Sociolla Terbuka Untuk Garap Lini Bisnis Pergudangan Digital [UPDATED]

Social Bella, induk usaha dari retailer omnichannel Sociolla, mengungkapkan rencananya untuk terbuka merambah lini bisnis dari bidang pergudangan digital. Prospek digitalisasi pergudangan dinilai sangat cerah karena prosesnya saat ini masih manual.

Co-founder, CEO & President Social Bella Christoper Madiam menyampaikan optimisme untuk menyeruisi lini bisnis baru ini dikarenakan inovasi yang dikembangkan secara in-house ini telah terbukti membawa efisiensi yang begitu signifikan bagi internal Sociolla.

“Selama ini kita bangun teknologi untuk bisnis kita sendiri, namun terbuka untuk menjajakinya sebagai model bisnis baru. [Penggunanya] bisa multiple industry dengan kompleksitas yang sama [dengan Sociolla] bisa pakai,” ucap Christopher di sela-sela memperkenalkan Sociolla Warehouse di Cikupa, Tangerang, pekan lalu (27/10).

Dia mengaku, teknologi yang dikembangkan Sociolla untuk gudangnya ini sepenuhnya dikerjakan sendiri oleh tim teknologi, setelah melalui berbagai proses trial and error. Dari pengamatannya, tidak ada penyedia teknologi gudang yang mampu menjawab tantangan di Sociolla.

Tidak ada juga benchmark yang diambil oleh Sociolla dari pemain sejenisnya, mau di dalam negeri maupun di luar negeri untuk implementasinya. Akhirnya, diputuskan untuk bangun teknologinya dari awal. “Bahkan ada chip yang kami belinya dari Tokopedia,” tambahnya.

Tantangan Sociolla dalam menciptakan efisiensi ini terbilang unik dan tidak dialami oleh kebanyakan pemain digital lainnya. Seperti diketahui, produk kecantikan itu dalam proses penyimpanannya tergolong kompleks karena ukurannya kecil-kecil dan jumlah SKU yang banyak.

Alhasil, sulit untuk diidentifikasi oleh picker sebelum masuk ke proses pengemasan oleh packer. Ditambah lagi, setiap batch produk memiliki waktu kadaluarsa yang berbeda-beda. Kedua hal ini menjadi tantangan utama bagi Sociolla, sangat berbeda tantangannya dengan pemain fesyen.

“Tantangan ini sangat kompleks, kalau tidak ada teknologi yang mumpuni akan susah [durasi pengemasannya]. Kita melihat dari dua sisi, tim teknologi harus bisa bangun teknologi yang bisa dipakai dengan mudah oleh user [tim operasional].”

Sistem pergudangan di Sociolla

Christopher Madiam, Co-Founder, President and CEO of PT Social Bella Indonesia / Social Bella

Perusahaan mengembangkan sistem backend label harga digital yang didukung dengan IoT. Sistem ini terintegrasi dengan sempurna, memberi pandangan yang komprehensif dan real time untuk tim inventaris di semua saluran penjualan.

Hal ini memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi lokasi terdekat dan memilih mitra logistik yang optimal untuk pesanan online, memberikan panduan kepada toko offline mengenai penyimpanan produk, dan mengotomatiskan tugas-tugas, seperti pesanan pembelian, permintaan pembayaran, dan persetujuan.

Alurnya, setiap pesanan dari aplikasi Sociolla akan masuk ke sistem admin di gudang berdasarkan lokasi terdekat konsumen. Tim admin akan memberikan notifikasi ke PDA (Personal Digital Assistants) yang dipegang oleh masing-masing picker yang sudah bersiap di masing-masing area gudang.

Begitu notifikasi masuk, picker akan menerima tugas untuk mengambil pesanan konsumen ada apa saja dan titik produknya ada areanya di mana saja. Semua titik diberitahu secara akurat agar durasi picker jauh lebih efisien. Bisa jadi ada beberapa pesanan yang dikumpulkan oleh beberapa picker karena lokasi produk pesanannya berjauhan.

Setiap mengambil satu barang, picker akan scan barcode dari PDA yang tertera di tiap dus. Notifikasi ini akan langsung ke sistem admin untuk menandakan produk sudah berhasil diselesaikan oleh picker. Berikutnya, di ujung gudang terdapat console area yang menggabungkan seluruh pesanan.

“Dalam kotak console, terdapat chip yang terhubung dengan Wi-Fi dan dilengkapi lampu-lampu warna hijau, kuning, merah. Warna ini menandakan lengkap atau tidaknya pesanan. Bila ada pesanan yang belum digabungkan, sistem akan membaca dalam waktu tiga jam lampu berwarna merah. Bisa di-trace juga siapa picker yang ditugaskan, tracing-nya sangat detail.”

Berikutnya, setelah pesanan terkumpul dalam satu wadah akan diserahkan ke tim packer untuk pengemasannya. Terdapat tanda barcode di atas paket yang nantinya akan dibaca oleh kamera pintar untuk menandai barang tersebut sebaiknya dikirim oleh ekspendisi apa berdasarkan lokasi konsumen, dimensi dan ukuran paket. Seluruh proses ini dibantu dengan conveyer yang ditenagai dengan IoT.

Seluruh paket akan dikumpulkan dalam satu wadah berdasarkan masing-masing jenis ekspedisi yang sudah bekerja sama dengan Sociolla. Para ekspedisi ini biasanya sudah bersiap untuk melanjutkan prosesnya.

“Ketika kamera sudah scan paketnya, konsumen juga akan mendapat update status di aplikasi bahwa pesanannya sudah diproses oleh ekspedisi.”

Disebutkan implementasi teknologi ini membuat perusahaan jadi lebih efisien karena proses dapat diselesaikan dalam waktu kurang dari satu jam sejak pemesanan. Produktivitas pekerja juga jauh lebih tinggi.

Chris menjelaskan, sistem ini sudah diimplementasikan ke tujuh gudang Sociolla yang tersebar di seluruh Indonesia. Cikupa adalah lokasi gudang pusat terbesar milik Sociolla dengan luas 12 ribu meter persegi. Gudang tersebut sudah berdiri sejak tahun lalu.

“Karena teknologi ini dibangun sendiri, jadi bisa terapkan ke pameran kecantikan punya kita. Konsepnya jadi mini gudang, konsumen beli barangnya langsung dari gudang Sociolla. Brand fokus di branding-nya.”

Model bisnis Sociolla

Sejak beroperasi di 2015, Social Bella membangun SHEcosystem yang menyatukan ekosistem dari berbagai industri ke dalam satu ekosistem terintegrasi dan menjadi rumah bagi lebih dari 2.000 karyawan di tiga negara. Perusahaan punya empat model bisnis. 1) SOCO, superapp kecantikan, telah menjadi wadah bagi para beauty enthusiast dan komunitas dalam berbagi ulasan dan insight akan produk-produk kecantikan. SOCO memiliki hampir 3 juta ulasan yang mencakup sekitar 36.000 produk.

2) Beauty Journal, media online untuk kecantikan dan gaya hidup dengan layanan pemasaran O2O dari hulu ke hilir, 3) Sociolla, retailer omnichannel untuk produk kecantikan dan perawatan diri. Kini gerai Sociolla tersebar di 55 toko yang tersebar di 35 kota di Indonesia dan 12 gerai di empat kota di Vietnam. Selain menjadi retailer, Sociolla juga menggarap segmen B2B dengan menjadi retailer untuk distribusi produk ke toko modern dan tradisional. 4) Lilla, ekosistem yang dibangun oleh ibu untuk ibu dengan toko omnichannel pertama dibuka pada 2022.

Perusahaan juga membawa brand kecantikan lokal untuk ekspansi ke Asia Tenggara. Sejauh ini sudah ada tiga brand, yakni Esqa, Carasun, dan Avoskin yang sudah diorbitkan ke Vietnam.

*) Kami mengoreksi minor judul artikel

Application Information Will Show Up Here

Fresh Factory Raih Pendanaan Pra-Seri A Rp62 Miliar Dipimpin SBI Ven Capital

Startup penyedia solusi fulfillment rantai dingin Fresh Factory mengumumkan telah menutup pendanaan pra-seri A sebesar $4,15 juta (lebih dari 62 miliar Rupiah). Putaran ini dipimpin oleh SBI Ven Capital melalui join investment bersama Kyobo Securities dan NTUitive, serta partisipasi dari investor sebelumnya, seperti East Ventures, Trihill Capital, dan investor baru, PT Tap Applied Agri Services.

Pendanaan ini diraih selang 9 bulan setelah mengumumkan pendanaan putaran tahap awal senilai $4,5 juta dipimpin oleh East Ventures pada Juni 2022.

Dana segar ini akan digunakan untuk mengakselerasi pertumbuhan Fresh Factory dalam rangka mendukung pencapaian target sebagai perusahaan lokal yang menyediakan layanan dari hulu ke hilir dalam logistik dan cold chain fulfilment dengan strategi hiperlokal.

CEO SBI Ven Capital Ryosuka Hayashi menyampaikan, Fresh Factory berhasil mengidentifikasi komponen paling esensial dalam ekosistem logistik di Indonesia. Layanan yang mereka miliki dapat mengakomodasi tingginya permintaan pada layanan hiperlokal cold chain fulfillment, serta permintaan jasa logistik dari pelanggan dan pebinis.

“Kami sangat senang dapat bermitra dengan Fresh Factory guna mendukung visi mereka membangun perusahaan dan mentransformasikan lanskap sektor logistik di Indonesia,” jelas Hayashi dalam keterangan resmi, Senin (3/4).

“[..] Dengan didukung jajaran investor ternama, Fresh Factory akan terus meraih pencapaian yang lebih besar lagi dan menjadikan posisi kami semakin solid sebagai standar di industri cold chain fulfillment,” tambah Founder & CEO Fresh Factory Larry Ridwan.

