Garmin Indonesia Hadirkan Forerunner 55, Smartwatch dengan GPS untuk Pelari Pemula

Rutin berolahraga sangat penting untuk menjaga kesehatan di masa pandemi, salah satu olahraga yang banyak diminati oleh masyarakat adalah lari. Selain mematuhi protokol kesehatan, berlari juga harus punya tujuan dan perangkat wearable seperti smartwatch sangat membantu untuk memantau perkembangan target yang ingin dicapai.

Garmin Indonesia bersama Erajaya Group telah meluncurkan Forerunner 55, sebuah smartwatch yang dilengkapi dengan sensor GPS dan dirancang khusus untuk pelari pemula. Keistimewaan Forerunner 55 adalah masa pakai baterainya tahan hingga dua minggu dalam mode smartwatch dan hingga 20 jam dalam mode GPS.

Di masa pandemi seperti sekarang ini, minat masyarakat untuk berolahraga terus meningkat, termasuk kegiatan olahraga lari. Menurut para ahli kesehatan, jika dilakukan dengan protokol kesehatan yang baik, lari dapat rutin dijalani untuk meningkatkan stamina dan menjaga daya tahan tubuh. Erajaya Group dan Garmin, dalam komitmen untuk menghadirkan gadget dengan teknologi terkini, kali ini menghadirkan Garmin Forerunner 55 yang didesain khusus untuk pelari pemula dan harga terjangkau,” ujar Djohan Sutanto, Direktur Erajaya Group.

Tak hanya untuk latihan berlari, Forerunner 55 juga menawarkan beragam fitur kesehatan dan kebugaran dari Garmin seperti Firstbeat Analytics, Body Battery, dan aplikasi Garmin Connect. Selain itu, harga Forerunner 55 dibanderol cukup terjangkau yakni Rp3.199.000 dan tersedia dalam warna hitam, putih, dan aqua.

Saat ini, smartwatch ini tersedia secara eksklusif di Garmin Official Store e-commerce marketplace Tokopedia dan Garmin Brand Store mulai dari 15 Juli 2021. Nantinya Forerunner 55 juga akan tersedia di jaringan Urban Republic Store dan beberapa outlet Erafone mulai 26 Juli 2021 mendatang.

Dengan mode lari yang komprehensif, tips latihan harian yang disesuaikan, dan pemantauan kesehatan yang ditingkatkan, jam tangan ini akan membantu penggunanya memperbaiki performa baik di dalam maupun di luar trek. Kami berharap kehadiran Forerunner 55 ini dapat membantu masyarakat dalam menjalani gaya hidup aktif tanpa dibatasi oleh pandemi,” ujar Rian Krisna, Country Manager, Garmin Indonesia.

Dalam membantu usaha pemerintah untuk menahan laju penyebaran COVID-19, Erajaya Group dan Garmin Indonesia menghadirkan beberapa inisiatif, diantaranya:

  • Mobile Shopping: Layanan pemesanan dan penjualan melalui Whatsapp Center di nomor 081997400585 untuk mempermudah masyarakat mendapatkan produk Garmin idaman secara aman dan nyaman.
  • Home Delivery Service: Layanan pengantaran produk Garmin bebas ongkir* dan layanan product setting dan product training langsung ke rumah pengguna.
  • E-Catalog: Informasi komprehensif terkait produk Garmin yang dilengkapi dengan hotlink untuk dapat terhubung langsung dengan Whatsapp Center.

Garmin Venu 2 dan Venu 2S Diungkap, Kini dengan Baterai yang Lebih Awet

Garmin meluncurkan dua smartwatch baru, yakni Venu 2 dan Venu 2S. Sebagai penerus Garmin Venu, desain keduanya tampak identik seperti smartwatch yang dirilis setahun lalu tersebut, dengan bezel yang terbuat dari bahan stainless steel dan strap yang mudah dilepas-pasang.

Venu 2 dan Venu 2S sebenarnya merupakan perangkat yang sama, hanya saja ukurannya berbeda. Venu 2 mengemas case berdiameter 45 mm dan strap 22 mm, sedangkan Venu 2S dengan case 40 mm dan strap 18 mm. Ukuran layar sentuhnya pun otomatis berbeda, Venu 2 dengan panel AMOLED 1,3 inci beresolusi 416 x 416 pixel, sedangkan Venu 2S dengan panel AMOLED 1,1 inci beresolusi 360 x 360 pixel.

Satu aspek yang disempurnakan cukup signifikan pada Venu 2 dan Venu 2S adalah baterai. Dalam sekali pengisian, Venu 2 dapat bertahan sampai 11 hari, atau sampai 8 jam kalau GPS-nya aktif terus-menerus selagi meneruskan musik ke earphone atau TWS via Bluetooth. Bandingkan dengan Venu orisinal yang cuma bisa bertahan sampai 5 hari pemakaian, atau 6 jam untuk penggunaan GPS.

Bahkan Venu 2S yang berukuran lebih kecil pun rupanya juga memiliki baterai yang lebih perkasa; sampai 10 hari, atau 7 jam pemakaian GPS beserta musik tadi. Juga istimewa adalah dukungan fast charging; pengisian selama 10 menit saja cukup untuk pemakaian selama satu jam dengan GPS dan musik. Bicara soal musik, perangkat ini punya storage yang cukup untuk menyimpan sekitar 650 lagu dari layanan streaming seperti Spotify atau Deezer.

Dari segi fitur, Venu 2 dan Venu 2S datang membawa deretan sensor yang lengkap, mulai dari yang standar seperti accelerometer dan gyroscope, sampai yang lebih advanced seperti termometer, altimeter, pulse oximeter untuk mengukur SpO2, dan tentu saja heart-rate monitor. Keduanya pun juga dibekali chip NFC yang mendukung fitur pembayaran elektronik Garmin Pay.

Profil aktivitasnya pun bertambah banyak hingga mencakup teknik olahraga macam HIIT (high-intensity interval training), dan keduanya juga dapat mengestimasikan “Fitness Age” dari masing-masing pengguna berdasarkan sejumlah parameter yang relevan. Harapannya, metrik ini bisa memberikan dorongan ekstra bagi pengguna untuk memulai gaya hidup yang lebih sehat.

Di Amerika Serikat, Garmin Venu 2 dan Venu 2S saat ini sudah dipasarkan dengan harga $400, banderol yang sama persis seperti pendahulunya ketika pertama dirilis. Pilihan warnanya cukup beragam, baik untuk bezel maupun strap-nya, dan secara keseluruhan perangkat diklaim tahan air hingga kedalaman 50 meter.

Sumber: Garmin dan Ars Technica.

