Kolaborasi Free Fire dan Street Fighter V Telah Dimulai, Fnatic Maju ke The International 10

Ada beberapa berita menarik di dunia esports pada minggu lalu. Salah satunya, event kolaborasi antara Free Fire dan Street Fighter V telah resmi dimulai. Selain itu, Fnatic melaju ke The International setelah mengalahkan TNC Predator di babak kualifikasi Asia Tenggara. Pemain Counter-Strike: Global Offensive asal Malaysia, Andrew “kaze” Khong juga akan ikut bertanding di IEM Cologne.

Event Kolaborasi Free Fire dengan Street Fighter V Telah Dimulai

Kolaborasi antara Free Fire dengan Street Fighter V resmi dimulai pada akhir pekan lalu. Melalui event bernama Free Fighter ini, Garena menyediakan sejumlah item baru, termasuk outfit Chun-Li dan Ryu, skin granat Hadouken, dan pistol AWM. Tak hanya itu, Garena juga menambahkan emote baru, berupa Hadouken. Kali ini bukanlah pertama kalinya Garena mengadakan kolaborasi dengan intellectual property lain. Menurut laporan Dot Esports, sebelum ini, Garena juga pernah menggandeng sejumlah IP populer lain, seperti Attack on Titan dan One-Punch Man. Mereka juga pernah berkolaborasi dengan pemain sepak bola Cristiano Ronaldo.

Smash Summit 11 Pecahkan Rekor Total Hadiah Terbesar

Smash Summit 11 menawarkan total hadiah sebesar US$98 ribu. Dengan ini, turnamen tersebut berhasil memecahkan rekor dan menjadi kompetisi Super Smash Bros. dengan total hadiah terbesar, lapor Dot Esports. Sebelum ini, rekor tersebut dipegang oleh Smash Summit 5 yang diadakan pada 2017 dengan total hadiah sebesar US$83,7 ribu. Dari total hadiah Summit 11, sekitar 90% berasal dari sumbangan fans.

Memang, Summit 11 punya sistem yang unik dalam menentukan peserta yang bisa ikut dalam turnamen tersebut, yaitu berdasarkan voting dari fans. Dalam turnamen kali ini, fans harus membeli merchandise atau berlangganan channel Twitch dari BTS Summit untuk bisa mendapatkan suara dan memilih pemain atau streamer favorit mereka. Sebagian pemasukan dari penjualan merchandise dan langganan Twitch itu lalu dimasukkan ke dalam total hadiah dari Summit 11.

Fnatic Bakal Melaju ke The International

Fnatic dipastikan akan tampil di The International 10 setelah mengalahkan TNC Predator di babak kualifikasi untuk kawasan Asia Tenggara. Di dua babak pertama, TNC Predator berhasil mengalahkan Fnatic. Pertandingan pertama antara kedua tim itu bahkan hanya berlangsung selama 36 menit, seperti yang Gosu Gamers sebutkan. Di pertandingan kedua, TNC Predator kembali berhasil mengalahkan Fnatic.

Fnatic dapat mengalahkan TNC pada pertandingan ketiga. Kemenangan tersebut menjadi titik balik dari perlawanan Fnatic. Pada pertandingan keempat, Fnatic juga berhasil menang dari TNC. Kemenangan tersebut tampaknya menghancurkan moral TNC. Selain itu, tim TNC juga terlihat sudah lelah karena mereka harus bertanding melawan BOOM Esports di babak final lower bracket. Alhasil, Fnatic keluar sebagai juara dengan skor 3-2.

Malaysia Esports League 2021 Bakal Digelar Pada 10 Juli 2021

Malaysia Esports League 2021 (MEL21) bakal dimulai 10 Juli sampai 10 September 2021. Turnamen tersebut menawarkan total hadiah sebesar RM200 ribu (sekitar Rp698 juta). Esports Integrated (ESI) mengungkap bahwa MEL21 diadakan dengan tujuan untuk menyediakan platform bagi semua pemain esports, mulai dari pemain amatir, semi-pro, sampai profesional. Kompetisi esports tersebut bakal diadakan secara online, sesuai dengan standard operating procedures (SOP)  dalam National Recovery Plan – Phase 1. MEL21 akan mengadu empat game, yaitu PUBG Mobile, Mobile Legends: Bang Bang, FIFA 21, dan Dota 2.

Pemain CS:GO Malaysia, Kaze, Bakal Bertanding di IEM Cologne

Andrew “kaze” Khong, pemain Counter-Strike: Global Offensive profesional asal Malaysia, telah mendarat di Jerman pada 30 Juni 2021 untuk ikut serta dalam Intel Extreme Masters Cologne 2021. Kaze, yang merupakan seorang AWPer, merupakan satu-satunya pemain asal Asia Tenggara yang bertanding di turnamen bergengsi tersebut. Saat ini, dia bermain bersama ViCi Gaming, tim asal Tiongkok.

Andrew “kaze” Khong. | Sumber: Instagram

Kaze mulai bermain CS:GO pada 2006 dan telah aktif di skena esports profesional selama 3 tahun terakhir. Pada 2014, dia menjadi pemain pengganti di tim asal Singapura. Dia kemudian menjadi bagian dari tim asal Malaysia, MVP.Karnal pada 2015. Keseluruhan tim tersebut kemudian diakuisisi oleh Dragoon Esports. Sukses membangun reputasi sebagai salah satu AWPer terbaik di Asia Tenggara, kaze mendapatkan tawaran untuk bermain di tim Tiongkok, menurut laporan IGN.

Overwatch League Diselidiki Divisi Antitrust Amerika Serikat

Divisi antitrust dari Departemen Kehakiman Amerika Serikat (DOJ) tengah melakukan investigasi pada Overwatch League. Alasannya, karena liga tersebut membatasi besar gaji yang tim bisa berikan pada pemain. Menurut laporan Dot Esports, pada 2020, pengeluaran tim untuk gaji pemain tidak boleh melebihi US$1,6 juta. Memang, tidak ada peraturan eksplisit yang melarang tim untuk memberikan gaji tinggi pada pemain. Namun, jika total gaji pemain mencapai lebih dari US$1,6 juta, maka tim diharuskan untuk membayar “pajak barang mewah” pada Overwatch League.

Pajak tersebut ditentukan berdasarkan selisih antara total gaji tahunan seluruh pemain dalam sebuah tim dengan batas gaji maksimal yang ditetapkah oleh OWL. Jadi, jika gaji total seluruh pemain dari sebuah tim mencapai US$1,7 juta, maka tim harus memberikan US$100 ribu pada OWL sebagai pajak. Hal ini membuat OWL diselidiki karena dianggap membuat tim enggan untuk memberikan gaji besar pada para pemain. Pihak Activision Blizzard mengaku bahwa DOJ memang tengah melakukan penyelidikan dan mereka akan bekerja sama dengan badan pemerintah tersebut.

Ralph Lauren Jadi Sponsor G2 Esports, Manchester City Rekrut Pemain Fortnite

Minggu lalu, bertambah lagi jumlah perusahaan non-endemik yang masuk ke dunia esports. Ralph Lauren, merek fashion mewah, baru saja menandatangani kontrak sponsorship dengan G2 Esports. Selain itu, Kaspersky juga memutuskan untuk menjalin kerja sama dengan Fnatic. Pada minggu lalu, ONE Esports juga resmi menjadi rekan media dari liga League of Legends Tiongkok (LPL).

Jajaki Esports, Ralph Lauren Sponsori G2 Esports

Organisasi esports asal Eropa, G2 Esports, baru saja mengumumkan kerja sama mereka dengan merek fashion mewah, Ralph Lauren. Sebagai bagian dari kerja sama tersebut, Ralph Lauren dan G2 akan melakukan sejumlah kegiatan brand activations di Twitch dan TikTok. Selain itu, keduanya juga akan saling berkolaborasi dalam mengadakan event dan kampanye global. Ralph Lauren juga akan menyediakan pakaian untuk G2 Esports. Menurut laporan Esports Insider, Martin “Rekkles” Larsson, pemain League of Legends dari G2, juga akan disertakan dalam Wimbledom Campaign dari Ralph Lauren.

Manchester City Esports Cari Pemain Fortnite

Manchester City Esports sedang mencari pemain Fortnite profesional. Salah satu syarat untuk mendaftarkan diri adalah berumur setidaknya 16 tahun. Pemain yang tertarik bisa mendaftarkan diri di sini dengan menyertakan video kompilasi permainan Fortnite selama maksimal dua menit. Keputusan Manchester City untuk mencari pemain Fortnite menunjukkan ketertarikan mereka dalam menjajaki skena esports dari game selain game olahraga.

Manchester City tengah cari pemain Fortnite. | Sumber: Manchester City

Selama ini, Manchester City selalu fokus pada kegiatan esports dari FIFA. Shaun “Shellzz” Springette, pemain FIFA yang menjadi perwakilan dari Manchester City, berhasil memenangkan ePremier League 2020/21 setelah mengalahkan perwakilan Leeds United, Olle “Ollelito” Arbin, seperti yang disebutkan oleh NME.

