Upaya Program Akselerator Dukung Pertumbuhan Bisnis Startup

Setelah menyelesaikan batch ke-4  Grab Ventures Velocity (GVV) yang turut didukung Sembrani Wira milik BRI Ventures, memiliki visi dan misi yang selaras yaitu mendukung ekosistem startup di Indonesia.

Dalam sesi #SelasaStartup, Director of Business Development Strategy & Special Projects Grab Indonesia Rivana Mezaya dan VP of Investment &  Business Development BRI Ventures Markus Liman Rahardja membagikan tips menarik bagi startup Indonesia yang tertarik mengikuti program akselerator.

Meningkatkan jaringan dan ekosistem

Salah satu benefit yang diterima oleh peserta program akselerator GVV adalah kesempatan bagi startup untuk melakukan uji coba model bisnis hingga produk memanfaatkan ekosistem Grab. Mulai dari memanfaatkan pengguna, merchant, dan kesempatan lainnya.

Dalam program bertema ‘Scaling Up Together: Empowering Startup, Supporting Micro Entrepreneurs’, para finalis telah melakukan uji coba produk dan ide bisnis mereka dengan berkolaborasi dalam ekosistem Grab, mulai dari GrabKitchen, GrabFood, GrabMart, hingga GrabExpress untuk menghadirkan solusi bagi UMKM.

Mereka juga mengikuti Impact Day, presentasi dan perkenalan ide bisnis kepada venture capital serta sharing session dengan Anthony Tan, Group CEO and Co-Founder Grab, yang berbagi tentang pengalamannya membangun Grab.

“Grab dengan ekosistem yang ada menawarkan sarana untuk startup bereksperimen untuk tes model bisnis hingga produk baru. Disediakan ekosistem user dan customer dan juga membantu dari sisi marketing untuk membantu startup,” kata Rivana.

GVV 4 telah meluluskan 6 startup, yaitu Cooklab, Crewdible, Dagangan, iSeller, majoo, dan Octopus yang telah merampungkan 16 minggu pelatihan dan bimbingan dari mentor terkemuka di industrinya. Selama program berjalan, tiga startup finalis mendapatkan pendanaan, mulai dari iSeller dengan pra-seri B, Dagangan dengan ser A, dan majoo dengan pra-seri A.

Peluang investasi

Secara khusus program akselerator adalah upaya yang dihadirkan  untuk mendukung pertumbuhan bisnis startup. Terutama bagi mereka yang telah memiliki produk dan sedikit revenue, namun masih kesulitan untuk mengembangkan bisnis. Melalui program ini diharapkan mereka bisa mendapatkan akses lebih baik lagi hingga kesempatan untuk memperluas bisnis, memanfaatkan jaringan dan mentorship dari program yang berlangsung.

Sebagai CVC, BRI Ventures memiliki minat yang cukup besar bagi startup yang mengikuti program akselerator. Bukan hanya berkesempatan mendapatkan ilmu dan wawasan lebih luas lagi tentang bisnis startup, namun sebagai investor mereka juga bakal melihat potensi startup yang sesuai dengan kriteria.

“Dalam hal ini kita akan kembali kepada 5 framework dari BRI Ventures. Yaitu startup tersebut harus memiliki pendiri dan produk yang baik, dan memiliki potensi pasar yang luas, performa bisnis yang baik. Dan dari sisi investasi dilihat dari kapital dan risiko bisnis,” kata Markus.

Sebagai CVC, BRI Ventures terus membuka peluang yang besar bagi startup untuk mendapatkan pendanaan dari mereka. Selain terus membina kerja sama strategis dengan Grab melalui program akselerator Graab Ventures Velocity, ke depannya BRI Ventures juga memiliki rencana untuk meluncurkan program akselerator khusus untuk startup blockchain di Indonesia.

“Melalui program ini startup memiliki kesempatan untuk melakukan uji coba hingga memahami lebih jauh potensi untuk mengembangkan blockchain dalam ekosistem startup di Indonesia,” tutup Markus.

[Video] Fokus Grab Ventures Velocity Mendukung Ekosistem Startup Indonesia

DailySocial bersama Rivana Mezaya, Director of Business Development Strategy & Special Projects Grab Indonesia, membahas konsistensi program Grab Ventures Velocity dalam mendukung ekosistem startup di Indonesia dan apa yang membedakannya dengan berbagai program akselerator lain.

Untuk video menarik lainnya seputar startup dan teknologi, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV.

