Gabungan Sensorial dan Komunitas, Hipotesis Female Daily Buka Toko Offline

Berawal dari hobi Hanifa Ambadar menulis blog soal kecantikan dan fesyen di 2005, kini Female Daily turut meramaikan industri ritel kecantikan dengan masuk ke toko offline. Toko pertamanya berlokasi di Trans Icon Mall Surabaya yang diresmikan pada awal Agustus kemarin.

Keputusan ekspansi ini menurut Hanifa tak terlepas dari keyakinan awal bahwa industri kecantikan itu sangat sensorial. Artinya, konsumen perlu melihat, mencium, meraba tekstur, dan mencoba-coba produk agar lebih yakin dengan apa yang dibeli. Pengalaman tersebut tentunya berbeda jauh saat beli barang fesyen atau kuliner yang cukup dilihat dari visual secara online yang menarik dapat langsung menarik minat beli.

Dalam wawancara singkat bersama DailySocial.id, Co-founder dan CEO Female Daily Hanifa Ambadar bercerita, atas dasar keyakinan tersebut makanya perusahaan kerap rutin membuat acara tahunan “xBeauty”, baik dalam skala maupun kecil. Yang terbesar adalah Jakarta x Beauty yang terlaksana pada Juli 2022, sukses mendatangkan 93 ribu pengunjung.

“Female Daily kuat dengan konten, komunitas, dan beauty review dalam platform-nya. Jadi it’s only a natural expansion kami akhirnya punya e-commerce sendiri dan juga retail store-nya,” kata Hani, sapaan akrab Hanifa.

Perusahaan pertama kali merilis situs e-commerce Beauty Studio pada Juli 2020, saat awal pandemi. Adapun toko pertamanya “Female Beauty Studio” ini diklaim terbesar di vertikal toko kecantikan di Indonesia seluas 1.300 meter persegi. Katalog produknya mayoritas adalah merek lokal dengan SKU terlengkap, sisanya juga ada merek internasional.

Dalam toko tersebut secara rutin di akhir pekan membuat aktivitas bersama komunitas Female Daily atau komunitas lainnya di Surabaya. Tak hanya produk kecantikan, perusahaan juga menyediakan salon. Konsumen dapat cuci blow, potong rambut, manicure, pedicure, dan blow treatment. “Jadi benar-benar everything in one place.”

Nantinya, toko akan didukung dengan teknologi digital yang perlahan akan direalisasikan. Namun gambaran intinya adalah omnichannel, menggabungkan pengalaman online dan offline. Mulai dari scan barcode di offline untuk melihat review di aplikasi, menyatukan points antara pembelanjaan offline dan online, serta rencana untuk beli online dan diambil di toko.

Alasan memilih Surabaya, sambung Hani, karna mal ini punya kapasitas yang luas sesuai kebutuhan perusahaan. Ditambah lagi, ini adalah mal baru sehingga belum ada toko kecantikan untuk para pengunjung. Kebetulan lainnya, Trans Icon Mall Surabaya dimiliki oleh CT Corp, induk Female Daily, sehingga ada privilege untuk memanfaatkan ekosistem dalam grup.

“Pasti kami akan memprioritaskan juga mal-mal milik CT Corp karena kerja samanya akan lebih mudah. Pastinya kami akan ke kota-kota besar lainnya dulu, sebelum masuk ke kota yang lebih kecil. Karena HQ kami di Jakarta, harus segera ada di Jakarta juga dong ya.”

Sebagai catatan, Trans Icon Mall Surabaya merupakan bagian dari Trans Shopping Mall Group CT Corpora. Hingga kini, Trans Shopping Mall Group membawahi Trans Studio Mall Bandung, Trans Studio Mall Makassar, Trans Studio Mall Bali, Trans Studio Mall Cibubur, Transpark Mall Bintaro, Transpark Mall Juanda, Transmart Mall di seluruh Indonesia, dan kini Trans Icon Mall Surabaya.

Sudah cetak untung

Kebutuhan produk kecantikan saat ini tidak lagi melihat gender. Alias laki-laki pun perlu merawat diri, meski cakupan produknya tidak seluas kebutuhan perempuan. Alhasil cakupan pangsa pasarnya semakin luas dan semakin menarik untuk digeluti.

Dalam data Female Daily misalnya, profil pengguna yang terekspos dengan produk kecantikan dan bergabung semakin muda. Rata-rata berumur 14 tahun. Kelompok usia ini sudah mulai memakai produk perawatan kulit dan make up secara tipis-tipis. Secara umum, traffic dan jumlah anggota komunitas Female Daily tumbuh 200% tiap tahunnya.