ONE Esports Jadi Rekan Media dari LPL

ONE Esports kini menjadi rekan media resmi dari League of Legends Pro League (LPL). Di LinkedIn, ONE Esports menyebutkan, sebagai rekan media resmi, mereka akan membuat berita terkait LPL 2021 Summer Split untuk pembaca di luar Tiongkok. ONE Esports merupakan anak perusahaan dari ONE Championship asal Singapura. Belum lama ini, mereka dikenal karena menjadi penyelenggara dari turnamen Dota 2 Singapore Major yang diadakan pada Maret 2021. Turnamen tersebut merupakan turnamen Dota 2 offline pertama di luar Tiongkok setelah pandemi, lapor The Esports Observer.

Fnatic Jalin Kerja Sama dengan Kaspersky

Fnatic baru saja menandatangani kontrak kerja sama dengan perusahaan cyber security asal Rusia, Kaspersky. Sebagai bagian dari kerja sama tersebut, Fnatic dan Kaspersky akan membuat beberapa kegiatan digital. Selain itu, logo Kaspersky juga akan disematkan di jersey dari Fnatic Rising, tim League of Legends akademi dari Fnatic. Kali ini bukan pertama kalinya Kaspersky bekerja sama dengan organisasi esports. Pada 2018, mereka telah menjalin kerja sama dengan Vodafone Giants.

Kaspersky jalin kerja sama dengan Fnatic. | Sumber: Esports Insider

“Kami senang karena kami dapat bekerja sama dan mendukung salah satu tim esports terbaik di dunia,” kata Andrew Winton, Vice President of Global Marketing, Kaspersky, seperti dikutip dari Esports Insider. “Pada saat yang sama, dari komunitas pemain esports profesional, kami bisa mempelajari cara untuk membuat produk kami semakin menarik di mata gamers.”

GamerzClass Dapat Investasi Sebesar US$2.5 Juta

GamerzClass, platform edukasi esports asal Denmark, baru saja mendapatkan kucuran dana sebesar US$2,5 juta. Ronde pendanaan tahap awal ini dipimpim oleh sekelompok angel investor, termasuk ByFounders, mantan General Partner dari Index Ventures Ben Holmes, dan pendiri GameAnalytics, Morten Wulf. Dua investor lain yang ikut serta dalam ronde pendanaan tersebut adalah Bumble Ventures dan TrueSight Ventures. Dengan pendanaan kali ini, total investasi yang didapatkan oleh GamerzClass mencapai US$4,2 juta.

Sebagai platform edukasi esports, GamerzClass membuat konten tentang sejumlah game esports, termasuk League of Legends, Counter-Strike: Global Offensive, Dota 2, dan FIFA. Untuk itu, mereka bekerja sama dengan beberapa organisasi esports ternama, seperti Fnatic, Team Liquid, Schalke 04, dan Alliance. GamerzClass menggunakan sistem monetisasi berlangganan. Dengan kucuran dana ini, mereka akan menambah jumlah tim produksi konten mereka, menurut laporan The Esports Observer.

Crowdfunding di Esports: Solusi Ideal?

Dari tahun ke tahun, total hadiah The International terus naik. Padahal, besar hadiah yang disediakan oleh Valve tidak berubah, hanya US$1,6 juta. Lalu, bagaimana bisa total hadiah The International 10 naik 2400% menjadi US$40 juta? Jawabannya sederhana: crowdfunding. Menjelang The International, Valve selalu menjual Battle Pass untuk Dota 2. Dari total penjualan Battle Pass tersebut, sebanyak 25% dimasukkan ke dalam total hadiah dari The International. Karena itu, jangan heran jika setiap tahunnya, total hadiah The International selalu memecahkan rekor baru dan menjadi turnamen esports dengan hadiah terbesar.

Apa Itu Crowdfunding?

Sederhananya, crowdfunding berarti patungan. Menurut Fundable, crowdfunding adalah metode untuk mendapatkan modal dengan mengumpulkan dana dari teman, keluarga, pelanggan, dan investor individual.

Biasanya, ketika pelaku usaha hendak mendapatkan modal, mereka akan pergi ke bank, angel investor, atau venture capital. Untuk itu, mereka harus membuat strategi bisnis, melakukan riset pasar, dan bahkan menyiapkan prototipe dari produk yang hendak mereka tawarkan. Pelaku usaha akan mendapatkan investasi jika bank, angel investor, atau venture capital merasa bisnis yang ditawarkan memang berpotensi untuk untung. Masalahnya, jumlah bank, angel investor, dan venture capital terbatas. Jadi, persaingan untuk mendapatkan modal dari mereka sangat ketat. Di sinilah crowdfunding bisa membantu.

Crowdfunding memudahkan pengusaha untuk mencari modal. | Sumber: Deposit Photos
Crowdfunding memudahkan pengusaha untuk mencari modal. | Sumber: Deposit Photos

Melalui crowdfunding, pelaku usaha bisa menampilkan ide produk mereka ke banyak orang sekaligus. Orang-orang yang ingin mendukung sang pelaku usaha atau tertarik untuk mendapatkan produk yang ditawarkan bisa memberikan sejumlah uang pada sang pengusaha. Mengingat crowdfunding biasanya diikuti oleh ratusan atau bahkan ribuan orang, setiap orang tidak perlu memberikan uang dalam jumlah yang terlalu besar.

Misalnya, saat Rabbit & Bear Studios menggalang dana di Kickstarter untuk membuat Eiyuden Chronicle — “penerus” dari seri Suikoden — mereka membuka donasi bertingkat. Minimal, seseorang bisa menyumbangkan 4 ribu yen atau sekitar Rp550 ribu dan maksimal, seseorang bisa mendonasikan 1 juta yen atau sekitar Rp13,6 juta. Semua orang yang memberikan dukungan akan mendapatkan Eiyuden Chronicle ketika game itu dirilis. Walau tentu saja, semakin besar dana yang seseorang sumbangkan, semakin banyak pula bonus yang dia dapatkan.

Manfaat dan Risiko Crowdfunding?

Crowdfunding erat kaitannya dengan komunitas. Untungnya, game dan esports memiliki komunitas yang besar. Jadi, pelaku industri game dan esports bisa memanfaatkan komunitas tersebut untuk mendapatkan modal. Sebaliknya, sebuah komunitas juga bisa tercipta dari kampanye crowdfunding.

Komunitas dapat memberikan kritik dan saran pada pelaku usaha untuk menyempurnakan ide bisnis mereka. Di sini, crowdfunding juga bisa berfungsi untuk memvalidasi ide. Ketika pelaku usaha melakukan crowdfunding, secara tidak langsung, mereka tengah mengetes pasar: apakah memang ada orang-orang yang berminat dengan produk yang mereka tawarkan. Jika kampanye crowdfunding sukses, hal itu menjadi bukti bahwa produk yang hendak dibuat memiliki pasar.

Keuntungan lain dari mendapatkan crowdfunding adalah pelaku usaha tidak akan kehilangan sahamnya. Biasanya, ketika venture capital hendak menyuntikkan dana, mereka akan meminta porsi saham perusahaan. Tidak jarang, venture capital juga menempatkan seseorang untuk mengisi jabatan tertentu dalam perusahaan penerima investasi. Dengan begitu, venture capital akan memiliki kuasa akan operasi dan arah perusahaan. Namun, tidak begitu dengan crowdfunding.

Fnatic mengumpulkan dana melalui crowdfunding.
Fnatic mengumpulkan dana melalui crowdfunding.

Biasanya, orang-orang yang mendukung pelaku usaha melalui crowdfunding akan mendapatkan produk yang hendak dijual. Misalnya, Anda mendukung perusahaan yang membuat smartwatch, maka Anda akan mendapatkan smartwatch itu. Dalam kasus Fnatic, orang-orang yang ikut serta dalam kampanye crowdfunding mereka memang mendapatkan saham, tapi tidak cukup besar untuk mengontrol organisasi esports tersebut.

Tentu saja, melakukan crowdfunding punya risiko sendiri. Salah satunya adalah tidak ada jaminan kampanye crowdfunding akan berhasil. Menurut Fundbox, hanya sepertiga dari proyek crowdfunding yang berhasil mendapatkan dana sesuai target. Dan jika kampanye crowdfunding Anda gagal, Anda mungkin harus siap menghadapi badai pemberitaan buruk dari media.

Risiko lain dari crowdfunding adalah terbuka kemungkinan ide Anda akan dicuri. Untuk meminimalisir risiko ini, Anda bisa melindungi ide Anda dengan mematenkan, mendapatkan hak cipta, atau trademark dari produk Anda.

Siapa yang Pernah Menggunakan Crowdfunding?

Fnatic adalah salah satu pelaku industri esports yang pernah mengumpulkan dana melalui crowdfunding. Mereka memulai pengumpulan dana itu pada 19 November 2020. Fnatic berencana untuk mendapatkan GBP1 juta dari crowdfunding itu. Saat kampanye crowdfunding itu berakhir pada 7 Desember 2020, Fnatic mendapatkan GBP2 juta dari lebih dari 4 ribu orang.

Dalam situs resmi Fnatic, pendiri dan CEO Fnatic, Sam Mathews mengungkap, mereka memang punya rencana untuk mengadakan crowdfunding sejak beberapa waktu lalu. Tujuannya adalah memberikan kesempatan pada komunitas dan fans untuk ikut “memiliki” Fnatic. Lebih lanjut dia berkata, “Crowdfunding adalah cara yang populer untuk mendapatkan investasi. Metode ini juga memungkinkan kami untuk menjadikan fans kami sebagai investor.”