Mungil nan Stylish, Garmin Lily Adalah Smartwatch Dambaan Kaum Hawa

Garmin punya smartwatch baru. Namanya Lily, dan ia ditujukan untuk konsumen wanita yang mendambakan jam tangan pintar dengan desain yang minimalis sekaligus ringkas. Pada kenyataannya, Lily adalah smartwatch paling kecil yang Garmin tawarkan saat ini.

Kalau diukur, case membulatnya itu punya diameter hanya 34,5 milimeter. Sebagai konteks, smartwatch seperti Garmin Venu punya diameter sebesar 43 milimeter, sedangkan varian terkecil Apple Watch memiliki dimensi 40 x 34 milimeter. Singkat cerita, Lily sangatlah mungil jika disandingkan dengan smartwatchsmartwatch lain yang ada di pasaran.

Garmin Lily hadir dalam dua varian: Sport dan Classic. Varian Sport memiliki case yang terbuat dari bahan aluminium dan strap silikon, sehingga cocok buat konsumen yang sehari-harinya cukup aktif. Sebaliknya, varian Classic menggunakan bahan stainless steel untuk case-nya, dan kulit untuk strap-nya.

Strap-nya ini sangatlah ramping dengan lebar hanya 14 mm. Sayangnya ini juga berarti Lily tidak kompatibel dengan strap standar yang memiliki lebar 18 mm. Beruntung setidaknya Garmin masih menawarkan sejumlah kombinasi warna yang cukup menarik buat Lily.

Juga agak berbeda dari biasanya adalah layarnya. Lily mengemas panel LCD monokrom beresolusi 240 x 201 pixel. Layar ini juga bukan yang bersifat always-on, tapi paling tidak Lily masih punya motif yang cukup cantik yang akan selalu kelihatan walaupun layarnya mati.

Layar yang monokrom mungkin terdengar kurang menarik di saat smartwatch lain sudah banyak yang sudah menggunakan layar AMOLED yang kaya warna. Namun setidaknya layar monokrom ini bisa menghadirkan satu keuntungan: baterai Lily diklaim mampu bertahan sampai 5 hari pemakaian dalam sekali pengisian, cukup mengesankan mengingat ia tidak punya banyak ruang untuk menampung baterai yang besar.

Untuk urusan fitur, Lily terbilang cukup buat sebagian besar konsumen, tapi tidak untuk yang benar-benar melangsungkan kegiatan olahraga secara intensif setiap harinya. Ia dibekali heart-rate monitor yang akan selalu aktif, serta mampu mengukur parameter seperti kadar oksigen dalam darah (SpO2). Yang absen di sini adalah GPS, yang berarti Lily harus bergantung pada GPS milik smartphone ketika hendak digunakan untuk memonitor aktivitas seperti berlari atau bersepeda.

Sebagai perangkat yang ditargetkan untuk kaum hawa, Lily tentu juga menawarkan fitur-fitur spesifik seperti memantau siklus menstruasi maupun kehamilan. Meneruskan notifikasi dari smartphone sudah pasti menjadi penawaran standar, demikian pula fitur sleep tracking. Lalu berhubung Lily tahan air hingga kedalaman 50 meter, ia tidak akan keberatan seandainya diajak berenang.

Di Amerika Serikat, Garmin Lily saat ini telah dipasarkan seharga $200 untuk varian Sport, atau $250 untuk varian Classic. Strap tambahannya dihargai $30 untuk yang silikon, atau $60 untuk yang kulit.

Sumber: Wareable dan Business Wire.

Razer Jadi Rekan Resmi M2 World Championship, PMGC Final Tertunda Karena Masalah Teknis

Pada minggu lalu, ada berbagai berita menarik terkait industri esports. Moonton menetapkan Razer sebagai rekan untuk M2 World Championship, sementara Team Vitality dari Prancis bekerja sama dengan Garmin. Sebanyak 35 pemain CS:GO dilarang bermain karena melanggar kode ESIC dan babak final PMGC harus ditunda karena masalah teknis.

ESIC Tetapkan Larangan Bermain untuk 35 Pemain CS:GO

Esports Integrity Commission (ESIC) mengumumkan bahwa mereka telah menetapkan hukuman larangan bermain pada 35 pemain Counter-Strike: Global Offensive. Durasi larangan bermain yang ditetapkan oleh ESIC beragam. Tergantung pada kesalahan yang pemain buat, mereka bisa mendapatkan ban selama 1 -5 tahun. Alasan para pemain CS:GO ini terkena ban adalah karena mereka membuat taruhan pada tim lain atau tim mereka sendiri, yang merupakan pelanggaran dari Anti-Corruption Code, lapor VP Esports.

Team Vitality Kena Denda Karena Lakukan Stream-Sniping

Selain menetapkan hukuman pada 35 pemain CS:GO, ESIC juga memberikan denda sebesar US$10 ribu pada pemain-pemain CS:GO dari Team Vitality. Pasalnya, mereka melakukan stream-sniping di BLAST Premier Global Final. Sebuah tim dianggap melakukan stream-sniping ketika mereka menonton siaran pertandingan untuk mengetahui posisi atau strategi musuh mereka. Di babak final BLAST Premier Global, Vitality dapat mengalahkan Team Liquid dengan skor 2-1, menurut laporan Talk Esport.

Babak Final PMGC Tertunda Karena Masalah Teknis

Babak final dari PUBG Mobile Global Championship sempat tertunda karena sebagian pemain mengalami masalah jaringan internet. Pada awalnya, pertandingan akhir dari PMGC hendak diadakan secara offline di Coca Cola Arena di Dubai. Namun, karena ada tiga pemain PUBG Mobile yang terbukti positif COVID-19, pihak penyelenggara akhirnya memutuskan untuk mengadakan PMGC Finals secara online, lapor Talk Esport. Perubahan mendadak ini menyebabkan pihak penyelenggara tidak siap untuk menghadapi sejumlah masalah yang muncul, termasuk jaringan internet yang buruk bagi sebagian pemain.

VSPN Dapatkan Investasi US$60 Juta

Versus Programming Network (VSPN), perusahaan penyedia solusi esports asal Tiongkok, mengumumkan bahwa mereka mendapatkan investasi Seri B sebesar US$60 juta. Ronde pendanaan ini dipimpin oleh Prospect Avenue Capital (PAC) dan diikuti oleh Guotai Junan International dan Nan Fung Group. Sementara itu, Lighthouse Capital menjadi satu-satunya penasehat finansial dalam pendanaan kali ini.

Berdasarkan pengumuman dari VSPN, mereka akan menggunakan dana ini untuk mengembangkan “teknologi inovatif” demi membuat produk dan konten esports baru. Investasi itu juga akan digunakan untuk ekspansi bisnis ke luar Tiongkok. Menurut laporan The Esports Observer, Dino Ying, Co-founder dan CEO VSPN, mengatakan bahwa saat ini, VSPN ingin memperkaya tipe produk dan konten esports yang mereka bisa mereka tawarkan pada rekan bisnis serta fans esports di dunia.