“Selain itu, market laki-laki juga meluas, semakin banyak laki-laki yang aware dengan pentingnya merawat kulit dan mereka pun ingin kulitnya sehat. Apalagi kan mereka enggak pakai make up jadi lebih penting lagi untuk kulitnya terlihat terawat. Ini turut didukung dengan serbuan Hallyu (Korean wave) yang tentunya makin membuat para laki-laki ini melihat bahwa memang normal untuk laki-laki merawat kulit.”

Dalam upaya menjadi perusahaan yang berkelanjutan, Hani mengaku saat ini perusahaan sudah mencapai titik untung dan tidak aktif mencari kebutuhan pendanaan baru. Meski begitu, ia tidak menutup potensi investasi atau kerja sama lainnya yang dapat mendukung Female Daily bergerak lebih cepat dan tumbuh lebih pesat lagi.

“Female Daily hadir sebelum industri startup bermunculan dan venture capitals berdatangan. Jadi dari awal mindset kami masih cukup konvensional, di mana yang namanya bisnis harus self sustained dan harus profitable. Jadi saat ini kami sudah profitable,” pungkasnya.

Siapa CEO Perempuan di Balik Beauty Startup Indonesia?

Beberapa tahun terakhir industri kecantikan di Indonesia cukup naik daun. Industri kecantikan juga identik dengan perempuan. Walau tidak dipungkiri laki-laki juga bisa mengambil peran dalam industri ini. Namun, apakah kamu tahu beauty startup kenamaan Indonesia memiliki CEO perempuan?

Ya, saat ini sudah banyak perempuan yang bisa mengambil posisi tinggi dalam sebuah perusahaan. Apalagi dengan hadirnya industri kecantikan, yang membuat startup beauty tech, beauty product lokal, dan komunitas kecantikan kembali naik dan bersaing.

Siapa saja CEO perempuan di balik beauty startup Indonesia? Yuk, simak artikel berikut!

CEO Perempuan di Beauty Startup Indonesia

Chief of executive atau yang lebih sering disebut sebagai CEO adalah posisi tertinggi di sebuah perusahaan rintisan atau startup yang memiliki tanggung jawab untuk menjalankan visi dan misi perusahaan dan juga mengawasi operasionalnya.

Namun, saat ini posisi CEO sudah tidak lagi diisi dengan laki-laki, karena perempuan juga bisa mengembangkan karirnya di posisi chief executive, terutama dalam beauty startup yang sebagian besar masih identik dengan perempuan.

Berikut adalah CEO perempuan di beauty startup yang wajib kamu ketahui!

1. Hanifa Ambadar

Female Daily, salah satu forum wanita yang cukup besar di Indonesia. Kamu juga pasti sudah tidak asing lagi dengan Female Daily. Beautytech ini sudah hadir sejak 2005 di mana saat itu masih berbasis blog. Namun, sekarang Female Daily sudah memiliki aplikasi dan beauty studio dengan 50 juta pengikut dengan 4 juta unique user per bulannya.

Pertumbuhan Female Daily juga tidak lain adanya campur tangan dari Hanifa Ambadar yang memulainya dari sebuah blog untuk berbagi review terkait produk kecantikan, dari sekadar hobi menulis blog hingga akhirnya ia memutuskan untuk membuat blog nya lebih profesional dengan membeli domain dan berkolaborasi dengan Affi Assegaf yang juga seorang blogger.

2. Sreejita Deb

Sreejita Deb adalah founder sekaligus CEO Raena platform reseller produk kecantikan. Dengan gelar MBA dari Harvard Business School dan pengalamannya bekerja di perusahaan raksasa seperti Google, Amazon, dan juga InMobi, Deb memutuskan untuk mendirikan bisnis berbasis sosial commerce di tahun 2018.

Awalnya Deb ingin membuka bisnisnya di dua negara yaitu India dan Indonesia, hal ini karena kedua negara tersebut memiliki jumlah penduduk pengakses media sosial yang besar. Namun, setelah riset terkait penggunaan Instagram dan pengguna media sosial wanita lebih banyak akhirnya ia memilih untuk membukanya di Indonesia.

Raena sendiri akhirnya tercetus di tahun 2019 setelah berganti nama dari bisnis sebelumnya dan memiliki kantor pusat di Singapura, Raena juga sudah memiliki investor dari berbagai nama dan juga ia bekerja sama dengan beauty influencer yaitu Moonella Sunshine Jo.

