Menengok Kabar Komunitas LoL Indo di Tahun 2020

Belakangan, para gamers di Indonesia sedang dipenuhi euforia terhadap League of Legends. Namun bukan League of Legends yang selama ini kita kenal, melainkan Wild Rift, versi mobile dari MOBA yang rilis di PC pada tahun 2009 lalu tersebut. Wild Rift mungkin lebih berhasil menarik perhatian banyak orang, termasuk sosok besar di skena MOBA untuk mobile seperti Henri Teja “Carraway” ataupun Tuturu. Namun demikian, nasib versi PC dari game tersebut di Indonesia terbilang cukup nahas.

Pada kesempatan sebelumnya saat membahas potensi Wild Rift di Indonesia, saya sudah sempat berbincang dengan Pratama Indraputra atau Yota, soal sepak terjang League of Legends di Indonesia. Jika Anda membacanya, fakta menyedihkan yang harus diterima penggemar game League of Legends di Indonesia adalah kenyataan bahwa League of Legends Indonesia akhirnya mati pada tahun 2019. Gamenya masih ada, tetapi tanpa adanya dukungan publisher, inisiatif esports, ataupun server lokal Indonesia, komunitas League of Legends Indonesia sekarang terbilang jadi mati suri.

Walaupun demikian, komunitas LoL di Indonesia ternyata masih terus hidup, dan bahkan cukup aktif. Lalu apa kabar komunitas LoL di Indonesia kini? Mari saya ajak Anda melihat keadaannya dari tiga perspektif berbeda.

Pertama ada HASAGI, media khusus League of Legends yang dulu disokong oleh Garena Indonesia dengan Edi Kusuma atau Edel sebagai salah satu founder-nya. Kedua ada Aganov Boris, seorang streamer dengan nama panggung “League Indo Korea”, yang hingga kini masih secara konsisten melakukan live-streaming game League of Legends. Terakhir ada Aditya Fadillah atau SEGA, merupakan pemain kompetitif League of Legends yang terakhir kali sempat bermain dengan tim Bigetron Esports untuk turnamen Indonesia Games Championship 2020.

 

HASAGI, Media Online Seputar LoL yang Kini Hidup Berkat Komunitas

Ketika League of Legends hadir di Indonesia tahun 2013 silam, jagad internet dalam ranah gaming terbilang belum seperti sekarang. Informasi seputar gaming dan esports dalam bahasa Indonesia belum bisa didapatkan semudah seperti sekarang. Media yang spesifik membahas gaming dan esports juga masih segelintir jumlahnya, termasuk Hybrid.co.id yang juga belum ada di masa itu, dan baru melepas status beta pada Februari 2019 lalu.

Maka dari itu, pada tahun 10 Agustus 2016, Yota mengajak Edi Kusuma atau Edel, mencoba menggagas sebuah proyek berupa blog yang spesifik membahas League of Legends dengan nama HASAGI. “Gue coba ngomong sama Edel waktu itu. ‘Ed, lu suka nulis kan? Gimana kalau lu nulis seputar League of Legends bareng gue. Karena gue kepingin bikin proyek ini nih (HASAGI), kepingin bikin komunitas League of Legends makin bagus, makin keren, makin pintar juga karena baca berita terus.’ Akhirnya Edel setuju dan kita nulis bareng, dimulai dari pakai blog simpel saja.” Ucap Yota dalam video perkenalan HASAGI, yang diposting oleh channel YouTube official League of Legends Indonesia pada 9 November 2016 lalu.

Setelah ajakan tersebut, the rest is history. HASAGI berkembang dengan cukup pesat dan menjadi salah satu rujukan bagi komunitas, atau siapapun yang ingin mengetahui perkembangan League of Legends dari perspektif lokal. Bukan hanya sekadar memberitakan esports pada zamannya, HASAGI juga menyajikan cerita-cerita unik dari komunitas. Salah satu contohnya seperti cerita soal sosok pemain LoL Indonesia yang pernah membuat kehebohan karena kelakuan konyol, ataupun cerita nasib mantan pro player League of Legends kini.

Lompat ke tahun 2020, Edel lalu menceritakan bagaimana kondisi HASAGI. “Sampai saat ini, HASAGI masih memiliki beberapa pembaca setia yang hampir setiap hari mengakses website kami. Namun, jumlahnya tentu tidak terlalu besar. Saya merasa, dengan jumlah pemain League of Legends Indonesia yang semakin terkikis, maka kemungkinan besar pembaca HASAGI juga jadi sedikit. Berharap setelah Wild Rift kami bisa mendapat pembaca baru. Satu hal yang pasti, HASAGI akan terus berusaha menghasilkan artikel-artikel berkualitas.” Cerita Edel.

Lebih lanjut Edel juga sedikit menjabarkan soal minat komunitas terhadap konten League of Legends berbahasa Indonesia yang disajikan oleh HASAGI “Pembaca HASAGI sendiri terbagi menjadi beberapa jenis, ada yang lebih suka baca artikel tentang update game League of Legends dan ada yang juga suka baca tentang turnamen. Tapi, sejauh ini artikel tentang update atau patch baru masih menjadi salah satu yang paling favorit. Kalau dari segi jumlah pembaca, dalam satu bulan HASAGI sih masih bisa dapat sekitar 30 sampai 60 ribu pembaca.”

Sumber: Facebook
Sumber: Facebook

Untuk saat ini, peran HASAGI di komunitas lebih dari sekadar menyiarkan informasi saja. Seperti saya sebut sebelumnya, komunitas LoL Indonesia jadi mati suri pasca ditinggal Garena Indonesia. Karena itu peran HASAGI kini jadi melebar, bukan sekadar jadi media, melainkan menjadi semacam pengganti Garena Indonesia yang mengasuh komunitas LoL PC di Indonesia.

Maka dari itu HASAGI pun kini menyediakan beberapa wadah media sosial, sebagai sarana komunikasi komunitas LoL Indonesia. “Kami kebetulan juga mengelola beberapa grup media sosial League of Legends Indonesia. Paling besar ada grup Facebook LoL Indonesia, dan League of Newbie, yang membernya ada di angka puluhan ribu. Selain itu kami juga mengelola grup Wild Rift, yang sekarang membernya sudah sekitar 19 ribuan. Lalu kami juga punya server Discord yang jumlah anggotanya ada 3300 orang saat ini.”

Menariknya, usaha yang dilakukan HASAGI menjaga komunitas LoL ternyata tidak bertepuk sebelah tangan. Komunitas LoL Indonesia secara umum ternyata sangat menganggap HASAGI, bahkan berusaha menyokong keberlanjutan HASAGI. “Salah satu hal yang membuat saya senang dengan komunitas League of Legends adalah, ada segelintir orang yang berusaha untuk terus mempertahankan dan menjaga komunitas ini. HASAGI juga menjadi salah satu usaha tersebut, usaha mempertahankan League of Legends agar tetap ada di permukaan. Selain membuat wadah komunikasi di media sosial, kami juga sempat membuat acara nobar World Championship 2019, yang terbilang cukup sukses, dan sangat berkesan.”

Acara nobar World Championship 2019 bisa dibilang menjadi salah satu bentuk kepedulian komunitas terhadap LoL ataupun keberlanjutan hidup komunitas itu sendiri. Edel menceritakan, bahwa acara nobar Worlds 2019 bahkan sebenarnya adalah proyek dadakan, karena baru terpikirkan untuk membuatnya pada H-2 minggu sebelum pertandingan Grand Final. “Bahkan sempat dapat masalah ketika akan mencari venue. Kami enggak punya sponsor apapun, dan bisa dibilang hampir enggak ada siapa-siapa yang bantu kita untuk mengadakan nobar awalnya.” Perjelas Edel.

Keseruan komunitas dalam nobar yang diselenggarakan HASAGI bersama komunitas. Sumber: HASAGI
Bentuk antusiasme komunitas dalam nobar World Championship 2019 yang diselenggarakan HASAGI bersama komunitas. Sumber: HASAGI

Edel lalu melanjutkan kembali ceritanya. Edel mengatakan bahwa jelang hari H penyelenggaraan acara nobar, satu per satu orang komunitas yang peduli dengan komunitas LoL Indo mulai muncul. “Saya benar-benar bangga sekali dengan komunitas LoL Indonesia di momen ini. Jelang hari H, ada dari komunitas yang bantu saya untuk bayar DP sewa venue, ada yang sumbang dana untuk kebutuhan acara. Salah satunya ada Xyera, mantan streamer League of Legends, dia menyumbang Rp3 juta ketika itu.”