Larry melanjutkan, dana segar akan digunakan untuk memperluas jaringan menjadi lebih dari 100 titik pusat layanan fulfillment di 50 kota di seluruh Indonesia pada akhir 2023. Rencananya titik persebaran fulfillment akan merambah kota-kota dengan populasi tinggi di Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, dan kota-kota lapis dua di Jawa.

Selain ekspansi, perusahaan akan merekrut lebih banyak talenta terbaik, meningkatkan kualitas layanan existing, dan mendorong efisiensi logistik dengan memperluas jaringan fulfillment untuk produk segar dalam layanan cold chain yang disediakan perusahaan.

Pertumbuhan Fresh Factory

Kebutuhan terhadap layanan infrastruktur cold chain di Indonesia terus meningkat sejalan dengan semakin luasnya penggunaan e-commerce dan online groceries. Pasar cold chain di Indonesia tumbuh dengan CAGR sebesar 10,7% pada 2016 hingga 2021, dan diperkirakan tumbuh 12,9% antara 2021 dan 2026.

Didirikan pada 2020 oleh Larry Ridwan (CEO), Widijastoro Nugroho (CCO), dan Andre Septiano (CFO) , Fresh Factory menyediakan jaringan hiperlokal cold chain, fulfilment, dan sistem manajemen pintar untuk fulfilment yang memungkinkan pelaku bisnis menyimpan, mengambil, mengemas produknya dan dikirim langsung ke pelanggan melalui fasilitas yang dimiliki Fresh Factory.

Fresh Factory menargetkan layanan logistik cold chain untuk produk makanan dan minuman (F&B), obat-obatan, produk kecantikan dan perawatan kulit, serta beberapa chip . Untuk itu Fresh Factory menyederhanakan seluruh aspek dalam logistik cold chain, mulai dari mengoperasikan layanan fulfilment berskala mikro untuk mendukung pengiriman produk ke destinasi akhir (last-mile) serta mendorong digitalisasi pada tahap awal (first-mile) yang mana produk dikirim dari klien ke pusat fulfillment Fresh Factory.

Sejak diluncurkan pertama kali, Fresh Factory telah tumbuh dari 20 pusat layanan fulfillment menjadi lebih dari 40 pusat layanan fulfillment di 22 kota di Indonesia, memperluas layanan ke pemesanan ritel, di samping layanan untuk pemesanan langsung ke pelanggan (direct-to-consumer).

Dalam satu tahun terakhir, transaksi GMV Fresh Factory diklaim meningkat 10 kali lipat dan jumlah klien meningkat dua kali lipat. Para penggunanya datang dari beragam perusahaan berskala besar, termasuk Danone, Sirclo, Eden Farm, dan Kin Dairy Fresh Milk.

Application Information Will Show Up Here

Berlomba Hadirkan Efisiensi, Platform Marketplace Dirikan Gudang Sendiri

Peran vital logistik bagi bisnis e-commerce sejatinya memaksa pemain di dalamnya untuk putar otak demi menekan efisiensi. Tantangan utama dari logistik Indonesia adalah aspek geografis dengan 17 ribu pulau dan setiap barang harus dikirim melalui tahapan yang panjang.

Dalam artikel sebelumnya, sudah dipaparkan bagaimana Blibli dan Lazada mengelola seluruh gudangnya untuk bantu melancarkan sistem logistik. Dari ranah marketplace C2C, Tokopedia, Shopee, dan Bukalapak, juga tak luput dari sorotan. Dari ketiganya, hanya Bukalapak yang mengambil pendekatan berbeda untuk menangani solusi logistik ini.

Hal ini tak lain karena Bukalapak sudah menjadikan layanan O2O “Mitra Bukalapak” sebagai bisnis utamanya. Menurut laporan keuangannya pada kuartal III 2022, kontribusi mitra terhadap pendapatan perseroan meningkat menjadi 53% dari 43% secara year-on-year, mendominasi daripada dua bisnis lainnya, yakni marketplace dan BukaPengadaan.

Dalam wawancara bersama DailySocial.id, Presiden Bukalapak Teddy Oetomo menyampaikan perseroan mengambil dua pendekatan untuk mengatasi isu logistik di bisnis marketplace dan mitra. Secara berurutan solusinya dinamakan BukaGudang dan Gudang Mitra. Keseluruhannya dilakukan bersama dengan pihak ketiga.

BukaGudang sendiri sudah diluncurkan sejak Maret 2020, bekerja sama dengan PT IDCommerce dan Crewdible. Tidak disebutkan bagaimana kondisi terkininya. Teddy hanya menyampaikan saat ini BukaGudang dimanfaatkan oleh sejumlah merchant di Bukalapak untuk mengelola proses pengiriman barang kepada pembeli dengan mudah dan nyaman.

Adapun untuk Gudang Mitra merupakan gudang penyimpanan barang-barang grosir yang dapat dipesen oleh para Mitra Bukalapak melalui fitur Grosir. Fitur ini memungkinkan mitra untuk menerima pengiriman produk-produk grosir dari Gudang Mitra atau pengiriman langsung dari prinsipal.

“Pengiriman dari Gudang Mitra sudah tersedia bagi seluruh 14,2 juta Mitra Bukalapak dan telah dimanfaatkan oleh sekitar 5 juta Mitra kami. Gudang-gudang kami tersebar di 172 kota, dengan jangkauan layanan ke lebih dari 1.100 kecamatan di 34 provinsi, dengan kapasitas pelayanan per gudang hingga 400 transaksi per hari,” terang Teddy.

Dalam operasionalnya, Bukalapak turut didukung Crewdible dan IDCommerce. Keduanya sama-sama perusahaan yang bergerak di bidang logistik. Mereka punya gudang dan kapabilitas untuk pengadaan untuk penjual online, hanya saja yang membedakan adalah Crewdible bermain di jaringan gudang mikro.

Saat ditanya mengenai rumor Bukalapak berinvestasi untuk Crewdible. Teddy tidak bersedia merespons. Sebelumnya, dikabarkan Bukalapak, melalui entitas Sierra Ranger Pte. Ltd., berpartisipasi dalam pendanaan seri A bersama investor lainnya, yaknni Ondine Capital, 500 Southeast Asia, dan Aldi Haryopratomo sebagai angel investor.

Teddy melanjutkan, tak hanya fitur Grosir, bentuk komitmen lain dari Bukalapak untuk permudah pengadaan bagi mitra adalah terus menambah ketersediaan ragam pasokan kebutuhan-kebutuhan dagang mitra warung, misalnya daging ayam, daging sapi, telur ayam, beberapa jenis sayuran, dan ikan. Semakin beragam pilihan produk di warung kelontong maka makin berdaya saing di lingkungan rumahnya.

Sebelumnya, perseroan juga sempat mengumbar rencananya untuk menjadikan seluruh gerai Transmart sebagai penyuplai untuk Mitra Bukalapak dalam memenuhi stok barang jualannya di warung. Sebelum AlloFresh hadir, SKU yang dapat dibeli Mitra Bukalapak melalui kemitraan bersama prinsipal Bukalapak hanya ratusan hingga ribuan SKU saja.

Sekarang Mitra Bukalapak di daerah-daerah dapat memiliki lebih banyak pilihan produk dari berbagai prinsipal di jaringan Transmart untuk menawarkan lebih banyak produk dagangan di warungnya.

Ia pun memandang prospek solusi pengadaan untuk mitra-mitra warung sangat positif, mengingat jumlah warung yang “underserved” masih sangat besar dan tersebar di pelosok-pelosok. Tantangan utamanya adalah akses distribusi yang terbatas ke daerah-daerah tersebut.

“Oleh karena itu, Bukalapak masih terus akan mengembangkan dan memperkuat wilayah layanan (coverage area) ke pelosok-pelosok dan mempertahankan tingkat layanan (SLA) yang tinggi atas kebutuhan warung-warung mitra kami tersebut,” katanya.

Kehadiran “Dilayani Tokopedia”

Adapun Tokopedia dan Shopee berlomba mendirikan gudang sendiri di sejumlah lokasi untuk menggaet para merchant besar dan kecil lebih mudah menjangkau para konsumennya. Sebenarnya layanannya tidak jauh berbeda dibandingkan pemain e-commerce B2C seperti Blibli dan Lazada, karena semuanya juga memanfaatkan ekosistem sendiri, dengan bantuan dari pihak ketiga lainnya juga, agar hasilnya tetap optimal dan menciptakan efisiensi.

Yang membedakannya hanya dari pengadaan produk. Di Blibli misalnya, mayoritas produk yang ada di gudang itu milik sendiri.

Terkini, Tokopedia baru meresmikan gudang pintar terbesar dari seluruh gudang yang dikelola seluas 1.500 meter persegi. Lokasinya di Osowilangun, Surabaya, Jawa Timur. Disebut gudang pintar, alasannya karena pakai teknologi yang sudah dikembangkan Tokopedia, disertai data-data analitik yang dapat membantu merchant menyusun strategi saat berjualan.

Pada peresmiannya turut dihadiri oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Khofifah bilang, kontribusi dari sektor perdagangan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Jawa Timur menempati urutan kedua (18,49%) setelah sektor pengolahan (di atas 30%), kemudian disusul pertanian.

Karena punya kontribusi yang besar, maka kehadiran gudang pintar di Surabaya diharapkan dapat mendongkrak sektor perdagangan jadi lebih besar. “Harus tumbuh inklusif dari setiap pertumbuhan karena akan memberikan penurunan signifikan angka pengangguran terbuka dan kemiskinan,” kata Khofifah.

Keputusan Tokopedia untuk menghadirkan Dilayani Tokopedia karena melihat dari tren pengiriman barang yang terus melonjak di dalam Jawa Timur dan ke luar kawasan. Perusahaan juga punya misi ingin menumbuhkan kapasitas UMKM agar dapat lebih dekat dengan pembeli di mana pun mereka berada, tanpa harus pindah ke kota besar.