Razer Jadi Rekan Moonton di M2 World Championship 2021

Moonton menyambut Razer sebagai rekan peripheral resmi untuk turnamen Mobile Legends: Bang Bang, M2 World Championship 2021. Salah satu bentuk kerja sama ini adalah Razer akan membuat versi khusus dari gaming headset BlackShark V2. Dalam versi khusus M2 itu, BlackShark V2 akan menampilkan ilustrasi dari salah satu karakter Mobile Legends, yaitu Miya. Gambar Miya pada BlackShark V2 menjadi tanggung jawab dari Shane Tortilla, seniman asal Indonesia, lapor Esports Insider.

razer sponsor m2
Moonton gandeng Razer untuk M2 World Championship.

Team Vitality Bekerja Sama dengan Garmin

Team Vitality, organisasi esports asal Prancis, mengumumkan kerja sama dengan Garmin. Melalui kerja sama ini, Garmin akan menyediakan Instinct Esports Edition untuk Team Vitality. Selain itu, Garmin juga akan berkolaborasi dengan Team Vitality untuk melakukan riset dan mengembangkan produk esports dari Garmin.

“Setiap perusahaan punya keahlian mereka masing-masing. Garmin adalah perusahaan yang punya tim riset dan pengembangan yang berbakat,” kata CEO Team Vitality, Nicolas Maurer, seperti dikutip dari Esports Insider. “Sementara itu, kami punya para pemain profesional berpengalaman.”

Sumber header: ONE Esports

[Review] Garmin Fenix 6S Pro Solar: Tahan Lama Berkat Tenaga Matahari

Saat ini, olah raga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan tubuh pada saat pandemi COVID-19. Namun, olah raga yang dilakukan tanpa adanya sebuah alat untuk memonitor kesehatan sepertinya terasa hampa. Banyak vendor yang menawarkan alat untuk memonitor kesehatan, seperti Garmin yang sangat dikenal dengan GPS-nya. Nah, kali ini Garmin menawarkan Fenix 6s Pro Solar kepada mereka yang gemar melakukan olah raga.

Satu hal yang unik dari Garmin Fenix 6s Pro Solar adalah kemampuannya untuk menerima daya dari sinar matahari. Hal ini akan membuat perangkat ini memiliki daya tahan yang lebih lama dibandingkan dengan smartwatch lainnya. Selain itu, tanpa sinar matahari pun juga jam tangan pintar ini bisa dipakai lebih dari seminggu.

Garmin Fenix 6S Pro Solar

Garmin sendiri populer karena perangkat GPS (Global Positioning System) yang mereka produksi beberapa tahun lalu. Oleh karena itu pada jam tangan pintarnya ini, Garmin juga tidak lupa untuk menyematkan GPS didalamnya. Sensor GPS yang ada juga tidak tergantung dengan konektivitas smartphone dan mampu mendeteksi lokasi dengan mandiri.

Garmin Fenix 6s Pro Solar memiliki spesifikasi seperti berikut ini

Layar Transflective memory-in-pixel
Resolusi 240 x 240
Diameter 30,4 mm, 1,2 inci
Penyimpanan internal 32 GB
Bobot 61 gram
Rating 10 ATM
Dimensi 42 x 42 x 14,2 mm
Konektivitas Bluetooth®, ANT+, Wi-Fi 2.4 GHz

Seperti jam tangan pintar yang mereka keluarkan sebelumnya, Garmin Fenix 6S Pro Solar juga memiliki beberapa feature hiburan didalamnya. Hal utama yang mereka tonjolkan adalah kemampuannya untuk mendengarkan musik. Tentunya, hal tersebut akan kita bahas pada segmen-segmen berikutnya.

Unboxing

Pada paket penjualan yang saya terima, Garmin hanya memberikan sebuah kabel charger saja. Sebagai informasi, antarmuka yang ada pada kabel tersebut merupakan standar dari setiap jam tangan pintar Garmin. Bagi Anda yang sudah memiliki jam tangan pintar dari Garmin sebelumnya, tentu saja bisa menggunakan kabel tersebut pada Fenix 6S Pro Solar.

Garmin Fenix 6S Pro Solar - Kabel charger

Desain

Jam dengan bentuk bundar sepertinya memang sudah menjadi model standar dari Garmin. Hal tersebut pun termasuk Garmin Fenix 6S Pro Solar yang saya dapatkan dengan warna Light Gold dan strap berwarna Light Sand. Jam tangan pintar ini memiliki rangka yang terbuat dari metal, sehingga terasa sangat kokoh saat dipegang.

Garmin Fenix 6S Pro Solar - Strap Off

Tali jam tangan bawaan yang ada pada Garmin Fenix 6S Pro Solar terbuat dari karet sintetis. Strap ini bisa langsung diganti dengan menggunakan tali jam standar 20 mm yang banyak dijual di pasaran. Namun, Garmin memiliki standar sendiri di mana terdapat sebuah klip pada sisi kanan dan kirinya yang bisa melepaskan diri dari pin dari tali jam tangan. Hal ini tentu saja sangat mudah saat melepas dan memasangnya kembali.

Layar yang digunakan pada Garmin Fenix 6S Pro Solar berjenis transflective memory-in-pixel. Jenis layar ini memang memiliki resolusi (240×240) yang lebih rendah namun memiliki daya yang lebih kecil dibandingkan AMOLED dan IPS. Kacanya sendiri menggunakan Power Glass yang memiliki kemampuan photovoltaic, yaitu menyerap sinar matahari untuk menjadi energi. Perpaduan inilah yang membuat Fenix 6S Pro Solar memiliki daya tahan baterai yang lama.

Garmin Fenix 6S Pro Solar - Tombol kiri

Untuk mengisi baterainya, pengguna tinggal menancapkan kabelnya pada bagian belakang dari jam tangan pintar ini. Kabelnya sendiri memiliki konektor yang sudah menjadi standar jam dari Garmin. Hal tersebut tentu saja membuatnya lebih mudah untuk diganti saat rusak. Konektornya sendiri juga terkait dengan baik sehigga tidak mudah lepas.

Garmin Fenix 6S Pro Solar memiliki total lima buah tombol di sekitarnya. Pada bagian kiri terdapat tombol light untuk menyalakan backlight, tombol menu yang tergabung dengan tombol atas, dan tombol bawah. Pada bagian kanannya terdapat tombol OK dan tombol back. Pada bagian bawahnya terdapat beberapa sensor yang diperlukan untuk mendeteksi detak jantung dan lain sebagainya.

