5 Fitur Baru Google Docs yang Diumumkan di Google I/O 2021

Android 12 Beta bukan satu-satunya pengumuman menarik dari ajang Google I/O 2021 belum lama ini. Dalam konferensi developer yang digelar secara virtual tersebut, Google turut membeberkan sederet fitur baru yang akan hadir di aplikasi-aplikasi produktivitasnya (Docs, Sheets, dan Slides).

Di artikel ini, Anda bisa melihat rangkuman dari 5 fitur baru yang paling menarik yang akan tersedia di Google Docs, yang mungkin adalah yang paling sering digunakan oleh sebagian besar dari kita.

1. @-mention untuk orang, file, dan meeting sekaligus

Fitur @-mention di Google Docs yang sudah tersedia selama ini mungkin terkesan cukup sepele, tapi pada praktiknya bisa memudahkan sesi kolaborasi secara cukup efektif. Sekarang, @-mention juga berlaku untuk file maupun meeting. Jadi ketika mengetikkan “@”, Anda kini juga akan melihat daftar file dan meeting yang dapat dicantumkan ke dokumen, tidak perlu lagi repot-repot membuka file atau meeting lalu menyalin tautannya.

Saat file-nya sudah tercantum, Anda juga bisa melihat preview-nya dengan mengarahkan kursor mouse, sehingga Anda dapat memastikan file-nya sudah benar tanpa harus membukanya di tab baru. Fitur ini kabarnya juga bakal tersedia di Google Sheets dalam beberapa bulan ke depan.

2. Pageless formatting

Menggarap dokumen yang terpisah-pisah per halaman mungkin kurang begitu relevan apabila dokumennya tidak pernah dicetak, dan hanya dibaca lewat laptop atau smartphone. Mungkin itulah yang menjadi alasan mengapa Google menambahkan opsi formatting baru di Google Docs. Sesuai namanya, format pageless ini akan mengubah dokumen menjadi satu halaman bersambung layaknya suatu laman situs, dan tampilannya otomatis akan beradaptasi dengan ukuran layar perangkat yang digunakan.

Berkat opsi formatting baru ini, harapannya adalah supaya kita bisa lebih mudah mengerjakan dokumen yang memiliki gambar berukuran besar, tabel yang sangat lebar, atau malah yang disertai komentar yang amat merinci. Lalu seandainya dokumen perlu dicetak atau diubah menjadi PDF, Anda bisa mengembalikannya ke format paginated dengan mudah.

3. Rekomendasi penulisan yang lebih baik

Lebih baik di sini berarti lebih inklusif. Jadi semisal Anda menggunakan kata seperti “chairman” atau “mailman“, Google akan menyarankan alternatif seperti “chairperson” atau “mailman” yang tidak spesifik untuk jenis kelamin tertentu. Bukan cuma itu, Google juga bisa memberikan rekomendasi terkait gaya penulisan, semisal rekomendasi untuk menghindari penggunaan kalimat pasif maupun kosa kata yang berpotensi menyinggung kalangan tertentu.

4. Connected checklist

Mulai pekan ini, fitur checklist akan tersedia di Google Docs, baik di versi mobile maupun web-nya. Dalam waktu dekat, pengguna juga dapat menugaskan pengguna lain untuk poin-poin tertentu di dalam checklist, dan semua itu akan tersinkronisasi secara otomatis ke Google Tasks.

5. Integrasi Google Meet

Berkat integrasi Google Meet, pengguna sekarang dapat mempresentasikan apapun yang sedang dikerjakannya langsung melalui Docs, Sheets, ataupun Slides. Dalam beberapa bulan ke depan, pengguna juga dapat melakukan panggilan video di Meet langsung melalui Docs, Sheets, dan Slides versi web; memungkinkan suatu tim untuk berkomunikasi secara lisan selagi sedang mengerjakan dokumen bersama-sama.

Integrasi Google Meet ini juga datang bersama fitur live caption maupun live translation. Sejauh ini, live caption sudah tersedia untuk lima bahasa, dan sisanya akan menyusul secara bertahap, demikian pula untuk live translation.

Buat yang ingin mendapat gambaran lebih jelas, silakan tonton video di bawah, yang mendemonstrasikan betapa mudahnya berkolaborasi berkat fitur-fitur baru yang dihadirkan.

