Twitter Luncurkan Layanan Berlangganan Twitter Blue, Tawarkan Sejumlah Fitur Eksklusif untuk Power User

Setelah dinanti-nanti, Twitter akhirnya resmi memperkenalkan layanan berlangganan (subscription) perdananya yang dijuluki Twitter Blue. Di tahap awal peluncurannya ini, untuk sementara Twitter Blue baru tersedia bagi konsumen di dua negara saja, yakni Kanada dan Australia.

Tarif berlangganan Twitter Blue di kedua negara tersebut dipatok 3,49 dolar Kanada (CAD) atau 4,49 dolar Australia (AUD) per bulannya. Masing-masing pelanggan tentu saja bisa menikmati sejumlah fitur eksklusif, seperti misalnya fitur Bookmark Folders, Undo Tweet, Reader Mode, dan opsi kustomisasi tampilan antarmuka.

Bookmark Folders, sesuai namanya, memungkinkan para pelanggan untuk merapikan kumpulan Tweet yang mereka simpan agar lebih mudah dicari ke depannya. Bookmark bukanlah fitur baru di Twitter, dan ke depannya masih akan tersedia bagi seluruh pengguna Twitter. Bedanya, khusus para pelanggan Twitter Blue, mereka dapat menyimpan Tweet di beberapa folder yang berbeda.

Beralih ke Undo Tweet, fitur ini memang bukan fitur Edit Tweet seperti yang selama ini diimajinasikan oleh kalangan power user Twitter, tapi setidaknya fitur ini masih memungkinkan pengguna untuk merevisi cuitan sebelum cuitan tersebut dapat terbaca oleh seluruh jagat maya.

Cara kerjanya adalah, pengguna bisa menetapkan timer dengan durasi maksimum 30 detik. Setelahnya, setiap kali pengguna mengunggah sebuah cuitan, mereka punya waktu maksimal hingga 30 detik untuk mengklik tombol “Undo” dan membatalkannya. Dari situ mereka bisa merevisi cuitan seandainya ada saltik (typo), atau seandainya ada seseorang yang lupa di-mention.

Untuk Reader Mode, fitur ini dirancang agar pengguna bisa membaca sebuah utas (thread) dengan tampilan yang jauh lebih rapi layaknya sebuah artikel. Fitur ini berbeda dari yang Twitter janjikan ketika mereka mengakuisisi Scroll, namun Twitter memastikan bahwa platform tersebut bakal mereka integrasikan ke Twitter Blue ke depannya.

Terakhir, pelanggan Twitter Blue juga dapat mengatur kustomisasi tampilan antarmuka aplikasi Twitter, mulai dari mengganti icon aplikasinya di home screen, sampai mengganti tema warna di dalam aplikasinya. Menurut Twitter, semua fitur ini mereka buat berdasarkan masukan-masukan yang mereka terima dari kalangan power user selama ini.

Belum diketahui kapan Twitter Blue akan merambah konsumen di negara-negara lain. Namun satu hal yang pasti, Twitter bakal tetap bisa digunakan secara gratis selamanya. Kehadiran layanan subscription ini semata hanya untuk memenuhi hasrat kalangan power user, dan tentu saja di saat yang sama bisa menjadi salah satu sumber pemasukan tambahan yang sustainable buat Twitter.

Sumber: Twitter dan TechCrunch. Gambar header: Depositphotos.com.

Twitter Siapkan Semacam Fitur Membership Bernama Super Follow

Twitter diam-diam rupanya sedang menggodok sebuah fitur baru yang sangat menarik. Dinamai Super Follow, fitur ini ibarat fitur membership yang dapat dimanfaatkan oleh para kreator atau influencer untuk mendapatkan insentif tambahan dari para penggemarnya.

Dari gambar mockup yang Twitter rilis, kita bisa melihat bahwa cara kerja Super Follow bisa dibilang mirip dengan Patreon maupun fitur membership yang ada di YouTube. Twitter mencontohkan bagaimana kita dapat membayar $5 per bulan untuk menerima sejumlah keuntungan seperti supporter badge, community access, newsletter maupun konten eksklusif dari sang kreator/influencer/brand.