Kemudian, dengan kerjasama tersebut Raena dan keluarga Jo merilis produk orisinal mereka dengan merk Lalabee.

3. Yaumi Fauziah

Mungkin kamu sudah tidak asing lagi dengan Base, startup produk kecantikan dan wellness direct-to-consumer (DTC). Pendiri dan CEO Base adalah Yaumi Fauziah yang juga eks Head of Marketing Gojek.

Awal mula munculnya Base adalah sebagai situs blog perawatan kulit pada tahun 2017 dan dimulai dari saat itu juga Yaumi aktif untuk berinteraksi dengan anggota komunitas di akun media sosialnya.

Kemudian, akhirnya Base bertransformasi menjadi situs e-commerce dan akhirnya meluncurkan produknya sendiri yaitu rangkaian produk kecantikan yang disesuaikan secara personal dengan kondisi kulit penggunanya. Base juga menggunakan teknologi eksklusif yaitu Smart Skin Test.

Saat ini Base sudah mendapatkan pendanaan pra-seri A yang didapatkan dari berbagai investor lama, investor baru, dan juga angel investor 

Dari ketiga CEO perempuan di atas menunjukkan bila perempuan juga bisa mengisi posisi tertinggi. Kamu juga bisa menjadi seperti mereka karena faktanya potensi kecantikan di Indonesia cukup tinggi mencapai $3 miliar.

Beautytech dan Perannya Membentuk Industri Kecantikan

Industri kecantikan tak dimungkiri menjadi salah satu yang paling naik daun dalam setengah dekade terakhir. Female Daily adalah bagian dari saksi melambungnya industri ini. Sebagai platform komunitas online di bidang kecantikan.

Co-Founder & CEO Female Daily Hanifa Ambadar mengatakan, ada sejumlah faktor pasar kecantikan kian membesar. Tren global, kemunculan merek-merek lokal, hingga serbuan kultur K-Drama dan K-Pop yang berakibat banyaknya produk kosmetik asal Korea yang mencoba peruntungan di sini. Platform review seperti Female Daily mengamplifikasi semua hal tersebut sehingga menghasilkan ekosistem yang lengkap.

“Sampai sekarang apa yang kita bangun di Female Daily itu berdasarkan feedback user,” ujar Hanifa.

Dalam #SelasaStartup minggu keempat bulan Juli, Hanifa menjelaskan bagaimana beautytech seperti Female Daily membentuk industri kecantikan, mulai dari aspek kemunculan pelaku industri, makin beragamnya produk yang ditawarkan, hingga perubahan perilaku konsumen produk kecantikan.

Komunitas sebagai kunci

Kiprah Female Daily sebagai beautytech sejak 2005 tak bisa lepas dari peran basis komunitas mereka yang kuat. Hanifa menilai, kuatnya komunitas tak lepas dari kualitas anggotanya di masa awal mereka berdiri. Model bisnis di masa lampau membuat mereka tumbuh secara organik meski di satu sisi butuh waktu yang lebih lama untuk bisnisnya tumbuh.

Berawal dari blog, kini Female Daily adalah platform yang memiliki 50 juta anggota dengan 4 juta unique users per bulan. Besarnya komunitas berbanding lurus dengan pengaruh mereka ke industri. Hanifa memberi contoh ketika ada rencana peluncuran produk dari suatu merek, maka si pemilik produk akan menggandeng Female Daily untuk mendengar masukan dari anggota komunitas.

Tidak perlu heran jika platform review seperti Female Daily bisa punya pengaruh sekuat itu. Pasalnya pengetahuan para anggotanya tentang kosmetik dan kecantikan tak bisa diremehkan. Ada yang bekas majalah fesyen, ada yang pernah bekerja di industri fesyen. Menjadi yang paling cepat mewadahi pengetahuan orang-orang itu adalah sebuah keuntungan.

Namun besarnya komunitas Female Daily tak tercapai dalam semalam. Sebagai salah satu platform pertama yang membahas serba-serbi kecantikan, Female Daily membuka diri dan merawat anggotanya agar tempatnya jadi pilihan utama para beauty enthusiast. Salah satu bentuknya adalah mempererat hubungan antara anggota dengan perusahaan.

“Kita juga di awal nutruring lewat offline events. Walaupun kita online community tapi kedekatan itu juga lebih erat karena adanya offline event,” imbuh Hanifa.