Tapi ternyata, dukungan komunitas LoL Indonesia terhadap HASAGI dalam acara nobar Worlds 2019 ternyata bukan hanya dari segelintir orang saja. “Acara nobar Worlds 2019 juga menjadi nobar pertama yang berbayar. Tapi berbayar bukan tanpa alasan, melainkan karena uang penjualan tiket kami gunakan untuk membayar venue. Kami berusaha transparan dan menceritakan masalah tersebut ke komunitas. Pada titik ini kami betul-betul tidak menyangka. Ada sekitar 400 orang datang dan semuanya membeli tiket demi mendukung kelancaran acara nobar. Bahkan, ada yang nggak bisa datang, tapi tetap membeli tiket karena dia ingin bisa memberikan support agar nobar berjalan lancar.”

“Kebetulan tiket acara ada dua macam, harga normal Rp50 ribu dan yang kedua harganya Rp120 ribu tapi dapat kaus. Ketika itu gue cetak sekitar 100 kaus dan hampir habis. Sisa tinggal sekitar 20 buah kaus saja.” Edel melanjutkan ceritanya. “Dukungan komunitas ketika itu rasanya seperti tak henti-henti. Ericko Lim yang dahulu sempat menjadi shoutcaster di komunitas LoL Indonesia dengan nama Soapking juga turut menyokong dengan memberikan kaus SK60 (Official Merchandise Soapking) untuk jadi hadiah nobar. Ada juga Henry Louis atau TwoJ, ex-pro player LoL Indonesia, jadi MC dadakan. Ada teman gue juga bantu sponsor action figure LoL untuk hadiah. Ada juga teman gue jual makanan, sengaja jual rugi, supaya para peserta nobar bisa makan. Jadi, nobar Worlds 2019 betul-betul bentuk usaha bahu membahu antara HASAGI dengan komunitas LoL Indo.” Tutup Edel soal cerita mengadakan nobar Worlds 2019.

Sumber: HASAGI
Penampakan para peserta nobar Worlds 2019 yang diselenggarakan oleh HASAGI dan komunitas. Sumber: HASAGI

Edel juga menjelaskan, bahwa memang sudah tidak ada support apapun lagi dari Garena, pasca kejadian tutup server League of Legends di Indonesia. “Kecuali jadi Garena Partner, biasanya diberi skin untuk membuat event. Tetapi di Indonesia cuma ada 2 orang yang menjadi Garena Partner. Dulu Hasagi sempat mengajukan, namun memang gue masih kurang beruntung sampai sekarang… Haha.” Tanpa adanya support, jelas sudah alasan kenapa HASAGI dan komunitas League of Legends Indonesia jadi perlu bahu-membahu, bahkan hanya untuk sebuah acara nobar Worlds 2019 saja.

“Gue merasa, komunitas LoL Indonesia itu yang terbaik sih. Jumlah mereka mungkin sedikit, tapi mereka peduli. Tentunya tidak semua, tapi ada beberapa di antara mereka yang betul-betul peduli dengan LoL Indo, termasuk seperti HASAGI yang saat ini bisa dibilang menjadi semacam pusat komunitasnya.” Edel menceritakan kebanggaannya terhadap komunitas League of Legends Indonesia. “Cerita menarik lagi mungkin adalah ketika gue memutuskan untuk kembali mengembangkan HASAGI. Hanya untuk itu saja, gue bahkan dapat dukungan komunitas! Beberapa player dari komunitas LoL nyumbang ke gue, untuk beli domain… Haha. Jadi kalau sudah begitu, masa iya gue menolak?”

Mengakhiri pembahasan, saya lalu menanyakan bagaimana posisi HASAGI nantinya jelang perilisan Wild Rift secara publik, yang mungkin akan datang dalam waktu dekat. “Kami sih akan tetap menjaga pemain LoL di PC tetap ada. HASAGI terbentuk karena LoL PC dan kami enggak mau game ini ditinggalkan cuma gara-gara Wild Rift. Kita mungkin akan coba membuat turnamen amatir untuk memancing minat orang memainkan LoL di PC. Lalu dari segi media, pastinya kami akan terus menyajikan artikel soal LoL di PC. Akhir kata, semoga nantinya ada lebih banyak support diberikan, terutama dari Riot Games dan Garena Singapura. Kami berharap nantinya LoL PC dan Wild Rift bisa berjalan satu arah sebagai komunitas pecinta League of Legends.” Tutup Edel.

 

League Indo Korea, Streamer LoL Lokal yang Masih Konsisten Hingga Kini

Sosok kedua yang juga tak kalah penting dalam melihat keadaan komunitas LoL kini adalah Aganov Boris, seorang streamer lokal yang masih konsisten memainkan League of Legends hingga kini. Boris biasa melakukan stream dengan nama League Indo Korea di Facebook, menyiarkan permainannya mengarungi Summoners Rift, melawan pemain-pemain di LoL server Singapura.

Kami lalu berbincang singkat soal kondisi LoL dalam lingkup server Asia Tenggara kini, dari sudut pandang Aganov Boris sebagai pemain dan juga streamer. Ia lalu memperkenalkan diri, sambil menceritakan soal alasannya streaming, dan pengalamannya bermain League of Legends.

“Gue Aganov Boris, gue adalah sosok di balik page League Indo Korea. Gue sudah main LoL sejak tahun 2013, sekitar Season 3, ketika server Indonesia pertama kali dibuka. Kebetulan alasan gue streaming sih karena memang mengisi waktu saja. Mulai streaming dari November tahun lalu dan langsung fokus League of Legends. Alasan kenapa masih streaming LoL sampai sekarang, karena memang sudah cinta aja sih sama LoL… Haha.” Cerita Aganov Boris.

Sumber: Facebook
Sumber: Facebook

Melanjutkan pembicaraan, Aganov Boris lalu berbagi pandangannya soal keadaan komunitas LoL kini, dari sudut pandangnya sebagai player.

“Gue merasa komunitas LoL di Indonesia keadaannya cukup baik-baik saja. Pemain baru masih muncul, tapi memang jumlah pertumbuhannya tidak besar. Lalu kalau dari segi skill, saya merasa regenerasi pemain high elo (rank tinggi) terbilang minim.”

Terlepas dari itu, satu yang menurut saya cukup menarik dari sisi Boris adalah, konten League of Legends ternyata masih cukup diminati secara umum.

“Kalau jumlah views sih terbilang lumayan, setiap streaming saya dapat sekitar 2k sampai 3k views per stream. Penonton juga ternyata antusias dan interaktif dengan konten stream yang saya sajikan. Kebanyakan mereka merasa terbantu dari sisi game knowledge. Kebetulan tujuan saya streaming memang karena ingin memberi edukasi supaya para pemain bisa climb rank dan berkembang secara pribadi. Jadi saya biasanya memberikan informasi soal Item apa yang harus dibuat, Champion apa yang cocok dipakai, bagaimana cara main Jungle, dan sebagainya. Penonton sendiri terbilang sangat tertarik ketika menonton saya sedang climbing rank.” Aganov menceritakan.

Dalam obrolan sebelumnya, Edel sempat menyebut soal Garena Partner. Aganov Boris terbilang cukup beruntung menjadi salah satu dari dua orang Indonesia yang mendapat sokongan dari Garena karena posisinya sebagai kreator konten. Aganov menceritakan, bahwa dirinya menjadi bagian dari Garena LoL Partnership (GLP) sejak bulan Maret 2020.

“Kebetulan saya mengajukan diri sendiri ke Garena waktu itu. Jujur sih kurang tahu juga Garena mana yang menghubungi, tapi kayaknya Singapura sih. Soalnya semua komunikasi menggunakan bahasa Inggris, dari awal mengajukan diri sampai pemberitahuan bahwa pengajuan saya diterima. Sebagai bagian dari kreator GLP, saya diberikan dukungan berupa Riot Points dan Skin setiap bulan. Biasanya saya gunakan hal tersebut untuk dibagi-bagikan kepada penonton sebagai giveaway ketika stream.”

Aganov Boris, yang kerap kali streaming dengan menggunakan karakter virtual berbentuk pinguin. Sumber: Facebook
Aganov Boris, yang kerap kali streaming dengan menggunakan karakter virtual berbentuk pinguin. Sumber: Facebook

Lalu hal lain yang mungkin juga jadi pertanyaan adalah soal pendapatan. Pendapatan streamer memang sudah jadi topik yang beberapa kali dibahas oleh tim redaksi Hybrid.co.id. Ellavie Ichlasa Amalia, Senior Writer Hybrid.co.id, sempat membuat pembahasan soal dari mana sumber pendapatan seorang streamer game. Bahkan, Yabes Elia selaku Chief Editor Hybrid.co.id juga sempat mengungkap sosok streamer game PC yang bisa mendapat donasi dari penontonnya sampai 7 juta rupiah dalam satu pekan.