Sejak dirilis, merchant Tokopedia di Surabaya yang memanfaatkan gudang pintar tersebut diklaim telah mengalami peningkatan transaksi di Jawa Timur hingga lebih dari 1,5x lipat. Sedangkan penjual di Surabaya yang memanfaatkan Dilayani Tokopedia mengalami peningkatan transaksi dari luar Jawa Timur sebesar 2x lipat.

“Dilayani Tokopedia yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia adalah salah satu contoh manifestasi inisiatif Hyperlocal Tokopedia yang menerapkan teknologi geo-tagging,” tambah Direktur Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah Tokopedia Astri Wahyuni.

Dilayani Tokopedia memberikan sejumlah fasilitas untuk para UMKM, di antaranya 30 hari pertama gratis, jasa pengiriman dengan 3PL dan pengepakan, akses dashboard untuk manajemen stok dan pantau penjualan. Sementara untuk pembeli, akan mendapat layanan bebas ongkos kirim dan barang jauh lebih cepat sampai.

Dalam situs, dipaparkan biaya yang dikenakan ke penjual apabila memanfaatkan Dilayani Tokopedia, mencakup biaya fulfillment dan biaya penyimpanan. Untuk biaya fulfillment sebesar Rp5 ribu per item, sudah mencakup biaya admin, inbound, dan outbound. Sementara untuk biaya penyimpanan dikenakan untuk setiap unit barang yang sudah tersimpan di gudang selama lebih dari 60 hari. Biayanya mulai dari Rp750 hingga Rp2 ribu.

Terhitung gudang pintar Dilayani Tokopedia sudah tersebar di enam titik, yakni Jakarta, Makassar, Medan, Bandung, dan Palembang. Di Surabaya saja, ada dua gudang pintar, namun yang terbesar ada di Osiwilangun.

AVP of Fulfillment Business Development Tokopedia Samuel Simanjuntak menuturkan, sepanjang kuartal III 2022 secara keseluruhan jumlah pembeli yang menggunakan Dilayani Tokopedia naik 1,5x lipat secara year-on-year. Sedangkan jumlah transaksinya melonjak lebih dari 2x lipat dan jumlah penjual yang memanfaatkan Dilayani Tokopedia meningkat lebih dari 2x lipat.

Di sisi lain, rute Medan ke Kabupaten Merauke, dan Palembang Martadinata ke kota Jayapura menjadi beberapa pengiriman barang terjauh yang menggunakan Dilayani Tokopedia.

Sebelumnya Dilayani Tokopedia menggunakan nama TokoCabang sudah diperkenalkan sejak 2019. Mitra yang digaet adalah PT Bintang Digital Internasional (Haistar) dan TitipAja, unit bisnis dari logistik last mile Anteraja.

Samuel Simanjuntak merupakan mantan pegawai Sorabel yang kemudian mendirikan Swift (sebagai CEO dan Co-founder) setelah Sorabel tutup operasional pada Juli 2020. Ditelusuri lebih jauh, Dilayani Tokopedia dijalankan oleh PT Swift Logistics Solutions (SLS).

Dalam prospektus GOTO, SLS diakuisisi oleh Tokopedia, melalui PT Semangat Gerak Tangkas (SGT) pada tahun lalu. SGT melakukan penyertaan saham sebesar 67% di SLS. Tak hanya SLS, Swift juga memiliki anak usaha lainnya, yakni PT Swift Shipment Solutions (SSS) dan PT Swift Enabler Solutions (SES). Keduanya juga diakuisisi oleh SGT dan kini menjadi bagian dari Grup GoTo.

Adapun untuk kompetitor terdekatnya, Shopee juga memiliki layanan Dikelola Shopee sudah diperkenalkan sejak 2020. Kini lokasinya sudah tersebar di tujuh kota, yakni Jakarta, Medan, Palembang, Semarang, Surabaya, Balikpapan, dan Makassar. Solusi yang ditawarkan kurang lebih sama, yakni pengelolaan pesanan dan stok, agen chat terlatih, pengambilan, pengemasan, dan pengiriman, dan ditangani oleh tenaga operasional handal.

Terdapat fitur tambahan, yakni Partial Fulfillment, apabila stok di gudang Shopee habis, maka penjual dapat langsung mengirimkan pesanan dari gudang penjual. Kondisi tersebut lebih fleksibel dan mengurangi risiko pembatalan pesanan karena stok habis.

Crewdible Dikabarkan Galang Pendanaan Seri A [UPDATED]

Startup penyedia solusi pengadaan Crewdible dikabarkan menggalang pendanaan segar. Berdasarkan data yang diinputkan ke regulator, putaran ini telah diikuti sejumlah investor, termasuk Bukalapak (melalui entitas Sierra Ranger Pte. Ltd.), Ondine Capital, 500 Southeast Asia (dulu bernama 500 Durians), dan Aldi Haryopratomo sebagai angel investor.

Saat dihubungi, perwakilan perusahaan membenarkan informasi terkait dana segar yang diterima, sekaligus menyiratkan bahwa proses penggalangan telah rampung dan akan segera memberikan informasi resminya dalam waktu dekat.

Sebelumnya, Crewdible memperoleh pendanaan pra-seri A senilai $1,5 juta yang diumumkan pada Oktober 2019. Putaran tersebut dipimpin oleh Global Founders Capital (GFC).

Startup yang dirintis oleh Dhana Galindra pada 2017 ini memosisikan diri sebagai online fulfillment service yang mengedepankan sistem crowdsourcing. Crewdible memanfaatkan gudang atau ruko kosong di berbagai wilayah untuk bekerja sama sebagai mitra perusahaan.

Hingga kini, Crewdible menyediakan layanan terpadu seperti penyimpanan barang, packing, hingga siap diantar oleh kurir. Seluruh aktivitas tersebut berada dalam suatu aplikasi yang diharapkan memudahkan pemilik bisnis online dalam melakukan transaksi bisnisnya.

Dengan demikian, pebisnis bisa lebih fokus ke pengembangan bisnis mereka karena urusan operasional, mulai dari simpan barang, packing, hingga pengiriman, otomatis selesai dikerjakan secara profesional oleh tim Crewdible. Selain praktis, pebisnis dapat memangkas biaya operasional mereka menjadi lebih hemat sampai 30%.

Visi perusahaan adalah membentuk ekosistem yang terintegrasi untuk memudahkan semua orang memulai dan mengembangkan bisnisnya secara berkelanjutan. Serta misinya, memberdayakan serta berkembang bersama mitra-mitra dalam memberikan layanan fulfillment terbaik pada berbagai business e-commerce dan UKM di seluruh Indonesia.

Berdasarkan informasi yang diberikan perusahaan, per tahun lalu, ada lebih dari 7 ribu penjual online yang bergabung, menciptakan transaksi seller/client sebanyak 6,64 juta, memiliki lebih dari 97 ribu SKU terverifikasi.

Berikutnya, ada 43 brand dengan 85 toko pengguna jasa admin Crewdible, memiliki 116 mitra gudang, 35 mitra gudang pendingin, dan menghadirkan fitur baru OMS (order management system) dan WMS (warehouse management system). Terakhir, perusahaan telah memiliki tambahan kantor cabang yang berada di Surabaya dan Bandung.

Dalam monetisasinya, Crewdible memiliki tiga kategori gudang yakni basic, standar, dan pro. Masing-masing kategori memiliki fee fulfillment yang berbeda, antara lain: 2,9%, 3,8% dan 4,5%. Ketiga kategori tersebut dapat pebisnis pilih sesuai kebutuhan dan gudang.

Tak hanya pengadaan, perusahaan kini menyediakan dukungan jasa marketing, berupa jasa foto produk, jasa admin online, dan jasa lainnya yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pebisnis.

*Pembaruan: kami menambahkan Bukalapak ke daftar investor yang terlibat dalam pendanaan ini.

Application Information Will Show Up Here

Filosofi Blibli Bangun “Smart Logistics”

Bagi industri e-commerce, logistik adalah rangkaian langkah yang melibatkan segala sesuatu yang terjadi setelah pelanggan melakukan pemesanan di situs web. Artinya, secara umum, ini melibatkan pilihan pemasok; stok produk; perhitungan angkutan; pengemasan dan penyiapan produk; pelacakan pesanan; pengiriman barang; dan, dalam beberapa kasus, penukaran dan pengembalian — dikenal dengan reverse logistics.

Jika proses logistik berhasil dijalankan dengan mulus, maka ia akan berkontribusi secara signifikan pada tingkat konversi, loyalitas, dan retensi konsumer, yang seyogyanya menandai kesuksesan toko online secara keseluruhan proses. Namun, itu juga jadi kelemahan jika tidak efisien, semua pekerjaan bakal sia-sia.

Saking vitalnya, memutuskan sejumlah perusahaan e-commerce untuk membangun sendiri logistik dari nol. Blibli adalah salah satunya. Sedari awal Blibli beroperasi, perusahaan besutan Grup Djarum tersebut percaya pada kekuatan ekosistem. Oleh karenanya sejak Blibli berdiri, perusahaan serius mempelajari seluruh model bisnis dari ekosistem pendukung e-commerce.

“Dari awal kita percaya kalau mau sustain di bisnis e-commerce harus menguasai business model, dalam hal ini B2C. Artinya, model bisnis ini pakai 1PL yang mana kita harus punya barangnya, punya gudang, proses fulfillment dari pick, pack, sampai ke konsumen harus kita semua yang kerjakan. Dari awal kita belajar bagaimana punya logistic warehouse sendiri, ini bentuk investasi yang kami lakukan,” terang Co-founder dan COO Blibli Lisa Widodo saat dihubungi DailySocial.id.

