Perilisan Stalker 2 Kembali Ditunda, Kini Dijadwalkan Meluncur pada 8 Desember 2022

S.T.A.L.K.E.R. 2: Heart of Chernobyl (atau “Stalker 2” saja supaya saya tidak kesulitan mengetiknya) kembali mengalami penundaan perilisan. Lewat Twitter, GSC Game World selaku pengembangnya mengumumkan bahwa jadwal peluncuran Stalker 2 kini mundur menjadi 8 Desember 2022.

Sebelumnya, Stalker 2 dijadwalkan meluncur pada 28 April 2022, dan ini juga sudah beberapa kali diundur mengingat game-nya pertama kali diumumkan di tahun 2010. Alasan penundaannya tentu sudah bisa ditebak: pengembangnya perlu lebih banyak waktu untuk memoles game-nya sampai sebagus mungkin.

“Tambahan waktu pengembangan selama tujuh bulan ini diperlukan guna mewujudkan visi kami serta untuk menyelesaikan game-nya sampai pada tahap yang kami inginkan. Stalker 2 adalah proyek terbesar dalam sejarah GSC, dan ia memerlukan pengujian dan polesan yang menyeluruh,” tulis pengembangnya di Twitter.

Meski mundur cukup jauh, menurut saya ini merupakan keputusan yang tepat bagi GSC, apalagi setelah beberapa kasus game yang dirilis dalam kondisi kurang layak seperti Cyberpunk 2077 maupun remaster GTA Trilogy. Sebagai sekuel dari trilogi game Stalker, ekspektasi terhadap Stalker 2 sangatlah besar, terutama dari para penggemar serinya.

Ada kemungkinan juga keputusan penundaan ini berkaitan dengan dibatalkannya rencana GSC untuk menyelipkan NFT ke Stalker 2. Buat yang tidak tahu, pada 16 Desember 2021 lalu, GSC mengumumkan bahwa mereka akan menghadirkan NFT di Stalker 2. Pengumuman tersebut disambut dengan protes dari banyak penggemarnya, dan hanya sehari setelahnya, GSC langsung membatalkan rencana tersebut. Bisa jadi, perubahan di menit-menit terakhir ini agak mengacaukan tahap finalisasi game.

Kemungkinan lain, GSC memang membutuhkan lebih banyak waktu untuk membenahi bug di Stalker 2. Sebagai informasi, Stalker 2 awalnya digarap menggunakan Unreal Engine 4, namun di tengah-tengah pengembangannya, GSC memutuskan untuk memperbaruinya ke Unreal Engine 5. Bisa jadi, mereka juga perlu tambahan waktu untuk mengoptimalkan transisi engine-nya.

Apapun alasannya, saya yakin sebagian besar penggemarnya tidak akan keberatan menunggu. GSC berniat untuk memberikan informasi tambahan dalam beberapa bulan ke depan. Semoga saja kita bisa melihat trailer gameplay barunya di E3 2022.

Via: Rock Paper Shotgun.

Film Dokumenter Mengenai Sejarah Game FPS Tengah Dibuat

First Person Shooter atau yang lebih populer dikenal sebagai FPS memang menjadi salah satu genre yang paling banyak digemari di seluruh dunia. Hal tersebut membuat para pengembang melahirkan berbagai macam variasi sejak awal muncul di tahun 70-an.

Sekarang, FPS berkembang jadi punya banyak sekali sub-genre yang punya beragam variasi mulai dari mekanik permainan, desain level, hingga aspek-aspek lain yang membuat banyak game FPS punya pengalaman yang unik.

Mungkin hal inilah yang menginspirasi Creator VC, sebuah rumah produksi indie yang berhasil mengumpulkan dana untuk membuat sebuah dokumenter mendalam tentang genre game satu ini. Film dokumenter itu sendiri akan berjudul “FPS—First Person Shooter. The Ultimate FPS Documentary”.

