GMV Food Delivery di Asia Tenggara Hanya Naik 5% Sepanjang 2023

Laporan tahunan “Food Delivery Platforms in Southeast Asia” yang diterbitkan Momentum Works mengungkapkan total GMV layanan pesan-antar makanan di Asia Tenggara diperkirakan sebesar $17,1 miliar—hanya tumbuh 5% (yoy) sepanjang 2023. Angka pertumbuhan ini persis seperti yang terjadi di 2022.

Pertumbuhan terbesar datang dari Vietnam ($1,4 miliar atau 27%) dan diikuti Malaysia ($2,4 miliar atau 9%). Thailand dan Indonesia mencatat pertumbuhan satu digit, masing-masing GMV sebesar 2,7% ($3,7 miliar) dan 2,2% ($4,6 miliar). Sementara Singapura tetap terjaga di GMV yang sama, sebesar $2,5 miliar.

Bila melihat secara volume, Indonesia tetap jadi pasar terbesar, disusul Thailand. Singapura dan Filipina berada di urutan yang sama, lalu diikuti Malaysia, dan Vietnam.

Momentum Works

“Tingginya konsumsi makanan dan minuman, rendahnya penetrasi pesan-antar makanan, dan konsolidasi yang sedang berlangsung, menyisakan banyak ruang pertumbuhan bagi platform pesan-antar makanan di wilayah ini. Sambil berfokus pada kemampuan inti mereka, para pemain terkemuka juga perlu memperhatikan potensi perubahan pasar dan tantangan yang muncul,” kata Founder & CEO Momentum Works Jianggan Li dalam keterangan resmi, Senin (29/1).

Walau sebagian negara di kawasan ini hanya cetak pertumbuhan satu digit, ada catatan kecil yang menarik terjadi di Filipina. Di sana sebagian besar pasar pesan-antar makanannya dioperasikan oleh jaringan restoran cepat saji.

“Meskipun pasar tersebut tidak termasuk dalam cakupan laporan ini, kami memperkirakan ukurannya mendekati ⅓ dari total platform GMV di negara tersebut,” tulis laporan tersebut.

Lebih lanjut, berdasarkan kontribusi dari masing-masing pemain, Grab masih dinobatkan sebagai kontributor terbesar di kawasan ini, sebesar 55% atau $9,4 miliar dari total GMV. Foodpanda dan Gojek diperkirakan menyumbang 15,8% ($2,7 miliar) dan 10,5% ($1,8 miliar), atau masing-masing mengalami penurunan sebesar 12,9% dan 10,0% YoY.

Berikutnya, Shopee dan LINE MAN menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Keduanya diperkirakan berkontribusi masing-masing sebesar 8,8% ($1,5 miliar) dan 8,1% ($1,4 miliar).

Momentum Works

Pangsa pasar Grab mendominasi secara signifikan di Singapura, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. ShopeeFood, yang hanya menerima sedikit perhatian dari luar karena persaingan e-commerce yang lebih besar yang diperjuangkan oleh Shopee, justru mengalami pertumbuhan paling besar (hampir ⅔); sedangkan LINE MAN di Thailand juga mencatatkan pertumbuhan dua digit.

Sorotan utama

Laporan ini juga menyoroti tren industri pada tahun 2023. Berikut rangkumannya:

  1. Merek F&B premium menghadapi tantangan meskipun belanja regional untuk F&B mulai pulih: belanja F&B di Asia Tenggara akhirnya pulih hingga melampaui tingkat sebelum pandemi ($125,2 miliar pada 2023 vs $115,7 miliar pada 2019). Namun, banyak merek premium (terutama di Singapura) mendapati tahun ini lebih sulit dibandingkan tahun 2022, dan banyak yang mengambil langkah pemotongan biaya di tengah ketidakpastian makro dan inflasi, yang mungkin meningkatkan sensitivitas harga di kalangan pengunjung kelas menengah.
  2. Masuknya merek-merek F&B asal Tiongkok secara massal meningkatkan persaingan: Pada tahun 2023 terjadi percepatan masuknya dan ekspansi merek-merek F&B Tiongkok ke Asia Tenggara. Tren ini terlihat dari 30 gerai Luckin Coffee di Singapura dan hampir 4.000 gerai Mixue di seluruh Asia Tenggara. Namun merek-merek dalam berbagai kategori dan ukuran juga telah hadir di wilayah tersebut. Mereka memanfaatkan pengetahuan mereka dalam pengoperasian toko, pemasaran, pengoperasian pengguna, dan manajemen waralaba. Harapkan lebih banyak lagi di tahun 2024.
  3. Pemain utama food delivery telah mencapai profitabilitas: Sebagian besar platform telah mencapai atau berada di jalur yang tepat untuk mencapai titik impas EBITDA yang disesuaikan (adjusted EBITDA), dengan beberapa target untuk mencapai arus kas bebas positif pada tahun 2024. Namun, seperti yang ditunjukkan oleh pengalaman Meituan dan Uber, profitabilitas mungkin tidak akan bertahan lama – platform harus terus menyeimbangkan pertumbuhan dengan profitabilitas yang berkelanjutan.

“Setelah satu hingga dua tahun melakukan pengurangan biaya, optimalisasi operasional, dan terkadang PHK, sebagian besar platform, menurut definisi mereka sendiri, telah mencapai tingkat profitabilitas tertentu. Konsolidasi yang sudah terjadi di sektor ini diperkirakan akan berlanjut pada tahun 2024,” tulis laporan tersebut.

  1. Para pemain pesan-antar makanan terus melakukan perbedaan strategi, memanfaatkan iklan untuk meningkatkan pendapatan: Para pemain pesan-antar makanan utama terus memanfaatkan produk iklan untuk mengunci lebih banyak investasi dari merchant. Kemudian, memperluas portofolio produk periklanannya untuk memenuhi berbagai kebutuhan dari semua merek, termasuk jaringan F&B besar, merchant UKM F&B, dan FMCG.
  2. Ruang untuk pertumbuhan basis pengguna dan optimalisasi operasional di kawasan ini: Grab hanya memiliki 5% dari 600 juta populasi di kawasan ini sebagai pelanggan transaksi bulanan. Di tengah tren topline sektor yang datar, populasi yang belum terlayani di kota-kota besar, ekspansi ke kota-kota kecil, dan melayani wisatawan memberikan peluang pertumbuhan lebih lanjut bagi platform pesan-antar makanan. Pemain didorong untuk terus mengoptimalkan operasi untuk mengurangi biaya dan meningkatkan keuntungan mereka.

Gojek Ungkap Strategi dan Capaian Bisnis Pesan-Antar Makanan “GoFood” di 2022

Gojek mengungkap data teranyar mengenai kinerja layanan pesan-antar makanan GoFood, merespons laporan Momentum Works yang dipaparkan sebelumnya. Gojek menyebut nilai transaksi GoFood Indonesia dan Vietnam berhasil tumbuh lebih dari 2x lipat, lebih tinggi dari rata-rata industri pesan-antar makanan di Asia Tenggara sepanjang 2022.

