Saudara e-Sports Menjuarai Lokapala Melon Minor Tournament Season 2

Pada Melon Minor Tournament Season 1 kita melihat MORPH Team keluar sebagai juara, dengan kemenangan telak 3-0 melawan Nirvana ft Siam. Kini pada Lokapala Melon Minor Tournament Season 2 ada tim Saudara e-Sports, yang berhasil menjadi juara setelah bertarung dengan cukup sengit dengan ZERO Esports.

Diikuti oleh 64 tim, Lokapala Melon Minor Tournament Season 2 berlangsung selama 3 hari (24 – 26 Juli 2020). Perjalanan Saudara e-Sports terbilang cukup mulus menuju babak final. Sepanjang perjalanannya, Saudara e-Sports bermain solid dan berhasil mendapatkan kemenangan tanpa balas.

Saat pertandingan memasuki babak Semi-Final, Saudara e-Sports juga menang mulus, libas PKxERORR 2-0 dari seri best of 3. Pada sisi lain, Zero Esports sebagai penantang Saudara e-Sports sedikit terseok di babak Semi-Final. Mereka berhasil ditahan satu kali oleh ARCHANGEL. Namun Zero Esports bangkit lagi, melaju ke babak Final setelah menang 2-1 dalam seri best of 3 di Semi-Final.

Masuk babak Final Saudara e-Sports dan Zero Esport saling adu otot dengan keras, sehingga skor menjadi satu sama. Pada game 3, Saudara e-Sports mendapat angin segar setelah semua tower bagian luar tim Zero Esports hancur. Meski tinggal menembus menghancurkan bangunan Core, namun Zero Esports berhasil menahan dengan sekuat tenaga. Zero Esports memaksa permainan sampai Golem muncul di menit 25. Zero Esports yang kalah secara net-worth jadi kesulitan menghasilkan damage, sehingga Saudara e-Sports dengan mudah hancurkan golem musuh, dan amankan game ketiga.

Masuk game 4, Saudara e-Sports kembali mendapat momentum positif sejak awal permainan. Memiliki keunggulan net-worth dan skor kill, Saudara e-Sports segera memanfaatkan keadaan untuk terus menekan posisi Zero Esports. Tower atas dan tengah hancur sampai dalam, kini Saudara e-Sports tinggal mencari cara untuk menjebol bangunan Core.

Saudara e-Sports menggunakan taktik yang cukup brilian untuk mengamankan kemenangan. Memanfaatkan empat pemain saja, Saudara e-Sports memaksa pertarungan dan membuat kericuhan di mid lane. Sementara pemain-pemain Zero Esports teralih, ARCSTAR dengan Vijaya menyelinap ke arah base, menyerang bangunan Core sampai akhirnya hancur, dan memberi kemenangan kepada Saudara e-Sports.

Dengan ini, berikut pengisi peringkat 4 besar dari gelaran Lokapala Melon Minor Tournament Season 2.

Sumber: Anantarupa Studios
Sumber: Anantarupa Studios
  • CHAMPION – SAUDARA ESPORTS – Rp5.000.000,-
  • Peringkat 2 – ZERO ESPORTS – Rp3.750.000,-
  • Peringkat 3 – ARCHANGEL – Rp2.500.000,-
  • Peringkat 4 – PK X ERROR – Rp1.250.000,-

Selamat untuk para pemenang! Rangkaian turnamen Melon Minor Tournament belum berhenti sampai sini. Turnamen Melon Minor Tournament dikabarkan akan berlanjut pada Season 3, namun belum ada informasi lebih lanjut seputar jadwal.

Ini Daftar Pemenang Ajang Ayo Bikin Game di Rumah Aja

Beberapa waktu yang lalu, Kemkominfo bersama Asosiasi Game Indonesia (AGI), dan Clevio Coder Camp, menyelenggarakan ajang bikin game bernama “Ayo Bikin Game di Rumah Saja”. Selain untuk mendorong kreativitas kreator game lokal, ajang ini juga dilakukan sebagai salah satu cara untuk mendukung kebijakan isolasi diri dari pemerintah untuk menahan laju penyebaran wabah COVID-19.

Pada awal April kemarin, tercatat ada 200 game lebih yang turut diciptakan untuk berkompetisi dalam ajang ini. Dari total 238 karya, ada 131 karya datang dari kategori umum, dan 107 karya datang dari kategori junior. Ajang ini diikuti oleh ragam peserta, dengan yang termuda datang dari bocah berusia 7 tahun yang masih duduk di kelas 2 SD, dan juga dari berbagai daerah di Indonesia mulai dari Langsa di Banda Aceh sampai Mali di Kabupaten Luwu.