Grab Ventures Velocity x Sembrani Wira Loloskan 6 Startup, Fokus Digitalisasi UMKM

Pada bulan Juni 2021 lalu, Grab dan BRI Ventures mengumumkan peluncuran Grab Ventures Velocity (GVV) Batch 4 x Sembrani Wira, sebuah proyek yang menyatukan program akselerator Grab dan BRI Ventures untuk mendukung pengembangan startup di Indonesia.

Setelah kurang lebih 16 minggu mengikuti serangkaian pelatihan dan pendampingan yang melibatkan pakar dari berbagai industri, akhirnya terpilih 6 startup terbaik yaitu Cooklab, Crewdible, Dagangan, iSeller, majoo, dan Octopus. Masing-masing startup memiliki solusi representatif yang fokus untuk mendukung perkembangan sektor UMKM di Indonesia.

Selama menjalani program pelatihan, tiga di antaranya telah berhasil mendapatkan pendanaan. Startup pengembang POS iSeller berhasil mengumpulkan pendanaan pra-seri B senilai 120 miliar Rupiah, social commerce Dagangan mengantongi 163,7 miliar Rupiah di putaran seri A, dan layanan omnichannel untuk UMKM majoo dengan putaran pra-seri A senilai 56,6 miliar Rupiah .

Dalam program yang mengangkat tema ‘Scaling Up Together: Empowering Startup, Supporting Micro Entrepreneurs’ ini, para finalis telah melakukan uji coba produk dan ide bisnis melalui kolaborasi dalam ekosistem Grab, mulai dari GrabKitchen, GrabFood, GrabMart, hingga GrabExpress untuk menghadirkan solusi bagi UMKM.

“Keenam lulusan batch 4 menunjukkan pertumbuhan signifikan dalam kontribusinya untuk UMKM di Indonesia. Mereka telah melalui program uji coba di ekosistem Grab dan akan terus melanjutkan kolaborasi dengan kami. Grab juga berterima kasih kepada BRI Ventures yang senantiasa mendukung program ini,” ujar Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi.

Anthony Tan sebagai Group CEO & Co-Founder Grab turut terlibat dalam acara Impact Day, di mana para finalis melakukan presentasi dan perkenalan ide bisnis kepada jaringan venture capital, diikuti dengan sharing session. Setelah lulus, keenam startup tersebut memperoleh kesempatan untuk terus melanjutkan kolaborasi dengan layanan Grab, salah satunya adalah dengan menyediakan layanan di Solusi Mitra GrabMerchant.

CEO BRI Ventures Nicko Widjaja menambahkan, “BRI Ventures sangat senang dapat menjadi bagian dalam program GVV Batch 4 X Sembrani Wira untuk memberikan dukungan dari segi jaringan, mentorship, dan juga akses terhadap pendanaan modal ventura bagi para finalis ini [..] dan hari ini kami melepas para finalis dengan harapan bahwa manfaat yang didapatkan selama mengikuti program akselerator dapat membantu mereka untuk berkembang semakin jauh lagi.”

Fokus digitalisasi UMKM

Dalam rilis yang dibagikan, Teten Masduki selaku Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia turut mengungkapkan antusiasme atas kelulusan 6 startup finalis GVV Batch 4 x Sembrani Wira. Ia turut menyampaikan bahwa pemerintah telah menargetkan adanya 30 juta UMKM digital hingga tahun 2024.

Melalui pidatonya, (16/8), Presiden RI juga menyebut pemerintah terus mendorong pengembangan ekosistem ekonomi digital untuk meningkatkan produktivitas masyarakat. Digitalisasi UMKM yang masuk ke aplikasi e-commerce dan marketplace jumlahnya terus bertambah. Sampai Agustus tahun ini, sudah lebih dari 14 juta UMKM atau 22% dari total UMKM yang sudah bergabung dengan aplikasi perdagangan elektronik.

Saat ini, semakin banyak inisiatif yang dilancarkan untuk mendorong pertumbuhan sektor UMKM di Indonesia. Mulai dari aplikasi Point of Sales (POS), layanan social commerce, pencatatan keuangan digital, serta banyak lagi perusahaan yang semakin menajamkan fokus untuk mendukung digitalisasi UMKM.

Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate menambahkan, “Startup digital menjadi salah satu kunci percepatan transformasi digital di Indonesia. Diperlukan sinergi dan kolaborasi dari seluruh komponen bangsa untuk mendukung dan memperkuat tumbuh kembang ekosistem startup nasional.”

Dari sisi investor, BRI Ventures sebagai unit investasi bank BRI dengan UMKM sebagai strategi utama mereka, baru saja mengumumkan dana kelolaan baru ‘Sembrani Kiqani‘ yang fokus menyasar segmen D2C demi menyempurnakan ekosistem UMKM di Indonesia. Sebelumnya, melalui Sembrani Nusantara, BVI telah berinvestasi kepada pengembang brand minuman Haus! dan pengembang produk sepatu lokal Brodo.