Bukan tidak mungkin seandainya nanti akan ada cuitan-cuitan dari seorang influencer yang hanya bisa dilihat dan dibalas oleh para Super Follower-nya. Kemungkinan besar Twitter juga bakal mengambil beberapa persen dari tarif berlangganan yang ditetapkan masing-masing influencer, sebab Twitter sudah cukup lama dikabarkan bakal menerapkan semacam fitur berlangganan demi meraup laba ekstra.

Twitter Communities

Namun Super Follow bukan satu-satunya fitur menarik baru yang Twitter siapkan. Mereka juga mengumumkan fitur bernama Communities, yang memungkinkan pengguna untuk membuat grup atau bergabung ke grup dengan minat-minat tertentu. Sepintas, konsepnya terdengar sangat mirip dengan Facebook Group.

Kehadiran fitur Communities ini tentu bakal terasa sangat membantu, khususnya bagi para pengguna baru. Dengan bergabung ke grup-grup tertentu, mereka bisa menemukan lebih banyak tweet yang berfokus pada topik-topik yang mereka sukai. Dari perspektif sederhana, fitur ini bisa kita anggap sebagai versi lebih advanced dari hashtag.

Kedua fitur ini terkesan substansial, jadi tidak heran apabila Twitter mengumumkannya di hadapan para investornya terlebih dulu sebelum mengungkapnya ke publik. Sayangnya sejauh ini Twitter juga belum bisa memastikan kapan kedua fitur ini akan tersedia bagi pengguna secara luas. Kalau boleh menebak, Twitter akan mengujinya terlebih dulu dengan pengguna dalam jumlah terbatas, khususnya untuk fitur Super Follow.

Sumber: The Verge.

Twitter Hadirkan Opsi Retweet Menggunakan Foto, Video dan GIF

Terlepas dari segala keterbatasannya, Twitter masih merupakan satu dari segelintir media sosial yang bisa bertahan lebih dari sepuluh tahun. Meski cukup sering dibandingkan dengan Facebook, Twitter sebenarnya harus diperlakukan secara berbeda mengingat secara konten ia lebih banyak melibatkan teks ketimbang media.

Namun seiring waktu Twitter juga terus menambahkan jenis media yang dapat dimain-mainkan oleh penggunanya. Yang terbaru, media seperti foto, video maupun GIF kini bahkan dapat dibubuhkan ke Retweet.

Sebelum ini, sebuah Retweet hanya bisa diisi dengan teks, namun rupanya cukup banyak pengguna yang mendambakan opsi untuk berkomentar menggunakan gambar atau GIF, hingga akhirnya Twitter pun mengabulkannya. Meski kesannya sepele, fitur baru ini tentunya bakal berdampak pada timeline yang lebih berwarna.

Juga menarik adalah tantangan yang dijumpai tim desain Twitter selama menggodok fitur ini. Mereka harus merancang layout baru supaya Retweet yang berisikan dua media tidak jadi membingungkan (mana media dari Tweet asli, mana yang ditambahkan pada Retweet?)

Solusi yang mereka terapkan adalah dengan prinsip hirarki; media yang ditambahkan di Retweet tampil lebih dulu dan lebih besar, diikuti oleh Tweet asli beserta medianya di bawah dalam ukuran yang lebih kecil. Sekali lagi, meski sepele, ternyata dibutuhkan proses yang cukup panjang agar benar-benar matang.

Kehadiran fitur ini juga menjadi bukti bahwa Twitter mau mendengarkan permintaan para penggunanya. Di samping Retweet menggunakan media, mungkin yang lebih banyak di-request adalah tombol edit. Kita lihat saja apakah Twitter ke depannya sanggup mewujudkan permintaan klasik tersebut.

Sumber: TechCrunch.