Garmin Fenix 6S Pro Solar - Tombol Kanan

Sistem operasi yang digunakan pada jam tangan pintar ini tentu saja buatan Garmin sendiri. Sayangnya pada Fenix 6S Pro Solar, menu yang dimiliki begitu banyak dan membutuhkan tombol yang berbeda untuk mengaksesnya. Pengguna pun harus bersabar untuk belajar mengoperasikannya agar lebih lancar.

Pengalaman menggunakan: Jam tangan pintar tanpa layar sentuh

Saat membuka paket penjualannya, saya berpikir bahwa Garmin Fenix 6S Pro Solar sama seperti smartwatch lainnya. Namun setelah pertama kali menyentuh layarnya, saya cukup bingung mengapa tidak ada respon sama sekali. Ternyata, Garmin Fenix 6S Pro Solar tidak memiliki fungsi layar sentuh. Maklum, pengalaman saya dengan smartwatch selama ini selalu bersama yang memiliki layar sentuh.

Sayang memang, masa pandemi seperti ini membatasi ruang gerak saya untuk mencoba menggunakan Garmin Fenix 6S Pro Solar. Hal tersebut membuat saya kesulitan mencoba mode-mode olah raga. Hal tersebut juga berpengaruh pada pemakaian baterai yang menjadi lebih irit, di mana sensor yang ada tidak bekerja dengan maksimal.

Garmin Fenix 6S Pro Solar - at hand

Gelapnya langit pada dua sampai tiga minggu belakangan ini juga membuat saya kesulitan dalam menguji panel surya dari jam tangan pintar ini. Namun, Garmin menjanjikan daya tahan baterai selama 14 hari saat digunakan hanya sebagai smartwatch saja. Selama tiga hari setelah diisi ulang, baterai ada pada posisi 83%. Hal ini cukup membuktikan janji Garmin tersebut.

Saat menggunakan Fenix 6S Pro Solar, saya cukup bingung dengan menu yang ada. Saya berpikir bahwa tombol menu akan mengeluarkan segala pilihan feature yang ada pada jam tangan ini. Ternyata hampir setiap tombol memiliki menu tersendiri. Hal tersebut juga termasuk pada tombol light yang berfungsi untuk menyalakan layarnya.

Klik langsung pada tombol OK akan membuka menu untuk melakukan aktivitas olah raga. Ada beberapa profile yang bisa dipilih sesuai dengan jenis kegiatan yang akan dilakukan. Tombol atas dan bawah akan menampilkan beberapa widget yang bisa dipasang sesuai dengan keinginan. Semuanya akan menampilkan informasi secara real time.

Saat menahan tombol atas (menu), akan muncul berbagai macam menu yang lengkap. Saya bisa mengubah watch face pada menu yang satu ini sesuai dengan pilihan. Anda pun juga bisa membuat watch face sendiri pada menu yang satu ini. Selain itu, masih banyak lagi menu yang bisa diakses pada saat menahan tombol atas tersebut.

Menahan tombol light akan menampilkan menu yang berbeda lagi. Kali ini, pengguna akan disuguhkan dengan beberapa icon yang tertata secara melingkar. Pada menu ini pula saya bisa mematikan smartwatch atau melakukan restart.

Untuk terhubung ke smartphone, Garmin memiliki aplikasi yang bernama Garmin Connect. Aplikasi ini menampilkan data-data kegiatan penggunanya dengan sangat lengkap. Pengguna tinggal melakukan sinkronisasi dan semua data akan tersaji dengan jelas. Jam tangan ini juga bisa terkoneksi dengan WiFi pada jaringan 2,4 GHz melalui Garmin Connect.

Fenix 6S Pro juga mendukung beberapa aplikasi musik yang bisa langsung ditambahkan melalui Connect IQ Store. Spotify sendiri sudah terpasang pada jam tangan pintar ini. Namun, aplikasi seperti Deezer, Amazon Music, Line Music, dan lain sebagainya juga bisa ditambahkan. Semua musik nantinya akan di-download ke dalam penyimpanan internal dari Fenix 6S Pro Solar.

Garmin Fenix 6S Pro Solar - Connector

Untuk mendengarkan musik, pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pairing dengan headset melalui bluetooth. Saya menggunakan TWS yang dapat terhubung dengan mudah pada jam tangan pintar ini. Namun, penggunaan musik serta bluetooth membuat jam tangan ini sedikit boros.

Secara keseluruhan, jam tangan pintar ini memang ditujukan untuk mereka yang gemar berolah raga sambil mendengarkan musik. Sayang memang, saya tidak bisa menguji jam tangan ini sambil berolah raga. Setidaknya, saya cukup puas untuk bisa mencoba Garmin Fenix 6S Pro Solar ini.

Verdict

Olah raga sudah menjadi sebuah kegiatan yang tidak hanya menyehatkan, namun juga menyenangkan. Oleh karena itu, perangkat pendukung akan selalu dilirik oleh konsumen. Garmin pun menawarkan perangkat pendukung olah raga tersebut melalui jam tangan pintarnya, Fenix 6S Pro Solar.

Garmin Fenix 6S Pro Solar - Bawah

Dengan menggunakan panel surya, Garmin Fenix 6S Pro Solar bisa memiliki daya tahan yang lebih lama. Penggunaannya bisa bertahan hingga 14 hari tanpa harus terkoneksi dengan charger. Saat digunakan untuk berolah raga dengan GPS pun, jam tangan pintar ini masih bisa digunakan selama seharian.

Jam tangan pintar ini dijual oleh Garmin dengan harga yang tinggi, yaitu Rp. 13.999.000. Tentu saja harga tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan para pesaing yang ada di passar Indonesia. Hal tersebut dikarenakan Garmin memang membidik pangsa pasar profesional yang membutuhkan akurasi dan informasi mengenai kesehatan.

Sparks

  • Daya tahan baterai yang baik ditambah dengan tenaga surya
  • Bisa ditambahkan beberapa aplikasi
  • GPS tanpa harus tergantung dengan smartphone
  • Informasi kesehatan yang cukup lengkap baik di jam maupun pada Garmin Connect
  • Build terasa kokoh
  • Dapat dibawa 100 meter di bawah permukaan air

Slacks

  • Harganya mahal, yaitu Rp. 13.499.000
  • Tombol berlebih yang membuat bingung penggunanya
  • Tanpa layar sentuh

[Review] Smartwatch Garmin Venu: AMOLED untuk Olah Raga dan Baterai Tahan Lama!

Mungkin banyak dari pembaca belum tahu mengenai merek Garmin. Dulu, Garmin sangat dikenal dengan produk GPS-nya, sebelum Google Maps dan Waze mengambil alih peta penunjuk jalan. Garmin sendiri juga mendulang sukses pada saat perangkat smartphone Windows Mobile 6 sedang naik daun. Dan saat ini, Garmin juga sudah melebarkan sayapnya, seperti dengan memproduksi smartwatch.