Grab Ventures Velocity Ketiga Telah Usai, Tiga Finalis Jadi Bagian Solusi untuk Merchant

Grab Ventures Velocity (GVV) akhirnya menyatakan lima startup finalis lulus dari program akselerasi tersebut. LunaPOS, Printerous, KliknClean, GetCraft, dan Workmate dinyatakan lulus setelah melewati rangkaian bimbingan dari Grab sejak Mei lalu.

Tema besar GVV angkatan ketiga ini masih tentang pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah dengan fokus pada usaha kuliner. Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi mengatakan, dalam jangka waktu tersebut kelima startup tadi menerima berbagai jenis bimbingan mulai dari pendanaan, pengelolaan keuangan, hingga strategi pengembangan bisnis langsung dari Group CEO & Co-Founder Grab Anthony Tan.

“Ini bukti nyata untuk mendukung ekosistem startup dan akselerasi ekonomi digital melalui digitalisasi ekonomi,” ujar Neneng.

Salah satu yang paling penting dari rangkaian bimbingan di program ini adalah kesempatan uji layanan selama delapan pekan dengan menawarkan layanan para finalis lewat platform GrabFood. Ini menjadi penting bagi para finalis karena seperti diketahui platform Grab merupakan salah satu yang terbesar di Asia Tenggara. Masuk ke dalam ekosistem aplikasi mereka merupakan akses langsung ke ratusan ribu merchant dan jutaan pengguna.

Marketplace untuk mitra merchant

Dari uji layanan tersebut, Grab memberi kesempatan kepada LunaPOS, Printerous, dan KliknClean untuk bergabung di dalam ekosistem Grab sebagai mitra bisnis resmi. Adapun LunaPOS menawarkan solusi kasir, manajemen inventaris, hingga layanan akuntansi berbasis cloud; Printerous menyediakan layanan percetakan dan pengepakan untuk bisnis kuliner; dan KliknClean menawarkan solusi pembersihan tempat usaha kuliner dengan disinfektan, pengendalian hama, hingga fogging.

Menurut Neneng, layanan ketiga startup itu sudah bisa diakses oleh mitra merchant Grab lewat marketplace Solusi Mitra GrabMerchant.

“Solusi mereka akan bisa ditemui oleh mitra merchant Grab adalah solusi kami yang baru. Marketplace kami akan memberikan layanan tambahan mulai POS, kebersihan, dan percetakan digital yang harganya terjangkau,” imbuh Neneng.

Kehadiran LunaPOS, Printerous, dan KliknClean menambah daftar startup yang digandeng oleh Grab dalam memenuhi kebutuhan merchant mereka. Dari situs resmi mereka, selain ketiga startup tersebut, ada nama-nama lain seperti Pawoon, Qasir, Majoo, Vireo, dan iSeller. Neneng mengatakan jumlah mitra di marketplace ini masih akan terus bertambah.

Sebagaimana pandemi mengubah banyak kebiasaan masyarakat, transformasi layanan ke platform digital merupakan salah satu dampak positif. Ini juga tercermin dari pencapaian Grab yang menerima lebih dari 350 ribu UKM dan 32 ribu pedagang tradisional ke dalam platform mereka sejak pandemi berlangsung.

“Sekitar 99% pelaku usaha itu kan UMKM, artinya potensinya gede banget. Oleh karena itu kami sangat mendukung startup-startup yang fokus membantu UMKM sehingga UMKM benar-benar bisa dibantu untuk bertahan apalagi di masa pandemi ini mereka harus digitalisasi,” pungkas Neneng.

Rangkaian program GVV angkatan ketiga sendiri sudah berlangsung sejak Maret 2020. UKM sektor kuliner dari awal sudah ditetapkan sebagai fokus untuk peserta angkatan teranyar ini. Grab menggandeng BRI Ventures sebagai mitra strategis dalam program ini.

Dari gelaran sebelumnya, GVV sudah menghasilkan beberapa startup lulusan program mereka. Nama-nama itu di antaranya adalah Qoala, TaniHub, SayurBox, BookMyShow dan Sejasa.

Disclosure: DailySocial adalah strategic partner Grab Ventures Velocity batch 3

6 Hal Seputar Membangun Inovasi Regional Melalui Program Akselerasi

Dalam satu dekade terakhir, industri startup telah berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi digital Indonesia. Lebih lagi, keberadaan startup ini telah mendorong daya saing inovasinya di Asia Tenggara. Tercatat, Indonesia termasuk salah satu negara dengan unicorn terbanyak di kawasan ini.