Twitter Perbarui Fitur Kameranya Jadi Mirip Stories

Bermula dari Snapchat, kemudian digenjot lebih jauh lagi popularitasnya oleh Instagram, fitur Stories pada akhirnya resmi berlabuh di YouTube pada bulan November lalu. Ketika platform video sebesar YouTube saja berhasil ‘teracuni’ demam Stories, wajar apabila banyak yang menanyakan kehadiran fitur serupa di Twitter.

Namun ketimbang menyiapkan seksi khusus untuk konten-konten Stories, Twitter memilih mengambil jalur eksekusi yang sedikit berbeda. Mereka baru saja memperbarui fitur kamera yang ada di aplikasi Twitter sehingga cara penggunaannya jadi mirip seperti fitur Stories di platformplatform lain.

Pada versi terbaru aplikasinya nanti, pengguna dapat mengusap layar ke kiri dari Timeline untuk mengakses fitur kamera versi anyar ini. Tampilannya pasti kelihatan tidak asing apabila Anda pernah menggunakan fitur Stories di Instagram, dengan satu tombol shutter untuk menjepret foto, atau untuk merekam video jika ditahan.

Setelah menjepret foto atau merekam video, pengguna bisa menambahkan teks, tagar maupun lokasi pengambilannya. Setidaknya untuk sekarang, belum ada sticker maupun beragam filter untuk menghiasi, sebab fokus Twitter memang bukan ke sana, melainkan untuk menjadikan percakapan di platform-nya jadi lebih visual.

Contoh Tweet yang di-post lewat fitur kamera baru Twitter / Sumber gambar: Techcrunch
Contoh Tweet yang di-post lewat fitur kamera baru Twitter / Sumber gambar: Techcrunch

Itulah mengapa Twitter sengaja tidak menyiapkan seksi khusus buat konten-konten dari fitur kameranya ini. Semuanya masih akan muncul di Timeline seperti biasa. Yang sedikit berbeda, teksnya diposisikan di bawah foto atau videonya, dan ukurannya pun lebih besar dari biasanya.

Twitter tentunya berharap perubahan yang terbilang minor ini tidak akan membuat para loyalis Twitter kecewa, tapi di saat yang sama masih bisa menarik perhatian mereka yang sudah sangat terbiasa dengan fitur Stories di platform lain. Seperti yang saya bilang, Twitter bukannya membuat tiruan Stories, melainkan menjadikan platform-nya lebih visual.

Kapan fitur ini bakal tersedia? Dalam beberapa hari ke depan kata Twitter, dan sepertinya perilisannya juga akan berlangsung secara global.

Sumber: TechCrunch.

Mengganti Sistem Timeline di Twitter Kini Lebih Mudah Berkat Tombol Baru

Februari 2016, Twitter mengambil keputusan kontroversial dengan mengubah sistem timeline-nya dari yang tadinya kronologis terbalik menjadi berbasis algoritma macam yang diterapkan Facebook sejak lama. Perubahan ini menuai banyak protes, sebab mayoritas pengguna memanfaatkan Twitter sebagai sumber kabar terbaru.

Namun sekitar dua bulan lalu, Twitter dilaporkan menguji fitur baru supaya pengguna bisa mengganti sistem timeline kembali menjadi kronologis terbalik semudah mengklik satu tombol pada tampilan utamanya. Fitur tersebut akhirnya resmi diluncurkan secara global, diawali pada platform iOS terlebih dulu.

Jadi pada versi terbaru aplikasi Twitter untuk iOS, pengguna bakal melihat icon baru bergambar bintang berkelip di ujung kanan atas. Klik icon tersebut, maka yang ditampilkan pada bagian teratas timeline adalah Tweet terbaru, diikuti oleh sisanya secara kronologis terbalik.

Sebelum ini, pengguna sebenarnya sudah memiliki opsi serupa, akan tetapi aktivasinya harus melalui menu pengaturan. Dengan adanya tombol khusus di tampilan utama, mengembalikan sistem timeline Twitter ke sebagaimana mestinya jadi jauh lebih mudah, meskipun default-nya masih yang berbasis algoritma.

