Pertumbuhan Pengguna Bukanlah Sebuah Trik

Bagi startup, mengejar pertumbuhan adalah pekerjaan yang tidak mudah. Memastikan layanan atau produk dipakai banyak orang menjadi prioritas utama di samping perbaikan layanan. Mengupayakan pertumbuhan tidak hadir begitu saja atau dengan trik khusus. Ada sistem yang dibangun, ada keputusan dan ada perhitungan yang matang di balik upaya meningkatkan pertumbuhan startup.

Dalam sebuah kesempatan, Supply Growth Uber Andrew Chen mengungkapkan bahwa pertumbuhan adalah sebuah model yang utuh dan sebuah sistem dengan bagian yang saling terhubung dan perulangan yang sesuai dengan bisnis. Sebuah taktik yang bisa digunakan untuk mengoptimalkan perulangan pengembangan produk atau layanan.

Pertumbuhan bukan hanya menghasilkan sesuatu yang menarik dan membuat sesuatu yang ramai dibicarakan, tetapi juga bagaimana akhirnya pertumbuhan di tahap ini bisa mengundang pertumbuhan di tahap selanjutnya.

Dalam kesempatan yang sama Andrew juga menjelaskan bahwa pertumbuhan adalah sesuatu yang krusial dan mendasar dari sebuah produk. Ini melibatkan banyak pihak seperti manajer proyek, desainer, pengembang, dan tim lain yang terlibat.

Di awal pendiri membuat produk untuk memecahkan suatu masalah. Setelah itu pengembangan harus difokuskan pada kebutuhan pengguna. Tetapi jangan lupa siapkan produk dari awal untuk mudah dikembangkan.

Pastikan sebelum mencari pertumbuhan pengguna Anda sudah menemukan produk yang ideal atau pasar yang cocok untuk produk Anda. Keduanya merupakan kunci utama sebelum Anda bicara lebih jauh tentang pertumbuhan pengguna.

Pertumbuhan pengguna sejatinya merupakan bagian tak terpisahkan dari perulangan pengembangan produk. Dengan umpan balik dari pengguna yang kemudian dieksekusi untuk menjadi perbaikan produk diharapkan mampu memberikan pengalaman terbaik bagi pengguna. Ini efektif untuk “menahan” pengguna lama. Selanjutnya Anda harus merancang bagaimana meyakinkan pengguna yang baru.

Kesimpulannya, pertumbuhan pengguna bukan merupakan sebuah hal yang datang tiba-tiba tanpa usaha. Ada sesuatu yang disiapkan, diperhitungkan dan diusahakan sejak awal untuk menjaga tren pertumbuhan bahkan meningkatkan pertumbuhan.

Lima Saran Kepemimpinan Bagi Seorang Introvert

Ada satu kesepakatan tak tertulis bagi para pemain dunia startup, yakni kebutuhan mental yang kuat ketika memutuskan untuk terjun ke dunia startup karena ini bukan dunia yang mudah untuk diarungi. Terlebih lagi bila peran yang dimainkan adalah sebagai pemimpin. Dan itu bukan perkara gampang bagi introvert.

Sebelum membahas lebih jauh, ada satu hal yang harus dipahami bahwa semua introvert sadar sikap keterbukaan adalah hal ideal yang dirayakan dan dihormati di masyarakat. Umumnya para pemimpin yang keras namun karismatik memiliki sikap ini, extrovert. Tapi, tak selamanya pemimpin yang dibutuhkan harus berjiwa extrovert.

Terkadang, pemimpin yang memiliki sikap tenang, menunjukkan kemampuan menyimak yang baik, mampu menganalisis situasi yang kompleks sebelum mengambil keputusan, dan bisa memancarkan ketenangan di masa konflik juga dibutuhkan.

(Baca juga: Kiat Sukses Menjalin Relasi Bisnis Bagi Introvert)

Aristoteles pernah mengatakan:

“Mengetahui diri sendiri adalah awal dari semua kebijaksanaan.”

Anda tahu satu kesamaan di antara tiga tokoh besar dunia seperti Einstein, Gandhi, dan Buffet? Ya, mereka adalah orang dengan jiwa introvert. Dan sudah bukan rahasia lagi bahwa beberapa pemimpin terbesar dalam sejarah umat manusia adalah seorang introvert.

Jadi, bagaimana caranya agar seorang introvert bisa menjadi pemimpin yang lebih baik ketika dia juga sering berjuang keras untuk bisa membangun relasi? Lima saran sederhana dari Scott Christ berikut ini bisa jadi pertimbangan diri.

Mendengarkan, baru berbicara

Mendengarkan kemudian berbicara adalah sesuatu yang datang secara alami bagi introvert dan ini merupakan keterampilan yang sering kurang dimanfaatkan dalam dunia bisnis. Padahal, salah satu kunci untuk dilihat sebagai pemimpin yang dihormati adalah aktif mendengarkan dan menyimak, baik itu teman, klien, atau pengikut. Kemudian tindak lanjuti dengan memberikan bimbingan atau jawaban yang sepadan.

Maju selama masa krisis

Krisis adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan, dan bagaimana Anda menanggapi masa-masa sulit tersebutlah yang penting. Pemimpin introvert biasanya melihat masa krisis sebagai sebuah kesempatan. Jadi, menurut Scott, maju dan jadilah “voice of reason” ketika hal-hal buruk terjadi. Toh apa yang bisa dipelajari dari masa krisis itulah hal terpenting yang harus bisa dipetik.