Beberapa unicorn tersebut kini bahkan membentuk program inkubasi dan akselerasi untuk mendorong pertumbuhan inovasi, tak hanya untuk negara sendiri, tetapi juga untuk kawasan regional.

Salah satunya Grab Ventures melalui program Grab Ventures Velocity (GVV) yang hadir untuk pasar Indonesia. Bagaimana pengalaman dan tantangan Grab Ventures dalam membangun inovasi di regional? Simak selengkapnya sesi #SelasaStartup kali ini bersama Director of Grab Ventures Aditi Sharma.

Lokalisasi sebagai strategi pendekatan setiap negara

Aditi menilai, lokalisasi menjadi strategi penting bagi program semacam GVV untuk memulai pengembangan inovasi di suatu negara. Hal ini patut digarisbawahi mengingat kebutuhan dan gap di kalangan masyarakat di setiap negara berbeda-beda. Di GVV, setiap pasar tujuan memiliki program yang sangat targeted dan spesifik.

“Sebagai contoh, GVV fokus terhadap [startup] di fase growth, dan kami lihat ini untuk pasar Indonesia. Ada beberapa partner potensial di sini, di mana kami bisa lakukan semacam test partnership selama program berjalan. Mereka berpeluang jadi commercial partner ke depan. Bagi kami, program ini well-suited untuk ekosistem Indonesia,” paparnya.

Kondisinya tentu berbeda jika dibandingkan negara lain. Ambil contoh Vietnam. Menurut pengalaman Aditi, Grab Ventures perlu melakukan ground work yang lebih besar di negara ini, seperti membangun ekosistem dan kapabilitas founder yang kuat.

“Kebutuhannya berbeda. Makanya, nama program di sana adalah Grab Ventures Ignite yang membidik startup early stage. Modelnya lebih ke capability-centric. Kami membuat program lebih kontekstual sesuai kebutuhan di negara tersebut,” tambah Aditi.

Bukan target pasar, tetapi tujuan

Selain lokalisasi, penting bagi Aditi untuk menentukan tujuan program. Artinya, selama punya dampak berarti terhadap ekosistem, bukan soal bahwa program tersebut harus dijalankan di setiap target negara tujuan.

“Kami terus mengeksplorasi peluang kerja sama di industri startup. Tapi, kami bukan sekadar buat program di setiap negara. Kami lihat apakah ada kebutuhan untuk meluncurkan program ini, negara mana yang dapat memberikan dampak positif terhadap ekosistem,” jelasnya.

Mencari target pasar yang menciptakan tren

Ada alasan mengapa Indonesia sering menjadi target utama investasi. Selain pasarnya besar, Indonesia dinilai memiliki tren pasar tersendiri. Bahkan menurut Aditi, hal ini menjadi alasan kuat mengapa program GVV dibuka pertama kali untuk pasar Indonesia.

Ia menyebutkan sebanyak 60 persen investasi digital di Asia Tenggara ‘lari’ ke Indonesia. Menurutnya, data tersebut menunjukkan bahwa perkembangan inovasi di Indonesia menjadi sebuah tren menarik.

Tren lainnya adalah perkembangan adopsi digital di Indonesia turut disumbang oleh segmen UKM. Selama ini, segmen UKM menjadi salah satu penopang pereknomian Indonesia. Tercatat, ada lebih dari 50 juta UKM di sini.

“UKM ini menjadi peluang besar bagi pertumbuhan inovasi. Apalagi di situasi pandemi, mereka dituntut untuk mengadopsi digital. Ini adalah sebuah tren yang membuat pasar Indonesia menarik,” kata Aditi.

Adaptasi baru menjadi tantangan

Dalam perjalanannya, Aditi telah bertemu dan bekerja sama dengan banyak founder lewat program yang diinisiasi Grab tersebut. Ada sejumlah tantangan yang ia anggap sebagai sebuah proses pembelajaran.

Salah satunya adalah beradaptasi dengan founder agar dapat saling bekerja sama. “Kami melihat saat itu founder belum meyakini what it means bekerja dengan venture capital dan tim-tim yang mengeksplorasi model bisnis baru, seperti kami,” ungkap Aditi.

Ia menilai bahwa hal ini dapat menjadi pembelajaran untuk saling memahami apa yang diinginkan satu sama lain dan menemukan partner startup yang potensial. “Feedback yang kami dapatkan saat bekerja bareng founder adalah mengalokasikan banyak waktu untuk mengetahui sama lain,” ujarnya.