Setelah melalui beberapa tahap, kini akhirnya ajang “Ayo Bikin Game di Rumah Saja” sudah menemukan para pemenangnya. Melihat antusiasme para peserta, dan karya yang diciptakan, Semuel Abrijani Pangerapan, Dirjen Aplikasi Informatika, Kemkominfo memberikan sedikit pendapatnya.

“Setelah melihat game yang dihasilkan oleh peserta dan dibuat dalam waktu 3 hari, ini sungguh memperlihatkan bahwa kondisi beraktifitas di rumah tidak menjadi kendala untuk belajar hal baru dan menghasilkan karya yang bermanfaat.” Tuturnya.

“Kami berharap para pemenang dan seluruh peserta mendapatkan manfaat perkembangan kemampuan mereka dalam membuat game, yang tentunya akan baik bagi masa depan industri game developer Indonesia. Juga dalam kondisi wabah COVID-19, kami berharap agar apresiasi yang didapatkan bisa mendorong mereka untuk berbagi kepada para saudara-saudari di sekitar kita yang membutuhkan.” Paparnya lebihlanjut.

“Program ini adalah salah satu bentuk nyata usaha pemerintah dan asosiasi untuk menyelesaikan beberapa permasalahan yang muncul dari krisis COVID-19,” ungkap Ketua Umum AGI, Cipto Adiguno. “Selain mendorong kreativitas masyarakat yang mungkin terhambat karena harus tetap di rumah, kami berharap karya yang dihasilkan, baik menang atau tidak, mampu mengedukasi masyarakat, tak hanya soal bahaya COVID-19 tapi juga efek samping berdiam di rumah dalam waktu lama dan cara menanggulanginya.” Lanjut Cipto.

Maka dari itu, berikut jajaran pemenang ajang Ayo Bikin Game di Rumah Aja:

Kategori SD

Pemenang Pertama: Fight the Virus (Anneke Nazeeya Setiawan) – https://bit.ly/fightTheVirus (PC)

Sumber: Rilis Resmi
Sumber: Rilis Resmi

Pemenang Kedua: Attack on Corona (Ananda Tri Noviar Rahmadanu Pangestu) – https://bit.ly/AttackCorona (Mobile Android)

Sumber: Rilis Resmi
Sumber: Rilis Resmi

Kategori SMP

Pemenang Pertama: Mr Sprayman (Aghnat Hasya Sayyidina) – https://bit.ly/MrSpraymanSMP (PC)

Sumber: Rilis Resmi
Sumber: Rilis Resmi

Pemenang Kedua: Social Distancing The Game (Gavin Malik Setiawan) – https://bit.ly/SocialDistancingGameSMP (PC)

Sumber: Rilis Resmi
Sumber: Rilis Resmi

Kategori SMA

Pemenang Pertama: Di Rumah Aja (Raihanita Damayanti) – https://bit.ly/DiRumahAjaSMA (PC)

Sumber: Rilis Resmi
Sumber: Rilis Resmi

Pemenang Kedua: Sijaro (Wiaji Robian Dwi Cahya) – https://bit.ly/SijaroSMA (Mobile Android)

8

Pemenang Favorit Junior: Petualangan Covid-19 (Akbar Wicaksono) – https://bit.ly/PetualanganCovid19 (Mobile Android)

Sumber: Rilis Resmi
Sumber: Rilis Resmi

Kategori Umum

Pemenang Pertama: Stay – A Cute but Anxious Girlfriend Simulator (Fajri Rahmadhany) – https://bit.ly/AnxiousGirlfriendUmum (PC)

Pemenang Kedua: Safey Shoppy (Vinda D Zoebir) – https://bit.ly/SafeyShoppyUmum (Mobile Android)

Pemenang Ketiga: Fight Covid-19 (Andrie Nata. S) – https://bit.ly/FightCovidUmum (Mobile Android)

Pemenang Favorit Umum: Planet Covid (Kevin Jaya Wiguna) – https://bit.ly/PlanetCovidUmum (Mobile Android)

Terkait pemenang yang terpilih, Anton Soeharyo, CEO maingame.com mewakili dewan juri mengatakan. “Pada akhirnya kami cuma boleh memilih satu pemenang, dan itu adalah karya Fajri, Stay – A Cute but Anxious Girlfriend Simulator sebagai pemenang pertama. Game ini tidak hanya memiliki daya tarik keindahan visual dan musik, tapi juga berhasil menangkap perhatian para gamers lewat alur cerita disajikan seraya memberi edukasi tentang pandemi ini. Good luck dan selamat untuk Dhanny!”