Sumber: Google.

Google Singkap Project Starline, Teknologi Video Call Masa Depan yang Amat Realistis

Sebagian besar dari kita mungkin sudah muak dengan yang namanya Zoom meeting. Jangankan kita, bahkan CEO Zoom sendiri pun juga merasakan hal serupa. Namun sesi panggilan video tidak selamanya akan semembosankan ini. Beberapa tahun dari sekarang, sesi video call mungkin dapat terasa seperti kita sedang bertemu dan bertatap muka secara langsung.

Kalau perlu bukti, coba tengok proyek ambisius Google yang dinamai Project Starline berikut ini. Dikembangkan selama lebih dari lima tahun, Starline pada dasarnya merupakan teknologi video call yang luar biasa canggih. Sistemnya melibatkan segudang kamera dan sensor untuk menangkap penampilan seseorang dari perspektif yang berbeda-beda, mengemasnya menjadi sebuah model 3D, lalu meneruskan informasinya secara real-time.

Lauren Goode, jurnalis Wired yang berkesempatan menjajal langsung teknologinya, mendeskripsikan Starline sebagai sebuah video booth dengan segudang hardware yang sepertinya berharga sangat mahal. Salah satu hardware mahal yang dimaksud adalah sebuah light field display berukuran 65 inci, display canggih yang dirancang untuk menampilkan objek secara tiga dimensi tanpa mengharuskan penggunanya mengenakan apa-apa.

Berbeda dari Microsoft Mesh yang mengharuskan kita untuk memakai headset HoloLens agar bisa melihat hologram, Starline mampu menyajikannya langsung di hadapan seseorang. Kalau melihat video demonstrasi singkatnya, hologramnya kelihatan begitu realistis, dengan pergerakan yang berlangsung secara real-time dan minim latensi — sistemnya bahkan bisa membaca pergerakan bayi yang kita tahu sulit untuk diprediksi. Selain visual yang memukau, pengalamannya kian disempurnakan oleh efek spatial audio.

Untuk sekarang, Project Starline baru tersedia di beberapa kantor Google saja, dan tim pengembangnya masih terus sibuk menguji serta menyempurnakan teknologinya. Google percaya bahwa ini merupakan arah yang tepat bagi pengembangan teknologi komunikasi ke depannya, dan mereka berniat untuk menjadikan teknologinya lebih terjangkau sekaligus lebih gampang diakses.

Selain menguji Project Starline secara internal, Google juga berniat untuk mengajak sejumlah mitranya dari bidang layanan kesehatan dan media guna menjajal Starline dan mendiskusikan potensi pengaplikasiannya. Ke depannya, Google juga akan menerapkan sejumlah teknologi di Project Starline ke produk-produk yang sudah kita gunakan sekarang. Bukan tidak mungkin seandainya dalam waktu Google Meet bakal kedatangan dukungan spatial audio.

Sumber: Google.

Google dan Samsung Lebur Wear OS dan Tizen Jadi Satu

Belakangan ini santer dibicarakan rumor mengenai Samsung yang akan merilis smartwatch Wear OS. Rumor tersebut hampir bisa dipastikan akurat, sebab ke depannya kita tidak akan lagi menjumpai smartwatch baru dari Samsung yang menjalankan sistem operasi Tizen. Sebagai gantinya, Google dan Samsung rupanya telah bekerja sama untuk melebur Wear OS dan Tizen menjadi satu.

Hasil perkawinan kedua platform perangkat wearable itu dinamai “Wear” saja, tanpa embel-embel apa-apa. Gagasan utamanya adalah menggabungkan kelebihan-kelebihan dari masing-masing platform, dengan tujuan untuk menyuguhkan performa yang lebih baik, konsumsi daya yang lebih efisien, dan ekosistem aplikasi yang lebih kaya di Google Play Store.

Dari segi performa, Google bilang bahwa proses loading awal aplikasi bakal berlangsung 30% lebih cepat pada smartwatch Wear yang ditenagai chipset generasi terbaru, dan itu selagi menampilkan animasi-animasi yang lebih mulus sekaligus mengonsumsi lebih sedikit energi. Developer aplikasi tentu juga bakal dimudahkan mengingat mereka tidak perlu lagi membuat aplikasi untuk dua platform yang berbeda.