Pivot di situasi pandemi

Selama masa pandemi Covid-19, terjadi perubahan yang sangat signifikan pada perilaku dan kebutuhan konsumen. Situasi ini juga menuntut pelaku bisnis untuk mengakselerasi digitalisasi.

Di sisi lain, sejumlah sektor bisnis terdampak positif dari krisis kesehatan ini, seperti kesehatan dan kebutuhan pokok. Bagi Aditi, hal ini menandakan bahwa Indonesia terus berupaya untuk mendorong pertumbuhan sektor bisnis, baik B2B maupun B2C.

“Makanya, penting untuk melihat kebutuhan customer di tengah situasi yang berubah saat ini. Pada kasus GVV batch ke-3, kami akhirnya melakukan pivot dengan fokus pada peluang digitalisasi di sektor UKM. Kini semua tentang solusi digital untuk membuat layanan Grab menjadi fleksibel di era pandemi. Di sini kami dapat membantu mereka mengadopsi teknologi digital,” katanya.

Perihal kriteria startup dan KPI

Kriteria menjadi standar umum dalam mencari partner yang potensial. Pada program akselerasi semacam GVV, Aditi menekankan strategic feed yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Terutama, apabila startup tersebut dapat men-deliver tujuan ini pada waktu yang tepat.

“Kami melihat kriteria semacam ini, seperti seberapa kuat komitmen founder, chesmistry dengan founder, atau apakah mereka mau mendukung ekosistem UKM. Ini yang kami sebut bahwa kami berbagi tujuan yang sama,” tutur Aditi.

Selain itu, program inkubasi juga tetap memiliki KPI untuk memastikan bahwa startup yang diajak kerja sama menjalankan misi yang sama dengan misi perusahaan. “Bagi kami, metrik utamanya adalah apakah tim dapat menciptakan model bisnis dan membawa tech leader. Tentu program ini selalu dievaluasi.”

Disclosure: DailySocial merupakan strategic partner Grab Ventures Velocity

Grab dan BRI Ventures Resmi Membuka “Grab Ventures Velocity” Gelombang Ketiga

Warung makan dan logistik menjadi tema pilihan Grab untuk gelombang ketiga program Grab Ventures Velocity (GVV). Potensi pasar yang sedang besar-besarnya menjadi alasan mereka memilih kedua vertikal tersebut.

GVV merupakan program akselerasi milik Grab yang berjalan sejak 2018. Sejasa, BookMyShow, SayurBox, dan Qoala adalah beberapa nama startup yang dipilih dari dua gelombang yang sudah diadakan.

Banyaknya pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) adalah alasan fundamental kenapa usaha mikro dalam berbagai sektor jadi peluang bagi startup digital. Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, warung merupakan salah satu jenis usaha mikro yang punya masa depan cerah jika terhubung dengan ekosistem.

“Jumlah usaha mikro itu 63 jutaan mulai dari pertanian, perkebunan, perikanan sampai warung; namun sesuai namanya usahanya mereka kecil-kecil, di sektor pertanian lahan mereka pun sempit. Jadi dibutuhkan startup baru yang bisa jadi partner usaha mikro untuk bisa terhubung dalam ekosistem,” ujar Teten.

Managing Director Neneng Gunadi menambahkan, meningkatnya industri kuliner dan kebutuhan pergudangan serta pengantaran untuk mendukung dunia usaha.

“Untuk usaha warung makan itu potensinya cukup besar, kuliner jadi sesuatu yang ngetren. Kedua, logistik jadi sangat penting di Indonesia. Jadi pada tahun ini kita menyasar ke dua hal itu,” sambung Neneng.

Gandeng BRI Ventures

Grab menggandeng BRI Ventures sebagai mitra strategis penyelenggeraan GVV tahun ini. Dalam kerja sama ini baik Grab maupun BRI Ventures sama-sama urunan dana dan fasilitas untuk mengakomodasi peserta.

“Tidak hanya cash, tapi fasilitas juga. Ekosistem yang dimiliki oleh Grab dan ekosistem yang dimiliki oleh BRI, nilai alokasinya kurang lebih 50-50,” ucap CEO BRI Ventures Nicko Widjaja.

Program GVV ini resmi dibuka mulai 03-31 Maret 2020. Sama seperti gelombang sebelumnya, Grab memperkenankan startup dalam negeri maupun luar negeri mengikuti program akselerasi ini.

Dan serupa sebelumnya, Grab menjanjikan startup yang diterima dalam program ini akan mendapatkan pilot project untuk menjajakan layanan mereka di platform Grab. Itu artinya startup tersebut punya kesempatan memperkenalkan produknya ke puluhan juta pengguna Grab.