Pengaruh ke pelaku industri 

Berkembangnya beautytech seperti Female Daily mempercepat penyebaran informasi produk kecantikan. Menurut Hanifa perusahaan kosmetik terbantu kehadiran beautytech karena produk mereka punya kesempatan disorot ke audiens yang lebih luas serta mendapat masukan yang lebih dalam tentang produknya.

“Sekarang hampir semua perusahaan kecantikan punya satu orang khusus untuk mempelajari semua percakapan yang ada di Female Daily.”

Suara-suara konsumen itu tak hanya dijadikan bekal membuat produk berikutnya, tapi juga membaca selera dan manuver kompetitor, serta merancang kampanye pemasaran. Menurut Hanifa hal itu terutama dilakukan oleh merek lokal. Ia juga menambahkan saat ini tren yang berkembang di industri kecantikan memang melibatkan konsumen dalam menentukan produk berikutnya.

Mengubah perilaku konsumen

Selain ke produsen kecantikan, kehadiran beautytech tentu turut mengubah perilaku konsumen produk kecantikan. Satu hal yang paling disadari oleh Hanifa adalah review sudah jadi kebiasaan tak terpisahkan dari konsumen saat ini. Konsumen juga jauh lebih lapar akan informasi produk kecantikan yang hendak dibeli.

Makin mudanya penikmat produk kecantikan juga ditengarai berpengaruh terhadap perilaku konsumen. Contohnya adalah selektifnya mereka karena menyesuaikan bujet yang terbatas. Maka rekomendasi dan hasil review menjadi pegangan utama mereka.

“Yang kedua menurutku adalah kecintaan terhadap merek lokal. Jadi sekarang banyak orang yang dukung merek lokal bukan karena lokalnya saja, tapi juga karena produknya yang keren-keren,” ucap Hanifa.

Tantangan yang masih dihadapi

Hanifa menekankan tantangan mereka sebagai platform online adalah sebaran informasi tentang kecantikan yang lebih luas. Jika dahulu sumber distraksi masih cukup terbatas, kini jauh berbeda. Tanpa faktor pembeda, orang tidak bisa lagi berlama-lama di dalam satu situs saja karena sumber distraksi makin banyak. Female Daily berkeinginan menjadi satu ekosistem terpadu tentang produk kecantikan.

Salah satu masalah itu terjadi ketika seseorang hendak mencari informasi tentang suatu produk yang ingin ia beli, namun ia harus mengunjungi situs/aplikasi/tempat lain untuk membeli barang yang dicari. Maka dari itu Female Daily mendirikan Beauty Studio, e-commerce produk kecantikan yang melengkapi ekosistem mereka.

“Jadi kita mikir bagaimana caranya agar user kita enggak ke mana-mana lagi. Terekspos, diskusi, beli di situ, memberi review, jadi satu ekosistem untuk memfasilitasi journey customer di Female Daily,” lengkap Hanifa.

Menurut Hanifa sebenarnya masih ada satu hal yang ingin mereka lengkapi dalam ekosistem Female Daily yakni toko ritel fisik. Produk kecantikan memang bergantung penginderaan manusia. Namun pandemi memundurkan rencana tersebut yang tadinya ingin dieksekusi akhir tahun ini.

Di samping itu, Hanifa juga berharap mereka dapat menggunakan kecerdasan buatan (AI) yang lebih jauh di platform mereka. Ia menyebut teknologi itu dapat memudahkan pengguna memperoleh rekomendasi produk kecantikan yang sesuai dengan preferensi dan kebutuhannya.

“Yang menarik beauty itu banyak banget datanya. Jadi kalau misal aku review product, ketahuan aku sukanya produk apa saja, komposisi apa saja, dan formulasi apa saja. itu bisa ditebak dan dipelajari,”

CT Corp is Reportedly to Finalize the Acquisition Over Female Daily Network

The first time it was covered by DealStreetAsia, DailySocial aware that CT Corp is to finalize the acquisition process of the women focused media, Female Daily Network. The service will work independently while the founders stay and hold the minor shares. The Co-Founder, Affi Assegaf had previously resigned from the management due to personal issue.

According to a source, Female Daily Network has been looking for strategic partners to support the company’s plans since last year, particularly to enter the related e-commerce industry.

CT Corp has Trans Media (in charge of Detikcom, CNN Indonesia, and CNBC Indonesia) and Trans Fashion (which owns such brands as Aigner, Tods, Jimmy Choo, and Furla) suitable with the vision.

The company has received a million dollar funding in 2014 from Ideosource, SMDV, and Convergence Ventures. In its journey, Female Daily Network has acquired mobile tech consultant, J-Technologies to support its product solutions.