Berbagai fitur anyar tentu juga bakal hadir di Wear, mulai dari yang sepele seperti shortcut untuk berganti-ganti aplikasi, sampai Google Maps yang sudah dirombak secara drastis dan dapat beroperasi tanpa perlu menebeng ke smartphone.

Suksesor Galaxy Watch3 tidak lagi menggunakan Tizen, tapi kemungkinan besar masih mempertahankan bezel memutarnya / Samsung

YouTube Music dipastikan bakal tersedia di Wear tahun ini juga, lengkap dengan fitur download untuk digunakan secara offline (fitur yang sama juga bakal tersedia untuk Spotify). Google juga berniat memperluas jangkauan layanan Google Pay ke 26 negara di luar 11 negara yang sudah tersedia.

Wear juga akan kedatangan integrasi fitur-fitur kesehatan milik Fitbit. Seperti yang kita ketahui, proses akuisisi Google terhadap Fitbit sudah sepenuhnya terselesaikan pada awal 2021 ini, dan itu berarti tim Fitbit dan tim Wear kini berada di bawah naungan satu divisi yang sama.

Lalu bagaimana dengan nasib Fitbit OS? Sejauh ini belum ada kejelasan, tapi yang pasti Fitbit sendiri bakal merilis smartwatch premium yang berjalan pada platform Wear, seperti disinggung oleh James Park selaku CEO Fitbit dalam pengumuman Wear di acara Google I/O 2021.

Dari kubu Samsung, meski mereka sudah tidak lagi menggunakan Tizen, smartwatch Wear mereka ke depannya dipastikan bakal tetap mempertahankan fitur-fitur yang sudah menjadi ciri khas selama ini, seperti misalnya bezel yang dapat diputar untuk menavigasikan perangkat.

Sumber: Google dan Wired.

Versi Beta Pertama Android 12 Dirilis, Apa Saja yang Baru?

Tahun 2020 kemarin tidak ada event Google I/O. Tahun ini, Google memutuskan untuk menggelar konferensi developer-nya itu secara online. Seperti biasa, ada banyak pengumuman mengenai produk maupun inovasi-inovasi baru yang Google ciptakan. Namun salah satu yang paling ditunggu biasanya adalah pengumuman soal versi terbaru Android.

Google baru saja merilis versi beta pertama Android 12. Meski masih jauh dari kata final, Android 12 menghadirkan banyak sekali pembaruan, terutama dari segi visual. Google bahkan tidak segan menyebut perubahannya sebagai yang paling signifikan di sepanjang sejarah sistem operasi Android.

Tampilan baru ini dibuat bukan cuma supaya kelihatan lebih ekspresif, melainkan juga memberikan kesan yang lebih dinamis sekaligus personal. Satu contoh personalisasi yang dimaksud adalah bagaimana Android 12 dapat mengubah warna-warna elemen UI (user interface) sesuai dengan warnagoo dominan pada wallpaper yang pengguna pasang. OS lain yang berbasis Android memang sudah sejak lama menawarkan fitur semacam ini, tapi ini baru untuk vanilla Android.

Tampilan yang lebih segar ini merupakan implementasi dari bahasa desain baru yang Google juluki Material You. Selain untuk software, Material You juga bakal dijadikan acuan dalam pengembangan desain hardware oleh Google.

Selain lebih manis di mata, Android 12 juga diklaim lebih responsif dan lebih irit daya. Berbagai optimasi telah diterapkan supaya waktu penggunaan CPU dapat dipangkas hingga 22%, sekaligus menurunkan penggunaan inti prosesor yang berkecepatan tinggi sampai 15%. Peningkatan kinerja sangatlah krusial jika Android 12 ingin tampil dengan lebih banyak animasi yang tampak fancy.

Juga ikut disempurnakan adalah fitur-fitur terkait privasi dan keamanan pengguna. Dari yang sepele seperti indikator kecil di status bar untuk menunjukkan aplikasi yang sedang mengakses mikrofon atau kamera milik perangkat, sampai fitur Privacy Dashboard yang memberikan akses dan kontrol lengkap terhadap segala pengaturan permission tiap-tiap aplikasi.