Lalu bagaimana dengan nasib Aganov Boris? Ia bercerita, bahwa menjadi streamer League of Legends itu menghasilkan namun masih belum bisa menjadi tumpuan hidup. “Untuk yang donasi ataupun memberikan Stars (semacam saweran untuk streamer di Facebook) itu ada, tapi enggak banyak.” Ucapnya.

Menutup obrolan, kami kembali membahas soal kelanjutan dirinya sebagai streamer, dan kehadiran Wild Rift. “Menurut saya, masa depan kreator/streamer League of Legends PC justru bakal lebih baik. Mayoritas orang Indonesia sebetulnya bukan tidak suka main League of Legends, melainkan belum pernah mencobanya. Nah, dengan kehadiran Wild Rift, orang secara tidak langsung akan mencoba League of Legends, yang nantinya diharapkan dapat membantu memperluas eksposur LoL PC. Kalau nanti Wild Rift rilis, aku juga berniat streaming campuran, antara LoL dengan Wild Rift.” Jawab Aganov Boris menutup obrolan.

 

Aditya “SEGA” Fadillah, Pemain League of Legends Kompetitif yang Masih Bertahan

Sebagai narasumber terakhir, saya mewawancara Aditya Fadillah atau lebih dikenal sebagai SEGA. Dia adalah pemain League of Legends kompetitif, yang terakhir kali bermain bersama Bigetron Esports untuk turnamen League of Legends dalam gelaran Indonesia Games Championship 2020.

Lebih lanjut, SEGA lalu memperkenalkan diri dan pengalamannya bermain League of Legends. “Saya Aditya Fadillah atau lebih dikenal SEGA. Saya bermain LoL sejak tahun 2016. Pertama kali kenal gara-gara roadshow pengenalan LoL ke warnet-warnet. Sejak saat itu saya jadi mulai bermain. LoL juga menjadi game MOBA pertama yang saya mainkan.” SEGA menceritakan pertama kali dirinya bermain League of Legends.

SEGA bergabung Bigetron Esports untukmenghadapi IGC 2020. Sumber: Bigetron Esports
SEGA bergabung Bigetron Esports untukmenghadapi IGC 2020. Sumber: Bigetron Esports

Aditya Fadillah atau SEGA memang sudah cukup lama malang melintang di dunia kompetitif League of Legends Indonesia. Lebih lanjut ia lalu menceritakan pengalaman tersebut.

“Kalau ditanya pengalaman di dunia kompetitif League of Legends sih terbilang cukup lumayan. Saya sudah ikut turnamen dari sewaktu masih di bangku sekolah dan jadi juara 1 di pertandingan siswa kelas SMP-SMK. Saya juga mengikuti berbagai turnamen tingkat komunitas pada zamannya seperti Teemo Cup, Jakarta Cup, Kennen Cup, BINGO, turnamen universitas, dan banyak turnamen lain lagi yang saya juga lupa. Saya juga mengikuti beberapa turnamen besar seperti Hyperplay 2018, LOC dari Lenovo, LST SEA Summer dan Spring, IGC, International Esports Champion, dan lainnya.”

Walaupun pada zamannya League of Legends punya banyak turnamen untuk diikuti, saya melihat skena League of Legends sekarang sudah tidak sama seperti dulu. Lalu apa sebenarnya alasan pemain yang sudah mencapai rank Diamond 2 ini masih bersikeras bertahan di dunia kompetitif League of Legends?

“Saya masih bertahan karena cinta sama game ini sih, betul-betul enggak ngebosenin. Selalu ada update dan selalu ada sesuatu yang baru dari game ini. Juga, karena League of Legends adalah game yang membuat saya merasakan dunia kompetitif esports. Selain itu, saya juga masih punya mimpi untuk dapat bermain di World Championship bersama nama-nama besar di dunia kompetitif League of Legends dan membawa nama Indonesia ke sana.”

Flickr League of Legends Esports Indonesia. Foto - Hazmi Iskandar
SEGA (kanan bawah) yang sempat bermain untuk tim Armored Projects, dan bertanding untuk kompetisi Hyperplay 2018. Flickr LoL Esports Indonesia – Foto Oleh Hazmi Iskandar

SEGA lalu juga menceritakan bagaimana keadaan komunitas LoL, dari sudut pandangnya sebagai pemain kompetitif. “Kalau harus jujur, saya merasa League of Legends PC sudah hampir menuju dead game. Esports di kancah lokal sudah hampir tidak ada, turnamen sangat jarang, ditambah lagi ada PSBB yang membuat banyak warnet tutup. Banyak orang, termasuk saya, jadi enggak bisa main, kompetisi liga juga enggak ada. Mungkin harapan bagi komunitas LoL Indonesia tinggal PCS Asia Pasifik, turnamen dari sponsor, dan turnamen dari komunitas saja.” jawab SEGA membahas nasib ekosistem kompetisi LoL Indonesia kini.

Menutup obrolan singkat kami, saya juga menanyakan pandangan Adit terhadap kehadiran Wild Rift. Adit SEGA mengatakan bahwa dia dan rekan satu timnya memang sudah berencana untuk mencoba peruntungan pada game Wild Rift sejak dari satu tahun yang lalu. “Aku enggak yakin LoL PC masih akan hidup di Indonesia bila Wild Rift sudah mulai aktif. Apalagi pasar game SEA dan Indonesia memang cenderung ke arah mobile. Untuk saat ini aku sudah dapat akses CBT Wild Rift. Baru 3 hari main, tapi kebetulan sudah sampai tier Gold sih… Hehe.” Cerita Adit memberikan pandangannya soal masa depan LoL PC dan perjalanannya.

 

Walaupun sudah ditinggal selama satu tahun oleh Garena Indonesia, namun cukup menarik melihat ekosistem League of Legends masih memiliki bagian-bagian yang cukup lengkap. Dari wawancara saya, Anda bisa lihat sendiri bahwa LoL Indonesia masih punya 3 elemen yang cukup penting, yaitu media, streamer, sampai pemain kompetitif.

Namun demikian tanpa ada dukungan apapun dari publisher ataupun developer, LoL PC di Indonesia seakan jadi mati suri. Contoh nyatanya seperti cerita perjuangan Edel untuk membuat nobar Worlds 2019, Aganov Boris yang dengan jujur mengatakan kecilnya pendapatan yang ia dapat sebagai streamer League of Legends, sampai cerita SEGA yang wadah pertandingannya semakin terkikis.

Apakah LoL PC sebagai sebuah ekosistem mandiri punya masa depan? Sepertinya tidak akan ada harapan jika keadaan terus seperti ini sampai bertahun-tahun ke depan. Gamenya masih akan tetap ada, tapi kita mungkin tidak bisa berharap apapun soal esports ataupun dukungan publisher.

Namun tiga narasumber tersebut sepakat, bahwa Wild Rift diharapkan bisa menjadi energi baru bagi kecintaan mereka terhadap League of Legends. Terlepas dari semua itu, saya merasa Garena Indonesia telah melakukan tugasnya dengan baik dalam mengembangkan League of Legends di Indonesia. Tanpa Garena Indonesia, mungkin tidak akan ada orang-orang di atas menjadi narasumber saya. Bahkan mungkin, tidak ada kenangan manis atas keseruan esports, bermain bersama, ataupun berkomunitas di League of Legends Indonesia. Terima kasih League of Legends, mungkin memang sudah saatnya game ini beristirahat dan perjuangannya di Indonesia diteruskan oleh Wild Rift.

Mengintip Ragam Kolaborasi Konten Garena di 2020 Hingga Bulan Agustus

Banyak hal sudah terjadi di tahun 2020. Situasi pandemi mungkin jadi salah satu kejadian yang paling berat bagi kita semua. Padahal, esports diprediksi mencapai nilai industri sebesar 15,4 triliun rupiah pada tahun 2020 oleh Newzoo. Namun situasi pandemi sedikit banyak memperlambat pertumbuhan tersebut.

Situasi industri esports dan gaming dalam menghadapi pandemi memang sedikit unik. Pada satu sisi, organisasi esports terkena dampak yang cukup besar gara-gara situasi ini. Bisnis esports di ekosistem lokal juga mengalami kesulitan tersendiri, seperti yang diceritakan oleh Irliansyah Wijanarko, Chief Growth Officer RevivalTV dan Tommy Bambang, Chief Communication Officer INDOESPORTS, dalam artikel pembahasan saya soal esports selama masa pandemi.