Selain sebagai investasi, crowdfunding juga bisa digunakan untuk mengumpulkan hadiah untuk turnamen esports, seperti yang dilakukan oleh Valve di The International. Valve bukan satu-satunya publisher yang melakukan ini. Pada 2015, Hi-Rez mengadakan kampanye crowdfunding untuk mengumpulkan hadiah dari turnamen SMITE World Championship. Mereka berhasil mendapatkan US$2 juta, menjadikan turnamen tingkat dunia itu sebagai kompetisi esports dengan hadiah terbesar ketiga pada masanya.

Total hadiah The International tembus US$40 juta berkat Battle Pass. | Sumber: Dexerto
Total hadiah The International tembus US$40 juta berkat Battle Pass. | Sumber: Dexerto

Untuk membuat kampanye crowdfunding, ada beberapa platform yang biasa digunakan oleh developer game atau pelaku esports, seperti Kickstarter dan Indiegogo. Sementara platform crowdfunding yang digunakan oleh Fnatic adalah Crowdcube. Matcherino, platform untuk menyelenggarakan turnamen esports, juga menawarkan opsi donasi untuk mengumpulkan prize pool. Dengan ini, Matcherino berharap untuk memudahkan komunitas mengadakan turnamen esports amatir.

Kepada Esports Insider, CEO Matcherino, Grant Farwell mengungkap, crowdfunding sangat penting untuk turnamen esports. “Para fans ingin memberikan ikut membantu dengan donasi. Dan jika Anda tidak menyediakan mekanisme untuk mendukung hal itu, maka Anda telah gagal memuaskan fans.”

Sumber: FundableFundbox

Malaysia Punya Fasilitas Esports Baru, SS Lazio Ikut Bertanding di eFootball PES

Minggu lalu, ada beberapa kejadian menarik di industri esports. Salah satunya adalah pembukaan fasilitas esports seluas 65 ribu kaki di Kuala Lumpur Malaysia. Selain itu, SS Lazio juga mengumumkan bahwa mereka akan ikut bertanding dalam eFootball PES.

SS Lazio akan Ikuti eFootball PES

SS Lazio bakal ikut bertanding dalam eFootball PES dari Konami. Dengan ini, Konami akan mendapatkan hak untuk menggunakan nama dan lambang dari SS Lazio, serta para pemain legendaris dari klub asal Italia tersebut. President, Konami Digital Entertainment B.V., Naoki Morita percaya, melalui kerja sama ini, Konami akan bisa menjangkau lebih banyak fans sepak bola, menurut laporan Esports Insider. Sebelum ini, Konami menggandeng Federasi Sepak bola Italia, memungkinkan developer Jepang itu untuk menampilkan federasi tersebut dalam game mereka.

EBN Esports City Dibuka di Malaysia

Esports Business Network (EBN), organisasi esports asal Asia Tenggara, mengumumkan peresmian EBM Esports City di Kuala Lumpur, Malaysia pada minggu lalu. Esports City itu merupakan fasilitas seluas 65 ribu kaki yang akan digunakan untuk menyelenggarakan berbagai turnamen dan kegiatan esports. Dengan dibangunnya fasilitas ini, diharapkan ekosistem esports di Malaysia dan Asia Tenggara akan bisa berkembang.

EBN Esports City juga akan jadi markas dari Orange Esports.
EBN Esports City juga akan jadi markas dari Orange Esports.

Terletak di lantai paling atas dari Quill City Mall, EBN Esports City dilengkapi dengan teknologi untuk mengadakan turnamen dan konferensi esports. Di sini, Anda akan menemukan EB Esports Arena, Orange Esports Club, EBN Headquarters, kafe internet, dan tiga studio yang bisa digunakan untuk melakukan siaran live, lapor Esports Insider.

Fnatic Dapat GBP2 Juta dari Crowdfunding

Fnatic berhasil mendapatkan GBP2 juta (sekitar Rp37,9 miliar) dari kampanye crowdfunding yang mereka lakukan di Crowdcube. Pada awalnya, mereka hanya menargetkan untuk mendapatkan GBP1 juta (sekitar Rp19 miliar). Pendanaan ini diikuti oleh lebih dari 4.000 orang. Dana yang Fnatic dapatkan dari kampanye ini akan digunakan untuk mengembangkan merek mereka di dunia. Selain itu, mereka juga akan menggunakan investasi itu untuk membuat tim esports yang kuat, lapor GamesIndustry.

Di Ulang Tahune ke-26, DreamHack Lakukan Rebranding

Dalam DreamHack Day, penyelenggara turnamen esports dan festival gaming, DreamHack mengungkap bahwa mereka akan mengubah identitas brand mereka. Untuk itu, mereka bekerja sama dengan brand agency, Superunion. Dalam DreamHack Day, DreamHack juga merayakan ulang tahun mereka yang ke-26. Pada awalnya, DreamHack tidak lebih dari turnamen esports LAN. Sekarang, perusahaan asal Swedia itu telah beroperasi di berbagai negara di dunia, lapor Esports Insider.

Logo baru DreamHack.
Logo baru DreamHack.

Metafy Dapat Investasi Sebesar US$3 Juta

Platform pelatihan game, Metafy, mengumumkan bahwa mereka telah mendapatkan kucuran dana sebesar US$3 juta (sekitar Rp42,5 miliar). Ronde pendanaan tahap awal ini dipimpin oleh Forerunner Ventures. Beberapa investor lain yang ikut serta dalam ronde investasi ini antara lain Tekton Ventures, M25, beberapa eksekutif Facebook dan Microsoft, serta pendiri dari Tempo Storm dan Tribe Gaming, menurut laporan Esports Observer.

Metafy, yang didirikan oleh Josh Fabian dan Thomas McNiven pada Agustus 2020, mengungkap bahwa mereka akan menggunakan investasi ini untuk mengembangkan produk mereka. Tujuan mereka adalah untuk “memudahkan transisi dari pemain hebat menjadi guru hebat.”

Daftar Investasi di Industri Esports Sepanjang November 2020

Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak pihak yang tertarik untuk menanamkan investasi di ekosistem esports, termasuk perusahaan venture capital. Bahkan di tengah pandemi, investasi di ranah game dan esports tetap mengalir. Berikut beberapa investasi dan akuisisi yang terjadi sepanjang November 2020.

 

Fnatic Mendapatkan US$10 Juta dan Adakan Crowdfunding

Fnatic, organisasi esports asal Eropa, mendapatkan investasi sebesar US$10 juta pada bulan lalu. Ronde pendanaan internal itu dipimpin oleh Beringea, perusahaan venture capital yang beroperasi di Inggris dan Amerika Serikat. Beberapa investor lain yang ikut menanamkan modal di ronde pendanaan tersebut antara lain Unbound, LVL1 Global, dan JHD. Fnatic mengungkap, investasi yang mereka dapatkan akan digunakan untuk memperkuat brand dan tim esports mereka. Selain itu, mereka juga akan menggunakan dana tersebut untuk melakukan ekspansi global.

Selain pendanaan internal, bulan lalu, Fnatic juga mengadakan kampanye crowdfunding melalui Crowdcube. Ketika itu, mereka memasang target untuk mendapatkan GBP1 juta (sekitar Rp18,9 miliar) dengan menjual 0,99% saham mereka. Sebelum mereka menawarkan saham mereka ke masyarakat umum, telah ada investor yang membeli saham mereka. Jadi, tidak heran jika Fnatic berhasil mengumpulkan dana sebesar GBP945 ribu (sekitar Rp17,8 miliar) bahkan sebelum mereka menjual saham mereka ke publik.

Setelah mendapatkan investasi, Fnatic juga melakukan crowdfunding. | Sumber: The Esports Observer
Setelah mendapatkan investasi, Fnatic juga melakukan crowdfunding. | Sumber: The Esports Observer

Fnatic berencana untuk menggunakan dana dari crowdfunding ini untuk merealisasikan rencana jangka pendek mereka. Mereka memperkirakan, mereka akan mulai mendapatkan untung pada 2023. Menurut prediksi mereka, pada 2023, mereka akan mendapatkan pemasukan sebesar US$73 juta (sekitar Rp1 triliun) dan EBITDA (Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) sebesar US$3 juta (sekitar Rp42,4 miliar).

Immortal Gaming Club Dapatkan Investasi

Pada bulan lalu, Immortals Gaming Club (IGC), organisasi esports asal Amerika Utara, juga mendapatkan kucuran dana sebesar US$26 juta (sekitar Rp367,6 miliar). Pendanaan itu dipimpin oleh Meg Whitman, salah satu anggota dewan IGC. Dua investor lain yang ikut menanamkan modal dalam ronde pendanaan itu antara lain Anschutz Entertainment Group (AEG) dan March Capital Partners. Keduanya telah menanamkan investasi di IGC sebelum ini.

IGC menyebutkan, mereka berencana untuk menggunakan dana ini untuk mengembangkan brand tim esports mereka. Selain itu, mereka juga akan menyalurkan sebagaian investasi itu ke Gamers Club dengan tujuan untuk memperkaya portofolio game mereka dan memperluas jangkauan mereka.