Masih seputar privasi, Android 12 turut memperkenalkan fitur bernama Private Compute Core. Ini merupakan bagian terpisah dari sistem operasi yang secara khusus dirancang untuk mengolah fungsi-fungsi berbasis AI maupun machine learning. Private Compute Core pada dasarnya memastikan bahwa fitur-fitur seperti Live Caption, Now Playing, maupun Smart Reply akan selalu berjalan secara lokal di perangkat, tanpa terhubung ke jaringan demi menjaga privasi pengguna.

Terkait ketersediaannya, seperti biasa semua tergantung masing-masing pabrikan smartphone. Tercatat sejauh ini sudah ada 10 pabrikan smartphone yang menawarkan Android 12 Beta (di luar Google sendiri): Asus, OnePlus, OPPO, Realme, Sharp, Tecno, TCL, Vivo, Xiaomi, dan ZTE.

Sumber: Google.

Google Luncurkan Smart Display yang Lebih Besar dan Lebih Canggih: Nest Hub Max

Google mengakuisisi produsen perangkat smart home Nest pada awal tahun 2014. Pasca akuisisi, Nest rupanya masih beroperasi sendiri, hingga akhirnya pada pertengahan tahun lalu, diumumkan bahwa tim Nest resmi dilebur dengan divisi hardware Google yang menangani produk-produk seperti smart speaker Google Home maupun Chromecast.

Namun itu bukan berarti nama Nest sudah tinggal sejarah. Sebaliknya, Google justru baru saja mengumumkan bahwa mereka bakal mulai memasarkan lini produk Google Home di bawah branding Nest. Salah satu contohnya adalah Google Home Hub yang kini telah berganti nama menjadi Nest Hub.

Bersamaan dengan itu, Google turut mengungkap smart display speaker yang lebih gres lagi, yaitu Nest Hub Max. Sesuai namanya, ia merupakan versi lebih bongsor dari Nest Hub. Kalau Nest Hub cuma mengemas layar sentuh 7 inci, Nest Hub Max mengusung layar sentuh 10 inci dengan resolusi 1280 x 800.

Tubuh yang lebih besar juga berarti Hub Max lebih mumpuni perihal performa audio, dan itu diwujudkan lewat sepasang tweeter 18 mm dengan output 10 W, didampingi oleh subwoofer 75 mm dengan output 30 W. Namun ternyata Google tidak menyia-nyiakan ruang ekstra yang dimiliki Hub Max untuk itu saja.

Google Nest Hub Max

Berbeda dari Nest Hub, Hub Max mengemas kamera depan 6,5 megapixel dengan sudut pandang seluas 127 derajat. Video call jelas merupakan salah satu kegunaannya, dan Google pun tak lupa menyertakan fitur auto-framing supaya penggunanya selalu diposisikan di tengah bingkai layar selama percakapan video berlangsung – mirip seperti fitur yang ditawarkan Facebook Portal.

Juga menarik adalah bagaimana kehadiran kamera dapat membuat Hub Max jadi bisa difungsikan sebagai kamera pengawas suatu ruangan ketika penggunanya sedang berada di luar rumah. Seperti halnya kamera pengawas keluaran Nest, semuanya bisa dimonitor secara remote via aplikasi pendamping di smartphone.

Akan tetapi yang paling menarik adalah fitur bernama Face Match. Sebelum ini, Nest Hub sudah lebih dulu menawarkan fitur Voice Match, di mana Google Assistant yang terintegrasi mampu mengenali suara individu yang berbeda dan merespon dengan lebih spesifik. Face Match punya fungsi yang serupa, tapi yang dikenali bukanlah suara, melainkan wajah.

Jadi usai melewati proses pengenalan wajah dan datanya disimpan secara aman di perangkat, pengguna dapat langsung menikmati fitur Face Match. Setiap kali pengguna bergerak menghampiri Hub Max, kameranya bakal mengenalinya, lalu perangkat akan menampilkan informasi yang spesifik buat individu tersebut; entah itu agenda harian, panduan navigasi maupun info lainnya.