1PL (logistik pihak pertama) adalah perusahaan atau individu yang membutuhkan kargo, pengiriman, barang atau produk yang diangkut dari satu titik ke titik lain. Logistik pihak pertama hanya melibatkan dua pihak. Ada produsen atau distributor yang mengirimkan barang (toko), dan ada pengecer atau pelanggan yang menerima barang (konsumer). Tidak ada perantara lain yang terlibat dalam keseluruhan proses.

Dalam hal ini perusahaan yang bertindak sebagai 1PL-lah yang menyediakan seluruh ekosistem logistiknya. Adapun proses logistik itu sendiri, dimulai dari transportasi masuk, transportasi keluar, manajemen armada, pergudangan, penanganan material, pemenuhan pesanan, manajemen inventaris, perencanaan permintaan, dan lain-lain.

Investasi yang dikucurkan perusahaan khusus dalam membangun sistem logistik sendiri, perlahan-lahan membuahkan hasil, terlihat dari bentuk efisiensi yang semakin meningkat. Lisa mencontohkan, dengan kehadiran 14 gudang di seluruh Indonesia, terkadang konsumen memesan barang dari berbagai gudang yang letaknya tak hanya di kotanya sendiri.

Warehouse management system (WMS) yang dibangun Blibli kini mampu mendeteksi stok barang dari seluruh gudang, sehingga pengiriman memungkinkan dikirim dari satu lokasi gudang. “Masa iya, konsumer beli banyak barang tapi boksnya beda-beda karena dari banyak gudang. Ini contoh proses efisiensi yang bisa kami lakukan dari internal.”

Bentuk efisiensi lainnya adalah penempatan barang di dalam gudang. Biasanya barang-barang FMCG yang paling sering dicari konsumen itu harus ditempatkan di titik terdekat dengan packing station. Tujuannya agar waktu pengemasan dapat dipersingkat dan segera dikirim ke lokasi tujuan.

Namun, untuk mendeteksi produk FMCG apa saja yang paling sering dibeli, tergantung dengan lokasi konsumen berada. Tidak semua gudang memiliki susunan barang FMCG yang sama. Untuk itu dibutuhkan automasi mana barang FMCG yang direkomendasikan perlu ditaruh terdekat dari lokasi picker. “Sehingga waktu tempuh picker untuk ambil barang bisa lebih pendek.”

Ia mencontohkan lagi, seiring berkembangnya model bisnis Blibli yang kini tidak hanya B2C, kini juga mengakomodir marketplace 3PL. Yang mana pemesanan diproses langsung oleh penjual di Blibli, barangnya juga disimpan dalam gudang mereka. Maka untuk memberikan kenyamanan yang sama bagi konsumen, algoritma dalam WMS akan merekomendasikan opsi pengiriman terbaik untuk dia dan penjual.

“Tujuan dari penerapan smart logistics bagi kami bukan dari seberapa maksimal, tapi seberapa baik dari kemarin. Hari ini harus lebih dari kemarin. Karena bisnis terus berubah, tipe klien terus bervariatif, jadi kami harus selalu dinamis. Jadi kami merasa saat ini belum maksimal karena kita enggak percaya sudah ada dititik teroptimal, tapi selalu usahakan terus lebih baik dari kemarin.”

Warehouse Blibli / Blibli

Pandangan mengenai smart logistics

Bagi Lisa, smart logistics pada akhirnya bicara soal efisiensi yang terjadi melalui pemanfaatan teknologi. Alhasil, smart logistics bukan soal memanfaatkan mesin robotik yang ditenagai dengan teknologi kekinian saja yang membuat proses logistik jadi lebih cepat. Tapi bagaimana mengadopsi teknologi terkini sesuai kebutuhan dan apa spesifik obyek yang mau dicapai.

Smart logistics harus jadi pintar dalam mengambil keputusan, jangan adopsi suatu solusi lalu dipukul rata. Harus ada analisis per segmen dan bagaimana spesifik obyektif yang mau diraih.”

Dia berpendapat, di Indonesia sejauh ini kebutuhan untuk memanfaatkan robotik belum menjadi suatu urgensi. Pun, tenaga manusia tetap dibutuhkan sampai kapanpun. Di balik itu, menggunakan tenaga manusia memang tidak terhindar dari risiko, namun dengan edukasi yang konsisten dapat diminimalisir. Kondisi di Tiongkok pun, yang notabenenya memakai robotik, sebetulnya masih membutuhkan sentuhan manusia dan tidak di semua gudang membutuhkan robot tersebut.

Justru dengan teknologi yang ada sekarang dapat dimanfaatkan untuk mempercepat manusia dalam bekerja. Salah satunya dengan memakai conveyor belt. Di Blibli, pemanfaatan alat tersebut juga tidak diberlakukan di semua gudangnya. Alasan memilih alat itu juga dikarenakan opsi tercepat karena di salah satu gudangnya itu berlantai-lantai.

“Enggak ideal kalau shelfing pindah-pindah dari lantai 4 ke lantai 1. jadi perlu pakai conveyor, kalau pakai tenaga manusia pakai lift trolly akan lebih lama.”

Dalam proses logistik 1PL di Blibli, seluruh gudangnya menyimpan lebih dari 100 ribu SKU dengan produk yang variatif. Alur keluar masuk barang dimulai setelah konsumen menyelesaikan pembayaran dari situs/aplikasi Blibli. WMS akan mendeteksi barang apa saja yang dipesan dan harus dipersiapkan oleh picker. Kerja picker harus lebih cepat, terutama jika konsumen pilih opsi logistik dua jam sampai.

“Artinya [kalau pilih opsi logistik dua jam sampai] dari order create, sampai barang sampai ke konsumen itu harus dua jam. Berarti proses pick and pack harus kurang dari 30 menit. Makanya barang FMCG yang paling banyak dipesan berdasarkan algoritma di radius gudang harus dekat dengan picker.”

Tak hanya penempatan barang yang dekat dengan picker, titik penjemputan ke kurir logistik juga harus dekat untuk penyerahan barangnya. Di dalam gudang Blibli sudah ditempatkan mitra logistik, yakni BES (Blibli Express Service), JNE, Grab atau Gojek yang ditempatkan secara implant.

Dengan memanfaatkan teknologi, perusahaan juga dapat membuat solusi logistik yang bernilai tambah, selain gratis ongkir, juga terdapat solusi pengiriman 2 Jam Sampai, trade-in, scheduled delivery, hingga kebijakan retur dengan rentang waktu sampai 15 hari. Bahkan, baru-baru ini memperkenalkan armada transportasi eco-friendly untuk mengirim produk fresh and frozen khusus area Jabodetabek.

Di samping itu, perusahaan juga dapat membuat keputusan yang lebih baik, terutama saat ekspansi solusi logistiknya tersebut. Penempatan armada BES dan gudang sangat memerhatikan densitas persebaran konsumen Blibli. Armada BES kini berjumlah lebih dari 1.200 kurir roda dua dan roda empat.

“Pola pikirnya kapan saatnya serahkan ke BES atau non-BES. Cara melihatnya adalah dari basis konsumer Blibli. Kalau densitasnya baik, solusinya yang paling baik adalah pakai armada logistik sendiri. Kalau tidak, pakai mitra yang solusi logistiknya terbaik di wilayah konsumen berada.”

Blibli memiliki 14 gudang yang beroperasi 24 jam dengan total luas lebih dari 130 ribu m2. Enam gudang di antaranya berlokasi di Jabodetabek, sisanya tersebar di Medan, Makassar, Bandung, Yogyakarta, Solo, Semarang, dan Surabaya.

Untuk melayani konsumen potensial Blibli yang bertumbuh, sebelum memutuskan ekspansi gudang secara jor-joran, biasanya perusahaan masuk dengan konsep hub. Ada empat jenis hub yang dipakai Blibli, yakni mobile hub, mini hub, hub, dan mother hub. Urutan ini dilihat berdasarkan ukuran gudang. Adapun saat ini, Blibli punya 33 hub. Setiap mengambil keputusan ekspansi, Blibli punya tim control tower yang selalu memantau densitas konsumer. Tiap mencapai metrik-metrik tertentu, tim tersebut selalu memberi sinyal ke tim business development untuk cari lokasi hub terbaik.

“Kalau angka terus konsisten, enggak perlu dibuat keputusan lagi, sebab rumusnya sudah ada. Prosesnya jadi lebih cepat, ditambah lagi kita didukung Grup Djarum jadi kita bisa buat hub lebih cepat kurang dari sebulan.”

Fulfillment by Blibli

Lisa percaya diri dengan pencapaian yang berhasil dicapai Blibli dalam membangun solusi logistik pintar adalah yang terbaik di Indonesia. Menurutnya, sudah lebih dari 11 tahun, teknologi WMS yang dibangun berhasil membuktikan bahwa konsumer puas dengan pelayanan Blibli, baik dari kecepatan pengiriman, kualitas pengemasan, dan lain-lain. Lantas kepercayaan diri tersebut melatarbelakangi hadirnya Fulfillment by Blibli.

“Bahkan kita juga handle kebersihan produk selalu dilap bersih, jangan sampai ada debu tersisa. Manage gudang, termasuk membersihkan debu itu ada cara khususnya. Setiap barang kita handle safety-nya, packing sangat mumpuni walau harga barangnya murah, tapi treatment-nya tetap sama.”

Ia melanjutkan, “Di bidang fulfillment dan delivery kita jadi yang terbaik, lalu kenapa kita enggak offer ke yang lain ya? Lalu kita mencoba untuk menawarkan solusi ini untuk brand principal yang tidak menjadikan logistik sebagai core mereka. Apalagi sebagai seller, mereka harus fokus ke product development, jadi perihal fulfillment bukan concern utama mereka.”