In the previous interview with DailySocial, Hanifa Ambadar as the CEO said, “We are now having around two million users. In line with our commitment to focus on 99% beauty related information since 2014, the number is predicted to increase along the way.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

CT Corp Dikabarkan Segera Selesaikan Akuisisi Terhadap Female Daily Network

Pertama kali diangkat oleh DealStreetAsia, DailySocial memahami bahwa CT Corp segera menyelesaikan proses akuisisi terhadap layanan media yang fokus ke audience perempuan Female Daily Network. Layanan akan tetap beroperasi secara independen, sementara para pendiri akan tetap berada di perusahaan dan memegang saham minoritas. Co-Founder Affi Assegaf sebelumnya sudah keluar dari jajaran manajemen karena urusan pribadi.

Female Daily Network, menurut sumber kami, sejak tahun lalu memang mencari mitra strategis untuk mendukung rencana-rencana perusahaan, terutama masuk ke industri e-commerce yang bersesuaian.

CT Corp memiliki Trans Media (yang membawahi Detikcom, CNN Indonesia, dan CNBC Indonesia) dan Trans Fashion (yang memiliki brand seperti Aigner, Tods, Jimmy Choo, dan Furla) yang disebut cocok dengan visi tersebut.

Perusahaan telah memperoleh pendanaan satu juta dollar di tahun 2014 dari Ideosource, SMDV, dan Convergence Ventures. Dalam perjalanannya, Female Daily Network telah mengakuisisi konsultan teknologi mobile J-Technologies untuk mendukung solusi produknya.

Dalam wawancara terdahulu dengan DailySocial, CEO Hanifa Ambadar mengatakan, “Saat ini kami sudah memiliki sekitar dua juta pengguna. Sesuai dengan komitmen kita yang fokus kepada informasi seputar dunia kecantikan sebanyak 99% sejak tahun 2014, diperkirakan jumlah pengguna kami akan makin bertambah.”

Application Information Will Show Up Here

Mendalami Isu Seksisme di Dunia Startup Indonesia

Beberapa pekan terakhir, Silicon Valley diguncang dengan adanya dugaan pelecehan seksual. Bak bola salju, kabar tersebut lamban laun membuat satu per satu muncul permintaan maaf dan pengunduran diri yang dilayangkan para pelaku, yang adalah petinggi perusahaan dan investor, terkait tindakan yang pernah mereka lakukan untuk rekan kerja perempuan mereka.

Tentu saja, hal ini membuat dinamika antara investor dengan pelaku startup, terutama untuk perempuan, jadi terganggu.

Rendahnya pengakuan hingga penghargaan di dunia startup kepada para eksekutif perempuan, nampaknya tidak hanya terjadi di Silicon Valley, tapi juga di Indonesia. Meskipun demikian, dugaan pelecehan seksual di lanskap startup Indonesia sejauh ini belum pernah terjadi atau setidaknya belum pernah muncul secara publik.

Dari kacamata orang yang sering berkecimpung dengan investor asing, Director ANGIN David Soukhasing mengungkapkan, berdasarkan pengalamannya, tindakan seksisme di Silicon Valley memang terjadi, namun banyak yang menghiraukannya. Kesempatan kerja di VC dan perusahaan teknologi memang mayoritas dikuasai laki-laki. Membuat kesempatan bagi perempuan mendapatkan posisi teratas jadi lebih sulit.

Bagi perempuan di Silicon Valley, mereka pun mengantisipasinya dengan tindakan preventif dengan pengamanan ekstra. Mulai dari menjaga cara berperilaku saat pesta, acara startup, rapat, perjalanan bisnis, dan lainnya. Tentu saja, tindakan ini membuat mereka jadi lebih tertekan dengan berbagai stereotipe tersebut.

Untuk kondisi di Indonesia, dirinya mengaku belum pernah melihat atau mendengar tentang perilaku seksisme, seperti pelecehan seksual yang menimpa startup di Indonesia.

“Terus terang, saya belum pernah melihat atau mendengar tindakan seksisme di startup Indonesia,” katanya.

Untuk mendukung pernyataan Soukhasing, DailySocial pun mencoba untuk menghubungi sejumlah pelaku startup beserta investor untuk mengecek kondisi terkini di Indonesia.

Setidaknya dari jawaban yang dikumpulkan, ada dua alasan yang menyatakan tindakan seksisme belum terdengar di dunia startup Indonesia, yaitu lebih terdengarnya isu kesetaraan gender dan minimnya jumlah perempuan bekerja di startup.