Google Nest Hub Max

Di Amerika Serikat, Nest Hub Max bakal dipasarkan mulai musim panas mendatang seharga $229. Google juga berencana membawanya ke lebih banyak negara, sayang Indonesia masih belum termasuk salah satunya (yang paling dekat adalah Singapura).

Dalam kesempatan yang sama, Google juga memperbarui banderol harga tiap-tiap produk dari lini Home-nya. Nest Hub (Google Home Hub) kini dijual seharga $129 saja di Amerika Serikat, sedangkan Google Home dan Google Home Max sekarang dihargai masing-masing $99 dan $299.

Sumber: Google.

Google Pixel 3a dan Pixel 3a XL Disingkap, Smartphone Kelas Menengah dengan Kamera Kelas Atas

Ajang tahunan Google I/O biasanya selalu dimanfaatkan untuk mengumumkan fitur-fitur Android versi terbaru. Namun tahun ini, Google telah menyiapkan kejutan lain dalam bentuk smartphone baru. Bukan cuma satu, tapi dua sekaligus, yakni Pixel 3a dan Pixel 3a XL.

Keduanya merupakan versi ‘ringan’ dari Pixel 3 dan Pixel 3 XL yang dirilis belum setahun yang lalu. Keduanya juga jauh lebih terjangkau; Pixel 3a dihargai mulai $399, sedangkan Pixel 3a XL mulai $479. Meski begitu, Google masih bisa mempertahankan sejumlah keunggulan yang ditawarkan Pixel 3 dan Pixel 3 XL pada kedua ponsel baru ini.

Google Pixel 3a

Yang paling utama adalah kameranya. Hasil pengujian The Verge menyimpulkan bahwa kualitas foto tangkapan Pixel 3a dan Pixel 3a XL nyaris identik dengan tangkapan kedua kakaknya yang dibanderol jauh lebih mahal. Secara teknis, keduanya mengemas kamera belakang 12 megapixel, tapi yang lebih penting justru adalah algoritma image processing Google yang terbukti sangat mumpuni.

Masih seputar kamera, satu keunggulan Pixel 3 dan Pixel 3 XL yang absen pada kedua adiknya ini adalah sepasang kamera depan (satu dengan lensa wide angle). Pixel 3a dan Pixel 3a XL hanya dibekali satu kamera depan 8 megapixel saja, tanpa dampingan lensa wide angle.

Keunggulan lain yang diwarisi tentu saja adalah seputar software. Berhubung keduanya keluaran Google, sudah pasti mereka mengusung OS Android yang paling ‘murni’, serta bakal menjadi yang pertama kebagian jatah update versi terbaru. Integrasi Google Assistant juga hadir secara komplet (termasuk Google Duplex), dan pengguna tetap bisa memanggilnya dengan meremas bodi ponsel.

Google Pixel 3a

Lalu apa yang bisa membuat harga Pixel 3a dan Pixel 3a XL begitu terjangkau dibandingkan kakak-kakaknya? Kompromi spesifikasi jawabannya. Dari segi spesifikasinya, kedua ponsel ini tidak bisa dimasukkan ke kategori high-end.

Chipset yang digunakan bukanlah Snapdragon seri 8, melainkan Snapdragon 670. Kapasitas RAM-nya sama-sama 4 GB, sedangkan pilihan kapasitas penyimpanan internalnya cuma ada satu, yaitu 64 GB.

Terkait layar, Pixel 3a mengusung layar 5,6 inci dengan resolusi 2220 x 1080, sedangkan Pixel 3a XL mengusung layar 6 inci beresolusi 2160 x 1080. Dua-duanya sama-sama panel OLED, akan tetapi kaca pelapisnya bukanlah Gorilla Glass bikinan Corning, melainkan kaca Dragontrail yang lebih inferior.

Google Pixel 3a

Meski secara desain Pixel 3a dan Pixel 3a XL tampak mirip seperti Pixel 3, masih ada sejumlah perbedaan fisik di antaranya. Yang paling utama, baik Pixel 3a maupun Pixel 3a XL sama-sama mengemas bodi berbahan plastik polycarbonate, dan keduanya juga tak dilengkapi dengan ketahanan air sama sekali.