 

Griffin Gaming Partners Kumpulkan US$235 Juta untuk Dana Gaming dan Teknologi

Pada November 2020, Griffin Gaming Partners berhasil mengumpulkan investasi sebesar US$235 juta (sekitar Rp3,3 triliun) untuk dialokasikan pada ranah game dan teknologi. Mereka berencana untuk menginvestasikan setidaknya setengah dari dana ini di perusahaan yang fokus pada platform dan infrastruktur gaming. Dana yang tersisa lalu akan diinvestasikan ke studio game dan pembuatan konten.

Sebagai perusahaan venture capital, Griffin Gaming Patners telah menanamkan investasi di berbagai perusahaan game dan teknologi, termasuk Discord. Belum lama ini, mereka juga memberikan modal pada game developer Frost Giant Studios.

 

BLAST Dapatkan Dana dari Edge Investments

Penyelenggara turnamen esports asal Denmark, BLAST, mendapatkan investasi sebesar GBP1,7 juta (sekitar Rp32,1 miliar) dari perusahaan Inggris, Edge Investments. BLAST menyebutkan, dana ini akan mereka gunakan untuk mengokohkan operasi mereka di Inggris serta melakukan ekspansi global. Selain modal, BLAST juga akan memanfaatkan keahlian dan jaringan Edge untuk mengoptimalkan kemampuan mereka dalam mengadakan turnamen esports.

“Keputusan Edge untuk menanamkan investasi di kami merupakan bukti bahwa industri esports tengah berkembang, walau muncul berbagai masalah bagi banyak orang pada tahun ini,” kata Robbie Douek, CEO Blast, dikutip dari Esports Insider. “Kami memilih Edge agar kami bisa memanfaatkan keahlian dan jaringan mereka dalam distribusi konten, promosi media, dan penyelenggaraan event.”

 

ReKTGlobal Gandeng Vikkstar

Perusahaan esports, ReKT Global menjadikan Vikram “Vikkstar” Singh Barn sebagai co-owner dari tim Call of Duty League mereka, London Royal Ravens. Vikkstar adalah gaming influencer asal Inggris. Sebagai co-owner London Royal Ravens, Singh Barn akan membuat format konten baru. Selain itu, dia juga berencana untuk membuat merchandise, kegiatan promosi, dan turnamen esports secara mandiri, terlepas dari turnamen yang diselenggarakan ReKT Global.

Vikram "Vikkstar" Singh Barn jadi salah satu pemilik London Royal Ravens.
Vikram “Vikkstar” Singh Barn jadi salah satu pemilik London Royal Ravens.

Queens Gaming Collective Dapatkan Pendanaan Tahap Awal

Queens Gaming Collective, perusahaan gaya hidup gaming yang fokus pada perempuan, berhasil mendapatkan pendanaan tahap awal senilai US$1,5 juta (sekitar Rp21,2 miliar). Pendanaan itu dipimpin oleh BITKRAFT Ventures. Selain itu, ada 12 investor lain yang ikut mendukung Queens Gaming Collective, termasuk para pengusaha dan pemimpin bisnis perempuan. Dana ini akan digunakan oleh Queens Gaming Collective untuk mencari pekerja yang mumpuni, membuat konten, dan mendukung pertumbuhan karir kreator dan streamer perempuan di dunia game dan esports.

 

Investasi dan Pendanaan Lain

Pada bulan lalu, Edge Esports Ltd, startup yang membuat solusi pembayaran dan kontrak untuk pemain esports, mendapatkan investasi sebesar US$1,5 juta (sekitar Rp21,2 miliar). Dipimpin oleh Blake Picquet, ronde investasi itu juga diikuti oleh Green Egg Ventures, Game Tech Ventures, dan Robert Reeg. Dana investasi itu akan digunakan oleh Edge untuk memperkuat tim internal mereka.

Sementara itu, perusahaan analisa performa gamer, Statespace berhasil mengumpulkan US$29 juta (sekitar Rp410 miliar) dalam pendanaan Seri B, yang dipimpin oleh Khosla Ventures. Mereka mendapatkan kucuran modal ini enam bulan setelah mereka menutup ronde investasi Seri A, yang bernilai US$15 juta (sekitar Rp212 juta) pada Mei 2020. Ketika itu, ronde pendanaan tersebut juga dipimpin oleh Khosla Ventures. CEO Statespace, Wayne Mackey mengungkap, prioritas utama mereka saat ini adalah untuk menumbuhkan platform mereka.

StreamHERO, jaringan iklan untuk streamer, mendapatkan investasi pre-seed sebesar US$550 ribu (sekitar Rp7,8 miliar). Ronde investasi itu dipimpin oleh Adventures Lab. StreamHERO akan menggunakan dana ini untuk membuat tools monetisasi baru bagi para streamer dan sistem analitik baru. Sementara itu, pada November 2020, Hitmarker, platform pencarian lowongan pekerjaan di dunia gaming dan esports, mengadakan kampanye crowdfunding di Crowdcube. Mereka menjual 4% saham mereka demi mendapatkan modal ekstra. Target mereka dari kampanye crowdfunding itu adalah GBP200 ribu (sekitar Rp3,8 miliar).

Gamer Sensei adalah platform latihan gaming. | Sumber: The Esports Observer
Gamer Sensei adalah platform latihan gaming. | Sumber: The Esports Observer

GAMURS Group, perusahaan induk Dot Esports, baru saja mengakuisisi platform Pro Game Guides. Untuk melakukan itu, mereka menggunakan dana dari investor mereka, termasuk Aura Group. Tahun depan, GAMURS berencana untuk membeli beberapa perusahaan lain di ranah gaming.

GAMURS bukan satu-satunya perusahaan yang melakukan akuisisi pada bulan lalu. Corsair Gaming juga baru saja membeli Gamer Sensei, platform pelatihan esports. Dengan ini, Gamer Sensei akan menjadi salah satu divisi Corsair. Selain itu, Take-Two Interactive juga menandatangnai kontrak perjanjian untuk mengakuisisi Codemasters senilai US$980 juta (sekitar Rp13,9 triliun). Jika perjanjian itu disetujui oleh para pemegang saham dan regulator, akuisisi ini diperkirakan akan selesai pada Q1 2021.

Secara keseluruhan, sepanjang November 2020, total investasi di ranah game dan esports mencapai US$306 juta (sekitar Rp4,3 triliun). Sebagai perbandingan, total investasi di dunia game dan esports sepanjang 2020 telah menembus US$6,44 miliar (sekitar Rp91,1 triliun).

Sumber: The Esports Observer, Esports Insider

Mineski Global Kerja Sama dengan VPGAME, Activision Blizzard Pecat Puluhan Karyawannya

Selama satu minggu terakhir, ada beberapa berita menarik di industri game dan esports. Sebagian merupakan kabar baik, sementara sebagian lainnya adalah kabar buruk. Di Asia Tenggara, Mineski Global mengumumkan kerja samanya dengan VPGAME dari Tiongkok. Sementara di tingkat Asia Pasifik, Activision Blizzard mengungkap, mereka akan merumahkan lebih dari 30 orang.

Bersama VPGAME, Mineski Global Ingin Kembangkan Skena Esports di Asia Tenggara

Minggu ini, Mineski Global mengumumkan kerja sama dengan platform esports Tiongkok, VPGAME. Melalui kolaborasi itu, keduanya akan menggabungkan sumber daya mereka untuk mengembangkan skena esports di Asia Tenggara. Sayangnya, tidak diketahui berapa nilai kerja sama ini.

VPGAME akan menyediakan platform dan data marketing esports yang bisa digunakan oleh Mineski Global untuk mengiklankan turnamen esports tingkat regional mereka. Dengan kerja sama ini, Mineski Global dan VPGAME juga akan mengadakan turnamen esports bersama. Mineski Global akan fokus pada pengadaan turnamen lokal dan marketing, sementara VPGAME akan bertanggung jawab atas komunitas dan pembagian hadiah.

Melalui pengadaan turnamen-turnamen itu, VPGAME juga akan mengumpulkan kritik dan saran melalui aplikasi mereka. Dengan begitu, mereka akan bisa meningkatkan kualitas dari layanan, menurut laporan The Esports Observer.

Jalur 14, Seri Dokumenter tentang Industri Esports Malaysia Selama 14 Tahun

Pada akhir Agustus 2020 lalu, Netflix merilis seri TV dokumenter industri game, High Score. Sekarang, mungul seri TV dokumenter lain. Hanya saja, kali ini, dokumenter tersebut akan fokus untuk membahas industri esports di Malaysia selama 14 tahun belakangan.

Seri TV yang dinamai Jalur 14 ini akan menampilkan 14 orang yang tidak hanya berhasil membangun karir di industri esports, tapi juga membuat ekosistem esports Malaysia dikenal di dunia. Salah satu tokoh yang akan dibahas adalah Ng “YamateH” Wei Poong. Setelah sukses sebagai pemain Dota 2 profesional, dia mengunjungi Tun Abdullah Badawi, yang ketika itu menjabat sebagai Perdana Menteri Malaysia.