Seperti namanya, dokumenter ini ingin menjadi “perayaan terbesar dari genre FPS”. Tidak tanggung-tanggung film dokumenter ini ditargetkan akan berdurasi 3 jam lebih. Namun dapat dipahami mengingat film ini akan membahas genre FPS mulai dari awal di tahun 1970-an hingga sekarang.

Dokumenter ini juga akan menghadirkan 40 lebih orang-orang yang berpengaruh dalam genre FPS. Nama-nama besar pengembang seperti Co-founder Gearbox Software, Randy Pitchford (Borderlands series, Brothers in Arms). Co-founder id Software dan Ion Storm, John Romero dan Tom Hall (Doom, Wolfenstein, Deus Ex). Co-creator Halo, Marcus Lehto, dan masih banyak lagi termasuk para artist dan juga gamer profesional.

Film dokumenter ambisius ini nantinya akan menjelaskan berbagai topik mulai dari perkembangan teknologi yang memungkinkan genre FPS berkembang hingga sekarang, mekanik dalam game-nya seperti free aiming, regenerating health, dan cut-scene interaktif, dan banyak lainnya.

Komunitas FPS juga akan masuk ke dalam dokumenter ini, termasuk dunia speedrunning yang muncul sejak Doom, dan tentunya juga scene kompetitif dari game shooter yang jadi salah satu paling populer sampai sekarang.

Masih banyak hal lain dari dokumenter ini yang daftar lengkapnya bisa dilihat sendiri di website crowdfunding-nya. Film dokumenter FPS ini direncanakan akan mulai produksinya pada Agustus tahun ini dan akan dirilis pada Desember 2022 mendatang.

Developer Splitgate Tidak Menyangka Gamenya Laris Manis

Di tengah gempuran game-game multiplayer dari beragam developer, mendapat hype dari gamer memang bukan hal yang mudahn. Apalagi bila game baru tersebut datang dari pengembang atau seri yang belum dikenal.

Namun berbeda dengan apa yang terjadi pada game FPS free-to-play terbaru milik 1047 Games, Splitgate. Game yang dideskripsikan sebagai perpaduan antara game “Portal dan Halo” ini mendadak populer dan ramai dimainkan saat open crossplay beta untuk platform konsol.

Padahal game ini sebenarnya telah meluncur di PC sejak Mei 2019 lalu namun jumlah pemainnya hanya sedikit. Ledakan pemainnya terjadi ketika mereka membuka akses crossplay yang membuat setengah juta gamer mengunduh game-nya.

Namun permasalahan muncul ketika jumlah maksimal pemain yang bisa ditampung oleh game mereka hanyalah 65.536 pemain secara bersamaan. Ketika jumlah pemainnya terus melonjak melebihi batas tersebut, 1047 Games mau tidak mau harus menghentikan beta test yang berlangsung.

Dalam cuitan terbarunya, 1047 Games mengatakan bahwa mereka harus menutup sever mereka hingga Selasa ini. Mereka juga meminta maaf bagi para pemain yang tidak banyak bermain.

Mereka juga berterima kasih kepada para pemain yang membuat Splitgate berhasil menjadi game nomor 1 di berbagai platform mulai Steam hingga PlayStation. Pasalnya, lonjakan pemain terjadi tidak hanya di konsol saja namun juga di PC.

Image Credit: 1047 games

Sayangnya tidak dijelaskan apa strategi yang akan diimplementasikan oleh 1047 Games. Mengingat hari Selasa, 27 Juli besok juga bertepatan dengan tanggal peluncuran game-nya di konsol yang beresiko mendatangkan pemain lebih banyak.

Hal tersebut memang menjadi tantangan berat bagi developer 1047 Games. Apalagi mereka juga telah menyatakan bahwa mereka hanyalah tim kecil yang terdiri dari 4 orang. Namun mereka juga menyatakan bahwa mereka telah merekrut back-end engineer tambahan untuk membantu.

Riot Resmi Umumkan Valorant Mobile

Kesuksesan game free-to-play FPS Valorant di platform PC kelihatannya membuat publisher Riot Games tertarik untuk membawa gamenya ke platform lain.