Wireless charging juga tidak tersedia pada Pixel versi murah ini. Untungnya kapasitasnya malah lebih besar: 3.000 mAh untuk Pixel 3a, dan 3.700 mAh untuk Pixel 3a XL. Kombinasi kapasitas baterai yang lebih besar dan performa lebih inferior dapat diartikan daya tahan baterainya lebih awet ketimbang kakak-kakaknya, dan Google pun tak lupa menyertakan fast charger pada paket penjualan.

Kejutan terakhir yang Pixel 3a dan Pixel 3a XL simpan adalah kembalinya headphone jack. Google saat ini sudah memasarkan keduanya di Amerika Serikat dengan banderol seperti di atas dan dalam tiga pilihan warna: Just Black, Clearly White, dan Purple-ish.

Sumber: Google.

Android Auto Punya Desain Baru yang Lebih Segar Sekaligus Fungsional

Tidak terasa sudah lima tahun berselang sejak Google pertama kali menyingkap Android Auto di ajang Google I/O 2014. Dalam kurun waktu tersebut, Google bilang bahwa Android Auto kini sudah tersedia di lebih dari 500 model mobil dari 50 merek yang berbeda.

Lima tahun adalah waktu yang tepat untuk sebuah penyegaran, dan Google baru saja mengungkap versi baru Android Auto yang mengusung perombakan desain cukup drastis. Tampilan barunya ini bukan sekadar lebih manis di mata, tapi juga lebih fungsional ketimbang sebelumnya.

Android Auto

Perubahan yang paling besar menurut saya ada di bagian bawah. Pada versi barunya, cuma ada tiga tombol yang dapat diklik setiap saat: tombol launcher, notification center, dan Google Assistant. Ruang sisanya dimanfaatkan untuk sebuah navigation bar yang berubah-ubah tergantung aplikasi apa yang sedang dibuka.

Jadi semisal yang dibuka adalah Google Maps, maka navigation bar-nya akan dihuni oleh Spotify maupun aplikasi pemutar media lainnya. Dengan begitu, pengguna masih bisa mengontrol jalannya musik tanpa meninggalkan tampilan panduan navigasi yang jelas dari Google Maps.

Android Auto

Sebaliknya, ketika membuka Spotify atau aplikasi lainnya, navigation bar-nya akan menampilkan belokan yang harus diambil selanjutnya. Singkat cerita, versi baru Android Auto ini lebih memudahkan multitasking, tapi tidak sampai yang membuat konsentrasi pengemudi mudah buyar.

Google tak lupa menerapkan dark theme pada Android Auto agar lebih senada dengan interior kebanyakan mobil. Pada mobil yang layar dashboard-nya lebih lebar dari biasanya, Android Auto juga bakal memanfaatkan ruang ekstra tersebut secara maksimal dengan menampilkan lebih banyak informasi.

Google bilang bahwa Android Auto versi baru ini akan tersedia mulai musim panas mendatang di semua mobil yang kompatibel.

Sumber: Google.

Google Umumkan Kemampuan Baru yang Bisa Dilakukan oleh Assistant

Google tampaknya bertekad untuk merebut tahta penguasa asisten virtual pintar dari tangan Amazon Alexa. Dan untuk mewujudkan ambisinya itu, Google telah meluncurkan sejumlah fitur baru untuk asisten virtual pintarnya, Assistant di konferensi pengembang Google I/O.

6 Suara baru

Di generasi terbarunya, Google Assistant diperkaya dengan teknologi Wavenet yang menghadirkan lebih banyak peningkatan di sisi audio, di mana ia menciptakan suara sistem yang terdengar lebih alami dari sebelumnya. Total, Google Assistant kedatangan enam suara baru.

“Tujuan kami adalah, suatu hari bisa mendapatkan aksen, bahasa, dan dialek yang tepat secara global,” kata Pichai.

Percakapan Lanjutan

Fitur ini dihadirkan untuk menjawab kritikan pengguna yang merasa kurang nyaman mengucapkan Hey Google untuk membangunkan Google Assistant setiap kali memberikan perintah setelah jeda. Di generasi terbaru ini, Anda sekarang dapat melakukan percakapan yang lebih alami tanpa harus menggunakan kalimat Hey Google. Fitur Continued Conversation disebut akan segera hadir dalam beberapa pekan ke depan.