Salah satu smartwatch yang datang ke meja pengujian tim Dailysocial adalah Garmin Venu. Venu merupakan smartwatch pertama dari Garmin yang menggunakan layar berjenis AMOLED. Hal ini juga berarti bahwa daya tahan baterai serta warnanya akan lebih baik dibandingkan dengan smartwatch yang menggunakan layar IPS.

Garmin Venu

Garmin sendiri menawarkan Venu untuk mereka yang memiliki gaya hidup yang aktif. Hal tersebut tentu saja condong ke aktivitas olah raga. Oleh karena itu, Garmin menyematkan berbagai macam fitur untuk membantu aktivitas olah raga pada perangkat yang satu ini.

Satu hal yang tidak ditinggalkan oleh Garmin adalah GPS atau Global Positioning System-nya yang sudah dikenal semenjak dulu. Tanpa harus menggunakan smartphone, Garmin Venu dapat mendeteksi posisi dengan sangat baik. Tentunya, hal ini sedang hangat-hangatnya digunakan untuk mereka yang gemar melakukan olah raga lari maupun bersepeda.

Sayangnya, Garmin tidak membeberkan mengenai spesifikasi dari jam tangan pintarnya ini. Namun, seperti inilah spesifikasi dari Venu.

Layar 1,2 inci AMOLED 390×390 px Gorilla Glass 3
Dimensi 43.2 x 43.2 x 12.4 mm
Bobot 46,3 gram
Sensor GPS, GLONASS, Galileo, Gyroscope, Accelerometer, Altimeter, Compass, Oximeter
Konektivitas Bluetooth 4.0, WiFi 802.11bn, NFC
Sertifikasi 5 ATM
Kapasitas penyimpanan musik 500 lagu atau sekitar 3,5 GB

Garmin Venu juga memiliki keunikan tersendiri untuk mereka yang gemar berolah raga, namun menginginkan suara musik yang lebih baik. Oleh karena itu, Garmin Venu juga memiliki konektivitas dengan Spotify. Hal tersebut akan saya bahas pada segmen pengalaman penggunaan di bawah.

Unboxing

Hanya ini saja yang ada didalam paket penjualan Garmin Venu

Garmin Venu - Charge

Desain

Smartwatch Garmin Venu memang mengikuti desain tren kekinian. Mengetahui bahwa banyak yang menyukai bentuk jam bundar, Garmin Venu pun juga didesain demikian. Dengan perpaduan antara plastik polikarbonat serta bingkai metal, membuat Garmin Venu terasa sangat kokoh.

Tali jam bawaannya terbuat dari bahan karet, sehingga cocok untuk mereka yang selalu berkeringat atau berolah raga. Strap itu sendiri juga dapat diganti dengan tali jam 20mm yang dijual pada toko jam. Jadi, pilihan untuk mengubah tampilannya juga lebih luas untuk mereka yang sering bosan dengan look yang itu-itu saja.

Garmin Venu - Tombol

Layar dari Garmin Venu menggunakan tipe Super AMOLED. Dimensi layarnya sebesar 1.2 inci dengan resolusi 390×390. Jam tangan ini sendiri sudah menggunakan pelindung layar dari Corning, yaitu Gorilla Glass 3. Walaupun dalam pengujian jam tangan pintar ini sering terbentur tanpa baret, namun pengalaman saya menggunakan smartphone dengan Gorilla Glass 3, pasti bakal baret juga oleh debu atau pasir.

Garmin Venu menggunakan interface charger dengan desain sendiri. Biasanya, jam tangan pintar akan menggunakan desain magnet untuk menempelkan ujung charger-nya dan pada akhirnya tidak akan menekan dengan kencang serta menolak untuk diisi ulang. Namun, Garmin menggunakan model kait, sehingga kabelnya dapat tersambung dengan sangat baik. Jamnya sendiri bisa diisi dalam kurun waktu kurang dari sejam.

Garmin Venu - Menu

Pada sisi sebelah kanannya, terdapat dua buah tombol yang dinamakan tombol A dan B. Tombol B berfungsi sebagai back button. Sedangkan tombol A digunakan sebagai tombol menu dan accept. Pada bagian bawahnya terdapat beberapa

Sistem operasi yang digunakan sepertinya buatan Garmin sendiri. Antar muka yang digunakan memang cukup membingungkan pada saat pertama kali memakainya. Oleh karena itu, mereka yang sering menggunakan Android Wear atau Tizen harus membiasakan diri dalam beberapa saat.

Pengalaman Memakai

Untuk menguji jam tangan pintar ini, saya menggunakannya hampir dua minggu. Pada minggu pertama, saya menggunakan tanpa terhubung dengan bluetooth sama sekali. Dan jam tangan pintar ini mampu bertahan hingga enam hari sampai akhirnya saya harus mengisi ulang kembali.

Pada minggu kedua, saya menggunakan jam tangan ini dan tersambung ke perangkat Android yang saya gunakan. Saya juga mencoba melakukan aktivitas seperti berenang pada kolam yang ada di kantor DailySocial. Hasilnya, jam tangan ini hanya bertahan sampai dengan dua hari saja.

Garmin Venu - at hand

Saya juga mencoba mendengarkan musik dengan menggunakan sebuah TWS. Ternyata, baterainya tergerus dengan cukup cepat. Dalam waktu sekitar 3 sampai 4 jam saja, baterainya tersisa 55% dari penuh. Hal ini kemungkinan karena versi bluetooth yang digunakan masih versi 4.

Saat mendengarkan musik, saya sangat suka dengan feature Spotify yang ada pada jam tangan ini. Selain bisa mendengarkan lagu secara offline, saya menyukai dengan format yang diputar yang merupakan Vorbis dengan bitrate tertinggi sesuai standar Spotify. Suaranya juga terdengar lebih baik dibandingkan dengan beberapa format lainnya.

Saat menggunakan jam tangan ini dalam berolah raga berenang, ada satu glitch yang terjadi. Saat hanya berenang sebentar saja, jam tangan pintar ini mendeteksi kalori yang terbakar sekitar 1000! Selanjutnya, memang kalori yang terdeteksi cukup pas, namun lonjakan 1000 kalori ini harus menjadi perhatian dari Garmin sendiri.

Garmin Venu - Belakang

Saya juga mencoba menggunakan Garmin Connect, aplikasi yang dapat diunduh langsung dari Play Store. Aplikasi ini menampilkan data-data kegiatan penggunanya dengan sangat lengkap. Hal ini tentu saja sangat diperlukan oleh para pegiat olah raga mau pun atlit. Antar muka yang dimiliki juga cukup mudah digunakan.

Satu lagi yang harus saya highlight dari jam tangan pintar ini adalah kemampuannya untuk ditambahkan aplikasi. Secara default, aplikasi yang ada pada Garmin Connect dapat ditambahkan untuk membantu kegiatan berolah raga. Namun dengan menambahkan aplikasi Garmin IQ Store, aplikasi untuk jam tangan pintar ini pun menjadi lebih banyak.

