Leica M11 Resmi Diumumkan, Kamera Rangefinder Beresolusi 60 MP Dengan Teknologi Triple Resolution

Leica M10 original pertama kali diperkenalkan pada tahun 2017, kamera rangefinder ini mengemas sensor full frame 24 MP. Sejauh ini, Leica telah merilis empat varian lain dari Leica M10 yakni M10-P dan M10-D (24 MP) pada 2018, serta M10 Monochrom dan M10-R (41 MP) di 2020.

Kini Leica telah resmi mengumumkan Leica M11 dengan harga US$8.995 atau sekitar Rp128 jutaan. Penerus M10 ini masih mempertahankan form factor seperti para pendahulunya, namun membawa peningkatan yang cukup signifikan dibanding M10.

Sajian utama Leica M11 adalah sensor CMOS BSI 60 MP. Tak butuh resolusi setinggi itu? Tenang, Leica menghadirkan teknologi triple resolution. Kamera dapat menangkap foto dalam format Raw atau JPG pada resolusi penuh 60 MP, 36 MP saja, atau 18 MP dengan sensivitas tinggi menggunakan area sensor penuh.

Sensor tersebut dilapisi filter IR + UV baru yang sangat tipis untuk memberikan koreksi yang lebih efektif terhadap sinar cahaya yang paling miring sekalipun. Susunan filter tersebut juga menawarkan reproduksi warna yang lebih natural. Leica M11 memiliki rentang ISO dari 64 hingga 50.000, merekam pada kedalaman warna 14-bit dan diklaim punya dynamic range hingga 15 stop.

Dari segi desain, Leica M11 terlihat mirip dengan model M sebelumnya, tetapi memiliki beberapa perubahan hardware. Termasuk layar sentuh 3 inci dengan resolusi lebih tinggi yakni 2,3 juta titik dan beberapa kontrol telah diatur ulang untuk pengoperasian yang lebih mudah.

Perubahan yang paling mencolok adalah pelat dasar one-piece tradisional telah diganti dengan kompartemen baterai yang lebih konvensional sehingga fotografer dapat mengakses langsung ke baterai dan slot kartu SD. Yang unik, Leica M11 memiliki penyimpanan internal 64GB, jadi meski lupa bawa kartu SD tetap dapat memotret.

Di sisi daya, baterai 1.800 mAh baru menjanjikan daya baterai 64% lebih banyak daripada model sebelumnya. Menariknya lagi, baterai Leica M11 dapat diisi lewat port USB-C.

Leica M11 varian black-finish memiliki pelat atas yang terbuat dari aluminium berkualitas tinggi dengan scratch-resistant coating dan bobotnya 530 gram. Sementara, varian warna silver-chrome memiliki pelat atas dari kuningan klasik dan beratnya 640 gram.

Bersama Leica M11, Leica mengumumkan dua aksesori yakni electronic viewfinder Visoflex 2 dengan resolusi 3,7 juta titik yang dapat dimiringkan 90 derajat. Serta, handgrip baru yang dapat berfungsi ganda sebagai mount tripod.

Terakhir, Leica telah mengumumkan pembaruan firmware baru akan tiba pada paruh kedua tahun 2022. Firmware ini akan memberikan konektivitas yang ditingkatkan, memungkinkan kamera untuk dipasangkan dengan aplikasi Leica FOTOS untuk menyematkan data lokasi dalam foto dan mengakses gambar melalui Bluetooth.

Sumber: DPreview

Sony Umumkan Kamera Sinema Venice 2, Dukung Perekaman Video 8,6K & Sensornya Dapat Ditukar

Sony telah mengumumkan kamera sinema digital flagship terbarunya, Venice 2. Penerus dari Venice generasi pertama yang dirilis tahun 2017 ini mampu merekam video 8,6K dalam mode full frame dan mendukung dynamic range hingga 16 stop.

Sejumlah pembaruan pun diusung oleh Venice 2, seperti form factor yang lebih ringkas sehingga lebih ditangani ketika menggunakan gimbal dan didukung dua opsi sensor berbeda. Termasuk sensor full frame 8,6K baru beresolusi 50MP dengan dynamic range 16 stop atau dapat menggunakan sensor full frame 6K 24,8MP dari Venice original yang menawarkan dynamic range 15 stop dan mampu menghasilkan refresh rate lebih tinggi.