Keluar dari zona nyaman

Ini adalah hal paling sulit bagi seorang introvert karena introvert biasanya lebih nyaman bekerja sendiri daripada dengan orang. Bahkan besar kemungkinan tidak ingin berbicara di depan kelompok. Namun kenyataannya adalah, hal-hal kecil tersebut adalah yang perlu dilakukan oleh seorang pemimpin.

Jadi, Scott menyarankan agar introvert dapat mulai memaksakan diri untuk berpatisipasi dalam pembicaraan kecil sesekali, bahkan bila itu dianggap tidak berguna. Mengambil kelas public speaking atau jadi sukarelawan untuk memimpin proyek baru juga patut dipertimbangkan.

Yang perlu ditekankan di sini adalah, keinginan untuk mau bekerja lebih agar bisa menjadi lebih baik pada hal-hal yang tidak begitu dikuasai setiap minggu.

Masuk ke zona nyaman

Introvers sering menghabiskan banyak waktu di kepala mereka sendiri. Ini adalah waktu ketika mereka mengisi ulang tenaga, hingga datang dengan ide-ide besar. Mereka perlu masa-masa ini, terutama setelah berjuang untuk keluar dari zona nyaman.

Scott menyampaikan, “Jadi, luangkan waktu setiap hari. Bahkan jika itu 15 menit. Cari tempat yang tenang untuk duduk dan hanya bernapas. Biarkan pikiran mengalir melalui kepala Anda seperti awan. Dan ketika Anda sudah selesai, tuliskan ide-ide baru yang datang ke pikiran, yang mengarah ke ujung berikutnya.”

Menulis

Introvert cenderung lebih baik dalam menulis ketimbang berbicara. Ini sebabnya mengapa introvert harus menuliskan ide-ide yang datang sebelum membicarakannya.

Scott menyampaikan, “Buat dokumen 1 atau 2 halaman sederhana yang menyimpulkan poin-poin penting Anda, jawab pertanyaan yang diantisipasi dan sanggahan, dan coba menawarkan untuk menjawab pertanyaan tambahan.”

Anda mungkin akan melihat sebagian dari saran kepemimpinan tersebut adalah saran yang populer. Tapi, perhatikan juga bahwa sebagian besar dari saran itu datang secara alami dalam diri introvert. Jadi, manfaatkan itu. Akui, terima, dan perbaiki kelemahan yang dimiliki.

3 Keuntungan Menjalankan Startup Secara Bootstrapping

Banyak alasan mengapa akhirnya banyak pendiri startup memilih untuk melakukan bootstrapping untuk pendanaan operasional startup. Di antaranya adalah tidak mau diawasi dan dikontrol oleh investor, ingin fokus mengembangkan produk, hingga ketidaksiapan pendiri startup untuk melakukan penggalangan dana karena lebih memilih mencari revenue dan profit.

Bootstrapping memang merupakan pilihan yang mudah jika Anda sudah cukup memiliki modal untuk memenuhi kebutuhan yang ada, dan sudah banyak startup yang berawal dari bootstrap saat ini sukses mendulang keuntungan tanpa bantuan dari angel investor hingga venture capital.

Tips DailySocial kali ini, yang diramu dari sebuah pertanyaan menarik di Quora, akan menyoroti tiga aspek yang membantu Anda untuk mengembangkan startup secara bootstrap.

Fokus kepada produk

Masalah yang kerap datang kepada startup yang mendapatkan pendanaan oleh investor hingga venture capital adalah tingginya ego dan tingkat kekuasaan yang dimiliki oleh mereka. Terkadang para investor dan VC tidak terlalu mengerti dengan produk yang dimiliki oleh startup dan memaksakan ide-ide yang tidak perlu. Jika saat ini startup Anda melakukan bootstrap, selamat! Paling tidak Anda memiliki kontrol penuh atas seluruh kegiatan yang berlangsung di startup dan tentunya bertanggung jawab terhadap perkembangan hingga perbaikan yang ada. Fokuslah hanya kepada produk, pengalaman pengguna, dan pastinya penjualan.

Dalam hal ini startup yang melakukan bootstrap terbilang adalah ‘underdog’ yang harus bersaing dengan startup yang memiliki pendanaan dalam jumlah besar dari para investor. Yang perlu diingat adalah, meskipun dana yang mereka miliki jauh lebih banyak dari pada Anda, namun sebagian besar waktu yang mereka habiskan harus memberikan perhatian lebih kepada investor, menuruti semua kemauan yang ada, hingga membuat laporan secara rutin. Di sisi lain Anda memiliki waktu lebih untuk mengembangkan produk tanpa adanya gangguan, tekanan, dan ekspektasi yang tinggi.

Eksekusi

Bagaimana produk Anda nantinya dapat diterima dengan baik oleh pasar tentunya tergantung dari eksekusi yang dillakukan. Tentunya sudah menjadi rahasia umum bahwa eksekusi menentukan perkembangan startup. Keuntungan lain dengan cara bootstrapping adalah fokus yang lebih untuk melakukan eksekusi yang baik. Berikan layanan, fitur dan produk yang baik untuk konsumen Anda, berikan perhatian lebih kepada semua proses yang ada, munculkan ide-ide baru serta inovasi lebih yang belum dilirik atau tidak dilakukan oleh kompetitor.