Verdict

Dengan maraknya kegiatan olah raga, tentu saja perlengkapan penunjang menjadi sebuah kebutuhan. Jam tangan pintar merupakan salah satu yang dapat membantu memberikan informasi mengenai apa yang sedang kita lakukan. Garmin pun juga melebarkan sayapnya dari hanya memproduksi GPS monitor hingga membuat sebuah jam tangan pintar yang mumpuni untuk digunakan saat berolah raga. Garmin Venu adalah salah satunya.

Kinerja dari smartwatch ini memang cukup baik, dapat mendeteksi berbagai informasi dari tubuh sang pemakainya. Walaupun saya mendapatkan glitch pada saat berenang, bisa jadi hal tersebut sudah dibenahi pada update firmware berikutnya. Antar muka yang digunakan juga bisa menjadi masalah pada saat pertama menggunakan, namun seiring dengan waktu juga akan terbiasa.

Baterai juga menjadi salah satu yang menarik pada jam tangan pintar ini. Saat digunakan hanya sebagai smartwatch, Anda bisa mendapatkan waktu hingga seminggu. Untuk berolah raga, jam tangan ini juga tidak terlalu boros untuk digunakan, sehingga tidak mungkin akan mati sebelum sehari.

Harga mungkin menjadi sebuah kendala seseorang untuk membelinya. Garmin menjual jam tangan pintar yang satu ini dengan harga Rp. 5.999.000. Cukup tinggi memang dibandingkan dengan para pesaingnya. Oleh karena itu, pangsa pasar yang dituju oleh Garmin memang untuk para profesional yang membutuhkan informasi yang sangat akurat.

Sparks

  • AMOLED
  • Daya tahan baterai cukup baik
  • Ada penambahan aplikasi
  • Spotify dengan suara yang baik
  • Informasi olah raga yang lengkap
  • GPS tanpa smartphone
  • Ada aplikasi pendukung

Slacks

  • Mahal
  • Antar muka cukup membingungkan

Garmin Tactix Delta Ialah Smartwatch-nya Pasukan Khusus dan Penegak Hukum

Berkat ketangguhan serta kemudahan akses ke fungsi-fungsi esensial, Casio G-Shock jadi aksesori penunjuk waktu favorit para penegak hukum dan anggota militer. Reputasi tersebut sulit direbut dari G-Shock, tetapi hal ini tidak menghentikan sejumlah produsen menggarap alternatifnya, terutama brand-brand yang berpengalaman dalam penyediaan perangkat wearable olahraga seperti Garmin.

Beberapa waktu lalu, Garmin sempat memperluas lini produknya lewat pengenalan Tactix, smartwatch rugged dengan rancangan bertema ‘taktis’. Garmin beberapa kali meng-update Tactix, lewat peluncuran varian Bravo dan Charlie, semuanya tetap menjagokan fungsi navigasi. Namun baru di generasi keempat Tactix mendapatkan standardisasi militer sesungguhnya (MIL-STD-810). Garmin menamainya Tactix Delta.

Garmin Tactix Delta 3

Tactix Delta meneruskan arahan desain yang sebelumnya diusung oleh Charlie. Tubuhnya diselimuti warna hitam, lalu Anda bisa menemukan rangkaian angka mengelilingi bingkai bundarnya. Struktur casing terbuat dari baja dan tersambung ke strap silikon. Layar kembali dilindungi oleh lapisan kaca safir, kemudian bezel-nya diproteksi oleh lapisan berbahan karbon ‘mirip berlian’ untuk meminimalkan peluang terbaret dalam pemakaian sehari-hari.

Garmin Tactix Delta 4

Smartwatch menyuguhkan layar seluas 1,4-inci, 36 persen lebih lapang dibanding Tactix Charlie dan membuat Delta menjadi perangkat wearable ber-display terlebar yang Garmin punyai saat ini. Dengan layar lebih luas, maka navigasi fungsi dan konten jadi lebih mudah terlepas dari besar atau kecilnya jari Anda. Selanjutnya, kelima tombol yang berada di sekeliling case sengaja dibuat menonjol agar gampang ditekan meski Anda sedang mengenakan sarung tangan.

Garmin Tactix Delta 1

Dua kapabilitas baru yang jadi andalan di Tactix Delta, stealth mode dan kill switch, memastikannya siap jadi rekan pasukan khusus dalam misi militer. Stealth mode berguna untuk menonaktifkan fitur penyimpanan dan sharing posisi GPS, serta mematikan segala bentuk komunikasi dan konektivitas wireless. Kemudian kill switch bisa digunakan dalam keadaan darurat buat menghapus semua data pengguna dari perangkat.

Garmin Tactix Delta 2

Tactix Delta didukung pula oleh mode malam sehingga konten tetap bisa dilihat ketika Anda mengenakan kacamata night vision, lalu ada fitur JumpMaster yang dapat menghitung ketinggian dan jarak ke target dalam skenario terjun payung, kemampuan memproyeksikan waypoint, serta mode dual-position untuk menampilkan dua set sistem koordinat di sebuah layar data. Tentu saja, Delta juga punya beragam fungsi pintar layaknya activity tracker premium.

Garmin tak lupa membekali Tactix Delta dengan baterai berdaya tahan tinggi. Perangkat bisa aktif selama 21 hari di mode smartwatch atau 80 hari di mode jam tangan. Selain itu ia dapat menyimpan 2.000 lagu, ditopang Garmin Pay, dan mampu menyalurkan notifikasi.

Tactix Delta sudah mulai dipasarkan di bulan Januari 2020 ini. Walaupun menyimpan banyak fitur militer, produk tetap dijajakan secara umum, dijual seharga US$ 900.

Via BusinessWire.

Garmin Instinct, Jam Tangan GPS yang Tangguh untuk Para Outdoor Adventure Enthusiast

Saat ini, ada banyak pilihan smartwatch atau activity tracker yang dirancang dapat digunakan untuk merekam kegiatan sehari-hari. Namun sebagian kalangan membutuhkan jam tangan yang tidak hanya pintar, tetapi juga tangguh – pasar ini yang disasar oleh Garmin.

Bicara tentang Garmin, mereka baru saja mengumumkan Rugged GPS Watch terbarunya di Indonesia yaitu Garmin Instinct. Target pasarnya memang sangat segmented, yakni ditujukan untuk outdoor adventure enthusiast.

garmin-instinct-jam-tangan-gps-yang-tangguh

Maka tak heran bila Instinct dibekali beragam sensor yang terbilang cukup lengkap. Seperti 3-axis compass, barometric altimeter, dan dukungan untuk berbagai sistem satelit navigasi global seperti GPS, GLONASS, dan Galileo.