Untuk menukar modul sensor gambar, memang belum sepraktis seperti mengganti lensa, Anda masih membutuhkan bantuan beberapa alat sederhana. Setelah mengganti sensor, kamera tidak membutuhkan pembaruan firmware atau penginstalan ulang, segera setelah sensor baru dipasang, kamera langsung siap digunakan.

Selain itu, Venice 2 juga mewarisi beberapa fitur populer dari Venice original. Mencakup dukungan color science yang sama, dual base ISO 800 dan 3200, serta ND filter bawaan 8 stop. Juga kemampuan untuk merekam footage dalam berbagai resolusi dan rasio crop berbeda, termasuk 4K anamorphic dalam mode full-frame, 4K Super35. dan banyak lagi.

Sony juga menghadirkan rangkaian peningkatan berdasarkan umpam balik dari para penggunanya, yakni opsi perekaman internal untuk X-OCN, Apple 4K ProRes 444, dan Apple 4K ProRes 422 HQ. Berikut mode perekaman maksimum saat merekam dengan sensor 8,6K baru pada Venice 2.

  • 8.6K | 3:2 | 30FPS | Full Frame
  • 8.2K | 17:9 | 60FPS | Full Frame
  • 5.8K | 6.5 Anamorphic | 48FPS | Super35
  • 5.8K | 17:9 | 90FPS | Super35

Untuk menyimpan hasil video, Venice 2 menggunakan kartu memori AXS baru dari Sony yang dapat mentransfer data hingga 6,6 Gbps – lebih dari cukup untuk perekaman 8K 60 fps. Saat ini, Sony belum mengungkap detail harga dari Venice 2, namun rencananya Venice 2 dengan sensor 8.6K baru akan dikirim pada Februari 2022, sedangkan versi 6K akan dikirim pada Maret 2022.

Sumber: DPreview

Tiga Lensa Prime Terbaru dari Panasonic, Yongnuo, dan Viltrox Untuk Eksplorasi Fotografi

Bagi pecinta fotografi, salah satu hal yang sangat menyenangkan ialah ketika mendapatkan lensa baru, terutama lensa prime. Karena biasanya bentuknya lebih ringkas dan aperture-nya besar sehingga sangat cocok untuk eksplorasi fotografi. Ditambah pilihan focal length-nya beragam dan harga yang sangat bervariasi, baik lensa native maupun dari pihak ketiga.

Minggu ini, tercatat ada tiga pengumuman lensa baru. Mulai dari Panasonic Lumix S 35mm F1.8 untuk sistem kamera L-mount, Yongnuo 50mm F1.8S DF DSM untuk Sony E-mount, dan Viltrox 85mm F1.8 untuk Canon RF-mount.

Panasonic Lumix S 35mm F1.8

Panasonic melengkapi rangkaian lensa prime mereka dengan Lumix S 35mm F1.8. Sebelumnya sudah ada Lumix S 85mm F1.8, diikuti Lumix S 50mm F1.8, dan Lumix S 24mm F1.8. Saat ini, Panasonic juga sedang mengembangkan Lumix S 18mm F1.8.

Lumix S 35mm F1.8 adalah lensa full frame untuk sistem L-mount Alliance, artinya bisa dipasang juga pada kamera Leica dan Sigma. Dari segi optik, ia mengusung 11 elemen dalam 9 grup, termasuk 3 elemen aspherical dan 3 elemen ED (Extra-Low Dispersion).

Bodinya sudah dust dan moisture resistant, memiliki curved aperture diaphragm 9 blade, fokus minimum 24 cm, ukuran filter 67mm, dan beratnya 295 gram. Harga Lumix S 35mm F1.8 dibanderol US$699.99 atau sekitar Rp9,9 jutaan.

Yongnuo 50mm F1.8S DF DSM

Dari Yongnuo, ada lensa AF YN 50mm F1.8S DF DSM untuk sistem kamera mirrorless full frame Sony E-mount. Ia dibanderol dengan harga dengan harga 1.999 Yuan atau Rp4,4 jutaan.

Secara optik, YN 50 mm F1.8S DF DSM dibuat dari 11 elemen dalam 8 grup. Termasuk 4 elemen high-refractive, 1 elemen low-dispersion, dan 1 elemen aspherical.