Salah satu tips kesuksesan dari pengusaha sukses asal Amerika Serikat, yang juga pemilik Avis, Robert Townsend adalah ketika perusahaan berusaha untuk mendapatkan keuntungan sejak awal tentunya tidak akan mengalami kesuksesan yang panjang. Diperlukan produk yang baik, eksekusi yang sempurna, dan jangan khawatir tentang kompetitor yang ada.

Satu hal lagi yang perlu diperhatikan adalah semakin besar valuasi sebuah perusahaan semakin besar pula ekspektasi dari para pemangku kebijakan, investor dan pihak terkait lainnya. Jika mereka bisa melalui semua proses tersebut dengan kesuksesan maka akan mengalami keuntungan jangka panjang, namun jika mereka gagal untuk memenuhi tuntutan tersebut maka kegagalan dalam jumlah besar akan terjadi.

Kembali ke tujuan awal startup

Bootstrap juga secara alami menuntut Anda pemilik startup untuk bisa lebih menghargai jumlah tim yang ada, waktu, dan pastinya dana yang tersedia. Kebanyakan startup yang mendapatkanpendanaan dari investor akan menambah jumlah engineer hingga tim lainnya. Hal tersebut akan berpengaruh kepada biaya oprasional dan jumlah tim yang ada. Idealnya tim yang kecil biasanya lebih mudah berkolaborasi untuk menciptakan ide-ide dan inovasi baru.

Kembalilah ke tujuan awal Anda saat mendirikan startup. Fokus mana yang ingin Anda prioritaskan, berapa besar perkembangan produk yang ingin Anda capai, target pasar seperti apa yang ingin Anda raih dan lainnya. Coba manfaatkan sebaik-baiknya startup milik Anda dengan pendanaan seadanya, namun bisa menghasilkan produk yang tidak kalah bagus dibanding pesaing.

Meneliti Penyebab Kegagalan Startup

Dalam tulisan di halaman Medium-nya, Kristoffer Tjalve mengkategorikan 4 aspek yang mempengaruhi kegagalan terbesar startup. Tulisan tersebut terinspirasi dari “18 kesalahan yang membunuh startup” yang ditulis oleh Co-Founder Y Combinator Paul Graham. Secara lugas diuraikan pula empat kategori tersebut yang ternyata saling berhubungan berdasarkan tahap-tahap yang dilalui pemilik startup. Empat kategori tersebut adalah orang, masalah, proses dan konteks.

Orang (termasuk pendiri serta anggota tim)

Mencari anggota tim merupakan salah satu hal yang wajib dilakukan oleh pendiri startup. Anda sebagai Founder bertanggung jawab untuk menemukan Co-Founder, CTO hingga anggota tim pendukung lainnya demi kesuksesan dari startup. Jika startup Anda saat ini masih belum memiliki Co-Founder, Anda sebagai Founder dituntut untuk memiliki kemampuan membuat produk, menjual produk, dan melakukan eksekusi. Kurangnya kemampuan dan fokus  bisa menyebabkan startup tidak bisa mengalamai growth yang signifikan, untuk membangun perusahaan yang sukses, Anda dituntut untuk selalu optimis, dan fokus 100% kepada perkembangan produk, dan tentunya menghargai semua masukan dari anggota tim.

Menciptakan rasa loyalitas, kecintaan serta kebanggaan tersendiri kepada produk yang startup Anda tawarkan kepada anggota tim merupakan salah satu kunci kesuksesan jangka panjang sebuah startup. Namun yang paling penting di sini tentunya mempekerjakan orang-orang yang memiliki kemampuan, dapat bekerja dengan mandiri dan mampu memberikan ide-ide serta kontribusi yang kreatif untuk kemajuan perusahaan. Untuk posisi kunci di perusahaan, carilah tenaga ahli yang sudah pakar di bidangnya.

Masalah

Salah satu kesalahan terbesar sebagian besar startup adalah menciptakan produk yang sama dengan target pasar yang bermacam-macam. Kemudian masalah lainnya adalah kebanyakan startup menciptakan produk yang tidak diinginkan oleh orang. Adalah menjadi suatu hal yang sia-sia jika produk yang telah Anda buat menggunakan teknologi terkini dan menghabiskan uang yang besar jumlahnya namun tidak diminati oleh publik.

Co-Founder Y Combinator Paul Graham menegaskan:

“Sebagian besar ide startup terlihat mustahil untuk diwujudkan, jika ide tersebut terbukti sukses tidak heran jika orang sebelumnya telah melakukan hal yang sama.”

Bagaimana membuat produk untuk konsumsi beberapa orang saja? Ide ini menyulitkan untuk berkembang, menambah jumlah konsumen, hingga mendapatkan keuntungan lebih. Namun hal ini bisa saja Anda lakukan dan coba, jika produk yang Anda buat memilki teknologi yang terkini dan digawangi oleh tim yang solid. Contoh kesuksesan setelah menerapkan ide untuk kaum niche tersebut adalah Elon Musk dengan Tesla dan Google dengan proyek Google X-nya.