Lebih Banyak Tindakan

Selain suara baru, Google mengatakan Asistennya segera dapat melakukan banyak tindakan sekaligus. Fitur ini memungkinkan pengguna memberikan dua perintah secara bersamaan, misalnya menanyatakan “Bagaimana cuaca di Bandung dan Jakarta?” Maka, Google Assistant secara instan memberikan ramalan cuaca untuk kedua wilayah tersebut. Demikian pula jika pengguna meminta Google Assistant untuk menyalakan televisi ke saluran tertentu dan menyalakan lampu yang terhubung secara bersamaan.

Pretty Please

Sama seperti Amazon Echo Dot Kids Edition yang baru-baru ini diluncurkan, Google Assistant kini juga mendapatkan keterampilan yang melengkapi dan memberikan penguatan positif kepada pengguna (terutama anak-anak) ketika mereka berbicara dengan Assistant menggunakan kata-kata sopan seperti “Tolong” dan “Terima kasih”. Assistant juga dilengkapi konten ramah keluarga gratis yang mencakup game, aktivitas, dan cerita dari mitra Google.

Smart Displays

Di ajang CES 2018 cukup menjadi gambaran seberapa cepat adopsi Google Assistant oleh perangkat rumah pintar dan audio. Di Google I/O ini, Google mempertegas kembali peluncurannya, di mana perintah suara menjadi fitur utama pengguna dalam mengakses layar. Dengannya, pengguna akan dapat menonton streaming langsung, mengontrol rumah pintar, dan membuat panggilan video menggunakan Google Duo. Smart Display pertama Google akan tersedia mulai bulan Juli.

Pengalaman Visual Baru di Smartphone

Selain di layar pintar, Google juga sudah menjalin kersama dengan sejumlah penyedia layanan untuk langsung membenamkan Assistant ke dalam aplikasinya. Sebaliknya, sejumlah aplikasi juga ditanamkan ke dalam Google Assistant, sehingga pengguna tidak perlu membuka aplikasi untuk menggunakannya.

Google Maps

Assistant juga dipastikan hadir di Google Maps, menawarkan cara baru untuk memutar musik, mengirim pesan teks, dan mendapatkan informasi tanpa meninggalkan layar navigasi sehingga menghindari gangguan apa pun saat Anda mengemudi.

Google Duplex

Salah satu suguhan menarik di ajang Google I / O 2018 adalah Google Duplex. Teknologi baru milik Google ini memiliki kemampuan untuk merespons secara alami percakapan telepon menggunakan kalimat kompleks. Misalnya, Anda membuat janji temu dengan layanan salon atau spa di tanggal tertentu pada waktu yang ditentukan, Asistant – menggunakan Duplex – dapat menghubungi salon dan melakukan pemesanan menggunakan informasi yang tersedia. Hebatnya, Assistant bahkan mampu melakukan semua percakapan dan merespon dengan bahasa yang alami layaknya manusia.

Berikut adalah video demonstrasi penggunaan teknologi Google Duplex di Assistant.

Sumber berita PhoneArena dan ZDnet.

Beginilah Sistem Android Auto yang Terintegrasi ke Mobil Versi Volvo

Setahun yang lalu, Audi dan Volvo sama-sama mengumumkan rencananya untuk mengintegrasikan Android Auto ke mobil-mobil besutannya. Rencana tersebut belum bisa terwujud sampai setidaknya tahun 2020, namun paling tidak Volvo sudah punya prototipenya yang dipasang di SUV Volvo XC40, dan tidak segan mendemonstrasikannya di hadapan pengunjung event Google I/O 2018.

Tidak seperti Android Auto yang kita kenal selama ini, tampilannya telah disamarkan menggunakan tampilan sistem multimedia khas Volvo. Ini dimungkinkan karena sistem bisa langsung diakses dari dashboard tanpa perlu menyambungkan ponsel terlebih dulu. Bahkan apabila Anda masuk ke kabinnya sambil membawa iPhone, sistem masih bisa digunakan tanpa ada satu pun fitur yang hilang.

Satu-satunya yang pengguna butuhkan hanyalah akun Google, sebab di sistem ini sudah ada Google Play Store, yang berarti pengguna dapat mengunduh aplikasi ekstra. Tentunya tidak semua aplikasi tersedia, melainkan yang dinilai ideal digunakan untuk di dalam mobil, utamanya aplikasi musik, podcast dan navigasi.