Dengan aplikasi Garmin Explore, Instinct memberikan fungsionalitas navigasi dan pelacakan lengkap. Anda bisa merencanakan perjalanan dan menentukan kapan waktunya harus kembali. Fitur TracBack dapat menavigasi rute yang sama sehingga akan kembali ke titik awal.

garmin-instinct-jam-tangan-gps-yang-tangguh

Selain itu, Instinct juga dilengkapi fungsi sebagai fitness tracker yakni Mode Multisport. Berbagai aplikasi olahraga bawaan, konektivitas pintar, dan data kesehatan melengkapinya. Instinct dapat pengukur denyut jantung dari pergelangan tangan, memantau kegiatan sehari-hari, stres, tidur, dan data kesehatan lainnya.

Sebagai jam tangan GPS yang tangguh, Garmin Instinct telah mengantongi sertifikasi standar militer Amerika Serikat 810G (MIL-STD-810G) untuk untuk ketahanan terhadap panas, guncangan, dan tahan air.

garmin-instinct-jam-tangan-gps-yang-tangguh

Body Instinct terbuat dari polimer yang diperkuat serat. Instinct mampu menghadapi suhu dari -20°C hingga 60°C, dan uji guncangan dari berbagai arah dengan ketinggian 122 cm. Sementara, kemampuan kedap airnya mencapai 100 meter dan tahan terhadap korosi.

garmin-instinct-jam-tangan-gps-yang-tangguh

Layar Instinct juga tahan goresan dan diperkuat secara kimiawi, serta mudah dibaca terutama di bawah sinar matahari langsung. Selain itu, tali jam tangan silikon berventilasi menggunakan dua keeper loop yang independen dan dapat dicopot agar pas di pergelangan tangan.

Saat disambungkan dengan smartphone, pengguna Instinct dapat menerima notifikasi seperti SMS, email, dan pemberitahuan lainnya. Instinct juga kompatibel dengan Garmin Connect, Anda dapat melacak workout, pola tidur, dan berkompetisi dalam tantangan kebugaran virtual.

garmin-instinct-jam-tangan-gps-yang-tangguh

Dari semua fitur, daya tahan baterai menjadi fitur favorit saya. Instinct dapat bertahan  hingga 14 hari dalam mode smartwatch, 16 jam dalam mode GPS, dan hingga 35 jam dalam mode hemat baterai UltraTrac.

Soal harga dan ketersediaan, Garmin Instinct dibanderol Rp4.499.000 dengan paket bundling Tas punggung Oakley (jumlah terbatas). Tersedia mulai 22 November di Urban Republic, Erafone Store, Erafone.com dan Blibli.com dalam pilihan warna Graphite, Tundra dan Flame Red. 

Garmin Luncurkan Instinct, Jam GPS Rugged Untuk Penggemar Olahraga Ekstrem

Ada banyak produk fitness tracker canggih yang bisa digunakan saat berpetualang. Beberapa dari perangkat ini telah dibekali kapabilitas anti-air atau bahkan anti-benturan. Namun hanya ada sedikit model yang betul-betul dapat memberikan ketenangan pemakaian seperti Casio G-Shock. Garmin sepertinya menyadari hal tersebut dan mencoba menawarkan satu alternatif menarik.

Minggu ini, perusahaan spesialis teknologi global positioning system asal Kansas itu memperkenalkan Garmin Instinct, jam tangan GPS sekaligus activity tracker tahan banting yang disiapkan untuk mendukung segala macam aktivitas outdoor. Dan meskipun diperkenalkan sebagai ‘jam tangan’, Instinct dibekali banyak kemampuan ‘pintar’: ia bisa menghitung ketinggian, menakar detak jantung, serta ditunjang sejumlah mode olahraga.

Penampilan Garmin Instinct punya tema yang sama dengan arloji rugged lain. Tubuhnya cukup besar dengan diameter 45-milimeter, terbuat dari bahan polimer yang diperkuat serat karbon, tersambung ke strap bermaterial silikon. Perangkat telah memperoleh sertifikasi kelas militer MIL-STD-810G, diklaim mampu menahan benturan, temperatur ekstrem, dan air sampai kedalaman 100-meter.

Untuk menyampaikan informasi, Instinct mengandalkan layar bundar 0,9-inci beresolusi 128x128p yang ‘diperkuat secara kimia’ sehingga mampu menahan baretan. Seperti di fitness tracker Garmin lain, Instinct mengusung jenis panel transflective memory-in-pixel. Warna-warninya memang tidak seatraktif display OLED, namun dengan karakteristik mirip e-paper, konten tetap terlihat jelas meski Anda berada di bawah teriknya sinar matahari.

Garmin Instinct sangat ideal bagi mereka yang gemar bereksplorasi karena ditunjang oleh beberapa jaringan satelit GNSS buat melacak lokasi pengguna. Sebelum menjelajah, Anda dapat merencanakan perjalanan lewat aplikasi Garmin Explore. Lalu ketika sudah saatnya untuk pulang, Anda bisa menggunakan fitur TracBack buat mengetahui rute yang telah diambil dan kembali ke tempat semula.

Selain detak jantung, jam GPS ini mampu mengkalkulasi banyaknya langkah serta jarak yang telah ditempuh, mengukur tingkat keaktifan tubuh, pembakaran kalori, stres, hingga kualitas tidur. Instinct juga mendukung banyak jenis olahraga, contoh populernya seperti hiking, berlari, bersepeda, berenang, berkayak dan ski. Perangkat tentu dapat tersambung ke smartphone, dan data-data yang diperolehnya bisa Anda akses via aplikasi Garmin Connect.

Baterainya juga tahan lama. Sebagai smartwatch, Instinct bisa aktif sampai 14 hari. Dan dengan mengaktifkan mode UltraTrac, ia tak perlu di-charge selama 40 hari.

Garmin Instinct kabarnya sudah mulai dipasarkan, tersedia dalam tiga pilihan warna: hitam, putih dan merah-jingga. Produk dibanderol seharga US$ 300.

Sumber: Businesswire.

Garmin Forerunner 645 Music Siap Menyemangati Aktivitas Olahraga Anda Dengan Alunan Lagu

Meskipun sama-sama meracik smartwatch, Garmin dan brand-brand semisal Apple dan Samsung punya target konsumen berbeda. Produk seperti Apple Watch dan Gear S dirancang sebagai ekspansi fungsi smartphone yang ditempatkan di pergelangan tangan Anda, sedangkan perangkat wearable pintar Garmin diprioritaskan sebagai activity tracker terlebih dahulu, dan smartwatch kemudian.