Sebelumnya disampaikan dalam laporan Momentum Works, transaksi GrabFood di Asia Tenggara hampir empat kali lipat lebih tinggi dibandingkan GoFood selama 2022. Diterangkan lebih jauh, nilai GMV GrabFood mencapai $8,8 miliar, sementara Gojek menempati posisi ketiga dengan capaian GMV $2,4 miliar. Atas pencapaian tersebut, GrabFood dinobatkan sebagai pemimpin pasar pesan-antar makanan di Asia Tenggara selama tiga tahun berturut-turut.

Kendati Gojek tidak merinci lebih jauh dengan data spesifik, perseroan mengklaim kinerja positif GoFood ini karena pertumbuhan jumlah pelanggan setia (nilai pesanannya di atas nilai transaksi rata-rata pelanggan lainnya) dan meningkatnya rata-rata nilai transaksi per pelanggan di semester II 2022.

Disebutkan selama satu tahun kemarin disokong oleh peningkatan proporsi pelanggan setia di Indonesia dari 38% menjadi 52% dari total jumlah pelanggan GoFood. Tren positif ini juga diikuti oleh capaian bisnis di Vietnam, yang mana nilai transaksi meningkat lebih dari 2x lipat dibanding tahun 2021.

“Kesuksesan ini merupakan wujud keberhasilan strategi GoFood yang berfokus pada pertumbuhan basis pelanggan setia dan berkualitas melalui inovasi produk,” ucap Director/Head of Food and Indonesia Sales GOTO Catherine Hindra Sutjahyo dalam keterangan resmi, kemarin (19/1).

Catherine melanjutkan perusahaan setiap inovasi di GoFood itu selalu berfokus untuk mengembangkan solusi produk agar pelanggan semakin setia, sebab pada dasarnya, pelanggan memiliki keinginan dan perilaku konsumsi makanan yang berbeda-beda.

“Dengan berbekal pengalaman kami selama delapan tahun menjadi ahli di pasar OFD (online food delivery), kami menganalisis dan memanfaatkan data untuk memetakan kebutuhan setiap pelanggan (personalisasi) agar dapat menghadirkan pilihan yang tepat supaya konsumen semakin loyal terhadap layanan kami.”

Dia melanjutkan, “Tidak hanya di sisi pelanggan, kami pun mampu mengembangkan solusi bagi mitra usaha kuliner agar mereka dapat menargetkan segmen pelanggan dengan lebih efektif. Secara bersamaan, kami juga membantu mitra usaha kuliner GoFood meningkatkan keahlian mengelola bisnis secara berkelanjutan. Tujuannya agar basis pelanggan setia di GoFood dapat tumbuh dan mendukung bisnis yang sehat tanpa ketergantungan pada promosi”.

Catherine juga mengungkap strategi GoFood untuk mempercepat profitabilitas, yakni:

  1. Memperkuat brand GoFood sebagai layanan OFD yang memberikan pengalaman kuliner paling menyenangkan dengan rekomendasi tepat berbasis teknologi pencarian. Teknologi ini mampu merekomendasikan menu makanan dan pilihan resto yang sesuai dengan selera, histori, dan budget masing-masing pelanggan.
  2. Mengembangkan teknologi machine learning untuk alokasi promo yang lebih efektif ke calon pelanggan (potential user), pelanggan baru (new user) maupun yang telah menjadi pelanggan GoFood (existing user) yang dapat didorong menjadi pelanggan setia.
  3. Meningkatkan efisiensi dari promo yang dilakukan secara mandiri oleh mitra usaha GoFood (merchant funded promo) untuk membantu meningkatkan pendapatan mitra usaha sekaligus menekan biaya pemasaran mereka.

Pencapaian GoFood

Berikutnya, sejumlah pencapaian dan inovasi GoFood sepanjang tahun lalu juga tak lupa dipaparkan, di antaranya:

  1. Menghadirkan Mode Hemat untuk memberikan opsi biaya ongkir yang lebih terjangkau untuk menjaga daya beli pelanggan.
  2. Meluncurkan menu dengan porsi lebih kecil dengan harga lebih terjangkau.
  3. Paket berlangganan GoFood PLUS yang diklaim memperoleh animo positif dari masyarakat, jumlah paket langganan naik hampir 60% dibandingkan tahun sebelumnya.
  4. Jaringan cloud kitchen “Dapur Bersama GoFood” meningkat 170% menjadi 73 lokasi yang tersebar di 12 kota besar, di tengah ramainya pemain sejenis yang gulung tikar sepanjang tahun lalu.
  5. Jumlah mitra usaha kuliner GoFood Indonesia meningkat 45% sepanjang 2022.

Mengutip dari laporan kinerja GOTO, GTV (Gross Transaction Value) GoFood yang termasuk ke dalam lini bisnis on-demand meliputi mobilitas, pesan-antar makanan dan logistik, mencapai Rp15,7 triliun pada kuartal ketiga 2022, tumbuh 24% year-on-year.

Lini bisnis ini mencatatkan peningkatan signifikan pada margin kontribusi dan EBITDA Grup yang disesuaikan, lebih cepat dari perkiraan. Margin kontribusi mencapai 86% peningkatan quarter-on-quarter atau -0,5% sebagai persentase dari GTV. Dalam panduan resmi manajemen GOTO, pencapaian titik impas kontribusi segmen ini ditargetkan menjadi positif pada kuartal I 2023.

Semakin positif margin kontribusi menjadi salah satu indikator GOTO menuju titik impas kemudian dilanjutkan dengan profitabilitas. Titik impas berarti tidak merugi, tapi juga belum untung.

Application Information Will Show Up Here

Momentum Works: GrabFood Pimpin Pasar “Food Delivery” di Asia Tenggara 3 Tahun Berturut-Turut

GrabFood, platform food delivery milik Grab, disebutkan memimpin pasar pesan-antar makanan di Asia Tenggara selama tiga tahun berturut-turut sejak 2020 hingga 2022, menurut laporan Momentum Works bertajuk “Food delivery platforms ind Southeast Asia (SEA) Jan 2023”.

“Dari pemain regional utama, Grab adalah satu-satunya yang mempertahankan pertumbuhan GMV berturut-turut untuk yang terakhir tiga tahun. Grab juga memiliki posisi kas bersih terbaik dibandingkan dengan rekan-rekannya untuk mempertahankan investasi,” tulis laporan tersebut.

“Pasca lonjakan investasi makanan pada 2021, Shopee telah diskalakan kembali untuk fokus membuat bisnis intinya e-commerce menguntungkan. Sedangkan, Gojek sudah stagnan selama tiga tahun, cerminan dari dinamika dan persaingan di pasar Indonesia,” sambungnya.