Proses

Tahap yang satu ini merupakan posisi penting untuk perkembangan. Agar startup Anda mampu menjalani proses yang ada dengan lancar mulailah untuk mengerjakan proses yang ada secara bertahap. Paul Graham kerap menganjurkan kepada startup untuk memulai pekerjaan dengan hal-hal kecil terlebih dahulu, hindari untuk melakukan skalabilitas. Proses lain yang harus diterapkan dengan benar adalah jangan terlalu lama mengembangkan produk dan terlambat untuk menguraikan feedback. Hal ini bisa mempengaruhi kemajuan dari startup. Idealnya startup Anda memang wajib diluncurkan ketika semua komponen telah selesai dengan sempurna, namun jika terlalu lama dalam prosesnya juga tidak baik untuk kemajuan startup.

Aspek lain yang juga harus diperhatikan adalah menghindari untuk membuat banyak fitur demi menciptakan produk yang terkini dan canggih. Cobalah untuk mengembangkan fitur yang ada sebaik mungkin dan tonjolkan fitur tersebut sebagai salah satu fitur andalan produk Anda.

Hal lain yang harus diperhatikan saat proses adalah penentuan metrik. Fase yang wajib dilalu saat menentukan metrik di antaranya adalah membangun, memperkirakan, dan belajar. Terapkan tiga hal ini untuk bisa menentukan metrik yang sesuai untuk startup Anda.

Hal terakhir yang wajib dilalui oleh startup adalah masalah pendanaan, apakah itu penggalangan dana, memanfaatkan pendanaan, hingga mendapatkan keuntungan yang akan berimbas kepada valuasi perusahaan.

Konteks

Sebaik apa pun produk yang Anda buat, kegagalan merupakan hal yang sulit untuk dihindari. Banyak hal yang mempengaruhi kegagalan, di antaranya adalah kurangnya infrastruktur, masalah regulasi, kultur perusahaan, dan lainnya. Ekosistem startup yang baik mempengaruhi kesuksesan dari startup. Untuk itu carilah lokasi yang tepat untuk mengembangkan startup Anda, temukan atau buatlah ekosistem yang ideal dan lakukan dengan benar pengelolaan keuangan startup Anda.

Bootstrapping And Growing Your Tech Team

So you’re a technical founder of a young exciting startup. You’re expected to take technical role and build a team to build the product. So how we’d start?

The founding team

When you build a team, there’s one common pattern on founding team: they are focusing on speed and time to market. As a tech founder, you might find this at odd with code quality, and that is right. We always strive on confidence on every build. In ideal world every build should have unit tests, integration tests, stress tests and then delivered to customer, but in a lot of cases, it’s mutually exclusive with time to market. So how to tackle this issue?

Step 1: Define Your Product Team

The good thing about startups is team is usually small and communication is easy. During this good time, it’s important to define the role of the product team to cover every facet of product development lifecycle. I usually divide the team to 4 big chunks.

1 pcAshrWxuHJhXqvpLouWLQ

Every person needs to take or assume one of the role. Every product team that I’ve built or I helped to build usually consists of those four roles with different titles. Every single person on the startup that consider themselves as the product team needs to take one of the role. The roles are divided this way to give a clear ownership of every step and facet on product development. Let’s take a look:

  1. Product Owner is usually assumed by the guy that know the business process and rules on the product. In early stage, often this role usually taken by the CEO. This role owns the product features and the priority.
  2. Project Manager is the guy that focuses on getting things down. This role owns the timeline and resources.
  3. Developer is self explanatory. They code the product, they make dream comes true. This role owns the code and infrastructure.
  4. Quality Assurance is the gatekeeper. They must be the fiercest defender of the product quality.

This role division also serves as a guide for future career path. All four of them need to be equal, and nobody should serves in two roles in the same time, because the nature of division is to provide balance.

The reason I draw line over them is to illustrate the tug of war or tension that needs to be maintained. The team breaks apart if one party too push in or to push out. We need to maintain the strain just enough to make the team works.

Step 2 : Lay out process and tools

A product success chance can be increased by adhering process. A popular framework is agile processes such as scrum or kanban. Choose one and stick to it, if one does not work, switch and try. Attend a training or learn the video together with the team. Talk with other companies who do similar process. Although many people start to declare the demise of the agile. At the moment, it’s the only available process framework that have and still works.

As a technical founder, we’re also expected to lay out the engineering process because it’s your domain. You’re expected to know and do things like code review and automated build. If you lucky enough you may be able to create a continuous delivery/integration/deployment process.

The tools I usually use are as follows:

  1. JIRA Software — I use it to organise user stories and to know the visibility on the project.
  2. Test Rail — I use it for QA team to create test suites and test cases for our products.
  3. GitHub — Everybody knows it, it’s hands down the best place to place the code.
  4. Travis CI — it’s tied with GitHub, it provides easy automated build tools for your CI and CD needs.
  5. Fabric.io — as majority of the team I’m involved with is mobile team, fabric gives us flexible platform for distributing beta and getting crash logs.
  6. Instabug — for instant bug report, it also reports crashes. I use it for the beta testers.
  7. Amazon Web Services — a very popular cloud. I’ve tried many others too, but mostly I’m working with AWS.

Step 3 : plan the roadmap and educate your team

I’ve seen a startup that take the quote “move fast and break things” to the extreme. They deliver bad product that constantly breaks down. To avoid that, plan your product roadmap. Discuss with the whole team about it. The most important roadmap items for early stage startup is the first 3–6 months. For each milestone put a theme or common goal. For example in the first 3 months is MVP, the 3–9 months is the user acquisition, and so on. So people on your team aligned.

If you have sizeable team, focus on a high leverage activities such as mentoring and building a solid onboarding process for new hires. This will save a lot of time for building products. Aside of the technical materials needed to build the product such as iOS or Android training, spend some time and money to buy books like Clean Code.