Jalur 14 akan menampilkan tokoh-tokoh penting di ekosistem esports Malaysia. | Sumber: IGN
Jalur 14 akan menampilkan tokoh-tokoh penting di ekosistem esports Malaysia. | Sumber: IGN

Tokoh lain yang akan tampil dalam Jalur 14 adalah Chai “Mushi” Yee Fung, yang berhasil membawa timnya menjadi juara 3 di The International 3 pada 2013 dan Dr. Yew Weng Kean, yang memenangkan medali emas dalam cabang olahraga esports Hearthstone di SEA Games 2019.

Jalur 14 juga akan menampilkan tokoh esports muda, seperti Mohd Fariz “Soloz” Zakaria, kreator konten yang berhasil mendapatkan dua juta follower di Facebook, Ahmad Fuad “Fredo” bin Razali, Andriyana “Chuchu Gaming” binti Mohamed Ghazali, dan lain sebagainya, lapor IGN.

Studi Oxford: Bermain Game Punya Dampak Positif ke Kesehatan Mental

Sebuah studi dari University of Oxford membuktikan, durasi yang orang-orang habiskan untuk bermain game memiliki dampak positif pada kesehatan mental mereka, walau dampak tersebut tak terlalu besar. Studi itu didasarkan pada survei pada lebih dari 6.500 pemain. Sebanyak 3.000 orang setuju untuk memberikan data telemetri mereka ketika mereka sedang bermain.

Survei tersebut fokus pada pengalaman para gamer ketika mereka memainkan game Plants vs Zombies: Battle for Neighborville dari Electronic Arts dan Animal Crossing: New Horizons dari Nintendo. Survei itu berlangsung selama dua minggu di bulan Agustus dan September 2020. Untuk mendukung studi ini, Nintendo dan EA memberikan data berupa berapa lama pemain bermain game. EA juga memberikan data ekstra seperti total damage ketika pemain bermain.

Plants vs Zombies: Battle for Neighborville.
Plants vs Zombies: Battle for Neighborville.

Setelah selesai bermain, para gamer akan diminta untuk mengisi survei. Dalam survei itu, pemain akan diminta untuk menyatakan setuju atau tidak setuju pada berbagai pernyataan seperti “Saya merasa kompeten saat memainkan PvZ” atau “Saya merasa menjadi lebih bebas saat memainkan Animal Crossing”, lapor GamesIndustry.

Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa para pemain yang bermain lebih lama memiliki kemungkinan lebih besar untuk merasakan emosi positif. Dalam studi itu tertulis, “Banyak orang takut bahwa bermain terlalu lama akan menyebabkan kecanduan dan merusak kesehatan mental seseorang. Namun, kami justru menemukan bahwa bermain game memberikan dampak positif pada kesehatan mental seseorang.”

Fnatic Kumpulkan Modal Lewat Crowdfunding

Fnatic dan perusahaan induk mereka, Sannpa Ltd. baru saja mengadakan crowdfunding di Crowdcubte untuk mengumpulkan modal. Mereka akan menjual 0,99% saham perusahaan demi mendapatkan modal sebesar setidaknya GBP 1 juta (sekitar Rp18,8 miliar), lapor The Esports Observer.

Masyarakat umum bisa mulai membeli saham Fnatic pada 19 November 2020. Namun, para investor yang telah mendaftarkan diri terlebih dulu bisa membeli sahan organisasi esports itu 24 jam sebelum waktu penjualan dimulai. Ketika kampanye pengumpulan dana ini dibuka untuk umum, Fnatic telah mengumpulkan GBP945 ribu (sekitar Rp17,8 miliar). Hanya dalam waktu 70 menit setelah penjualan saham dibuka untuk umum, Fnatic berhasil mencapai target minimal mereka.

Belum lama ini, Sannpa mengungkap strategi mereka dalam lima tahun ke depan. Mereka akan menggunaan dana dari crowdfunding ini untuk merealisasikan beberapa rencana jangka pendek mereka. Tujuan utama Fnatic saat ini adalah untuk mengembangkan merek dan fanbase mereka.

Queens Collective Gaming Resmi Diluncurkan

Queens Gaming Collective (QGC) resmi diluncurkan setelah mendapatkan kucuran dana sebesar US$1,5 juta (sekitar Rp21,3 miliiar). Ronde pendanaan itu dipimpin oleh BITKRAFT Ventures. QGC bertujuan untuk mendukung perempuan di industri esports, yang dianggap sebagai industri yang didominasi oleh pria. Mereka akan menyediakan segala sesuatu yang diperlukan oleh para pemain, kreator konten, dan streamer perempuan untuk membangun karir di dunia game dan esports.

Queens Collective Gaming ingin menyediakan kesempatan untuk pelaku industri game dan esports perempuan.
QGC ingin menyediakan kesempatan untuk pelaku industri game dan esports perempuan.

Sebagai perusahaan, QGC juga memiliki dewan penasehat yang terdiri dari para perempuan pemegang jabatan di Amazon, TikTok, Twitch, dan perusahaan besar lainnya. Atlet NBA Baron Davis akan menjadi salah satu ambassador dari QGC. Selain itu, mereka juga merekrut Karen Civil, seorang digital media marketing strategist.

“Queens akan mengubah industri game,” kata Alisa Jacobs, Co-founder dan CEO Queens Gaming Collective, seperti yang disebutkan oleh Esports Insider. “Gaming adalah gaya hidup. Dan Queens adalah gerakan global yang dibangun untuk dan dipimpin oleh para perempuan yang mengutamakan kerja sama serta ingin menampilkan representasi perempuan dan mencapai inklusi ekonomi.”

Activision Blizzard Bakal Pecat Puluhan Karyawan di Asia Pasifik

Activision Blizzard mengonfirmasi bahwa mereka akan kembali melakukan Pemutusah Hubungan Kerja (PHK) pada sebagian pekerja mereka. Kali ini, mereka akan memecat karyawannya yang ada di kawasan Asia Pasifik.

Kepada MCV, Activision Blizzard mengungkap, mereka akan merumahkan sekitar 30 pekerja. Mereka juga memastikan, orang-orang yang terkena PHK bukan berasal dari tim customer support dan pelokalan, seperti dikutip dari GamesIndustry. Di kawasan Asia Pasifik, Activision Blizzard memiliki kantor di Sydney, Shanghai, Seoul, Taiwan, dan Singapura.

Sebelum ini, Activision Blizzard juga telah menutup kantor di Versailles dan The Hague. Tak hanya itu, pada awal 2019, mereka memecat 800 orang, atau sekitar 8% dari total pekerja mereka ketika itu. Padahal, saat itu mereka mencetak rekor keuntungan terbesar.

PBESI Adakan Turnamen Free Fire untuk Pelajar, Malaysia Siapkan Rp51,5 M untuk Esports

Dalam satu minggu belakangan, ada beberapa informasi menarik terkait ekosistem esports di Indonesia dan di dunia. Salah satunya adalah turnamen Free Fire untuk pelajar yang akan diadakan oleh Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI) dan keputusan pemerintah Malaysia untuk menyiapkan dana hingga puluhan miliar rupiah demi pengembangan esports.

Pemerintah Malaysia Siapkan Rp51,5 Miliar untuk Pengembangan Esports

Dalam rancangan belanja negara untuk 2021, pemerintah Malaysia mengalokasikan RM 15 juta (sekitar Rp51,5 miliar) untuk pengembangan esports. Kali ini adalah tahun ketiga pemerintah Malaysia menyiapkan dana untuk mengembangkan esports. Sebelum ini, mereka telah menyiapkan RM 10 juta (sekitar Rp34,3 miliar) untuk pengembangan esports di 2019 dan RM 20 juta (sekitar Rp68,6 miliar) pada 2020.

Menurut laporan The Esports Observer, pengumuman ini dibuat oleh Menteri Keuangan Malaysia, Tengku Zafrul Tengku Aziz. Pendanaan untuk esports tersebut merupakan bagian dari pengalokasian dana sebesar RM 55 juta (sekitar Rp189 miliar) untuk olahraga berprestasi, seperti hoki, rugby, badminton, dan sepeda. Sayangnya, tidak diketahui bagaimana dana pengembangan esports ini akan digunakan.

Fnatic Dapat Investasi Sebesar US$10 Juta

Fnatic baru saja mendapatkan pendanaan internal sebesar US$10 juta. Ronde pendanaan kali ini dipimpin oleh perusahaan venture capital, Beringea. Kali ini, beberapa investor lama Fnatic, seperti Unbound, LVL1 Group, dan JHD juga ikut serta menanamkan investasi untuk organisasi esports asal Inggris itu. Ke depan, Fnatic juga berencana untuk melakukan crowd funding demi mengumpulkan dana ekstra sebesar US$1,3 juta.

Fnatic baru saja mendapatkan kucuran dana segar. | Sumber: The Esports Observer
Fnatic baru saja mendapatkan kucuran dana segar. | Sumber: The Esports Observer

Investasi ini akan Fnatic gunakan untuk mengembangkan merek mereka serta mempertahankan posisi mereka sebagai salah satu organisasi esports terbaik di dunia. Selain itu, mereka juga akan mencari Chief Financial Officer baru. Dengan pendanaan kali ini, total investasi yang telah Fnatic dapatkan mencapai hampir US$35 juta.

