Bizhare Meluncurkan Aplikasi Mobile, Bidik Pertumbuhan Pengguna dan Investasi Berulang

Platform securities crowdfunding Bizhare resmi meluncurkan aplikasi mobile miliknya. Dengan kehadiran aplikasi ini, mereka membidik pertumbuhan investornya sebesar 5-10 kali lipat.

Founder & CEO Bizhare Heinrich Vincent mengatakan, Bizhare telah mengantongi traksi dan tingkat investasi berulang yang baik sejak pertama kali berdiri. Aplikasi ini diharapkan dapat terus menjaga tren investasi berulang tersebut. Mereka juga mengatakan ada kebutuhan pendanaan pada 1.200 calon penerbit bisnis UKM sebesar Rp100 triliun dan Rp2,4 triliun kebutuhan pendanaan calon penerbit khusus bisnis berbasis syariah.

“Pertumbuhan penerbit dan calon penerbit Bizhare mendorong kami mengembangkan sistem lebih baik lagi lewat aplikasi. Kami harap inovasi ini dapat memudahkan proses pendanaan bisnis, terlebih minat investasi di usia produktif sedang meningkat di mana 80% di antaranya mengakses mobile,” ungkapnya saat konferensi pers virtual pekan lalu.

Berdiri sejak 2017, Bizhare menawarkan instrumen investasi lengkap mulai dari saham, obligasi, hingga sukuk. Profil pengguna Bizhare juga berasal dari beragam sektor bisnis, yaitu F&B (41,8%), ritel (29,1%), agrikultur (18,2%), dan jasa (9,1%).

Berdasarkan data perusahaan, Bizhare mencatat pertumbuhan investor aktif sebesar 346% dan 166% untuk investor terdaftar. Total omzet yang dihasilkan penerbit UMKM di Bizhare mencapai Rp82 miliar, dengan total dividen sebesar Rp5,4 miliar dividen. Adapun, total investasi di Bizhare mencapai Rp50,6 miliar dari 73.400 investor kepada 57 penerbit.

Dari survei internal yang dilakukannya, CTO Bizhare Giovanni Umboh mengatakan, investor Bizhare lebih banyak mengakses mobile web (79,5%), sedangkan sisanya memakai perangkat dekstop (20,5%). “Sebelum memutuskan upgrade menjadi aplikasi, pertumbuhan investor kami di 2018 sangat signifikan. Maka itu, kami coba mengembangkan aplikasi demi meningkatkan kualitas layanan, fitur, dan keamanan pengguna Bizhare,” tambahnya.

Potensi securities crowdfunding

Hadir dalam kesempatan sama, Managing Director Plug & Play Indonesia Wesley Harjono mengatakan pasar securities crowdfunding di Indonesia dapat dikembangkan lebih besar agar industri fintech tak hanya terpusat pada layanan peer-to-peer (P2P) lending saja.

“Saya melihat banyak potensi dari para founder di Indonesia dalam merealisasikan mindset dan komitmen mereka. Saya pikir securities crowdfunding punya potensi besar, apalagi industri dan inovasinya masih terbilang baru. Regulator pun sangat memberikan dukungan,” ujarnya

Secara umum, pasar SCF di Indonesia masih terlampau jauh dengan P2P lending. Total penyaluran P2P per 31 Juli 2021 mencapai Rp236,47 triliun dengan jumlah lender 709.000 dan jumlah borrower sebanyak 66,7 juta. Adapun, total P2P legal yang terdaftar maupun berizin di OJK sebanyak 124 perusahaan.

Sementara, OJK mencatat total dana yang dihimpun dari securities crowdfunding per 23 Juli 2021 baru sebesar Rp313,56 miliar. Jumlah penyelenggara yang sudah terdaftar maupun mengantongi izin usaha dari OJK masih terhitung jari, antara lain PT Dana Saham Bersama (Dana Saham), PT Santara Daya Inspiratama (Santara), PT Investasi Digital Nusantara (Bizhare), PT Numec Teknologi Indonesia (LandX), PT Crowddana Teknologi Indonusa (Crowddana).

Platform Penerbit Investor Dana Dihimpun
Santara 89 23.445 Rp149,7 miliar
Dana Saham 37 N/A N/A
LandX 15 5.200 Rp84 miliar
Crowddana 9 3.249 Rp35,7 miliar

Mengutip Bisnis.com, Kepala Departemen Pengawasan Pasar Modal 2B OJK Ona Retnesti Swaminingrum sebelumnya mengungkap bahwa pasar semakin antusias terhadap skema penawaran efek lewat layanan urun dana berbasis teknologi atau securities crowdfunding (SCF). Menurutnya, respon positif pasar sejalan dengan diri

Antusiasme ini sejalan dengan dirilisnya peraturan baru terkait SCF karena kini bisa memperluas akses permodalan ke sektor UKM. Peraturan ini juga memperluas jenis efek yang ditawarkan lewat crowdfunding, tak cuma efek saham, ada efek bersifat surat utang dan sukuk (EBUS).