Setelah sebelumnya muncul berbagai rumor mengenai game ini akan menuju platform lain, Riot Games secara resmi mengumumkan bahwa game Valorant akan menuju platform mobile.

“Salah satu tujuan kami di tahun pertama ini adalah untuk mendapatkan kepercayaan dan rasa hormat dari komunitas FPS di seluruh dunia,” ungkap sang eksekutif produser, Anna Donlon.

Pengumuman tersebut sekaligus menjadi perayaan ulang tahun pertama dari Valorant pada 2 Juni lalu. Riot mengonfirmasi bahwa Valorant Mobile akan dirilis baik untuk Android maupun iOS.

Meskipun akan mengusung game yang serupa dengan versi PC-nya, Riot Games mengatakan bahwa Valorant tidak akan mendukung fitur cross-play antara PC dan mobile. Karena versi mobile-nya ini diposisikan sebagai perluasan pasar dari Valorant PC dan bukan untuk mengarahkan para pemain yang sudah bermain di PC untuk berpindah ke mobile.

Ini juga bukanlah kali pertama bagi Riot Games membawa gamenya ke platform mobile karena sebelumnya mereka juga sudah sukses membawa game MOBA mereka, League of Legends, menuju mobile dengan judul Wild Rift.

Image credit: Riot Games

Dengan keberhasilan Wild Rift yang semakin populer di platform mobile. Tentunya tidak mengejutkan bahwa Valorant memilih platform mobile sebagai rumah keduanya, apalagi dari versi PC-nya saja Valorant kini bisa mendapatkan hingga 14 juta pemain aktif per bulannya.

Sayangnya, Riot Games belum memberikan detail lebih lanjut mengenai Valorant Mobile ini selain bahwa versi mobile-nya akan memiliki semua yang didapat ketika bermain di PC. Begitu juga dengan tanggal rilis yang masih belum diumumkan oleh pihak Riot.

Doom Eternal Akan Segera Tersedia di Nintendo Switch

Doom Eternal akan tersedia di Nintendo Switch mulai 8 Desember mendatang. Dirilis di PC dan console pada bulan Maret lalu, game first-person shooter garapan id Software itu rupanya tidak butuh waktu lama untuk mampir ke handheld console Nintendo.

Tentunya yang selalu menjadi pertanyaan ketika ada game AAA yang di-port ke Switch adalah seputar performanya. Doom Eternal, buat yang tidak tahu, adalah game dengan kualitas grafik yang sangat bagus, dan tentunya ini bakal menjadi tantangan tersendiri bagi developer yang diberi tanggung jawab membuatkan versi Switch-nya.

Namun seandainya eksistensi Doom yang pertama di Switch bisa menjadi indikasi – yang menuai banyak pujian berkat performanya yang mulus – semestinya performa Doom Eternal di Switch bakal memuaskan. Pasalnya, developer yang mengerjakan versi Switch-nya adalah Panic Button, developer yang sama yang mengerjakan porting Doom sebelumnya, dan yang terbukti sangat bisa diandalkan untuk urusan porting.

Kasusnya berbeda jauh dari porting The Outer Worlds di Switch, yang bisa dibilang kurang layak dimainkan karena game akan terhenti dari waktu ke waktu untuk memuat aset grafik. Penurunan kualitas visual tentunya bukan masalah besar, tapi kalau sampai menghambat gameplay, pengalamannya jelas sama sekali tidak mengenakkan.

Faktor lain yang juga berpengaruh kalau menurut saya adalah engine yang digunakan oleh masing-masing game. Doom Eternal menggunakan engine id Tech 7, dan kalau berdasarkan pengalaman pribadi, engine ini cukup ramah terhadap hardware dengan spesifikasi rendah. Saya sempat memainkan Doom Eternal di PC lama saya yang masih menggunakan GPU Nvidia GeForce GTX 960 yang sudah berusia lima tahun, dan permainan masih bisa berjalan mulus di 50-60 fps, meski memang sebagian besar setting grafiknya saya buat low.