“Industri esports kini tengah tumbuh dengan sangat pesat, tapi esports sebagai industri juga masih sangat muda,” kata Karen McCormick, Chief Investment Officer, Beringea, seperti dikutip dari Forbes. “Setelah mengevaluasi industri esports, kami memutuskan untuk menanamkan investasi pada Fnatic karena merek mereka yang bagus, performa mereka sebagai perusahaan yang konsisten, serta fanbase yang besar dan aktif berinteraksi.”

PBESI Adakan Turnamen Free Fire untuk Pelajar

Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI) mengumumkan kompetisi Piala Pelajar pada Senin, 9 November 2020. Kompetisi yang mengadu game Free Fire itu hanya mencakup kawasan Jabodetabek.

Babak kualifikasi dari kompetisi khusus pelajar ini akan digelar pada 9-10 November 2020. Sementara babak semi final akan diadakan pada 11 November dan babak final akan diselenggarakan pada 13 November 2020. Di babak final, 12 tim pelajar terbaik akan diadu untuk memperebutkan Piala Pelajar Jabodetabek Season 1.

PBESI mengadakan turnamen Free Fire untuk pelajar.
PBESI mengadakan turnamen Free Fire untuk pelajar.

Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga, Kementerian Pemuda dan Olahraga, Chandra Bhakti menyatakan apresiasinya pada PBESI karena telah mengadakan turnamen ini. Dia mengungkap, ketika pendaftaran dibuka pada 5-7 November 2020, antusiasme para pelajar menengah dan setingkat sangat tinggi. Buktinya, jumlah tim yang mendaftarkan diri mencapai lebih dari 10 ribu tim.

Take-Two Interactive Bakal Akuisisi Codemasters

Take-Two Interactive mengungkap, mereka akan mengakuisisi Codemasters dengan nilai US$994 juta. Kedua perusahaan itu mulai melakukan negoisasi pada minggu lalu. Sekarang, keduanya setuju bahwa Take-Two akan mengakuisisi Codemasters pada Q1 2021. Dalam sebuah pernyataan resmi, Take-Two menjelaskan keuntungan yang mereka dapatkan jika mereka mengakuisisi Codemasters.

“Codemasters dikenal berkat kesuksesan mereka untuk membuat franchise game balapan yang paling sukses dan paling populer di industri game,” kata CEO Take-Two, Strauss Zelnick, seperti yang disebutkan oleh GamesRadar. “Kami percaya, keahlian mereka akan memperkuat portofolio kami dalam membuat game olahraga, yang memungkinkan kami untuk tumbuh menjadi lebih besar.”

Belum lama ini, Codemasters merilis Dirt 5. Pada tahun ini, mereka juga meluncurkan F1 2020, yang merupakan game ke-13 dari franchise game balapan Formula 1. Sementara itu, Take-Two adalah perusahaan induk dari Rockstar Games, yang membuat Red Dead Redemption dan Grand Theft Auto. Mereka juga memiliki 2K, yang membuat Bioshock, Borderlands, dan Civilizations.

Pembalap F1 Lando Norris Buat Tim Esports

Pembalap Formula 1 asal Inggris, Lando Noris, mengungkap bahwa dia akan membuat tim esports-nya sendiri, yang dinamai Quadrant. Nama Norris mulai dikenal di dunia maya setelah dia ikut serta dalam balapan virtual F1.

Lando Norris saat ikut serta dalam balapan virtua. | Sumber: BBC
Lando Norris saat ikut serta dalam balapan virtual. | Sumber: BBC

“Rencana untuk membuat Quadrant telah saya pikirkan selama beberapa waktu,” kata Norris pada BBC. “Lockdown mendorong saya untuk merealisasikan rencana itu lebih cepat karena saya lebih sering melakukan streaming online.”

Norris bukanlah pembalap pertama yang memutuskan untuk membuat tim esports. Pada April 2020, pembalap F1 Romain Grosjean telah membuat tim esports yang dinamai R8G Sim Racing. Ketika itu, Grosjean mengungkap, timnya akan fokus pada kompetisi balapan virtual. Namun, Norris mengatakan, dia ingin agar timnya tidak hanya bertanding di kompetisi balapan, tapi juga di game esports lainnya.

Bilamana Organisasi Esports Internasional Melakukan Ekspansi ke Asia Tenggara?

Pada 2019, Fnatic masuk ke pasar esports India dengan mengakuisisi tim PUBG Mobile lokal. Sementara pada akhir Oktober 2020 lalu, organisasi esports asal Prancis, Team Vitality mengumumkan keputusannya untuk melakukan ekspansi ke India. Memang, India merupakan salah satu negara yang ekosistem esports-nya berkembang pesat. Salah satu buktinya adalah pada 2019, total hadiah dari turnamen esports di negara tersebut naik hingga lebih dari dua kali lipat dari tahun sebelumnya.

Negara dengan populasi besar, seperti Tiongkok dan India, memang selalu menjadi target pasar yang menggiurkan, termasuk bagi organisasi esports. Jadi, tidak heran jika ada organisasi esports yang tertarik untuk melakukan ekspansi ke dua negara tersebut. Selain India dan Tiongkok, Asia Tenggara menjadi salah satu kawasan yang tidak kalah “seksi”. Berikut penjelasannya.

 

Pasar Esports di Asia Tenggara

Menurut Newzoo, 82% dari pengguna internet di Asia Tenggara bermain game. Sudah bisa ditebak, mobile menjadi platform favorit bagi para gamer di kawasan tersebut. Selain bermain game, netizen di kawasan Asia Tenggara juga senang menonton esports.

Dalam laporan Newzoo yang dirilis pada Juli 2020, disebutkan bahwa lebih dari 50% pengguna internet di Asia Tenggara menonton konten esports dalam waktu 6 bulan terakhir. Newzoo memperkirakan, pada akhir 2019, jumlah penonton esports di Asia Tenggara hampir mencapai 30 juta orang, naik 22% jika dibandingkan dengan tahun 2018.

Dalam sebuah acara online yang diadakan pada 29 Oktober 2020 oleh ONE Esports, CEO Team Secret, John Yao mengungkap, jika dibandingkan dengan orang-orang di Amerika Utara atau Eropa, masyarakat Asia Tenggara jauh lebih terbuka untuk menerima esports sebagai industri. Dia mengatakan, masyarakat Amerika Utara relatif lambat dalam menerima fakta bahwa atlet esports merupakan sebuah pekerjaan yang patut ditekuni. “Di Asia Tenggara, teman dan keluarga lebih bersedia menerima ketika seseorang memutuskan untuk menjadikan atlet esports sebagai karir,” ujarnya.

Di Indonesia dan Asia Tenggara, mobile esports lebih populer daripada game esports PC.
Di Indonesia dan Asia Tenggara, mobile esports lebih populer daripada game esports PC.

Pada acara yang sama, CEO Talon Esports, Sean Zhang mengatakan, game esports yang populer di Asia Tenggara berbeda dengan kawasan lain seperti Tiongkok atau Amerika Utara. “Di Tiongkok, game esports yang paling banyak ditonton adalah game esports PC. Sementara di Asia Tenggara, game yang kuat adalah mobile game, seperti Arena of Valor di Thailand,” katanya. Dia menganggap, hal ini tidak aneh, mengingat tidak semua orang di Asia Tenggara dapat membeli PC yang cukup powerful untuk bermain game.

Sementara itu, menurut CEO ONIC Esports, Shawn Liem, satu hal yang membedakan pasar esports Asia Tenggara adalah tingkat konsumsi masyarakat. Menurutnya, besar uang yang dihabiskan oleh fans esports atau gamer di Asia Tenggara lebih sedikit daripada di kawasan Amerika Utara atau Eropa.

Selain itu, total hadiah turnamen esports di kawasan Asia Tenggara juga tidak sebesar di kawasan NA atau EU. Dan hal ini akan memengaruhi sumber pemasukan utama sebuah organisasi esports. “Anda tidak bisa menggantungkan diri pada total hadiah,” akunya. “Soal bisnis, biasanya kami sangat memanfaatkan media sosial dan ikut turun dalam manajemen influencer atau talent.”

 

Organisasi Esports EU/NA yang Sudah Masuk ke SEA

Salah satu organisasi esports asal Eropa yang melakukan ekspansi ke Asia Tenggara adalah Team Secret. Pada Januari 2019, Team Secret mengumumkan roster PUBG Mobile mereka yang berasal dari Malaysia. Salah satu prestasi dari tim tersebut adalah memenangkan PUBG Mobile Pro League – Fall Split 2020: MYSG Finals pada September 2020. Tak berhenti sampai di situ, pada akhir Oktober 2020, Team Secret resmi mengumumkan rencananya untuk melakukan ekspansi ke Filipina.

Fnatic berhasil memenangkan memenangkan BTS Pro Series SEA Champions musim pertama.
Fnatic berhasil memenangkan memenangkan BTS Pro Series SEA Champions musim pertama.

Team Secret bukan satu-satunya organisasi esports asal Eropa yang menjajaki pasar Asia Tenggara. Sebelum Team Secret, Fnatic telah terlebih dulu terjun ke skena esports di ASEAN. Pada 2015, Fnatic mengakuisisi Team Malaysia, yang berlaga di Dota 2. Salah satu pencapaian tim tersebut adalah memenangkan BTS Pro Series SEA Champions musim pertama. Sayangnya, pada musim kedua, mereka hanya berhasil meraih gelar juara tiga dan pada musim ketiga, mereka justru melorot ke posisi buntut.