“Itu kan sesuatu banget, karena mereka bisa memaksimalkan customer kita. Mereka bisa cek, pertumbuhannya akan seperti apa karena basisnya besar banget. Mereka juga akan dapat bimbingan dari C-level startup termasuk dari kami tentang bagaimana caranya agar jadi unicorn,” pungkas Neneng.

Program GVV gelombang ketiga ini dijadwalkan berlangsung selama 16 minggu. Pihak Grab berharap akan ada lebih banyak yang bergabung ke dalam program ini dengan asumsi dampak yang diberikan ke masyarakat juga akan lebih besar dari sebelumnya.

Disclosure: DailySocial.id adalah strategic partner Grab Ventures Velocity batch 3

Grab Perluas Pengembangan Startup Binaan dengan Program Akselerator UI Works

Beberapa waktu lalu Grab melalui Grab Ventures Velocity (GVV) baru membuka program tahapan keduanya yang fokus pada inovasi dan penyelesaian masalah di bidang agrikultur dan pemberdayaan usaha mikro.

Kali ini, GVV melebarkan program pengembangan startup binaannya ke komunitas akademik. Grab resmi berkolaborasi dengan Universitas Indonesia (UI) sebagai mitra strategis Grab untuk program akselerator “UI Works”.

Program ini diperuntukkan bagi sivitas akademika UI serta anak muda di luar kampus UI. Kriteria yang dicari adalah startup berstatus tahap awal (early stage), khususnya di bidang teknologi, medis, dan sosial. Selain itu, startup wajib memiliki prototype atau versi beta pada produknya.

Ditemui di acara peluncurannya, Presiden Grab Indonesia, Ridzki Kramadibrata mengatakan pengembangan teknologi tidak harus menjadi yang terdepan, tetapi mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Program ini menyasar akademisi dengan tujuan untuk mempersiapkan para talenta terbaik dan ke depannya mereka mampu menciptakan inovasi dan produk yang sesuai dengan kebutuhan industri.

“Sayang sekali kalau mereka bikin startup atau solusi canggih tapi tidak sesuai dengan masalah yang ada di lapangan dan industri. Nanti malah [startup-nya] bakal underfunded,” tutur Ridzki di acara yang digelar di Perpustakaan Pusat UI., Depok.

Sementara Rektor UI Muhammad Anis mengakui bahwa perguruan tinggi menjadi tempat lahirya banyak startup dan inovator. Maka itu, ia menilai perlunya permutakhiran kurikulum agar ekosistem dapat adaptif dengan perkembangan teknologi.

“Kolaborasi ini menjadi salah satu langkah persiapan penting menuju era teknologi Industri 4.0. Kami gencar mendukung para mahasiswa untuk menciptakan startup sehingga setelah lulus dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri,” tambahnya.

Lebih lanjut, program UI Works ini terbagi dalam tiga tahapan antara lain (1) Pra-Akselerator, (2) Akselerator, dan (3) Demo Day. Grab turut menggaet Code Margonda sebagai mitra penyelenggara program ini.

Program “jemput bola”

Executive Director Grab Indonesia Ongki Kurniawan yang turut hadir di acara ini, menambahkan bahwa kolaborasi dengan perguruan tinggi ini sebetulnya merupakan refleksi dari pengalaman program pendahulunya, yakni GVV angkatan pertama.

Menurutnya, saat program tersebut dibuka, ada banyak sekali peserta yang tidak memenuhi kriteria. Berkaca dari pengalaman tersebut, perusahaan berinisiasi untuk “jemput bola” dengan ke anak-anak muda.

“Jadi setelah mereka selesai dengan program UI Works, mereka bisa lebih siap [untuk mengembangkan produk],” ucap Ongki.

Rangkaian program UI Works berlangsung selama dua bulan. Setelah program ini usai, para mahasiswa dapat tetap terhubung Grab dengan bekerja off site/remote tanpa meninggalkan bangku kuliah selama enam bulan.

Menurut Ridzki, pihaknya juga tengah mempertimbangkan agar para mahasiswa yang melaksanakan program off site selama enam bulan bisa mendapatan kredit yang dikonversi ke Satuan Kredit Semester (SKS).

Application Information Will Show Up Here

Grab and BookMyShow Introduces “Tiket” Service in App

In order to complete the super app ecosystem in the platform, Grab formed up with BookMyShow by launching “Tiket” feature in app. The India-based startup was chosen through Velocity program, Southeast Asia’s startup acceleratot initiated by Grab Ventures.