Diestimasi GMV dari GrabFood sebesar $8.8 miliar dari total GMV se-Asia Tenggara sebesar $16,3 miliar. Kemudian, disusul DeliveryHero ($3,1 miliar), GoFood ($2 miliar), dan ShopeeFood ($0,9 miliar). Sedangkan, untuk pangsa pasar GrabFood di Indonesia saja sebesar 49%. Kemudian disusul GoFood (44%) dan ShopeeFood (7%).

Sumber: Momentum Works

Adapun GMV di Indonesia mencapai $4,5 miliar, masih menempati posisi tertinggi setelah Thailand ($3,6 miliar) dan Singapura ($2.5 miliar). “Grab telah mengambil kepemimpinan pangsa pasar di Malaysia dan Vietnam dari Foodpanda dan ShopeeFood, dan sekarang GMV-nya menyumbang 54% dari total di kawasan.”

Dalam laporan dipaparkan bahwa pada 2022, semua platform pesan-antar makanan mengalami hambatan yang kuat dalam menciptakan pertumbuhan. Ini ada kaitannya dengan permintaan pasar modal untuk profitabilitas, mengingat sebagian besar pemain telah menjadi perusahaan terbuka, dan kembalinya mobilitas masyarakat selepas pandemi.

Akibatnya, secara GMV untuk year-on-year tercatat hanya tumbuh 5% mencapai $16,3 miliar. Pertumbuhan didorong oleh pasar Filipina, Malaysia, dan Vietnam yang secara ukuran relatif lebih kecil, sedangkan pasar yang lebih besar – Indonesia, Thailand dan Singapura – mencatatkan penurunan karena berbagai faktor yang signifikan dan bervariasi.

Misalnya, pembukaan kembali di Singapura telah mengubah permintaan layanan makanan menjadi offline, sementara di Thailand penarikan subsidi pemerintah setelah Oktober serta banjir pada paruh kedua tahun tersebut memainkan peran yang signifikan.

Sumber: Momentum Works

“Pertumbuhan pengiriman makanan menjadi normal ke tingkat pra-pandemi setelah dua tahun mengalami pertumbuhan yang signifikan. Pembukaan kembali pasca-covid (kembalinya makan di luar rumah, pengurangan subsidi untuk ongkos pengiriman), dan lanjutan dari rasionalisasi pasar, mengakibatkan pertumbuhan rendah.”

Tren makro pesan-antar makanan

Laporan ini juga menyoroti tantangan berikutnya di industri pesan-antar makanan berdasarkan tren makro, yakni fragmentasi digitalisasi F&B (serta upaya platform untuk mengontrol POS), dan perluasan platform ke pengiriman makanan secara keseluruhan. Upaya tersebut dimaksudkan karena platform ingin lebih memanfaatkan penawaran dan meningkatkan permintaan layanan makanan.

Bagi merchant kuliner, pandemi percepatan adopsi tidak hanya dalam hal pengiriman, tetapi juga solusi yang berfokus pada rantai ekosistemnya. Namun, terjadi digitalisasi yang terfragmentasi dan data, yang pada akhirnya membuat merchant frustrasi.

Oleh karenanya, sangat umum untuk melihat outlet F&B menggunakan terpisah sistem untuk Point-of-Sale (POS), menu pemesanan, pembayaran, shift/tenaga kerja manajemen, CRM / loyalitas, pemasaran, persediaan manajemen, dan interfacing platform pengiriman.

“Pertanyaannya adalah – apakah kita akan melihat konsolidasi lanskap POS di Asia Tenggara, seperti apa Meituan lakukan di Cina? Platform pengiriman makanan terkemuka Grab, Foodpanda, dan LINEMAN Wongnai adalah sudah bergerak ke arah ini, oleh mengakuisisi/bermitra dengan restoran perusahaan teknologi.”

Selanjutnya, Momentum Works juga melihat penajaman strategi platform yang lebih strategis untuk mencapai profitabilitas lebih cepat, termasuk penskalaan kembali, penutupan cloud kitchen, perluasan pendapatan (solusi iklan, berlangganan), serta optimalisasi biaya berkelanjutan (pengurangan insentif, peningkatan efisiensi operasional dan fokus pembayaran).

“Kami mengulangi argumen dalam laporan Food Delivery Platforms in Southeast Asia sebelumnya di Asia Tenggara: bahwa profitabilitas dapat dicapai dengan volume, kepadatan dan efisiensi operasional. Sebagian besar platform utama terdaftar secara publik sekarang, selain dari metrik operasi saat ini yang diperhatikan investor dengan cermat, Kepemimpinan, Orang, Organisasi, dan Produk merupakan faktor penting untuk kesuksesan (atau kegagalan),” tutup laporan.

Lakukan “Cross-Selling Platform”, Layanan GoFood Kini Tersedia di Tokopedia

GOTO mengumumkan tersedianya layanan GoFood di dalam aplikasi Tokopedia. Pada tahap awal peluncuran, GoFood baru dapat dinikmati oleh pelanggan Tokopedia di wilayah Jabodetabek, kemudian digulir ke kota-kota lainnya secara bertahap.

Strategi cross-selling ini merupakan langkah lanjutan yang dilakukan antara Gojek dan Tokopedia, sebelumnya kedua perusahaan mengintegrasikan layanan loyalitas Gopay Coins, setelah sukses menghadirkan ekosistem finansial dan logistik ke dalam aplikasi Tokopedia.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan GOTO hari ini (11/8), pelanggan Tokopedia dapat menikmati beragam menu kuliner favorit dari merchant GoFood pilihan dengan mudah. Pun bagi merchant GoFood, mereka dapat meningkatkan jumlah transaksinya sejalan dengan semakin luasnya akses kepada konsumen melalui Tokopedia.

Mengutip dari riset Tenggara Strategics yang diterbitkan Juni 2022 menyebutkan, GoFood adalah penyedia layanan pesan antar makanan online yang paling diingat (top of mind) konsumen. Di sisi lain, berdasarkan hasil riset LD FEB UI, yang diumumkan pada akhir tahun lalu menyatakan bahwa pendapatan mitra UMKM GoFood pada 2021 rata-rata meningkat sebesar 66% dibandingkan tahun sebelumnya.

Direktur sekaligus Head of Food and Indonesia Sales & Ops GoTo Cathrine Hindra Sutjahyo mengatakan, inovasi ini adalah langkah awal dari salah satu strategi sinergi di ekosistem GoTo, dengan memperluas akses pelanggan, mitra, dan merchant di platform-platform yang tergabung ke dalam ekosistem.

“Pengembangan layanan GoFood di Tokopedia ini menjadi tahap pertama dalam menghadirkan pengalaman lebih menyenangkan bagi konsumen dalam menjelajah ragam kuliner GoFood melalui Tokopedia. Harapan kami, kehadiran GoFood di Tokopedia dapat meningkatkan kenyamanan pelanggan dalam mengakses berbagai layanan terbaik dari Grup GoTo [..],” kata Cathrine.