Lebih lanjut, sistem autofocus-nya digerakkan oleh digital stepping motor (DSM) dan dilengkapi tuas on/off untuk fungsi AF pada bodi lensa dan tombol fisik FN yang bisa disesuaikan di pengaturan kamera. Fitur lain ialah aperture diaphragm 9 blade, filter depan 58 mm, jarak pemfokusan minimum 45 cm, dan port USB-C untuk memperbarui software lensa.

Viltrox 85mm F1.8

Beralih ke Viltrox 85mm F1.8, ia merupakan lensa AF pertama perusahaan untuk sistem kamera mirrorless full frame Canon. Ia dibuat dari 10 elemen dalam 7 grup, termasuk 4 elemen short-wavelength dan satu elemen ED (Extra-Low Dispersion).

Fitur lainnya termasuk aperture diaphragm 9 blade, filter depan 72 mm, jarak pemfokusan minimum 80 cm, dan bobotnya 530 gram. Autofocus-nya digerakkan melalui stepping motor (STM), ia dilengkapi chip terintegrasi untuk mentransfer metadata dari lensa ke kamera dan memungkinkan perubahan aperture dari kamera, karena memang tidak ada ring aperture fisik.

Pada bodi lensa terdapat tuas on/off untuk fitur autofocus. Viltrox juga menyertakan port USB-C pada dudukan lensa untuk pembaruan firmware di masa mendatang. Harga lensa AF Viltrox 85mm F1.8 untuk Canon RF-mount dijual US$399 atau Rp5,7 jutaan.

Sumber: DPreview 1, 2, 3

Nikon Z9 Resmi Diungkap, Sanggup Hasilkan Footage 8K dan Memotret Beruntun 30fps

Nikon akhirnya merilis kamera mirrorless flagship untuk segmen profesional atas, mari berkenalan dengan Nikon Z9. Ia akan tersedia pada akhir tahun 2021 dengan harga US$5.499 atau mencapai Rp77,8 jutaan.

Dari segi desain, Nikon Z9 mengusung bodi tipe ala large SLR seperti Nikon D6 – seolah punya battery grip tetapi menyatu dalam bodi. Dimensinya memang bongsor, 149x150x91 mm dan bobotnya 1.340 gram. Itu termasuk baterai tipe EN-EL18d yang dalam sekali pengisian, Nikon Z9 dapat memotret sekitar 740 jepretan.

Dibanding Nikon D6, Nikon Z9 8% lebih ringan dan volumenya sekitar 20% lebih kecil. Bagian belakang menampilkan LCD monitor sentuh 3,2 inci beresolusi 2,1 juta dot dengan mekanisme tilting yang bisa ditarik secara vertikal maupun horizontal. Kemudian di atasnya terdapat jendela bidik elektronik beresolusi 3,68 juta dot dengan perbesaran 0,8x.

Lebih jauh, keunggulan utama Nikon Z9 ialah keberadaan sensor full frame tipe stacked CMOS dengan resolusi 46MP. Ia mampu memotret beruntun 30fps dalam format JPEG atau 20fps dalam format Raw. Nikon juga menyediakan dua opsi format Raw baru efisiensi tinggi, HE* dan HE yang masing-masing berukuran sekitar 1/2 dan 1/3 lebih kecil dari ukuran data yang tidak terkompresi.

Nikon Z9 menjadi kamera mirrorless Nikon pertama yang mengadopsi sistem AF 3D Tracking yang dapat dikombinasikan dengan sistem pengenalan subjek terlatih dari machine-learning kamera. Sistem autofocus-nya telah dilatih untuk mengenali tiga set subjek yang meliputi orang, hewan, dan kendaraan. Dalam mode otomatis, Nikon Z9 dapat menganalisis scene untuk mendeteksi subjek secara otomatis.

Nilai jual utama lain dari Nikon Z9 ialah kemampuan perekam videonya. Ia mampu merekam video 8K 30fps dalam pilihan 8-bit H.264, 8-bit atau 10-bit H.265, dan low-compression 10-bit ProRes HQ. Nikon juga menjanjikan pengambilan footage 8K 60fps 12-bit Raw lewat pembaruan firmware di masa mendatang.

Selain itu, Nikon Z9 dapat merekam video 4K hingga 120fps menggunakan lebar penuh sensornya. Kamera juga mendukung Log secara internal, baik dalam format N-Log atau HDR TV-ready Hybrid Log Gamma.