Isu kesetaraan gender

Menurut Partner Patamar Capital Dondi Hananto, kejadian yang menimpa di Silicon Valley jauh berbeda dengan Indonesia. Menurutnya, kondisi di Indonesia lebih mengarah ke arah kesetaraan gender, juga bukan karena diskriminasi. Ini terlihat dari minimnya jumlah perempuan memegang posisi di level senior, baik di VC maupun perusahaan startup pada umumnya.

Tak hanya di Indonesia, sambungnya, kesetaraan gender memang masih menjadi isu di Asia. Jarang ada perempuan yang menduduki posisi sebagai partner di VC. Bahkan di Amerika Serikat pun, diperkirakan posisi senior yang dipegang oleh perempuan hanya sekitar 12% dari seluruh perusahaan teknologi.

“[Di Indonesia] kalau sampai pada pelecehan fisik dan verbal, mungkin enggak ya, atau at least enggak kentara. Mungkin lebih tepatnya gender balance ya. Not sure apakah ini akibat dari intentional sexism atau unconscious gender bias. Gejala yang terlihat adalah jumlah perempuan di level senior dalam VC maupun startup in general [yang minim],” terang Dondi.

Partisipasi perempuan bekerja di dunia startup masih minim

Founder dan CCO Zetta Media Network Aulia Halimatussadiah, yang akrab dipanggil Ollie, mengaku dirinya belum pernah mendengar isu kekerasan seksual perempuan dalam dunia startup Indonesia. Dia malah menekankan isu yang kini masih terjadi di Indonesia adalah masih minimnya jumlah perempuan yang terjun ke dunia startup.

Minimnya partisipasi, menurutnya, kemungkinan besar bukan karena terjadinya diskriminasi. Sebab, dia melihat kondisi saat ini ada banyak pintu karir yang terbuka lebar untuk perempuan Indonesia berkarir di startup. Mulai dari kesempatan belajar dan kesempatan kerja yang sama.

Ollie menilai minimnya tingkat partisipasi perempuan di dunia startup bisa jadi dikarenakan perempuan itu sendiri yang ragu karena dunianya yang jauh berbeda dengan kerja kantoran.

“Belum lagi berbagai ketakutan pribadi karena tidak familiar dengan industri teknologi in general,” ucap Ollie.

Memperkuat pernyataan Dondi dan Ollie, Founder dan CEO Female Daily Hanifa Ambadar mengatakan lanskap startup di Indonesia terbilang kecil, sehingga jika ada kejadian buruk atau kurang menyenangkan akan langsung tersebar ke publik. Menjadi kecil kemungkinannya pelecehan seksual terjadi di dunia startup Indonesia.

“Saya juga cukup dekat dengan perempuan yang di tech industry, so far belum pernah mendapatkan cerita tentang sexism atau pelecehan seksual. Semoga memang tidak ada,” kata Hanifa.

Dia melanjutkan perusahaan digital di Indonesia tergolong sempit karena orangnya itu-itu saja. Semua orang jadi kenal satu sama lain. Tindakan “aneh” dengan instan akan tersebar dan mengancam reputasi mereka sendiri.

Untuk mendukung jumlah partisipasi perempuan dan sekaligus meminimalisir bentuk tindakan negatif, Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca mengatakan investee company-nya menggunakan penilaian kinerja secara profesional untuk seluruh karyawannya.

“Terus terang, kita tidak pernah memilah-milah soal gender, background, pendidikan, dan lainnya. Setiap staf atau founder, kami hormati dengan pantas. Hanya saja, untuk perempuan kami ada perhatian ekstra bila mereka pulang malam,” tutur Willson.

Kondisi startup di Indonesia yang masih minim diisi perempuan, terutama untuk posisi senior dan engineer, dapat dijadikan sebagai kesempatan untuk menekankan sikap profesional dalam hal penilaian kinerja. Jika banyak perempuan menempati posisi tinggi di dunia startup, ke depannya, bisa menjadi upaya efektif dalam meminimalisir terjadinya pelecehan di kemudian hari.


Yenny Yusra berpartisipasi dalam pembuatan artikel ini

Female Daily Network Tahun Ini Fokus Meningkatkan Pendapatan dan Pengguna Aktif Melalui Aplikasi Mobile

Platform komunitas online perempuan Female Daily menargetkan pencapaian bisnis yang lebih signifikan di 2017, pasca diluncurkannya aplikasi mobile awal tahun ini. Female Daily akan memaksimalkan konten berbau kecantikan di berbagai platform, bekerja sama dengan pemilik brand, salon dan spa untuk memperkuat kehadirannya di jalur offline. Tak hanya itu, perusahaan juga berniat menggalang dana segar baru.