Sementara itu, dari Amerika Utara, organisasi esports yang masuk ke pasar Asia Tenggara adalah FaZe Clan. Mereka memutuskan untuk melakukan ekspansi ke Thailand pada Januari 2020, dengan membuat tim PUBG Mobile. Pada September 2020, tim FaZe Clan Thailand itu baru saja berhasil memenangkan 4 Countries Battle, mengalahkan Bigetron Red Aliens yang hanya dapat meraih juara tiga.

 

Organisasi Esports NA dan EU Masuki ASEAN, Berkah atau Musibah?

Menurut CEO RRQ, Andrian Pauline alias AP, ekspansi organisasi esports asing ke Asia Tenggara merupakan hal yang bagus. “Karena itu berarti pasar esports Asia Tenggara cukup penting bagi mereka,” ujarnya saat dihubungi oleh Hybrid.co.id melalui pesan singkat. “Tinggal bagaimana kita, sebagai pemain lokal, mampukah bersaing atau hanya jadi penonton.” Dia juga menganggap, ekspansi organisasi esports dari NA atau EU merupakan “peringatan” bagi tim lokal agar mereka siap untuk bersaing dengan organisasi esports global. “Khususnya di kandang sendiri,” katanya.

Sementara itu, CEO BOOM Esports, Gary Ongko mengatakan, jika organisasi esports asal Amerika Utara atau Eropa melakukan ekspansi ke Asia Tenggara, hal itu bukanlah masalah baginya. “Tapi mungkin, untuk orang-orang lain akan lebih susah, karena dana mereka kan lumayan wah. Apalagi, gaji tim PC lebih besar daripada tim mobile,” ungkapnya. Meskipun begitu, dia merasa, jika organisasi esports asal NA atau EU datang jauh-jauh ke Asia Tenggara, hal itu justru karena mereka tertarik merekrut tim yang berlaga di mobile esports, seperti League of Legends: Wild Rift dari Riot Games.

Wild Rift merupakan mobile game MOBA dari Riot Games. | Sumber: Pocket Gamer
Wild Rift merupakan mobile game MOBA dari Riot Games. | Sumber: Pocket Gamer

Jika organisasi esports asal NA atau EU masuk ke Asia Tenggara, Gary hanya berharap, netizen akan tetap menghargai tim lokal. “Jangan terlalu over respect pada tim luar,” ujarnya. “Kita juga bukan tim-tim kecil kayak 3-4 tahun lalu. Gaji-gaji pemain Bigetron, RRQ, EVOS, dan BOOM sudah tier-1. Jadi, netizen harus mengganti persepsi ‘tim luar pasti better‘.”

Memang, seperti yang Gary katakan, baik BOOM maupun RRQ bukanlah organisasi esports kecil. Saat ini, BOOM memiliki 32 pemain profesional. Mereka punya enam tim yang bertanding di lima game, yaitu Counter-Strike: Global Offensive, Dota 2, Valorant, Free Fire, dan PUBG Mobile. Mereka juga punya seorang pemain Hearthstone profesional. Sementara itu, RRQ punya tujuh tim yang berlaga di empat game: Mobile Legends, PUBG Mobile, Free Fire, dan Valorant. Tak hanya itu, mereka juga punya pemain FIFA serta sepasang pemain di Fortnite. Secara keseluruhan, RRQ punya setidaknya 42 pemain profesional.

Tak hanya besar dari segi jumlah pemain profesional yang dipekerjakan, baik BOOM maupun RRQ juga kaya prestasi. RRQ Hoshi baru saja berhasil memenangkan Mobile Legends Professional League Season 6 dan menjadi tim pertama yang memenangkan MPL dua kali berturut-turut. Tak hanya itu, dengan tiga trofi, mereka juga berhasil menjadi tim dengan trofi MPL terbanyak.

Sementara itu, BOOM Esports lebih dikenal dengan tim PC mereka. Pada April 2020, tim Dota 2 BOOM berhasil memenangkan ESL SEA Championship. Dan dalam BTS Pro Series Season 3: Southeast Asia, mereka berhasil menjadi runner-up. Tak hanya itu, tim CS:GO BOOM Esports — yang bermarkas di Brasil — dapat membawa gelar juara dari Americas Minor Championship – South America Qualifier.

Salah satu cara bagi sebuah organisasi esports untuk melakukan ekspansi ke kawasan baru adalah dengan mengakuisisi tim lokal dan melakukan rebranding. Hal ini dilakukan oleh Fnatic di India ketika mereka membeli tim PUBG Mobile lokal, yaitu Team XSpark. Jika ada organisasi esports dari Eropa atau Amerika Utara yang hendak masuk ke Indonesia atau Asia Tenggara, tidak tertutup kemungkinan, mereka akan mengakuisisi tim lokal.

Ketika ditanya apakah ada kemungkinan RRQ akan melepas salah satu roster mereka jika memang ada organisasi esports asing yang menawar, sambil tertawa, AP menjawab, “Why not?” Meskipun begitu, AP menegaskan, tentu saja RRQ tidak akan sembarangan menjual tim mereka. Pasalnya, mereka masih ingin bisa bertanding di skena esports Indonesia atau tingkat Asia Tenggara.

Sementara terkait strategi untuk menghadapi organisasi esports Amerika Utara atau Eropa yang melakukan ekspansi ke Asia Tenggara, AP mengungkap, RRQ tak punya strategi khusus. “Kita bakal tetap lakukan apa yang selama ini kita lakukan: keep on winning, jaga hubungan dengan fans dan rekan-rekan kami,” akunya.

RRQ punya fans yang loyal dan cukup fanatik. | Sumber: ONE Esports
RRQ punya fans yang loyal dan cukup fanatik. | Sumber: ONE Esports

AP menjelaskan, fans RRQ di Indonesia cukup loyal dan fanatik. Namun, kesetiaan para fans juga diimbangi dengan tuntutan yang tinggi. “Risiko fanbase besar ya itu, pressure tinggi. Kalau kita tidak bagus, mereka tidak segan-segan untuk kritik,” aku AP. “Tapi, semua fans juga pasti ingin agar tim kesayangannya menang. Kami sendiri cukup menikmati pressure seperti ini.”

Sama seperti AP, Gary mengungkap, BOOM tidak punya strategi khusus untuk menghadapi tim NA atau EU yang hendak masuk ke Asia Tenggara. “Karena kita belum tahu siapa juga, tapi ya kita treat semua organisasi esports dengan perlakuan yang sama. Semua teman dan rival bangun ekosistem bersama, sama seperti EVOS dan RRQ,” ujarnya. “Karena EVOS dan RRQ juga merupakan tim besar in their own rights.”

 

Organisasi Esports Indonesia Ekspansi ke Negara Lain

Bagi sebuah organisasi esports, melakukan ekspansi adalah hal yang wajar. Dan terlepas dari asal sebuah organisasi esports, mereka bebas untuk melakukan ekspansi ke negara manapun. Organisasi esports dari kawasan NA atau EU bebas untuk masuk ke pasar esports Asia Tenggara. Sebaliknya, organisasi esports dari Indonesia atau Asia Tenggara juga bisa saja melebarkan sayapnya ke kawasan lain.

Di Indonesia, ada beberapa organisasi esports yang sudah memiliki tim yang bermarkas di negara-negara tetangga. Misalnya, RRQ punya tim PUBG Mobile di Thailand, sementara BOOM Esports punya tim CS:GO di Brasil. Dan jika mereka ingin melakukan ekspansi ke negara lain di masa depan, tidak ada yang salah dengan itu. Namun, AP mengaku, RRQ tidak berencana untuk melakukan ekspansi dalam waktu dekat, terutama di saat pandemi.

Memang, apa saja yang harus organisasi esports siapkan ketika hendak melakukan ekspansi?

Menurut Gary, salah satu persiapan paling penting saat hendak melakukan ekspansi adalah menyiapkan staf media sosial. “Selebihnya, ya harus bisa sacrifice tidur. Karena kalau dengan Brasil, ada beda delapan jam,” aku Gary sambil tertawa. Salah satu alasan mengapa staf media sosial penting adalah karena media sosial menjadi jembatan penghubung antara tim esports dengan para fans-nya.

Selain itu, Gary mengatakan, setiap negara memiliki budaya masing-masing. Hal itu berarti, konten yang disukai fans esports di satu negara belum tentu mengena bagi fans dari negara lain. “Makanya orang media sosial kita beda,” jelas Gary tentang staf media sosial untuk kawasan Indonesia dan Brasil. “Karena apa yang diterima di sini belum tentu diterima di sana.”

Tim CS:GO BOOM Esports berasal dari Brasil.
Tim CS:GO BOOM Esports berasal dari Brasil.

Perbedaan budaya antara negara juga mengharuskan organisasi esports untuk menyesuaikan pendekatan mereka ketika mereka melakukan ekspansi. Hanya saja, hal itu bukan berarti sebuah organisasi esports harus mengganti prinsip atau esensi mereka. Bagi BOOM, fokus tim di Indonesia dan Brasil tetap sama, yaitu menjadi tim nomor satu di dunia.