Selamat untuk para pemenang! Semoga karya yang diciptakan bisa menjadi momentum untuk membuat karya-karya lain yang lebih baik lagi!

Ajang “Ayo Bikin Game di Rumah Aja” Ciptakan Lebih dari 200 Game

Ajang “Ayo Bikin Game di Rumah Aja” kini sudah memasuki fase pemilihan. Ajang ini merupakan sebuah inisiatif yang dilakukan oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Asosiasi Game Indonesia, dan Clevio, sebagai sarana untuk mendukung kebijakan isolasi diri yang diterapkan pemerintah sembari mendorong masyarakat tetap aktif.

Dalam ajang ini, para peserta diminta membuat game dengan tema “Mari Bersama Melawan COVID-19: Hidup Bersih, Sehat, dan Seru.” untuk memperebutkan total hadiah sebesar Rp30 juta. Ajang ini dibagi ke dalam dua kategori, yaitu Junior (untuk siswa SD, SMP, dan SMA/SMK) dan Mahasiswa/Umum. Setelah ajang cipta game selesai digelar dari tanggal 2 sampai 5 April 2020, kini terkumpul 200 karya lebih dari dua kategori tersebut.

Hybrid - Akbar Priono
Hybrid – Akbar Priono

Tercatat ada 238 karya dari dua kategori, dengan rincian berupa 131 karya dari kategori umum, dan 107 karya dari kategori Junior. Semua karya yang lolos sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan, termasuk merepresentasikan tema yang diusung serta membawa pesan edukasi penanggulangan COVID-19 yang informatif dan dengan cara yang menyenangkan.

Walau kebijakan isolasi diri mengharuskan semua orang untuk tetap di rumah, namun ajang ini tetap tidak kehilangan antusiasme dari masyarakat. Selain diikuti oleh banyak peserta, ajang ini ternyata juga menarik minat banyak kalangan.

Salah satu peserta bahkan ada yang masih berusia 7 tahun dan duduk di kelas 2 SD. Ajang ini juga diantisipasi oleh masyarakat dari berbagai belahan Indonesia, dengan domisili peserta mulai dari ujung barat Langsa di Banda Aceh hingga Malili di Luwu. Timur. Bahkan, ada juga seorang mahasiswa Indonesia yang tengah menempuh pendidikan di kota Kitakyushu, Jepang, ikut serta membuat game untuk ajang ini.

Sumber: Rilis Resmi
Sumber: Rilis Resmi

Setelah semua karya terkumpul, kini sayembara ini memasuki fase voting. Untuk melakukan voting, Anda para pembaca Hybrid dapat melakukannya dengan memberi like pada unggahan peserta yang menggunakan tagar #ayobikingame dan #dirumahaja. Nantinya akun Instagram resmi AGI dan Clevio juga akan secara rutin melakukan repost game buatan para peserta di Instagram Story selama masa voting berlangsung.

Voting berlangsung mulai dari tanggal 6 sampai 10 April 2020 pukul 12:00. Nantinya, game dengan jumlah like terbanyak akan dinobatkan sebagai game terfavorit, dan akan diumumkan tanggal 13 April 2020 mendatang, bersamaan dengan pengumuman game terbaik pilihan para juri.

Anda dapat pergi ke laman agi.or.id/ayobikingame, untuk mengetahui informasi lebih lanjut seputar ajang cipta game “Ayo Bikin Game di Rumah Aja”.

AGI, Kominfo, dan Clevio Gelar Ajang “Ayo Bikin Game di Rumah Aja”

Dengan adanya pandemi COVID-19 pemerintah di berbagai negara menghimbau masyarakat untuk melakukan isolasi diri untuk mencegah penyebaran virus tersebut lebih luas lagi. Di beberapa negara, kebijakan ini berdampak kepada batalnya helatan-helatan besar. Dari esports misalnya, ada PBWC 2020 yang batal diselenggarakan, atau helatan IEM Katowice yang terpaksa digelar tanpa penonton.

Namun, ini bukan berarti kita harus berdiam diri dan pasrah terhadap keadaan. Beberapa elemen industri esports dan gaming melakukan inisiatif untuk membuat keadaan lebih baik. Seperti tournament organizer WePlay! yang menyelenggarakan WeSave! sebagai ajang galang dana, yang berhasil mengumpulkan Rp2,9 miliar untuk membantu gerakan melawan pandemi COVID-19.