Peluncuran aplikasi ini merupakan hasil pasca akuisisi perusahaan pengembang aplikasi J-Technologies (J-TECH) pada kuartal tiga tahun lalu. Situs Female Daily sendiri sudah ada sejak 2005 silam.

Co-Founder dan CEO Female Daily Hanifa Ambadar mengatakan pihaknya ingin meningkatkan jumlah unduhan dan pengguna aktif bulanan lewat aplikasi. Saat ini format aplikasi yang disediakan Female Daily masih berupa model view presenter (MVP), sehingga tidak semua fitur yang ada di desktop sudah tersedia di aplikasi.

Untuk membaca artikel, pembaca akan diarahkan ke situs, begitu juga untuk forum. Padahal, dia menyadari dari sisi traffic 80% pembaca datang dari mobile.

“Tapi nanti semua akan ada di aplikasi, walaupun bisa juga diakses dari situs. Kami berharap dengan adanya aplikasi akan jauh lebih memudahkan pembaca untuk mencari informasi dan berinteraksi. Impian kami di setiap ponsel milik perempuan ada aplikasi kami,” terang Hanifa kepada DailySocial.

Kegiatan pemasaran yang akan dilakukan Female Daily pada tahun ini agak sedikit berbeda di banding tahun lalu. Tahun ini Mommies Daily tidak akan dikesampingkan, karena banyak potensi yang bisa digali dari Mommies Daily.

Sepanjang tahun lalu, kinerja bisnis Female Daily dari segi pengguna aktif bulanan naik 30% secara year-on-year dengan 2 juta pengguna. Dia mengaku kenaikan ini 95% disebabkan faktor organik. Pengunjung secara repetitif terus berkunjung ke situs. Di sisi penjualan, disebutkan ada kenaikan 40% dibandingkan tahun sebelumnya.

“Kami merasa harusnya tahun ini bisa jauh lebih tinggi untuk kedua sisi tersebut. But considering dunia digital di 2016 lesu banget banyak yang tutup dan layoff, sepertinya pencapaian kami not bad at all. After all we are building the company to last, bukan hanya mencari significant growth dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.”

Hanifa menekankan sejak pertama kali Female Daily berdiri perusahaan sudah mulai monetisasi bisnis. Adapun sumber monetisasi perusahaan berasal dari content & community engagement, bekerja sama dengan perusahaan agensi dan brand.

Brand-nya pun tidak hanya produk kecantikan, tapi juga FMCG, appliances, banking, dan lain sebagainya.”

Terkait penggalangan dana segar, pihaknya memastikan akan dilaksanakan pada tahun ini. Aksi memang dibutuhkan perusahaan karena tujuannya untuk meningkatkan skalabilitas bisnis. “Rencananya tahun ini kami akan fundraising karena memang untuk scale up butuh dana yang tidak sedikit.”

Terakhir, perusahaan mendapatkan suntikan dana dari tiga perusahaan modal ventura dari Ideosource, Convergence, dan SMDV. Sebelumnya, di 2012 perusahaan mendapat suntikan dari angel investor.

Application Information Will Show Up Here

Female Daily Akuisisi Pengembang Teknologi Mobile J-Technologies

Platform komunitas online perempuan Female Daily baru-baru ini mengabarkan telah mengakuisisi sebuah perusahaan pengembang teknologi mobile J-Technologies (J-TECH). Dengan pengalamannya selama lebih dari 30 tahun dalam pengembangan perangkat lunak, J-TECH akan memfokuskan pada inovasi berbagai platform teranyar Female Daily. Bersama dengan akuisisi ini, CEO J-TECH Han Kao kini telah bergabung di Female Daily sebagai Chief Product Officer.

Terkait dengan akuisisi ini, Hanifa Ambadar selaku Co-Founder dan CEO Female Daily berujar:

“Perjalanan kami selalu didasari oleh kepentingan audiens, bagaimana memenuhi kebutuhan mereka dan mempermudah keseharian mereka dalam hal dunia kecantikan. Semua yang kami kerjakan akan selalu dibangun atas filosofi tersebut dan tidak akan pernah berubah. Kami percaya Han dan timnya memiliki pengalaman dan semangat besar yang akan membantu mengangkat Female Daily melalui aplikasi mobile terdepan dan menarik bagi perempuan Indonesia.”