Update ini memang terkesan sepele, tapi setidaknya Twitter sekarang bisa menyenangkan hati dua macam penggunanya: power user yang begitu aktif setiap jamnya untuk mengikuti kabar-kabar terbaru, dan casual user yang hanya sesekali membuka Twitter.

Seperti yang saya bilang, fitur ini sudah tersedia buat pengguna perangkat iOS, sedangkan pengguna Android masih harus menunggu setidaknya sampai pergantian tahun.

Sumber: TechCrunch.

Selain Live Video, Twitter dan Periscope Kini Juga Tawarkan Live Audio

Live video sudah menjadi makanan sehari-hari pengguna Twitter selama sekitar tiga tahun semenjak mereka mengakuisisi Periscope. Tipe konten itu tak lagi eksklusif di tahun 2018, akan tetapi Twitter telah menyiapkan penawaran lain yang masih tergolong cukup langka, yakni live audio.

Ya, selain menyiarkan live stream video, pengguna Twitter dan Periscope sekarang juga dapat menyiarkan live stream audio saja. Ingin eksis tapi tak mau wajah tanpa make-up Anda dilihat banyak orang? Manfaatkan saja fitur ini. Breaking news yang masih dalam tahap developing dan belum dilengkapi laporan dalam bentuk video pun juga dapat memanfaatkan fitur ini.

Cara menggunakannya sangat mudah, dan pada dasarnya tidak berbeda dari live video. Jadi usai mengklik tombol “Go Live” seperti biasanya, pengguna sekarang juga akan menjumpai icon mikrofon untuk berganti ke mode audio-only. Selain dua skenario penggunaan di atas, tentu saja fitur ini juga bisa dimanfaatkan untuk membuat semacam mini-podcast.

Seperti halnya live video, siaran live audio juga dilengkapi dengan statistik lengkapnya, mulai dari jumlah pendengar, jumlah yang me-replay, waktu yang dihabiskan pendengar, dan sejumlah data lainnya. Seumpama 280 karakter masih belum cukup untuk menyampaikan unek-unek Anda, fitur ini tentu bisa dijadikan alternatif.

Sayangnya, untuk sekarang yang baru bisa menikmatinya adalah pengguna Twitter dan Periscope di iOS. Twitter sama sekali belum menyinggung kapan fitur ini akan tersedia di platform lain. Kendati demikian, semua pengguna tanpa terkecuali tetap bisa menikmati konten live audio yang beredar, hanya saja mereka belum bisa ikut membuatnya.

Sumber: TechCrunch.

Twitter Kini Kelompokkan Tweet Berisikan Tautan Berita yang Sama

Apa peran Twitter bagi Anda? Sebatas media sosial? Alternatif Facebook? Atau malah sumber berita-berita terbaru? Yang terakhir ini menggambarkan fungsi utama Twitter buat saya dalam beberapa tahun terakhir, dan Twitter sendiri sebenarnya juga lebih suka disebut sebagai aplikasi berita ketimbang jejaring sosial.

Mungkin tidak banyak yang tahu, akan tetapi Twitter pernah mengubah kategori aplikasinya di App Store iOS dari “Social Networking” menjadi “News” sekitar dua tahun yang lalu. Dari situ mereka juga bereksperimen dengan sejumlah fitur seputar konten berita, mulai dari lini masa terkurasi sampai liputan peristiwa secara live.

Inisiatif terbarunya mungkin terkesan sepele, akan tetapi bakal semakin memantapkan posisi Twitter sebagai aplikasi untuk mengonsumsi berita. Berdasarkan laporan BuzzFeed, Twitter ingin menyuguhi kita dengan lebih banyak berita dalam upaya terbarunya.

Tampilan Tweet yang dikelompokkan berdasarkan tautan berita yang dibawanya / BuzzFeed
Tampilan Tweet yang dikelompokkan berdasarkan tautan berita yang dibawanya / BuzzFeed

Jadi kalau ada beberapa akun yang Anda ikuti yang mengunggah Tweet berisikan link berita yang sama, Twitter bakal mengelompokkannya menjadi satu. Link artikelnya akan diposisikan di atas sendiri, lalu diikut semua Tweet dari jaringan Anda yang mencakup link tersebut.