Direktur sekaligus Head of Marketplace GoTo dan CEO of Marketplace Tokopedia Anthony Wijaya turut memberikan pernyataannya. Dia bilang, kategori Makanan dan Minuman terus menjadi salah satu kategori yang paling laris di Tokopedia selama pandemi. Kehadiran layanan GoFood di Tokopedia dapat memperkaya pilihan pengguna dalam memenuhi kebutuhan kuliner, tanpa perlu berpindah aplikasi.

“Dengan layanan ini, Tokopedia berharap sinergi dalam ekosistem Grup GoTo bisa semakin memberdayakan UMKM lokal di tengah upaya pemulihan ekonomi nasional,” kata dia.

Pada tahap peluncuran ini, layanan GoFood di Tokopedia dapat dinikmati oleh pelanggan Tokopedia di wilayah Jabodetabek. Selanjutnya, layanan ini akan dikembangkan lebih lanjut dan diperluas untuk menjangkau pelanggan di berbagai wilayah.

Layanan GoFood di Tokopedia dapat diakses melalui widget yang ditampilkan di laman utama aplikasi Tokopedia (versi 2.188 dan selanjutnya untuk iOS, versi 3.182 dan selanjutnya untuk Android) yang dapat diperbarui atau diunduh.

Pengalaman yang ditawarkan tak jauh berbeda, seperti kalanya konsumen memesan makanan melalui aplikasi Gojek. Konsumen cukup mengunjungi halaman restoran melalui halaman utama layanan GoFood di Tokopedia dan mencari makanan yang diinginkan.

Lalu, konsumen klik “Pesan” pada makanan yang diinginkan dan atur pelengkap pada makanan yang diinginkan. Selanjutnya masuk ke halaman checkout dan memilih metode pembayaran sesuai keinginan, selayaknya belanja di marketplace Tokopedia. Pesanan akan diproses ketika pembayaran diterima.

Investasi GoTo di cross-selling platform

Sebelumnya, Direktur Utama GoTo Andre Soelistyo menyampaikan ada tiga prioritas yang menjadi fokus utama perusahaan ke depan, yakni pertumbuhan bisnis yang berkualitas dan berkelanjutan, fokus pada percepatan, dan profitabilitas perusahaan, serta meningkatkan sinergi platform dalam ekosistem.

Untuk mencapai profitabilitas, Andre menyebutkan perusahaan akan terus melakukan efisiensi operasional dan meningkatkan monetisasi sebagai sumber pendapatan. Sinergi ekosistem yang ia maksud, menggabungkan ketiga platform (on-demand, e-commerce, dan fintech) untuk memberikan nilai tambah bagi mitra dan konsumen.

Lebih lanjut, strategi cross-selling antar platform ini merupakan bentuk sinergi ekosistem, mencakup GoPay dan produk pembiayaan konsumen ke platform Tokopedia, peluncuran sistem poin penghargaan tunggal GoPay Coins, dan peningkatan pengalaman hyperlocal dengan mengintegrasikan Tokopedia dengan armada logistik on-demand Gojek.

Dengan strategi ini, menurut Andre, GoTo mampu membukukan kinerja yang cemerlang pada kuartal I 2022. Pertumbuhan pendapatan bruto kuartal I 2022 mencapai 53% secara yoy, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nilai transaksi bruto (gross transaction value atau GTV) sebesar 46%.

Rugi EBITDA yang disesuaikan turun 14 basis poin menjadi Rp5,4 triliun dibandingkan dengan kuartal sebelumnya (Q4 2021) sebesar Rp 6,2 triliun. Angka tersebut mencerminkan adanya tren penurunan kerugian berkat upaya monetisasi perusahaan yang lebih baik serta optimalisasi biaya pengeluaran.

“Di Gopay Coins kami akan banyak berinvestasi agar nantinya menjadi one unified loyality karena sekarang pengguna Gojek dan Tokopedia itu adalah pengguna dari GOTO. Langkah ini akan jadi bentuk investasi kami terhadap produk-produk yang bisa bantu kami percepat misi jadi multi platform users. Jadi dampaknya, semakin banyak pengguna Gopay, maka berdampak percepatan cross-selling platform. Kami akan terus tambah tools-tools pendukungnya,” tutup Andre.

Application Information Will Show Up Here

Bank Jago Umumkan Sinergi dengan GoBiz, Bantu Kelola Keuangan Mitra Merchant

PT Bank Jago Tbk (IDX: ARTO) dan GoTo Group kembali melanjutkan kolaborasi strategisnya pada ekosistem layanan keuangan GoTo Financial. Bank Jago mengumumkan sinerginya dengan platform untuk mitra usaha GoBiz.

Sebelumnya Bank Jago dan GoTo telah mengintegrasikan sejumlah layanan di GoPay. Di antaranya, pembukaan rekening, opsi pembayaran di Gojek, serta mengintegrasikan GoPay ke dalam fitur Kantong/Pocket di Bank Jago.

Sebagai informasi, GoTo Financial saat ini memiliki lisensi di e-wallet, e-money, P2P, multifinance, hingga payment gateway. GoTo Financial menaungi GoPay, GoBiz, Moka, hingga GoStore. Adapun, GoBiz (GoFood, GoPay, dan GoKasir) menawarkan one-stop-solutions untuk membantu pemilik usaha mengelola bisnisnya.

“Sinergi ini menandai langkah perusahaan untuk berperan aktif mengakselerasi pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia, khususnya bagi segmen UMKM, ritel, dan mass market,” ungkap Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar.

Sinergi ini juga berangkat dari riset yang dilakukan Bank Jago terkait pain point pemilik usaha. Mereka menemukan bahwa pemilik usaha memiliki terlalu banyak rekening dari bank berbeda, kesulitan mengelola dana, dan minim akses terhadap pinjaman usaha.

Untuk tahap awal, Bank Jago mengintegrasikan pembukaan rekening dan fitur Kantong/Pocket ke aplikasi GoBiz. Proses onboarding juga tidak lagi melewati verifikasi dengan KTP dan video call.

Selain itu, dalam waktu dekat Bank Jago juga akan merilis fitur yang memungkinkan pengguna GoBiz mencairkan dana di hari sama. Tak menutup kemungkinan, Bank Jago akan memberikan pinjaman kepada pengguna GoBiz ke depannya. Saat ini, GoTo Group memiliki 15,1 juta mitra usaha.

Merchant UMKM

Head of Merchant Business Bank Jago Vincent C. Soegianto menuturkan saat ini merchant GoBiz banyak berasal dari UMKM di segmen F&B. Menurutnya, kebutuhan finansial pada merchant di skala ini belum ter-capture sepenuhnya dibandingkan merchant skala besar (enterprise) yang sudah banyak diakomodasi oleh bank.