The MVP Phase

Getting the product out of the door is hands down, the goal of an early stage startup, and speed is important. We may not have a luxury of writing unit and integration test in this stage. On early stage, most of the burden is usually shifted towards QA as the gatekeeper. Here, QA team need to be resilient and tough as more manual tests need to be done. Crashes and major bugs is pretty detrimental for an MVP. Minor bugs are somewhat okay because it can be fixed quickly. You may as well implement a continuous delivery system in this phase. Not doing so is anti pattern because CD is a high leverage activity on this phase regarding to speed and fast feedback. I somehow puzzled with contradicting excuse of not doing CD early on: because they have no time due to the speed requirement. You have no time to save time. Haha!

The User Acquisition Phase

This where the things shifted from speed to robustness. Pressure is in the dev team. Implement things that you had no chance to implement in the first three months. Write unit tests, write the tests that you haven’t written in the first 3 months, implement code review, refactor ruthlessly. We still deal with speed but robustness takes priority on user acquisition. Improve the QA test cases and automate what can be automated. We want to make sure we have high confidence on features delivered to the users on this phase. In this phase, there is usually business shift, changes here and there, new hires coming in and we still want to have high confidence on our build.

The “Next” Phase

Writing software product is never ending. The first two phases are usually the hardest. When you pass those phases, you usually already build a somewhat complete team. So the focus is shifted to scale. Scaling the product, scaling the team. The first 4 roles will expand. So in this phase, what you need is a leader of the pack or manager. Hire or promote managers, build a career path and training plan. But one thing to note, keep the organisation as flat as possible.

For the developers, it’s time to learn distributed system and architecture. You may start with a simple CRUD backend in the start, but overtime it’s going to be large. In this phase, think about the architecture, decide the parts we need to be refactored first and so on.

Conclusion

This is only one way of building a startup tech team. People mileage can vary. One thing about technical founder is to keep in mind that you need to strive for perfection. In many cases, I see tech team is neglected. So find a good founder that realise that tech team is as important as “the business guy”.


This article has been republished with editing and permission from Didiet Noor. Original source is from Medium.

Didiet is a software engineer and tech advocate. He can be contacted via Twitter @lynxluna.

Lima Hal Yang Dicari Venture Capital Saat Pitching Ide Startup

Banyak pelajaran yang ditawarkan oleh para ahli, pelaku startup hingga pakar manajemen dan teknologi terkait dengan hal proses pitching ide bisnis startup. Anda pun merasa cukup percaya diri dengan produk yang dimiliki, bisnis model yang ditawarkan hingga laporan keuangan yang dibuat. Namun apakah Anda pernah memperhatikan, sebenarnya apa yang dicari oleh venture capital saat proses pitching berlangsung?

Tips DailySocial berikut ini merangkum hal-hal yang perlu diperhatikan para pelaku startup tentang apa yang dicari VC saat proses pitching berlangsung, seperti yang ditulis oleh e27.

Uraikan masalah yang ada

Tips pertama yang wajib untuk diperhatikan oleh Anda pelaku startup adalah menguraikan masalah yang ada terlebih dahulu. Hal ini penting karena selain dapat menargetkan produk yang ada, pihak VC pun sejak awal sudah bisa melihat potensi yang ada berdasarkan penjelasan, kendala, atau masalah yang ada dan solusi seperti apa yang ingin ditawarkan.

Founder 500 Startups Dave McClure mengatakan:

“Kami sering mengatakan jika produk Anda memiliki traksi coba awali proses pitching dengan traksi, target pasar, jumlah pengguna, metrik pendapatan dan hal-hal terkait lainnya, berikan penjelasan secara jelas, eksplisit dan faktual diawal proses pitching dengan VC.”

Storytelling

Di sisi lain, beberapa VC ingin melihat kemampuan para pelaku startup menceritakan ide bisnis, traksi, target pasar hingga solusi yang ingin ditawarkan dengan rangkaian cerita yang tersusun dengan rapi, jelas dan lengkap. Hal ini merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menarik perhatian para VC.

Partner Redpoint Ventures Thomas Tunguz berkata:

“Adalah menjadi hal yang penting jika pendiri startup bisa meyakinkan pihak VC, memberikan argumen serta visi dan misi yang menarik seputar produk yang ditawarkan, solusi yang dihadirkan hingga pasar yang ingin disasar. Yakinkan kepada VC bahwa startup Anda berpotensi untuk menjadi yang terbaik di dunia.”

Pengalaman pribadi

Menjadi hal yang penting bagi beberapa VC ketika seorang pendiri startup bisa menceritakan dari awal latar belakang pendidikan yang ia miliki, pengalaman bekerja hingga kendala, dan kegagalan apa yang pernah dialami. Dengan demikian VC akan melihat proses seperti apa yang Anda lalui menuju terwujudnya startup yang saat ini telah dibangun.

Co-Founder dari dari Andreessen Horowitz (a16z) Marc Andreessen menyebutkan:

“Mulailah dengan cerita masa kecil Anda, ceritakan dengan lugas biografi diri Anda kepada pihak VC saat melakukan proses pitching.”

Perhatikan sikap dan materi presentasi

Yang perlu diingat adalah saat bertemu dengan VC adalah selalu matikan smartphone Anda, datang tepat waktu, dan fokus dalam hal presentasi produk kepada pemilik VC. Jika diperlukan buatlah presentasi Anda dengan singkat, padat, tanpa menambahkan informasi atau efek tambahan yang menurut Anda menarik dan canggih.