Application Information Will Show Up Here

Platform Urun Dana Bizshare Perkaya Fitur, Incar Biayai 200 Bisnis Tahun Depan

Platform urun dana (equity crowdfunding) Bizshare memperkenalkan sejumlah fitur baru yang dirangkum dalam Bizshare 2.0 untuk menggaet lebih banyak investor. Perusahaan sendiri menargetkan dapat membiayai 200 bisnis pada tahun depan, dari posisi saat ini 23 bisnis.

Co-Founder & CEO Bizshare Heinrich Vincent menjelaskan, sejak dua tahun berdiri perusahaan telah membukukan kenaikan bisnis yang cukup signifikan. Dari 23 unit bisnis yang diakomodasi, berhasil terkumpul dana Rp46 miliar dari investor dan telah dicairkan Rp26 miliar ke bisnis terkait.

Jumlah investor yang bergabung ada 32.000 orang, lebih banyak dari tahun pertama sebanyak 2.500 orang. Kemudian pada tahun lalu meningkat hingga 12.500 orang. Dividen yang telah diberikan kepada para investor ini sebesar Rp811 juta.

Imbal hasil yang mereka terima berkisar antara 20%-30% per tahun, tergantung risiko bisnis yang didanai. Nominal saham yang dibeli adalah Rp5 juta per lembar dan bisa mendapatkan dividen dari bisnis tersebut secara berkala.

“Usaha yang kita biayai kebanyakan adalah franchise untuk F&B, lalu ada bidang jasa seperti laundry dan barber shop. Tahun depan kita mau perluas jenis usahanya, ada properti, tambak udang, dan masih banyak lagi, intinya kita ingin solve soal transparansi di bisnis tersebut,” ujarnya Selasa (17/12).

Beberapa usaha franchise yang didanai lewat Bizshare misalnya Flip Burger, Alfamart, Indomaret, Refit, Mr Montir, Fish Street, Kebab Baba Rafi, Holycow, dan Donburi Ichiya.

Setiap usaha yang akan didanai ini sudah melewati berbagai proses analisis oleh tim Bizshare. Beberapa komponen yang diperhatikan adalah unsur legalitas, analisa arus bisnis dan penilaian berdasarkan data-data keuangan, lokasi dan pasar, SWOT, dan risiko.

Perkaya fitur baru

Dalam Bizshare versi 2.0 ada sejumlah pengembangan fitur, di antaranya perubahan UI dan UX yang lebih ramah buat para investor, fitur Dashboard Investor untuk mengakses laporan keuangan, grafik perkembangan bisnis yang diinvestasikan, Tanya Admin untuk layanan investor relation yang permudah proses investasi.

“Kami juga merilis Bizshare versi PWA (Progressive Web Apps) untuk memudahkan investor mengakses seluruh fiturnya karena lebih mudah untuk di-maintain dan low cost. Dari sisi user, PWA juga sangat ringan [kapasitas memorinya],” tambah Co-Founder & CTO Giovanni Umboh.

Perilisan fitur ini, sambungnya, bertepatan dengan dikantonginya izin usaha sebagai pemain urun dana di bawah regulasi POJK Nomor 37 Tahun 2018, pada tanggal 6 November 2019.

Giovanni menyebut ke depannya perusahaan akan mengembangkan lebih banyak empat fitur tambahan. Yakni, perilisan secondary market untuk investor yang ingin menjual kepemilikan sahamnya (exit) di suatu usaha.

Lalu, investasi terlokalisasi untuk mendorong masyarakat sekitar menjadi investor di suatu usaha dekat tempat tinggal mereka dan menggaet banyak pemain di vertikal lain untuk mendigitalkan UKM.

Vincent menyebut fitur secondary market akan segera dirilis pada kuartal pertama tahun depan. Lantaran fitur ini sudah banyak diminta oleh para investor yang ingin exit dari satu usaha.

Berdasarkan regulasi dari OJK, penggalangan secondary market dilakukan secara terbatas hanya bisa dua kali dalam setahun. Harga saham yang dijual harus disesuaikan dengan harga pasar atau bid offer dari investor lain. “Nanti prosesnya ada di dalam platformnya, pembedanya hanya primary dan secondary market.”

Untuk mendukung seluruh rencana bisnis Bizshare, perusahaan akan menggalang pendanaan pra seri A pada pertengahan tahun depan. Saat ini perusahaan telah mengantongi pendanaan tahap awal dengan nilai yang tidak disebutkan dari Plug And Play Indonesia, Digitaraya, dan GDILab.