“Sinergi Bank Jago dengan GoTo akan berjalan bertahap karena Gojek dan Tokopedia punya banyak ekosistem yang kebutuhan dan segmennya berbeda-beda. Ini saja kami baru masuk ke individual [UMKM], belum ke merchant yang sudah punya PT,” tutur Vincent usai acara.

Ekosistem digital GoTo / Sumber: IndoPremier

Berdasarkan riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia pada 2021, pelaku UMKM menyebutkan bahwa kemitraan dengan GoFood memberi manfaat terhadap pengelolaan operasional melalui aplikasi GoBiz.

Sekitar 75% mitra merchant GoFood menganggap biaya komisi yang dikenakan sepadan dengan manfaat yang didapatkan, yakni fitur untuk mengelola bisnis, promosi, dan akses terhadap konsumen. Kemudian, 90% mitra merchant GoFood merupakan pemilik usaha mikro dan 34% adalah first-time entreprenuer yang baru bergabung saat pandemi Covid-19.

Gojek Gulirkan Sejumlah Fitur Anyar untuk Meningkatkan Bisnis GoFood, GoSend, dan Layanan Transportasi

Merayakan HUT-nya yang ke-11, Gojek mengumumkan tiga inovasi baru di tiga layanan utama mereka, yakni GoFood, GoSend, dan layanan transportasi. Bukan hanya memudahkan konsumen menikmati berbagai layanan, namun inovasi tersebut juga bisa membantu mitra UKM hingga perusahaan besar dan startup memudahkan layanan mereka.

Kepada media Co-Founder & CEO Gojek Kevin Aluwi menyebutkan, perusahaannya berupaya untuk terus hadirkan inovasi dan teknologi terbaru guna menjawab berbagai tantangan dan kebutuhan sehari-hari masyarakat.

Yang kemudian menjadi sorotan di antaranya adalah GoFood, GoSend, dan inovasi layanan transportasi Gojek. Masing-masing layanan yang menjadi pilihan konsumen hingga mitra, mendapatkan upgrade dari sisi inovasi hingga kemudahan bagi pihak mitra dan konsumen.

“Bahkan di tengah pandemi, kami tidak berhenti menghadirkan solusi untuk membantu masyarakat beradaptasi. Inovasi pada ketiga layanan utama yang kami perkenalkan hari ini pun tidak terlepas dari nilai-nilai tersebut.”

Hingga Maret 2021, aplikasi Gojek telah diunduh lebih dari 190 juta kali oleh pengguna di seluruh Asia Tenggara. Dalam kesempatan tersebut diungkapkan juga rencana Gojek untuk meluncurkan layanan GoCar di Vietnam dalam waktu dekat, sebagai bagian dari upaya Gojek perluas layanan di Asia Tenggara.

Perkuat layanan transportasi

Tercatat pelanggan paling banyak layanan transportasi GoCar dan GoRide hingga saat ini adalah para pengguna kereta commuter line. Aktivitas sehari-hari yang kebanyakan dimanfaatkan oleh masyarakat umum, kemudian banyak yang terkoneksi dengan layanan transportasi di Gojek.

Untuk memperkuat layanan tersebut, Gojek menjalin kerja sama strategis dengan PT Kereta Commuter Indonesia. Dengan sistem yang dikembangkan, nantinya akan diberikan informasi yang relevan kepada pengguna rute terbaik yang bisa mereka tempuh melalui GoTransit. Selain itu Gojek juga akan memberikan rekomendasi moda transportasi lanjutan dengan harga terjangkau.

“Untuk GoTransit yang saat ini masih dalam tahap pengembangan, nantinya bisa menjadi rekomendasi bagi pengguna layanan transportasi Gojek saat mereka bepergian,” kata Kevin.

Dalam meminimalisir penggunaan sepeda motor bahan bakar bensin dan bebas emisi karbon, Gojek memperluas rencana pemanfaatan kendaraan listrik melalui uji coba komersial. Nantinya mitra Gojek yang memiliki motor listrik, bisa mengganti baterai motor listrik mereka dengan mudah di SPBU Pertamina yang bermitra dengan Gojek dengan penerapan skema battery swap pada motor listrik dari Gesit dan Gogoro.

Pada tahap ini, Gojek akan menggunakan 500 unit motor listrik di Jakarta Selatan, lalu selanjutnya akan meningkatkan skala uji coba dengan target awal pemanfaatan sampai dengan 5000 unit motor listrik dan jarak tempuh penggunaan kendaraan listrik sebanyak satu juta kilometer.

Salah satu kendala yang masih banyak ditemui oleh pemilik motor listrik saat ini adalah, masih rendahnya infrastruktur pendukung mereka saat berada di jalan. Melalui kerja sama dengan Pertamina, diharapkan bisa mempermudah mitra pengemudi Gojek melakukan penukaran baterai motor listrik.

Pengembangan GoSend API

Salah satu layanan yang makin banyak digunakan oleh perusahaan hingga pelaku UKM adalah layanan delivery GoSend. Mulai dari Halodoc hingga Tokopedia yang menaungi jutaan mitra penjualnya, telah melakukan integrasi API GoSend ke dalam bisnis mereka.

Melihat besarnya permintaan tersebut, Gojek  melakukan pengembangan GoSend API yang dapat mengintegrasikan layanan GoSend dengan platform mitra bisnis sehingga menghadirkan layanan pengiriman.

GoSend juga akan segera meluncurkan fitur GoSend Multidrop yang memberi kesempatan bagi para pengguna untuk mengirim beberapa paket sekaligus dengan hanya sekali ambil. Lewat fitur ini, pengguna bisa mengatur paket mana yang harus dikirimkan terlebih dulu. Agar ongkos kirim lebih hemat sampai dengan 30%, pengguna dapat memanfaatkan fitur rekomendasi urutan pengantaran yang disediakan.

“GoSend API saat ini sudah dimanfaatkan oleh ribuan partner dan jutaan penjual. Data internal kami mencatat jumlah transaksi dari top partners GoSend seperti platform e-commerce, platform telemedik, meningkat 41% pada H1 2021 dibanding 2020. Pada periode yang sama pengguna layanan GoSend oleh UMKM juga naik dua kali lipat,” ungkap Kevin.

GoFood Plus untuk pelanggan setia

Selama pandemi jumlah mitra baru yang bergabung berjumlah sekitar 250 ribu. Secara keseluruhan saat ini terdapat 1 juta mitra GoFood yang telah bergabung dan sebagian besar adalah pelaku UKM.

Untuk memberikan layanan lebih kepada pengguna setia, GoFood meluncurkan fitur berlangganan GoFood Plus. Bukan hanya bisa melakukan pemesanan dalam jumlah yang banyak atau Order Sekaligus, GoFood Plus juga bisa meringankan biaya ongkir. Hingga kini, sudah ada 41 lokasi di 7 kota besar termasuk Jabodetabek, Bandung dan Surabaya. Ekspansi lokasi untuk Order Sekaligus ini meningkat 8x sejak diperkenalkan pada September 2020.