Penanganan fulfillment merupakan pekerjaan rumah yang cukup vital. Tak hanya soal pakai teknologi saja, tapi juga bicara bagaimana menangani keluhan konsumen, kebersihan, cara pengemasan yang tepat, dan lainnya. Pun dalam penyimpanan ada barang-barang yang harus disimpan dalam suhu tertentu, misalnya perhiasan, tas kulit, dan emas. Mengemas barang-barang mahal tersebut juga tidak bisa disamakan dengan mengemas minyak goreng.

“Hal-hal seperti ini yang ingin kita sampaikan ke teman-teman bisnis. Kalau mereka mau core-nya ke produksi, bukan logistic, artinya energinya jangan dihabiskan ke sana. Blibli yang akan bantu.”

Atas dasar pertimbangan tersebut, sejak tiga tahun lalu, Blibli mulai perluas solusi untuk penjual non-Blibli. Tapi langkah awal dimulai dari interal Grup Djarum, kemudian perlahan disebarluaskan untuk non-grup. Dengan menjadi ekosistem terbuka, kini Fulfillment by Blibli juga melayani penjual yang berjualan di platform e-commerce non-Blibli, termasuk brand yang menjual barangnya lewat situs e-commerce-nya sendiri.

Namun, Lisa tidak menyebutkan secara spesifik berapa banyak brand yang sudah memanfaatkan solusi ini.

Dalam prosesnya, barang yang akan dijual cukup ditaruh di dalam gudang Blibli dan fulfillment akan diselesaikan oleh tim gudang Blibli. Kemudian, brand akan diberi akses dasbor untuk monitor stok barang, harga, dan opsi logistik. Bahkan, Blibli juga memungkinkan brand untuk memiliki pengemasan tersendiri apabila ingin memakai dari mereka sendiri. “Kami pakai pricing based on order. Jadi kalau ada order baru kita charge brand, termasuk charge storage fee,” tutup Lisa.

Fresh Factory Raih Pendanaan Tahap Awal Senilai 66 Miliar Rupiah Dipimpin East Ventures

Startup penyedia solusi fulfillment rantai dingin (cold chain) Fresh Factory berhasil meraih pendanaan tahap awal atau seed funding senilai $4,5 juta atau setara 66 milliar Rupiah dipimpin East Ventures. Putaran ini juga diikuti oleh beberapa investor lainnya, termasuk PT. Saratoga Investama Sedaya TBK, Trihill Capital, Indogen Capital, Prasetia Dwidharma, Number Capital, Y Combinator, dan beberapa investor angel lainnya.

Dana segar ini rencananya akan dialokasikan untuk ekspansi gudang ke semua kota sekunder di Jawa serta kota-kota utama di Sumatera dan Sulawesi.  Selain itu, investasi kali ini juga akan digunakan untuk memperkuat tim dan teknologi guna meningkatkan adopsi dan pencapaian operasional perusahaan.

Didirikan pada tahun 2020 oleh Larry Ridwan (Founder & CEO), Widijastoro Nugroho (Co-Founder & CCO), dan Andre Septiano (Co-Founder & CFO), Fresh Factory menyadari besarnya masalah pada logistik rantai dingin di Indonesia. Maka dari itu, perusahaan berkomitmen menyediakan jaringan pusat fulfillment rantai dingin hiperlokal, transformasi, dan sistem manajemen fulfillment cerdas yang memungkinkan pelaku bisnis untuk menyimpan, mengambil, mengemas, dan mengirimkan produk mereka ke pelanggan dengan lebih baik, cepat dan efisien.

Sebagai negara dengan sumber daya yang melimpah dari pertanian dan akuakulturnya, Indonesia memiliki kebutuhan logistik rantai dingin yang efisien untuk penyimpanan dan pengiriman dari pusat produksi ke pelanggan. Namun, masih ada kesenjangan besar dalam lingkaran distribusi yang hanya berfokus pada gudang pusat tanpa memperhatikan logistik mid dan last mile. Fresh Factory ingin menjembatani hal ini dengan mendirikan cold storage cerdas di berbagai lokasi dekat dengan pelanggan.

Beberapa solusi teknologi yang telah terintegrasi ke dalam layanan mereka termasuk GeoTagging dan GeoLocation dalam menyimpan produk di gudang, Artificial Intelligence (AI) untuk proyeksi dan pengelolaan stok di gudang, serta Internet of Things (IoT) untuk memantau suhu freezer dan chiller.

Venture Partner East Ventures Avina Sugiarto mengungkapkan, “Melihat kesenjangan besar dalam solusi rantai dingin dan bagaimana hal tersebut menyebabkan berbagai masalah terkait food loss dalam rantai pasokan, kami percaya Fresh Factory hadir seagai solusi untuk memperbaiki logistik rantai dingin untuk produk makanan yang mudah rusak dan membantu para UMKM. Kami yakin Fresh Factory telah dan akan terus memberi manfaat dan menciptakan masyarakat yang lebih tangguh.”

Hingga April 2022, Fresh Factory telah mencapai $10 juta GMV tahunan dan fulfillment tahunan untuk lebih dari 1 juta pesanan. Hal ini diikuti dengan pertumbuhan pendapatan sebesar 30% MoM dalam tiga bulan terakhir. Perusahaan juga telah memiliki lebih dari 20 gudang cabang yang tersebar di berbagai kota di Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Bali dengan solusi penyimpanan barang beku hingga dingin.

Layanan fulfillment di Indonesia

Pertumbuhan e-commerce sedikit banyak telah mempengaruhi lanskap layanan pemenuhan atau fulfillment. Indonesia saat ini menjadi pasar e-commerce terbesar di Asia Tenggara dengan kontribusi hingga 50% dari seluruh transaksi yang tercatat. Pertumbuhan ini menandakan kontribusi besar e-commerce terhadap perekonomian digital di Indonesia.

Dikutip dari laporan e-Conomy SEA 2021, ekonomi digital Indonesia mengalami peningkatan dari angka USD47 miliar di 2020 menjadi USD70 miliar di 2021, ditambah dengan penetrasi digital yang terus meningkat berjumlah 158 juta pengguna e-commerce di Indonesia.

Sementara itu, berdasarkan laporan dari Research and Markets, pasar layanan fulfillment secara global diperkirakan akan mencapai $198,62 miliar pada tahun 2030, tumbuh pada CAGR sebesar 9,5% selama periode perkiraan. Penetrasi layanan internet yang cepat dan peningkatan jumlah pembeli online merupakan faktor utama yang mendorong permintaan akan layanan fulfillment di seluruh dunia.

Manuver dari para pemain e-commerce tanah air untuk masuk ke bisnis fulfillment dinilai sangat baik dengan memberikan pelayanan logistik secara terpadu. Langkah ini pertama kali diambil Tokopedia dengan meluncurkan layanan TokoCabang yang kini bertransformasi menjadi Dilayani Tokopedia. Layanan tersebut memungkinkan penjual menitipkan produk di “gudang pintar” pada wilayah dengan permintaan tinggi.

Selanjutnya, Bukalapak ikut menyasar segmen ini melalui layanan BukaGudang yang sudah dapat digunakan pelapak sejak Maret 2020. Buka Gudang memiliki dua mitra fulfillment, yakni PT IDCommerce dan startup penyedia jaringan pergudangan mikro Crewdible. Lalu, ada Shopee yang resmi masuk lewat layanan Dikelola Shopee pada September lalu. Layanan Dikelola Shopee memanfaatkan gudang milik sendiri dengan rata-rata pesanan diklaim dapat dikirim dua jam setelah pengguna menyelesaikan transaksi.

Selain para pemain e-commerce yang melakukan penetrasi di segmen fulfillment, sejumlah startup lokal juga fokus menggarap jaringan pergudangan mikro dan solusi pengadaannya untuk menciptakan dampak efisiensi. Beberapa diantaranya termasuk CrewdibleShipper, dan TokoTalk.

Fresh Factory Bangun Jaringan Gudang Pendingin Mikro, Tangani Solusi “Cold Chain”

Kehadiran e-commerce turut mengubah infrastruktur distribusi logistik yang dapat menjangkau banyak wilayah dengan pengiriman yang cepat. Distribusi dengan pendekatan tradisional tak lagi relevan karena digitalisasi membuat banyak pengusaha mengadopsi strategi D2C (direct-to-consumer).

Penyesuaian pola distribusi dengan pola D2C menjadi suatu keharusan, hanya saja membutuhkan layanan last mile dan infrastruktur untuk mendukungnya. Solusi ini masih minim hadir di Indonesia dan menjadi kesempatan bagi Fresh Factory untuk menggarapnya.

We like to solve big problems, and this is great because the the big problem yang we’re trying to solve is our own problems,” ucap Co-founder & CEO Fresh Factory Larry Ridwan saat dihubungi DailySocial.id.

Larry Ridwan bersama Andre Septiano dan Widijastoro Nugroho merintis Fresh Factory sejak 2020. Ketiganya memiliki kesamaan latar belakang, sama-sama pelaku bisnis yang menjual produk-produk yang berhubungan dengan gudang dingin. “Kami mengalami kesulitan karena tidak adanya infrastruktur yang efisien dan efektir dalam mendistribusikan produk-produk kami,” lanjutnya.

Bicara mengenai potensi pasar, gudang pendingin ini mengalami peningkatan permintaan di Indonesia. Industri ini menyumbang menyumbang lebih dari 15% PDB di Indonesia. Secara industri, pada 2018, industri perikanan mencatatkan peningkatan produksi hingga 25 juta ton.

Di tahun yang sama, industri agrikultur juga meningkat hingga 49 juta ton. Sedangkan untuk makanan olahan, peningkatan konsumsi hingga 7 juta ton dengan potensi bisnis mencapai $13,8 miliar. Kehadiran gudang pendingin juga dibutuhkan oleh industri farmasi.