Sementara itu di Indonesia gerakan serupa juga dilakukan, terutama untuk mendukung kebijakan isolasi diri yang dilakukan pemerintah. Maka dari itu, sebagai sarana sosialisasi Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Asosiasi Game Indonesia, Clevio, serta didukung oleh Garena, menyelenggarakan ajang cipta game yang bernama “Ayo Bikin Game di Rumah Aja”.

Sumber: AGI
Sumber: AGI

Mengusung tema “Mari Bersama Melawan COVID-19: Hidup Bersih, Sehat, dan Seru.”, ajang cipta game ini terbuka untuk umum, bisa diikuti oleh siapapun mulai dari anak-anak hingga dewasa. Game yang tercipta dari ajang ini diharapkan bisa menjadi media sosialisasi yang interaktif, agar masyarakat tersadar untuk melawan dan mencegah pandemi ini untuk menjadi lebih besar lagi.

“Kondisi perang melawan COVID-19 yang kita alami saat ini membuat masyarakat dihimbau untuk beraktivitas di rumah saja, menjaga jarak dengan orang lain. Hal ini sesuai arahan Presiden RI, Bpk Jokowi, agar kita segera dapat menahan laju penyebaran yang terinfeksi virus Corona.” ucap Semuel Abrijani Pangerapan, Dirjen Aplikasi Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika.

“Untuk mendukung arahan tersebut, Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika, Kemkominfo, bekerja sama dengan Asosiasi Game Indonesia dan Clevio Coder Camp menginisasi sebuah ajang cipta karya. Kegiatan ini mengajak generasi muda untuk bersama-sama membuat game dari rumah masing-masing sehingga waktu yang dimiliki terisi dengan penambahan karya dan pengetahuan. Kita harapkan kegiatan ini membuat komunitas game developer jadi semakin besar dan secara bersamaan meningkatkan kesadaran akan hidup sehat, bersih dan juga seru dalam menghadapi COVID-19,” paparnya.

Sumber: AGI
Sumber: agi.or.id/ayobikingame

Terbuka untuk umum, ajang cipta game “Ayo Bikin Game di Rumah Aja” dibagi menjadi dua kategori, yaitu Junior untuk siswa SD, SMP, dan SMA/SMK dan kategori mahassiwa/umum. Masing-masing Masing-masing peserta diharuskan untuk membentuk tim dan bekerja sama selama empat hari untuk menghasilkan sebuah purwarupa game yang bisa dimainkan. Dan untuk mendukung gerakan #dirumahaja yang digaungkan pemerintah, semua aktivitas dan komunikasi dilakukan secara online, tanpa harus keluar rumah. Masyarakat juga dilibatkan dalam menentukan game favorit mereka dengan cara memberikan voting terhadap karya-karya yang didaftarkan.

“Untuk membantu mempersiapkan anak-anak mengikuti game jam ini, Coach Clevio yang sudah berpengalaman mengajar coding game kepada ribuan coders telah mempersiapkan webinar gratis dan seru untuk belajar bikin game,” ungkap Fransiska Oetami, CEO Clevio Coder Camp. “Jadi jangan khawatir kalau belum pernah coding atau bikin game sebelumnya. Meskipun harus #dirumahaja, tidak berarti harus sendiri-sendiri, karena anak juga akan belajar mengembangkan social skill dengan kerja bersama teman secara online, persis seperti bapak ibu yang meeting online karena #workfromhome,” lanjutnya.

Pendaftaran ajang ini sudah dibuka sejak 29 Maret dan akan terselenggara sampai 13 April 2020 mendatang, mulai dari online workshop, pembuatan game, serta voting masyarakat untuk menentukan pemenang ajang ini. Nantinya ada total hadiah sebesar Rp30 juta dan sertifikat digital yang diberikan kepada 11 orang pemenang. Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat mengunjungi laman: https://www.agi.or.id/ayobikingame.

[REVIEW] Lokapala, Status Beta yang Penuh Keterbatasan

Awal Februari ini khalayak gamers Indonesia disemarakan dengan rilisnya Lokapala: Saga of Six Realms. Masuk masa pra-pendaftaran sejak November 2019 lalu di Play Store, iterasi MOBA pertama pengembang Indonesia ini segera mendapat sambutan positif. Banyak yang tidak sabar untuk mencoba dan memainkannya.