Mendukung usaha milik UKM, aplikasi untuk mitra dilengkapi dengan fitur inovatif BizTips GoBiz, yang berisi berbagai tips sukses mengelola bisnis secara mandiri. Fitur ini efektif dalam membantu para mitra UMKM kuliner untuk mengelola bisnisnya secara lebih baik dan efisien.

Application Information Will Show Up Here

Targetkan Segmen B2B, eFishery Perkuat Layanan eFisheryFresh

Setelah resmi diperkenalkan awal tahun 2020 lalu, eFisheryFresh yang dibangun oleh eFishery telah menjalin kolaborasi dengan kalangan horeka (hotel, restoran, dan kafe) sekaligus memperkuat kerja sama strategis mereka dengan Gojek. Layanan tersebut bertujuan untuk membukakan akses pembudidaya terhadap pasar dengan menghubungkan mereka secara langsung kepada agen dan distributor mitra eFishery. Saat ini sudah hadir di berbagai wilayah di Jabodetabek, Bandung, Purwakarta, Subang, Cirebon, Semarang, Yogyakarta, Solo, dan Surabaya.

eFishery juga telah membangun eFisheryPoint (kantor cabang eFishery) di 110 kota/kabupaten di Indonesia dan memiliki rencana untuk menyambungkan pasar-pasar lokal dengan pembeli wilayah-wilayah tersebut sehingga supply chain dapat lebih efisien. Untuk saat ini fokus eFisheryFresh masih di segmen B2B, dengan menyalurkan ikan dari pembudidaya ke agen, distributor, dan pemroses bahan mentah. Selain itu mereka juga bekerja sama dengan lebih dari 2000 horeka di berbagai wilayah di Indonesia.

“Fokus kami saat ini masih meningkatkan volume. Sebelumnya kami sudah banyak melayani agen dan distributor besar. Di tahun 2021 ini kami ingin lebih banyak melayani horeka, warung, dan modern trade. Ada beberapa inisiatif juga yang terkait kategori baru dan pembukaan outlet kemitraan,” kata Co-Founder & CEO eFishery Gibran Huzaifah.

Target eFishery

 

Memanfaatkan data yang dikumpulkan di sektor hulu, melalui teknologi eFisheryFeeder, memungkinkan perusahaan untuk memprediksi panen. Selanjutnya dapat mengetahui sejak awal siapa pembudidaya yang akan panen ikan X di daerah Z. Sebelum tiba masa panen, eFishery akan menginformasikan kepada mitra agen/distributor dan horeka mengenai jadwal panen dan mengumpulkan pesanan dari mereka (crowd buying), sehingga saat masa panen tiba, ikan dapat langsung diantarkan.

Melalui eFisheryFresh, misi besar eFishery adalah menjadikan akuakultur sebagai sumber protein hewani terbesar di dunia. Dengan demikian semua orang dapat memperoleh akses terhadap makanan bernutrisi tinggi dengan mudah dan harga yang terjangkau. Beberapa hal seperti metric bisnis mengenai revenue, active customer, hingga ke LTV menjadi target dari eFisheryFresh. Selain itu  tahun ini mereka juga menargetkan untuk meningkatkan pertumbuhan 4x lipat dari tahun lalu.

Saat ini efIshery sedang menjajaki kerja sama dengan GoFresh, marketplace yang menyediakan bahan baku segar untuk kebutuhan usaha Mitra Usaha GoFood. Merchant GoFood yang menjual ikan di menunya kini bisa mendapatkan ikan segar berkualitas langsung dari pembudidaya dengan harga terbaik. Selain itu, mereka juga sedang mengembangkan berbagai potensi yang bisa dilakukan dengan ekosistem Gojek tersebut, mulai dari merchant GoFood hingga payment platform GoPay.

eFishery sendiri diinvestasi oleh Go-Ventures di putaran seri B mereka. Saat ini mantan CEO Gopay, Aldi Haryopratomo, juga diangkat menjadi komisaris startup tersebut.

“Sejauh ini ekosistem di Gojek yang sudah dikolaborasikan, namun baru yang terkait ke merchant GoFood, di mana kami yang menyediakan ikannya. Sementara Untuk B2C di Gojek semoga dalam waktu dekat bisa tersedia ,” kata Gibran.

Application Information Will Show Up Here

Indonesia’s Food Delivery Service GMV Hits 52 Trillion Rupiah, Grab and Gojek Leading the Market

The food delivery sector has accelerated growth during the pandemic. According to research by Momentum Works, this service GMV in six Southeast Asian countries will reach $11.9 billion in 2020. In Indonesia alone, the total value has reached $ 3.7 billion or equivalent to 52 trillion Rupiah – dominated by two big players, Grab and Gojek, respectively holding 53% and 47% of the total market share.

In addition, this achievement actually contributed only 1% of the potential for food delivery in Indonesia, which value is projected to reach $61 billion by 2019. The main indication is that the players’ penetration is still focused on big cities, while the business in tier-2 and tier-3 has not been much optimized.

Momentum Works’ CEO Jianggan Li said, most of the growth in food delivery services that occurred in 2020 was permanent. Given the trend of digitalization and changes in consumer behavior towards digital.

“We are optimistic about the prospects for food delivery services in Indonesia, although it will likely take several years before this sector can be massively adopted. Food delivery service players need to have a long-term strategy to take advantage of opportunities in this enormous market optimal,” he said.

Gambar 1

Growth factors

The main factor that makes Indonesia the largest food delivery service market in the region is none other than the large population in this country. The 2020 census data states that Indonesia’s current population is around 270.20 million people. Of the total, 27.94% were Gen Z and 25.87% were millennials. In addition, it is also supported by several other factors such as economic growth, urbanization, and smartphone penetration.

The research also highlighted several steps taken by the players to achieve long-term profitability and sustainability. The platform needs to control acquisition/retention costs, maintain unit economics, and generate additional revenue which could include advertising, financing, and other B2B services. The option is based on a successful case study of Meituan, one of the major food delivery services in China. In Q2 2020, the company reached a net profit of up to $420 million.

Gambar 2

Meanwhile, from the consumer’s perspective, some things that are taken into consideration when choosing a food delivery service include the number of choices, speed, quality/reliability, and cost. According to Momentum Works, each player must (at least) excel on the two factors, because leading across all of these variables is said to be impossible.

Explore the potential

Apart from Indonesia, some of the major food delivery service markets in Southeast Asia are in Thailand ($2.8 billion), Singapore ($2.4 billion), the Philippines ($1.2 billion), Malaysia ($1.1 billion), and Vietnam ( $0.7 billion). Research also states several potential strategies that can be implemented to increase the value of these business transactions each year. First, focus on increasing the transaction volume of the upper middle-class consumer segment.