Sementara itu, laporan Forrester Research mengungkapkan bahwa bisnis makanan dan bahan makanan mengalami pertumbuhan yang signifikan pada 2020 dipicu oleh pandemi, menyumbang 11% dari pasar e-commerce global, peningkatan yang signifikan dari hanya 5% pada 2015. Industri makanan dan bahan makanan diperkirakan tumbuh lebih jauh menjadi 15% pada 2025.

“Namun, solusi last mile yang tidak memadai membatasi adopsi biaya (waktu & uang) layanan last mile alternatif saat ini masih tinggi dibandingkan dengan ukuran transaksi konsumen.“

Atas dasar kebutuhan tersebut, Fresh Factory menjadi startup yang fokus menawarkan solusi cold chain, yang terdiri dari manajemen penyimpanan produk dingin dan layanan pengadaan (pemilihan pesanan, pengemasan produk, dan pengiriman ke pelanggan melalui operator pengiriman).

Startup ini mengambil pendekatan hyperlocal dengan membuat jaringan gudang pendingin mikro dengan jarak yang terjangkau antara satu sama lain, sehingga menciptakan dampak efisiensi.

Solusi Fresh Factory

Menurut Larry, solusi cold chain yang ada di industri kebanyakan hadir untuk melayani konsumen korporat besar, sehingga infrastrukturnya lebih tersentralisasi. Sistem yang digunakan pun lebih mengarah pada warehouse management system (WMS), bukan fulfillment management system (FMS). Artinya, WMS hanya memberikan sistem tracking warehouse saja, tepatnya saat masuk keluarnya barang.

Co-Founder & CMO Fresh Factory Widijastoro Nugroho menambahkan, sementara fulfillment management system menambahkan fitur pick and pack. Dengan demikian, pengusaha bisa melakukan produk bundling, special packaging, sisipan promosi, kemasan kostum, dan sebagainya. “Jadi, Fresh Factory memiliki FMS di dalamnya juga ada WMS-nya,” katanya.

Larry melanjutkan, tidak hanya jaringan gudang pendingin saja yang dapat disewa oleh pengusaha, juga terdapat solusi pengadaan. Untuk alurnya, pebisnis dapat memiliki lokasi gudang cabang Fresh Factory sesuai wilayah ekspansi bisnis online-nya. Kemudian, produk yang akan dijual dikirimkan ke gudang dengan menggunakan pengiriman yang disediakan oleh mitra logistik Fresh Factory untuk disimpan di dalam gudang.

Ketika terjadi pesanan, melalui sistem Fresh Factory, penyewa akan memasukkan info pesanan seperti produk, jumlah, dan info lainnya. Pihak Fresh Factory akan memroses pengadaannya hingga dikirim ke pembeli. “Dengan demikian, prosesnya akan jauh lebih baik, lebih cepat, dan lebih efisien daripada sebelumnya.”

Terhitung, saat ini Fresh Factory memiliki 15 gudang mikro yang tersebar di Jabodetabek, Pulau Jawa, dan Bali. Masing-masing gudang ini berjarak 8 km satu sama lain, sehingga proses pengadaan akan jauh lebih efisien. Dilengkapi pula dengan FMS untuk bantu proses integrasi secara end-to-end pengusaha agar dapat scale up lebih cepat.

Perusahaan menerapkan dua strategi monetisasi, pertama adalah FIFO (First In First Out) dengan sistem sewa loker per hari mulai dari Rp200 per unit. Kedua, Tanpa Biaya Setup dengan penghitungan berdasarkan penjualan, mulai dari Rp2.100 per fulfillment. Diklaim, Fresh Factory saat ini memiliki lebih dari 100 tenant, termasuk usaha kecil. Sepanjang 2020, total nilai transaksi Fresh Factory mencapai $1,8 juta atau Rp26 miliar.

Ditargetkan pada tahun ini, perusahaan dapat meningkatkan infrastruktur 100 fulfillment center, mencakup ke seluruh Jawa, Bali, dan nasional, dan 10 gudang pendingin. “Kami juga berencana untuk menambah ragam layanan fulfillment, mulai dari retail fulfillment, cross docking, cross border, dan solusi logistik lainnya yang lebih efisien untuk cold chain.”

Perusahaan telah mengantongi pendanaan tahap awal sebesar $1,5 juta (lebih dari 21 miliar Rupiah) yang didapat dari sejumlah investor, seperti Prasetia Dwidharma, Numbers Capital, dan Y Combinator. Pendanaan ini diperoleh pada Januari 2021. Wiji, panggilan akrab dari Widijastoro, menuturkan saat ini perusahaan masuk sebagai salah satu peserta di YCW22. Saat ini sedang berlangsung proses bootcamp-nya selama tiga bulan.

Bootcamp dengan YC berlangsung sampai akhir Maret 2022. Kita mulai pelan-pelan cari funding, target close-nya saat demoday di YC sekitar 15 April,” tambahnya.

Tak hanya Fresh Factory, sejumlah startup lokal juga fokus menggarap jaringan pergudangan mikro dan solusi pengadaannya untuk menciptakan dampak efisiensi. Mereka adalah Crewdible, Shipper, TokoTalk, dan platform e-commerce, seperti Shopee, dan TokoCabang (Tokopedia).

Strategi Penetrasi Bisnis Logistik LODI Melalui Perluasan Mitra

LODI, startup fulfillment dan last mile delivery, masih fokus pada perluasan lokasi pada tahun ketiga operasinya, agar lebih banyak konsumen dan penjual di seluruh Indonesia yang terlayani dan merasakan dampak dari pertumbuhan ekonomi digital. Startup ini sudah beroperasi di lima kota dengan berbagai mitra pergudangan, yakni Flexofast (Tangerang, Medan, Surabaya), Janio (Jakarta), dan Kalla Logistics (Makassar).

Dalam keterangan resmi, CEO LODI Yan Hendry Jauwena menjelaskan bahwa perusahaan menggandeng banyak mitra pemilik gudang dan perusahaan logistik agar dapat melayani banyak target konsumennya, yakni pengusaha UKM online dari berbagai segmen bisnis. Ekspansi ke Makassar, sambungnya, adalah informasi terbaru dari perusahaan yang ingin memfokuskan diri dalam memenuhi kebutuhan logistik di Indonesia bagian timur, yaitu Maluku, Sulawesi, dan Papua.

Salah satu dukungan Kalla Group lewat kemitraan ini adalah mengakomodasi moda transportasi truk untuk kebutuhan lintas pulau dalam waktu singkat oleh angkatan laut yang dimiliki Kalla Group. Tak hanya itu, Kalla Logistic menyediakan warehouse untuk kebutuhan fulfillment e-commerce dengan area seluas 2250 meter persegi yang akan digunakan LODI secara bertahap.

Menurut Yan, dukungan dari Kalla Group sangat besar untuk perusahaan dalam upayanya meningkatkan kualitas pelayanan di masa mendatang dan membantu melayani pertumbuhan digital ekonomi di Indonesia bagian timur dan Sulawesi.

“Keterlibatan Kalla Group dalam kemitraan ini meliputi sokongan transportasi serta logistik bagi LODI. Keterlibatan kedua belah pihak untuk saling bahu membahu menyokong satu sama lain mampu meningkatkan efisiensi, baik secara optimal maupun optimalisasi bisnis bagi semua pihak yang terlibat,” kata Yan.

Perkembangan bisnis LODI

LODI adalah startup yang mengadopsi konsep Cainiao, logistik raksasa dari Tiongkok. Selama ini pemain logistik selalu mengandalkan pada heavy asset, seperti memiliki gudang di berbagai lokasi dan armada sendiri dalam menjalankan bisnisnya.

Padahal, belum tentu aset tersebut memiliki utilitas tinggi. Ketika gudang itu kosong, selalu ada overhead cost yang dibebankan. Sehingga para pemain fulfillment kurang mampu bersaing dengan era digital seperti sekarang ini. Konsep Cainiao dengan light asset dan mengusung semangat kolaboratif dengan ekosistem logistik pendukung dianggap tepat untuk diadopsi di Indonesia.

Dihubungi secara terpisah oleh DailySocial, Yan menyampaikan berkat kemitraan dengan mitra fulfillment, kini perusahaan dapat menjangkau lebih banyak pemilik bisnis UKM yang datang dari segmen fesyen, peralatan rumah tangga, skin care, alat kesehatan, suplemen kesehatan, kebutuhan bayi, dan masih banyak lagi. Kebanyakan dari mereka berjualan melalui platform marketplace.

Seluruh produk UKM ini dititipkan ke gudang mitra LODI dan seluruh proses pengadaan hingga pengiriman ditangani langsung oleh LODI. Para UKM pun dapat memprioritaskan fokusnya ke pengembangan bisnis agar semakin berkembang. Tidak disebutkan lebih jauh pertumbuhan bisnis LODI selama pandemi.

Dia juga menuturkan kebutuhan akan solusi pengadaan dikala pandemi kini menjadi incaran para UKM online untuk membantu mengembangkan bisnis mereka secara lebih efektif, baik dari segi waktu and biaya. Sekaligus, untuk meminimalisir kesalahan yang terjadi karena banyaknya pesanan yang masuk dari konsumen.

“Tentunya LODI mengimbangkan demand tersebut dengan man power preparation serta monitoring control yang menjadi SLA demi meningkatkan produktivitas.”

Yan tidak menjelaskan lebih jauh secara rinci bagaimana strategi perusahaan ke depannya. Ia hanya menyebut agar menjadi pemain dominan di Indonesia, perusahaan akan terus memperkuat inovasi produk dan operasional yang berfokus pada kepuasan pelanggan yang lebih tinggi. Dengan demikian, bisnis mereka dapat terus berkembang sehingga mereka dapat masuk ke era perdagangan yang akan datang (future commerce).