“Jadi, ya, kita selalu usaha supaya kita bisa jadi tim yang terbaik. Saya pikir, kita sukses melakukan itu di Brasil. Pada 2020, BOOM tidak pernah kalah satu turnamen pun. Walau hanya skala regional South Amerika, memenangkan delapan dari delapan turnamen dalam satu tahun, saat semua orang berusaha untuk meng-counter kita, I think it’s an amazing feat,” ujar Gary. Lebih lanjut dia bercerita, setelah pandemi virus corona berakhir, tim CS:GO BOOM akan berlaga di Eropa atau Amerika Utara. “Dan kita akan buktikan bahwa kita top 15 di dunia.”

 

Kesimpulan

Real Madrid merupakan salah satu klub sepak bola terbaik di Spanyol. Namun, tidak semua pemainnya berasal dari Spanyol. Faktanya, Cristiano Ronaldo — yang masih memegang gelar sebagai pencetak gol terbanyak di Real Madrid — berasal dari Portugal. Hal ini menjadi bukti dari keberagaman kewarganegaraan dalam sebuah klub sepak bola. Dan tampaknya, hal ini juga akan terjadi di dunia esports.

Memang, kebanyakan organisasi esports sekarang memiliki roster yang homogen. Sebagian besar organisasi esports di Indonesia berisi pemain profesional lokal. Contoh lainnya, Damwon Gaming, yang baru saja memenangkan League of Legends World Championship, memiliki tim League of Legends yang semua anggotanya berasal dari Korea Selatan. Namun, saat ini, juga ada organisasi esports yang para pemainnya berasal dari negara yang berbeda-beda. Sebut saja OG. Kelima anggota tim Dota 2 OG berasal dari lima negara yang berbeda.

Di era globalisasi seperti sekarang, batas antar negara menjadi semakin kabur. Di dunia esports, hal itu berarti, organisasi esports dari sebuah kawasan bisa saja melakukan ekspansi ke kawasan lain. Saat ini, beberapa tim di Asia Tenggara sudah ada di bawah naungan organisasi esports asal Amerika Utara atau Eropa. Sebaliknya, organisasi esports dari Asia Tenggara, Indonesia khususnya, juga bisa melebarkan sayap ke kawasan lain. Beberapa organisasi esports yang telah melakukan hal ini antara lain BOOM Esports, EVOS Esports, ONIC Esports, dan RRQ.

Soal siapa yang akan dapat menguasai satu negara atau satu kawasan, hal itu akan tergantung pada kemampuan dari masing-masing organisasi esports untuk bersaing.

Sumber header: ABS-CBN

Gandeng Hisense, Fnatic Semakin Serius untuk Masuki Pasar Tiongkok

Fnatic baru saja menjalin kerja sama dengan Hisense, perusahaan manufaktur perangkat elektronik asal Tiongkok. Perjanjian ini akan berlangsung selama lebih dari 1 tahun.

Melalui kerja sama ini, Fnatic dan Hisense akan membuat konten video dan media sosial untuk menjangkau para fans Fnatic. Salah satu konten yang akan mereka buat adalah review produk. Selain membuat konten, Hisense juga akan menyediakan berbagai perangkat elektronik untuk markas Fnatic.

fnatic hisense
Salah satu bentuk kerja sama antara Fnatic dan Hisense adalah dengan membuat konten video, termasuk review produk.

“Kami senang dapat bekerja sama dengan Fnatic, salah satu dari organisasi esports terbaik di dunia. Tujuan kami adalah untuk meningkatkan standar hidup para fans Fnatic dan fans esports,” kata Alex Zhu, Vice President of Hisense International, seperti dikutip dari Esports Insider.

Kali ini bukan pertama kalinya Hisense masuk ke ranah esports. Pada 2017, mereka menjadi sponsor televisi eksklusif untuk Evil Geniuses, organisasi esports asal Amerika Serikat yang memenangkan The International pada 2015. Fnatic menjadi organisasi esports kedua yang Hisense gandeng untuk menjadi rekan mereka.

Industri esports memang sedang menjadi pembicaraan hangat. Tiongkok merupakan salah satu pasar esports yang paling menarik bagi para pelaku esports. Pasalnya, pertumbuhan industri esports di negara tersebut memang sangat pesat. Pada tahun ini, industri esports di Tiongkok tumbuh hingga 25% dari tahun lalu. Dukungan pemerintah menjadi salah satu alasan mengapa industri esports bisa tumbuh pesat di Tiongkok.

Jadi, tidak heran jika organisasi esports seperti Fnatic pun tertarik untuk masuk ke pasar Tiongkok. Menurut laporan The Esports Observer, Fnatic telah berusaha untuk melakukan ekspansi ke Tiongkok sejak 2017. Ketika itu, mereka bekerja sama dengan tim dan badan esports Tiongkok, B.O.O.T. Selain ke Tiongkok, Fnatic juga kini mulai fokus untuk melakukan ekspansi ke India. Mereka telah mengakuisisi tim PUBG Mobile di negara tersebut. Tak hanya itu, mereka juga bekerja sama dengan aplikasi layanan streaming India, Loco dan menggandeng OnePlus untuk menggeelar turnamen PUBG Mobile di India.

Bos Fnatic: Industri Esports Tumbuh Pesat Selama Pandemi

Pendiri dan CEO Fnatic, Sam Mathews, mengatakan bahwa industri esports tumbuh pesat selama pandemi COVID-19. Mathews mengatakan, para pelaku industri esports harus dapat memanfaatkan momentum tersebut.

Bulan lalu, Fnatic membuat laporan tentang bagaimana pandemi memengaruhi indsutri esports. Pada awal pandemi, industri esports terkena dampak negatif karena sejumlah turnamen esports offline harus ditunda atau dibatalkan. Namun, dengan cepat, para pelaku industri esports beradaptasi dan mengganti format turnamen offline menjadi kompetisi online.

“Salah satu temuan dalam laporan kami adalah betapa cepatnya turnamen esports offline diganti dengan kompetisi online,” kata Mathews pada Forbes. “Industri esports masih sangat muda jika dibandingkan dengan industri olahraga tradisional. Namun, pelaku industri esports dapat menyesuaikan diri dengan cepat, menunjukkan bahwa kami bisa memimpin di situasi ‘normal baru’ seperti sekarang.”

bos fnatic esports tumbuh pesat
Pertandingan Fnatic melawan G2 Esports di babak final LEC ditonton 1 juta orang. | Sumber: Twitter

Menurut Mathew, perkembangan industri esports selama pandemi juga menarik perhatian para pelaku industri hiburan dan olahraga tradisional. Dia juga menyebutkan, selama pandemi, esports menjadi semakin dikenal oleh banyak orang. “Pandemi COVID-19 menjadi bukti betapa pentingnya platform streaming digital. Hal ini mendorong perusahaan televisi untuk mencoba siaran digital dan mereka sukses menyiarkan sejumlah turnamen esports,” ujarnya. “Dengan begitu, batasan yang memisahkan industri olahraga tradisional, hiburan, dan esports menjadi semakin mengabur.”

Memang, sepanjang pandemi, sejumlah pelaku olahraga tradisional mulai masuk ke dunia esports. Tak hanya itu, kompetisi olahraga tradisional yang dibatalkan juga diganti dengan turnamen esports, seperti balapan dan pertandingan sepak bola. Sejumlah tim sepak bola dan NBA juga semakin memerhatikan esports, yang menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan esports sepanjang pandemi.

“Dengan dibatalkanya berbagai kompetisi olahraga tradeisional, perhatian masyarakat dan media beralih ke turnamen esports,” kata Mattews. “Laporan yang kami buat menunjukkan bahwa lockdown membuat masyarakat menghabiskan waktu lebih banyak untuk bermain game dan menonton konten game, menghabiskan uang lebih banyak untuk membeli item dalam game, serta mengunduh lebih banyak game. Tak hanya itu, jumlah viewership turnamen esports juga tumbuh sekitar 50-200%. Hal ini menjadi bukti bahwa industri esports tak mudah tumbang.”

Mathews juga membahas tentang meningkatnya viewership pada platform streaming game, khususnya pada Twitch. Platform milik Amazon itu mengalami pertumbuhan viewership paling tinggi jika dibandingkan dengan platform lain. Pada Q1 2020, total hours watched di Twitch mencapai 300 miliar jam.

“Twitch menguasai 65% pangsa pasar platform streaming game,” ungkap Mathews. “Jumlah viewership rata-rata Twitch pada Maret 2020 naik 16% dari Februari. Dan jumlah viewership rata-rata Twitch kembali naik 55% pada April. Angka ini menunjukkan betapa pesatnya pertumbuhan Twitch sebagai platform streaming game dalam bebreapa tahun belakangan.”

Saat ini, pandemi mulai mereda di sejumlah negara. Masyarakat sudah mulai dapat beraktivitas di luar rumah dan kompetisi olahraga kembali mulai diadakan. Hal ini akan membuat viewership esports turun. Meskipun begitu, perkembangan esports dalam beberapa bulan belakangan akan memberikan dampak positif pada industri esports ke depan.

Sumber header: Twitter