Tapi tentu perusahaan teknologi GPS asal Amerika itu punya keinginan agar produk-produk wearable-nya bisa se-trendi brand-brand yang lebih populer. Tanpa mengorbankan fitur serta ciri khas mereka, Garmin mulai menyajikan layar bundar di lineup activity tracker yang lebih terjangkau – seperti VivoActive 3. Dan minggu lalu, Garmin menghadirkan versi ‘music player‘ dari varian Forerunner 645 di Indonesia: Forerunner 645 Music.

645 14

Alasan Garmin membawa Forerunner 645 Music ke tanah air mungkin tak sulit ditebak. Mereka ingin menyediakan perangkat pendukung olahraga yang tak hanya pintar, tapi juga dapat menghibur. Biasanya, hal ini merupakan tugas dari smartphone, namun membawa-bawa handset dalam kegiatan olah fisik bisa jadi sangat merepotkan – Anda harus menenteng tas atau memasang armband. Dengan Forerunner 645 Music, smartphone tak lagi dibutuhkan.

 

Untuk siapa smartwatch ini dibuat?

Di presentasinya, marketing manager Rian Krisna menjelaskan bahwa jenis konsumen Garmin tergolong majemuk. Pengguna produk Garmin mempunyai rentang usia antara 25 sampai 55 tahun, 60 persen merupakan pria, dan 40 persen ialah kaum Hawa. Forerunner 645 Music sendiri disiapkan buat dua jenis segmen user, yaitu atlet profesional dan pecinta fitness (biasanya mereka ini sering berpartisipasi dalam lari maraton).

645 13

Dan inilah alasannya Garmin tetap mengusung sejumlah fitur dan teknologi andalannya, walaupun mungkin malah berpotensi menyebabkan konsumen awam jadi kurang tertarik.

 

Impresi

Forerunner 645 Music mempunyai penampilan serupa varian standar. Tubuhnya terbuat dari konstruksi plastik kuat yang dipadu bersama bezel baja anti-karat, memiliki diameter 42mm dan tebal 13,5mm. Meski terlihat cukup lebar jika dikenakan oleh orang berpergelangan tangan kecil, salah satu hal paling luar biasa dari smartwatch ini ialah bobotnya: hanya 42-gram. Garmin  menjanjikan daya tahan terhadap air sampai 5ATM. Itu artinya, ia bisa diajak berenang/snorkeling serta menemani Anda mandi.

645 5

645 7

Sebagai jendela penyampai informasi, Garmin kembali memanfaatkan layar transflective memory-in-pixel. Jenis display ini memang tidak seatraktif OLED di Apple Watch, tapi tampil atraktif bukanlah tugas utama Forerunner 645 Music. Panel transflective punya karakteristik berbeda: semakin intens sinar matahari, konten jadi kian jelas terlihat tanpa sama sekali membebani baterai karena harus meningkatkan kecerahan layar. Sifatnya mirip e-ink.

645 4

645 12

Faktor kenyamanan juga jadi perhatian utama Garmin dalam mendesain 645 Music. Agar sensor optik detak jantung bekerja optimal, smartwatch memang harus dikenakan secara erat di tangan. Dan demi memastikan penggunaannya tetap nyaman, produsen memanfaatkan strap silikon 20mm yang sangat lembut dan lentur. Bahkan jika Anda memasangnya dengan kencang, Forerunner 645 Music tidak akan menyakiti atau menghambat gerakan tangan.

645 10

645 16

Untuk berinteraksi dengan fitur-fiturnya, Anda bisa menggunakan layar sentuh atau kelima tombol fisik yang diposisikan di area samping smartwatch. Contohnya: Anda bisa mencatat putaran cukup dengan menekan tombol.

645 2

Meminimalkan bobot juga menjadi faktor penting dalam desain Forerunner 645 Music. Dalam pemakaian biasa, orang umumnya tidak akan mengeluhkan berat jam atau smartwatch di tangan. Namun bobot dari aksesori yang Anda pakai akan terasa setelah berlari jarak jauh, 5km misalnya. Mungkin ini salah satu alasan mengapa para atlet tidak membawa-bawa smartphone ketika berlatih.

 

Fitur

Seperti yang diindikasikan namanya, Forerunner 645 Music mampu memutar lagu secara mandiri tanpa dukungan smartphone. Smartwatch dibekali memori internal yang mampu menyimpan 500 file audio MP3 (boleh jadi berkapasitas 4GB). Lalu jika Anda adalah pelanggan layanan streaming third-party, perangkat juga bisa menyinkronkan musik-musik favorit sehingga Anda dapat mendengarkannya secara offline.

645 17

Walaupun demikian, kapabilitas tracking Forerunner 645 Music dijanjikan tetap nomor satu. Ia siap melacak detak jantung Anda secara non-stop, ditunjang oleh GPS dan GLONASS. Dipadu bersama algoritma pintar dan sensor, smartwatch mampu menghitung aspek-aspek penting saat Anda berolahraga: performa, interval, cadence, keseimbangan kaki kiri dan kanan, VO2 Max, hingga melacak data-data ‘standar’ seperti jumlah langkah dan banyaknya tangga yang dilewati setiap hari.

645 9

645 3

Selain itu, Anda bisa memanfaatkan fitur Virtual Partner untuk memberikan elemen kompetitif di sesi latihan serta menciptakan rute berlari via software Garmin Connect sebagai panduan. Aplikasi Garmin Connect tersedia buat Android serta iOS, dan dengannya, Anda bisa mendapatkan informasi detail mengenai aktivitas olah fisik. Di sana, Anda juga dipersilakan mengutak-atik watch face hingga men-share hasil latihan ke sosial media.

645 12

645 15

Ada beberapa hal yang Garmin upgrade di Forerunner 645 Music, terutama pada fitur konektivitas seperti Wi-Fi, notifikasi pintar, sampai kemampuan upload otomatisnya. Lalu produsen turut memperluas dukungan terhadap jenis olahraga, misalnya trail run, paddling dan elliptical. Kemudian jika Anda ingin memperoleh data olah fisik lebih lengkap lagi, Forerunner 645 Music bisa disambungkan ke aksesori Garmin Dynamics Pod.

645 19

645 18

 

 

Ketersediaan dan harga di Indonesia

Garmin Forerunner 645 Music sudah tersedia di Indonesia, dijajakan di harga yang cukup premium, yaitu mulai Rp 7,8 juta. Produk bisa dipesan di situs Erafone.com, Dinomarket, WearinAsia serta Blibli.com, dan akan segera hadir secara offline di Erafone Mega Store dan jaringan retail resmi lain. Produk tak lupa dilindungi oleh garansi resmi selama dua tahun.

Garmin menyediakan dua pilihan warna strap Forerunner 645 Music, yaitu hitam dan pink. Dan seperti smartwatch Garmin lain, bagian ini mudah digonta-ganti, lalu produsen juga menyiapkan beragam pilihan strap pengganti – termasuk strap berbahan kulit.

645 8

645 1