Second, reducing costs to compensate for low food prices and order values. Then it is also important to increase digital literacy, therefore, merchants (restaurants, food stalls, SMEs, etc.) can easily adapt with the delivery platform. Eventually, players should dare to invest in the infrastructure needed to drive service adoption in tier-2 and 3 cities.

Grab and Gojek have been seen executing this strategy in Indonesia, one of which is realized through the cloud kitchen initiative. The shared kitchen allows SME partners to find it easy to sell their products, as well as expand the market; because basically, various productive facilities are provided and integrated into the super app ecosystem of each service. On the consumer side, it also allows them to get more food choices with lower delivery costs.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Header: Depositphotos.com

Didominasi Grab dan Gojek, GMV Layanan Pesan-Antar Makanan di Indonesia Capai 52 Triliun Rupiah

Layanan pesan-antar makanan (food delivery) mengalami percepatan pertumbuhan selama masa pandemi. Menurut hasil riset yang dilakukan Momentum Works, GMV layanan ini di enam negara Asia Tenggara mencapai $11,9 miliar di tahun 2020. Di Indonesia sendiri, nilai total yang berhasil dibukukan mencapai $3,7 miliar atau setara 52 triliun Rupiah — didominasi dua pemain besar, yakni Grab dan Gojek, masing-masing memegang 53% dan 47% dari total pangsa pasar.

Turut disampaikan juga, capaian tersebut sebenarnya baru menyumbang 1% dari potensi food delivery di Indonesia yang nilainya diproyeksi bisa mencapai $61 miliar per 2019 lalu. Indikasi utamanya, sejauh ini penetrasi para pemain masih terfokus di kota-kota besar, sementara di wilayah tier-2 dan tier-3 belum banyak dioptimalkan bisnisnya.

CEO Momentum Works Jianggan Li menyampaikan, sebagian besar pertumbuhan layanan pesan-antar makanan yang terjadi di tahun 2020 bersifat permanen. Mengingat adanya tren digitalisasi dan perubahan perilaku konsumen ke arah digital.

“Kami optimis terhadap prospek layanan pesan-antar makanan di Indonesia, meskipun kemungkinan akan memakan waktu beberapa tahun sebelum sektor ini dapat diadopsi secara massal. Pemain layanan pesan-antar makanan harus memiliki strategi jangka panjang agar dapat memanfaatkan peluang di pasar yang sangat besar ini secara optimal,” ujarnya.

Gambar 1

Faktor pertumbuhan

Faktor utama yang menjadikan Indonesia sebagai pasar layanan pesan-antar makanan terbesar di regional tak lain karena besarnya populasi di negara ini. Data hasil sensus penduduk 2020 menyebutkan, penduduk Indonesia saat ini ada sekitar 270,20 juta jiwa. Dari total tersebut, 27,94% di antaranya adalah Gen Z dan 25,87%-nya milenial. Di samping itu, turut didukung beberapa faktor lain seperti pertumbuhan ekonomi, urbanisasi, dan penetrasi ponsel pintar.

Hasil riset juga menyoroti, beberapa langkah yang dilakukan oleh para pemain untuk mencapai profitabilitas dan keberlanjutan jangka panjang. Platform perlu mengendalikan biaya akuisisi/retensi, mempertahankan unit economics, dan menghasilkan pendapatan tambahan yang dapat mencakup iklan, pembiayaan, dan layanan B2B lainnya. Opsi tersebut didasarkan pada studi kasus kesuksesan Meituan, salah satu layanan pesan-antar makanan besar di Tiongkok. Pada Q2 2020, perusahaan mencatatkan net profit hingga $420 juta.

Gambar 2

Sementara dari perspektif konsumen, beberapa hal yang dijadikan konsiderasi untuk memilih layanan pesan-antar makanan meliputi: banyaknya pilihan, kecepatan, kualitas/keandalan, dan biaya. Menurut Momentum Works, masing-masing pemain harus (setidaknya) unggul di dua faktor yang ada, karena memimpin di semua variabel tersebut dikatakan tidak mungkin.

Potensi yang bisa digali

Selain di Indonesia, beberapa pasar besar layanan food delivery di Asia Tenggara berada di Thailand ($2,8 miliar), Singapura ($2,4 miliar), Filipina ($1,2 miliar), Malaysia ($1,1 miliar), dan Vietnam ($0,7 miliar). Riset turut menganalisis beberapa strategi potensial yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai transaksi bisnis ini setiap tahunnya. Pertama, fokus meningkatkan volume transaksi segmen konsumen kelas menengah ke atas.

Kedua, menekan biaya untuk mengimbangi harga makanan dan nilai pesanan yang rendah. Kemudian penting juga untuk meningkatkan literasi digital supaya merchant (restoran, kedai makanan, UKM dll) dapat mengadopsi aplikasi pesan-antar. Dan terakhir, para pemain juga harus berani berinvestasi dalam infrastruktur yang diperlukan untuk mendorong adopsi layanan di kota tier-2 dan 3.

Grab dan Gojek di Indonesia juga sudah terlihat mengeksekusi strategi tersebut, salah satunya direalisasikan melalui inisiatif cloud kitchen. Dapur bersama tersebut memungkinkan mitra UKM mendapatkan kemudahan untuk menjajakan produknya, serta melakukan ekspansi pasar; karena pada dasarnya berbagai fasilitas produktifnya disediakan dan terintegrasi ke dalam ekosistem super app masing-masing layanan. Di sisi konsumen pun memungkinkan mereka untuk mendapatkan pilihan makanan lebih banyak dengan biaya antar yang lebih rendah.

Gambar Header: Depositphotos.com

ShopeeFood Beri Sinyal Masuk Persaingan Layanan “Food Delivery”

ShopeeFood mulai hadir meramaikan pasar food delivery di Indonesia. Layanan tersebut bisa diakses melalui platform Shopee, baik di situs web maupun di aplikasi mobile. Belum seperti layanan pesan-antar kilat layaknya GrabFood atau GoFood, sebagian besar produk makanan/minuman yang disajikan sifatnya lebih tahan lama, seperti makanan beku, aneka kue, atau minuman kemasan. Sementara cakupannya sudah cukup luas, di berbagai provinsi di seluruh Indonesia.

Laman ShopeeFood yang diakses melalui situs web
Laman ShopeeFood yang diakses melalui situs web

Diperkenalkannya layanan tersebut tentu memicu banyak spekulasi di pasar. Yang jelas, layanan pesan-antar makanan memang tengah naik daun di tengah pembatasan sosial akibat Covid-19. Di Indonesia sendiri, menurut penelitian McKinsey (2020), ada peningkatan 34% untuk penggunaan jasa pesan antar makanan selama masa pandemi. Survei yang dilakukan DailySocial dan Populix juga mengemukakan fakta, selama periode karantina mandiri, 53% responden mengatakan bahwa aplikasi pesan-antar makanan menjadi yang banyak digunakan.