Bersama Nikon Z9, Nikon juga mengumumkan dua lensa baru untuk sistem Nikon Z. Mulai dari Nikkor Z 24-120mm F4 S yang dibanderol US$1099.95, lensa ini menggantikan Nikkor Z 24-105mm F4 pada roadmap lensa Nikon. Secara optik, ia terdiri dari 16 elemen dalam 13 grup, termasuk tiga elemen ED glass (extra-low dispersion), tiga elemen aspherical dan satu elemen ED aspherical.

Kemudian Nikkor Z 100-400mm F4.5-5.6 VR S, lensa zoom telephoto ini dibanderol US$2699.95. Secara optik, ia punya 25 elemen dalam 20 grup, termasuk enam elemen ED dan dua elemen Super ED. Nikon menggunakan elemen Nano Crystal Coat dan ARNEO Coat untuk mengurangi ghost dan flare dalam kondisi backlit.

Sumber: DPreview

Sony a7 IV Adalah Penerus a7 III, Bisa Rekam Video 4K 60fps & Punya LCD Monitor Vari-angle

Sony a7 mark III dirilis pada Februari 2018, ia adalah kamera mirrorless full frame profesional model dasar dari Sony. Kemampuannya tak perlu dipertanyakan lagi, a7 III merupakan kamera hybrid yang dapat diandalkan oleh fotografer maupun videografer profesional.

Ketika Nikon dan Canon memperkenalkan kamera mirrorless perdana mereka dengan sistem full frame barunya, a7 III kerap kali dijadikan benchmark. Ia mampu bersaing sangat baik dengan para kompetitornya karena fiturnya cukup lengkap termasuk IBIS dan dukungan ekosistem lensa yang kuat.

Sampai saat ini, a7 III masih sangat seksi – namun seiring waktu, ada beberapa hal yang akhirnya mencapai batasnya dan berujung menjadi deal breaker bagi beberapa peminatnya. Ya, tetapi kekurangan yang ada sudah diperbaiki oleh Sony. Setelah hampir empat tahun, Sony akhirnya merilis penerus dari a7 III – selamat datang a7 mark IV.

Resolusi Lebih Tinggi

Dari a7 generasi pertama sampai ketiga, resolusi yang ditawarkan ialah 24MP. Pada a7 IV, Sony akhirnya menggunakan sensor baru BSI-CMOS beresolusi 33MP dengan prosesor gambar terbaru Bionz XR.

Sony a7 IV dapat memotret beruntun tanpa gangguan hingga 10 fps dengan AF/AE tracking dan punya buffer lebih besar. Ia juga mewarisi algoritme AF paling mutakhir dari flagship Sony a1, Real-time Tracking lebih baik dengan 759 titik phase-detection AF yang mencakup sekitar 94% area gambar.

Selain itu, fitur Real-time Eye AF pada a7 IV tak hanya dapat melacak mata manusia, tetapi juga mata burung dan hewan baik untuk still maupun video. Dibanding generasi sebelumnya, akurasi face dan eye detection untuk manusia pada a7 IV meningkat sekitar 30%.

Perekam Video

Salah satu kekurangan yang ada pada a7 III dan makin kesini hal itu semakin penting ialah ia hanya mampu merekam video 4K UHD dengan frame rate sebatas 30 fps dan mekanisme LCD monitor yang hanya bisa dimiringkan. Kini a7 IV sudah memiliki LCD monitor vari-angle yang memberikan fleksibilitas lebih saat pengambilan video, ukurannya tetap 3 inci tetapi ditopang resolusi sedikit lebih tinggi yakni 1,04 juta dot.

Perekam video a7 IV juga meningkat, ia dapat merekam video 4K UHD hingga 30 fps menggunakan lebar penuh sensornya (oversampled diambil dari 7K) atau 60 fps dalam mode Super 35mm (oversampled dari 4.6K). Sony a7 IV juga sudah dilengkapi picture profile S-Cinetone yang diadopsi dari kamera Cinema Line Sony. Semua mode video itu dapat ditangkap dalam detail 10-bit 4:2:2 atau 4:2:0, dengan pilihan kompresi H.265, H.264 Long GOP, atau H.264 All-I.

Fitur Lain

Dari segi desain, a7 IV mendapatkan beberapa pembaruan termasuk LCD monitor vari-angle, ukuran grip dan tombol-tombolnya juga lebih besar, serta memiliki antarmuka baru seperti a7S III. Resolusi jendela bidiknya juga meningkat dengan panel OLED Quad-VGA 3,69 juta dot.