Proyek ambisius ini dibesut oleh ANANTARUPA Studio, gamedev lokal yang sudah beroperasi sejak tahun 2011. Kini, walau masih menyandang status beta, Lokapala sudah dapat diakses secara terbuka di Play Store. Namun demikian, saya merasa bahwa perilisan beta terbuka Lokapala masih terlalu terburu-buru. Kenapa? Karena banyak hal di dalam game ini yang terlihat seperti masih setengah jadi. Lebih lanjut, mari simak ulasan saya terhadap MOBA lokal Indonesia yang satu ini.

MOBA Indonesia yang Kurang Indonesia

Dalam MOBA, satu hal yang konsisten selalu muncul adalah karakter yang dapat kita gunakan di dalam permainan. Ada beberapa sebutan untuk karakter ini, ada yang menyebutnya Hero ada yang menyebutnya Champion. Lokapala sendiri memilih menyebut karakter-karakter heroik yang akan bertarung bersama Anda di dalam permainan sebagai Ksatriya.

Untuk rilisan pertama, Lokapala menghadirkan 15 Ksatriya, yang semuanya bisa Anda coba dan mainkan. Namun sayang, beberapa karakter yang dihadirkan pada Lokapala mungkin belum tentu dikenal oleh orang Indonesia sendiri. MungkIn pendapat saya ini muncul karena nilai pelajaran sejarah Indonesia saya tidak terlalu baik, saat masih bersekolah dulu…hehehe.

Sumber: Facebook Fanpage Lokapala
Beberapa Ksatriya yang dihadirkan di dalam Lokapala. Sumber: Facebook Fanpage Lokapala

Hal ini mungkin karena beberapa Ksatriya mungkin memang bersifat orisinil atau dibuat sendiri oleh tim ANANTARUPA Studio. Tetapi saya merasa agak sayang jika tidak ada karakter-karakter populer, karena bisa jadi membuat pemain enggan mencoba game ini. Padahal Lokapala bisa saja memunculkan Ksatriya dari sejarah atau cerita rakyat populer seperti Gajah Mada sang Mahapatih Kerajaan Majapahit , atau tokoh kenamaan dalam pewayangan seperti Gatot Kaca.

Untungnya ANANTARUPA Studio sudah melakukan beberapa usaha untuk memperkenalkan cerita orisinil Lokapala kepada khalayak. Salah satunya seperti contoh di bawah ini, sebuah postingan media sosial yang bercerita asal pertarungan Lokapala. Ceritanya, pertarungan di Lokapala berdasarkan kepada konsep multiverse, yaitu penggabungan berbagai ruang dan waktu dalam satu semesta.

Sumber: Facebook Fanpage Lokapala
Sumber: Facebook Fanpage Lokapala

Mengutip dari laman resmi Lokapala, para Ksatriya yang bertarung datang dari enam Loka (alam semesta) yang tergabung di dalam Lokapala, yaitu Narakaloka, Pretaloka, Tiraccanaloka, Manusyaloka, Asuraloka, dan Svargaloka. Dari 6 Loka yang diceritakan, muncullah karakter-karakter yang ada di Lokapala. Beberapa ada yang datang dari sejarah Vijaya atau Pangeran Wijaya dan beberapa ada yang orisinil seperti Ilya yang ceritanya datang dari masa depan.

Selain soal daftar Ksatriya yang dihadirkan, ada satu hal lagi yang buat saya merasa menjadi poin penting kenapa Lokapala menjadi game Indonesia yang kurang Indonesia. Lokapala kehilangan satu hal penting yang bisa membantu game ini lebih mudah diterima oleh gamers Indonesia, yaitu in-game language Bahasa Indonesia. Ya Anda tidak salah dengar, versi beta Lokapala yang menekankan khasanah lokal Indonesia lewat latar tempat dan cerita karakter Ksatriya malah hadir menggunakan Bahasa Inggris, dan tidak ada opsi Bahasa Indonesia.

Ini sebenarnya cukup membingungkan, karena saya merasa tidak ada alasan yang tepat untuk menggunakan bahasa Inggris pada Lokapala. Jika alasannya untuk mengincar pasar global, rasa-rasanya Lokapala terbilang sudah ketinggalan cukup jauh jika dibanding beberapa pengembang lain yang sudah lebih dulu terjun di pasar MOBA untuk mobile.