Terkait pendanaan, Yan hanya menyebut perusahaan terus membuka kesempatan untuk investor lain untuk bergabung dan mendukung perkembangan LODI. Terakhir, perusahaan memperoleh pendanaan tahap awal dengan identitas investor dan nominal yang dirahasiakan.

Sektor logistik mengalami kontraksi

Kendati sektor ini disorot menjanjikan di tengah laju pesat bisnis e-commerce di Indonesia, menurut data terbaru yang dirilis BPS terkait pertumbuhan ekonomi di triwulan pertama 2021, sektor logistik (pergudangan dan jasa penunjang angkutan; pos dan kurir) mengalami kontraksi 13,71% yoy. Hal ini disebabkan adanya pembatasan mobilitas di tengah pandemi.

Laju pertumbuhan industri transportasi dan pergudangan 2021 / BPS

Halangan terkait pembatasan tersebut juga divalidasi oleh Parcelmonitor yang mencatat adanya peningkatan waktu transit rata-rata sebesar 26% selama periode pandemi. Operator logistik belum sepenuhnya mengatasi tantangan di tengah pandemi pada tahun 2020.

Rata-rata waktu transit logistik di awal pandemi / Parcelmonitor

Namun optimisme pasar menyambut era baru logistik tampaknya menjadi pendorong digitalisasi di sektor ini. Terbukti, sepanjang H1 2021, terdapat tiga startup logistik yang mendapatkan pendanaan. Meliputi SiCepat (seri B senilai $170 juta), Shipper (seri B senilai $63 juta), dan Andalin (seri A dengan nilai yang disembunyikan).

Dari Pengiriman Last-Mile Hingga Mobilitas EV, SiCepat Membangun Ekosistem Logistik Baru di Indonesia

Seiring berkembangnya e-commerce di Indonesia, begitu pula ekosistem logistik dan rantai pasokannya—J&T Express yang dikembangkan sendiri, misalnya, mencapai valuasi USD7,8 miliar pada bulan April, sementara startup logistik lokal lainnya berlomba-lomba untuk menjadi perusahaan bernilai miliaran dolar berikutnya.

SiCepat yang berbasis di Jakarta merupakan salah satu perusahaan yang disebut-sebut berpotensi menjadi unicorn. Perusahaan ini mengumpulkan putaran Seri B senilai USD 170 juta pada bulan Maret, diikuti oleh investor seperti perpanjangan tangan investasi milik Telkom Indonesia, MDI Ventures, anak perusahaan Temasek Holdings, Pavilion Capital, dan Falcon House Partners. Tokopedia yang baru saja bergabung dengan Gojek juga dikabarkan berinvestasi di perusahaan induk SiCepat, Onstar, pada tahun lalu.

Didirikan pada tahun 2014 oleh pengusaha Indonesia The Kim Hai, SiCepat mulai berkembang secara agresif pada tahun 2018 setelah meluncurkan SiCepat Ekspres, anak perusahaan pengiriman jarak jauhnya. SiCepat juga beroperasi di sektor lain dengan enam divisi terpisah. Ini termasuk fulfillment e-commerce dan unit manajemen gudang HaiStar, e-commerce enabler Hera, platform SaaS manajemen situs web, Clodeo, dan layanan kargo pengiriman udara, CKL. Di waktu yang sama, melalui usaha patungan dengan perusahaan IT terdaftar M Cash Integrasi, SiCepat mengelola dua divisi lain—penyedia solusi logistik Logitek Digital Nusantara, dan solusi pemesanan makanan Digiresto.

“Kami memberikan solusi end-to-end untuk penjual online, khususnya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dari membantu mereka mendirikan toko online, termasuk situs web dan pasar, hingga operasional melalui pemenuhan dan pengiriman ke pelanggan akhir,” ungkap chief commercial officer SiCepat Ekspress, Imam Sedayu, kepada KrASIA.

Perusahaan mengklaim sudah mencapai profit, dengan pertumbuhan pendapatan hampir 300% dari 2020 hingga 2021, karena pandemi mempercepat adopsi belanja online, kata Imam. SiCepat Ekspres—yang saat ini mengirimkan sekitar 1,2 juta pengiriman setiap hari—adalah sumber pendapatan utama perusahaan, diikuti oleh HaiStar dan CKL Kargo, ujar Imam.

“Valuasi kami memang tumbuh, tapi menjadi unicorn bukan prioritas kami. Sebaliknya, fokus kami adalah memastikan bahwa SiCepat dapat tumbuh secara berkelanjutan dengan bisnis yang sehat dan menghasilkan keuntungan,” tambahnya.

SiCepat mengelola 12 fulfillment center di kota-kota besar di Indonesia. Dokumentasi oleh SiCepat

Kehadiran di vertikal berbeda

Dengan tujuh anak perusahaan, SiCepat bertujuan untuk membangun ekosistem logistik yang komprehensif untuk membuat “dampak nyata pada industri,” kata Imam. Grup SiCepat saat ini memiliki 50.000 karyawan di seluruh unit bisnis, termasuk kurir pengiriman. Perusahaan bekerja dengan lebih dari 6 juta mitra mulai dari platform e-commerce hingga penjual individu, sementara itu mengoperasikan jaringan 6.600 titik drop dan 12 pusat pemenuhan di seluruh Indonesia.

Imam mengatakan perusahaan menempatkan teknologi sebagai inti dari strategi bisnisnya, yang memungkinkan SiCepat untuk mengotomatisasi proses logistik yang berbeda, membantu mereka mencapai “tingkat pengiriman tepat waktu sekitar 98%,” katanya.

Di tengah momen sulit bagi industri jasa kurir dan pengiriman di Indonesia, dengan mitra kurir Gojek GoKilat, Grab, dan Lalamove yang sedang mogok untuk menuntut paket kompensasi yang lebih baik, Imam menjelaskan bahwa perusahaannya sejak awal memilih untuk mempekerjakan secara resmi semua mitranya.

“Model bisnis kami berbeda dengan platform lain yang menggunakan sistem kemitraan di mana mereka membayar pengemudi berdasarkan jumlah pesanan. Dalam bisnis ini, kita semua berfokus pada pengurangan biaya dan peningkatan produktivitas. Mungkin itu sebabnya platform tersebut memotong biaya pengemudi untuk menghemat biaya. Namun, kami percaya bahwa kami dapat meningkatkan produktivitas dengan menyediakan keamanan finansial bagi pengemudi dan sistem yang memudahkan mereka untuk bekerja,” jelasnya.

Untuk mengatasi tingginya biaya beberapa layanan logistik di daerah terpencil, SiCepat bekerja sama dengan pelaku industri lain seperti perusahaan e-commerce, instansi pemerintah, dan penyedia logistik pihak ketiga (3PL) lainnya.

“Integrasi ekosistem kami sendiri dengan perusahaan lain memungkinkan pelanggan memiliki lebih banyak pilihan layanan logistik yang lancar dan terjangkau. Misalnya untuk pengiriman ke luar pulau Jawa, pelanggan bisa memilih layanan premium menggunakan kargo CKL pengiriman udara, atau layanan reguler melalui darat dan laut dari mitra SiCepat dan 3PL,” kata Imam.

Rencana masa depan dengan EV

SiCepat baru-baru ini juga memasuki industri kendaraan listrik (EV) dengan membentuk usaha patungan lain yang disebut Energi Selalu Baru (ESB) dengan NFC Indonesia, anak perusahaan M Cash Integrasi. Pada bulan Juni, ESB mengakuisisi Volta, produsen sepeda motor listrik yang berbasis di kota Semarang, Jawa Tengah.

“Sebagai permulaan, kami akan membekali 5.000 pengemudi kurir dengan sepeda motor listrik. Kami juga akan membuat jaringan distribusi untuk sepeda motor listrik dan layanan pertukaran baterai dengan memanfaatkan kemampuan logistik kami,” kata Imam.

JV ini diharapkan dapat memasuki pasar yang lebih besar di luar ekosistem SiCepat, kata Imam. “Melalui ESB, kami berharap dapat berkontribusi untuk mengurangi polusi dan membangun ekosistem ekonomi hijau di mana kami dapat memberikan manfaat bagi industri dan masyarakat pada saat yang bersamaan.”

Perusahaan saat ini sedang berdiskusi dengan beberapa perusahaan dan lembaga pemerintah untuk menawarkan layanan EV-nya, kata Imam. “Banyak perusahaan, termasuk perusahaan milik negara, memanfaatkan EV untuk mengembangkan infrastruktur dan mengeksplorasi peluang di sektor ini. Saya pikir kita akan melihat kemajuan yang berarti dalam adopsi EV dalam lima tahun ke depan.”

Ke depannya, SiCepat akan terus fokus pada optimalisasi kemampuan teknologi dan pengembangan infrastruktur ekosistemnya. Imam juga menyebutkan niatnya untuk berekspansi ke seluruh wilayah, meski tidak mengungkapkan detailnya.

“Target kami tahun ini adalah membangun lebih banyak titik penjemputan untuk menjangkau daerah-daerah terpencil di Indonesia, termasuk Kalimantan dan Sulawesi, untuk memudahkan UMKM memasuki bisnis online. Mengenai ekspansi, kami masih mempelajari pasar mana yang cocok untuk bisnis kami, tetapi untuk saat ini kami masih fokus pada pasar lokal,” kata Imam.


Artikel ini pertama kali dirilis oleh KrASIA. Kembali dirilis dalam bahasa Indonesia sebagai bagian dari kerja sama dengan DailySocial

Layanan Marketplace C2C Garap “Fulfillment”, Jadi Investasi Masa Depan

McKinsey & Co memperkirakan nilai pasar e-commerce di Indonesia dapat mencapai $65 miliar (sekitar Rp910 triliun) pada 2022 atau naik delapan kali lipat dibandingkan tahun 2017 yang sebesar $8 miliar (sekitar Rp112 triliun). Pertumbuhan ini menandakan kontribusi besar e-commerce terhadap perekonomian digital di Indonesia.