Fitur 5-axis optical in-body image stabilization-nya dapat mengkompensasi getaran 5.5-step. Punya dua slot SD card yang mendukung CFexpress Type A/UHS-II SD dan UHS-II SD, serta baterai tetap sama NP-FZ100.

Untuk harganya, Sony a7 IV body only dibanderol US$2499 atau kurang lebih Rp35,3 jutaan dan rencanya akan mulai tersedia pada akhir Desember 2021. Sekedar mengatahui, a7 III body only di Indonesia saat ini dibanderol dengan harga promo Rp24.999.000.

Sumber: DPreview

Sony FE 14mm F1.8 G Master Segera Masuk Indonesia

Pada awal tahun 2021, Sony memperkenalkan lensa full-frame G Master – FE 35mm F1.4 GM. Diikuti lensa FE 50mm F1.2 GM dan tiga lensa seri G yang meliputi FE 50mm F2.5 G, FE 40mm F2.5 G, dan FE 24mm F2.8 G. Kini giliran lensa FE 14mm F1.8 GM yang segera menyapa fotografer dan videografer profesional di Indonesia.

Sony FE 14mm F1.8 GM (model SEL14F18GM) merupakan lensa sudut ultra-lebar dengan bentuk ringkas, berukuran 83mm x 99.8mm dan berat sekitar 460 gram. Dirancang untuk mengabadikan dunia dengan perspektif baru, terutama saat memotret landscape, arsitektur, astrograf, interior, perekaman wide-shot, dan self-vlogging.

Anggota terbaru dari seri G Master Sony, FE 14mm F1.8 GM, memberikan resolusi luar biasa, fokus otomatis yang cepat dan senyap, serta sangat ringkas. Kami senantiasa berinovasi berdasarkan kebutuhan pelanggan kami dan akan terus mengembangkan teknologi terbaik agar mereka dapat mewujudkan visi kreatif mereka,” ujar Kazuteru Makiyama, President Director PT Sony Indonesia.

Lensa ini terdiri dari 14 elemen dalam 11 grup, termasuk dua elemen XA (extreme aspherical) untuk mempertahankan resolusi di seluruh area gambar bahkan di sudut. Dua elemen kaca ED (Extra-low Dispersion) dan satu elemen kaca Super ED untuk penyempurnaan optik yang menekan aberasi kromatik, memberikan kontras yang baik, dan rendering yang presisi di semua aperture.

Sementara, saat memotret dalam kondisi pencahayaan yang menantang, teknologi Nano AR Coating II Sony akan memaksimalkan kejernihan dengan meredam flare dan ghosting. Selain itu, mekanisme aperture 9-blade circular dan aberasi yang dikelola secara optimal memungkinkan FE 14mm F1.8 GM menghasilkan bokeh latar belakang yang indah tanpa efek onion-ring yang tidak diinginkan.

Bodi lensa tahan debu dan kelembaban, elemen lensa depan memiliki lapisan fluor yang menangkis air, minyak, dan kontaminan lainnya. Begitu pula elemen belakang yang juga dilapisi fluor untuk menjaga permukaan tetap bersih saat mengganti filter belakang. Lensa juga memiliki built-in petal hood yang secara efektif memblokir cahaya asing yang dapat menyebabkan flare dan bayangan.

Lensa baru ini juga dilengkapi beberapa opsi kontrol serbaguna, termasuk focus hold button, focus mode switch, dan focus ring untuk memastikan pengoperasian yang mulus dan efisien dalam berbagai lingkungan pengambilan gambar. Untuk penyesuaian tambahan, sejumlah fungsi dapat ditetapkan ke focus hold button dari interface bodi kamera.

Sony FE 14mm F1.8 GM dilengkapi Linear Response MF untuk pemfokusan manual secara tepat dan aperture ring yang memungkinkan kontrol aperture secara intuitif. Juga terdapat dudukan filter belakang yang menerima filter tipe lembar standar untuk ND, koreksi warna, dan lainnya. Dengan jarak fokus minimum 0,25m, FE 14mm F1.8 GM menawarkan kemungkinan yang lebih luas untuk pengambilan gambar still dan video secara close-up.