Sumber: Tangkapan Layar Pribadi
Amat disayangkan, Lokapala versi beta malah tidak memiliki opsi bahasa Indonesia, Alhasil,cerita Pangeran Wijaya dari kerajaan Singhasari jadi agak sulit dipahami karena menggunakan bahasa Inggris. Sumber: Tangkapan Layar Pribadi

Jika alasannya untuk mengenalkan budaya Indonesia ke khalayak global, orang Indonesia sendiri saja mungkin belum mengenal Ksatriya yang dihadirkan dalam Lokapala. Jawaban untuk semua ini sebenarnya adalah dengan menghadirkan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia ke dalam game. semoga saja update berikutnya dapat menghadirkan in-game language, dan mungkin juga menghadirkan voice-act bahasa Indonesia. Apalagi, menurut opini saya personal, membaca cerita legenda Indonesia dengan bahasa ibu akan terasa lebih nyaman dan mudah dimengerti.

Walau dengan segala kekurangannya, saya cukup mengapresiasi bagaimana tim pengembang ANANTARUPA membangun cerita dunia Lokapala, terutama dari cerita 6 Loka yang menjadi satu di dalam arena pertarungan Lokapala. Dalam hal lore Ksatriya, walau orisinil, namun sayangnya cerita yang disajikan masih  terlalu singkat. Hal ini membuat saya tidak bisa mengenal asal muasal sang Ksatriya secara lebih mendalam.

Sisi Indonesia lain yang menurut saya patut diapresiasi adalah musik yang disajikan oleh Inharmonics. Composer yang juga mengisi musik pada game Legrand Legacy ini berhasil memunculkan nuansa peperangan penuh semangat khas MOBA sembari tetap menonjolkan khazanah Indonesia dalam musik yang mereka sajikan pada menu utama. Dalam musik tersebut, musik orkestra yang modern melebur halus dengan aksen khas etnis lewat gamelan Jawa, yang hampir membuat saya lupa dengan pengalaman bermain Lokapala yang akan saya jelaskan pada poin berikutnya.

Esports Game Pertama Indonesia yang Belum Esports Ready

Istilah “esports ready” pertama muncul sebagai meme di tengah perbincangan komunitas ketika PUBG dijadikan esports untuk pertama kalinya. Istilah tersebut muncul karena pada awal rilis, PUBG mendukung kegiatan esports untuk game tersebut. Sementara core gameplay PUBG masih memiliki terlalu banyak kendala teknis seperti respon yang tidak sinkron, serta bug di sana dan sini.

Pada kasus PUBG, kendala tersebut terjadi karena PUBG adalah game multiplayer online pertama yang mempertemukan 100 orang sekaligus secara real-time. Kejadiannya Bluehole mungkin mirip dengan ANANTARUPA. Lokapala sudah dicap sebagai game esports pada saat perilisan beta, mungkin karena mereka memilih genre MOBA. Namun nyatanya, Lokapala belum esports ready, yang mungkin disebabkan karena ANANTARUPA belum punya banyak pengalaman membuat real-time online multiplayer yang kompleks seperti MOBA.

Memang, pada kenyataanya membuat game online bersifat real-time seperti MOBA punya kerumitan dari sisi teknis. Jika Anda belum tahu, ada dua jenis online games berdasarkan cara game tersebut terkoneksi ke server. Ada real-time online seperti MOBA, yang mana satu player bertemu dengan player lain secara langsung. Ada asynchronous online games, yang mana walau online, namun player satu dengan player tidak bertemu secara langsung seperti Clash of Clans.

Sumber: Tangkapan Layar Pribadi
Menghubungkan 10 pemain bermain di dalam satu server secara berbarengan tidak bisa dibilang mudah, terutama bagi pengembang Indonesia yang masih minim pengalaman. Sumber: Tangkapan Layar Pribadi

Walau ini adalah MOBA pertama, tapi Anantarupa bukanlah pengembang lokal Indonesia pertama yang bisa membuat real-time online multiplayer game. Sebelumnya ada juga Minimo, pengembang yang berbasis di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, yang membuat game bertemakan balap off-road bernama Mini Racing Adventures.

Kembali membahas Lokapala, kesulitan teknis ini diakui sendiri oleh sang pengembang. Jika Lokapala memang belum “esports ready“, jadi sudah sampai mana sebenarnya rilisan beta Lokapala? Maafkan jika saya terlalu jujur namun saya merasa Lokapala sebenarnya belum pantas untuk dirilis secara open beta. Mengapa demikian? Salah satu penyebabnya karena Lokapala memiliki beberapa masalah fundamental, yang membuat core game experience menjadi tidak nyaman.

Sebelum menuju ke dalam permainan, masalah sudah muncul, yaitu ketika kita tap tombol dan ingin melakukan Find Match. Setelah masuk Lobby dan menekan tombol Start, Lokapala malah memunculkan kode error seperti yang satu ini.