Namun pada sisi lain, industri gaming dan esports juga menunjukkan peningkatan secara angka. Data dari IDC menemukan bahwa penonton esports naik 2 kali lipat selama situasi pandemi ini terjadi. Di Amerika Serikat, penjualan konsol game malah meningkat selama masa pandemi ini. Sementara itu di Asia, World Economic Forum menemukan bahwa industri gaming di Asia Tenggara masih bergeliat di tengah pandemi. App Annie juga melaporkan bahwa situasi pandemi ini membuat gamers jadi habiskan lebih banyak waktu untuk bermain game di mobile device.

Sumber: Garena
Sumber: Garena

Maka dari itu, sepertinya jadi tidak heran jika beberapa perusahaan pengembang dan/atau penerbit game, terbilang masih cukup stabil selama keadaan pandemi ini. Dalam ekosistem lokal, salah satu yang patut disorot mungkin Garena. Pengembang dan penerbit game asal Singapura ini terbilang masih cukup tangguh selama menghadapi situasi pandemi ini.

Terakhir kali, Free Fire sebagai salah satu game terbitan Garena, malah berhasil berhasil mencatatkan rekor 100 juta Daily Active User berdasarkan laporan tanggal 19 Agustus 2020 lalu. Melihat kesuksesan ini, konten kolaborasi mungkin bisa dibilang menjadi salah satu alasan atas keberhasilan Garena membuat para pemainnya betah dengan game-game yang disajikan. Tercatat, setidaknya sudah ada 5 konten kolaborasi lokal maupun internasional, yang terjadi di berbagai game besutan Garena sepanjang tahun 2020 ini. Ada apa saja? Berikut daftarnya:

 

Maret 2020 – Garena Free Fire dan Joe Taslim

Melakukan kolaborasi dengan insan kreatif lokal untuk dijadikan konten game, mungkin bisa dibilang menjadi salah satu strategi andalan milik Garena. Contoh nyata dari hal ini adalah kerja sama Garena, dengan aktor film laga kawakan asal Indonesia, Joe Taslim, dan menghasilkan sebuah karakter bernama Jota.

Bukan cuma mirip secara penampilan, karakter Jota juga didesain memiliki kemampuan yang mencerminkan seorang Joe Taslim. Karakter Jota di dalam game Free Fire diceritakan sebagai seseorang yang ahli dalam melakukan parkour dan akrobat. Jota memiliki sebuah skill bernama Sustained Raids. Dengan kemampuan tersebut, HP milik Jota akan pulih hingga 40 poin, apabila ia berhasil melakukan kill dengan menggunakan senjata SMG dan Shotgun. Jika aktif, skill tersebut akan cooldown selama 5 detik.

Dalam rilis, Joe Taslim sendiri mengatakan, “setelah melihat popularitas Free Fire secara lokal hingga global, saya senang bukan main ketika dihubungi oleh tim Garena untuk menghadirkan karakter Jota. Menjadi kebanggan tersendiri untuk saya pribadi bisa menjadi model dari karakter lokal pertama ini. Semoga seperti saya, seluruh pemain Free Fire di Indonesia dapat merasa bangga dengan hadirnya karakter lokal Jota di dalam Free Fire.”

Menariknya, walau kerja sama dilakukan dengan insan kreatif lokal, namun karakter yang dihadirkan tersedia untuk pemain secara global. Ini bukan kali pertama Garena melakukan strategi kolaborasi tersebut. Sebelum Free Fire, satu kolaborasi Garena dengan insan kreatif lokal yang cukup menggemparkan ekosistem game dan esports di Indonesia sudah sempat terjadi pada game Arena of Valor.

Kerja sama ini terjadi pada Agustus 2018 lalu, ketika Garena Indonesia menggandeng Lifelike Pictures dan Caravan Studio untuk menghadirkan hero Wiro Sableng ke dalam game Arena of Valor. Dalam game, superhero lokal tersebut hadir dengan nama “Wiro”, bersenjatakan kapak serta memiliki tato “212” yang khas, dan tersedia dapat dimainkan oleh pemain Arena of Valor di beberapa negara.

Di luar Indonesia, Garena Brazil juga sempat menggandeng insan kreatif lokal, yaitu DJ Alok yang menghasilkan sebuah karakter dengan nama yang sama.

 

Juni 2020 – Garena AOV dan Sword Art Online

Bulan Juni 2020, Garena melakukan kolaborasi konten dengan anime Sword Art Online untuk menghadirkan Kirito dan Asuna, dua karakter utama dalam serial animasi tersebut. Namun, tidak seperti Wiro Sableng yang menjadi hero, Kirito dan Asuna hadir sebagai skin bagi hero Allain dan Butterfly di dalam Arena of Valor.

Kolaborasi konten dengan Sword Art Online bisa dibilang sebagai salah satu kerja sama yang besar, mengingat Sword Art Online yang bisa dibilang sebagai salah satu serial animasi Jepang terpopuler. Bukti atas hal tersebut salah satunya terlihat dari Sword Art Online: Ordinal Scale, versi film serial animasi SAO, yang berhasil mencatatkan 2,75 juta penonton pada tahun 2017 lalu.

Bukan cuma menghadirkan Kirito dan Asuna sebagai skin, kolaborasi konten ini juga mengubah banyak elemen di dalam game AOV. Beberapa yang diubah termasuk Lobby Animation, tampilan ketika Anda bertemu lawan main yang diganti dengan tampilan “Link Start” ala Sword Art Online, karakter Yui dari Sword Art Online yang menjadi asisten Anda di dalam game, logo serta tulisan Sword Art Online di tengah-tengah medan tempur Horizon Valley, sampai kehadiran Aincard (latar dunia SAO) sebagai dekorasi di dalam medan tempur.

Serial animasi SAO berawal sebagai sebuah novel yang ditulis oleh Reki Kawahara, pada tahun 2009 lalu. Sword Art Online menceritakan tentang anak remaja yang bertaruh nyawa di dalam game MMORPG, karena kesadarannya terjebak di dalam sebuah teknologi helm Virtual Reaility bernama Nerve Gear. Kisah ini menjadi populer sehingga diadaptasi menjadi serial animasi, yang membuat Sword Art Online menjadi semakin populer lagi bahkan sampai ke luar Jepang.

Kerja sama seperti ini bukan merupakan yang pertama kali bagi Garena dan AOV. Malah, Arena of Valor mungkin bisa dibilang sebagai salah satu yang paling dahulu menghadirkan karakter berlisensi dari ekosistem industri kreatif lain ke dalam game sebagai karakter yang bisa dimainkan. Pada saat awal rilis, Arena of Valor sempat bekerja sama dengan DC Comics untuk menghadirkan beberapa sosok-sosok superhero khas perusahaan penerbit komik asal Amerika Serikat tersebut. Beberapa karakter DC Comics yang hadir di AOV sebagai hero yang bisa dimainkan termasuk, Batman, Superman, Joker, The Flash, dan Wonder Woman.

Seperti saat menghadirkan karakter Jota, kolaborasi konten ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk “merayu” para gamers, terutama gamers dari barat, agar mau mencoba, dan memainkan Arena of Valor. Mengutip laporan Sensor Tower tahun 2018, strategi tersebut ternyata tidak berbuah manis. Diluncurkan Desember 2019, Arena of Valor cuma mendapat 3 juta dollar AS pendapatan, setelah 7 bulan game tersebut hadir di pasar Amerika Serikat.

Mengutip dari GameDaily.biz, Joost van Dreunen Co-Founder SuperData menjelaskan beberapa alasan Arena of Valor kurang berhasil di pasar barat, dan salah satunya adalah ketidakberhasilan karakter DC Comics dalam merayu para pemain game dari barat.

“Pertama, tidak seperti League of Legends, branding Arena of Valor tidak sebegitu kuat di pasar game barat. Kedua, sang rival, Mobile Legends sudah berhasil membangun jumlah penggunanya sebelum AOV rilis. Ketiga, walaupun mereka mencoba mendorong popularitas AOV lewat esports, namun kebanyakan tim yang bertanding di dalam turnamen Pro Series justru tidak akrab dengan khalayak gaming barat. Empat, walaupun mereka menambahkan karakter berlisensi untuk meningkatkan tingkat retensi pemain, namun hal tersebut ternyata tidak berhasil menambahkan jumlah install Arena of Valor.”