Dengan menggunakan dua Motor Linear XD (extreme dynamic), fokus dapat diperoleh dan dipertahankan secara akurat bahkan saat memotret dengan depth of field yang sempit di F1.8. Juga memungkinkan AF senyap dengan getaran minimal untuk transisi fokus yang mulus untuk pembuatan konten video. Informasi mengenai harga dan ketersediaannya di Indonesia, akan segera diumumkan.

Sigma Umumkan Lensa Zoom 28-70mm F2.8 DG DN Contemporary Untuk L dan E-mount

Sigma telah mengumumkan lensa zoom standar 28-70mm F2.8 DG DN Contemporary untuk sistem kamera Leica L-mount dan Sony E-mount. Dirancang untuk kamera mirrorless full frame, kisaran panjang fokus 28mm hingga 70mm ini sangat serbaguna, baik untuk still maupun video.

Panjang fokus 28mm ini cukup lebar, misalnya berguna untuk mengambil gambar long shot, memotret landscape, kegiatan vlog, dan banyak lagi. Sedangkan, panjang fokus telephoto menengah 70mm cukup ideal untuk foto portrait atau mengambil detail alias close up. Rentang dari 28mm ke 70mm juga menawarkan karateristik panjang fokus yang berbeda, berguna untuk mendapatkan lebih banyak variasi shot.

Selain itu, kelebihan Sigma 28-70mm F2.8 DG DN Contemporary adalah memiliki aperture cukup besar F2.8 dan konstan. Dalam video aperture konstan sangat penting , karena memungkinkan zoom in atau zoom out tanpa mengubah nilai exposure.

Saat produksi, nilai aperture F2.8 juga sangat menolong saat di kondisi kurang cahaya, depth-of-field atau area gambar yang tampak dalam fokus pas, tidak terlalu tebal maupun tipis. Bila dikombinasikan dengan panjang fokus 70mm juga dapat menghasilkan bokeh yang indah.

Sigma mengatakan bahwa 28-70mm F2.8 DG DN Contemporary ini didesain berdasarkan 24-70mm F2.8 DG DN Art, namun dengan bodi lebih ringkas, harga lebih terjangkau, dan diklaim memiliki kualitas gambarnya sebanding. Ukuran lensa ini punya panjang 102mm, beratnya 470 gram, dan filternya berukuran 67mm.

Lebih lanjut, 28-70mm F2.8 DG DN terdiri dari 16 elemen dalam 12 grup, termasuk dua elemen FLD, dua SLD, dan tiga aspherical. Serta, lapisan Super Multi-Layer dan Nano Porous untuk mengurangi flare dan ghosting. Jarak fokus minimumnya 19cm dengan perbesaran maksimum 0,2x.

Sigma 5

Lensa zoom standar terbaru Sigma 28-70mm F2.8 DG DN akan dijual dengan harga US$899 atau sekitar Rp12,6 jutaan dan akan tersedia pada pertengahan Maret. Kebanyakan lensa zoom dengan aperture F2.8 memang rata-rata harganya di atas Rp10 juta.

Sumber: DPreview

Sony Umumkan Kamera Cinema FX3, dengan Bodi Kecil dan Lebih Terjangkau

Sony A7S III merupakan kamera mirrorless lini Alpha dari Sony yang paling kapabel untuk produksi video. Di atasnya, Sony masih punya lini kamera video Cinema yang meliputi Sony FX6, FX9, dan Venice. Baru-baru ini Sony mengumumkan satu lagi kamera Cinema yang sangat menarik bagi filmmaker dan content creator.

Adalah Sony FX3, posisi kamera ini berada di antara A7S III dan FX6, harganya jauh lebih terjangkau dari FX6 dan beda tipis dari A7S. Berbeda dengan para saudaranya yang memiliki desain kotak, FX3 punya bodi ringkas seperti lini kamera Alpha.

Sekilas desain Sony FX3 terlihat mirip seperti Sigma FP terutama bagian atas, bentuknya kotak persegi panjang. Namun membawa grip cukup besar, tanpa jendela bidik, dan punya LCD 3 inci 1,33 juta dot dengan mekanisme vari-angle.

Selain itu, atribut di tubuhnya sangat ramai. Total ada enam tombol yang bisa disesuaikan, tiga di atas, dua di belakang di samping LCD, dan satu di depan dekat dudukan Sony E-mount. Juga sudah memiliki enam sekrup tipe 1/4-20 UNC, tiga di atas, serta masing-masing satu di sisi kanan, kiri, dan bawah. Artinya kita tidak perlu lagi pakai cage dan praktis bisa memasang berbagai aksesori secara langsung.