Sumber: Tangkapan Layar Pribadi - Akbar Priono
Sumber: Tangkapan Layar Pribadi

Melihat error seperti ini, yang terbesit di pikiran saya adalah melakukan reset Lobby dengan menekan tombol back yang ada di pojok kiri atas. Apa yang terjadi? Ya, muncul kode error lagi yang membuat saya terjebak di dalam Lobby.

Sumber: Tangkapan Layar Pribadi - Akbar Priono
Kalau sudah begini, apa daya. Sumber: Tangkapan Layar Pribadi

Jika hal ini terjadi, mau tidak mau jalan terakhir adalah tinggal melakukan reset game. Force close game tersebut lewat tombol recent apps, lalu buka kembali.

Setelah beberapa saat, saya akhirnya berhasil masuk ke dalam game. Saat berada di dalam permainan saya melihat banyak elemen lain di dalam game yang juga masih kurang sempurna. Seperti 3D model karakter yang terlihat kurang realistis, atau animasi karakternya yang terlalu kaku. Tapi itu mungkin tidak terlalu masalah karena 3D model karakter Mobile Legends pun demikian ketika baru pertama kali dirilis.

Masuk ke dalam game saya menemukan satu hal lagi yang cukup mengganggu, masalah tersebut datang dari model bush atau brush. Kalau Anda sering main MOBA, Anda tentu tahu mekanik bush, tempat berupa semak-semak yang bisa digunakan pemain untuk bersembunyi. Pada kebanyakan MOBA bush biasanya berbentuk seperti namanya, yaitu semak rumput yang tinggi dan lebat.

Sumber: Tangkapan Layar Pribadi - Edit: Akbar Priono
Perbandingan bentuk dan warna bush antara Lokapala dengan dua MOBA terpopuler di mobile. Sumber: Tangkapan Layar Pribadi – Edit: Akbar Priono

Pada Lokapala visual bush memiliki dua hal yang menurut saya cukup mengganggu. Pertama, bentuknya bukan semak rumput, melainkan terlihat seperti tanaman berbunga dengan warna yang sangat mencolok. Kedua, warna antar bush juga tidak konsisten yang mungkin bisa membuat pemain baru kebingungan. Bush bagian tengah berwarna ungu, sementara pada bush bagian pinggir terlihat berwarna merah. Semoga saja nantinya model bush bisa diperbaiki sambil tetap menunjukan ciri khas tersendiri yang membedakan Lokapala dari MOBA lain.

Berlanjut ke dalam permainan, semua berjalan lancar, setidaknya sampai beberapa menit game berjalan. Seiring waktu, permainan jadi terasa laggy. Keadaan tersebut bisa jadi datang dari dua hal, masalah optimasi game engine dan masalah optimasi server.

Dari sisi optimasi game engine, saya saat itu mencoba bermain dengan menggunakan pengaturan grafis tertinggi rata kanan. Setelah beberapa saat bermain, semakin lama animasi karakter menjadi stutter atau patah-patah setelah beberapa saat bermain. Belum lagi animasi atau gerakan karakter ketika menyerang atau mengeluarkan skill juga terasa sangat kaku, yang juga membuat saya jadi sulit menilai apakah hal tersebut merupakan stutter atau memang animasi karakter yang kurang rapih.

Hal ini terjadi mungkin karena saya menggunakan mode High Frame Rate. Jika rumor Lokapala menggunakan game engine yang sama dengan AOV dan Mobile Legends benar, maka kejadian ini jadi cukup masuk akal. Karena pada AOV dan Mobile Legends sekalipun, mode High Frame Rate kerap kali tidak stabil.

Selain itu perasaan lag juga muncul dari sisi koneksi. Ketika itu ping permainan saya hanya 8 – 16ms saja, namun pada beberapa momen saya merasakan delay yang sangat mengganggu. Beberapa kali di dalam permainan, skill yang saya lempar malah telat keluar membuatnya jadi tidak mengenai musuh. Jika ini terus terjadi, tentunya akan menjadi sangat mengganggu bagi para pemain. Apalagi jika mengatakan Lokapala sebagai game esports, hal ini tentu akan menjadi sangat kontradiktif, karena dalam permainan esports respon adalah segalanya.