 

Juli 2020 – Garena Free Fire dan Money Heist

Sumber: Garena
Sumber: Garena

Kerja sama ini baru saja terjadi beberapa waktu lalu, tepatnya pada tanggal 29 Juli 2020 kemarin. Garena kembali melakukan kolaborasi konten yang cukup mengejutkan, dan mengumumkan kolaborasi antara Free Fire dengan Netflix, untuk menghadirkan yang berasal dari serial televisi Money Heist, ke dalam game. Lewat kolaborasi ini, Garena menampilkan dua konten bertemakan Money Heist ke dalam Free Fire.

Pertama, Free Fire menghadirkan sebuah mode permainan baru yang memiliki nama sama dengan nama serial televisi tersebut, yaitu Money Heist. Pada mode permainan Money Heist pemain akan berlomba mengumpulkan uang kertas sebanyak mungkin. Untuk bisa mendapatkan uang kertas, pemain harus mengaktifkan Money Printer, yang posisinya sudah ditentukan di dalam peta permainan. Untuk mengaktifkan Money Printer, pemain diharuskan untuk menduduki area sekitar Money Printer, yang nantinya akan secara otomatis mencetak uang kertas setelah berhasil diduduki.

Selain itu kolaborasi ini juga mengubah beberapa elemen penting di dalam game, terutama pada map Plan Bermuda yaitu perubahan skin parasut dan pesawat, yang diubah menjadi bertema Money Heist. Kolaborasi ini juga menghadirkan skin eksklusif berupa baju jumpsuit merah dan topeng khusus yang menjadi ciri khas dari serial Money Heist.

Kolaborasi ini mungkin bisa dibilang sebagai kolaborasi konten pertama dari Garena Free Fire yang bersifat universal. Mengingat kolaborasi konten sebelumnya, yaitu dengan Joe Taslim dan DJ Alok, cenderung lebih bersifat lokal sehingga kontennya belum tentu dapat dikenali oleh pemain Free Fire dari belahan dunia lain.

Money Heist merupakan serial film asal Spanyol, yang awalnya hanya terbit di televisi lokal dengan nama La casa de papel. Pada Desember 2017, Netflix mengambil hak siar atas serial televisi, dan diberi nama “Money Heist”, yang membuat serial televisi ini menjadi semakin populer secara internasional. Mengutip akun Twitter resmi Netflix, dikatakan bahwa Money Heist telah ditonton oleh 34 juta lebih orang di pekan pertama perilisan part 3 dari serial tersebut.

Bicara soal kolaborasi ini, Christian Wihananto Produser Garena Free Fire Indonesia mengatakan bahwa salah satu alasannya adalah banyaknya unsur kemiripan antara Free Fire dengan Money Heist, baik dari segi karakter atau aksi yang disajikan. Lebih lanjut, Harold Teo Produser Garena juga menjelaskan bahwa jutaan pemain Garena Free Fire juga merupakan penggemar serial Money Heist, dan ingin menyajikan pengalaman tak terlupakan kepada komunitas Free Fire lewat kolaborasi konten tersebut.

Terakhir kali Free Fire sudah mencatatkan 100 juta Daily Active Users di kuartal kedua 2020. Walau belum ada yang mengungkap jumlah pemain Free Fire dari masing-masing kawasan, namun game ini diketahui begitu sukses di negara Brazil. Hal ini terlihat salah satunya lewat kisah sukses LOUD Esports, tim Free Fire asal Brazil, yang berhasil menjadi organisasi esports pertama dengan 1 miliar views di YouTube. Melihat suburnya Free Fire di Brazil, kolaborasi Free Fire dengan Money Heist terbilang cukup masuk akal. Bisa saja, kolaborasi tersebut dilakukan sebagai persembahan Garena terhadap pemain Free Fire di Brazil, mengingat serial Money Heist menggunakan bahasa Spanyol, yang mirip dengan bahasa Portugis yang merupakan bahasa ibu di negara Brazil.

 

Agustus 2020 – Fantasy Town, Air Asia, dan Oppo

Terakhir, dan merupakan kerja sama terbaru yang dilakukan oleh Garena, adalah kerja sama antara Garena dengan Air Asia dan Oppo untuk game Fantasy Town. Diumumkan pada 13 Agustus 2020 kemarin, kerja sama ini sekaligus menjadi cara Garena untuk menyambut kemerdekaan Indonesia. Berbarengan dengan kerja sama ini, Fantasy Town juga menghadirkan konten khas Indonesia berupa bangunan Candi Borobudur dan Monumen Nasional, serta karakter juga kostum yang berasal dari cerita rakyat Indonesia seperti Kabayan, Iteung, hingga Radu.

Bagi Anda yang mungkin kelewatan informasi soal game terbaru, Fantasy Town merupakan game terbaru yang dibesut oleh Garena. Rilis pada 16 Juli 2020, Fantasy Town merupakan game online berbasis farming simulator, dengan berbagai aktivitas di dalamnya mulai dari bercocok tanam, membangun kota impian, petualangan, hingga melawan berbagai Monster. Game tersebut dikembangkan oleh Arumgames, dengan Garena berperan sebagai penerbit atas game tersebut di Indonesia.

Kerja sama Garena dengan Oppo dalam game Fantasy Town menghadirkan konten semacam “lomba 17-an”. Perlombaan tersebut bertajuk SuperStar Lord, yang hadir dalam bentuk mini-game dengan gameplay seperti game Snake zaman dahulu. Pemain akan beradu skor dengan pemain lain di dalam in-game event ini. Nantinya, lima pemain dengan skor tertinggi dan berhasil memuncaki leaderboard, akan mendapat hadiah berupa 1 unit Oppo A31.

Sumber: Instagram @fantasytown.id
Sumber: Instagram @fantasytown.id

Sementara itu kerja sama dengan Air Asia berbentuk sayembara media sosial. Dalam kerja sama ini, para pemain Fantasy Town diminta untuk menceritakan tujuan wisata impian mereka bila mendapat tiket pesawat gratis. Setiap pekan ada 5 orang pemenang yang dipilih, dan akan mendapat hadiah berupa Air Asia BIG Points, yang bisa ditukarkan dengan tiket pesawat dan berbagai benefit lainnya.

Ini bukan pertama kalinya Garena Indonesia bekerja sama dengan brand non-endemik. Tahun 2018 lalu, Garena lewat game Arena of Valor sempat bekerja sama dengan Fruit Tea. Kerja sama ini menghasilkan beberapa hal, termasuk turnamen Youth National Esports Competition (YNEC), sampai kemasan Fruit Team khusus bergambar hero Arena of Valor.

Garena lewat AOV juga sudah pernah bekerja sama dengan Oppo. Ketika itu, kerja sama menghasilkan beberapa hal, seperti posisi Oppo sebagai sponsor utama turnamen Battle of Valor, dan hadiah in-game berupa hero dari karakter DC, yang diberikan kepada pemain AOV pembeli smartphone Oppo A5.

Menarik jika melihat beberapa kerja sama dan kolaborasi konten yang dilakukan secara inovatif oleh Garena terhadap game-game besutannya. Walau tidak selalu 100% berhasil, namun strategi seperti ini sedikit banyak menjadi salah satu alasan yang membuat Garena, dan jajaran game yang dibesut olehnya bisa menjadi sebesar seperti sekarang ini.

Wakil Indonesia Untuk AOV Premier League 2020 Adalah DG Esports dan Team ELVO

AOV Star League (ASL) Indonesia Season 4 usai digelar, DG Esports berhasil menjadi juara setelah mendominasi liga dengan catatan menang-kalah 6-0. Pasca ASL Indonesia rampung, para penggemar esports AOV biasanya sedang bersiap untuk menyaksikan AOV World Cup yang terselenggara di tengah tahun.

Namun tahun ini ada yang berbeda. Sebagai dampak pandemi COVID-19, struktur skena kompetitif AOV secara internasional diubah. Karena turnamen offline yang mendatangkan banyak orang dari berbagai negara hampir tidak mungkin terlaksana selama masa pandemi , maka tahun ini Garena dan Tencent menyelenggarakan Arena of Valor Premier League (APL).

Mreupakan pengganti AWC 2020, APL 2020 merupakan liga online setingkat Asia Pasifik yang diikuti oleh empat liga AOV terbesar, yaitu Taiwan (GCS), Vietnam (AOG), Thailand (RPL), dan Indonesia (ASL). Indonesia mendapatkan dua slot di dalam APL 2020. DG Esports sebagai pemenang liga mendapat undangan langsung untuk bertanding di APL 2020.

Satu slot lagi diperebutkan lewat kualifikasi, yang diperebutkan oleh peringkat 2-4 ASL, yaitu EVOS Esports, SPCE Esports, dan Team ELVO. Perjuangan Team ELVO melaju ke APL 2020 terbilang cukup mulus. Sempat tersandung saat melawan SPCE Esports, ELVO.Cipengz dan kawan-kawan justru bisa babat habis EVOS Esports 2-0 di babak final. Maka dari itu, dengan ini DG Esports dan Team ELVO menjadi dua wakil Indonesia untuk APL 2020.