Bicara bagian dalam dan kemampuannya, Sony FX3 membawa banyak sekali fitur dari Sony A7S III. Termasuk sensor full frame BSI-CMOS 12MP yang sama dengan prosesor gambar BIONZ XR. Kamera ini juga memiliki IBIS dan dapat merekam video UHD 4K 60p dengan seluruh penampang sensornya dan 4K 120fps dengan sedikit crop.

Pengaturan opsi bitrate, frame rate, dan format video yang ditawarkan juga identik dengan A7S III. Termasuk kemampuan mengambil gambar 10-bit 4:2:2 dalam format XAVC HS (H.265) atau XAVC S (H.264) secara internal. Juga mendukung output RAW 16-bit menggunakan external recorder lewat HDMI.

Sebagai informasi, di Indonesia Sony A7S III body only dibanderol Rp50.999.000 dan Rp92.999.000 untuk Sony FX6. Sementara, Sony FX3 dijual dengan harga US$3899 atau sekitar Rp54,8 jutaan dan rencananya akan tersedia secara global pada bulan Maret mendatang.

Sumber: DPreview

Venus Optics Merilis 4 Lensa Laowa untuk Sistem Kamera L-mount

Dalam industri fotografi, ekosistem lensa yang luas sangatlah penting pada sebuah sistem kamera. Bukan hanya koleksi lensa native dari pihak pertama yang harus cukup lengkap, tetapi juga dukungan pabrikan lensa pihak ketiga.

Baru-baru ini Venus Optics mengumumkan akan membawa empat lensa Laowa ke sistem kamera L-mount. Meliputi Laowa 4mm F2.8 Fisheye, Laowa 9mm F2.8 Zero-D, Laowa 24mm F14 2x Macro Probe, dan Laowa 25mm F2.8 2.5–5x Ultra Macro.

Keempatnya bukan lensa yang benar-benar baru, melainkan sudah pernah dirilis sebelumnya. Sekedar informasi, sistem kamera full frame L-mount awalnya dikembangkan oleh Leica. Lalu di tahun 2018, Leica, Panasonic, dan Sigma membentuk aliansi L-mount Alliance untuk mengembangkan kamera dan lensa dengan L-mount.

Loawa L-mount 2

Mari bahas sedikit mulai dari Laowa 4mm F2.8 Fisheye, lensa ini sangat unik dan menyuguhkan perspektif yang sangat luas. Dibangun dari tujuh elemen dalam enam grup, dengan diafragma aperture tujuh bilah, rentang aperture dari F2.8 hingga F16, dan jarak pemfokusan minimum 80mm. Versi L-mount lensa ini akan tersedia pada bulan Maret dengan harga yang sangat terjangkau US$199 atau sekitar Rp2,7 jutaan.

Loawa L-mount 3

Lanjut ke Laowa 9mm F2.8 Zero-D, lensa ultra-wide ini dibanderol US$499 atau Rp6,9 jutaan. Dibangun dari 15 elemen dalam 10 grup, termasuk tiga elemen extra-low-dispersion dan Frog Eye Coating (FEC) agar mudah dibersihkan. Fitur lainnya termasuk diafragma aperture tujuh bilah, jarak pemfokusan minimum 12cm, dan punya jarak pemfokusan minimum 12cm.

Loawa-L-mount-4

Beralih ke Laowa 24mm F14 2x Macro Probe, lensa macro dengan rasio reproduksi maksimum 2:1 memiliki laras yang sangat panjang 40cm. Idenya untuk menjangkau subjek yang sulit didekati dengan lensa macro konvensional dan belakangan cukup hits di kalangan food videografer. Lensa ini dibanderol US$1.499 atau Rp20,9 jutaan, terdiri dari 27 elemen dalam 19 grup, termasuk elemen multiple extra-low-dispersion dan prism. Fitur lain meliputi diafragma aperture tujuh bilah dan rentang aperture dari F14 hingga F40.

Loawa L-mount 5

Terakhir Laowa 25mm F2.8 2.5–5x Ultra Macro juga tidak kalah unik, karena memiliki rasio reproduksi maksimum 2.5:1 dan 5:1. Lensa ini dibanderol US$399 atau Rp5,5 juta, tersusun dari delapan elemen dalam enam grup, dilengkapi diafragma aperture delapan bilah, dengan jarak pemfokusan minimum dari 17,3mm pada pembesaran 5x hingga 23,4mm pada pembesaran 2.5x.