Pihak VC melihat hal tersebut tidak terlalu berguna, terutama jika Anda tidak memberikan solusi, target pasar yang tepat dan pastinya produk yang baik.

Partner Sequoia Capital Douglas Leone berujar:

“Tidak usah terlalu percaya diri saat melakukan presentasi dengan mengatakan bahwa produk Anda terbaik, sedang tren hingga memiliki pasar yang banyak. Berikan presentasi yang lengkap dan menawarkan solusi yang tepat bukan omong kosong saja.”

Produk yang baik

Pada akhirnya semua pitching Anda tidak akan berguna jika Anda tidak memiliki produk yang baik dan tidak mampu meyakinkan kepada VC bahwa produk yang Anda buat dapat berguna untuk kepentingan orang banyak.

Buktikan kepada VC bahwa masalah yang ada dapat teratasi dengan kehadiran produk yang Anda buat dan buatlah presentasi yang berisi tentang testimoni atau survei dan data yang menunjukkan bahwa produk Anda mampu diterima dengan baik oleh pasar.

Founder Y Combinator Paul Graham mengatakan:

“Tujuan Anda melakukan pitching adalah bukan sekedar memberikan prediksi pemasukan dalam jangka waktu ke depan, melainkan buktikan kepada VC bahwa produk Anda mampu dijual saat ini dan pastikan bisa langsung diterima dengan baik oleh target pasar.”

Lebih Baik Membangun Startup atau Bekerja di Startup

Dalam artikel kali ini, DailySocial ingin mengupas secara jelas poin-poin penting dari beberapa pelaku startup. Sejauh mana kemampuan Anda untuk tampil sebagai pendiri startup, atau hanya cocok bekerja di startup. Poin-poin berikut ditulis Founder Atomic Squirell Yevgeniy Brikman dan telah berpengalaman bekerja sebagai software engineer di LinkedIn, TripAdvisor, Cisco Systems, dan Thomson Financial .

Dibutuhkan waktu yang panjang dan berliku membangun startup

Satu hal yang pasti apa pun usaha yang akan dibangun membutuhkan waktu yang lama serta kendala yang kerap datang. Untuk itu pastikan secara moril dan materil Anda siap mengahadapi semua hal tersebut.

Sebagai pendiri startup adalah suatu keberuntungan jika Anda mampu membangun startup yang sukses, kemungkinan ini tentunya akan menjadi kecil serta dibutuhkan waktu setidaknya 7 hingga 8 tahun untuk dapat merasakan kesuksesan.

Exit strategy yang sukses bukanlah menjadi alasan yang bijak untuk membangun startup, demikian juga dengan impian untuk menjadi kaya secara instan. Sebagian besar kedua alasan tersebut menjadi sumber kegagalan dari startup.

Yang perlu diperhatikan adalah membangun sebuah startup tidak menjanjikan Anda menjadi kaya raya dalam waktu singkat. Kesuksesan juga sangat jarang dialami oleh startup karena membutuhkan waktu yang cukup lama.

Beberapa hal yang wajib Anda lakukan seperti yang diceritakan oleh pendiri startup lainnya nampaknya terlihat mudah untuk dilakukan, seperti mengejar product market fit, mencari tim yang solid hingga mengubah kebiasaan pengguna, untuk bisa melakukan semua tersebut bersamaan dengan memenuhi kebutuhan Anda sehari-hari pastinya akan menjadi tantangan terberat bagi seorang pendiri startup.

“Saya pikir hal yang paling sulit adalah bahwa fungsi keberhasilan sangat tidak stabil. Misalnya Anda mencoba selama berbulan-bulan untuk mencari tahu bagaimana caranya untuk mempercepat pertumbuhan pengguna, mencoba untuk memperkenalkan beberapa fitur yang Anda pikir akan membantu membuat metrik bergerak maju, tapi tidak ada yang benar-benar bekerja. Untuk beberapa saat produk Anda berjalan statis namun tiba-tiba keberhasilan bisa saja menghampiri,” kata Co-Founder Go Test It dan Rapportive Martin Kleppmann.

Ketidakstabilan dalam membangun startup yang nantinya menentukan seberapa kuat Anda sebagai pendiri dapat bertahan. Membangun startup penuh dengan ketidak pastian, Anda dituntut untuk bisa bergerak cepat tanpa adanya jaminan yang jelas, ketika arah sulit untuk ditentukan Anda pun dituntut untuk selalu bergerak karena ketika Anda memutuskan untuk istirahat atau berjalan lambat, pesaing lainnya telah menunggu untuk menggantikan posisi Anda.

Keuntungan bekerja di startup

Semakin menjamurnya startup semakin banyak pula tenaga-tenaga profesional yang dibutuhkan untuk membangun startup. Beberapa posisi yang makin tinggi demand-nya adalah engineer. Banyak di antara engineer tersebut yang berpindah dari startup yang satu dengan yang lainnya setelah sukses membangun startup, mendapatkan saham, dan sukses melewati exit strategy startup.

“Saat ini sektar 100 engineer yang bekerja di Facebook menghasilkan uang 99% lebih besar daripada entrepreneur di silicon valley, dengan jumlah saham yang mereka miliki dari Facebook,” kata Co-founder Facebook dan Asana Dustin Moskovitz.