Ini adalah pertama kalinya EVOS Esports gagal mewakili Indonesia untuk kompetisi internasional. Ini mengingat posisi EVOS Esports yang adalah juara bertahan ASL Indonesia selama 3 kali berturut-turut, sehingga biasanya mereka mendapat jalur undangan.

Nantinya pertandingan APL 2020 akan dimulai pada 19 Juni mendatang. Bertanding dalam format double round robin pada babak grup, DG Esports dan Team Elvo akan menghadapi tim kelas berat di APL 2020 seperti Team Flash sang juara AIC 2019, ataupun Buriram United yang merupakan runner-up di AIC 2019.

Terakhir kali pada AIC 2019, EVOS Esports memberikan hasil yang membanggakan walau belum berhasil jadi juara. Mereka ketika itu berhasil lolos dari babak grup, walau akhirnya harus tumbang melawan Buriram United di fase perempat-final.

Tahun ini, akankah DG Esports dan Team ELVO dapat memberikan hasil yang positif dalam gelaran APL 2020 nanti? Tayangan pertandingan sudah dimulai sejak 13 Juni, dengan pertandingan persahabatan sebagai sarana latih tanding antar tim peserta. Anda para penggemar esports AOV nanti bisa menyaksikan pertandingan APL 2020 di Channel YouTube resmi Garena AOV Indonesia.

Dukung Gerakan #DiRumahAja Garena Sajikan 9 Kompetisi Esports

Sementara kebijakan isolasi diri untuk menahan laju penyebaran pandemi COVID-19 masih terus berlangsung, membuat hal tersebut berdampak kepada beberapa aspek kehidupan. Esports jadi salah satu yang terdampak, dengan pembatalan paksa terhadap beberapa turnamen LAN yang akan diselenggarakan. Beberapa penyelenggara sudah merasakan ini, ajang turnamen fighting game ternama seperti Combo Breaker misalnya, ataupun Intel World Open.

Namun, esports bisa dibilang memiliki rejekinya tersendiri, karena masih tetap bisa terselenggara dengan cara online. Ini membuat ekosistem olahraga tradisional sekalipun beralih ke esports untuk menjadi alternatif sajian hiburan kepada pemirsa yang sedang tetap berada di rumah. Dalam kancah lokal, publisher seperti Garena juga sudah mempersiapkan berbagai sajian untuk menghibur gamers ataupun pecinta esports Indonesia.

Selama April sampai Mei 2020, Garena sudah mempersiapkan 9 sajian kompetisi yang akan diselenggarakan secara online, dan ditayangkan lewat live-streaming melalui kanal YouTube resmi dari game yang diterbitkan Garena, yaitu Free Fire, Call of Duty Mobile, dan Arena of Valor.

Ada 6 sajian kompetisi untuk bulan April, yaitu AoV Star League Season 4 (7 April – November 2020), CODM Princess Cup (7 – 17 April 2020), Free Fire The One (12 – 26 April 2020), Call of Duty Mobile Weekly Cup (18 – 21 April 2020), Invitational Show Match (23 – 25 April 2020), dan Clan War Hard Point (27 April – 1 Mei 2020).

Sumber: Garena
Sumber: Garena

Dari jajaran tersebut, dua yang paling patut disimak mungkin adalah ASL Season 4 dan Invitational Show Match. ASL sendiri tentu saja karena merupakan liga kasta utama skena Arena of Valor Indonesia. Seperti musim sebelumnya, ajang ini juga menjadi gerbang bagi tim yang bertanding, untuk dapat melaju ke tingkat internasional lewat gelaran AOV World Cup 2020 dan AOV International Championship 2020.

Sementara itu pada sisi lain ada juga Invitational Show Match. Ini merupakan kompetisi COD Mobile, yang mempertandingkan juara Major Series Season 2 bertanding melawan perwakilan negara-negara Asia, yaitu Thailand dan Taiwan. Anda tentu penasaran ingin melihat apakah Bigetron Duty bisa menyusul prestasi sang kakak, Bigetron RA, dan menjadi raja di skena COD Mobile Asia.

Sementara itu pada bulan Mei menjadi ajang bagi komunitas untuk unjuk kemampuan kepada khalayak. Ada 3 kompetisi pada Mei 2020, yaitu Free Fire All Stars (2-17 Mei 2020), Solo Soldier – Gun Game (5-6 Mei 2020), dan Clan War Domination (18-22 Mei 2020). FF All Stars mungkin jadi yang paling menarik, karena merupakan pertandingan yang mempertemukan semua sosok depan layar di Free Fire, mulai dari player, caster, sampai influencer.

Sumber: Garena
Sumber: Garena

“Garena memahami pentingnya pembatasan sosial sebagai salah satu langkah menekan penyebaran pandemi, dan tentu saja esports menjadi salah satu upaya untuk bisa tetap menjaga semangat positif di masyarakat. Karena itu sesuai dengan komitmen kami untuk menemani masa ketika berada #DiRumah Aja, kami tetap mengadakan pertandingan esports dengan cara inovatif dan berbeda.” Ucap Wijaya Nugroho, Esports Manager Garena Indonesia.

“Setelah mengadakan turnamen esports dan acara-acara menarik sejak bulan maret, kami kembali mendukung dan mengadakan acara esports lagi di bulan berikutnya. Harapannya pertandingan ini bisa menghibur penonton. Kami juga berharap para pemain juga komunitas bisa berpartisipasi sembari mengisi waktunya saat berada di rumah.” Tutur Wijaya.

Jadi tidak perlu khawatir kehabisan tontonan selama masa isolasi diri masih berjalan. Tetap #DiRumahAja dan tonton acara esports kesukaan Anda.

Enam Tim Berhasil Lolos dari Free Fire Master League 2020

Free Fire Master League (FFML) telah selesai diselenggarakan. Setelah satu bulan pertandingan berjalan (14 Januari 2020 – 14 Februari 2020) dengan format liga, akhirnya terpilih sudah 6 tim yang akan melanjutkan perjuangan ke strata selanjutnya, yaitu Free Fire Indonesia Masters. Menyandang status sebagai liga kasta utama Free Fire Indonesia, FFML diikuti oleh 22 organisasi esports di Indonesia dan 24 tim peserta.

Free Fire Master League sendiri diumumkan pertengahan Januari 2020 kemarin. Kompetisi ini menjadi percobaan Garena Indonesia menggunakan format liga sekaligus franchise model untuk ekosistem esports Free Fire.

Setelah pertandingan yang sengit, enam tim yang berhasil lolos ke babak selanjutnya adalah Rosugo Esports, RRQ Hades, AURA Esports, EVOS Esports, Bigetron Magix, dan ONIC Olympus. Enam tim ini bertarung dengan sangat apik, namun satu aksi paling memukau datang dari tim EVOS Esports.

Pemain kunci dari tim tersebut adalah SAM.13. Pada ronde pertama dan kedua, pemain ini masih terlihat belum menarik perhatian. Saat ronde ketika, ia mulai terlihat menccolok setelah berhasil menyumbang 5 kill dari 19 kill yang didapatkan oleh EVOS Esports. Puncaknya adalah ketika ia seorang diri berhasil mendapatkan 10 kill seraya membawa sang harimau biru mendapatkan Booyah di ronde ke empat.

Dengan ini, maka berikut perolehan poin terakhir dari enam tim yang berhasil lolos ke Free Fire Indonesia Masters 2020.

  • Rosugo Esports (Pot A) 70 poin
  • RRQ Hades (Pot B) 76 poin
  • Aura Esports (Pot C) 67 poin
  • EVOS Esports (Pot D) poin 91
  • Bigetron Magix (Pot E) poin 79
  • ONIC Olympus (Pot F) poin 82

Dengan total hadiah sebesar Rp1,2 miliar, enam tim tersebut masing-masing menerima hadiah sebesar Rp200 juta dan akan melaju ke Free Fire Indonesia Masters 2020 Spring (FFIM 2020); yang gelaran puncaknya akan diselenggarakan pada 14 – 15 Maret 2020 mendatang.

Walaupun FFML adalah liga kasta utama di skena kompetitif Free Fire, namun FFIM 2020 sendiri merupakan puncak dari struktur skena kompetitif Free Fire di Indonesia. Tak hanya mendapatkan tahta sebagai tim Free Fire terbaik di Indonesia, memenangkan FFIM juga memberi kesempatan kepada tim untuk melaju ke pertandingan internasional Free Fire Champions Cup yang diselenggarakan di Jakarta pada April 2020 mendatang.