Berdasarkan laman FAQ resmi dari Bethesda, Doom Eternal versi Switch nantinya hanya akan tersedia dalam versi digital saja, dan instalasinya diperkirakan membutuhkan storage sebesar 18,8 GB. Doom Eternal versi Switch juga akan hadir membawa mode multiplayer yang cukup menarik, yang menempatkan dua pemain sebagai demon dan satu sebagai Doom Slayer untuk beradu.

Membasmi iblis menggunakan shotgun semestinya bisa menjadi aktivitas sampingan yang fresh bagi mereka yang mungkin sudah bosan dengan ketenteraman di Animal Crossing.

Sumber: Polygon.

Devolver Digital Rilis Game Gratis untuk Umumkan Deretan Game yang Bakal Diluncurkannya

Dibatalkannya E3 tahun ini memaksa para publisher untuk mengumumkan deretan game barunya secara mandiri lewat sebuah livestream. Formatnya cukup mirip satu sama lain, seperti yang bisa kita lihat dari livestream EA Play Live maupun Ubisoft Forward baru-baru ini; rekaman sesi monolog atau dialog disiarkan bersama-sama dengan kumpulan trailer masing-masing game.

Apakah selamanya harus seperti itu sampai pandemi berakhir nanti? Tidak, dan itu telah dibuktikan oleh Devolver Digital, publisher di balik franchise populer macam Shadow Warrior dan Serious Sam. Mereka memang sempat menyiarkan livestream serupa, akan tetapi di akhir mereka turut mengumumkan sebuah game berjudul Devolverland Expo yang sudah bisa didapatkan secara gratis dari Steam.

Maksud dari game ini memang hanya untuk lucu-lucuan, dan Devolver secara terang-terangan mendeskripsikannya sebagai “first-person marketing simulator“, mengindikasikan tujuan sebenarnya yang tak lebih dari mempromosikan gamegame baru yang Devolver ungkap di livestream-nya.

Setting-nya pun lucu. Pemain diajak berkunjung ke sebuah convention center yang terbengkalai usai game expo tahunan yang Devolver adakan terpaksa dibatalkan atas alasan misterius. Kita bisa memanfaatkan sejumlah persenjataan untuk melawan robot-robot penjaga yang berkeliaran, dan di sepanjang permainan yang singkat ini, tentu saja kita bakal mengunjungi booth setiap game dan menyaksikan trailer maupun video demonstrasinya.

Devolverland Expo pada dasarnya juga bisa menggambarkan kualitas grafik yang bakal hadir di Shadow Warrior 3, sebab yang mengerjakan memang adalah developer yang sama, yakni Flying Wild Hog dengan engine rancangannya sendiri. Shadow Warrior 3 sendiri tampak begitu mengesankan kalau melihat trailer-nya, dan pantas dinantikan para penggemar FPS saat dirilis tahun depan.

Judul lain yang Devolver umumkan yang juga sangat menarik menurut saya adalah Weird West, action RPG macam Diablo tapi dengan tema koboi. Trailer-nya kelihatan mengagumkan sekaligus menggambarkan bagaimana pemain sepenuhnya dibebaskan untuk menentukan sendiri cara mereka menyelesaikan sebuah misi.

Fokus pada player choice itu sejatinya tidak mengejutkan mengingat Weird West digarap oleh Wolfeye Studios, yang sendirinya didirikan oleh mantan petinggi Arkane Studios, Raphael Colantonio. Pengalamannya memimpin pengembangan game macam Dishonored maupun Prey tentu berpengaruh langsung terhadap gaya permainan immersive sim yang disajikan Weird West.

Via: PC Gamer.

VALORANT Ignition Series, Rangkaian Turnamen Kolaborasi Riot Games Dengan Komunitas

Rilis 2 Juni 2020 lalu, game FPS besutan Riot Games ini segera mendapat penerimaan yang positif. Walau jumlah penontonnya di Twitch menurun, namun game ini tetap memiliki antusiasmenya tersendiri, bahkan sampai menarik perhatian sosok-sosok komunitas FPS di Indonesia. Dengan latar belakang nama besar Riot Games yang sukses membawa League of Legends menjadi esports global, pengembang asal California ini jadi mengemban beban untuk dapat membawa VALORANT mencapai titik kesuksesan yang sama.