Sumber: DPreview

Sony Umumkan Mirrorless Full Frame Alpha 1, 50MP dengan Perekam Video 8K

Sony memiliki lima lini kamera mirrorless full frame. Sony Alpha 7 series sekarang mencakup A7 yang merupakan model dasar, A7R menawarkan resolusi tinggi, A7S dengan sensivitas dan videonya, serta A7C dengan desain compact seukuran kamera APS-C. Serta, lini teratas Sony ialah Alpha 9 yang menawarkan kecepatan.

Sony menambah satu lagi lini baru, mereka telah memperkenalkan Sony Alpha 1 (A1). Kalau saya perhatikan dari kemampuannya, boleh dibilang Sony A1 ini gabungan kekuatan terbaik antara seri A7R, A7S, dan A9. Menurut saya, ini keputusan yang tepat untuk melawan gempuran kompetitor macam Canon, Nikon, dan Panasonic yang tak bisa dianggap remeh.

Mari mulai dari resolusi, Sony A1 mengusung sensor gambar baru Exmor RS full frame stacked beresolusi 50MP. Tidak lebih besar dari Sony A7R IV dengan 61MP, tetapi lebih besar dari A7R III dengan 42MP. Sebagai perbandingan, Canon EOS R5 memiliki 45MP, Nikon Z7 II 46MP, dan Panasonic Lumix S1R 47MP.

Berkat sepasang prosesor gambar Bionz XR baru, walaupun resolusinya tinggi – Sony A1 dapat memotret beruntun (continuous shooting) tanpa blackout atau jeda hingga 30fps. Ya, bahkan lebih cepat dari Sony A9 II yang mengunggulkan kecepatan burst shooting hingga 20fps.

Kamera ini memiliki buffer dengan kapasitas besar, memungkinkan bagi fotografer olahraga dan aksi memotret hingga 155 foto full-frame dengan format compressed RAW dan 165 foto full-frame pada format JPEG hingga 30fps dengan electronic shutter sambil mempertahankan full AF dan performa AE tracking.

Sistem autofocus pada Sony A1 mencakup 92% area gambar dengan 759 phase detection point. Fitur Real-time Eye AF untuk manusia dan hewan ditingkatkan, serta untuk pertama kalinya dapat bekerja untuk mendeteksi burung. Jumlah penghitungan AF dan AE yang dapat dilakukan ialah 120 per detik atau dua kali lebih banyak dari yang dapat dilakukan A9 II.

Pembacaan kecepatan tinggi dari sensor gambar baru memungkinkan pengurangan rolling shutter hingga 1,5 kali dibanding A9 II. Untuk pertama kalinya, dengan electronic shutter – flash dapat disinkronkan hingga 1/200 detik dan 1/400 detik dengan mechanical shutter.

Bagaimana dengan perekam videonya? Tak kalah canggih dengan Canon EOS R5, Sony A1 juga sanggup merekam video hingga 8K 30p menggunakan seluruh lebar sensor. Kamera menggunakan semua piksel horizontal, menangkap footage 8,6K dan kemudian memperkecil ukurannya menjadi 8K. Footage 8K dapat ditangkap hingga 10-bit 4:2:0 menggunakan format XAVC HS.

Sony A1 menggunakan desain sistem penghilang panas yang mirip dengan A7S III, yang memungkinkannya merekam 8K hingga 30 menit. Juga mewarisi kemampuan A7S III dan dapat merekam video 4K hingga 120p 10-bit 4:2:2.

Fitur lain pada Sony A1 ialah 5-axis optical in-body image stabilization 5.5EV dan digunakan untuk menawarkan mode resolusi tinggi 4 atau 16 bidikan yang menghasilkan foto hingga resolusi 199MP. Resolusi jendela bidik elektroniknya juga sangat mengesankan, 9,44 juta dot dengan OLED Quad-XGA dan menawarkan refresh rate 240fps.

Masih ada banyak lagi fitur-fitur yang ditawarkan oleh Sony A1, lantas berapa harganya? Sony mengatakan kamera ini akan tersedia pada bulan Maret dengan harga US$6.500 atau sekitar Rp91,5 juta.

Sumber: DPreview