Selamat bagi keenam tim! Semoga sukses di gelaran FFIM 2020 dan bisa menorehkan raihan positif di gelaran internasional Free Fire Champions Cup 2020!

Dranix Esports Juarai Free Fire Indonesia Masters 2019 Season 2

Gelaran Free Fire Indonesia Masters 2019 Season 2 memunculkan juara baru. Pada musim lalu, ada tim Capital Esports, keluar sebagai juara Free Fire Indonesia Masters 2019 Season 1. Pada musim kedua ini, tim Dranix Esports keluar sebagai juara, setelah permainan konsisten yang ditampilkan sepanjang pertandingan.

Free Fire Indonesia Masters 2019 Season 2 (FFIM 2019 Season 2) mempertandingkan 7 ronde pada dua map, yaitu Bermuda dan Purgatory. Memang, Dranix Esports tidak langsung panas di ronde-ronde awal. Malah, mereka baru mendapatkan Booyah di ronde ke-4.

Star8 PVT sempat menarik perhatian pada ronde-ronde awal dengan permainan mereka yang ganas. Mereka mendapat dua Booyah, namun tak mampu menjaga konsistensi permainan. Hal ini yang menjadi kelebihan dari Dranix, mereka mampu menjaga performa mereka tetap stabil dari satu ronde ke ronde lain. Ketika tidak mendapatkan Booyah, mereka bahkan masih bisa mengamankan peringkat 3 besar di ronde kedua, dengan perolehan kill yang cukup banyak.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Jelang akhir ronde, Dranix mengamuk, amankan Booyah dua ronde berturut-turut, pada ronde 6 dan 7. Akhirnya Dranix Esports keluar sebagai juara dengan perolehan 2320 poin. Pada peringkat setelahnya ada tim RRQ Poseidon yang menjadi runner-up dengan perolehan 1750 poin, dan Onic Olympus sebagai peringkat 3 dengan perolehan 1435 poin.

“Kalau faktor kunci, latihan sudah pasti, selain itu jaga fisik adalah paling utama.” Bayu “Bay” Nugroho Saputro mengatakan kepada Hybrid. “jadi kita tidur itu paling malam jam 10, terus juga wajib bangun pagi. Faktor lain yang juga tak kalah penting adalah kita dengan serius mencoba mengerti antara satu dengan yang lain” Bay melanjutkan.

Bayu juga lanjut menceritakan perjuangannya selama FFIM Season 2 ini. “Kita berusaha untuk konsisten di setiap game. Ada kesalahan kita evaluasi langsung. Kita juga berusaha sebisa mungkin mengedepankan kerja tim. Misal ada satu pemain yang salah, tiga yang lain harus sebisa mungkin harus saling menutup.” Bay menjelaskan.

Cerita soal FFIM, Bay juga bicara soal lawan terberatnya selama pertandingan ini. Menurutnya, RRQ.Hades adalah lawan terberat mereka di FFIM 2019 Season 2. “Menurut gue RRQ.Hades jadi berat salah satunya karena kehadiran Legaeloth, pemain yang kerap dijuluki Kapten Terkuat di Bumi oleh komunitas. Kami juga beberapa kali menonton pertandingannya, memang permainan Legaeloth ini sangat agresif dan mematikan.” Bay menjelaskan.

Menghadapi Free Fire World Series 2019, Bay mengakui bahwa mereka belum ada gambaran. “Namun tentunya kami akan mencoba menonton pertandingan luar negeri, agar bisa memahami cara main tim dari negara lain.” ucap Bay. Berikut roster tim Dranix Esports dalam gelaran Free Fire Indonesia Masters 2019 Season 2.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dari kiri ke kanan, Bay, Devil, Bion, Delta. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono
  • Bentar – DRNX.Delta
  • Abi Faisal Firmansyah – DRNX.Bion
  • Bayu Nugroho Saputro – DRNX.Bay
  • Mohamad Razaq – DRNX.DeviL

Kemenangan ini memberikan tim Dranix Esports hadiah sebesar Rp300 juta. Mereka juga mendapatkan kesempatan bertanding di Free Fire World Series 2019, yang akan diselenggarakan di Brazil pada sekian sekian.

Selamat bagi tim Dranix Esports! Semoga bisa mendapatkan hasil terbaik dalam gelaran Free Fire World Series 2019, dan membanggakan nama Indonesia di kancah internasional.

Garena Janjikan Turnamen Esports untuk Call of Duty: Mobile

Call of Duty: Mobile baru diluncurkan pada 1 Oktober 2019. Namun, menurut data dari Sensor Tower, game itu diunduh sebanyak 35 juta kali. Tidak hanya itu, dari microtransaction, CoD: Mobile telah mendapatkan US$2 juta. Di Indonesia, CoD: Mobile dirilis di bawah naungan Garena sebagai publisher. Selain Indonesia, Garena juga menjadi publisher dari CoD: Mobile di enam negara lain, yaitu Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipia, Thailand, dan Taiwan. Pihak Garena menyebutkan, di tujuh negara tersebut, CoD: Mobile telah diunduh sebanyak lima juta kali.

Selama ini, Garena cukup aktif dalam mengadakan turnamen esports untuk game mereka, seperti Free Fire atau Arena of Valor. CoD: Mobile bukan pengecualian. Baik Director of Garena Indonesia, Hans Kurniadi Saleh dan Producer of CoD: Mobile, Edmundo Swiyondo mengatakan, mereka telah berencana untuk mengadakan turnamen esports untuk CoD: Mobile. Sayangnya, keduanya belum dapat memberikan informasi tentang kapan turnamen tersebut diadakan. “Untuk turnamen, kita pasti ada planning, tapi kita belum ada detail rencana yang bisa kami informasikan,” kata Hans ketika ditemui di Pacific Century Place, Selasa, 8 Oktober 2019.

Sementara Edmundo menjelaskan, di Garena, keputusan untuk membuat turnamen esports ditentukan oleh divisi dari masing-masing game. Jika banyak dari game Garena yang dijadikan esports, itu wajar karena esports kini memang tengah menjadi menjadi pembicaraan hangat. “Kita lihat pasar esports di dunia dan di Indonesia berkembang pesat selama dua, tiga tahun  belakangan, terutama esports mobile. Untuk menjawab antusiasme para penggemar, makanya setiap game Garena menghadirkan esports, untuk menjangkau segmen yang memang antusias pada esports,” ujarnya.

Soal skala turnamen, Hans mengatakan, Garena biasanya mulai membangun ekosistem esports sebuah game dengan mengadakan turnamen yang tidak terlalu besar. Dia menjadikan turnamen Free Fire sebagai contoh. “Kita mulai dari tingkat komunitas. Seperti Free Fire. Satu tahun sebelum kita mengadakan turnamen nasional, kita membuat yang namanya Jakarta Invitational. Kita adakan acara dengan skala yang lebih kecil sebelum membuat acara yang lebih besar,” ujarnya. Dia menyebutkan, salah satu alasan Garena tidak langsung membuat turnamen dalam skala besar adalah karena mereka ingin melihat respons dari para pemain dan tim esports profesional terlebih dulu.

Belum satu minggu sejak CoD: Mobile diluncurkan, tim Alter Ego telah mulai mencari pemain untuk divisi CoD: Mobile. Rekrutmen ini hanya terbuka untuk tim yang berisi lima orang. Terkait hal ini, Hans mengatakan, awal mulai terbentuknya ekosistem esports sebuah game tidak melulu dari diadakannya turnamen. Bisa jadi, tim profesional justru membuat tim terlebih dulu. Melihat hype CoD: Mobile yang cukup tinggi, wajar jika Garena berencana untuk mengadakan turnamen esports dari game tersebut. Bagi publisher, mengembangkan turnamen esports untuk game yang mereka rilis memiliki keuntungan sendiri, seperti membuat pemain bermain game lebih lama atau menghabiskan uang lebih banyak untuk membeli item dalam game.

Grand Final Dunia Games Golden Ticket 2019 Ajang Pembuktian tim Free Fire se-Indonesia

Setelah perjalanan kualifikasi panjang di hampir seluruh wilayah Indonesia, Dunia Games Golden Ticket (DGGT) akhirnya sudah hampir mencapai puncaknya. Diselenggarakan di Tennis Indoor Senayan, tanggal 28 September 2019 mendatang akan menjawab pertanyaan, siapa tim Free Fire terbaik yang berhak untuk turut bertanding di Free Fire Indonesia Masters 2019.