Efeknya mungkin tidak akan langsung terasa, tapi saya yakin perubahan ini bakal sangat berguna ketika ada suatu breaking news yang terpantau secara global. Dipadukan dengan fitur Bookmark yang dirilis belum lama ini, saya kira wajar apabila sebagian dari kita bakal memperlakukan Twitter lebih seperti aplikasi berita ketimbang media sosial.

Sumber: BuzzFeed. Gambar header: Pexels.

Twitter Luncurkan Fitur Threading untuk Memudahkan Pembuatan Tweet Berantai

Beberapa hari yang lalu, Twitter meluncurkan fitur yang cukup menarik bernama threading (utasan), yang sekarang sudah mulai tersedia bagi banyak pengguna. Fitur ini ditujukan untuk memudahkan pengguna membuat Tweet berantai, atau yang kerap disebut dengan istilah tweetstorm oleh banyak pengguna.

Tweetstorm, atau yang juga dikenal dengan istilah “kultwit” di sini, pada dasarnya merupakan beberapa Tweet terpisah yang mengemas satu gagasan utama, menyambung dari satu ke yang lainnya. Format seperti ini sebenarnya sudah populer sejak lama, akan tetapi Twitter tidak pernah secara resmi mendukungnya.

Ada banyak cara yang diterapkan oleh pengguna dalam membuat Tweet berantai selama ini, salah satu yang populer adalah dengan me-reply diri sendiri dan menomori masing-masing Tweet. Namun bagaimanapun caranya, pengguna masih harus mengklik tombol “Tweet” satu demi satu, dan ini jauh dari kata praktis.

Hingga akhirnya fitur threading ini resmi datang. Sekarang, selagi menulis suatu Tweet, Anda bisa menambahkan Tweet demi Tweet di bawahnya, sebelum mengirimkan semuanya secara bersamaan menjadi Tweet berantai. Di saat yang sama, follower Anda juga bisa langsung mengetahui yang mana yang merupakan Tweet berantai dengan melihat label “Show this thread”.

Twitter threading

Cara menggunakannya cukup simpel: buka jendela composer seperti biasa, lalu ketik Tweet yang pertama. Selanjutnya, klik tombol baru berlambang “+”, dan ketik Tweet yang kedua. Ulangi langkah yang sama untuk membuat Tweet ketiga dan seterusnya. Kalau sudah selesai, tinggal klik tombol “Tweet all” untuk membagikan semuanya secara bersamaan.

Fitur ini datang tidak lama setelah Twitter memperbarui batasan Tweet dari 140 menjadi 280 karakter. 280 karakter memang sudah cukup panjang, tapi ada kalanya batasan itu masih kurang, atau ketika ide harus ditumpahkan dalam beberapa Tweet terpisah yang bersambung. Di saat yang sama, fitur threading ini kian memantapkan peran Twitter sebagai platform microblogging yang efektif.

Threading atau utasan ini sekarang sudah bisa dinikmati oleh semua pengguna, tapi entah mengapa saya belum menemukannya di aplikasi Twitter versi iOS, meski sudah saya update ke versi yang terbaru, dan versi Android dan web-nya sudah ada.

Sumber: Twitter.

Twitter Uji Bookmarks, Fitur untuk Menyimpan Cuitan yang Belum Sempat Dibaca

Oktober kemarin, Twitter mengumumkan bahwa mereka sedang menggodok fitur untuk menyimpan cuitan. Fitur ini akhirnya memiliki nama resmi, yaitu Bookmarks, sebab istilah inilah yang paling umum kita gunakan saat hendak menyimpan konten di jagat internet.

Cara kerja fitur yang sudah banyak dinanti-nantikan oleh pengguna Twitter ini cukup sederhana kalau melihat versi awalnya, di mana pengguna dapat mengklik icon “…” pada setiap tweet untuk memunculkan menu tambahan, lalu memilih opsi “Add to Bookmarks” guna menyimpan cuitan tersebut.