Sebelumnya, Riot sudah sempat umumkan bahwa mereka tidak akan tangani turnamen esports VALORANT sendiri untuk sementara waktu. Namun bukan berarti Riot Games lepas tangan sepenuhnya, karena baru-baru ini mereka mengumumkan sebuah rangkaian kompetisi yang diberi nama VALORANT Ignition Series.

Sumber: VALORANT Official
Sumber: VALORANT Official

Anda penggemar fighting game mungkin sudah terbiasa dengan format ini. VALORANT Ignition Series ibarat seperti Capcom Pro Tour di Street Fighter V atau Tekken World Tour di Tekken 7. Jadi dalam Ignition Series, penyelenggara pihak ketiga diperkenankan membuat turnamen Valorant mereka masing-masing. Para penyelenggara lalu diperkenankan untuk mengajukan turnamen ini kepada Riot Games agar turnamen besutannya diberi lisensi dan masuk dalam rangkaian Ignition Series; seperti IFGC Max yang mendapat lisensi Challenger Event pada rangkaian TWT 2020.

Pada laman khusus VALORANT Ignition Series, Riot Games mengatakan “VALORANT Ignition Series adalah langkah pertama setelah peluncuran game, untuk memfasilitasi laga kompetitif yang terorganisir. Rangkaian ini membebaskan penyelenggara pihak ketiga untuk bereksperimen dengan ragam format dan bentuk kompetisi, agar nantinya bisa menjadi fondasi bagi skena kompetitif Valorant.”

Dalam rangkaian ini, Riot Games mengumumkan dua kompetisi terlebih dahulu, yaitu G2 Esports VALORANT Invitational untuk regional Europe, Middle East, Africa (EMEA) dan RAGE, turnamen VALORANT dari Jepang. Dua kompetisi tersebut diselenggarakan pada tanggal yang sama yaitu dari 19-21 Juni 2020 mendatang.

Riot juga menjelaskan bahwa mereka telah bekerja sama dengan lebih dari 20 organisasi esports di seluruh dunia. Jadi, walau saat ini hanya ada dua turnamen yang diumumkan, namun kita akan melihat rangkaian Ignition Series lainnya yang diselenggarakan di Amerika Utara, Brazil, Amerika Latin, Korea Selatan, Jepang, Asia Tenggara, Oseania, Eropa, Rusia, Turki, dan Timur Tengah.

Terkait esports VALORANT untuk regional Asia Tenggara dan Indonesia, Justin Hulog General Manager Southeast Asia and Taiwan for Riot Games, sempat mengungkap rencana yang ia pikirkan lewat sebuah wawancara eksklusif yang saya lakukan.

Justin mengatakan bahwa salah satu fokus yang ingin ia capai untuk tahun ini adalah memastikan ekosistem VALORANT di Asia Tenggara memiliki tim dan liga lokal yang kuat. “Agar jika nanti menjadi besar, esports VALORANT tak hanya sukses untuk sesaat, tetapi juga bisa berkelanjutan sampai jangka panjang.” Tambahnya.

Melihat hal ini, apakah artinya penyelenggara turnamen lokal punya kesempatan untuk mengajukan rencana turnamen VALORANT miliknya kepada Riot Games untuk jadi bagian dari Ignition Series?

Bungie Sudah Siapkan Expansion Pack Destiny 2 Sampai Dua Tahun ke Depan

Bungie meluncurkan Destiny pertama kali di tahun 2014. Lalu di tahun 2017, Destiny 2 datang menyusul. 2020 adalah tahun ketiga bagi Destiny 2, dan bersamanya muncul pertanyaan: “Apakah Bungie bakal segera merilis Destiny 3?”