This collaboration allows Grab’s users can purchase cinema tickets through app based on the merchant list of BookMyShow, including CGV and Cinemaxx.

“We also integrated payment with OVO, for the easier payment process and to help users gain more GrabRewards,” Grab Indonesia’s Executive Director, Ongki Kurniawan said.

Grab plans to develop some services by Tiket, it’ll allow users to purchase tickets for other purposes through this tile.

“We’re having commitment to help startups accelerate their business growth. One is to become our partner while providing new options to all users,” he added.

Focus investment in Indonesia

In a separate interview with Bloomberg Technology, Grab’s Co-Founder, Tan Hooi Ling said, Grab will not only be known as a ride-hailing service and Indonesia to be the main focus in Southeast Asia.

Kurniawan confirmed, in its presentation, Grab plans to invest more this year in the company or startup which is compatible with their ecosystem.

“We plan to invest in six companies from Southeast Asia this year. Following Grab’s plan to add and acquire more companies. One is the partnership with BookMyShow we’ve just launched,” he added.

In addition, Grab plans to focus on healthtech and insurtech. An official partnership has formed with Ping An Good Doctor from China last September. Ping An Good Doctor is an integrated health service with artificial intelligence providing online based health consulting. It’s Ping An Good Doctor’s second time operation in Southeast Asia.

“According to plan,in the second or third quarter of 2019, we’ll launch in-app direct consulting with the doctor. It’s to be developed by implementing artificial intelligence. Therefore, the doctor can answer user’s massive questions immediately,” Kurniawan said.

He also mentioned, the drug delivery is included in the company’s roadmap. Although, it complies with the current regulation related to the e-prescription, Grab is preparing and approaching the relevant regulators.

Safety for users and drivers

Making sure the users enjoy the seamless experience, Grab is to focus on technology development. As to improve safety by placing cctv in some GrabCar and Emergency services for Grab’s users and drivers.

“We also have launched the number masking technology to keep the phone number private while having conversation with drivers. In addition, we’ve launched VoIP, the free call feature,” Kurniawan said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Grab dan BookMyShow Hadirkan Layanan “Tiket” di Dalam Aplikasi

Bertujuan melengkapi ekosistem super app di dalam platform, Grab meresmikan menggandeng BookMyShow dengan meluncurkan fitur “Tiket” di dalam aplikasi. Startup yang berbasis di India ini merupakan startup terpilih dalam program Velocity, akselerator startup Asia Tenggara yang diinisiasi Grab Ventures.

Melalui kemitraan ini, pengguna Grab bisa membeli tiket bioskop langsung melalui aplikasi berdasarkan pilihan bioskop yang telah bekerja sama dengan BookMyShow, termasuk CGV dan Cinemaxx.

“Kami juga telah melakukan integrasi pembayaran melalui OVO untuk pengguna, sehingga bisa memudahkan proses pembayaran sekaligus membantu pengguna mengumpulkan lebih banyak GrabRewards,” kata Executive Director Grab Indonesia Ongki Kurniawan.

Grab berencana untuk mengembangkan daftar layanan yang ditawarkan melalui menu Tiket, sehingga ke depannya para pengguna dapat membeli tiket untuk acara-acara hiburan lain melalui tile ini.

“Kami ingin berkomitmen untuk membantu startup binaan untuk mempercepat pertumbuhan bisnis mereka. Salah satunya adalah menjadi mitra kami sekaligus memberikan pilihan baru kepada pengguna Grab,” kata Ongki.

Fokus investasi di Indonesia

Dalam wawancara terpisah dengan Bloomberg Technology, Co-Founder Grab Tan Hooi Ling menyebutkan, Grab tidak lagi ingin dikenal hanya sekedar layanan ride-hailing dan Indonesia adalah negara Asia Tenggara yang menjadi fokus utama perusahaan.

Hal tersebut ditegaskan Ongki. Dalam presentasinya, Grab tahun ini berencana berinvestasi di lebih banyak perusahaan atau startup yang memiliki bisnis yang sejalan dengan ekosistem yang dimilikinya.

“Kami berencana berinvestasi kepada enam perusahaan di Asia Tenggara tahun ini. Sesuai dengan rencana Grab untuk menambah dan mengakuisisi lebih banyak perusahaan. Salah satunya adalah kemitraan dengan BookMyShow yang baru saja kita resmikan,” kata Ongki.