Posisi seperti ini bisa Anda jalankan jika memang Anda merasa belum siap atau belum waktunya membangun startup. Belajar dari pengalaman, mengumpulkan uang serta informasi sebanyak-banyaknya bisa menjadi modal penting untuk kemudian membangun startup Anda sendiri.

Pilihlah startup yang telah sukses melakukan penggalangan dana atau mendapatkan investasi dengan nilai yang besar. Baiknya lagi adalah perusahaan yang berencana melakukan go public atau akan diakuisisi.

Startup yang memiliki pertumbuhan yang cepat dan memiliki pendapatan yang signifikan merupakan tempat kerja ideal untuk Anda jika tertarik bekerja di startup. Perhatikan beberapa startup yang sedang melakukan pengalangan dana (lihat siapa saja investor dan VC), pertumbuhan bisnis, pola migrasi developer. Startup yang saat ini telah memenuhi kualifikasi tersebut diantaranya adalah, Uber, Airbnb, Square, Stripe, DropBox, Pinterest, PagerDuty, Slack, Zenefits, dan GitHub.

Beberapa Fokus Sebelum Bisnis Anda Memasuki Tahap Pendanaan

Mengamankan pendanaan bukan sesuatu yang secara instan didapatkan. Ada beberapa fokus yang harus dikerjakan dan harus dicapai oleh startup. Wil Schroter, Founder & CEO, Startup.co membagi tips mengenai beberapa fokus dan hal-hal yang perlu disiapkan sebelum memasuki tahap pendanaan. Continue reading Beberapa Fokus Sebelum Bisnis Anda Memasuki Tahap Pendanaan

Empat Hal Yang Membuat Startup Anda Kemungkinan Besar Mendapatkan Pendanaan

Hal yang biasa diperhatikan saat perbincangan dengan venture capital / Shutterstock

Pendanaan bagi sebagian besar startup mungkin masuk dalam daftar rencana yang sudah ditulis sebelum startup mulai diluncurkan. Bagi startup yang memiliki rencana demikian, pertemuan dengan venture capital adalah sebuah momen yang tentu sangat krusial dan bahkan menjadi sangat penting. CEO Cloapp Alex Lewerentz dalam sebuah tulisan di Medium tentang empat hal yang krusial menentukan perolehan pendanaan bagi sebuah startup. Continue reading Empat Hal Yang Membuat Startup Anda Kemungkinan Besar Mendapatkan Pendanaan

Mengoptimalkan Penggalangan Dana Bagi Pendiri Baru Startup

Ketika usaha sudah dijalankan sesuai dengan ide bisnis yang ada, adalah menjadi suatu hal yang penting bagi pendiri baru perusahaan rintisan untuk meningkatkan jumlah modal usaha. Jika dijalankan dengan benar, bukan hanya investor yang didapatkan namun juga pengetahuan dan jaringan yang luas di kalangan venture capital, angel investor, dan lainnya. Tips DailySocial kali ini adalah seputar pencarian dana untuk penambahan modal perusahaan rintisan terutama bagi para pendiri baru, seperti yang ditulis oleh Founder & CEO Glassbreakers Eileen Carey.

Hal mendasar yang harus diketahui

Sebelum mulai melakukan penggalangan dana daftarkan terlebih dahulu startup Anda sebagai perusahaan. Hal ini penting bagi pendiri yang nantinya bertanggung jawab melaporkan hal tersebut kepada co-founder, dewan direksi, hingga para investor. Hal penting lainnya yang bisa dilakukan oleh perusahaan rintisan adalah untuk mendaftarkan hak patennya agar terhindar dari penjiplakan di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Kementerian Hukum dan HAM.

Untuk urusan keuangan, buatlah rekening khusus untuk startup agar nantinya ketika pendanaan sudah diperoleh dapat langsung di transfer ke rekening milik perusahaan.

Selanjutnya seorang pendiri harus memahami bahwa hanya investor yang terakreditasi yang bisa memberikan pendanaan. Hal ini penting terutama untuk Anda pendiri baru yang mulai melakukan fundraising pada tahun pertama. Jika Anda tidak yakin investor terakreditasi, pengacara Anda dapat membantu membuat konsep surat untuk ditandatangani dengan rincian apa yang mendefinisikan “investor terakreditasi” untuk mengkonfirmasi investor tersebut telah memenuhi kriteria.

Menyiapkan diri untuk kesuksesan

Meluncurkan startup tidak mudah. Jika Anda bakal meluncurkan sebuah startup teknologi dan Anda tidak menguasai hal-hal teknis, tidak memiliki produk, desain atau perangkat lunak, sebagai pendiri Anda perlu bermitra dengan co-founder yang mengerti tentang pemrograman, coding, dan hal-hal teknis lainnya. Begitu juga sebaliknya, jika Anda sebagai pendiri kurang menguasai hal-hal pemasaran hingga memperluas jaringan, maka Anda pun memerlukan co-founder yang dinamis dan mengetahui hal-hal tersebut. Saling mengisi satu sama lain adalah salah satu kunci kesuksesan dari kemajuan usaha Anda. Di awal usaha menghabiskan waktu untuk sekedar brainstorming atau mengetahui visi dan misi satu sama lain dengan co-founder bisa menciptakan chemistry yang baik.