Pertanyaan tersebut cukup wajar mengingat kita juga akan berjumpa dengan console generasi baru tahun ini. Destiny 3 sebagai salah satu game andalan PlayStation 5 dan Xbox Series X merupakan premis yang terdengar menjanjikan. Namun Bungie rupanya tidak sependapat.

Ketimbang merilis Destiny 3 dan melupakan Destiny 2 sepenuhnya, Bungie lebih memilih untu mengembangkan Destiny 2 lebih lanjut. Komitmen mereka tidak main-main, tiga expansion pack bahkan sudah mereka jadwalkan untuk dirilis setiap tahunnya sampai 2022: “Beyond Light” (September 2020), “The Witch Queen” (2021), dan “Lightfall” (2022).

Destiny 2 expansion packs

Singkat cerita, Bungie tidak ingin mengulangi kesalahan sebelumnya, di mana mereka menghidangkan konten baru lewat Destiny 2, tapi di saat yang sama memaksa pemain mengabaikan seluruh progresnya selama memainkan Destiny orisinal. Meski begitu, Bungie mengaku ada tantangan lain yang harus mereka hadapi dengan mengambil rute baru ini.

Tantangan yang dimaksud adalah menumpuknya konten, yang sebagian mungkin sudah tidak lagi relevan saat suatu expansion baru telah dirilis. Untuk mengatasinya, Bungie sudah menyiapkan solusi dalam bentuk Destiny Content Vault (DCV). DCV bakal menjadi sejenis wadah sirkulasi bagi konten-konten lama yang sudah jarang dimainkan.

Lewat DCV, Bungie juga berencana menghadirkan konten-konten dari Destiny pertama yang sangat populer pada masanya (yang tentu saja sudah dioptimalkan untuk Destiny 2). Menurut Bungie, sirkulasi konten ini penting demi menjaga agar Destiny 2 tidak kelewat kompleks dan tidak dibanjiri bug, tapi di saat yang sama masih bisa menyuguhkan konten-konten baru.

Beyond Light bakal menghadirkan lokasi baru bernama Europa / Bungie
Beyond Light bakal menghadirkan lokasi baru bernama Europa / Bungie

Lalu bagaimana Bungie akan mengantisipasi kedatangan PS5 dan Xbox Series X? Well, Bungie memastikan Destiny 2 bakal tersedia di kedua console tersebut, dan performanya akan dioptimalkan supaya bisa berjalan di resolusi 4K 60 fps.

Namun yang lebih penting lagi, pemain Destiny 2 di PS4 dan Xbox One tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk bisa memainkannya di PS5 dan Xbox Series X. Sederhananya, Bungie bakal menyediakan upgrade secara gratis, dan ini termasuk semua konten ekstra yang pernah pemain beli.

Lebih lanjut, fitur cross-play juga sudah Bungie rencanakan, yang berarti nantinya para pemain PS4 dan PS5 bisa saling bertemu, demikian pula para pemain Xbox One dan Xbox Series X.

Sumber: Destructoid.

Versi Demo System Shock Remake Sudah Bisa Dimainkan Secara Cuma-Cuma

Saat System Shock dirilis di tahun 1994, saya masih terlalu muda untuk bisa menikmati genre immersive sim yang banyak menghadapkan pemain dengan sejumlah pilihan yang berbeda. Barulah di tahun 2007, saya mulai menggandrungi bentuk permainan seperti itu, diawali dengan Bioshock.

Pada kenyataannya, inspirasi terbesar pengembang Bioshock adalah System Shock itu sendiri. Maka dari itu, wajar apabila saya tersenyum lebar saat mendengar kabar bahwa sebuah developer bernama Nightdive Studios tengah sibuk menggarap remake System Shock. Saya sangat penasaran dengan System Shock, akan tetapi grafiknya kelewat kuno untuk bisa saya nikmati sampai tamat.

System Shock remake

Kabar yang lebih menggembirakan lagi, Nightdive baru saja merilis versi demonya di Steam dan GOG secara cuma-cuma. Dalam versi demo tersebut, pemain dipersilakan menjajal semua senjata yang ada sekaligus menelusuri area pertama di System Shock.