Berdasarkan klasifikasinya, Consumer-to-Consumer (C2C) dan Business-to-Consumer (B2C) menjadi model bisnis yang banyak diadopsi oleh pelaku e-commerce Indonesia. Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee adalah contoh pelaku C2C yang menjadi platform pihak ketiga bagi transaksi yang dilakukan langsung antara pembeli dan penjual.

Sementara B2C memiliki model bisnis yang berbeda dengan C2C. Di sini, pemilik bisnis memanfaatkan platform untuk memasarkan produknya langsung ke konsumen akhir. Adapun, model ini diadopsi oleh sejumlah marketplace, yaitu Blibli, Lazada, dan JD ID.

Dalam satu dekade terakhir ini, ekosistem e-commerce di Indonesia semakin kuat. Masyarakat dapat menikmati beragam pilihan barang, metode pembayaran, hingga jasa pengiriman. Kendati begitu, ekspektasi masyarakat terhadap belanja online juga juga semakin meningkat.

Ekspektasi terhadap kecepatan pengiriman

Salah satunya adalah ekspektasi terhadap kecepatan pengiriman barang. Co-founder Paxel Zaldy Masita menilai konsumen rela merogoh kocek lebih agar pesanannya cepat sampai. Bahkan ia meyakini bahwa memang ada segmen pasar yang sebetulnya menginginkan kecepatan pengiriman.

Menurut riset Paxel Buy & Send Insights di 2019, sebanyak 36 persen dari total 535 responden penjual UMKM menyebutkan kecepatan pengiriman barang lebih penting ketimbang ongkos kirim murah. Sementara, sebanyak 97 persen penjual online mengalami peningkatan volume pengiriman barang dagangan setelah menyediakan jasa same day delivery.

Kemunculan layanan GoSend dan Grab Express juga dapat dikatakan sebagai pemicu booming-nya layanan logistik on-demand Indonesia. Kehadiran jasa logistik last mile di Indonesia dianggap sangat membantu mengakomodasi segmen pasar ini sekaligus menjawab tantangan logistik di negara kepulauan.

“Ada tiga pilar utama dalam industri e-commerce, yakni ICT, payment, dan logistik. Sekarang penetrasi smartphone semakin tinggi dan paket data semakin murah. Dengan tren ini, mau tak mau logistik juga harus berinovasi. Kami sadar bahwa instan itu mahal karena pasar logistik regular sudah terlalu banyak pemain,” ujar Zaldy di sesi #SelasaStartup beberapa waktu lalu.

Beberapa layanan marketplace bahkan sampai menggunakan jasa logistik sendiri untuk mencapai kecepatan pengiriman yang diinginkan. Shopee Express, misalnya, merupakan layanan logistik terintegrasi milik Shopee. Bahkan tren ini melahirkan banyak startup logistik last mile, seperti Paxel dan Help.

Menurut catatannya, pertumbuhan industri logistik di Indonesia selama satu dekade terakhir naik di atas rata-rata pertumbuhan nasional yang berkisar 10 persen per tahun, terutama logistik last mile yang tumbuh 30 persen per tahun.

Layanan terpadu lewat fulfillment

Beranjak dari paparan di atas, masalah logistik tak hanya memunculkan startup baru di bidang logistik, tetapi juga peluang bisnis baru bagi marketplace C2C.  Persaingan industri e-commerce semakin ketat. Dengan strategi bakar uang yang masih terus berlanjut, pelaku C2C terus mencari cara menciptakan revenue stream baru.

Manuvernya adalah masuk ke bisnis fulfillment untuk menjadi platform-as-a-service (PaaS) dengan memberikan pelayanan logistik secara terpadu. Dalam kurun satu tahun, semua marketplace C2C di Indonesia resmi menjajal peruntungan baru di bisnis fulfillment

Langkah ini pertama kali diambil Tokopedia dengan meluncurkan layanan TokoCabang pada pertengahan 2019. Tokopedia menggaet menunjuk PT Bintang Digital Internasional (Haistar) dan Titipaja (unit bisnis terbaru layanan logistik last mile Anteraja) sebagai mitra penyedia jasa fulfillment.

Langkah ini diikuti Bukalapak melalui layanan BukaGudang. Dalam keterangannya kepada DailySocial, BukaGudang belum diperkenalkan secara resmi, tetapi sudah dapat digunakan pelapak sejak Maret 2020. Buka Gudang memiliki dua mitra fulfillment, yakni PT IDCommerce dan startup penyedia jaringan pergudangan mikro Crewdible.

Terakhir adalah Shopee yang resmi masuk lewat layanan Dikelola Shopee pada September lalu. Layanan Dikelola Shopee memanfaatkan gudang milik sendiri dengan rata-rata pesanan diklaim dapat dikirim dua jam setelah pengguna menyelesaikan transaksi.

Kepada DailySocial, VP Marketplace Bukalapak Kurnia Rosyada meyakini bahwa strategi ini dapat memperkuat komitmen perusahaan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Kolaborasi dengan penyedia jasa fulfillment menjadi strategi marketplace untuk meningkatkan kenyamanan bertransaksi.

Kurnia menyebut bahwa layanan BukaGudang saat ini masih dalam tahap Proof of Concept (POC). Kami terus terus berupaya mendorong jumlah pelapak yang menggunakan BukaGudang,” ungkapnya dihubungi DailySocial beberapa waktu lalu.

Belum banyak data yang bisa dibagikan, namun Kurnia menyebutkan transaksi dari pelapak yang menggunakan BukaGudang lebih tinggi dibandingkan rata-rata transaksi biasa. Adapun, pengguna BukaGudang saat ini berasal dari kategori bisnis elektronik, bahan makanan, dan industri kecantikan.

Sementara menurut External Communications Senior Lead Tokopedia Ekhel Chandra Wijaya, jasa fulfillment justru mempermudah penjual untuk mengelola bisnisnya, mulai dari pengiriman stok produk hingga perencanaan penjualan ke depan. Hal ini karena platform mencatat seluruh riwayat penjualan dari berbagai gudang.

“Kehadiran TokoCabang menjawab tantangan logistik kepulauan dengan membantu pelaku usaha di Indonesia, baik penjual nasional maupun berskala lokal dari berbagai sektor. Pelaku usaha juga mau tak mau mengakselerasi platform digital,” ungkapnya kepada DailySocial.

Ekhel menyebutkan kunci bisnis ini dapat bergantung pada ketersediaan gudang. Opsinya bisa dengan membangun gudang sendiri atau berkolaborasi dengan pihak ketiga dengan mitra logistik last mile dan yang sudah memiliki jaringan gudang tersebar di Indonesia. Tak heran, di tahap awal cakupan layanan fulfillment ini baru bisa dinikmati di sejumlah wilayah.

Saat ini TokoCabang sudah tersedia di Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, Medan, dan Palembang. BukaGudang sendiri baru tersedia untuk kawasan Jabodetabek.

“Kami akan terus ekspansi ke seluruh Indonesia sehingga masyarakat bisa mendapatkan barang dari lokasi terdekat dengan ongkos kirim yang lebih murah,” ujar Ekhel.

Dihubungi secara terpisah, Founding Partner AC Ventures Pandu Sjahrir menilai bahwa fenomena marketplace C2C di fulfillment menandakan langkah tersebut sebagai sebuah “investasi masa depan” untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis mereka. “Dengan masuk ke sini, mereka dapat menjaga kualitas para seller,” tuturnya.

Menurut Pandu, pelaku C2C berupaya membentuk value chain tersentralisasi. Dengan teknologi, mereka dapat mengoptimalkan permintaan pesanan di seluruh Indonesia. Nilai plusnya adalah pelaku C2C dapat menempatkan gudang-gudang mereka di daerah yang tren permintaannya besar.

“Mereka menjadi semacam demand lab, mereka paling tahu. Justru ini sangat penting karena mereka bisa memperikan permintaan satu minggu ke depan dan seterusnya. Ini menjadi investasi tambahan karena mereka sudah demand per wilayah, tidak perlu riset dulu di daerah mana, baru bangun gudang,” ujarnya.

Mengakomodasi lonjakan transaksi selama pandemi

Di sisi lain, situasi pandemi menjadi semacam test case bagi pelaku C2C yang masuk ke bisnis fulfillment untuk mengakomodasi lonjakan transaksi belanja online. Menurut Ekhel, pandemi telah mengubah perilaku konsumen dari offline ke online, terutama pesanan yang sifatnya kebutuhan sehari-hari.

Di sisi lain, pandemi juga mendorong peningkatan penjual baru di platformnya. Per Agustus 2020, terdapat lebih dari 9 juta penjual di Tokopedia yang hampir 100 persen merupakan UMKM, bahkan dapat dikatakan 94 persen adalah penjual ultra mikro. Dari Januari sampai Agustus 2020, terdapat penambahan 2 juta penjual karena pandemi.

Riset terbaru iPrice dan Parcel Monitor mengungkap bagaimana pandemi berdampak pada waktu pengiriman barang di Asia Tenggara. Indonesia menempati posisi kedua dengan pengiriman menjadi lebih lama 30 persen atau 3 hari dibandingkan periode sebelum pandemi yang rerata 2,3 hari.

Zaldy menilai bahwa pandemi menjadi momentum bagi kelahiran layanan logistik baru yang diharapkan tidak hanya datang dari layanan logistik last mile. Bisa berupa layanan tracking atau warehouse.

“Masuk ke B2C dan C2C tidak mudah. Dulu hanya Grab Gojek aja. Situasi ini justru memunculkan pemain baru, seperti Paxel. Buat kami ini memang agak telat masuknya karena butuh resource besar. Tapi ini menjadi peluang besar bagi kemunculan startup logistik di berbagai macam vertikal,” jelasnya.