Penggalangan dana merupakan proses yang sulit dan menguras tenaga. Adalah menjadi hal yang krusial bagi pendiri perusahaan rintisan baru untuk memiliki sedikit dana sebelum melakukan pitching kepada venture capital atau investor. Sebelum melakukan penggalangan dana, lakukan dulu bootstrap sesuai dengan kemampuan anda sebagai founder dan tentunya bantuan dari co-founder. Bantuan pendanaan dari kalangan terdekat, seperti keluarga, teman dan lainnya bukan hanya bermanfaat untuk pendanaan awal, namun juga sebagai tes atau latihan bahwa model bisnis Anda dapat diterima dengan baik oleh mereka.

Obligasi konversi vs pembiayaan ekuitas

Sebelumnya perlu diketahui terlebih dahulu fungsi dan perbedaan obligasi konversi dan pembiayaan ekuitas, serta mana yang lebih baik dan diperlukan ketika perusahaan rintisan baru saja mulai berjalan. Belajar dari pengalaman, Founder & CEO Glassbreakers Eileen Carey saat memulai usaha memilih menerapkan obligasi konversi. Mengapa demikian? Karena dengan begitu startup berhak untuk menentukan aturan. Penerbitan obligasi pada rasio pertukaran yang sudah ditentukan lebih cepat daripada mendapatkan dana dari angel investor.

Sementara itu pembiayaan ekuitas berkisar dari teman, keluarga, angel investor, dan venture capital. Penempatan dana dari investor ini dikonversi menjadi bagian saham pada bisnis startup tersebut. Diperlukan persiapan serta produk yang benar-benar siap sebelum melakukan pitching kepada angel investor dan venture capital.

Kedua proses pitching tersebut memiliki aturan dan sifat yang berbeda, disarankan untuk perusahaan rintisan yang baru saja memulai usahanya memilih obligasi konversi terlebih dahulu. Jika benar-benar siap baru dilakukan pembiayaan ekuitas.

Sebagai CEO,  adalah hal yang penting untuk mengetahui tentang pembukuan, pembiayaan ekuitas, hingga obligasi konversi. Jika belum mengerti secara keseluruhan, paling tidak perlu diketahui hal-hal mendasar seputar manajemen keuangan.

Hal lain yang perlu diperhatikan oleh pendiri perusahaan rintisan di tahun pertama adalah perlunya dibentuk arah yang akan ditempuh demi perkembangan dari perusahaan. Jika nantinya saat penggalangan dana ada beberapa investor yang ingin melakukan kuasa/kontrol penuh terhadap perusahaan Anda dan masuk dalam dewan direksi, disarankan untuk menolak kesepakatan tersebut. Yang penting adalah Anda dan tim berdiri secara independen tanpa adanya campur tangan dari investor di dalam organisasi perusahaan Anda.

Mencari Angel Investor

Pelajari lebih mendalam startup yang memberikan produk dan layanan yang serupa dengan Anda. Mencari angel investor artinya Anda sebagai pendiri harus melakukan kegiatan di luar kantor seperti menghadiri konferensi, workshop, kompetisi dan acara networking lainnya. Dengan demikian startup Anda pun akan lebih dikenal dan lebih mudah untuk mempromosikan produk yang telah Anda miliki kepada angel investor. Perluas jaringan Anda di luar kota. Jika perusahaan rintisan Anda berbasis di Jakarta, coba lebarkan networking ke luar kota hingga luar negeri.

Jangan berkecil hati ketika  mendapatkan penolakan dari angel investor. Ciptakan terus hubungan yang baik dengan mereka dengan cara mengirimkan berita terbaru mengenai perkembangan terkini tentang perusahaan rintisan anda.

Bidik investor dengan minat yang sama

Jika produk yang dibuat bersentuhan dengan konsumen perempuan coba temukan seorang angel investor perempuan. Nantinya dengan mudah Anda sebagai pendiri dapat menciptakan storytelling yang mudah dimengerti dan diterima oleh angel investor tersebut. Begitu juga dengan bidang lain seperti finansial, pendidikan hingga kesehatan, coba temukan pola yang sesuai antara produk yang Anda hasilkan dengan angel investor yang memiliki latar belakang yang sama.

Akselerator

Jika diperlukan, bisa juga startup Anda mendapatkan bantuan berupa mentoring, perbaikan, hingga pembiayaan dengan mengikuti proram akselerasi. Nantinya Anda pun dapat melakukan networking dengan para investor hingga venture capital yang biasanya disiapkan oleh akselerator tersebut. Hindari beberapa akselerator yang meminta bagian ekuitas dari startup anda, demi mendapatkan mentoring dan networking.

Pitch Deck

Jika ingin sukses menarik perhatian angel investor dan venture capital saat proses pitching, buat pitch deck yang tersusun rapi dan sarat dengan cerita dibalik produk yang dibuat. Nantinya akan banyak perubahan yang Anda buat untuk menyempurnakan pitch deck. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah deck harus berisikan masalah yang ada, solusi, misi hingga pendanaan. Buatlah pitch deck minimal 12 slide lengkap dengan appendix dan riset dan tambahan informasi yang diperlukan.

Saat proses penggalangan dana startup Anda kerap mendapatkan penolakan dari angel investor hingga venture capital, jangan pernah putus asa. Masalahnya bukan pada startup Anda, Anda belum menemukan investor yang tepat. Jalani proses yang ada dan terus perbaiki produk yang Anda miliki demi mendapatkan pendanaan baru dari investor yang tepat.