Tampilannya lebih mirip sistem bawaan Volvo ketimbang Android Auto biasanya / The Verge (YouTube)
Tampilannya lebih mirip sistem bawaan Volvo ketimbang Android Auto biasanya / The Verge (YouTube)

Selain untuk mengunduh aplikasi, menyambungkan akun juga dapat menyempurnakan fungsionalitas Google Maps yang ada pada sistem – yang juga dapat ditampilkan di balik lingkar kemudi – sebab semua data seperti alamat-alamat yang sering dikunjungi akan tersinkronisasi. Namun yang lebih menarik, beberapa opsi pengaturan mobil rupanya juga dapat disimpan ke akun Google, semisal pengaturan jok atau suhu kabin (climate control).

Ini menarik untuk skenario menyewa mobil. Bayangkan ke depannya Anda berkunjung ke kota atau negara lain, lalu harus menyewa mobil di sana. Kebetulan mobil yang disewa merupakan model Volvo yang sama seperti kepunyaan Anda. Cukup sambungkan akun Google ke sistem multimedianya, maka semua pengaturan jok dan suhu kabin tadi akan langsung disetel sesuai yang Anda tetapkan di mobil sendiri.

Volvo Android Auto

Volvo bilang bahwa sistem ini telah menggunakan Android P sebagai basisnya, dan tentu saja Google Assistant tidak lupa mereka sematkan. Assistant ini bahkan bisa dipanggil hanya dengan menekan tombol khusus pada setir, dan kita juga dapat menginstruksikannya untuk mengubah pengaturan mobil, seperti misalnya suhu kabin.

Juga menarik adalah kemampuan sistem untuk mendeteksi apakah sudah waktunya mobil untuk diservis. Ketika masa itu tiba, Assistant yang telah mendukung teknologi Google Duplex – yang pada dasarnya memungkinkannya untuk berbicara sangat menyerupai manusia dan akhirnya menelepon seseorang dengan sendirinya – bisa membantu membuatkan janji dengan pihak bengkel.

Silakan tonton video hands-on dari The Verge untuk memahami cara kerja sistemnya secara lebih mendetail.

Sumber: Volvo dan The Verge.

Google Umumkan Tour Creator, Siapapun Bisa Membuat Tur Virtualnya Sendiri

Virtual reality memegang peran yang cukup penting dalam konteks pendidikan. Semisal kita sedang mempelajari tentang situs bersejarah seperti Machu Picchu di Peru, VR pada dasarnya dapat membawa kita mengeksplorasi tempat tersebut secara lebih komprehensif ketimbang hanya melihat foto demi fotonya.

Hal itu pun telah dibuktikan Google melalui program Expeditions-nya, yang diklaim sudah membawa lebih dari tiga juta pelajar ke berbagai penjuru dunia (secara virtual) sejak diluncurkan di tahun 2015. Tur virtual, itulah kata kuncinya, dan sekarang Google ingin para pelajar tak hanya menjadi pengunjung saja, tapi juga menciptakan tur rancangannya sendiri.

Inisiatif tersebut diwujudkan lewat Tour Creator, yang bertujuan memudahkan siapapun untuk membuat tur virtual-nya sendiri dengan bermodalkan gambar dari Google Street View ataupun yang mereka ambil sendiri menggunakan kamera 360 derajat. Google memastikan kita hanya perlu berfokus pada pembentukan ceritanya, bukan aspek-aspek teknisnya.

Selesai dibuat, tur virtual-nya bisa kita publikasikan ke Poly, yang memang dirancang untuk menjadi semacam portal untuk saling berbagi konten VR dan AR. Di situs Poly pun sekarang sudah disiapkan segmen khusus untuk tur virtual yang dibuat menggunakan Tour Creator.

Siapapun bisa menggunakan Tour Creator, begitu juga dengan yang mengonsumsi hasilnya. Deretan tur virtual ini tidak harus diakses lewat VR headset – meski tentu saja ini merupakan medium yang paling ideal – tapi juga bisa lewat ponsel maupun komputer.

Sumber: Google.