Remake System Shock ini dikerjakan menggunakan Unreal Engine 4 sehingga grafiknya tampak memukau dan sesuai standar ekspektasi mayoritas gamer di tahun 2020. Kendati demikian, Nightdive memastikan jalan ceritanya sama persis seperti System Shock orisinal. Jujur saya sangat penasaran bagaimana rasanya menamatkan RPG tanpa sekali pun bertatap muka langsung dengan NPC (non-playable character).

System Shock mengisahkan seorang hacker tak bernama yang terbangun dari koma selama 6 bulan di stasiun luar angkasa bernama Citadel Station. Sosok antagonis utamanya adalah AI jahat bernama SHODAN, dan plot dalam game disajikan melalui deretan email maupun log yang direkam oleh kru stasiun yang sudah mati, bermutasi, atau malah diubah menjadi cyborg.

System Shock remake

Demo System Shock remake ini mengindikasikan kalau jadwal perilisannya sudah semakin dekat. Nightdive pertama mengumumkan rencana pengembangannya di tahun 2016, namun proyeknya sempat terhenti sementara pada tahun 2018.

Juga sangat menarik adalah, meskipun plot ceritanya tidak diubah sama sekali, Nightdive tetap memercayakan Chris Avellone untuk menyempurnakan sejumlah dialog maupun memperbaiki plot hole yang ada di versi aslinya. Chris Avellone, buat yang tidak tahu, adalah otak di balik narasi-narasi mengesankan pada game seperti Planescape: Torment, Star Wars Knights of the Old Republic 2, Fallout: New Vegas, Pillars of Eternity, dan masih banyak lagi.

Sumber: Gamespot.

Tinggalkan Fase Beta, Valorant Resmi Diluncurkan 2 Juni

Valorant, game FPS kompetitif persembahan Riot Games, sudah menjalani fase pengujian closed beta sejak 7 April kemarin. Namun belum dua bulan berselang, Riot rupanya sudah tidak sabar untuk merilis Valorant secara resmi.

28 Mei nanti, fase pengujian Valorant akan berakhir, dan Riot bakal menghapus semua akun pemain yang ada. Lalu tanpa harus menunggu lama, kita semua dipersilakan untuk memainkan game free-to-play ini mulai tanggal 2 Juni.

Valorant

Sekadar mengingatkan, Valorant boleh dibilang merupakan hasil perkawinan antara Overwatch dan CS:GO. Ada beberapa hero – Agent kalau dalam kamus Valorant, dan sejauh ini jumlahnya sudah ada 10 – yang bisa dipilih yang menawarkan beragam skill uniknya masing-masing, akan tetapi variasi senjatanya sama untuk setiap karakter.

Entah kebetulan atau tidak, karakteristik senjata Valorant sangat mirip seperti di CS:GO, dan ini tentunya merupakan kabar gembira bagi para pemain profesional CS:GO yang pindah haluan ke Valorant. Di saat yang sama, pemain Overwatch mungkin memerlukan waktu ekstra buat beradaptasi, namun itu tidak mencegah salah satu bintang terbesarnya untuk banting setir.

Valorant

Terkait gameplay, Riot kabarnya sudah menyiapkan mode baru yang akan tersedia bersamaan dengan peluncuran resmi Valorant. Mode utamanya sendiri adalah mode yang sudah tidak asing lagi buat siapapun yang pernah memainkan Counter-Strike; satu tim bertugas menanam bom di titik yang ditentukan, sedangkan tim lainnya harus mencegah aksi teror tersebut (5 vs 5).

Timing peluncuran resmi Valorant ini hanya terpaut beberapa hari setelah Crucible, hero shooter besutan Amazon yang sudah lebih dulu hadir di Steam. Meski begitu, kedua game sebenarnya sangat berbeda. Bahkan dari segi tampilan saja sudah kelihatan perbedaannya, mengingat Crucible menyajikan permainan dari sudut pandang orang ketiga seperti Fortnite.

Sumber: Riot Games via VentureBeat.