Kualifikasi dari DG Golden Ticket sendiri mencakup beberapa area. Ada area 1 (Sumatera), area 2 (Jabodetabek Jabar), area 3 (Jawa, NusRa, Bali), dan area 4 (Papua, Maluku, Sulawesi, Kalimantan). Dari masing-masing area, hanya tiga tim terbaik saja yang bisa berlanjut ke babak Grand Final DG Golden Ticket, yang berarti akan ada 12 tim yang bertanding di Tennis Indoor Senayan nantinya.

Sumber: Dunia Games Official Media
Sumber: Dunia Games Official Media

Dari 12 tim yang lolos ke Jakarta, ada beberapa nama organisasi yang sudah cukup disegani di peta persaingan esports Indonesia. Ada nama-nama seperti Bigetron Esports, AURA Esports, BOOM Esports, dan Star8 Esports. Menariknya, DG Golden Ticket sendiri mencoba hadir dengan tidak hanya sekadar menghadirkan kompetisi saja.

Selain dari kompetisi sengit dari tim-tim terbaik se-Indonesia, DG Golden Ticket juga menghadirkan beberapa konten sampingan yang tak kalah menarik. Salah satunya ada kehadiran para cosplayer ternama. Tak main-main, para cosplayer yang hadir termasuk nama-nama besar seperti Lola Zieta, Punipun, KameAam dan lain sebagainya.

Tak lupa, para shoutcaster papan atas juga turut memeriahkan acara ini. DG Golden Ticket sendiri akan menghadirkan para caster dan host yang mungkin sudah Anda cukup kenal seperti, Oh Baby, Mochalatte, Janitra, Manggiskun, Skyla, dan juga Adji “Sven”.

Sumber: Dunia Games Official Media
Sumber: Dunia Games Official Media

Terakhir, gelaran ini jadi semakin lengkap karena juga menghadirkan penampilan dari salah satu band Rock Alternatif ternama di Indonesia, NTRL (atau sebelumnya dikenal dengan nama Netral).

Bagi Anda yang ingin menyaksikan keseruan aksi pertandingan tim Free Fire terbaik di Indonesia, dan menikmati sajian hiburan yang lengkap di Grand Final DGGT 2019, Anda dapat langsung melakukan registrasi pada laman resmi Dunia Games.

Memperebutkan total hadiah Rp300 juta, hanya akan ada satu tim, yaitu sang juara, yang akan bertanding di gelaran Free Fire Indonesia Master 2019. Siapakah tim yang mampu membuktikan dirinya adalah yang terbaik dan mengambil kejayaan tersebut? Anda juga dapat menyaksikan aksi pertandingan para tim tersebut secara online lewat Youtube Channel Dunia Games.

 

Sambut Hero Baru Marja, AOV Indonesia Adakan Lomba Komik Online

Garena terus konsisten melakukan update Arena of Valor dengan konten-konten baru yang menarik agar AOV Indonesia tidak kalah dengan AOV di server luar negeri. Setelah beberapa waktu lalu merilis hero Baldum, kini Garena akan menambahkan hero bernama Marja. Marja memiliki role sebagai Mage, tapi perbedaan Marja dari hero Mage pada umumnya adalah ia juga punya keahlian sebagai Tank.

Dari video gameplay yang sudah beredar dari test server Vietnam, keahlian Marja terletak pada dua hal yaitu kemampuan lifesteal dan slow. Marja juga unik karena ia tak memerlukan mana untuk mengeluarkan skill. Ditambah Wiro Sableng yang juga terhitung belum lama muncul, AOV Indonesia belakangan ini benar-benar memanjakan para pemain peran Tank. Tapi jangan khawatir terlalu banyak Tank akan membosankan, karena setiap Tank ternyata punya gameplay jauh berbeda.

Marja Comic Challenge | Poster
Anda berkesempatan mendapatkan Marja secara gratis | Sumber: Garena

Dalam rangka menyambut perilisan Marja di server Indonesia, Garena mengadakan lomba komik online dengan judul Marja Comic Challenge. Caranya cukup mudah, yaitu sebagai berikut:

  • Buat komik orisinal dengan tema “Marja sang mage tanpa mana”
  • Upload komik di Instagram atau Facebook dengan tagar #AOVMarjaKomik dan #AOVMarja
  • Bila menggunakan Instagram, tag juga akun @garenaaovid
  • Set post dan akun media sosial ke publik agar admin Garena dapat melihat post tersebut

Lomba ini berlangsung pada tanggal 24 – 30 September 2018. Garena akan memilih enam pemenang dengan komik paling kreatif untuk mendapatkan hero Marja secara gratis.

Marja | Screenshot
Penampakan Marja di dalam game | Sumber: Reeveoson

Marja hanya salah satu dari sekian banyak hero AOV yang saat ini sudah diciptakan namun belum dirilis di Indonesia. Selain Marja yang memiliki peran Mage, masih ada juga Elsu sang Archer, Quillen sang Assassin, Richter sang Warrior, dan lain-lain. Para pemain AOV tentu berharap seluruh hero tersebut hadir di AOV Indonesia, jadi semoga saja Garena bisa lekas memberikan update.

Saya sendiri paling menunggu-nunggu hero Richter, karena kemampuannya yang bisa mengubah karakteristik skill tergantung dari elemen alam di sekitarnya tampak keren dan menarik untuk digunakan. Bagaimana dengan Anda?

Sumber: Garena.

Contra: Return Meluncur 20 September 2018, Tapi Bukan Game Contra yang Seperti Dulu

Beberapa minggu yang lalu, saya menemukan game Contra baru di Google Play Store. Game berjudul Contra: Return ini statusnya masih coming soon dan saya langsung menekan tombol pre-register.

Jujur saja rasanya amat senang, apalagi ketika mengetahui bahwa yang akan merilis adalah Garena Indonesia – saya pun menaruh ekspektasi tinggi.

Melalui sebuah press conference (13/08/2018), Garena Indonesia pun telah memberikan informasi kapan Contra: Return bisa dimainkan. Game bergenre action ini akan bisa diunduh secara gratis di smartphone Android dan iOS mulai tanggal 20 September 2018 mendatang.

Namun di acara press conference kemarin, saya berkesempatan mencicipi lebih dulu game Contra: Return. Impresi awal saya ialah Contra: Return bukan game Contra yang seperti dulu. Kenapa?

Kesan Awal Mencoba Contra: Return

Saya tercengang melihat suguhan grafis 3D-nya yang tampil modern. Saking melimpahnya fitur dan beragam mode game yang disediakan, saya sempat berpikir kalau game ini bukan game Contra yang saya kenal.

Namun begitu memainkannya, formula permainan side scroller-nya membuat saya terjebak nostalgia. Seru sekali bertempur melawan alien, musuh monsternya terlihat lebih garang dan karakter boss-nya pun tambil mengerikan dengan ukurannya yang super besar.

Seperti biasa, tingkat kesulitannya menjadi tantangan tersendiri. Ada beberapa mode yang tersedia, seperti mode baru solo story – di mana Anda bisa mengarungi dunia Contra dan membuka karakter hero. Serta mode multiplayer PvP, harian, arena, challenge, dan duo.

Menurut Reginald Evan Lindungan selaku Head of Marketing Contra: Return Garena Indonesia, target utama game ini adalah orang-orang yang mengetahaui Contra. Namun agar game ini juga diterima para generasi milenieal, game Contra: Return dikemas dalam grafis modern, serta fitur dan mode permaianan lebih banyak.

contra-return-meluncur-20-september-2018-12

Mode PvP juga membuat Contra: Return menjadi game yang kompetitif dan tidak menutup kemungkinan akan diadakan turnamen esports jika game ini diterima dengan baik di Indonesia.

Tentang Contra

contra-return-meluncur-20-september-2018-3

Contra sendiri merupakan game action platformer yang dirilis tahun 1987 dikembangkan dan diterbitkan oleh Konami. Awalnya, Contra dirilis sebagai permainan arkade yang menggunakan koin atau ding dong dan kemudian dirilis untuk Nintendo NES pada tahun 1988.

Untuk Contra: Return, game ini dirancang untuk platform mobile saja yakni Android dan iOS. Dikembangkan ulang oleh Tencent Timi Studio Group dan Konami Digital Entertaiment, serta dirilis oleh Garena di Indonesia.

Pertama kali dirilis di Tiongkok pada tahun 2017 dan kemudian di Taiwan pada tahun 2018, serta di Indonesia pada tanggal 20 September mendatang. Bagaimana, sudah tidak sabar memainkan game Contra baru yang tampil modern ini?

Application Information Will Show Up Here