Berkompetisi dengan pendahulu

Sebagai raksasa digital di Asia Tenggara, Sea Limited (Sea), induk Shopee, tentu memiliki ambisi untuk masuk pada berbagai model bisnis potensial. Sebagai informasi, per hari ini (21/1) kapitalisasi pasar perusahaan mencapai $118,72 juta – jadi perusahaan teknologi paling bernilai di regional. Dan jika diamati lebih dalam, pendekatan yang dilakukan oleh berbagai unit perusahaannya juga cukup unik, seperti ‘tidak ada kata terlambat.’

Ambil contoh layanan online marketplace Shopee, mereka baru mulai masuk ke pasar Indonesia pada bulan Mei 2015. Kala itu segmen bisnis ini sudah cukup ramai, dengan dominasi pendahulunya seperti Lazada, Tokopedia, Bukalapak, elevenia, Blibli, Alfacart, dll. Namun dua tahun terakhir, ditinjau dari volume penjualan dan transaksi, Shopee justru mampu memimpin pasar.

Ada banyak faktor, salah satu yang paling kentara karena berhasil ‘bakar duit’ di waktu yang tepat. Mereka melakukan akuisisi pelanggan dengan sangat maksimal saat pasar sudah berhasil teredukasi oleh pemain sebelumnya. Jargon ‘gratis ongkir’ pun kini sangat melekat di platform yang khas dengan warna oranye tersebut.

Strategi sama bisa saja dilakukan, dengan kondisi pasar food delivery yang sudah semakin matang dan masif di Indonesia. PR-nya bagi Shopee tentu melakukan penguatan infrastruktur yang diperlukan – yang sudah dimiliki saat ini adalah platform pemesanan dan pembayaran (ShopeePay), sementara yang belum adalah logistik first-mile.

Di last-mile, mereka sudah memiliki Shopee Xpress (SPX) yang kini sudah melayani sebagian pengguna di online marketplace. Beberapa waktu terakhir tersiar kabar bahwa Shopee tengah merekrut mitra pengemudi untuk melayani pesanan ShopeeFood. Ditambah, tim pemasaran mereka mulai mempromosikan layanan ShopeeFood yang nantinya dapat digunakan untuk memesan makanan favorit seperti bakso, soto, martabak, dll (makanan cepat saji).

Kami sudah mencoba meminta konfirmasi terkait beberapa informasi secara langsung ke tim Shopee di Indonesia, namun sampai tulisan ini diterbitkan belum ada respons.

Proposisi nilai

Mengutip temuan survei GlobalWebIndex, ada beberapa alasan yang mendorong orang untuk memesan makanan melalui aplikasi food delivery, lima teratas meliputi: gratis ongkos kirim (51%), pengiriman cepat (48%), penawaran diskon (43%), ketersediaan dan kelengkapan item (36%), kemudahan proses pemesanan (30%). Kendari survei tersebut tidak dilakukan spesifik kepada pengguna di Indonesia, namun cukup representatif menggambarkan kondisi pangsa pasar.

Untuk memenangkan pasar, platform harus memiliki proposisi nilai yang kuat dalam mengakomodasi kebutuhan tersebut. Beberapa strategi mulai digulirkan beberapa pemain, misalnya melalui insiatif cloud kitchen. Konsep dapur bersama tersebut memungkinkan platform mengumpulkan beberapa merchant kuliner di satu tempat. Dari sisi konsumen, memudahkan mereka untuk mendapatkan opsi lebih banyak ketika ingin membeli makanan dengan 1x pemesanan dan pengantaran.

Dari sisi merchant, platform bisa menentukan (berdasarkan data) mengenai produk potensial di wilayah tertentu sehingga turut membantu mereka untuk memastikan bisnisnya mendapatkan pasar yang relevan. Selain itu tentu menghemat biaya modal dan ongkos operasional, karena hanya fokus melayani pesan-antar.

Detail seperti ini yang harus jeli dilihat oleh ShopeeFood sebagai penantang baru di lanskap bisnis ini. Tapi sebenarnya Shopee juga sudah melakukan beberapa aksi permulaan terkait pasar food delivery di Indonesia. Misalnya mereka mendukung Weyland Tech dalam peluncuran AtozGo di Jakarta — ShopeePay digunakan sebagai sistem pembayaran utama. Sehingga banyak kemungkinan sinergi yang dapat dilakukan ketika nantinya ShopeeFood benar-benar mulai dimaksimalkan.

Mendorong konsolidasi

Mitra GoFood saat membelikan pesanan / Gojek
Mitra GoFood saat membelikan pesanan / Gojek

Dengan kekuatan kapital dan jangkauan pasar yang dimiliki Sea, jelas ini bukan kabar menyenangkan untuk para kompetitornya. Di Indonesia, sejauh ini Gojek dan Grab jadi penyedia food delivery dengan jangkauan paling luas dan mitra terbanyak. Untuk menghadapi raksasa digital tersebut, bahkan sebelumnya dikabarkan keduanya hendak melakukan merger. Sayangnya kabar terakhir mengatakan, founder tidak mencapai titik sepakat soal pembagian saham.

Rumor yang tengah beredar justru rencana merger antara Gojek dan Tokopedia. Platform online marketplace besutan William Tanuwijaya tersebut kini juga bersaing ketat dengan Shopee – dari berbagai riset dikatakan Tokopedia ada di peringkat kedua persis di bawah Shopee. Konsolidasi jelas membuka peluang kolaborasi di banyak elemen, tak terkecuali perluasan layanan food delivery menggabungkan mitra UKM kuliner yang dimiliki Tokopedia, sampai perluasan layanan GoPay untuk pembayaran di Tokopedia.

Kue pasar untuk food delivery di Asia Tenggara juga menggiurkan. Laporan tahunan e-Conomy SEA 2020 mengatakan, GMV yang tercatat dari jasa antar makanan pada tahun lalu mencapai $6 miliar, bahkan lebih besar dari transportasi on-demand yang nilainya $5 miliar (turun akibat pandemi).

Sementara di Indonesia sendiri sebenarnya juga ada beberapa pemain lainnya yang mencoba mengakomodasi urusan pesan makanan, di antaranya:

Platform Keterangan
Yummy Corp Terafiliasi dengan perusahaan kuliner Ismaya Group. Memiliki beberapa lini bisnis, salah satunya YummyBox layanan pemesanan katering lewat aplikasi.
Kulina, Wakuliner, Homade Layanan pemesanan katering berbasis aplikasi untuk konsumer ataupun bisnis, bekerja sama dengan merchant F&B.
Gorry Holdings Startup pengembang aplikasi wellness, miliki unit bisnis Gorry Gourmet untuk menyediakan jasa pemesanan makanan sehat secara online.

 

Application Information Will Show Up Here