Selain menambah kemitraan, Grab juga berencana fokus ke healthtech dan insurtech. Salah satu kemitraan yang telah diresmikan adalah dengan Ping An Good Doctor dari Tiongkok pada September lalu. Ping An Good Doctor merupakan layanan kesehatan terintegrasi dengan artificial intelligence yang  menyediakan konsultasi kesehatan berbasis online. Ini pertama kalinya Ping An Good Doctor beroperasi di Asia Tenggara.

“Jika sesuai rencana, di kuartal dua atau tiga tahun 2019 kami akan meluncurkan layanan konsultasi langsung dengan dokter dalam aplikasi. Layanan ini kami perkuat dengan menerapkan teknologi artificial intelligence. Sehingga dalam waktu yang cepat, dokter bisa menjawab pertanyaan dari pengguna dalam jumlah yang besar,” kata Ongki.

Ongki menyebut layanan pesan antar obat ke pengguna termasuk dalam roadmap perusahaan. Meskipun demikian, menyesuaikan peraturan dari regulator terkait pemesanan resep obat secara online (e-precription), Grab masih melakukan persiapan dan pendekatan ke pihak regulator terkait.

Keamanan pengguna dan mitra pengemudi

Untuk memastikan pengguna menikmati pengalaman yang seamless, Grab juga akan fokus kw peningkatan teknologi kepada pengguna. Salah satunya adalah menambah unsur keamanan dengan menempatkan kamera di beberapa GrabCar dan layanan Emergency yang berguna untuk pengguna dan mitra pengemudi Grab.

“Kami juga telah meluncurkan teknologi number masking yang menjaga privasi nomor selular pengguna saat melakukan percakapan dengan mitra pengemudi. Selain itu kami juga telah meluncurkan VoIP, panggilan telepon yang tidak menggunakan pulsa pengguna,” kata Ongki.

Application Information Will Show Up Here

Grab Ventures Velocity Angkatan Kedua Incar Pemberdayaan Usaha Mikro

Grab resmi mengumumkan Grab Ventures Velocity (GVV) angkatan kedua, Rabu (10/4) kemarin. Berbeda dari angkatan pendahulunya, program flagship Grab ini akan fokus pada inovasi dan penyelesaian masalah di bidang agrikultur dan pemberdayaan usaha mikro.

Dalam pembukaannya, Presiden Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata menegaskan, sejak awal bahwa kehadiran program ini diharapkan dapat memberikan dampak luas. Tidak hanya untuk Grab, tetapi juga masyarakat.

“Kami meyakini dua fokus tersebut dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang besar di Asia Tenggara. Melalui program ini, kami juga ingin nurturing bakal unicorn selanjutnya (nexticorn) di Asia Tenggara,” tutur Ridzki di Jakarta.

GVV merupakan program khusus pengembangan startup yang berstatus post seed dan ingin melakukan scale up. Sebanyak 3-5 startup terpilih akan mendapatkan mentorship, akses ke basis pelanggan dan teknologi Grab, serta mereka dapat menguji coba solusinya di platform Grab.

Head of Investments & Programs Grab Ventures Aditi Sharma menambahkan, ada banyak peluang yang dapat digali dari agrikultur, terutama yang berkaitan dengan rantai pasokan makanan segar tradisional, seperti buah dan sayur-sayuran.

Indonesia dinilai punya banyak persoalan berkaitan dengan rantai pasokan produk pertanian. Rumitnya jalur perdistribusian hingga kondisi geografis di Indonesia membuat prosesnya menjadi lama dan tidak efisien.

Diharapkan GVV dapat memaksimalkan potensi startup dalam membawa bahan makanan segar secara terjangkau dan berkualitas kepada seluruh target pasarnya di Asia Tenggara.

Demikian juga pemberdayaan terhadap pedagang kecil yang bertujuan memotong biaya operasional agar dapat meningkatkan pendapatan mereka. Aditi menyebutkan uji coba solusi mereka akan mengandalkan jaringan agen Kudo yang saat ini telah dipakai di 250 ribu wirausahawan digital Indonesia.

“Di angkatan sebelumnya, startup hanya menguji coba layanannya di negara asal mereka sendiri. Pada angkatan kedua, mereka berkesempatan untuk pilot di semua negara di Asia Tenggara,” ungkap Aditi.

Selain fase pendanaan post seed, kriteria lain yang dicari pada program ini adalah startup yang memiliki product market fit, telah memiliki basis pengguna, dan memiliki strong early traction. Pendaftaran telah dimulai sejak 29 Maret hingga 15 Mei. Program ini sendiri akan berjalan dua bulan (Mei dan Juni).

GVV didukung sejumlah instansi pemerintah terkemuka di Indonesia, seperti Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) dan Badan Kreatif Ekonomi (BEKRAF).