Mengembangkan aplikasi mobile dan platform e-commerce

Dengan adanya divisi produk teknologi, Female Daily berencana akan mematangkan aplikasi mobile untuk Android dan iOS. Rencananya aplikasi tersebut akan diterbitkan pertengahan bulan Oktober nanti. Setelah itu, tim tersebut juga akan didayakan untuk merevisit platform dan infrastruktur teknologi Female Daily. Seperti diungkapkan Hanifa, sebelumnya platform teknologi Female Daily dikelola secara outsource. Dengan adanya tim internal, diharapkan akan mampu memfokuskan pengembangan secara lebih gesit sehingga menghasilkan platform yang lebih scalable.

Rencana masuk ke platform e-commerce pun menjadi salah satu inovasi yang akan segera digalakkan. Tahun depan estimasinya. Karena platform ini menjadi salah satu yang ditunggu-tunggu di komunitas Female Daily.

“Kami juga kan punya relationship yang baik dengan pemilik brand, jadi mereka juga sudah dari lama mempertanyakan kapan kami bisa menjual produk-produk mereka. Dalam 2 minggu terakhir, kami membuka http://shop.femaledaily.com, baru ada 1 brand saja di situ karena kami juga masih beta testing, tapi ternyata responnya bagus banget dan kami akan menambah beberapa brand dalam minggu ini. Jadi filosofi Female Daily dari dulu seperti itu, berevolusi sesuai dengan membaca keinginan komunitas,” ujar Hanifa.

Keyakinan Female Daily untuk mendirikan platform e-commerce juga salah satunya didasarkan pada akurasi dan statistik pengguna yang dimiliki. Jumlah registered member saat ini ada di 300.000 pengguna dan Female Daily tahu betul terkait dengan apa yang mereka inginkan untuk produk kecantikan. Insight tersebut yang akan dibawa dan ditawarkan kepada para brand sehingga mampu menjangkau target pengguna yang pas.

Semenjak tahun 2014 lalu mendapatkan pendanaan Seri A dari Convergence Ventures, Ideosource dan Sinar mas Digital Ventures (SMDV), Female Daily telah berkembang begitu pesat. Hingga kuartal terakhir tahun ini, traksi pengunjung mencapai 10 juta pengguna, dengan unique visitors bulanan mencapai 2,3 juta pengguna. Pihaknya pun berkomitmen untuk senantiasa memaksimalkan investasi pada konten berbobot, pengelolaan komunitas dan platform inovatif untuk selalu bisa menghasilkan layanan yang memberikan dampak kepada penggunanya.

“Target tahun ini mendapatkan investasi Seri B,” pungkas Hanifa memaparkan target Female Daily setelah proses akuisisi ini.

Bercerita tentang akuisisi J-TECH, awalnya Female Daily dipertemukan dengan Han oleh salah Managing partner Convergece Ventures Adrian Li. Setelah perbincangan dan penyatuan visi, akhirnya keduanya sepakat untuk bersatu memperlebar cakupan terjang Female Daily. Han menanggapi positif terkait akuisisi ini, karena ia meyakini bersama Female Daily akan mampu melahirkan produk inovatif yang memperkuat loyalitas pengunjung Female Daily.

Roadshow Hub.id Yogyakarta Disambut Antusiasme Penggiat Startup

Dipandu CEO DailySocial, diskusi Hub.id dilaksanakan di Yogyakarta / DailySocial

Roadshow Hub.id kembali digelar pada tanggal 8 Mei 2015 lalu. Kali ini giliran kota pelajar, Yogyakarta, sebagai tempat singgah presentasi narasumber terpilih untuk menginspirasi para startup rookie. Dalam kesempatan ini  Co-Founder Female Daily Affi Assegaf dan CEO eVoucher Danny Baskara dihadirkan sebagai narasumber.

Continue reading Roadshow Hub.id Yogyakarta Disambut Antusiasme Penggiat Startup

Hanifa Ambadar, CEO Female Daily Network, Bicara Tentang Membangun Komunitas

Secara tradisional komunitas terbentuk dalam sebuah ekologi tertentu, berdasarkan mudahnya sekumpulan orang yang bergabung dalam wilayah geografis tertentu. Namun internet telah menggeser pemahaman tersebut, ruang dan fisik tak lagi menjadi batasan. Komunitas online akan mudah terbentuk hanya bermodalkan jaringan internet.

Continue reading Hanifa Ambadar, CEO Female Daily Network, Bicara Tentang Membangun Komunitas