Sumber: Tangkapan Layar Pribadi
Glitch Haya menyebabkan pedangnya tidak kembali setelah dilemparkan. Sumber: Tangkapan Layar Pribadi

Sisi gameplay berikutnya adalah dari sisi hitbox. Hitbox sendiri adalah sebutan untuk sebuah kotak tak terlihat yang mendeteksi tumbukan antar objek (contohnya hero dengan skill). Pada Lokapala hitbox bisa dibilang masih inkonsisten. Jadi jika kita melempar skillshot ke satu titik tipis tertentu di bagian tubuh Ksatriya musuh, efeknya bisa jadi kena bisa jadi tidak.

Belum lagi masih ada beberapa glitch grafis yang terasa, seperti pedang Ksatriya Haya yang tertinggal setelah dilemparkan. Lalu masalah targeting yang membuat skill terlempar entah ke mana jika kita mentargetkan skill secara otomatis. Ditambah lagi efek serangan dan angka indikator damage juga terlihat kurang jelas, yang bisa membuat bingung, apakah serangan Anda sudah kena atau belum.

Lalu bagaimana dengan balancing? Rasanya agak sulit untuk bisa menilai balancing pada Lokapala jika pengalaman bermain saja masih kurang nyaman, mulai dari awal hingga akhir permainan. Satu kali saya sempat bermain menggunakan Skar, menggunakan build tank, dan menemukan ternyata hero tersebut punya damage yang cukup lumayan besar meski mayoritas item yang saya gunakan adalah item defense.

Sumber: Tangkapan Layar Pribadi
Ksatriya Haya sedang menaiki Vahana. Sumber: Tangkapan Layar Pribadi

Mungkin satu yang cukup berbeda adalah ketidakhadiran mekanik Recall di dalam Lokapala. Recall digantikan dengan Vahana, semacam tunggangan yang sifatnya mempercepat pergerakan Anda dari satu titik ke titik lain di area map. Vahana bisa digunakan kapanpun, namun untuk mengaktifkannya Anda harus berdiam sejenak atau chanelling selama beberapa detik. Jika Anda terkena damage saat sedang mengendarai Vahana, Anda akan terjatuh dan terkena stun untuk sesaat.

Jika Anda sudah pernah memainkan MOBA mobile lainnya, mekanisme ini mungkin terasa cukup menyulitkan. Saya pun merasa demikian, karena walau Vahana mempercepat pergerakan, tanpa mekanisme Recall Anda bisa saja tertangkap ketika darah sedang sekarat. Belum lagi mekanisme ini juga terbilang cukup boros waktu, terutama jika Anda sedang push tower terdalam musuh namun sekarat dan harus pulang, menyebabkan Anda harus berjalan dengan jarak yang sangat jauh.

Kesimpulan

Pada akhirnya saya personal merasa keputusan ANANTARUPA merilis Lokapala secara publik agaknya terlalu terburu-buru. Masih terlalu banyak kekurangan pada core gameplay Lokapala. Beberapa contohnya sudah saya jabarkan saat menceritakan pengalaman saya memainkan Lokapala, mulai dari bug untuk Find Match, masalah optimasi grafis dan server, masalah hitbox dan lain sebagainya.

Kalau soal animasi dan grafis, saya rasa hal tersebut masih bisa ditoleransi, karena MOBA lainnya pun punya grafis yang tidak sebegitu bagus pada hari pertama rilis. Namun kalau soal core gameplay, saya rasa keputusan untuk merilis Lokapala secara terbuka ini berpotensi memunculkan masalah bagi sang pengembang. Bagaimanapun, impresi pertama tetap merupakan hal penting bagi pemain. Jika impresi pertama saja sudah buruk, karena terlalu banyak masalah teknis di dalam game, pemain bisa saja enggan untuk mencoba bermain kembali meski Lokapala sudah berkembang menjadi lebih baik.

Tetapi, tetap ada beberapa hal yang patut diapresiasi dari Lokapala. Beberapa di antaranya seperti story dunia Lokapala yang orisinil atau art karakter yang cukup baik. Menurut saya salah satu elemen terbaik dalam game ini adalah soundtrack menu utama. Penggabungan aksen modern lewat musik orkestra khas MOBA dengan aksen khas etnik Indonesia lewat gamelan Jawa berhasil membuat saya lupa dengan segala permasalahan teknis yang ada di dalam game ini.

Lokapala saat ini masih dalam status beta. Semoga saja seiring waktu, pengembang bisa berkomitmen untuk terus memperbaiki Lokapala dari berbagai sisi dan menjadi game yang lebih baik. Karena bagaimanapun, mengembangkan game MOBA ibarat lari marathon, yang pengembangannya akan terus berjalan selama game-nya masih dimainkan…