Fitur ini pastinya akan sangat efektif ketika pengguna hendak membaca suatu percakapan antara beberapa pengguna lain yang cukup panjang, tapi masih belum sempat. Timing-nya juga terasa pas mengingat Twitter baru saja meningkatkan batasan karakter dalam sebuah cuitan menjadi 280 karakter.

Hal menarik lain yang patut disorot, Bookmarks dalam Twitter sifatnya privat, yang berarti hanya Anda seorang yang dapat melihat daftar cuitan yang Anda simpan untuk dibaca di lain waktu. Sepertinya fitur ini bakal banyak disalahgunakan oleh para stalker yang belum bisa move on dari mantannya.

Terlepas dari itu, fitur ini jelas merupakan solusi yang lebih ideal ketimbang harus mengklik icon hati demi menyimpan sebuah cuitan yang belum sempat dibaca. Sayangnya sejauh ini Twitter baru mengujinya bersama sejumlah pengguna saja, dan belum ada yang menyinggung soal estimasi waktu perilisan resminya.

Sumber: The Verge.

Twitter Garap Fitur Baru Lagi, Kali Ini Fitur untuk Menyimpan Cuitan

Setelah mengumumkan rencana untuk menambah batasan 140 karakter menjadi 280, Twitter kembali mengumumkan pengujian lain berupa fitur “Save for Later” alias tombol bookmark yang memudahkan pengguna menyimpan cuitan untuk dibaca lagi nanti. Seperti halnya penambahan karakter cuitan, fitur bookmark ini juga sudah lama dinantikan sejak Twitter secara mengejutkan mengganti tombol favorit dengan hati. Hilangnya tombol favorit secara dramatis mengubah cara orang menggunakan Twiter, pasalnya tombol Favorit yang biasa digunakan untuk mengikuti cuitan yang dianggap penting sudah tiada.

Pengujian fitur Save for Later pertama kali dibeberkan oleh Product Head Twitter, Keith Coleman melalui cuitan yang lumayan panjang.

Kemudian dilanjutkan oleh Product Manager, Jesar Shah yang mengatakan bahwa fitur bookmark banyak diminta oleh pengguna terutama di Jepang yang merupakan pasar terbesar kedua setelah Amerika Serikat.

Sebenarnya tanpa fitur Save for Later, pengguna punya banyak cara untuk menyimpan suatu cuitan. Misalnya dengan menekan tombol hati atau retweet. Tetapi, kedua metode tersebut tak bisa berfungsi lebih baik dibandingkan tombol khusus yang memang dirancang untuk itu. Tombol hati memang bisa jadi opsi terbaik, tapi dikhawatirkan justru akan membiaskan makna dan fungsi sebenarnya. Bahwa tombol hati hanya untuk menyatakan ungkapan yang bersifat positif tentang sesuatu dalam cuitan.

Saat ini fitur Save for Later masih dalam tahap penyempurnaan, di mana pengembang di belakang Twitter masih menunggu umpan balik dari pengguna dan melakukan polesan di sana-sini sebelum digulirkan secara global.

Twitter saat ini sedang dalam situasi yang kurang menguntungkan. Kehadiran dua fitur ini ke layanannya belum tentu akan banyak membantu membawa mereka kembali ke jalur yang benar. Karena di sisi lain, Facebook melalui portofolio-nya terus menggempur dengan berbagai inovasi. Tak hanya harus waspada dengan ancaman rival, Twitter juga harus menjaga kepercayaan investor. Di lantai bursa, saham Twitter terus mengalami penurunan meski sempat membaik di periode Juli 2017. Pada perdagangan Senin kemarin, saham Twitter ditutup turun 1.01% di $17.67. Dalam satu tahun terakhir, penurunan ini tercatat sudah menyentuh angka 11%.

saham twitter

Sumber berita AndroidHeadlines dan gambar header Pixabay