptakan dengan Chat Kredit sebagai nilai tukarnya.

Beberapa AI yang sudah terdapat di martketpace misalnya Ai Form kecerdasan untuk membuat formulir melalui chatbot. Ada juga Ai Wikipedia, untuk memberikan kecerdasan pada chatbot dalam mengakses basis data Wikipedia dan lain sebagainya.

Berawal dari iseng membuat chatbot di WhatsApp

Rizal bercerita sebelum mengembangkan EVA, ia bersama teman-temannya iseng membuat sebuah bot yang bisa ditanya dan menjawab, kala itu di platform WhatsApp. Responnya luar biasa dari para pengguna, kemudian terpikir untuk mengembangkan sebuah bot komersial. Awalnya dasar kebutuhannya adalah untuk otomatisasi transaksi secara virtual. Hingga pada akhirnya dibawalah konsep tersebut ke Wira Pradana, angle investor yang kini juga menjadi bagian tim pengembangan EVA.

“Ide Wira untuk segera melahirkan chatbot, diakomodasi oleh tim developer, sehingga terlahir chatbot dengan fungsi khusus seperti Bot Monei untuk pengelola keuangan, Bot Chatpax untuk menyimpan dokumen, Bot Commerce untuk transaksi online,” ujar Rizal.

Wira Pradana saat mempresentasikan EVA dalam final Amvesindo Demo Day 2017 / Amvesindo
Wira Pradana saat mempresentasikan EVA dalam final Amvesindo Demo Day 2017 / Amvesindo

Dalam kesempatan yang sama Wira Pradana turut menyampaikan beberapa hal mengapa bisnis mulai aware dengan sistem berbasis chatbot. Pertama lebih efisien karena pengguna tidak perlu memasang atau mengunduh aplikasi tambahan, cukup menggunakan aplikasi pesan yang biasa digunakan.

Dari sisi pengalaman pengguna juga akan lebih mengena, dengan kecerdasan yang dimiliki, konsumen tersebut akan serasa seperti sedang dilayani oleh petugas (orang). Di sisi pengguna juga lebih menghemat penggunaan paket data, karena sistem/aplikasi bekerja di background, interface ke pengguna cukup melalui chatbot saja.

Sebagai informasi tambahan, beberapa waktu lalu EVA juga menjadi pemenang pertama dalam pagelaran Amvesindo Demo Day 2017.

Amvesindo Selenggarakan “Demo Day 2017” (UPDATED)

Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) menyelenggarakan Amvesindo Demo Day 2017 pada Kamis (3/8) di Jakarta. Acara tersebut berhasil menghimpun berbagai komponen bisnis digital, seperti kementerian terkait, investor, inkubator, regulator, akademis, hingga media untuk berkenalan dengan pelaku startup.

Dalam konferensi persnya, Ketua Amvesindo Jefri R Sirait menyampaikan bahwa acara ini merupakan bentuk komitmen asosiasi untuk membangun industri modal ventura yang kuat, serta mendukung terciptanya ekosistem yang kondusif bagi startup di Indonesia.

Dia menambahkan kegiatan ini juga dapat menjadi ajang bagi startup pemula untuk mendapatkan panggung berkenalan dengan berbagai pihak, sekaligus memperluas aksesnya ke dunia luar.

“Melalui Amvesindo Demo Day 2017, kami ingin berkontribusi penuh dalam mengembangkan startup demi membangun perekonomian Indonesia. Kami berupaya agar dapat menyelenggarakan Demo Day secara berkesinambungan tiap tahunnya agar startup dapat membangun komunikasi dan kami jadi wadah kerjasama yang saling menguntungkan untuk semua stakeholder,” kata Jefri.

Acara ini memiliki serangkaian kegiatan yang sebelumnya telah didahului oleh Amvesindo Pitch Day 2017 pada 27 Juli 2017 di Mandiri Inkubator Bisnis, Jakarta. Dalam proses seleksi, sekitar 100 startup melakukan pitch presentation di depan juri sebagai perwakilan dari modal ventura anggota asosiasi. Salah satu syarat yang harus dipenuhi startup ialah sudah memiliki minimum viable product (MVP).

Sebelum 100 startup tersebut terpilih, pihak juri mengaku telah menerima sekitar 5 ribu leads dari seluruh Indonesia. Lalu startup yang berhasil melakukan registrasi hingga ke proses seleksi online sekitar 100 perusahaan. Adapun lokasinya berasal dari Jakarta, Yogyakarta, Medan, Aceh, Surabaya, dan Bandung.

Setelah pitch presentation, akhirnya terpilih delapan startup yang berhak mengikuti public pitch untuk memenangkan bantuan fasilitas inkubator, pendanaan, bertemu dengan startup berpengalaman, dan benefit lainnya.

Untuk delapan startup terpilih, bergerak di berbagai sektor diantaranya layanan e-commerce, fintech, logistik, hingga SaaS. Berikut nama-namanya:

1. Shipper : merupakan marketplace logistik yang menghubungkan penjual online dengan berbagai perusahaan logistik. Tim Shipper nantinya akan membantu penjual mengantarkan barang ke jasa pengiriman terdekat sesuai pilihan penjual.

2. Excellence.Asia : merupakan platform marketplace yang diperuntukkan untuk mencari pelatih profesional di seluruh Indonesia, sesuai dengan kebutuhan konsumen baik dari individu ataupun korporat.

3. HomeGood : merupakan marketpkace berbasis web yang bergerak di bidang properti. Yang berbeda, HomeGood menyediakan layanan virtual reality (VR) 360 derajat saat pengunjung berkeinginan untuk mengintip isi properti secara aktual dari ponsel mereka.

4. Billie : merupakan aplikasi fintech yang bergerak di bidang sistem pembayaran. Billie menyediakan layanan pembayaran tagihan secara satu pintu dan bersamaan. Saat ini aplikasi Billie belum dirilis di Android maupun iOS.

5. Medis Online Indonesia : merupakan aplikasi yang menyediakan jasa tenaga medis untuk home care secara online dan memberikan layanan yang baik sesuai prosedur kesehatan.

6. EVA : merupakan startup yang menyediakan layanan chatbot untuk mendukung penjualan bisnis online, berinteraksi dengan fans, mengelola komunitas, menyimpan dokumen dan lainnya. EVA dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) saat ini dalam penjajakan kerja sama untuk mencari info mengenai fatwa atau hukum, cek produk hahal, pendaftaran sertifikat, cari masjid terdekat, dan lainnya.

7. Rumah Sinau : merupakan platform yang membantu penggunanya dalam mencari jasa kursus non-formal yang dibutuhkan untuk menambah pengetahuan dan keterampilan mereka. Lima jasa yang tersedia, diantaranya ruang belajar, venue, bimbel, les hobi, dan workshop.

8. GoCampus : merupakan portal edukasi mengenai dunia perkuliahan di Indonesia.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Amvesindo Demo Day 2017